25
Review Jurnal : “A Cost-Minimization Analysis Comparing Azithromycin-Based and Levofloxacin-Based Protocols for the Treatment of Patients Hospitalized With Community-Acquired Pneumonia” I. Pendahuluan Farmakoekonomi adalah sebuah penelitian tentang proses identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi serta determinasi suatu alternative terbaik. Evaluasi farmakoekonomi memperkirakan harga dari produk atau pelayanan berdasarkan satu atau lebih sudut pandang. Tujuan dari farmakoekonomi diantaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama selain itu juga dapat membandingkan pengobatan (treatment yang berbeda untuk kondisi yang berbeda) (Septiyani, 2007). Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu menetapkan masalah, identifikasi alternative intervensi, menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat, identifikasi dan mengukur outcome dari alternative intervensi, menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah 1

Makalah Farmakoekonomi CMA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmakoekonomi

Citation preview

Review Jurnal : “A Cost-Minimization Analysis Comparing Azithromycin-

Based and Levofloxacin-Based Protocols for the Treatment of Patients

Hospitalized With Community-Acquired Pneumonia”

I. Pendahuluan

Farmakoekonomi adalah sebuah penelitian tentang proses identifikasi,

mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu

program, pelayanan dan terapi serta determinasi suatu alternative terbaik.

Evaluasi farmakoekonomi memperkirakan harga dari produk atau pelayanan

berdasarkan satu atau lebih sudut pandang. Tujuan dari farmakoekonomi

diantaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada

kondisi yang sama selain itu juga dapat membandingkan pengobatan

(treatment yang berbeda untuk kondisi yang berbeda) (Septiyani, 2007).

Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu

menetapkan masalah, identifikasi alternative intervensi, menentukan

hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan

yang tepat, identifikasi dan mengukur outcome dari alternative intervensi,

menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah interpretasi dan

pengambilan kesimpulan. Data farmakoekonomi dapat merupakan alat yang

sangat berguna dalam membantu membuat beberapa keputusan klinik,

seperti pengelolaan formularium yang efektif, pengobatan pasien secara

individual, kebijakan pengobatan dan alokasi dana (Vogenberg, 2001).

Salah satu metode yang bisa dilakukan dalam evaluasi farmakoekonomi

adalah Cost-Minimization Analysis (CMA). CMA adalah tipe analisis yang

menentukan biaya program terendah dengan asumsi besarnya manfaat yang

diperoleh sama. Analisis ini digunakan untuk menguji biaya relative yang

dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang

diperoleh. Suatu kekurangnan yang nyata dari analisis cost-minimization

yang mendasari sebuah analisis adalah pada asumsi pengobatan dengan

hasil yang ekuivalen. Jika asumsi tidak benar dapat menjadi tidak akurat,

1

pada akhirnya studi menjadi tidak bernilai. Pendapat kritis analisis cost-

minimization hanya digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang sama

(Orion, 1997).

Contoh dari analisis cost-minimization adalah terapi dengan antibiotika

generic dengan paten, outcome klinik (efek samping dan efikasi sama), yang

berbeda adalah onsetdan durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada

obat yang biaya per harinya lebih murah (Vogenberg, 2001).

II.Review Jurnal

A. Judul

“A Cost-Minimization Analysis Comparing Azithromycin-Based and

Levofloxacin-Based Protocols for the Treatment of Patients Hospitalized

With Community-Acquired Pneumonia”

B. Penulis

Gregory P. Samsa, David B. Matchar, James Harnett, dan Jerome Wilson

C. Pendahuluan

Community-acquired pneumonia (CAP) adalah masalah kesehatan

masyarakat yang sangat serius terhitung untuk 600.000 rumah sakit dan $23

juta per tahun di US. Penderita CAP biasanya empirik dan secara langsung

melawan patogen seperti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus

influenzae. Patogen atipikal seperti Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia

pneumoniae, dan Legionella pneumophil, mereka tidak bisa ditereima

melalui in vitro terhadap β-Lactam dan kemungkinan terhitung untuk 33%

dari infeksi CAP.

Sehubungan dengan rekomendasi dari komunitas profesional, dua dari

terapi yang paling umum dilakukan terhadap penyakit CAP adalah sebagai

berikut: 1. β-Lactam/ β-Lactamase inhibitor atau generasi pertama atau

ketiga dari sefalosporin ditambah sebuah makrolida. 2. Golongan kelas

2

florokuinolon. Pada golongannya adalah meskipun golongan quinolon

menyajikan ruang lingkup yang luas dan punya bioavailabilitas peroral yang

sangat bagus, tetapi juga dapat meningkatkan resiko organisme resisten

yang mungkin berkembang. Potensial harga ( dalam ruang lingkup

morbiditas, mortalitas, dan ekonomi ) sangat tinggi.

Percobaan acak telah dibandingkan dengan azitromisin dan

levofloksasin untuk mengobati pasien CAP memberikan hasil strategi yang

dijelaskan diatas, dalam ruang lingkup yang lebih dalam, CAP-IN

dibandingkan efikasi kliniknya dengan sebagai berikut: (1) terapi sekuential

dengan IV azitromisin ditambah III lvofloksasin diikuti oleh azitromisin

secara oral. (2) IV levofloksasin diikuti oleh levofloksasin peroral yang

cukup untuk mengobati pasien dengan Cap yang butuh perawatan dan IV

terapi. Kita menghadirkan studi cost-minimalisasi dengan membandingkan

dua regimen, berdasarkan hasil dari CAP-IN.

AZITROMISIN

Azitromisin adalah antibiotik golongan makrolida pertama yang

termasuk dalam kelas azalide. Azitromisin diturunkan dari eritromisin

dengan menambahkan suatu atom nitrogen ke cincin lakton eritromisin A.

Pemberian azitromisin secara oral diserap secara cepat dan segera

didistribusi ke seluruh tubuh. Distribusi azitromisin yang cepat ke dalam

jaringan dan konsentrasi yang tinggi dalam sel mengakibatkan kadar

azitromisin dalam jaringan lebih tinggi dari plasma atau serum. Sebuah studi

memperlihatkan bahwa makanan meningkatkan kadar maksimum (Cmax )

hingga 23% tapi tidak ada perubahan pada nilai AUC.

Azitromisin beraksi menghambat sintesis protein mikroorganisme

dengan mengikat ribosom subunit 50S. Azitromisin tidak mengusik

pembentukan asam nukleat. Azitromisin aktif terhadap mikroorganisme

berikut berdasarkan in vitro dan infeksi klinis.

Bakteri aerob gram positif : Staphylococcus aureus, Streptococcus

agalactiae, Streptococcus pneumoniae, dan Streptococcus pyogenes. Bakteri

3

aerob gram negatif : Haemophilus ducreyi, Haemophilus influenzae,

Moraxella catarrhalis, dan Neisseria gonorrhoeae. Mikroorganisme lainnya :

Chlamydia pneumoniae, Chlamydia trachomatis, dan Mycoplasma

pneumoniae. Azitromisin memperlihatkan resistensi silang dengan galur

gram positif resisten eritromisin. Sebagian besar galur Enterococcus faecalis

dan methicillin-resistant staphylococci resisten terhadap azitromisin

Interaksinya, antasid yang mengandung aluminium dan magnesium

mengurangi kadar puncak plasma (rate of absorption) azitromisin, namun

nilai AUC (extent of absorption) tak berubah. Azitromisin mengurangi

klirens triazolam sehingga meningkatkan efek farmakologinya.

Nama dagangnya, Aztrin, Mezatrin, Zibramax, Zifin, Zithromax, dan

Zycin

LEVOFLOKSASIN

Levofloksasin adalah bentuk (S)-enansiomer yang murni dari campuran

rasemat ofloksasin. Levofloksasin memiliki spektrum antibakteri yang luas.

Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, termasuk

bakteri anaerob. Selain itu, levofloksasin juga memperlihatkan aktivitas

antibakteri terhadap Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia.

Levofloksasin seringkali bersifat bakterisidal pada kadar yang sama dengan

atau sedikit lebih tinggi dari kadar hambat minimal. Mekanisme kerja

levofloksasin yang utama adalah melalui penghambatan DNA gyrase

bakteri (DNA topoisomerase II), sehingga terjadi penghambatan replikasi

dan transkripsi DNA.

Profil konsentrasi plasma dan AUC levofloksasin setelah pemberian IV

dan oral adalah serupa, sehingga pemberian parenteral dapat

dipertimbangkan untuk menggantikan pemberian secara oral, begitu pula

sebaliknya. Setelah pemberian dosis 500 mg sekali sehari secara multipel,

konsentrasi plasma maksimum dan minimum levofloksasin berturut-turut

6,4 μg/mL dan 0,6 μg/mL. Levofloksasin terikat pada protein serum kira-

kira 24-38%. Levofloksasin didistribusikan secara cepat dan luas dalam

4

blister fluid. Levofloksasin juga mempunyai penetrasi yang baik ke dalam

jaringan paru. Kadar levofloksasin di dalam jaringan paru pada umumnya 2

sampai 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar dalam plasma.

Levofloksasin dimetabolisme dalam jumlah kecil dan sebagian besar

diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan sisanya melalui feses. Rata-

rata waktu paruh eliminasi plasma setelah pemberian levofloksasin dosis

multipel adalah 6-8 jam.

BACKGROUND

Sebuah percobaan acak telah dicobakan membandingkan azitromisin

dengan levofloksasin untuk penanganan secukupnya untuk beberapa

komunitas pasien rumah sakit yang mengalami pneumonia. Ini adalah CMA

yang membandingan terhadap resimen tersebut.

D. Metode Penelitian

Studi yang lebih spesifik mengenai komunitas yang terkena pneumonia

dan keefektifan hasilnya telah dipublikasikan dimana-mana. Percobaan yang

membandingkan dua obat, yaitu azithromycin dan lefloxacin. Pada kedua

obat penggunaan yang tepat adalah secara intra vena lalu dilanjutkan dengan

pemberian oral. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengurangan gejala

seperti batuk, demam, dan pernapasan yang lebih mudah.

Berdasarkan kedua obat tadi yang memiliki kesamaan efek diharapkan

akan menghabiskan waktu terapi yang sama dengan lamanya tinggal di

rumah sakit. Azythromycin dan lefloxacin memiliki efikasi yang sama.

Ukuran sampel dari komunitas yang terkena pneumonia telah

berdasarkan demonstrasi klinik yang ekuivalen antara 2 obat. Percobaan

dihentikan lebih awal, dengan 110 pasien dengan azithromycin dan 102

5

pasien dengan lefloxacin. Distribusi dari masing-masing group dapat

dibandingkan secara ekonomi.

Analisis Ekonomi

Berikut ini adalah data yang tersedia dalam analisis ekonomi di rumah

sakit, yaitu dosis, lama rawat dan ruangan, jumlah kehilangan hari kerja,

home care, emergency. Variable outcome primer diperkirakan adalah direct

medical cost selama kira-kira 30 hari dengan tambahan indirect medical

cost.

Untuk analisis primer, rata-rata biaya tiap pasien dikalkulasi antara

azithromycin dan lefloxacin adalah secara terpisah lalu dibandingkan

menggunakan perbedaan nilai dan two sample t-test

E. Hasil Penelitian

Penelitian ini mencakup dua kelompok yaitu kelompok pasien yang

diberi pengobatan dengan azithromycin dan levefloxacin. Pasien kelompok

levofloxacin terdiri dari 82 pasien, 57% pria, 86%nya putih, rata-rata umur

72,8 thn (SD 13.5). Pasien kelompok azithromycinterdiri dari 81 orang, 57%

pria, 86%nya putih, rata-rata umur 71,4 thn (SD 13.0). Gejala pada kedua

kelompok tersebut umumnya serupa yaitu 40% pasien dari kedua kelompok

memiliki gejala yang paling parah dari skala 1-4.

6

Tabel 1 menyimpulkan bahwa mayoritas biaya tergantung dari biaya

bangsal. Rata-rata masa tinggal di rumah sakit (LOS) 8.8 hari (SD 7.0) pada

levofloxacin, dan 7.0 hari (SD 3.7) pada kelompok azithromycin (p = 0.03).

Hampir semua perbedaan ini dapat digeneralisasikan menjadi 7.4 hari pada

kelompok levofloxacin dan 5.7 hari pada kelompok azithromycin. Rata-rata

pengeluaran per pasien = rata-rata biaya per pasien dibagi harga per unit

Dilihat dari tabel, perbedaan pada total biaya kedua kelompok tersebut

adalah $2481 per pasien, dengan SE $1136 (p = 0.03, taraf kepercayaan 95%,

$238 sampai $4724).

Dari 100 sampel hasil boostrap (1 data asli dan 99 data replikasi), 98

diantaranya menunjukkan total biaya kelompok levofloxacin melebihi

kelompok azithromycin (p = 0.02). Range dari taraf kepercayaan konsisten

dengan taraf kepercayaan t test sebelumnya.

Dengan melihat kategori biaya untuk individual, kecuali untuk biaya

obat ($238 vs $189) dan beberapa kategori yang tidak berdampak banyak,

hasilnya menunjukkan konsistensi untuk keuntungan azithromycin.

Perbedaan biaya terbesar yang terkait dengan rawat inap adalah lama pasien

7

tinggal di rumah sakit, dimana mayoritasnya dihabiskan untuk pengobatan di

bangsal.

Maka dari itu perkiraan yang tepat dari manfaat biaya yang disebabkan

oleh azithromycin bergantung pada besar biaya yang terkait dengan lama

pasien tinggal di rumah sakit. Perkiraan ini juga menunjukkan perbedaan

pada rata-rata lama masa tinggal (LOS) ketika membandingkan penggunaan

levofloxacin dan azithromycin.

F. Pembahasan

Pengobatan yang menyertakan obat yang tidak biasa untuk pasien rawat

inap penderita CAP, khususnya makrolida (dikombinasikan dengan

cephalosporin) atau levofloxacin telah mengurangi lamanya pasien menginap

dan angka kematian. Terkait dengan kemungkinan resistensi, Centers for

Disease Control and Prevention menganjurkan untuk meyediakan

fluoroquinolon untuk pasien CAP yang beresiko resisten terhadap infeksi

pneumococcus. Dari hasil studi diperoleh bahwa direct medical cost

azitromisin $ 2,481 lebih kecil daripada levofloxacin, karena lama rawat inap

lebih singkat pada pasien yang menggunakan azitromisin daripada pasien

yang menggunakan levofloxacin, walaupun harga azitromisin lebih mahal

daripada levofloxacin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil analisis antara lain:

1. Faktor pemilihan pasien. Beberapa pasien memenuhi 30 hari pengumpulan

data sedangkan yang lain tidak. Kemudian diputuskan untuk melakukan

analisis biaya hanya menggunakan data pasien yang lengkap. Keuntungan

analisis dengan cara ini adalah dapat mengurangi data yang harus

diasumsikan untuk menghitung semua komponen biaya setiap pasien.

Kerugiannya adalah hasil analisis tersebut kemungkinan bias, artinya tidak

mewakili keadaan sebenarnya, karena ada kemungkinan data pasien yang

tidak diikutsertakan berbeda jauh dari rata-rata data yang diikutsertakan

dalam analisis.

8

2. Faktor waktu pengukuran hasil. Waktu pengambilan data ditentukan

selama 30 hari, karena biaya diperkirakan tidak akan berbeda setelah 30

hari tersebut. Analisis juga hanya menggunakan data biaya, tidak termasuk

peningkatan kualitas hidup pasien, karena menurut pasien kualitas hidup

tidak akan mengalami perbedaan yang signifikan setelah 30 hari.

Faktor ini melibatkan pemilihan kategori data untuk analisis. Analisis

difokuskan pada kategori yang berkaitan dengan biaya terapi yang besar.

Namun dalam pengambilan data, diikutkan pula semua elemen biaya yang

mungkin, walau tidak memberi pengaruh yang signifikan secara statistik,

agar diperoleh informasi sebanyak mungkin terkait dengan perbedaan

biaya, jika ada.

3. Faktor harga satuan. Digunakan untuk memperkiraan harga satuan pada

tabel 1, harga unit di ICU lebih mahal namun waktu rawat inap pasien

lebih banyak dihabiskan di Bangsal. Dari hasil studi kesembuhan pasien

dihari ke-30 hampir sama antara penggunaan azitromisin (86.2%) dan

levofloxacin (83.7%), yang berarti azitromisin dan ceftriaxon comparable

dengan levofloxacin. Dalam analisis efikasi pada CAP-IN, bahwa pasien

memiliki presentase kesembuhan 68.2% untuk azitromisin dan 53.0%

untuk levofloxacin pada akhir terapi (hari ke-14 ±2). Pasien yang

menggunakan azitromisin kemungkinan lebih cepat merasakan

kesembuhan dan lebih singkat menjalani rawat inap. Pasien azitromisin

juga membayar biaya kontrol yang lebih rendah sekitar $233 per pasien.

Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa direct medical cost dari

pasien azitromisin lebih murah $2481 daripada pasien levofloxacin. Biaya

yang lebih ringan ini dikarenakan masa rawat inap pasien azitromisin yang

lebih singkat. Tetapi biaya hanya salah satu faktor yang perlu

dipertimbangkan untuk menentukan pengobatan yang paling tepat untuk

setiap pasien.

9

Apendix

1. Biaya rumah sakit per hari

Perkiraan biaya ICU dan bangsal per hari didasarkan pada penelitian

oleh Dresser et al, the Health Care Utilization Project Data, dan Healthcare

Cost Report Information Sistem.

Perhitungan Biaya per Hari

Perkiraan biaya meliputi data pasien dengan penyakit parah, lama

tinggal di ICU dan bangsal pada pasien penyakit parah, dan asumsi

bahwa pasien dengan penyakit ringan tidak perlu tinggal di ICU, maka

perkiraan biaya ICU dan bangsal per hari dapat dihitung.

Berikut merupakan data perkiran biaya dan lama rawat inap di

ICU dan bangsal

10

Dengan data tersebut maka dapat dihitung biaya total dengan rumus :

Biaya total = (biaya ICU per hari x lama tinggal di ICU) +

(biaya bangsal per hari x lama tinggal di bangsal)

Rumus itu dapat digunakan dengan asumsi biaya per hari untuk ICU dan

bangsal tidak termasuk biaya perawatan. Hasil perhitungan biaya ini tersaji

pada 2000 dolar dan dinaikkan hingga 2002 dollar, (berdasarkan medical

cost-of-living inflator 104,1% untuk 200 sampai 2001 dan 104,7% untuk

2001 sampai 2002). Hasil tersaji dalam tabel 4.

11

Perkiraan rentang biaya per hari

Penentuan rentang dilakukan berdasarkan Health Care Utilization

Project data set, identify a range of International Classification of

Diseases, Ninth Revision, Clinical Modification (ICD-9-CM). Dipilih

ketentuan yang berhubungan dengan pneumonia, tidak termasuk TBC,

infeksi jamur, dan infeksi virus.

Untuk perhitungan rentang dilakukan perhitungan faktor perkalian

dengan membandingkan data Dresser et al dengan Medicare untuk

menentukan perkiraan minimum dan perkiraan maksimum biaya

pengeluaran, untuk faktor pengali perkiraan biaya minimum dihitung

dengan (biaya total tinggi/biaya total Dresser et al = $ 9,124 / $ 6,143 =

1,5). Sedangkan untuk faktor pengali maksimum dihitung dengan : (IQR

rendah / total Dresser et al = $ 4,328/ $ 6,143 = 0,7). Hasil perkiraan biaya

minimum dan maksimum dapat dilihat dalam tabel berikut.

2. Harga Unit obat

Pengobatan A: Azithromycin i.v + Ceftriaxone i.v ( dengan atau tanpa

Cefuroxime) diikuti dengan Azithromycin oral: Berdasarkan protokol

pembelajaran (Protokol Pfizer No.A0661035)

o v Azithromycin = 500 mg ( 2 – 5 hari)

12

o i.v Ceftriaxone = 1 g (2 – 5 hari)

o oral Azithromazin = 2 x 250 mg ( melengkapinya 7 hingga 10 hari)

o bila terkena resisten pneumonia azithromicin + cetriaxone dan juga

diberi cefuroxime axetil oral bersama dengan azithromazin oral.

o Azithromycin i.v = 10 ml vial = 500 mg= 50 mg/ml

o Azithromycin oral = 2 mg/ml (250 mg tablet)

o Ceftriaxone i.v = 10 mg/ml

Pengobatan B: Levofloxacin i.v diikuti dengan Levofloxacin oral:

o Levofloxacin i.v = 500 mg ( > 2hari)= single-use vial

o Oral Levofloxacin = 500 mg ( melengkapi terapi 7 hingga 10 hari)

Untuk pasien dengan insufiensi ginjal ( kreatinin clearance < 50

ml/min), dosis Levofloxacin haruslah disesuaikan. Pasien yang menerima

levofloxacin i.v pada dosis 500 mg sebagai dosis awal, diikuti dengan 250

mg untuk semual dosis oral dan i.v untuk melengkapi total terapi 7 hingga

14 hari terapi.

The federal Supply Schedule merupakan multiple award, multiyear

federal contract yang telah bersedia berguna bagi pemerintahan federal

dan pada saat ini telah digunakan sebagai gambaran harga yang

sebenarnya. Berdasarkan biaya jadwal persediaan Pemerintah pusat di AS

dari Januari 2001 hingga Januari 2002, telah diperkirakan biaya tiap dosis

(tabel 7).

13

Persiapan dan Administrasi

Biaya dalam persiapan dan administrasi telah diperoleh dari

Dresser et al, yang rata rata telah memperkirakan microcosting studies

(nilai mata uang turun) pada 2000 dolar ( $8 untuk dosis i.v dan $2

untuk dosis oral). Reinflasi hingga 2002 dollar, ( $8.71untuk dosis i.v

dan $2.18 untuk dosis oral).

3. Pelayanan dan Peralatan

Biaya unit untuk pelayanan perawatan di rumah dan peralatan

diturunkan dari jadwal Medicare untuk kode HCPCS yang dipakai untuk

pelayanan yang relevan, atau pada kasus penggantian non Medicare

pelayanan cleaning servis, dari estimasi untuk biro statistik tenaga kerja.

4. Biaya Unit Produktivitas

Biaya produktivitas $23.36/jam diperkirakan sebagai biaya jam

total pegawai untuk penggantian seluruh pekerja sipil di tahun 2002

III. Kesimpulan dan Saran

1. Biaya yang diperoleh dari jurnal ini dapat dikelompokkan menjad i:

14

Direct medication costDirect

nonmedication costIndirect cost

Drugs (Ceftriaxone,

Azitromycin, Levofloxacin)

Hospital (ICU, General

medical day, unknown visit,

office visit, ED visit)

Postdischarge utilization

Home care (Home nurse,

home health aid, home

housekeeper, home oxygen)

- Lost productivity

(Work days missed)

2. Dari segi biaya penggunaan obat lebih murah Levofloxacin dibanding

Azithromycin tetapi apabila dilihat dari segi LOS (Length of Stay) pasien

yang menggunakan Azithromycin memiliki LOS yang lebih sedikit

dibandingkan konsumen Levofloxacin dan begitu juga dengan lama

mengiinap di bangsal lebih cepat pada pasien konsumsi Azithromycin

dibandingkan Levofloxacin.

15

3. Pasien yang menggunakan terapi Azithromycin dalam pengobatan lebih

sedikit pengeluarannya dibandingkan dengan terapi Levofloxacin, hal ini

karena pertimbangan lamanya terapi.

4. Total biaya pasien dengan terapi Azithryomycin lebih sedikit daripada

pasien dengan terapi Levofloxacin, dengan perbedaan biaya sebesar

$2481. Perbedaan biaya ini sudah diuji menggunakan t-test dan hasilnya

adalah ada perbedaan signifikan diantara keduanya.

5. Perbedaan biaya sebesar $2481 ini termasuk $2300 untuk biaya

pengobatan di rumah sakit, dan juga $2124 untuk biaya bangsal

6. Keberhasilan klinis pada hari ke-30 penelitian pada kedua kelompok

pasien baik Azithromycin maupun Levofloxacin memiliki kemiripan, yaitu

86,2% untuk pasien dengan terapi Azithromycin dan 83,7% untuk pasien

dengan terapi Levofloxacin

7. Dalam analisis efikasi CAP-IN, kelompok pasien dengan terapi

Azithromycin memiliki presentase kesembuhan yang lebih tinggi, yaitu

68,2% dibandingkan dengan 53,0% untuk pasien dengan terapi

Levofloxacin

8. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek pada penelitian Cost

Minimization Analysis ini, pasien penderita CAP ini lebih baik diterapi

dengan menggunakan Azithromycin

9. Dilihat dari segi keadaan pasien (misalnya reaksi alergi atau

hipersensitivitas), pemilihan obat untuk terapi perlu ditinjau kembali

karena Azithromycin merupakan antibiotik yang berspektrum luas

Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

1. Dalam jurnal, tercantum sumber-sumber yang mendukung analisis

ekonomi ini

2. Dicantumkan daftar harga rincian biaya

3. Membandingkan hasil penelitian yang diperoleh dengan penelitian-

penelitian sebelumnya

16

4. Menggunakan metode CAP-IN yang didesain sebagai pembelajaran yang

ekuivalensi dan dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan klinis

5. Beberapa pasien tidak diikutsertakan dalam analisis hasil karena dalam

masa penelitian terdapat sampel yang tidak memenuhi syarat, padahal

mungkin saja dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian

6. Lokasi penelitian tidak dicantumkan dalam jurnal

IV. Daftar Pustaka

Dresser LD, Niederman MS, Paladino JA. 2001, Cost-effectiveness of

gatifloxacin vs ceftriaxone with a macrolide for the treatment of

community-acquired pneumonia. Chest

Healthcare Cost Report Information System (HCRIS) Dataset

Healthcare Cost and Utilization Study HCUPnet

www.chestjournal.org

www.dexa-medica.com

www.generikkimiafarma.blogspot.com

17