Upload
hilman-t-setiawan
View
2.800
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman.
Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Makassar, Oktober 2011
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………. 1
Daftar Isi……………………………………………………………………………...……………. 2
Menulis Akademik…………………………………………………………………………………… 3
A. Pengantar…………………………………………………………………………………….3
1. Menulis Sebagai Proses Kreatif………………………………………………………. 5
2. Langkah-langkah Menulis Akademik…………………………………………………. 7
B. Menulis Makalah……………………………………………………………………………. 9
1. Pengertian Makalah…………………………………………………………………….. 9
2. Jenis Makalah……………………………………………………………………….....10
3. Sistematika Makalah…………………………………………………………………... 11
C. Praktik menulis makalah………………………………………………………………….. 12
D. Menulis Laporan…………………………………………………………………………… 13
1. Pengertian dan Jenis Laporan………………………………………………………... 14
2. Sistematika Laporan…………………………………………………………………... 14
E. Simpulan…………………………………………………………………………………….15
2
MENULIS AKADEMIK
A. Pengantar
Pengembangan kemahiran menulis akademik tentang masalah-masalah bidang studi dengan
konteks Indonesia memiliki peran penting dalam pengembangan kepribadian mahasiswa sebagai
insan Indonesia yang terpelajar. Terkait dengan keyakinan ini, mahasiswa dilibatkan dalam berbagai
kegiatan yang membantu mereka untuk mencapai pemahaman yang mantap tentang pengertian tulisan
akademik dengan kriterianya, dan ragam tulisan akademik: seperti makalah, artikel, dan laporan.
Kemudian mereka diberi tugas untuk menyusun makalah, artikel, dan laporan akademik, dengan
topik-topik permasalahan dalam bidang studinya masing-masing tetapi dalam konteks Indonesia.
Proses tersebut melibatkan penyusunan, penyuntingan (karya sendiri dan karya orang lain), dan
perbaikan. Hasil akhir adalah makalah mahasiswa yang telah direvisi.
Menulis akademik bukan pekerjaan yang sulit, melainkan mudah. Ketika memulai menulis
secara ilmiah, setiap penulis tidak perlu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis
itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali atau dua kali saja. Frekuensi dan
kontinuitas latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis menulis.
Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun seseorang dapat
melakukannya. Ketakutan akan gagal bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Itulah salah satu
kiat yang ditawarkan oleh David Nunan (1991:86-90). Dia menawarkan konsep pengembangan
keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, (2) menulis
sebagai proses dan menulis sebagai produk, (3) strukutur generik wacana tulis, (4) perbedaan antara
penulis terampil dan penulis tidak terampil, dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam
pembelajaran.
Perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis sebagaimana telah dikemukakan pada bab
sebelumnya tampak pada fungsi serta karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun yang patut
diperhatikan adalah kedua bahasa itu (lisan dan tulisan) harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut
pandang inilah dapat diketahui bagaimana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sehingga
dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dan pelatihan keterampilan menulis.
Pendekatan lain dalam mengembangkan keterampilan menulis adalah adanya pandangan
tentang menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi
pada proses lebih memfokuskan aktivitas belajar (menulis) sedangkan pendekatan yang berorientasi
produk lebih memfokuskan pada hasil belajar (menulis). Adapun struktur generik wacana dari
masing-masing jenis karangan atau tulisan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya pada
3
jenis karangan narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang terdiri atas orientasi, komplikasi, dan
resolusi. Hal inilah yang menjadi ciri khas atau karakteristik jenis karangan narasi.
Untuk menambah wawasan tentang menulis, kita perlu mengetahui antara penulis yang
terampil dan penulis yang tidak terampil agar kita dapat mengambil manfaat dari keduanya. Kita
dapat mengetahui kesulitan yang dialami oleh penulis pemula (penulis tidak terampil). Salah satu
kesulitan yang dihadapi adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca.
Adapun penulis yang terampil, ia mampu mengatasi masalah tersebut ataupun masalah yang lainnya.
Masalah lain adalah berkenaan dengan proses menulis itu sendiri.
Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkai kalimat sedemikian rupa agar pesan,
informasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat
disampaikan dengan baik. Untuk itu, setiap kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah
gramatika, serta mampu mendukung pengertian baik dalam taraf signifinance maupun dalam taraf
value. Kalimat-kalimat yang demikian itu diwujudkan di atas kertas dengan menggunaan media visual
menurut grafologi tertentu. Penguasaan terhadap sistem grafologi ini, yaitu sistem yang digunakan
dalam suatu bahasa merupakan kemampuan prasarana yang harus dikuasai oleh seorang penulis.
Ada tiga tahap proses menulis sebagaimana ditawarkan oleh David Nunan, yaitu : (1) tahap
prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap revisi atau penyempurnaan. Untuk menerapkan ketiga
tahap tersebut, dalam pendidikan bahasa, khususnya keterampilan menulis diperlukan keterpaduan
antara proses dan produk menulis di dalam kelas. Hal ini amat bergantung pada pada minat
pembelajaran dalam menulis, kerjasama antar pembelajar, kesempatan atau pun penetapan model
pengajaran dan pembelajaran menulis.
Berdasarkan uraian dan pernyataan di atas , dapatlah dikatakan bahwa menulis merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, seorang penulis harus
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 1983: 4). Sehubungan
dengan hal ini, keterampilan menulis digunakan untuk mencatat atau merekam, meyakinkan,
melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi sikap pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu
hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan
mengutarakannya dengan jelas ke dalam bentuk atau wujud tulisan. Kejelasan ini bergantung pada
pikiran, organisasi, pemakaian, dan pemilihan kata-kata yang tepat makna dan struktur kalimat.
Bahasa tulis tidak dapat mewujudkan segala aspek bahasa lisan secara sempurna. Walaupun
bahasa tulis telah diupayakan berbagai macam tanda baca, seperti tanda tanya, tanda seru, tanda
koma, tanda titik dan sebagainya – yang dapat mewujudkan aspek-aspek bahasa lisan, namun bahasa
tulis tetap belum dapat mewujudkan keseluruhan aspek bahasa lisan. Tekanan, nada, lagu kalimat,
sering dinyatakan dalam tulisan (Samsuri, 1987: 20).
4
Disamping kekurangan bahasa tulis sebagaimana dikemukakan di atas, bahasa tulis juga
mempunyai kelebihan-kelebihan. Pertama, bentuk-bentuk grafis kata-kata atau yang dirangkaikan
dalam kalimat secara gramatikal terlihat sebagai sesuatu yang tetap dan stabil. Dibandingkan dengan
bunyi, bentuk-bentuk grafis itu lebih cocok untuk menerangkan kesatuan bahasa sepanjang masa.
Walaupun bentuk grafis itu benar-benar menciptakan kesatuan yang bersifat fiktif, namun ikatan-
ikatan tulisan yang bersifat dangkal itu lebih mudah dianggap daripada ikatan-ikatan bahasa yang
berupaa ikatan-ikatan bunyi. Sebagian besar orang lebih tertarik kepada kesan-kesan visual daripada
kesan-kesan pandangan, sebab kesan-kesan visual lebih tegas dan lebih tahan lama (de Saussure,
1959:25).
Kedua, pemakaian bentuk-bentuk bahasa pada tingkat morfologi, sintaksis, serta semantik
dalam bahasa tulis dapat lebih cermat dikontrol oleh penulis, sehingga pemakaian bentuk-bentuk
bahasa tersebut sesuai dengan kaidah gramatikal. Hal ini dapat dilakukan berkat adanya waktu dan
kesempatan untuk membaca kembali kalimat-kalimat serta membetulkannya jika terdapat kesalahan
atau kekeliruan. Berkat adanya waktu dan kesempatan ini pula penyampaian pesan komunikasi dalam
bahasa tulis dapat dilakukan secara lebih sistematis. Hal yang demikian ini berbeda dengan
pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan (Syafi’ie, 1984:45).
1. Menulis sebagai Proses Kreatif
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berfikir divergen
(memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak ide,
gagasan, pendapat, pikiran, perasaan serta obsesi yang akan dituliskannya. Kendatipun secara teknis
ada kriteria yang dapat diikuti, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada
kepiawaian, imajinasi, dan kekreatifan penulis dalam mengungkapkan gagasan.
Banyak orang mempunyai ide bagus di benaknya sebagai hasil dari perenungan, pengamatan,
diskusi, penelitian atau membaca. Akan tetapi begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan
atau tulisan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus dan arah tulisan tidak
jelas, gaya bahasa yang digunakan (apalagi dalam menulis akademik sebagai tuntutan ilmuwan)
monoton, pilihan katanya kurang tepat (diksi), dan variasi kata dan kalimatnya kering. Tulisan yang
baik dapat diibaratkan sebagai makanan yang bergizi, enak dimakan dan menyehatkan. Oleh karena
itu, seorang penulis dituntut kreatif dalam merumuskan masalah, merencanakan dan mengembangkan
tulisan, dan mengakhiri tulisan. Untuk itu, diperlukan penguasaan serta kemampuan bahasa tulis
sesuai dengan bidang ilmu masing-masing..
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penulisan karya ilmiah dan
penyusunan laporan tulisan ilmiah sekurang-kurangnya memuat 4 tahap, yaitu: (1) tahapan persiapan /
prapenulisan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi / evaluasi. Keempat
5
proses kreatif ini kadang-kadang tidak disadari oleh setiap orang yang mengalaminya. Namun, jika
dilacak lebih jauh lagi hampir semua proses menulis (karya ilmiah/akademik, artistik, sosial budaya,
ekonomi, kesehatan, politik, dan lain-lain) melalui keempat tahap ini. Perlu diingat, bahwa proses
kreatif tidak identik dengan proses, urutan kegiatan, atau langkah-langkah mengembangkan laporan
tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif atau bernalar.
Tahap pertama dalam proses kreatif adalah persiapan atau prapenulisan yaitu ketika seseorang
merencanakan, menyiapkan diri, mengumpulkan dan mencari informasi, merumuskan masalah,
menentukan arah dan fokus tulisan, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap
realitas yang akan dihadapi, berdiskusi, membaca, mengamati, melakukan survei, dan lain lain.
Semua ini akan memperkaya masukan kognitif untuk diproses pada tahap selanjutnya.
Kedua, inkubasi – ketika seseorang memproses informasi yang telah dimiliki sedemikian rupa,
sehingga mengantarkan pada diitemukannya pemecahan masalah, jalan keluar/solusi yang dicarinya.
Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya tanpa menetas menjadi anak ayam.
Proses ini sering kali terjadi secara tidak disengaja atau tidak disadari dan memang berlangsung dalam
kawasan bawah sadar, yang pada dasarnya melibatkan perluasan fikiran.
Selain itu proses inkubasi dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya
ketika seorang penulis melalui proses ini seakan-akan dia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa
yang akan dan harus dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar
mengalami frustasi karena tidak menemukan jalan keluar atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-
akan kita melupakan apa yang ada di dalam benak kita. Kita pergi berjalan-jalan atau berekreasi
dengan anggota keluarga kita, melaksanakan kegiatan rutin atau pekerjaan lain, atau hanya duduk
termangu saja di kursi malas. Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang
berlangsung proses pengeraman (inkubasi) yang menanti saatnya untuk segera “menetas” berupa
gagasan-gagasan yang siap dituliskan.
Ketiga, iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight yaitu gagasan datang seakan
tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini apa yang telah lama kita pikirkan menemukan
pemecahan atau jalan keluarnya. Iluminasi tidak mengenal waktu dan tempat. Dia bisa datang ketika
kita sedang duduk di kursi, mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar, sedang makan, sedang
mandi, atau sedang shalat sekalipun manakala pikiran kita sedang semrawut.
Jika proses iluminasi terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul secara tiba-tiba dan amat
dinantikan itu segera dicatat, jangan biarkan berlarut-larut, apalagi sampai hilang kembali, sebab
momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja, untuk peristiwa atau kejadian tertentu,
kita dapat menuliskannya setelah peristiwa atau kejadian itu selesai kita kerjakan, jangan ketika kita
sedang mandi, lalu kita keluar mencari alat tulis hanya untuk menuliskan gagasan penting itu. Atau
6
kita sedang shalat, shalat kita tidak khusuk atau batal. Agar gagasan tidak menguap begitu saja
seorang penulis yang baik selalu menyiapkan alat tulis (ballpoin, pensil, dan kertas di dekatnya)
bahkan ke mana pun dia pergi selalu tersedia alat tulis yang siap mendampingi saat menuangkan
gagasan ke dalam tulisan.
Dari hasil eksperimen terhadap simpanse (binatang yang dipercaya memiliki kecerdasan
tertinggi dibandingkan binatang yang lain) yang berusaha meraih pisang dengan menggunakan dua
batang tongkat, Kohler menamakan proses ini sebagai meand-end relationship. Pada saat simpanse
menyadari bahwa dua batang tongkat itu dapat disambungkan untuk meraih pisang, Kohler
melukiskannya dengan kata-kata dan ungkapan “Aha Erlebnis”, yang kira-kira sama artinya dengan
“O, ya”, “Nah ini dia, inilah jawabannya sekarang saya tahu”, “Oh, itu dia” dan sejenisnya yang
menggambarkan ditemukannya jalan keluar atas masalah yang dihadapi.
Keempat, verifikasi/evaluasi yaitu apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu
diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus laporan/tulisan yang diinginkan.
Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan,
dikembangkan, disempurnakan, dan lain-lain. Mungkin juga ada baian-bagian yang mengandung hal-
hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata, istilah, konsep-konsep atau kalimat yang lebih sesuai,
tanpa menghilangkan esensi dari tulisan yang kita kehendaki itu. Jadi, dalam tahap keempat ini kita
menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu sesuai atau tidak dengan realitas sosial, budaya,
nilai-nilai, norma-norma, serta aturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang
bersangkutan. Disinilah seorang penulis dituntut kepiawaian, kecerdasan, ketelitian, dan
kekreatifannya dalam berkarya tulis.
2. Langkah-langkah Menulis Akademik
Proses menulis memang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Namun, banyak
penulis yang menggambarkan proses penulisan yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang
relatif sama, yaitu sebagai berikut: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4)
merevisi.
a. Merencanakan
Sebagai kegiatan yang kompleks, menulis membutuhkan perencanaan yang memadai. Dalam
proses perencanaan , kegiatan-kegiatan berikut sangat penting diperhatikan oleh setiap penulis
(1) Mengumpulkan bahan
Hampir semua penulis mengumpulkan segala sesuatu yang mereka perlukan berupa data,
informasi, bacaan sebelum memulai menulis. Tahap seperti inilah yang pada hakikatnya sebagai tahap
pengumpulan bahan untuk menulis. Sebagaimana orang yang mendirikan sebuah gedung, ia harus
menyiapkan bahan-bahan dan alat-alat untuk membangun gedung itu secukupnya.
7
(2) Menentukan tujuan dan bentuk
Dalam penulisan ilmiah, tujuan dan bentuk yang dipilih sering ditentukan oleh situasi.
Misalnya, dalam membuat laporan penelitian, format dan tujuan laporan mungkin sudah ditentukan
oleh sponsor atau pemberi dana penelitian. Segala usaha lain untuk memperluas tujuan yang telah
ditentukan itu pada umumnya cukup bermanfaat. Menyisihkan waktu untuk mempelajari tulisan yang
sama yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain dapat menghemat waktu dan tenaga yang cukup
besar dalam mengerjakan suatu laporan penelitian bahkan sampai mempublikasikannya.
(3) Menentukan pembaca
Pembaca yang berbeda akan memerlukan bacaan yang berbeda pula. Oleh karena itu, penulis
perlu mengetahui keadaan pembaca sebaik-baiknya. Apakah pembaca tulisan kita nanti itu memiliki
pengetahuan cukup banyak atau sedikit tentang bidang yang kita tulis dan apa yang
diharapkan/diinginkan pembaca dari informasi yang disampaikan oleh penulis. Penulis perlu
mengetahui apa yang diinginkan, yang diperlukan, atau yang diharapkan oleh pembaca.
b. Menulis
Bagi kebanyakan penulis yang sudah profesional, biasanya situasi memaksa mereka untuk
menulis sebelum benar-benar siap. Penulis yang belum berpengalaman sering kurang tepat dalam
memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan ide menjadi kata-kata tidak
diperhitungkan. Dalam penulisan ilmiah, karena kompleksnya isi dan adanya batas waktu yang sudah
pasti, lebih baik menulis seawal mungkin, lebih-lebih penulis sudah mempersiapkan bahan sebagai
bahan dasar penulisan, dan paling akhir sedikit menyusun draf untuk mencapai hasil akhir.
c. Merefleksikan
Teknik yang sering digunakan oleh penulis karangan ilmiah, sebelum merangkum karangannya
mereka merefleksikan apa yang sudah mereka tulis. Kesempatan ini memungkinkan penulis
memperoleh perspektif yang segar tentang kata-kata yang pada mulanya tampak sangat betul tapi
kemudian terasa salah.
Penulis perlu bertanya kepada diri sendiri dengan pertanyaan, misalnya apakah tulisan yang
dihasilkan benar-benar memenuhi tujuannya ? Apakah tulisan tersebut sudah menginformasikan
pesan secara penuh dengan pertimbangan-pertimbangan, sehingga diperoleh jawaban dan perspektif
yang lebih baik.
d. Merevisi
Mengerjakan revisi merupakan langkah yang sangat penting untuk menghasilkan tulisan yang
baik. Akan tetapi, hal ini seringkali kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan langkah-langkah
yang lainnya. Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan yang dilaksanakan secara berhati-hati
dan seksama dapat menghasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus sesuai dengan keinginan penulis
8
dan pembaca. Penulis perlu mencoba merasakan masalah yang mungkin muncul dan menuntut
perbaikan dari penulisnya sendiri sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik dan layak baca.
Penullis perlu meneliti secara cermat apakah bukti- bukti yang disampaikan mendukung
pernyataan yang diutarakan, dan seberapa banyak waktu yang harus digunakan oleh pembaca untuk
memahaminya? Segala sesuatu yang diperkirakan menimbulkan salah paham agar dihindari dan
dihilang kan dari suatu tulisan ilmiah.
Tulisan ilmiah selalu membawa nama penulisnya. Upayakan jangan sampai para pembaca tidak
dapat memahaminya, atau salah menginterpretasi serta menafsirkan tulisannya, karena tidak jelas
arah, fokus, dan tujuannya.
B. Menulis Makalah
Dalam konteks perkuliahan, seminar, symposium, dan kahidupan ilmiah lainnya, seseorang
sering diminta pandangannyaastau di tuntut untuk menunjukkan kinerja akademinya melalui sebuah
paparan yang di kaitkan keahliannya. Agar paparan itu memberikan dampak yang luas, penyaji
diminta menulis makalah atau kerja keras.
Mahasiswa yang duduk di bangku perkuliahan hendaknya memiliki kemampuan menyiapkan
dan menyajikan makalah sejak dini agar pihak lain tahu bahwa dirinya memiliki kemampuan dan
keahlian tertentu. Sebelum seseorang bekerja atau melanjutkan studi, pihak perusahaan atau sekolah
lazim meminta kepadanya untuk melampirkan karya terbaikya atau memaparkan keahliannya di
depan sekelompok orang. Bagaimana mungkin orang lain mengetahui bahwa seseorang itu ahli, jika
ia tidak mampu menunjukkan keahliannya. Baik secara tertulis maupun lisan. Di sinilah letak urgensi
keterampilam menulis makalah.
Menulis makalah merupakan tahapan lanjutan dari kegiatan menulis artikel ilmiah. Jika
seseorang telah terbiasa menulis artikel atau karangan nonfiksi lainnya dalam bentuk
sederhana, ,maka dia tidak akan menjumpai kesulitan berarti dalam menyusun bahasan yang lebih
luas seperti makalah. Berikut ini disajikan pengertian makalah, jenis makalah, sistematik makalah,
dan menulis makalah.
1. Pengertian Makalah
Maklah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang
lingkup suatu perkuliahan atau yang berkaitan dengan suatu tema seminar, simposium, diskusi, atau
kegiatan ilmiah yang lain. Makalah merupakan slah satu syarat untuk menyalasaikan suatu
perkuliahan.
9
Makalah, sering juga disebut paper (kertas kerja) adalah jenis karya tulis yang memerlukan
studi baik secara langsung, misalnya melalui observasi lapangan atau pun secara tidak langsung
(studi kepustakaan) (Parera, 1982: 25). Makalah ilmiah dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan
ilmiah (lokakarya, seminar, symposium, konferensi, konveksi, diskusi akademik, dan kegiatan ilmiah
yang lain). Makalah ditulis untuk berbagai fungsi, di antaranya untuk memenuhi tugas yang
dipersyaratkan dalam mata kuliah tertentu, berfungsi menjelaskan suatu kebijakan, dan berfungsu
menginformasikan suatu temuan.
Pengertian dan fungsi di atas berimplikasi terhadap keragaman dan jenis makalah seperti
dikemukakan berikut ini.
2. Jenis Makalah
Secara umum, baik dalam kegiatan akademik maupun nonakademik, dikenaln dua jenis makalh
yaitu makalah biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper) (UPI, 2005:7).
Makalah biasa dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahn
yang dibahas. Dalam makalah ini secara deskriptif, mahasiswa mengemukakan berbagai aliran atau
pendangan tentang masalah yang dikaji. Dia juga memberikan pendapat baik berupa kritik atau saran
mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan oleh orang lain. Mahasiswa tidak perlu memihak
salah satu aliran atau pendapat tersebut dan berargumentasi mempertahankan pendapat yang
diikutinya.
Makalah biasa juga dapat ditulis seseorang untuk mendiskripsikan suatu kebijakan, gagasan,
atau temuan kepada khalayak. Sebagai contoh, seseorang mahasiswa aktivis dapat mengemukakan
gagasannya tentang metode pengolahan sampah, atau seseorang pejabat memeparkan tentang
kebijakannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar di daerahnya.
Dalam makalah posisi, mahasiswa dituntut untuk menunjukkan posisis teoretisnya dalam suatu
kajian. Untuk makalah jenis ini dia tidak hanya diminta menunjukkan penguasaan mengenai suatu
teori atau pandangan tertentu, tetapi juga dipersyaratkan untuk menunjukkan di pihak mana dia berdiri
beserta alasannya yang didukung oleh teori-teori atau data yang relevan.
Untuk dapat membuat makalah posisi. Mahasiswa bukan hanya dituntut untuk mempelajari
sumber tentang aliran yang pandangannya berbeda-beda dan bahkan sangat bertentangan. Dari
bahasan tersebutmungkin saja mahasiswa memihak salah satu aliran tetapi mungkin pula dia membuat
suatu sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Jadi kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi sangat
diperlukan untuk membuat makalah posisi.
10
Pada umumnya makalah biasa diwajibkan kepada mahasiswa S-1, sedangkan makalah posisi
diwajibkan kepada mahasiswa pascasarjana. Di samping itu makalah posisi juga di tulis untuk
didiskusikan dalam sebuah forum seminar yang menyoroti gagasan, kebijakan, atau temuan
seseorang.
3. Sistematika Makalah
Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul, (2) abstrak, (3)
pendahuluan, (4) isi dan pembahasan, (5) simpulan, dan (6) daftar pustaka. makalah ilmiah yang
sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan istilah term paper, biasanya disningkat paper. Paper ini
merupakan jenis tugas tertulis dalam suatu permasalahan yang sedang actual di masyarakat. Keeanam
butir ini dapat diuraikan seperti berikut ini.
a. Judul Karangan
Judul dapat dipandang sebagai tanda pengenal karangan dan sekaligus juga kunci utama untuk
mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul harus dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan
dapat menunjukkan fokus serta permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun secara
singkat, artinya judul tidak boleh disajikan dalam bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi cukup
dalam bentuk ungkapan yang singkat dan padat. Jika tidak dapat dihindari judul yang panjang, Keraf
(1984:129) menyarankan untuk membuat judul utama yang singkat kemudian diberi judul tambahan
yang panjang. Judul yang terlalu panjang juga dapatdipecah menjadi judul utama dan judul anak.
b. Abstrak
Abstrak atau ringkasan biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan, ditilis secara naratif, dan
diketik satu spasi serta paling banyak tiga paragraf atau sekitar 150-200 kata. Abstrak memuat latar
belakang masalah, tujuan kesimpulan, dan saran yang ditulis secara padat.
c. Pendahuluan
Bagian pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah yang disusun dalam alur pikir yang
logis, yang menunjukkan kesenjangan anatara situasi yang ada dengan dituasi yang diharapkan (das
sollen dan das sein)
d. Pembahasan
Bagian ini merupakan inti makalah. Pada bagian ini hendaknya dikemukakan deskripsi tentang
subjek studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya. Pada bagian ini aspek-aspek yang
dipersoalkan pada bagian pendahuluan dikaji dan dianalisis satu demi satu, sehingga masalah yang
11
dipersoalkan itu menjadi jelas kedudukan dan pemecahannya. Untuk memperkuat daya analisis,
penulis hendaknya digunakan teori, data atau pandangan ahli.
e. Kesimpulan
Secara umum kesimpulan berisi hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi
jawaban atas semua permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.
f. Daftar pustaka
Bagian ini memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam makalah. Rujukan ini disusun ke
bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama.buku dan makalah tidak dibedakan, kecuali
penyusunannya dari kiri ke kanan. Untuk buku, teknik penulisan daftar pustaka sebagai berikut: nama
penulis, tahun penerbit, judul buku, jilid (jika ada), terbitan ke-, nama kota, dan nama penerbit.
Contoh:
A.R., Syamsuddin dan Damaianti, Vismaia. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Cetakan
Pertama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
C. Praktik Menulis Makalah
Pemahaman terhadap konsep, jenis, dan sistematika makalah tidak menjamin mahasiswa dapat
menulis makalah. Oleh karena itu, mahasiswa perlu dilatih sejak dini dalam membuat artikel
sederhana, bahkan mereka dapat diminta menulis apa yang cenderung mereka sukai seperti puisi.
Setelah kegiatan ini dianggap cukup, barulah mahasiswa diminta untuk “berbelanja” pengetahuan,
gagasan, dan teori dari artikel dan buku-buku yang dibacanya. Hasil “belanja” mereka perlu diikuti
dengan kegiatan berikutnya, yaitu membuat laporan hasil membaca artikel atau bab dari sebuah buku
seperti yang telah disajikan pada bagian terdahulu.
Sebelum menulis makalah, sebaiknya dibuat jenjang ide. Inti kegiatan ini adalah
mengidentifikasi ide-ide pokok dan ide-ide penunjang. Jejaring ide bukan hanya berguna bagi penulis,
melainkan juga bagi pembaca. Melalui jejaring ide, pembaca dapt mengikuti jalan pikiran penulis
sehingga dapat menilai tulisan secara kritis. Alwasilah (2005:96) mengemukakan beberapa langkah
membuat jejaring ide seperti berikut ini.
1. Sebelum menulis, siapkan kertas dan alat tulis.
2. Pikirkan ide-ide pokok yang paling penting untuk ditulis.
3. Batasi maksimal lima ide pokok.
4. Tulis ide pokok itu sesingkat mungkin dalam lingkaran-lingkaran.
12
5. Hubungkan lingkaran-lingkaran itu dengan garis searah atau dua arah sesuai dengan
pemikiran anda.
6. Gunakan pula garis patah-patah untuk menunjukkan hubungan tidak langsung. Visualisasi
ide-ide ini sesumgguhnya subjektif, bergantung pada penulis sendiri.
7. Narasikan hubungan antara berbagai lingkaran itu.
Untuk mempermudah proses penulisan, jejaring diatas dapat disajikan dalam kerangka karangan.
D. Menulis Laporan
Kegiatan punulisan laporan, baik secara lisan maupun tertulis, erat sekali hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, dalam perkuliahan, dunia organisasi, dan lingkungan
yang lain. Kegiatan ini bukan hanya merupakan kepentingan kaum dewasa melainkan juga kaum
remaja, pelajar, dan mahasiswa. Oleh karena itu, mereka perlumemahami dan menguasai cara
menyusun laporan agar mampu menjalankan fungsi sosial dalam berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan pemikiran tersebut, berikut ini diuraikan pengertian dan jenis laporan, sistematika
laporan, menulis laporan, menyunting laporan, merevisi laporan. Oleh karena pembahasan tentang
laporan laporan relatif luas, uraian berikut ini difokuskan pada jenis laporan tertulis yang erat
kaitannya dengan kehidupan akademik di kampus agar memberikan kontribusi bagi mahasiswa dalam
menunjang kelancaran studinya.
1. Pengertian dan Jenis Laporan
Laporan berarti segala sesuatuyang dilaporkan oleh pihak tertentu kepada pihak lain mengenai
suatu masalah, baik secara lisan dan tertulis dan baik dalam kurun waktu tertentu secara rutin maupu
dalam waktu tertentu saja. Pengertian ini menunjukkan unsur keilmiahan dalam menyusun laporan.
Di samping itu pengertian di atas pun memperlihatkancakupan jenis laporan yang demikian
luas. Jenis laporan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Pertama, dilihat dari segi isi atau materi
yang dilaporkan, kita mengenal jenis laporan penelitian, laporan keuangan, dan laporan penghasilan.
Kedua, dilihat dari waktu pelaporannya yang prioridik, kita mengetahui jenis lapporan tahunan,
triwulan laporan semester, laporan bulanan, dan laporan mingguan. Ketiga, dilihat dari cara
menyampaikan laporan, kita mengetahui jenis laporan lisan dan laporan tertulis. Keempat, dilihat dari
bentuk pelaksanaan suatu kegiatan, kita mengenal jenis laporan kegiatan tertentu seperti laporan
kegiatan peeringatan reuni, laporan peringatan hari kemerdekaan RI, dan laporan kegiatan wisudah.
Kelima, dalam kehidupan akademik perguruan tinggi terdapat jenis-jenis laporan yang erat kaitannya
dengan tugas perkuliahan seperti laporan buku, laporan bab, laporan kuliah lapangan, dan laporan
artikel jumat.
13
Di samping jenis-jenis di atas, terdapat pula jenis laporan yang dikenal pada lingkungan
organisasi atau institusi lain.
Jenis-jenis laporan di atas dapat didefenisikan dengan mengacu pada pengertian umum yang
disajikan di atas dan dengan di pertimbangkan isi, waktu, cara, dan bentuk laporan seperti
lingkungannya.
Agar pihak penerima laporan dapat memahami isi laporan dengan mudah, cepat, dan
benar,laporan hendaknya disusun berdasarkan sistematika tertentu seperti disajikan berikut ini.
2. Sistematika Laporan
Variasi laporan yang dikemukakan di atas berimplikasi terhadap sistematika laporan kegiatan.
Khususnya laporan pengabdian kepada masyarakat. Abdurahman (1986:176) mengemukakan bahwa
laporan itu terdiri atas judul laporan, penyusunan laporan, kata pengantar, ringkasan, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambardan ilustrasi, pendahuluan, pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan, kesimpulan dan
saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.
Laporan buku, bab, dan artikel terdiri atas komponen (a) pendahuluan, (b) isi, buku, bab,
artikel, (c) komentar, dan (d) kesimpulan (UPI, 2005:11)
Adapun laporan penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertai atas komponen judul, nama
dan kedudukan tim pembimbing, pernyataan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel,daftar
gambar, daftar lampiran, bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV
pembahasan hasil-hasil penelitian, bab V kesimpulan dan rekomendas, daftar pustaka, lampiran-
lampiran, dan riwayat hidup penulis (UPI 2005: 140)
Uraian sistematika difokuskan pada bentuk laporan yang umum agar para mahasiswadapat
memanfaatkan secara luas untuk berbagai kepentingan.
Secara umum, laporan terdiri atas beberapa komponen seperti brtikut.
a. Identitas laporan. Bagian ini memuat judul, penyusun, dan kata pengantar.
b. Ringkasan. Nama lain dari bagian ini adalah abstrak atau ringkasan eksekutif, yang memuat
identitas waktu, masalah metode, hasil dan rekomendasi.
c. Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan ilustrasi. Tiga komponen yang trakhir disebutkan
hanya disajikan apabila laporan itu memuat tabel, gambar, dan ilustrasi.
d. Pendahuluan. Bagian ini memuat aspek-aspek yang diusulkan dalam proposal kegiatan.
e. Landasan teoretis atau uraian tentang suatu kebijakan. Jika laporan itu merupakan laporan
ilmiah, bagian ini disebut landasan teoretis. Apabila, laporan itu berupa kegiatan, bagian ini
memuat uraintentang suatu kebijakan.
14
f. Metode atau Pelaksanaan Kegiataan. Bagian ini menguraikan mekanisme dan prosedur
penelitian atau kegiatan itu dilaksanakan.
g. Hasil kegiatan.
h. Kesimpulan dan saran, atau rekomendasi, atau tindak lanjut.
i. Daftar pustaka.
j. Lampiran-lampiran.
Pada umumnya suatu institusi atau proyek memiliki sistematika laporan yang harus diikuti oleh
unit-unit atau khalayak yang ada di bawah institusi tersebut. Dalam kontek ini, sistematika itulah yang
perlu diikuti oleh penyusun laporan.
E. Simpulan
1. Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa agar pesan,
informasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat
disampaikan dengan baik.
2. Menurut David Nunan, ada tiga tahap proses menulis yaitu : (1) tahap prpenulisan, (2) tahap
penulisan, (3) tahap revisi atau penyempurnaan.
3. Ada empat tahap menulis, yaitu: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4)
merevisi.
4. Jenis makalah dibagi dua yaitu makalah biasa dan makalah posisi
5. Laporan berarti segala seuatu yang dilaporkan oleh pihak tertentukepada pihak lain mengenai suatu
masalah baik lisan maupun tertulis.
15