Upload
alvi-yasin-martindo
View
344
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
AAAA
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi lingkungan global dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini
dipicu oleh ulah manusia yang mengekploitasi sumber daya alam dan lingkungan
tanpa batas. Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini meliputi
cakupan lokal, regional, nasional, internasional, sebagian besar bersumber dari
perilaku manusia.
Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti di laut, hutan, atmosfer,
air dsb. Semua itu bersumber dari perilaku manusia yang tidak bertanggung
jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. kasus-kasus yang terjadi
di lingkungan menarik untuk dikaji dari sudut pandang etika lingkungan.
Pada makalah ini mengankat tema mengenai etika lingkungan dengan
judul “Dampak Etika Lingkungan Masyarakat Terhadap Sungai Cilincing”.
Buruknya kualitas badan dan muara sungai Cilincing pada umumnya disebabkan
karena banyaknya limbah yang masuk ke badan sungai di sepanjang aliran
tersebut. Status Lingkungan Hidup pada wilayah sekitar sungai Cilincing
disebabkan karena tekanan ekologis terhadap lingkungan akibat dari tingginya
jumlah penduduk. Tingginya jumlah penduduk akibat ledakan jumlah penduduk
yang tidak terkendali menimbulkan banyak masalah lingkungan. Hal ini
disebabkan oleh kurang pahamnya masyarakat terhadap etika lingkungan.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari etika lingkungan?
2. Bagaimana etika lingkungan masyarakat di sekitar sungai Cilinding?
3. Dampak apa yang ditimbulkan dari etika lingkungan masyarakat terhadap
sungai Cilincing?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi etika lingkungan
2. Mengetahui etika lingkungan masyarakat di sekitar sungai Cilinding
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari etika lingkungan masyarakat
terhadap sungai Cilincing
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Etika Lingkungan
Etika lingkungan adalah satu cabang dari filosofi. Etika didefinisikan
untuk melihat apakah sesuatu itu benar atau salah, dengan tidak memperhatikan
dari perbedaan-perbedaan kebudayaan. Sebagai contoh, kebanyakan kebudayaan
mempunyai rasa hormat yang mendalam untuk kehidupan, dan merasa bahwa
semua individu mempunyai kesempatan yang baik untuk hidup. Hal ini ditetapkan
menghargai harga diri suatu individu dalam kehidupannya.
Moral dikonstribusikan dari etika karena moral mereflesikan perasaan
yang dominan dari kebudayaan tentang pendapat etika. Sebagai contoh, tidak
etisnya seorag ynag membunuh orang lain. Meskipun demikian, pada saat suatu
negara mengumumkan perang, kebanyakan dari masyarakatnya dapat menerima
kebolehan membunuh musuh-musuhnya. Karena itu hal tidak moral yang dapat
dikerjakan meskipun etika menyatakan bahwa membunuh itu salah.
Tingkah laku tidak etis Tingkah laku etis
Mencuri
Berdusta
Membunuh
Menipu
Bermalas-malas
Kejujuran
Kebenaran
Setia kawan
Kerja keras
Pandangan lingkunagn juga termasuk suatu penetapan nilai etika dan
morral. Sebagai contoh, saling membantu sesama manusia bilamana suatu tempat
mempunyai kelebihan pangan maka tidak eis ditempat lain menderita kelaparan.
Bisa terjadi ada yang tidak merasakan suatu kewajiban untuk bersama-sama
dengan tempat lain didunia ini. Dalam kenyataannya ketidak samaan kemampuan
memunculkan akibat bagi suatu negara menderita kelaparan tadi. Dan disisi moral
hanya sebagai suatu hal yang tidak konsisten dengan kebenaran etis yang murni
itu.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 3
B. Teori Etika Lingkungan
Teori etika lingkungan terdiri dari:
a. Antroposentrisme
b. Biosentrisme
c. Ekosentrisme
d. Hak Asasi Alam
e. Ekofeminisme
f. Prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup
a. Antroposentrisme
Teori Antroposentrisme adalah teori lingkungan yang memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya
dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan
yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya, nilai dan prinsip
moral hanya berlaku bagi manusia dan etika hanya berlaku bagi manusia.
Antroposentrisme selain bersifat antroposentris, juga sangat
instrumentalistik. Pola hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi
Instrumental. Alam dinilai sebagai alat bagi kepentingan manusia, sehingga
apabila alam atau komponennya dinilai tidak berguna bagi manusia maka alam
akan diabaikan. Teori ini bersifat egois, Karena bersifat instrumentalistik dan
egois teori ini dianggap sebagai sebuah etika lingkungan yang dangkal dan sempit
(shallow environmental ethics). Teori ini dianggap sebagai salah satu penyebab,
bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan yang terjadi. Karena teori ini
menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta demi
memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya dan tidak peduli terhadap alam.
b. Biosentrisme
Setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada
dirinya sendiri. Tidak hanya manusia yang mempunyai nilai, alam juga
mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 4
Biosentrisme menolak argumen antroposentrisme, karena yang menjadi
pusat perhatian dan yang dibela oleh teori ini adalah kehidupan, secara moral
berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan di muka bumi ini mempunyai nilai moral
yang sama sehingga harus dilindungi dan diselamatkan. Mendasarkan moralitas
pada keluhuran kehidupan, baik pada manusia maupun pada makhluk hidup
lainnya. Konsekuensinya: alam semesta adalah sebuah komunitas moral. Manusia
maupun bukan manusia sama-sama memiliki nilai moral. Kehidupan makhluk
hidup apapun pantas dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan dan
tindakan moral. Bahkan lepas dari perhitungan untung-rugi bagi kepentingan
manusia.
c. Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori biosentrisme. Pada teori
Ekosentrisme, etika diperluas untuk mencakup komunitas ekologis seluruhnya,
baik yang hidup maupun yang tidak. Secara ekologis, makhluk hidup (biotis) dan
benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lainnya.Kewajiban dan
tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup Salah satu versi
ekosentrisme adalah Deep ecology.
Deep ecology (DE) diperkenalkan oleh Arne Naess (filsuf Norwegia)
tahun 1973 dalam artikelnya “The shallow and the Deep, Long-range Ecological
Movement: A Summary”. DE menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada
manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitannya dengan
upaya mengatasi persoalan lingkungan hidup. DE tidak mengubah sama sekali
hubungan manusia dengan manusia.
Yang baru dari teori Ekosentrisme adalah, manusia dan kepentingannya
bukan lagi ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Manusia bukan lagi pusat dari
dunia moral, namun memusatkan perhatian kepada semua spesies atau biosphere
secara keseluruhan.
Etika lingkungan yang dikembangkan DE dirancang sebagai sebuah etika
praktis, sebagai sebuah gerakan DE lebih tepat disebut sebagai sebuah gerakan di
antara orang-orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung
suatu gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 5
lingkungan dan politik. DE suatu gerakan yang menuntut dan didasarkan pada
perubahan paradigma secara mendasar dan revolusioner, yaitu cara pandang, nilai,
dan perilaku atau gaya hidup.
d. Hak Asasi Alam
Makhluk hidup di luar manusia tidak memiliki hak pribadi, namun
makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan
berkembang. Makhluk hidup selain manusia memiliki hak asasi atas ekosistem
dan habitatnya. Hak asasi alam tidak bersifat absolut.
e. Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan bagian atau cabang dari feminisme.
Ekofinisme menggugat cara pandang dominan dan umum berlaku pada era
modern, cara pandang maskulin, patriakis dan hierarkis. Ekofeminisme
dikategorikan sebagai ekologi sosial. Penganut ekofeminisme berkeyakinan
bahwa struktur dan institusi sosial dan politik harus diubah secara radikal untuk
menghapus atau paling tidak mengurangi dominasi, penindasan, dan eksploitasi
laki-laki terhadap perempuan serta dominasi dan eksploitasi terhadap alam.
f. Prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup
Prinsip-prinsip etika lingkungan hidup meliputi:
Sikap hormat terhadap alam (respect for nature)
Prinsip tanggung jawab (moral responsibility for nature)
Silidaritas kosmis (cosmic solidarity)
Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (caring for nature)
Prinsip “no harm” tidak merugikan alam
Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam
Prinsip keadilan
Prinsip demokrasi
Prinsip integritas moral
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 6
C. Etika Individu
Sebagai seorang masyarakat yang dijamin untuk bebas dari tekanan-
tekanan, bebas dari ketakutan, bebas menyatakan pendapat, dan memiliki hak-hak
asasi lainnya. Masyarakat sebagai individu juga dijamin keberadaannya untuk
dipilih dan menentukan hak pilihnya dalam menentukan kehidupan
bermasyarakatnya.
D. Etika bersama
Keberadaan dari suatu industri memerlukan ahan mentah, proses
pembuatan, pemasaran dan pembuangan limbah dapat merupakan bagian yang
dapat menyebabkan suatu pencemaran. Hal ini dapat saja dicegah dalam
mengurangi akibat tersebut dengan suatu kebujakan yang dilakuakn bersama.
Industri dapat menjadi suatu yang dapat mengotorkan lingkungan karena semua
industri menggunakan energi dan sumber daya alam. Dan dalam proses suatu
pabrik sisa-sisa sampah yang menjadi hasil sampingan yang dihasilkan
sebagaimana dinyatakan oleh hukum termodinamika kedua tentang energi dan
panas yang dihasilkan.
Sebagai contoh industri yang membuat makanan menggunakan energi
dalam mempersiapkan makanan jadi yang dibuat. Banyak energi hilang menjadi
panas limbah. Tambahan lain, asap dan bau-bauan yang dihasilkan dilepaskan
keatmosfera. Akhirnya, tulang, lemak dan makanan yang tidak berwarna dapat
menjadi material yang tidak terpakai yang harus dibuang pula.
Harga dan nilai dari pengendalian limbah dapat menjadi sangat penting
dalam nilai kerjasama yang menguntungkan. Badan hukum dapat merupakan
jaminan saling menguntungkan, yang berarti tidak akan merugikan satu pihak
yang lain. kerjasama tidak mempunyai etika, hanya orang-orang yang membuat
kerjasama akan menampilkan suatu etika yang baik. Kebanyakan orang akan
menetapkan suatu pencemaran tidak etis dan amoral, tetapi pada suatu badan
hukum adalah merupakan salah satu dari faktor-faktor yang dapat ditunjukan
sebagai ‘profitability’.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 7
E. Manusia dan lingkungan
Keberadaan manusia sebagai makhluk hidup diatas permukaan bumi
sangat dominan, yang akan mempengaruhi sikap, manusia untuk mendapatkan
segala kebutuhan kehidupannya terhadap sumber daya alam. Kadang manusia
sangat eksploitatif dan eksklusif antroposentrik dimana dalam memenuhi
kebutuhan dan kepentingan manusia diatas segalanya dan ingin mengusahakannya
dalam jangka waktu yang secepat mungkin. Meskipun sistem dalam alam
mempunyai daya homoestatis dan kelantingan, tetapi eksploitasi yang berlebih-
lebihan akan merusak keseimbangan yang seharusnya selalu ada. Hal ini akan
merugikan manusia itu sendiri dimasa yang akan datang untuk kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan generasi yang akan datang.
Kesadaran dan sikap manusia terhadap lingkungan perlu untuk selalu
dimonitir melewati berbagai cara seperti keyakinan akan ajaran agama, yang
selalu mengajarkan sikap yang transendental, yang menggaris bawahi keharusan
bagi manusia untuk bersikap dan tanggung jawab juga bagi generasi penerusnya.
Sumber daya alam berupa keanekaragaman, sumber materi, energi, ruang dan
waktu, dengan segala manifestasinya yang berupa genetis, fisiologis dan
psikologis perlu dilestarikan daya dukungnya dalam alam.
F. Keseimbangan organisme di alam
Manusia sering turut campur tangan dalam menjaga keseimbangan yang
terjadi dialam. Misalnya ia melindungi hewan-hewan dengan mengendalikan
pemangsanya. Sebagai contoh, ketika pemangsa alam dari kijang dikurangi,
perumput kijang jadi bertambah banyak dan tanyak yang mati karena kelaparan
pada saat musim dingin. Demikian pula ketika elang dibunuh untuk mencegah
pemakan anak ayam, maka tikus-tikus menaik jumlahnya dan menyebabkan
kerusakan pada perladangan dan buah-buahan.
G. Keserasian Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Latar belakang konsep keserasian Indonesia yaitu, Filsafat lingkungan
dalam budaya Indonesia seperti kebiasaan adanya hutan larangan, ladang
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 8
berpindah tradisional, keselarasan dan keseimbangan dalam arah jangka panjang
pembangunan nasional, masalah kependudukan dengan luas lingkungan, dan
tantangan pembangunan di dalam negeri sendiri, kekurangan dan pergantian
sumber daya energi, perubahan tatanan ekonomi dunia, revolusi energi dan lain-
lain.
Dalam mengembangkan kebijaksanaan program kerja, dipakai
pendekatan yang menyangkut perangkat kualitas yang mendukung keserasian
penduduk dengan lingkungannya, yaitu:
1. Kualitas manusia
Menyangkut kualitas yang diperlukan agar manusia Indonesia dapat
mengembangkan lingkungannya dalam keserasian. Kualitas ini menyangkut ciri-
ciri yang bersifat fisik (seperti bobot, tinggi badan, kesegaran jasmani) maupun
non fisik. Bertolak dari GBHN mengenai konsep “manusia seutuhnya”, kualitas
nonfisik yang relevan dan ingin dikembangkan dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Kualitas pribadi, yang merupakan perangkat ciri yang membentuk watak
seseorang dan melekat pada dirinya.
Kualitas spiritual, menyangkut keselarasan hubungan dengan Tuhan,
diperlukan dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat dan ketenangan
kejiwaan orang yang memiliki kepercayaan agama ini.
Keserasian dengan lingkungan, menyangkut hubungan manusia dengan
lingkungan dan alam sekitar.
Kualitas masyarakat, keserasian hubungan sesama manusia, hubungan dengan
lingkungan sosial.
Kualitas berbangsa, mengisi keserasian hubungan dengan bangsa-bangsa lain
dan kualitas insani dasar.
2. Kualitas masyarakat dan lingkungan hidup sosial, perangkat ini dipengaruhi
oleh tiga kelompok faktor penting, yaitu:
Daya tampung sosial, yaitu kemampuan suatu masyarakat untuk menampung
jumlah anggota dan kelompok yang optimal dalam wilayah tertentu, tanpa
mengganggu kelangsungan fungsi sebagai masyarakat. Pengembangan daya
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 9
tampung sosial bertujuan agar penduduk mampu hidup bermasyarakat dalam
lingkungan sosial yang lebih padat, dengan lingkungan fisik yang terbatas.
Keserasian sosial, untuk mengembangkan hubungan sosial yang baik antara
berbagai kelompok penduduk.
Dampak sosial pembangunan, baik mikro maupun makro.
3. Keserasian kualitas kependudukan dan lingkungan hidup yang bertujuan agar
terdapat keserasian antara pengembangan dalam indikator kependudukan dan
indikator lingkungan.
4. Wawasan lingkungan hidup. Menyangkut kesadaran masyarakat tentang
lingkungan, peran serta swadayanya dalam menjaga kelestarian kemampuan
lingkungan hidup.
Dalam pengembangannya, kebijaksanaan dan program keserasian
didasarkan pada lima prinsip pengelolaan ekosistem, yaitu:
a. Keterkaitan (interdependency)
b. Keanekaragaman (diversity)
c. Kesinambungan (sustainability)
d. Keseimbangan (equilibrium)
e. Keserasian (harmoni)
H. Etika Lingkungan
Untuk dapat mengerti lebih baik nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap
lingkungan kita melakukan pendekatan dengan tiga macam perbedaan titik
pandang sikap-sikap individu yaitu etika perkembangan, etika pemeliharaan, dan
etika keseimbangan.
Etika perkembangan ini merupakan faktor yang mendasari tindakan
individu yang dapat menjadi pengelola dari alam maupun bumi untuk mengambil
sumber daya yang ada untuk kepentingan dan kemanfaatan manusia. Pandangan
ini akan diikuti oleh etika kerja yang dilakukannya untuk mencipta dan berkreasi
dalam perubahan yang kontinyu yang makin lama makin maju dan bertambah
baik.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 10
Etika pemeliharaan menyarankan agar alam selalu terpelihara dengan
baik, yang secara alami tetap demikian. Dalam pandangan ini kepedulian terhadap
alam sering didasarkan atas kepercayaan agama untuk tetap melindungi alam itu.
Individu menyimpan rasa hormat yang mendalam dalam kehidupan ini dan selalu
respek terhadap hal-hal yang benar bahwa ciptaan dalam kehidupan ini untuk
memberikan nilai yang baik terhadap nilai sosial dan ekonomi. Ahli-ahli dalam
pandangan ini juga menaruh minat yang besar terhadap alam dalam hal keindahan
dan rekreasi yang dapat dimanfaatkan manusia untuk piknik, lintas alam,
perkemahan, memancing, atau untuk menikmati kesejukan yang ter dapat disitu.
Manusia akan dapat belajar banyak hal dari alam. Langka dan punahnya spesies
dan ekosistem dari alam harus segera dicegah. Demikian pula masalah diversitas
alam sebaiknya terpelihara oleh manusia.
Pada etika keseimbangan berhubungan erat dengan pandangan etika
pemeliharaan, tetapi lebih menitik beratkan pada keseluruhan habitat bumi dan
waktu yang lebih lama.
Untuk mencari keseimbangan dan keserasian dalam lingkungan ini perlu
dikembangkan etika lingkungan yang merupakan berbagai prinsip moralitas
lingkungan (Soeryani 1985) yaitu suatu ramuan baru yang sesuai dengan moral
manusia dengan moral alam. Secara praktis Dr. Abdullah dalam panel diskusi
PPSML UI dan keompok Alumni Filsafat (1985) menyambut hari lingkungan
hidup 1985 yang diadakan 18 juli 1985 menyarankan untuk dikembangkannya
kode-etik lingkungan yang harus dipatuhi oleh semua yang merasa
berkepentingan dalam masalah lingkungan hidup dan pengelolaannya di Indonesia
khususnya dan di dunia umumnya.
Etika lingkungan dalam bentuk-bentuk sederhana dapat dilakukan
dengan kegiatan yang berhubungan dengan masalah lingkungan. Misalnya
kegiatan penghijauan, reboisasi, gerakan kebersihan dan slogan-slogan yang dapat
menggugah kesadaran dalam membina lingkungan hidup.
Misalnya:
Hutan sumber kemakmuran bangsa
Biarkan aku tumbuh
Akupun makhluk sesama anda yang perlu anda cintai
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 11
Sayangilah binatang
Let them still alive in your eyes, don’t let them die in your hand
Please take picture and leave only your foot print
Lingkungan hidup manusia merupakan ruang tempat manusia hidup
bersama-sama makhluk biotis lainnya dan makhluk abiotis. Lingkungan manusia
dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik yang meliputi tanah, air, perumahan,
udara, hujan dan lain-lain, lingkungan biotis adalah semua organisme disekitar
manusia sendiri, dan lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang timbul akibat
hubungan timbal balik antara manusia satu dengan yang lainnya, misalnya
kebudayaan ekonomi, pendidikan, pekerjaan, kehidupan keluarga dan lain-lain.
saling tindak antara komponen diatas akan menampakkan saling hubungan yang
erat sebagai suatu ekosistem. Bila keadaan baik akan terdapat bila dalam keadaan
seimbang, yang merupakan keseimbangan yang dinamis karena dinamika dari
kehidupan manusia yang selalu aktif di alam ini. Konsep ‘pelestarian alam’ atau
pelestarian lingkungan bukanlah berarti tidak adanya perubahan tetapi merupakan
suatu usaha pengelolaan lingkungan yang bertujuan menjaga kemampuan
lingkungan agar dapat mendukung kehidupan manusia secara berkesinambungan,
pada tingkat kehidupan yang lebih baik.
Usaha pengelolaan lingkungan didasarkan gambaran yang di dapat
manusia dari pengalamannya tentang struktur. Fungsi dan sifat-sifat serta reaksi
lingkungan terhadap kegiatan manusia. Dengan demikian manusia dapat
mengetahui cara pengelolaan lingkungan yang bijaksana sesuai dengan keadaan
ekologi lingkungan itu. Dalam pengelolaan ini manusia akan mendapatkan
manfaat yang akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dilain pihak akan
terdapat pula resiko lingkungan yang dapat menghambat tersedianya kebutuhan
itu.
Fungsi lingkungan dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Lingkungan memberikan ruang untuk hidup, sebagai tempat tinggal dan
melakukan fungsi kehidupan.
2. Lingkungan merupakan sumber daya hayati dan nonhayati, baik yang dapat
terbaharui maupun tidak dapat terbaharui. Misalnya batubara adalah sumber
daya non hayati yang tak terbaharui, oksigen sumber daya non hayati yang
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 12
terbaharui. Hutan merupakan sumber daya hayati yang terrbaharui dan
meskipun demikian bila salah dalam pengelolaannya akan menjadi sumber
daya hayati yang tak terbaharui.
3. Lingkungan sebagai penyedia dan pendukung kehidupan organisme lain.
Misalnya fotosintesis yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan, hutan melindungi
tanah dari erosi oleh hujan dan angin, dan sebagai pengatur daur air.
Adanya anggapan bahwa sumber daya alam merupakan milik bersama
dan tersedia tidak terbatas maka akan muncul kecenderungan untuk
menggunakannya secara berlebih-lebihan sehingga menimbulkan kerusakan
lingkungan dan sukar untuk bisa pulih kembali seperti keadaan semula.
Beraneka ragamnya kebutuhan manusia dan makin banyak dalam
kehidupannya telah menyebabkan manusia selalu berusaha untuk bekerja dan
memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia.
I. Peraturan dan Undang-undang Lingkungan Hidup
Dalam UU No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 27 tahun 2012 tentang izin
lingkungan. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut
Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 13
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan
adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang
diakibatkan oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Kerangka Acuan adalah ruang
lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil
pelingkupan.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 14
BAB III
STUDI KASUS
PENGARUH LIMBAH ORGANIK DI KAWASAN SUNGAI CILINCING
Teluk Jakarta merupakan perairan semi tertutup yang masih mendapat
pengaruh sifat laut dari Laut Jawa dan menerima limpasan air sungai yang
bermuara ke dalam teluk. Di perairan ini bermuara 13 sungai besar mulai dari
muara sungai Cisadane di bagian barat sampai muara sungai Citarum di bagian
timur. Teluk Jakarta adalah perairan yang penting, baik secara ekologis maupun
ekonomis. Perairan ini secara ekologis menjadi penting karena menopang
kehidupan biota laut di Laut Jawa serta mendapat ancaman serius pencemaran
melalui limbah hasil kegiatan semua manusia di kota Jakarta dan sekitarnya yang
masuk ke dalamnya. Secara ekonomis, perairan ini merupakan lahan kehidupan
ribuan manusia, mulai dari nelayan, pelaku bisnis, hingga masyarakat umum
lainnya. Di teluk ini pula terletak sebuah pelabuhan internasional yang memiliki
frekuensi transportasi perkapalan yang tinggi, termasuk kegiatan pariwisata bahari
di pantai Teluk Jakarta dan di gugusan Kepulauan SeribuBelum lagi kegiatan
perikanan seperti tambak tambak di sepanjang pesisir pantai dan bagan bagan
kerang hijau yang menyebar mulai dari Dadap, hingga Cilincing. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa Teluk Jakarta adalah sebuah ekosistem perairan
yang mendapat tekanan ekologis dan ekonomis tinggi dari manusia.
Di samping itu, keterkaitan wilayah pesisir Teluk Jakarta dengan wilayah
daratan melalui daerah aliran sungai (DAS) dengan 13 DAS yang bermuara di
Teluk Jakarta, menjadikan wilayah pesisir Teluk Jakarta sebagai perangkap
sedimen, nutrien dan bahan-bahan pencemar yang berasal dari hulu, yang sangat
berpengaruh pada produktivitas hayati dan kualitas lingkungan perairan Teluk
Jakarta. Dengan demikian, penduduk di Kota Jakarta bertanggung jawab atas
tekanan ekologis yang terjadi di Teluk Jakarta karena semua limbah hasil kegiatan
manusia, baik kegiatan domestik maupun industri masuk ke perairan ini. Apalagi
sampai saat ini belum tersedia fasilitas pengolahan limbah cair domestik kolektif
yang memadai yang mampu mengolah limbah cair domestik dari semua Kota
Jakarta. Akibatnya, limbah cair domestik dari setiap rumah tangga masuk ke
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 15
sistem drainase kota (kali dan sungai) tanpa diolah, kemudian masuk ke perairan
Teluk Jakarta.
Dampak masuknya limbah organik dari daratan ke Teluk Jakarta
membuat perairan ini menjadi demikian subur, bahkan kelewat subur yang
dinamakan dengan Hyper-eutrophic, yaitu perairan dengan tingkat kesuburan
sangat tinggi di sekitar muara sungai dan sepanjang pantai Teluk Jakarta, yang
secara intensif menerima masukan langsung air sungai dari daratan. Secara visual,
perairan ini keruh dan berwarna hijau gelap. Sedikit lebih ke tengah, perairan
Teluk Jakarta berkurang setingkat yaitu kelas eutrophic, yaitu perairan dengan
tingkat kesuburan tinggi. Melemahnya pengaruh langsung dari daratan serta
berbagai pengaruh fisik perairan, seperti pengenceran oleh massa air dari Laut
Jawa serta konsumsi unsur hara oleh fitoplankton, menjadikan perairan bagian
luar Teluk Jakarta tidak setinggi di pantai dan muara sungai.
Sangat tingginya kesuburan perairan Teluk Jakarta ini memiliki dua sisi
yang berbeda. Satu sisi adalah sisi positif, yaitu membawa manfaat yang tinggi
bagi masyarakat, khususnya bagi nelayan dan pembudidaya kerang secara massal,
utamanya jenis kerang hijau (Perna viridis) yang memiliki pasar yang cukup baik.
Pertumbuhan kerang yang dibudidayakan demikian bagus, karena melimpahnya
makanan, yaitu plankton yang merupakan implikasi dari tingginya kandungan
unsure di perairan yang sangat subur ini. Sisi positif lain adalah Teluk Jakarta
senantiasa berperan sebagai eksportir utama bahan organik ke Laut Jawa yang
merupakan makanan bagi ikan-ikan yang terdapat di perairan tersebut sehingga
melalui proses rantai makanan, ikan-ikan yang ada di Laut Jawa senantiasa
tercukupi kebutuhan makanannya.
Sementara itu, sisi negatif dari tingginya tingkat kesuburan perairan
Teluk Jakarta, antara lain, adalah berupa timbulnya kejadian ledakan fitoplankton
yang rutin terjadi di kawasan ini. Selain dapat menimbulkan kematian massal ikan
melalui berkurangnya nilai oksigen terlarut, ledakan fitoplankton ini juga dapat
mengganggu kawasan wisata bahari melalui penurunan nilai estetika perairan.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 16
A. Tekanan Ekologi terhadap Perairan
Perairan Cilincing menerima input nutrien yang tinggi melalui sungai
Cakung yang melewati dan bermuara di Cilincing. Gubernur DKI Jakarta telah
mengeluarkan Surat Keputusan No. 582 Tahun 1995 Tentang Peruntukan Baku
Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, dan menetapkan Sungai Cakung ke dalam Golongan D
dengan peruntukan sebagai pertanian dan usaha perkotaan.
Buruknya kualitas badan dan muara sungai pada umumnya disebabkan
karena banyaknya limbah yang masuk ke badan sungai di sepanjang aliran
tersebut. Status Lingkungan Hidup DKI Jakarta tahun 2010 menyebutkan bahwa
tekanan ekologis terhadap lingkungan disebabkan oleh tingginya jumlah
penduduk, dimana dalam lima dasawarsa terakhir peningkatan jumlah penduduk
DKI Jakarta dari 2.906.500 jiwa pada tahun 1961 menjadi 9.588.200 jiwa pada
tahun 2010.
Dibandingkan dengan populasi penduduk dunia yang dilaporkan oleh
Glibert & Burkholder, peningkatan dari 1,6 milyar pada 1900-an menjadi 6 milyar
pada 2000-an, maka populasi penduduk Jakarta juga mempunyai kecenderungan
yang sama. Populasi yang begitu tinggi akan memicu peralihan fungsi lahan untuk
mendukung aktivitas ekonomi dan konsekuensi logisnya, ketika pembangunan
tidak bersinergi dengan kondisi lingkungan alam yang ada, maka daya dukung
lingkungan akan terlampau dan daya tampung terhadap limbah dan sampah tidak
akan memadai. Dampaknya, terjadi penggelontoran limbah dan sampah ke badan
air yang akan berpengaruh ke perairan teluk yang menjadi muara dari badan air
tersebut.
B. Kualitas Sungai Cakung dan Muara Cilincing
Untuk mengontrol kualitas perairan, BPLHD Provinsi DKI Jakarta secara
berkesinambungan melakukan pemantauan kualitas air sungai, yang mengalir di
DKI Jakarta, menerbitkan laporan tahunan Status Lingkungan Hidup DKI Jakarta
sehingga data yang dihasilkan bisa digunakan sebagi rujukan dalam kajian
pengendalian pencemaran sungai dan pengelolaan lingkungan. Hasil analisis
terhadap parameter DO (Dissolved Oxygen, oksigen terlarut), BOD (Biochemical
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 17
Oxygen Demand, kebutuhan oksigen biologi), konsentrasi amonia, nitrat, nitrit
dan fosfat di Sungai Cakung dan Muara Cilincing pada Mei 2010 dilaporkan
sebagai berikut.
C. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Kelarutan oksigen di dalam air berpengaruh terhadap kesetimbangan
kimia perairan dan kehidupan biota, dan akan berkurang dengan adanya bahan
organik yang mudah terurai. Sehingga dapat dikatakan, semakin sedikit
konsentrasi oksigen terlarut di dalam air mencirikan adanya pencemaran bahan
organik yang tinggi.
Konsentrasi oksigen terlarut di sungai Cilincing sangat rendah, yaitu 0,23
mg/l dan 0,13 mg/l bila dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan,
yaitu minimal 3 mg/l. Pada muara sungai, baik pada saat pasang maupun saat
surut juga lebih rendah, yaitu 3,55 mg/l dibandingkan dengan baku mutu yaitu 5
mg/l, bahkan pada saat surut jumlah oksigen terlarut tidak terdeteksi sama sekali.
Artinya, pada kondisi tersebut dengan jumlah oksigen terlarut di tidak ada, maka
biota tidak dapat hidup. Sedangkan pada waktu pasang, jumlah oksigen terlarut
sedikit naik, yang disebabkan oleh pencampuran dengan air laut.
D. Kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD)
Konsentrasi BOD atau kebutuhan oksigen biologi pada perairan juga
merupakan salah satu indikator tingginya kandungan organik di dalam perairan.
Konsentrasi BOD yang terukur di sungai Cilincing sebesar 28,9 mg/l di hulu dan
lebih tinggi konsentrasinya di hilir sungai, yaitu sebesar 35,4 mg/l. Sedangkan,
pada muara terukur sebesar 28,95 mg/l untuk saat pasang dan 22,9 mg/l pada saat
surut. Konsentrasi BOD pada hulu, hilir, maupun muara, semuanya lebih tinggi
dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu minimal 20 mg/l, artinya
kandungan organik di perairan lebih banyak sehingga kebutuhan oksigen biologi
juga lebih tinggi untuk menguraikan kandungan organik tersebut.
E. Konsentrasi Amonia
Amonia di perairan pada umumnya berasal dari hasil penguraian sisa
bahan organik dan hasil samping dari metabolisme ikan. Semakin tinggi bahan
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 18
organik di perairan maka konsentrasi amonia juga semakin tinggi. Konsentrasi
amonia di badan sungai dan di muara lebih tinggi dibandingkan dengan baku
mutu. Di sungai, konsentrasi amonia sekitar 6,53 mg/l dan 3,33 mg/l dengan baku
mutu amonia untuk badan sungai sebesar 2 mg/l. Konsentrasi amonia di muara
pada saat pasang yaitu 3,59 mg/l, lebih rendah dibandingkan dengan waktu surut
yaitu 8,6 mg/l, karena adanya pencampuran dengan air laut, tetapi keduanya telah
melewati baku mutu amonia di laut sebesar 0,3 mg/l.
F. Konsentrasi Nitrat
Nitrat di perairan merupakan makro nutrien yang mengontrol
produktivitas primer di daerah eufotik. Kadar nitrat di perairan sangat dipengaruhi
oleh asupan nitrat dari badan sungai. Sumber utama nitrat berasal dari buangan
rumah tangga dan pertanian termasuk kotoran hewan dan manusia. Konsentrasi di
badan sungai kecil yaitu sebesar 0,2 mg/l dan di bawah baku mutu yang
ditetapkan untuk sungai dengan peruntukan pertanian dan usaha perkotaan sebesar
10 mg/l. Konsentrasi nitrat di muara sungai yang terukur berada di bawah limit
deteksi.
G. Konsentrasi Nitrit
Nitrit di perairan biasanya ditemukan dalam jumlah sedikit karena
bersifat tidak stabil. Senyawa nitrit yang terdapat di perairan merupakan hasil
reduksi senyawa nitrat atau oksidasi amonia oleh mikroorganisme dan berasal dari
hasil ekskresi fitoplankton. Konsentrasi nitrit yang terdeteksi di badan sungai
sangat kecil, yaitu 0,02 mg/l bila dibandingkan dengan baku mutu yaitu sebesar 1
mg/l. Di muara terdeteksi lebih tinggi konsentrasinya yaitu sebesar 0,52 mg /l dan
0,38 mg/l dengan baku mutu untuk air laut sebesar 0,015 mg/l. Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya proses nitrifikasi oleh bakteri nitrosomonas.
H. Konsentrasi Fosfat
Fosfat merupakan nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan suatu
organisme perairan, namun tingginya konsentrasi fosfat di perairan
mengindikasikan adanya zat pencemar. Senyawa fosfat umumnya berasal dari
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 19
limbah industri, pupuk, limbah domestik dan penguraian bahan organik lainnya.
Konsentrasi fosfat dibadan sungai masih di bawah baku mutu yaitu sebesar 0,32
mg/l, dengan besaran baku mutu 0,5 mg/l, bahkan pada titik 37 di bagian hulu
sungai konsentrasi fosfat di bawah limit deteksi. Karena baku mutu perairan laut
untuk biota lebih kecil, yaitu sebesar 0,015 mg/l, maka konsentrasi fosfat yang
terukur di muara lebih tinggi dibandingkan dengan baku mutu.
I. Kualitas Perairan Laut Cilincing
Pemantauan kualitas perairan Teluk Jakarta secara rutin telah dilakukan
oleh BPLHD DKI Jakarta, termasuk di perairan Cilincing. Data parameter pH
yang terukur di perairan Cilincing dalam 5 tahun terakhir berkisar dari 7,22–8,60.
Baku mutu pH air laut dengan peruntukkan biota adalah 7,00–8,50. Tetapi dengan
toleransi 0,2 untuk masing masing batas, maka semua pH yang terukur berada
pada rentang baku mutu yang ditetapkan. Temperatur terukur di perairan
Cilincing berkisar dari 28,00–31,01oC. Dibandingkan dengan baku mutu (28–
30oC), ada beberapa data di atas baku mutu yang ditetapkan. Dengan toleransi
sebesar 2oC, maka semua data berada dalam rentang baku mutu yang ditetapkan.
Salinitas di perairan Cilincing dalam 5 tahun terakhir berkisar dari 28,5–
35o/oo. Baku mutu salinitas adalah 33–34o/oo dengan toleransi sebesar 5%, sehingga
ada beberapa data yang di bawah baku mutu. Salinitas perairan, apalagi perairan
dengan 13 muara sungai yang membawa air tawar, maka salinitas akan
dipengaruhi oleh besarnya input air tawar. Salinitas perairan Cilincing akan
dipengaruhi oleh input dari sungai Cakung. Parameter pH, temperatur dan
salinitas air permukaan yang diukur pada Januari–Februari 2011 setiap minggu
dibandingkan dengan baku mutu, data pengukuran dapat dilihat pada Tabel.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 20
Tabel Data pH, temperatur dan salinitas di perairan Cilincing pada
bulan Januari–Februari 2010.
Waktu pH Temperatur (oC) Salinitas (o/oo)
09 Januari 2011
16 Januari 2011
25 Januari 2011
01 Februari 2011
08 Februari 2011
15 Februari 2011
22 Februari 2011
28 Februari 2011
7,70
7,45
7,10
7,72
8,34
8,09
7,59
7,18
31,13
30,44
31,45
32,56
30,98
32,21
32,90
30,75
28
28
29
30
28
30
28
30
Baku Mutu [10] 7 – 8,5 28 - 30 33 - 34
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 21
BAB IV
KESIMPULAN
Dari paparan penjelasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan,
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengerti lebih baik nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap
lingkungan dapat delakukan pendekatan dengan tiga macam perbedaan titik
pandang sikap-sikap individu yaitu etika perkembangan, etika pemeliharaan,
dan etika keseimbangan.
2. Teori etika lingkungan terdiri dari antroposentrisme, biosentrisme,
ekosentrisme, hak asasi alam, ekofeminisme dan prinsip-prinsip etika
lingkungan hidup.
3. Keserasian penduduk dengan lingkungan dipengaruhi oleh kualitas manusia,
Kualitas masyarakat dan lingkungan hidup sosial, keserasian kualitas
kependudukan dan lingkungan hidup dan wawasan lingkungan hidup.
4. Etika lingkungan masyarakat di sekitar sungai Cilincing memberikan dampak
positif dan dampak negatif.
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 22
DAFTAR PUSTAKA
Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
direktorat Jendral pendidikan Tinggi proyeek Pengembangan Lembaga
pendidikan tenaga Kependidikan Jakarta 1989.
Makmur, Mudahayu Dkk. 2012. Pengaruh Limbah Organik Dan Rasio N/P
Terhadap Kelimpahan Fitoplankton Di Kawasan Budidaya Kerang Hijau
Cilincing. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
UU No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
PP no 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan
Dampak Etika Lingkungan Masyarakat | 23