Upload
bagus-bee-kurniawan
View
746
Download
132
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmakoekonomi
Citation preview
Review Jurnal : “A Cost-Minimization Analysis Comparing Azithromycin-
Based and Levofloxacin-Based Protocols for the Treatment of Patients
Hospitalized With Community-Acquired Pneumonia”
I. Pendahuluan
Farmakoekonomi adalah sebuah penelitian tentang proses identifikasi,
mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu
program, pelayanan dan terapi serta determinasi suatu alternative terbaik.
Evaluasi farmakoekonomi memperkirakan harga dari produk atau pelayanan
berdasarkan satu atau lebih sudut pandang. Tujuan dari farmakoekonomi
diantaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada
kondisi yang sama selain itu juga dapat membandingkan pengobatan
(treatment yang berbeda untuk kondisi yang berbeda) (Septiyani, 2007).
Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu
menetapkan masalah, identifikasi alternative intervensi, menentukan
hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan
yang tepat, identifikasi dan mengukur outcome dari alternative intervensi,
menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah interpretasi dan
pengambilan kesimpulan. Data farmakoekonomi dapat merupakan alat yang
sangat berguna dalam membantu membuat beberapa keputusan klinik,
seperti pengelolaan formularium yang efektif, pengobatan pasien secara
individual, kebijakan pengobatan dan alokasi dana (Vogenberg, 2001).
Salah satu metode yang bisa dilakukan dalam evaluasi farmakoekonomi
adalah Cost-Minimization Analysis (CMA). CMA adalah tipe analisis yang
menentukan biaya program terendah dengan asumsi besarnya manfaat yang
diperoleh sama. Analisis ini digunakan untuk menguji biaya relative yang
dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang
diperoleh. Suatu kekurangnan yang nyata dari analisis cost-minimization
yang mendasari sebuah analisis adalah pada asumsi pengobatan dengan
hasil yang ekuivalen. Jika asumsi tidak benar dapat menjadi tidak akurat,
1
pada akhirnya studi menjadi tidak bernilai. Pendapat kritis analisis cost-
minimization hanya digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang sama
(Orion, 1997).
Contoh dari analisis cost-minimization adalah terapi dengan antibiotika
generic dengan paten, outcome klinik (efek samping dan efikasi sama), yang
berbeda adalah onsetdan durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada
obat yang biaya per harinya lebih murah (Vogenberg, 2001).
II.Review Jurnal
A. Judul
“A Cost-Minimization Analysis Comparing Azithromycin-Based and
Levofloxacin-Based Protocols for the Treatment of Patients Hospitalized
With Community-Acquired Pneumonia”
B. Penulis
Gregory P. Samsa, David B. Matchar, James Harnett, dan Jerome Wilson
C. Pendahuluan
Community-acquired pneumonia (CAP) adalah masalah kesehatan
masyarakat yang sangat serius terhitung untuk 600.000 rumah sakit dan $23
juta per tahun di US. Penderita CAP biasanya empirik dan secara langsung
melawan patogen seperti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae. Patogen atipikal seperti Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae, dan Legionella pneumophil, mereka tidak bisa ditereima
melalui in vitro terhadap β-Lactam dan kemungkinan terhitung untuk 33%
dari infeksi CAP.
Sehubungan dengan rekomendasi dari komunitas profesional, dua dari
terapi yang paling umum dilakukan terhadap penyakit CAP adalah sebagai
berikut: 1. β-Lactam/ β-Lactamase inhibitor atau generasi pertama atau
ketiga dari sefalosporin ditambah sebuah makrolida. 2. Golongan kelas
2
florokuinolon. Pada golongannya adalah meskipun golongan quinolon
menyajikan ruang lingkup yang luas dan punya bioavailabilitas peroral yang
sangat bagus, tetapi juga dapat meningkatkan resiko organisme resisten
yang mungkin berkembang. Potensial harga ( dalam ruang lingkup
morbiditas, mortalitas, dan ekonomi ) sangat tinggi.
Percobaan acak telah dibandingkan dengan azitromisin dan
levofloksasin untuk mengobati pasien CAP memberikan hasil strategi yang
dijelaskan diatas, dalam ruang lingkup yang lebih dalam, CAP-IN
dibandingkan efikasi kliniknya dengan sebagai berikut: (1) terapi sekuential
dengan IV azitromisin ditambah III lvofloksasin diikuti oleh azitromisin
secara oral. (2) IV levofloksasin diikuti oleh levofloksasin peroral yang
cukup untuk mengobati pasien dengan Cap yang butuh perawatan dan IV
terapi. Kita menghadirkan studi cost-minimalisasi dengan membandingkan
dua regimen, berdasarkan hasil dari CAP-IN.
AZITROMISIN
Azitromisin adalah antibiotik golongan makrolida pertama yang
termasuk dalam kelas azalide. Azitromisin diturunkan dari eritromisin
dengan menambahkan suatu atom nitrogen ke cincin lakton eritromisin A.
Pemberian azitromisin secara oral diserap secara cepat dan segera
didistribusi ke seluruh tubuh. Distribusi azitromisin yang cepat ke dalam
jaringan dan konsentrasi yang tinggi dalam sel mengakibatkan kadar
azitromisin dalam jaringan lebih tinggi dari plasma atau serum. Sebuah studi
memperlihatkan bahwa makanan meningkatkan kadar maksimum (Cmax )
hingga 23% tapi tidak ada perubahan pada nilai AUC.
Azitromisin beraksi menghambat sintesis protein mikroorganisme
dengan mengikat ribosom subunit 50S. Azitromisin tidak mengusik
pembentukan asam nukleat. Azitromisin aktif terhadap mikroorganisme
berikut berdasarkan in vitro dan infeksi klinis.
Bakteri aerob gram positif : Staphylococcus aureus, Streptococcus
agalactiae, Streptococcus pneumoniae, dan Streptococcus pyogenes. Bakteri
3
aerob gram negatif : Haemophilus ducreyi, Haemophilus influenzae,
Moraxella catarrhalis, dan Neisseria gonorrhoeae. Mikroorganisme lainnya :
Chlamydia pneumoniae, Chlamydia trachomatis, dan Mycoplasma
pneumoniae. Azitromisin memperlihatkan resistensi silang dengan galur
gram positif resisten eritromisin. Sebagian besar galur Enterococcus faecalis
dan methicillin-resistant staphylococci resisten terhadap azitromisin
Interaksinya, antasid yang mengandung aluminium dan magnesium
mengurangi kadar puncak plasma (rate of absorption) azitromisin, namun
nilai AUC (extent of absorption) tak berubah. Azitromisin mengurangi
klirens triazolam sehingga meningkatkan efek farmakologinya.
Nama dagangnya, Aztrin, Mezatrin, Zibramax, Zifin, Zithromax, dan
Zycin
LEVOFLOKSASIN
Levofloksasin adalah bentuk (S)-enansiomer yang murni dari campuran
rasemat ofloksasin. Levofloksasin memiliki spektrum antibakteri yang luas.
Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, termasuk
bakteri anaerob. Selain itu, levofloksasin juga memperlihatkan aktivitas
antibakteri terhadap Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia.
Levofloksasin seringkali bersifat bakterisidal pada kadar yang sama dengan
atau sedikit lebih tinggi dari kadar hambat minimal. Mekanisme kerja
levofloksasin yang utama adalah melalui penghambatan DNA gyrase
bakteri (DNA topoisomerase II), sehingga terjadi penghambatan replikasi
dan transkripsi DNA.
Profil konsentrasi plasma dan AUC levofloksasin setelah pemberian IV
dan oral adalah serupa, sehingga pemberian parenteral dapat
dipertimbangkan untuk menggantikan pemberian secara oral, begitu pula
sebaliknya. Setelah pemberian dosis 500 mg sekali sehari secara multipel,
konsentrasi plasma maksimum dan minimum levofloksasin berturut-turut
6,4 μg/mL dan 0,6 μg/mL. Levofloksasin terikat pada protein serum kira-
kira 24-38%. Levofloksasin didistribusikan secara cepat dan luas dalam
4
blister fluid. Levofloksasin juga mempunyai penetrasi yang baik ke dalam
jaringan paru. Kadar levofloksasin di dalam jaringan paru pada umumnya 2
sampai 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar dalam plasma.
Levofloksasin dimetabolisme dalam jumlah kecil dan sebagian besar
diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan sisanya melalui feses. Rata-
rata waktu paruh eliminasi plasma setelah pemberian levofloksasin dosis
multipel adalah 6-8 jam.
BACKGROUND
Sebuah percobaan acak telah dicobakan membandingkan azitromisin
dengan levofloksasin untuk penanganan secukupnya untuk beberapa
komunitas pasien rumah sakit yang mengalami pneumonia. Ini adalah CMA
yang membandingan terhadap resimen tersebut.
D. Metode Penelitian
Studi yang lebih spesifik mengenai komunitas yang terkena pneumonia
dan keefektifan hasilnya telah dipublikasikan dimana-mana. Percobaan yang
membandingkan dua obat, yaitu azithromycin dan lefloxacin. Pada kedua
obat penggunaan yang tepat adalah secara intra vena lalu dilanjutkan dengan
pemberian oral. Hal ini dibuktikan dengan adanya pengurangan gejala
seperti batuk, demam, dan pernapasan yang lebih mudah.
Berdasarkan kedua obat tadi yang memiliki kesamaan efek diharapkan
akan menghabiskan waktu terapi yang sama dengan lamanya tinggal di
rumah sakit. Azythromycin dan lefloxacin memiliki efikasi yang sama.
Ukuran sampel dari komunitas yang terkena pneumonia telah
berdasarkan demonstrasi klinik yang ekuivalen antara 2 obat. Percobaan
dihentikan lebih awal, dengan 110 pasien dengan azithromycin dan 102
5
pasien dengan lefloxacin. Distribusi dari masing-masing group dapat
dibandingkan secara ekonomi.
Analisis Ekonomi
Berikut ini adalah data yang tersedia dalam analisis ekonomi di rumah
sakit, yaitu dosis, lama rawat dan ruangan, jumlah kehilangan hari kerja,
home care, emergency. Variable outcome primer diperkirakan adalah direct
medical cost selama kira-kira 30 hari dengan tambahan indirect medical
cost.
Untuk analisis primer, rata-rata biaya tiap pasien dikalkulasi antara
azithromycin dan lefloxacin adalah secara terpisah lalu dibandingkan
menggunakan perbedaan nilai dan two sample t-test
E. Hasil Penelitian
Penelitian ini mencakup dua kelompok yaitu kelompok pasien yang
diberi pengobatan dengan azithromycin dan levefloxacin. Pasien kelompok
levofloxacin terdiri dari 82 pasien, 57% pria, 86%nya putih, rata-rata umur
72,8 thn (SD 13.5). Pasien kelompok azithromycinterdiri dari 81 orang, 57%
pria, 86%nya putih, rata-rata umur 71,4 thn (SD 13.0). Gejala pada kedua
kelompok tersebut umumnya serupa yaitu 40% pasien dari kedua kelompok
memiliki gejala yang paling parah dari skala 1-4.
6
Tabel 1 menyimpulkan bahwa mayoritas biaya tergantung dari biaya
bangsal. Rata-rata masa tinggal di rumah sakit (LOS) 8.8 hari (SD 7.0) pada
levofloxacin, dan 7.0 hari (SD 3.7) pada kelompok azithromycin (p = 0.03).
Hampir semua perbedaan ini dapat digeneralisasikan menjadi 7.4 hari pada
kelompok levofloxacin dan 5.7 hari pada kelompok azithromycin. Rata-rata
pengeluaran per pasien = rata-rata biaya per pasien dibagi harga per unit
Dilihat dari tabel, perbedaan pada total biaya kedua kelompok tersebut
adalah $2481 per pasien, dengan SE $1136 (p = 0.03, taraf kepercayaan 95%,
$238 sampai $4724).
Dari 100 sampel hasil boostrap (1 data asli dan 99 data replikasi), 98
diantaranya menunjukkan total biaya kelompok levofloxacin melebihi
kelompok azithromycin (p = 0.02). Range dari taraf kepercayaan konsisten
dengan taraf kepercayaan t test sebelumnya.
Dengan melihat kategori biaya untuk individual, kecuali untuk biaya
obat ($238 vs $189) dan beberapa kategori yang tidak berdampak banyak,
hasilnya menunjukkan konsistensi untuk keuntungan azithromycin.
Perbedaan biaya terbesar yang terkait dengan rawat inap adalah lama pasien
7
tinggal di rumah sakit, dimana mayoritasnya dihabiskan untuk pengobatan di
bangsal.
Maka dari itu perkiraan yang tepat dari manfaat biaya yang disebabkan
oleh azithromycin bergantung pada besar biaya yang terkait dengan lama
pasien tinggal di rumah sakit. Perkiraan ini juga menunjukkan perbedaan
pada rata-rata lama masa tinggal (LOS) ketika membandingkan penggunaan
levofloxacin dan azithromycin.
F. Pembahasan
Pengobatan yang menyertakan obat yang tidak biasa untuk pasien rawat
inap penderita CAP, khususnya makrolida (dikombinasikan dengan
cephalosporin) atau levofloxacin telah mengurangi lamanya pasien menginap
dan angka kematian. Terkait dengan kemungkinan resistensi, Centers for
Disease Control and Prevention menganjurkan untuk meyediakan
fluoroquinolon untuk pasien CAP yang beresiko resisten terhadap infeksi
pneumococcus. Dari hasil studi diperoleh bahwa direct medical cost
azitromisin $ 2,481 lebih kecil daripada levofloxacin, karena lama rawat inap
lebih singkat pada pasien yang menggunakan azitromisin daripada pasien
yang menggunakan levofloxacin, walaupun harga azitromisin lebih mahal
daripada levofloxacin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil analisis antara lain:
1. Faktor pemilihan pasien. Beberapa pasien memenuhi 30 hari pengumpulan
data sedangkan yang lain tidak. Kemudian diputuskan untuk melakukan
analisis biaya hanya menggunakan data pasien yang lengkap. Keuntungan
analisis dengan cara ini adalah dapat mengurangi data yang harus
diasumsikan untuk menghitung semua komponen biaya setiap pasien.
Kerugiannya adalah hasil analisis tersebut kemungkinan bias, artinya tidak
mewakili keadaan sebenarnya, karena ada kemungkinan data pasien yang
tidak diikutsertakan berbeda jauh dari rata-rata data yang diikutsertakan
dalam analisis.
8
2. Faktor waktu pengukuran hasil. Waktu pengambilan data ditentukan
selama 30 hari, karena biaya diperkirakan tidak akan berbeda setelah 30
hari tersebut. Analisis juga hanya menggunakan data biaya, tidak termasuk
peningkatan kualitas hidup pasien, karena menurut pasien kualitas hidup
tidak akan mengalami perbedaan yang signifikan setelah 30 hari.
Faktor ini melibatkan pemilihan kategori data untuk analisis. Analisis
difokuskan pada kategori yang berkaitan dengan biaya terapi yang besar.
Namun dalam pengambilan data, diikutkan pula semua elemen biaya yang
mungkin, walau tidak memberi pengaruh yang signifikan secara statistik,
agar diperoleh informasi sebanyak mungkin terkait dengan perbedaan
biaya, jika ada.
3. Faktor harga satuan. Digunakan untuk memperkiraan harga satuan pada
tabel 1, harga unit di ICU lebih mahal namun waktu rawat inap pasien
lebih banyak dihabiskan di Bangsal. Dari hasil studi kesembuhan pasien
dihari ke-30 hampir sama antara penggunaan azitromisin (86.2%) dan
levofloxacin (83.7%), yang berarti azitromisin dan ceftriaxon comparable
dengan levofloxacin. Dalam analisis efikasi pada CAP-IN, bahwa pasien
memiliki presentase kesembuhan 68.2% untuk azitromisin dan 53.0%
untuk levofloxacin pada akhir terapi (hari ke-14 ±2). Pasien yang
menggunakan azitromisin kemungkinan lebih cepat merasakan
kesembuhan dan lebih singkat menjalani rawat inap. Pasien azitromisin
juga membayar biaya kontrol yang lebih rendah sekitar $233 per pasien.
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa direct medical cost dari
pasien azitromisin lebih murah $2481 daripada pasien levofloxacin. Biaya
yang lebih ringan ini dikarenakan masa rawat inap pasien azitromisin yang
lebih singkat. Tetapi biaya hanya salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk menentukan pengobatan yang paling tepat untuk
setiap pasien.
9
Apendix
1. Biaya rumah sakit per hari
Perkiraan biaya ICU dan bangsal per hari didasarkan pada penelitian
oleh Dresser et al, the Health Care Utilization Project Data, dan Healthcare
Cost Report Information Sistem.
Perhitungan Biaya per Hari
Perkiraan biaya meliputi data pasien dengan penyakit parah, lama
tinggal di ICU dan bangsal pada pasien penyakit parah, dan asumsi
bahwa pasien dengan penyakit ringan tidak perlu tinggal di ICU, maka
perkiraan biaya ICU dan bangsal per hari dapat dihitung.
Berikut merupakan data perkiran biaya dan lama rawat inap di
ICU dan bangsal
10
Dengan data tersebut maka dapat dihitung biaya total dengan rumus :
Biaya total = (biaya ICU per hari x lama tinggal di ICU) +
(biaya bangsal per hari x lama tinggal di bangsal)
Rumus itu dapat digunakan dengan asumsi biaya per hari untuk ICU dan
bangsal tidak termasuk biaya perawatan. Hasil perhitungan biaya ini tersaji
pada 2000 dolar dan dinaikkan hingga 2002 dollar, (berdasarkan medical
cost-of-living inflator 104,1% untuk 200 sampai 2001 dan 104,7% untuk
2001 sampai 2002). Hasil tersaji dalam tabel 4.
11
Perkiraan rentang biaya per hari
Penentuan rentang dilakukan berdasarkan Health Care Utilization
Project data set, identify a range of International Classification of
Diseases, Ninth Revision, Clinical Modification (ICD-9-CM). Dipilih
ketentuan yang berhubungan dengan pneumonia, tidak termasuk TBC,
infeksi jamur, dan infeksi virus.
Untuk perhitungan rentang dilakukan perhitungan faktor perkalian
dengan membandingkan data Dresser et al dengan Medicare untuk
menentukan perkiraan minimum dan perkiraan maksimum biaya
pengeluaran, untuk faktor pengali perkiraan biaya minimum dihitung
dengan (biaya total tinggi/biaya total Dresser et al = $ 9,124 / $ 6,143 =
1,5). Sedangkan untuk faktor pengali maksimum dihitung dengan : (IQR
rendah / total Dresser et al = $ 4,328/ $ 6,143 = 0,7). Hasil perkiraan biaya
minimum dan maksimum dapat dilihat dalam tabel berikut.
2. Harga Unit obat
Pengobatan A: Azithromycin i.v + Ceftriaxone i.v ( dengan atau tanpa
Cefuroxime) diikuti dengan Azithromycin oral: Berdasarkan protokol
pembelajaran (Protokol Pfizer No.A0661035)
o v Azithromycin = 500 mg ( 2 – 5 hari)
12
o i.v Ceftriaxone = 1 g (2 – 5 hari)
o oral Azithromazin = 2 x 250 mg ( melengkapinya 7 hingga 10 hari)
o bila terkena resisten pneumonia azithromicin + cetriaxone dan juga
diberi cefuroxime axetil oral bersama dengan azithromazin oral.
o Azithromycin i.v = 10 ml vial = 500 mg= 50 mg/ml
o Azithromycin oral = 2 mg/ml (250 mg tablet)
o Ceftriaxone i.v = 10 mg/ml
Pengobatan B: Levofloxacin i.v diikuti dengan Levofloxacin oral:
o Levofloxacin i.v = 500 mg ( > 2hari)= single-use vial
o Oral Levofloxacin = 500 mg ( melengkapi terapi 7 hingga 10 hari)
Untuk pasien dengan insufiensi ginjal ( kreatinin clearance < 50
ml/min), dosis Levofloxacin haruslah disesuaikan. Pasien yang menerima
levofloxacin i.v pada dosis 500 mg sebagai dosis awal, diikuti dengan 250
mg untuk semual dosis oral dan i.v untuk melengkapi total terapi 7 hingga
14 hari terapi.
The federal Supply Schedule merupakan multiple award, multiyear
federal contract yang telah bersedia berguna bagi pemerintahan federal
dan pada saat ini telah digunakan sebagai gambaran harga yang
sebenarnya. Berdasarkan biaya jadwal persediaan Pemerintah pusat di AS
dari Januari 2001 hingga Januari 2002, telah diperkirakan biaya tiap dosis
(tabel 7).
13
Persiapan dan Administrasi
Biaya dalam persiapan dan administrasi telah diperoleh dari
Dresser et al, yang rata rata telah memperkirakan microcosting studies
(nilai mata uang turun) pada 2000 dolar ( $8 untuk dosis i.v dan $2
untuk dosis oral). Reinflasi hingga 2002 dollar, ( $8.71untuk dosis i.v
dan $2.18 untuk dosis oral).
3. Pelayanan dan Peralatan
Biaya unit untuk pelayanan perawatan di rumah dan peralatan
diturunkan dari jadwal Medicare untuk kode HCPCS yang dipakai untuk
pelayanan yang relevan, atau pada kasus penggantian non Medicare
pelayanan cleaning servis, dari estimasi untuk biro statistik tenaga kerja.
4. Biaya Unit Produktivitas
Biaya produktivitas $23.36/jam diperkirakan sebagai biaya jam
total pegawai untuk penggantian seluruh pekerja sipil di tahun 2002
III. Kesimpulan dan Saran
1. Biaya yang diperoleh dari jurnal ini dapat dikelompokkan menjad i:
14
Direct medication costDirect
nonmedication costIndirect cost
Drugs (Ceftriaxone,
Azitromycin, Levofloxacin)
Hospital (ICU, General
medical day, unknown visit,
office visit, ED visit)
Postdischarge utilization
Home care (Home nurse,
home health aid, home
housekeeper, home oxygen)
- Lost productivity
(Work days missed)
2. Dari segi biaya penggunaan obat lebih murah Levofloxacin dibanding
Azithromycin tetapi apabila dilihat dari segi LOS (Length of Stay) pasien
yang menggunakan Azithromycin memiliki LOS yang lebih sedikit
dibandingkan konsumen Levofloxacin dan begitu juga dengan lama
mengiinap di bangsal lebih cepat pada pasien konsumsi Azithromycin
dibandingkan Levofloxacin.
15
3. Pasien yang menggunakan terapi Azithromycin dalam pengobatan lebih
sedikit pengeluarannya dibandingkan dengan terapi Levofloxacin, hal ini
karena pertimbangan lamanya terapi.
4. Total biaya pasien dengan terapi Azithryomycin lebih sedikit daripada
pasien dengan terapi Levofloxacin, dengan perbedaan biaya sebesar
$2481. Perbedaan biaya ini sudah diuji menggunakan t-test dan hasilnya
adalah ada perbedaan signifikan diantara keduanya.
5. Perbedaan biaya sebesar $2481 ini termasuk $2300 untuk biaya
pengobatan di rumah sakit, dan juga $2124 untuk biaya bangsal
6. Keberhasilan klinis pada hari ke-30 penelitian pada kedua kelompok
pasien baik Azithromycin maupun Levofloxacin memiliki kemiripan, yaitu
86,2% untuk pasien dengan terapi Azithromycin dan 83,7% untuk pasien
dengan terapi Levofloxacin
7. Dalam analisis efikasi CAP-IN, kelompok pasien dengan terapi
Azithromycin memiliki presentase kesembuhan yang lebih tinggi, yaitu
68,2% dibandingkan dengan 53,0% untuk pasien dengan terapi
Levofloxacin
8. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek pada penelitian Cost
Minimization Analysis ini, pasien penderita CAP ini lebih baik diterapi
dengan menggunakan Azithromycin
9. Dilihat dari segi keadaan pasien (misalnya reaksi alergi atau
hipersensitivitas), pemilihan obat untuk terapi perlu ditinjau kembali
karena Azithromycin merupakan antibiotik yang berspektrum luas
Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
1. Dalam jurnal, tercantum sumber-sumber yang mendukung analisis
ekonomi ini
2. Dicantumkan daftar harga rincian biaya
3. Membandingkan hasil penelitian yang diperoleh dengan penelitian-
penelitian sebelumnya
16
4. Menggunakan metode CAP-IN yang didesain sebagai pembelajaran yang
ekuivalensi dan dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan klinis
5. Beberapa pasien tidak diikutsertakan dalam analisis hasil karena dalam
masa penelitian terdapat sampel yang tidak memenuhi syarat, padahal
mungkin saja dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian
6. Lokasi penelitian tidak dicantumkan dalam jurnal
IV. Daftar Pustaka
Dresser LD, Niederman MS, Paladino JA. 2001, Cost-effectiveness of
gatifloxacin vs ceftriaxone with a macrolide for the treatment of
community-acquired pneumonia. Chest
Healthcare Cost Report Information System (HCRIS) Dataset
Healthcare Cost and Utilization Study HCUPnet
www.chestjournal.org
www.dexa-medica.com
www.generikkimiafarma.blogspot.com
17