37
MAKALAH INKUIRI TERBIMBING Untuk memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar kimia Yang diampu oleh: Prof. Srini M. Iskandar, Ph.D Disusun oleh: Dini Zahrotul Wardah Ferri Ferdiansyah Holistiana Sasmitariji Ilmiyah Nur Rahmatika Siva Maulidya 1

Makalah Guided Inquiry

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Guided Inquiry

MAKALAH

INKUIRI TERBIMBING

Untuk memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar

kimia

Yang diampu oleh:

Prof. Srini M. Iskandar, Ph.D

Disusun oleh:

Dini Zahrotul Wardah

Ferri Ferdiansyah

Holistiana Sasmitariji

Ilmiyah Nur Rahmatika

Siva Maulidya

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Oktober 2013

1

Page 2: Makalah Guided Inquiry

2

Page 3: Makalah Guided Inquiry

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam

yang mempelajari tentang sifat, materi, perubahan dan

energi yang menyertai perubahan materi. Untuk mempelajari

ilmu kimia membutuhkan cara atau metode yang bisa

digunakan dalam pembelajaran kimia agar dapat dipahami

serta mempermudah mempelajarinya.

Inkuiri merupakan salah satu dari strategi pembelajaran

yang bisa membantu mempermudah penyampaian materi

kimia. Untuk menerapkan metode ini, guru harus dapat

memahami langkah-langkah dari model pembelajaran inkuiri

ini. Sehingga, para siswa akan dapat mengerti maksud dan

inti materi ilmu kimia dari penjelasan guru. Pembelajaran

yang berbasis inkuiri akan lebih mudah dipahami sehingga

akan menciptakan keaktifan dari siswa melalui keterampilan-

keterampilan dalam kelas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah

yang dimunculkan dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimanakah filosofi dan teori dasar dari inkuiri

terbimbing (Guided Inquiry) ?

2. Apakah definisi inkuiri ?

3. Bagaimana Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(GuidedInquiry)

4. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari metode inkuiri?

1

Page 4: Makalah Guided Inquiry

5. Bagaimanakah langkah-langkah dan aplikasi dari strategi

pembelajaran inkuiri terbimbing?

6. Bagaimana kombinasi dari strategi pembelajaan inkuiri

terbimbing dengan yang lain?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang

dimunculkan dalam makalah ini adalah:

1. Mengetahui filosofi dari inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)

2. Mampu menjelaskan definisi secara umum mengenai

strategi inkuiri.

3. Mengetahui dan mampu menjelaskan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing (GuidedInquiry).

4. Mampu menjelaskan dan mengetahui tentang keunggulan

dan kelemahan dari strategi inkuiri.

5. Mampu menjelaskan langkah-langkah dan aplikasi dari

strategipembelajaran inkuiri terbimbing.

6. Menjelaskan kombinasi dari strategi pembelajaan inkuiri

terbimbing dengan yang lain.

2

Page 5: Makalah Guided Inquiry

BAB II

PEMBAHASAN

A. FILOSOFI INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY)

1.Filosofi Inkuiri

Untuk mengajarkan suatu mata pelajaran secara efektif, yang harus

diketahui adalah semua tentang mata pelajaran dan tujuan dari

memperkenalkan mata pelajaran tersebut dalam kurikulum sekolah

(Obomanu, 1999). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka perlu diketahui

pengertian sains yang merupakan salah satu mata pelajaran yang di

dalamnya membahas tentang bidang kimia. Menurut Oguzor (2011), sains

adalah kesatuan dari pengetahuan dan proses untuk memperoleh suatu

pengetahuan. Sebagai metode untuk menyelesaikan masalah, metode sains

mencakup proses observasi, eksperimen untuk menjelaskan secara rasional

proses terbentuknya alam.

Untuk melakukan suatu observasi, eksperimen dan membuat suatu

kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dibutuhkan peranan dari seorang

guru untuk menjadi motivator, moderator, dan fasilitator bagi

siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Proses

pencarian pengetahuan secara mandiri oleh siswa dikenal

sebagai proses pembelajaran secara inkuiri.

Ada beberapa teori belajar yang mendasari proses

pembelajaran secara inkuiri, antara lain teori belajar

kontruktivisme, teori belajar ausubel, dan teori belajar

penemuan dari Bruner.

a. Belajar menurut paham kontruktivisme

Menurut Brooks & Brooks (1993)”Constructivism is not an

instructional strategy to be deployed under appropriate conditions.

Rather, constructivism is an underlying philosophy or way of seeing

3

Page 6: Makalah Guided Inquiry

the world”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah konstruktivisme

lebih merupakan suatu filosofi dan bukan suatu strategi pembelajaran.

Bahkan menurut Glasersfeld (1987) konstruktivisme sebagai "teori

pengetahuan dengan akar dalam “philosophy, psychology

andcybernetics". Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme

radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan. Ia melihat

pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun

melalui pikiran sehat atau melalui komunikasi. Hal itu secara aktif

terutama dengan membangun pengetahuan. Kognisi adalah adaptif

dan membiarkan sesuatu untuk mengorganisir pengalaman dunia itu,

bukan untuk menemukan suatu tujuan kenyataan (von Glasersfeld,

1987).

Teori belajar yang berbasis kontruktivisme

mempunyai tujuan dan visi dalam proses pembelajaran.

Tujuan dan visi menurut Brooks & Brooks (1993),

sebagai berikut:

1) Pembelajaran disajikan secara utuh menuju bagian-

bagian yang menekankan pada konsep-konsep

besar.

2) Menggali pertanyaan dari siswa.

3) Aktivitas pembelajaran dititikberatkan pada sumber

data utama dan manipulasi bahan-bahan atau alat

peraga.

4) Siswa dipandang sebagai pemikir dengan

memunculkan permasalahan.

5) Guru umumnya bertindak dengan interaktif dan

sebagai mediator lingkungan siswa.

6) Guru menggali konsep siswa, sehingga memahami

sajian konsepsi siswa untuk penggunaan dalam

pelajaran berikutnya.

7) Penilaian hasil belajar siswa terkait dengan

pembelajaran dan terjadi melalui pengamatan guru

4

Page 7: Makalah Guided Inquiry

terhadap hasil kerja dan penampilan siswa serta

portofolio.

8) Siswa sebaiknya bekerja dalam kelompok.

Berdasarkan tujuan diatas, konstruktivisme mempunyai anggapan

bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi siswa-siswa sendiri.

Salah satu tokoh konstruktivisme yaitu Jean Piaget (1896-1980).

Berikut ini kutipan pendapat Piaget mengenai konstruktivisme:

“Children are actives builder s of their knowledge like little scientists, they

constantly construct and test their own theories of the world. Intelligence does

not by any means appear at once derived from mental development, like a higher

mechanism, and radically distinct from those which have preceded it.

Intelligence presents, on the contrary, a remarkable continuity with the acquired

on even inborn processes on which it depends and at the same time makes use

of .” (Piaget:1963:21)

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Piaget dapat diketahui

bahwa dalam teori kosntruktivisme siswa mengkonstruksi

pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan objek,

fenomena, data-data, fakta-fakta, pengalaman dan lingkungannya..

Konstruktivisme juga beranggapan bahwa pengetahuan tidak dapat

ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus di

interpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Artinya,

pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, melainkan proses

yang berkembang terus menerus.

Selain Piaget, ahli konstruktivisme yang lain yaitu Vygotsky

(1896-1934). Perhatian utama dari Vygotsky adalah interaksi sosial

yang mempengaruhi perkembangan intelektual anak. Berikut adalah

kutipan pernyataan yang dikemukakan oleh Vygotsky:

"Every function in the child's cultural development appears twice: first, on the

social level, and later, on the individual level; first, between people

(interpsychological) and then inside the child (intrapsychological). This applies

5

Page 8: Makalah Guided Inquiry

equally to voluntary attention, to logical memory, and to the formation of

concepts. All the higher functions originate as actual relationships between

individuals." (Vygotsky, 1978:57).

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh Vygotsky, dapat

diketahui bahwa perkembangan intelektual seorang anak yang sedang

mengalami proses pembelajaran selain dipengaruhi oleh faktor dari

dalam individu (intra psikologis) juga dipengaruhi oleh faktor

sosialnya (inter psikologis). Sehingga dapat dikatakan bahwa

perkembangan anak secara kognitif dipengaruhi oleh lingkungan

sosial dimana anak itu berada.

Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

dianggap sebagai proses untuk mengkonstruksi pengetahuan yang

dilakukan oleh siswa secara mandiri. Karena siswa diarahkan untuk

menjawab materi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang

dimilikinya saat itu. Disamping itu, dalam konstruktivisme proses

belajar dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan lingkungan yang

mendukung dalam memecahkan masalah, melakukan penyelidikan,

dan menarik suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan rancangan

materi yang disesuaikan dengan masalah yang biasa dialami

dilingkungan sehari-hari. Dengan demikian teori konstruktivisme

berkaitan dengan penjelasan melalui metode inkuiri.

b. Belajar bermakna dari Ausubel

Belajar menurut Ausubel (Dahar,1996:111) ada dua jenis, yaitu:

1) Belajar bermakna (meaningful learning), dan

2) Belajar menghapal (rate learning).

Terpengaruh oleh Jean Piaget, Ausubel mempercayai jika

pemahaman konsep, prinsip-prinsip, dan ide-ide tercapai secara

deduktif. Dengan kata lain, beliau mempercayai bahwa ide-ide yang

diperoleh berasal dari proses belajar yang bermakna, dan menentang

pembelajaran dengan cara menghafal. Dalam bukunya (Educational

Psychology: A Cognitive View), beliau mengatakan bahwa:

6

Page 9: Makalah Guided Inquiry

“The most important single factor influencing learning is what the learner

already knows. As certain this and teach him accordingly” (Ausubel:1968)

Jadi, Belajar bermakna merupakan suatu proses dimana setiap

informasi atau pengetahuan baru dihubungkan dengan struktur

pengertian atau pemahaman yang sudah dimilikinya oleh siswa

sebelumnya. Belajar bermakna terjadi bila siswa mampu

menghubungkan setiap informasi baru kedalam struktur pengetahuan

mereka. Hal ini terjadi melalui pemahaman siswa terhadap sebuah

konsep, mampu mengubah konsep sehingga menyebabkan

peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah. Untuk itu dapat

dikatakan teori belajar bermakna dari Ausubel sesuai dengan metode

inkuiri. Karena siswa mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan

materi secara mandiri tanpa dibimbing oleh guru.

c. Belajar penemuan dari Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh

ialah model dari Jerome Bruner. Bruner mengemukakan pendapatnya

dalam kutipan berikut:

“The purpose of education is not to impart knowledge, but instead to facilitate

a child's thinking and problem solving skills which can then be transferred to a

range of situations. Specifically, education should also develop symbolic

thinking in children”. (Bruner:1960)

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari

pembelajaran bukanlah untuk menanamkan pengetahuan, tetapi untuk

memfasilitasi pemikiran siswa dan kemampuan dalam memecahkan

masalah. Jadi siswa disarankan berusaha sendiri untuk memecahkan

masalah yang berinteraksi dengan lingkungan, agar mereka

memperoleh pengalaman, melakukan eksperimen dan menemukan

konsep itu sendiri.

7

Page 10: Makalah Guided Inquiry

Sedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inkuiri

(Hamalik, 2003 : 64) adalah sebagai berikut:

Ketrampilan berpikir kritis dan berpikir dedukatif sangat

diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang

dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh

kelompok

Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok

di mana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab dan

bersama-sama mencari pengetahuan.

Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi

inkuiri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif

2.Sejarah Inkuiri

Istilah inkuiri secara harfiah berarti “mencari pengetahuan”. Penemu

paling terkenal dari kurikulum berbasis inkuiri dapa sejarah awal

pendidikan adalah John Dewey. Pada satu abad yang lalu, Dewey

(Cracolice, 2009) menulis “science has been taught too much as

accumulation of ready-made material with which students are to be

familiar, not enough as a method of thinking, an attitude of mind, after the

pattern of which mental habits are to be transformed” yang memiliki

makna bahwa ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sudah terlalu

banyak karena akumulasi bahan siap pakai yang sudah dikenal oleh siswa,

tidak cukup hanya sebagai metode berpikir, sikap pikiran, kebiasaan

mental pun harus diubah. Namun, yang perlu disayangkan, pemberian

mata pelajaran kimia hanya memiliki pengetahuan akan beberapan bahan

sehingga dapat lebih mudah diingat di kemudia hari, bukan sebagai

pencarian pengetahuan.

Menurut Cracolice (2009) perbedaan utama antara pendekatan secara

inkuiri dan non-inkuiri adalah urutan instruksi. Secara umum, sebagian

besar mata pelajaran kimia meliputi tiga tahap per konsep utama:

1) menginformasikan siswa tentang konsep, biasanya melalui ceramah

dan/atau bacaan buku teks,

8

Page 11: Makalah Guided Inquiry

2) memverifikasi bahwa konsep ini memang benar, kadang-kadang

melalui latihan laboratorium, namun hampir selalu melalui informasi

yang dikirimkan melalui ceramah dan/atau buku pelajaran, dan

3) berlatih menjawab pertanyaan tentang konsep, biasanya melalui tugas

pada akhir bab. Urutan "tradisional" tersebut biasanya disebut

menginformasikan-memferifikasi-praktek.

Sebuah pendekatan inkuiri membalikkan urutan dua tahap pertama yang

dijelaskan di atas. Praktikum dilakukan pada tahap pertama. Siswa

mengumpulkan data sebelum mereka diberitahu tentang konsep. Jika

praktikum berjalan tidak praktis, guru dapat memberikan data kepada

siswa, idealnya dengan deskripsi instrumentasi yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi di mana data

dikumpulkan. Kemudian siswa menggunakan data tersebut untuk

membangun (mengkontruksi) konsep pengetahuan mereka sendiri. Konsep

yang kemudian disempurnakan melalui praktikum. Pada intinya

pendekatan secara inkuiri mengikuti aturan Verifikasi-Menginformasikan-

Latihan, namun pada tahap verifikasi dalam fase mempertimbangkan data

dan fase menginformasikan adalah fase membangun konsep dalam pikiran

siswa sendiri.

3.Definisi Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa inggris yaitu “inquiry” yang

secara harfiah berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,

penyelidikan. Penyelidikan dimaksudkan dari kegiatan

siswa dalam kelas. Karena siswa diharapkan lebih aktif

misalkan dalam mengamati, mengumpulkan dan

mengorganisasikan data, mengidentifikasi dan mengontrol

variabel merumuskan, menguji hipotesis dan penjelasan

serta menyimpulkan sendiri dari data yang mereka

dapatkan. Inkuiri lebih menekankan pada proses keaktifan

siswa dalam proses belajar. Baik melalui sikap maupun

keterampilan dan aspek lainnya.

9

Page 12: Makalah Guided Inquiry

Inkuiri adalah “rangkaian pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan” (Sanjaya, 2006). Tujuan

utama model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan

berpikir dan menitikberatkan serta memfokuskan terhadap

kegiatan atau aktifitas siswa. Sehingga model ini selain

berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada

proses belajar.

4.Macam-macam Strategi pada Pendekatan Inkuiri

Menurut Brown (1982), terdapat beberapa strategi

yang dapat digunakan untuk mengajarkan ilmu dengan

pendekatan inkuiri. Hal ini tergantung dari tiga jenis

strategi dalam pendekatan inkuiri.

1) Inkuiri terbimbing adalah benyuk inkuiri dimana guru

menyusun proses pembelajaran. Guru membuat suatu

masalah dan mengelompokkan menjadi pertanyaan

sederhana, serta memberikan nasehat tentang langkah-

langkah yang harus dilakukan siswa untuk menjawab

pertanyaan.

2) Inkuiri bebas adalah suatu bentuk inkuiri yang siswa

merumuskan permasalahan yang harus dipecahkan,

merancang metode dan teknik untuk memecahkan

masalah serta melaksanakan investigasi untuk

membuat suatu kesimpulan.

3) Inkuiri modifikasi adalah gabungan dari inkuiri

terbimbing dan inkuiri bebas. Guru memberikan

masalah dan siswa diminta untuk melaksanakan

penyelidikan (dapat dilakukan secara kelompok). Guru

bertindak sebagai narasumber yang memberikan

bantuan untuk menghindari ketidakmajuan dari siswa.

10

Page 13: Makalah Guided Inquiry

5.Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided

Inquiry)

Dalam keefektifannya “Pembelajaran inkuiri

terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar

siswa, dibandingkan dengan inkuiri terbuka” (Sulistina, dkk

2010). Hal ini disebabkan karena pembelajaran inkuiri

terbimbing guru lebih banyak berperan dalam membantu

siswa untuk melakukan penyelidikan dan membimbing

siswa usaha menemukan konsep dan prinsip.

Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan

intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk

pengembangan emosional dan pengembangan

keterampilan. Namun, guru juga tidak hanya memberikan

masalah, guru juga memberikan pengarahan serta

bimbingan terhadap kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan siswa agar siswa dapat mengerti dan mengikuti

kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Guru juga merupakan

motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengaruh,

manajer, atau rewarder (Trianto, 2007).

6.Keunggulan dan Kelemahan Strategi Inkuiri

Sebagai suatu model pembelajaran, inkuiri mempunyai

keunggulan dan kelemahan. Keunggulan yang dimiliki

model inkuiri berbeda dengan model-model pembelajaran

lain. Menurut Zuriyani (2007) strategi pembelajaran inkuiri

memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan.Keunggulan

Strategi Pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi

pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

11

Page 14: Makalah Guided Inquiry

secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui

strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang

kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar

mereka.

c. Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang

dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi

belajar modern yang mengaggap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan

siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus

tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam

belajar.

Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri

a. Jika Strategi Pembelajaran Inkuiri digunakan sebagai

strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol

kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran

oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam

belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,

memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru

sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka

Strategi Pembelajaran Inkuiri akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

Sanjaya(2006) mengungkapkan keunggulan dari model

inkuiri sebagai berikut:

12

Page 15: Makalah Guided Inquiry

a. Merupakan model yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

dengan seimbang, sehingga akan lebih bermakna;

b. Mengembangkan keterampilan pemikiran kritis siswa

dan meningkatkan literasi ilmiah;

c. Membantu siswa menjadi pemikir ilmiah dan

merangsang minat siswa dalam meneliti isu-isu;

d. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka;

e. Model yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar

adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman;

f. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri

yang sering dihadapi terhadap proses pembelajaran baik

secara konsep maupun teknis, menurut Sanjaya(2006)

adalah:

a. Dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu

yang panjang sehingga guru sering kesulitan

menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan;

b. Memerlukan proses mental yang berbeda.

B. LANGKAH-LANGKAH STRATEGI INKUIRI TERBIMBING

Pembelajaran secara inkuiri akan menghasilkan pemahaman yang mendalam

pada berbagai aspek ilmu sains, hal ini bertolak belakang dengan

pembelajaran tradisional. Menurut Leonard (Rahayu, 2013), pada

pembelajaran inkuiri, siswa melakukan kegiatan berikut:

13

Page 16: Makalah Guided Inquiry

Melakukan pengamatan awal

Merespon atau mengajukan pertanyaan terhadap materi yang diajukan

(merumuskan masalah)

Menyusun hipotesis terhadap pertanyaan dalam percobaan

Merencanakan percobaan

Mengumpulkan, mengorganisasi dan menyajikan data

Menganalisis data untuk membuktikan hipotesis

Membagikan ide atau hasil analisis data kepada kelompok lain untuk

memperoleh balikan

Meninjau kembali, jika diperlukan menjajaki ulang data

Mendapatkan persetujuan umum dalam jawaban terhadap pertanyaan

percobaan

Terdapat beberapa langkah strategi inkuiri terbimbing menurut para ahli,

seperti yang tertera di bawah ini:

Selection of ‘topic’ or broad focus for an

inquiry

Importantly, the focus for the unit should be

selected with a ‘big picture’ in mind.

School and state curriculum documents

may assist. Foci will often be modified

through negotiation with students or in

conjunction with events or issues arising in

the local or global community.

Generative question/s

What’s the inquiry really about? What is

the key idea? What big question/s will we

explore? This question has generative

potential - it is open and often provocative.

(Imagine this question on your classroom

wall) In some cases, students help devise

the question. The question may be framed

as a problem, a provocation, a

wondering….

Understandings skills What do we want students to understand

more deeply by the end of the inquiry?

What is important to know about this?

(Link to big ideas) What key skills,

14

Page 17: Makalah Guided Inquiry

strategies, qualities and values will be

enriched through this inquiry? Link skills to

generic areas: thinking, communication,

selfmanagement, social, ICTs.

Tuning in (to students, not just the topic!)

Engagement and gathering prior

knowledge, pre assessment, questions for

inquiry, goal setting. Sometimes, students

will require some early immersion or

‘front loading’ in the topic if little is

known/experienced. Some questions may

emerge from students at this stage. What

theories do we have? How do we already

understand this? Ask students: how could

we find out more about this?

Finding out

Experiences and texts that add to

knowledge base – emphasis on gathering

data first hand and in a range of ways

(usually shared experiences)… linked to

understanding goals. Data gathering

through engaging with experts, surveys,

interviews, film, experiments, observations,

field work…

Sorting out

Organising, analysing and communicating

the information gathered using a range of

learningareas – eg: through maths, arts,

English, drama, music, technology, etc.

Reflective thinking work - revising original

theories and propositions. Reviewing the

big question…What meaning can we make

of this data? What are we learning?

Going Further (independent inquiry)

Raising or revisiting questions.

Opportunity for students to pursue

questions or issues/interests of their own or

in small groups. These questions may be

picked up from earlier in the inquiry or

have emerged from the shared inquiry

Drawing Conclusions Stating understandings – what do we think

and know now? How dowe feel? High

15

Page 18: Makalah Guided Inquiry

level thinking aboutthe topic. Identifying

avenues foraction and application.

Generalising(should be done throughout)

Reflecting and Acting

Now what? Taking action. Reflecting on

the unit –what how and why learning has

come about? What did I learn about this

topic? What did I learn about myself? What

should I do now? (Reflect all the way

through) Murdoch,(2007)

Berdasarkan tabel di atas, Murdoch (2007) berpendapat bahwa langkah-

langkah dalam strategi pembelajaran secara inkuiri terbimbing adalah sebagai

berikut:

Menentukan suatu topik untuk penyelidikan (inkuiri)

Menyusun pertanyaan

Keterampilan memahami

Menyesuaikan beberapa pengetahuan

Mencari pengetahuan (ilmu) yang relevan dengan permasalahan

Memilah pengetahuan (ilmu) yang relevan dengan permasalahan

Menyelidiki secara mandiri

Membuat kesimpulan

Merefleksikan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat

Ada juga pendapat yang lain tentang langkah-langkah pembelajaran dengan

inkuiri terbimbing.

“Inquiry is a process. You can’t do everything all at once. At the beginning,

you need to ask questions and explore. Then you plan what you want to do and

research it, gathering the materials you need. Afterward, you create something,

following your plan. When you’ve completed your creation, you check it against

your goals to see how you can improve on what you have accomplished. In the end,

you present your work to the wide world. Here’s a visual to help you understand the

inquiry process

- Questioning

- Planning

- Researching

16

Page 19: Makalah Guided Inquiry

- Creating

- Improving

- Presenting(King, 2012: 236)”

Berdasarkan uraian di atas, King (2012: 236) berpendapat bahwa inkuiri

merupakan suatu proses yang tidak dapat melakukan segala langkahnya

secara bersamaan. Berikut proses inkuiri menurut King:

Membuat suatu pertanyaan

Membuat perencanaan

Melakukan percarian

Menciptakan sesuatu yang baru

Melakukan improvisasi

Mempresentasikan hasil kerja

Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat

diambil kesimpulan bahwa pembelajaran secara inkuiri

terbimbing merupakan proses yang harus melewati beberapa

langkah untuk mencapai hasil yang maksimal. Langkah-

langkah tersebut adalah:

1) Observasi untuk menemukan masalah

2) Merumuskan masalah

3) Mengajukan hipotesis

4) Merencanakan pemecahan masalah

5) Melaksanakan eksperimen

6) Melakukan pengamatan dan pengambilan data

7) Analisis data

8) Menarik kesimpulan dan penemuan (mempresentasikan

data)

C. APLIKASI STRATEGI INKUIRI TERBIMBING

Langkah 1: Observasi untuk menemukan masalah

Kegiatan guru Kegiatan siswa

17

Page 20: Makalah Guided Inquiry

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau

fenomena yang memungkinkan siswa

menemukan masalah, misalnya saja dalam

hal ini digunakan contoh bab Laju Reaksi

khususnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi. Guru

memberikan fenomena apabila kita

mempunyai satu kotak garam grasak, dan

serbuk garam, apabila dilarutkan dalam air

maka garam yang serbuk akan lebih

mudah larut. Selain itu guru memberikan

contoh lainnya, apabila kita mempunyai

buah-buahan dan di letakkan dalam kulkas

akan lebih awet dari pada buah-buahan

diletakkan diudara terbuka. Dengan

pemberian fenomena yang sesuai dengan

kehidupan sehari anak-anak tersebut, maka

akan memunculkan suatu masalah bagi

pemikiran siswa.

Siswa menanggapi apersepsi

dari guru mengenai laju reaksi

yang dapat ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari dan

menambahkan manfaat lainnya,

seperti bisa melarutkan gula

pada air hangat.

Langkah 2: Merumuskan masalah

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Guru membimbing siswa merumuskan

masalah penelitian berdasarkan kejadian

dan fenomena yang disajikan dengan guru

menunjuk 2 orang siswa untuk melakukan

demonstrasi sederhana mengenai pengaruh

laju permukaan terhadap laju reaksi

(dengan melarutkan Kristal garam dalam

air dan serbuk garam dalam air)

Dua orang siswa yang dengan

sukarela maju ke depan kela

untuk melakukan demonstrasi

kepada teman-temannya, guna

memahami konsep laju reaksi.

18

Page 21: Makalah Guided Inquiry

Langkah 3: Mengajukan hipotesis

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Guru membimbing siswa untuk

mengajukan hipotesis terhadap masalah

yang telah dirumukannya dengan

memberikan pertanyaan apa yang dapat

diperoleh dari sedikit demonstrasi yang

telah dilakukan oleh dua orang temannya

tersebut.

Guru mempersilahkan siswa untuk

mengangkat tangan atau menunjuk siswa

guna mengungkapkan hipotesis dari

demontrasi tersebut.

Siswa mengungkapkan

hipotesisnya mengenai

demonstrasi yang telah

dilakukan oleh temannya

didepan kelas.

Langkah 4: Merencanakan pemecahan masalah

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Guru membimbing siswa untuk

merencanakan pemecahan masalah,

membantu menyiapkan alat dan bahan

yang diperlukan dan menyusun prosedur

yang tepat yaitu dengan memberikan LKS

kepada siswa mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi, dimana

terdapat banyak soal-soal yang

mengharuskan siswa untuk melakukan

sebuah eksperimen lanjut, misalnya :

1) Direaksikan masing-masing

Larutan HCl 2 M, larutan HCl 1 M,

larutan HCl 0.5 M dengan Logam Mg

(Konsentrasi)

Siswa merencanakan rencana

percobaan yang akan dilakukan

untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai laju reaksi, jika

terdapat kesulitan bisa

ditanyakan kepada guru.

19

Page 22: Makalah Guided Inquiry

2) Direaksikan masing-masing Zn

padatan dan Zn serbuk dengan

larutan HCl 1 M (Luas permukaan)

3) Ditambahkan gula dalam air, pada

kondisi pertama gula dalam air

tersebut dibiarkan tanpa diaduk,

dan untuk gula dalam air yang lain

dipanaskan juga tanpa diaduk

(Temperatur)

Langkah 5: Melaksanakan eksperimen

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Selama siswa bekerja, guru membimbing

dan menfasilitasi serta tetap mengawai

percobaan yang dilakukan siswa.

Siswa melakukan ekperimen

dari rencana percobaan yang

telah dibuat sendiri sebelumnya.

Langkah 6: Melakukan pengamatan dan pengumpulan

data

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Guru membantu siswa melakukan

pengamatan tentang hal-hal yang penting

dan membantu mengumpulkan serta

mengorganisasi data

Siswa menulis data mengamatan

sesuai percobaan yang mereka

lakukan

Langkah 7: Analisis data

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Guru membantu siswa untuk menganalisis

data supaya menemukan suatu konsep,

yaitu dari data yang telah diperoleh siswa

dibimbing untuk menemukan bagaimana

Siswa menanyakan mengenai

data pengamatan yang telah

mereka peroleh kepada guru,

dan kemudian dianalisa sendiri

20

Page 23: Makalah Guided Inquiry

faktor-faktor laju reaksi itu dari percobaan

yang telah siswa lakukan dalam percobaan

sesuai pemahaman siswa

Langkah 8: Menarik kesimpulan dan penemuan

(mempresentasikan data)

Kegiatan guru Kegiatan siswa

Guru membimbing siswa mengambil

kesimpulan berdasarkan data dan

menemukan sendiri konsep yang ingin

diitanamkan, dimana dari percobaan siswa

akan menyimpulkan sendiri apa saja faktor

dari laju reaksi, sehingga siswa

membentuk konsep mereka sendiri.

Siswa menemukan konsepnya

sendiri

D. INFORMATION AND COMMUNICATIONS TECHNOLOGY

(ICT)

1. Perngertian ICT

“ICT is technology that supports activities involving

information. Suchactivities include gathering, processing, storing and

presenting data. Increasingly these activities also involved

collaboration and communication. Hence IT has become ICT

(Information and Communications Technology).

Information and communication technology, or ICT, is

defined as the combination of informatics technology with

other, related technologies, specifically communication

technology. In this book, these three definitions have been

collapsed into a single, all encompassing, definition of ICT.

This definiton implies that ICT will be used, applied, and

integrated in activities

of working and learning on the basis of conceptual

understanding and methods of informatics(Gokhe).”

21

Page 24: Makalah Guided Inquiry

Berdasarkan uraian di atas, menurut Gokhe, ICT adalah

suatu teknologi yang mendukung aktivitas yang

berhubungan dengan informasi, seperti mengumpulkan,

memproses, menyimpan maupun mempresentasikan data.

Information and Communication Technology (ICT)

merupakan kombinasi dari teknologi informasi dengan

teknologi yang lain khususnya adalah teknologi

komunikasi.

2. Cakupan ICT dalam pendidikan

Menurut Surjono (2012), cakupan ICT dalam pendidikana

adalah sebagai berikut:

ICT sebagai subyek (ilmu komputer)

ICT sebagai alat administrasi (sistem informasi

akademik)

ICT sebagai alat produktivitas (pengolah kata,

angka, gambar)

ICT sebagai alat inovasi aktivitas belajar mengajar

(konten digital, multimedia)

ICT sebagai alat memperluas kesempatan belajar

(web pembelajaran, e-Learning)

3. Kondisi ICT di Sekolah Indonesia

Menurut Surjono (2012), kondisi ICT di sekolah Indonesia

adalah sebagai berikut:

1. ICT belum dimanfaatkan secara optimal terutama di

pelosok (tanpa listrik, tanpa skills, tidak cukup)

2. Banyak siswa menggunakan ICT di luar sekolah (main

games/PS), karena guru tidak menggunakannya di

kelas

3. Guru lahir di lingkungan non-ICT, tetapi siswa lahir di

lingkungan ICT

22

Page 25: Makalah Guided Inquiry

4. Kompetensi guru dan dosen dalam hal ICT masih

rendah

5. Guru mempersiapkan dengan pendekatan ‘teacher

centered’, tetapi mengajar dengan pendekatan ‘student

centered’

E. MODIFIKASISTRATEGI INKUIRI TERBIMBING DENGAN

ICT (Information and Communications Technology)

Berdasarkan pengertian dari ICT, yang merupakan suatu

teknologi yang mendukung aktivitas yang berhubungan

dengan informasi, seperti mengumpulkan, memproses,

menyimpan maupun mempresentasikan data. Hal tersebut

berkaitan dengan langkah-langkah dalam strategi inkuiri

terbimbing, sehingga ICT dapat memaksimalkan

pembelajaran dengan strategi inkuiri terbimbing.

Dalam strategi pembelajaran inkuiri, guru akan

menggunakan strategi ICT saat memperkenalkan awal suatu

topik yang akan dibahas lebih mendalam dan atau setelah

siswa menyimpulkan masalah yang diberikan oleh

guru.Tujuan dari metode ICT adalah memberikan konsep

yang lebih mendalam dengan mengetahui proses kimia

secara mikroskopis. Umumnya guru menggunakan animasi

dan atau gambar yang relevan dengan materi untuk

menunjang penjelasan dari topik yang dibahas.

23

Page 26: Makalah Guided Inquiry

DAFTAR RUJUKAN

Ausubel, D., Novak, J., & Hanesian, H. 1968. Educational Psychology: A

Cognitive View (2nd Ed.). New York: Holt, Rinehart & Winston.

Brooks, Jacqueline Grennon and Brooks, Martin G. (1993). The case for

constructivist classrooms. Alexandria, VA: ASCD

Brown, R.N., F.E. Oke and P. Brown. 1982. Curriculum and

Intstruction: An Introduction to Methods of Teaching.

Macmillan Publishers Ltd., London

Bruner, J. 1960. The Process of education. Cambridge, Mass.: Harvard

University Press.

Cracolice, Mark S. 2009. Chemist’s Guide to Effective

Teaching Volume II: Guided Inquiry and the Learning

Cycle. Upper Saddle River, New Jersey 07458:

Pearson Education, Inc.

Dahar, R.D. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Gokhe, Megha. TSECR, Concept of Information and

Communication Technology. Online.

http://www.tscermumbai.in/resources%20_paper_

%204/IV.1_information_and_communication_technolo

gy.pdfdiakses pada tanggal 13 September 2013

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakata :

Bumi Aksara.

Iskandar, Srini Murtinah. 2010. Strategi Pembelajaran

Konstruktivistik dalam Kimia. Malang: Universitas

Negeri Malang.

King, Robert; Erickson, Christoper; and Sebranek, Janae. 2012. Inquire A

Guide to 21st Century Learning. Thoughful Learning

Murdoch, Kath. 2007. A Basic Overview of the Integrated Inquiry Planning

Model. Online. http://www.inquiryschools.net/page10/files/Kath

%20Inquiry.pdfdiakses pada tanggal 9 Oktober 2013

24

Page 27: Makalah Guided Inquiry

Obomanu, B.J. and C.A. Okoro. 1999. Teaching Issues and Methods.

Omoku: Molsyfem United Services Publishing Unit

Oguzor, Nkasiobi Silas. 2011. Current Research Journal of Social Sciences

3: Inquiry Instructional Method and the School Science

Currículum. Omoku-Nigeria: Federal College of Education

(Technical)

Piaget, J. 1963. The Developmental Psychology. Princeton, NJ: Van Nostrand

Rahayu, Mike. 2013. Pengembangan modul elektrokimia dengan pendekatan

inkuiri terbimbing untuk siswa SMA RSBI kelas XII. Universitas

Negeri Malang: Malang

Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media

Sulistina, Oktaviana. 2010. Pengembangan Pembelajaran

Kimia dengan Model Inkuiri Terbimbing. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Surjono, Herman Dwi. 2012. Implementasi ICT dalam

Pembelajaran IPA. Online.

http://repo.unnes.ac.id/dokumen/Implementasi-ICT-

dlm-Pemb-IPA-rev-sm.pdfdiakses pada tanggal 13

September 2013

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

von Glasersfield. 1987. A constructivist approach to teaching. Constructivism

in education.Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum

Vygotsky. 1978. Interaction between Learning and Development.

Cambridge, MA: Harvard University Press

Zuriyani, Elsy. 2007. Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran

IPA. Palembang

25