18
Makalah Herpes BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in

Makalah Herpes

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Herpes

Makalah Herpes

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan

tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan

perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Herpes zoster terjadi pada

orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster

disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela,

virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali

jika daya tahan tubuh menurun.

Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti

DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.

Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat

hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam

subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang

menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa

biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada

saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa

mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta

mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan

virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.

B.     TUJUAN

1. Tujuan Umum

Dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep kelainan

system integrumen yaitu Herpes Zoster

Page 2: Makalah Herpes

2. Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu memahami pengertian etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan

diagnostik serta penatalaksanaan pada pasien yang mengalami Herpes Zoster

b.      Mahasiswa mampu menganalisis kasus dan mampu menerapkan prinsip asuhan keperawatan

dengan pendekatan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

pada klien dengan kelainan Herpes Zoster

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi

Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat disebabkan oleh virus, terutama terjadi

pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi

vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion

serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela

zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi oleh virus.

B.     Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid tersusun dari

162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion

lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat

infeksius. Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis

Page 3: Makalah Herpes

saraf, nervus kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang

immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke

akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar

dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.

C.       Manifestasi klinis

1.      Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal local (nyeri

otot tulang, gatal, pegal).

2.      Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok,

vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat

menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).

3.      Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper selalu

unilateral.

Menurut daerah penyerangnya dikenal :

a.    Herpes zorter of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata

b.   Herpes zorter servikali : menyerang pundak dan lengan

c.    Herpes zorter torakalis : menyerang dada dan perut

d.   Herpes zorter lumbalis : menyerang bokong dan paha.

e.    Herpes zorter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia

f.    Herpes zorter atikum : menyerang telinga.

D.    Klasifikasi Herpes Zoster

1.                  Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian

ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus

(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada

satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala

prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar

air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

2.                  Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion

gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada

kulit.

Page 4: Makalah Herpes

3.                  Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus

brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

4.                  Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus

torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

E.     Faktor Resiko Herpes zoster

1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan

tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko

terserang nyeri. 

2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan

leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari

immunocompromised.

3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

F.        Faktor Resiko Herpes Zoster

1.                                                   Trauma / luka

2.                                                   Kelelahan

3.                                                   Demam

4.                                                   Alkohol

5.                                                   Gangguan pencernaan

6.                                                   Obat – obatan

7.                                                   Sinar ultraviolet

8.                                                   Haid

9.                                                   Stres

G.    Patofisiologis

Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Selama terjadinya infeksi

varisela, VZV meninggalkan lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf

sensorik. Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam

ganglion ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak mengadakan

multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya.

Page 5: Makalah Herpes

Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi virus.

Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis

pada saraf serta menjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai nevralgia yang hebat.

VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik/sehingga terjadi neuritis.

Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang

khas untuk erupsi horpes zoster.

1.      Neurologi pasca herfetike

Rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan neuralgia ini dapat berlangsung

berbulan-bulan sampai beberapa tahun.

2.      Infeksi sekunder

Oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas

sebagai sikatritis.

3.      Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga

menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis. Terjadi biasanya 2 minggu setelah

timbul erupsi.

I.       Komplikasi herpes Zoster

1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic

(singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di

dermatom yang terkena setelah erupsi.

2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu

bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan

menghilang spontan setelah 1–6 bulan

3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan

hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis,  uveitis,  glaucoma sekunder,

ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.

5. Herpes zoster diseminata / generalisata

Page 6: Makalah Herpes

6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf

motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral

granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster

optalmik).

J.         Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster

Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :

1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes

zoster dan herpes simplex.

2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis

herpes virus

3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit

4. Pemeriksaan histopatologik

5. Pemerikasaan mikroskop electron

6. Kultur virus

7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VV

8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

K. Penatalaksanaan Herpes zoster

a.  Pengobatan

1. Pengobatan topical

         Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah

vesikel pecah

         Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau

kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit

         Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin

) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari

2. Pengobatan sistemik

Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan

replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan

penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih

Page 7: Makalah Herpes

efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek

yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.

Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat

infus intravena atau salep mata.

Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun

penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan

respon immune.

Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin

diberikan untuk menyembuhkan priritus.

b. Penderita dengan keluhan mata

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang

nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat

diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan

c. Neuralgia Pasca Herpes zoster

      Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat

diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)

      Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian

terpenting perawatan

      Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak

teratasi.

L.     Pengkajian Keperawatan

a.                                           Riwayat

1.      Riwayat menderita penyakit cacar

2.      Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia)

3.      Riwayat terapi radiasi

b. Diet

c. Keluhan utama

1.   Nyeri

2.   Sensasi gatal

3.   Lesi kulit

4.   Kemerahan

Page 8: Makalah Herpes

5.   Fatige

d. Riwayat psikososial

1.   Kondisi psikologis pasien

2.   Kecemasan

3.   Respon pasien terhadap penyakit

e. Pemeriksaan fisik

1.   Tanda vital

2.   Tes diagnostik

M.   Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga

1. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri, demam, drainase yang berbau busuk dan

muncul pus

2. Jelaskan tentang kemungkinan neuralgia paska herpes dan tekankan bahwa anda dapat

menangani nyeri

3. Beritahu pasien bahwa mereka dapat menulari orang lain, oleh karena itu perlu

diperhatikan tindakan higienis rutin seperti pemakaian alat pribadi

4. Tidak melakukan kontak social hingga lesi mengering

5. Gunakan obat sesuai aturan, pakai pakian yang menyerap keringat, pertahankan suhu

udara tetap dingin / nyaman

6. Dapat digunakan sarung tangan katun pada malam hari saat muncul keinginan untuk

menggaruk

7. Lakukan tehnik relaksasi untuk menurunkan nyri dan batasi aktivitas yang berlebihan

BAB III

Page 9: Makalah Herpes

TINJAUAN KASUS

A.    Kasus

Ny. MH usia 56 tahun di rawat di ruang penyakit kulit RS Medical sentre dengan keluhan

kulitdi bagian kulit perut tersa pedas dan nyeri, kulit terlihat kemerahan dan melepuh, timbul

bula serta muncul lagi di bawah mata kiri. Berdasarkan keterangan keluarga belum di berikan

obat hanya di berikan parem kelapa yang di kunyah. Pemeriksaan fisik TD : 110/70 mmhg, S:

37,5 C , RR: 24 x/m , N : 104 x/m

B.     Analisa Data

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

1. DS : Pasien mengeluh kulit terasa pedes dan nyeri P : Q : nyeri seperti terbakar R : pada bagian perut/abdomenS : nyeri skala 6T : terus menerus DO : kulit kemerahan, melepuh, timbul bula

Nyeri akut agencidera biologis

; proses inflamasi

2. DS : - DO : timbul bula di bawah mata sebelah kiri, mata kemerahan, visus mata buruk

Gangguan persepsi

sensori

Perubahan fungsi

sensori

3. DS : Pasien mengeluh

kulitnya terasa pedes

DO : Erupsi berupa vesikel

yang menggerombol, Warna

kulit kemerahan

Gangguan integritas

kulit

Perubahan turgor

kulit; elastisitas

4. DS : -

DO : terjadi erupsi kulit,

tampak kemerahan dan gatal

Resiko infeksi Post de entri

mikroorganisme

Page 10: Makalah Herpes

C.     Diagnosa Keperawtan

1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis; proses inflamasi

2. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan fungsi sensori

3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan turgor kulit; elatisitas

4. Resiko infeksi b.d post de entri mikroorganisme

D.    Intervensi

1.      Dx 1 : Nyeri akut b.d agen cidera biologis; proses inflamasi

Tujuan : Nyeri berkurang

KH : - Nyeri < 3

- Pasien bisa istirahat dengan tenang

- Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi

Intervensi :

1.      Memberikan posisi yang nyaman

2.      Ciptakan lingkungan yang nyaman : membatasi pengunjung

3.      Mengajarkan teknik relaksasi distraksi

4.      Kolaborasi pemberian analgetik

5.      Menganjurkan pasien untuk istirahat cukup

2.      Dx 2: Gangguan persepsi sensori b.d perubahan fungsi sensori

Tujuan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses

rangsangan visual

KH : – Visus meningkat

– Respon verbal peningkatan penglihatan

Intervensi :

1. Kaji ketajaman penglihatan klien

2. Berikan pencahayaan yang sesuai dengan klien

3. Cegah glare atau sinar yang menyilaukan

4. Letakkan barang pada tempat yang konsisten

5. Membatasi klien untuk tidak melakukan aktivitas sendiri seperti : turun dari bed tempat

tidur sendiri, pergi keluar dari ruangan

Page 11: Makalah Herpes

3.      Dx 3 : Gangguan integritas kulit b.d perubahan turgor kulit

Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan intergritas kulit yang lebih parah

KH : - Erupsi berkurang

- Kulit tidak kemerahan dan tidak terjadi iritasi yang lebih parah

Intervensi :

1.      Kaji tingkat kerusakan kulit

2.      Jauhkan lesi dari manipulasi dan kontaminasi

3.      Berikan terapi topical sesuai program

4.      Berikan diet TKTP

5.      Dilarang menggaruk-garuk kulit dengan tangan kotor

4.      Dx : Resiko infeksi b.d post de entri mikroorganisme

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

KH : - Bula tidak bertambah banyak

- Tidak bertambah gatal dan nyeri

- Kemerahan pada bula berkurang

Intervensi :

1.      Menganjurkan klien untuk selalu cuci tangan bersih

2.      Personal hygiene minimal 2x sehari

3.      Dilarang menggaruk-garuk kulit dengan tangan

4.      Batasi pengunjung dan minimalkan kontak langsung dengan klien

Page 12: Makalah Herpes

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN :

Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat disebabkan oleh virus, terutama terjadi

pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi

vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion

serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela

zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi oleh virus.

Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga

8. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri, demam, drainase yang berbau busuk dan

muncul pus

9. Jelaskan tentang kemungkinan neuralgia paska herpes dan tekankan bahwa anda dapat

menangani nyeri

10. Beritahu pasien bahwa mereka dapat menulari orang lain, oleh karena itu perlu

diperhatikan tindakan higienis rutin seperti pemakaian alat pribadi

11. Tidak melakukan kontak social hingga lesi mengering

12. Gunakan obat sesuai aturan, pakai pakian yang menyerap keringat, pertahankan suhu

udara tetap dingin / nyaman

13. Dapat digunakan sarung tangan katun pada malam hari saat muncul keinginan untuk

menggaruk

14. Lakukan tehnik relaksasi untuk menurunkan nyri dan batasi aktivitas yang berlebihan

Page 13: Makalah Herpes

DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :

EGC

Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic dan

Noc. Jakarta : EGC

Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI

Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta