25
KATA PENGANTAR Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah Sedimentologi Kelautan ini. Dalam penyusunan makalah ini mungkin kami mengalami kesulitan dan kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan serta pola pikir kami. Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha akhirnya hambatan itu dapat diatasi. Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa saya sebagai manusia tidaklah sempurna dalam pembuatan makalah ini. Dengan demikian kami berharap dengan dibuatkannya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kami. makalah ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan dalam matakuliah Sedimentologi Kelautan. Jatingangor, Mei 2015 Penyusun

makalah bangka belitung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bangka belitung merupakan pulau yang memproduksi timah terbesar di indonesia dan ke 2 di dunia stelah malaysia, pulau bangka belitung juga merupakan pulau yang jarang atau tidak sering diguncang gempa bumi

Citation preview

KATA PENGANTARPuji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah Sedimentologi Kelautan ini.Dalam penyusunan makalah ini mungkin kami mengalami kesulitan dan kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan serta pola pikir kami. Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha akhirnya hambatan itu dapat diatasi.Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa saya sebagai manusia tidaklah sempurna dalam pembuatan makalah ini. Dengan demikian kami berharap dengan dibuatkannya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kami. makalah ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan dalam matakuliah Sedimentologi Kelautan.

Jatingangor, Mei 2015

PenyusunBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangProvinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 10450 sampai 10930 Bujur Timur dan 050 sampai 410 Lintang Selatan.Batas-batas wilayah Provinsi Kep. Bangka Belitung, sebelah Barat dengan Selat Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan Laut Natuna, dan sebelah Selatan dengan Laut Jawa.Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim Tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering. Pada tahun 2011 musim penghujan dan musim kemarau tidak mengikuti pola umum yang biasanya terjadi dalam setahun, sepanjang tahun 2011 bulan kering hanya terjadi selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Juli, Agustus dan September yang ditandai dengan curah hujan di bawah 200 mm. Sebaliknya bulan basah terjadi selama pada bulan Januari hingga Juni kemudian berlanjut bulan Oktober sampai Desember dengan curah hujan 228,5 hingga 356,2 mm per bulan.

Keadaan topografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah (96 persen) dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan (4persen). Ketinggian dataran rendah sekitar 0-50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan sekitar 300-700 meter antara lain untuk gunung Maras di Kabupaten Bangka mencapai 699 meter, gunung Tajam di Kabupaten Belitung Timur kurang lebih 500 meter, bukit Menumbing di Kabupaten Bangka Barat mencapai 445 meter dan bukit Mangkol di Kabupaten Bangka Tengah dengan ketinggian mencapai 395 meter di atas permukaan laut.Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,23 km, terdiri dari luas daratan lebih kurang 16.424,23km atau 20 persen dari total wilayah dan luas laut lebih kurang 65.301,00km atau 80 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : 1. Kabupaten Bangka 2.950,69km, 2. Kabupaten Belitung 2.293,69km, 3. Kota Pangkalpinang 118,80 km, 4. Kabupaten Bangka Selatan 3.607,08 km, 5. Kabupaten Bangka Tengah 2.126,36 km, 6. Kabupaten Bangka Barat 2.820,61 km, 7. Kabupaten Belitung Timur 2.507,00 km.Pulau Bangka Belitung merupakan pulau yang sangat menarik apabila kita melihat dari segi letak geografisnya dan daya tarik akan hasil alam yaitu Timah Pulau Bangka yang merupakan salah satu penghasil Timah terbesar di Indonesia yang merupakan salah satu andalan bagi pemasukan devisa dalam negeri selain hasil tambang lainnya. Batuan batuannya yang sangat unik serta sedimentasi atau pengendapan mineral yang terjadi di pulau Bangka Belitung sangat menarik untuk diteliti.1.2 Tujuan Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai sedimentasi di Pulau Bangka Belitung.

BAB II ISI2.1 Sejarah GeologiPada zaman Paleozoikum P. Bangka Belitung dan laut di sekitarnya merupakan daratan. Selanjutnya pada zaman Karbon-Trias berubah menjadi laut dangkal. Orogenesa kedua terjadi pada masa mesozoikum, P. Bangka dan Riau muncul ke permukaan. Intrusi granit menerobos batuan sedimen seperti batupasir, batulempung, dlll pada Trias-Yura atas. Pada batas antara sedimen dan granit terjadi metamorfosa sentuh. Bersamaan intrusi granit ini terjadi proses pneumotolitik yang menghasilkan kasiterit. Proses ini dengan proses hydrotermal yang menghasilkan kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan pada granit. Erosi intensif terjadi pada kenozoikum dimana lapisan yang menutupi granit terkikis habis sehingga batuan granit tersingkap.Selanjutnya diikuti oleh proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan di lembah-lembah. Suasana daratan bangka berlanjut sampai Tersier. Pencairan es pada kala Pliostosen mengakibatkan beberapa daerah di Bangka menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk P. Bangka Belitung menjadi daratan hampir rata seperti sekarang ini.P. Bangka Belitung merupakan daerah dengan stadia erosi tingkat lanjut, hal ini dicirikan dengan keadaan yang umumnya relative datar dan adanya bukit-bukit sisa erosi (monadrock). Bukit-bukit sisa erosi tersebut tersusun atas batuan beku granit yang umumnya menempati bagian tepi P. Bangka Belitung.Di bagian utara : Granit Klabat, yang berrrientasi barat-timur melewati teluk Klabat,granit yang ada disekitarnya terdiri atas granit Pelangas, granit Menumbing, granit Mangkol. Sedangkan di bagian selatan : Tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu,Pluton Koba, Pluton Bebuluh, Pluton Permis, dan granit Toboali, serta pluton yang lain yang terletak diantaranya.Daerah pedataran menempati 80 % luas seluruh daerah. Daerah inilah merupakan tempat endapan alluvial yang mengandung konsentrasi bijih Timah. Umumnya sungai-sungai yang ada mengalir di atas endapan-endapan muda (Plistosen/Pliosen), kecuali pada hulu-hulu sungai /dekat pada daerah perbukitan.

2.2 Pembentukan Pulau Bangka dan Pulau BelitungPada zaman Kuarter, terdapat perbedaan mencolok pada kondisi geografis antara Pulau Bangka dan Belitung. Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam intensitas pelapukan, erosi, dan transportasi yang terjadi. Pada zaman Kuarter Pulau Bangkadiduga tersusun dari sejumlah daratankecil yang terpisah satu sama lain dan dihubungkan oleh perairan (SutedjoSujitno, Personal Communication,2008). Hal ini disimpulkan berdasarkanpola penyebaran rawa-rawa pada masasekarang, interpolasi dari letak sungai-sungai utama sekarang, dan penelitianmengenai batas pantai tua Pulau Sumatera pada zaman Kuarter.

Pada zaman Kuarter lebar Pulau Sumater atidak seperti sekarang, melainkan lebih sempit.Berdasarkan bukti-bukti dan penelitian yang telah dilakukan, pada masa Kerajaan Sriwijaya, Kota Palembang terletak di pinggir pantai. Pada masa sekarang kita bisa melihat Kota Palembang berada sekian kilometer dari pantai barat Pulau Sumatera. Dapat diperkirakan adanya peristiwa penurunan muka air laut yang sangat besar dan transport sedimen yang sangat intensif. Jika Sumatera saja mengalami hal seperti ini pada masa itu, bagaimana jika kita bandingkan dengan Pulau Bangka yang jauh lebih kecil? Besar kemungkinan pada masa itu Pulau Bangka hanyalah kumpulan daratan-daratan kecil yang menjulang tinggi menyerupai pegunungan karena berlitologikan granit. Kemudian laut-laut kecil yang menghubungkan daratan-daratan ini menerima transport sedimen yang berasal dari pelapukan dan erosi dari daratan-daratan tersebut. Sebegitu intensifnya pelapukan, erosi, dan transportasi yang terjadi sampai-sampai granit berbutir kasar yang harusnya berada jauh di bawah permukaan bumi tersingkap di permukaan pada topografi cukup tinggi sekarang. Dan laut-laut kecil yang tadinya menghubungkan daratan-daratan, berubah menjadi rawa-rawa dan flood plain. Deposit timah primer yang tadinya berada dekat dengan granit, mengalami transportasi ke tempat yang lebih jauh, berupa cebakan sekunder. Letak geografis Pulau Bangka pada masa itu adalah tepat di sebelah Cekungan Busur Belakang Sumatera (Sumateras Back Arc Basin). Pada masa itu Pulau Bangka ibarat puncak gunung yang berada tepat di sebelah cekungan sedimentasi. Proses pengikisan yang terjadi sangatlah intensif, karena morfologi Pulau Bangka mendekati gunung jika dibandingkan dengan dengan Cekungan Busur Belakang Sumatera. Faktor iklim, dan litologi sangat berperan dalam intensitas pelapukan yang terjadi, sedangkan kemiringan lereng, dan gravitasi berpengaruh pada erosi dantransportasi yang terjadi. Dapat diperkirakan pada waktu itu intensitas erosi dan transportasi di Pulau Bangka lebih tinggi daripada Pulau Belitung yang terletak di sebelah timur Pulau Bangka, dan berjarak lebih jauh dengan Cekungan Belakang Sumatera. Berbeda halnya dengan Pulau Belitung, dimana pada zaman tersebut pulau ini kemungkinan besar telah terbentuk dan tidak terpisah-pisah seperti Pulau Bangka. Hal ini disimpulkan berdasarkan sedikitnya daerah rawa-rawa, dan pola aliran sungai yang tersebar hampir merata di seluruh pulau. Pada zaman kuarter peristiwa yang terjadi adalah peneplainasi, yaitu proses terbentuknya peneplain yang sekarang meliputi dari luas keseluruhan pulau ini. Di masa lalu, Pulau Belitung hampir seluruhnya sudah menyatu dan tidak terpotong oleh selat-selat, sehingga proses erosi dan transportasi terjadi tidak seintensif seperti di Pulau Bangka.

2.3 Asal Muasal Timah di Pulau Bangka BelitungSecara fisiografi, Pulau Bangka termasuk ke dalam Sunda Land dan merupakan bagian terangkat dari peneplain Sunda. Bila ditinjau dari sudut geologi, penyebaran bijih timah di Indonesia masih merupakan kelanjutan dari Granite Belt yang berumur Yura Kapur yang membentang mulai dari Birma, Muangthai, Malasyia, Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), pulau Bangka dan Pulau Belitung hingga Pulau Karimata. Granite Belt sendiri merupakan deretan formasi batuan granite kaya akan mineral cassiterite yang kemudian dikenal dengan sebutan The Tin Belt. Pulau - pulau dari The Tin Belt diinterpretasikan merupakan sisa bagian resisten dari gunung yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Pupili (1973) menyatakan bahwa Malaysia, Kepulauan Riau dan Bangka berada dalam kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di wilayah ini telah dimulai sejak Paleozoikum Bawah dimana berdasarakan Teori Tektonik Lempeng bahwa daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malysia dan pada Mesozoikum Bawah tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic arc) dalam bentuk deretan Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitung dan sebagian dari Kalimantan Barat.

2.4 Kerusakana Lingkungan di Pulau Bangka BelitungMenurut data 2006, cadangan bijih timah di Indonesia mencapai 355.870 ton. Angka itu terdiri atas 106.068 ton di darat dan 249.802 ton di lepas pantai dan sebagian besar cadangan timah tersebut terletak di Pulau Bangka, tempat dimana kita berpijak. Tahun lalu, produksi bijih timah PT Timah Tbk mencapai 58.086 ton. Mayoritasnya, yakni 46.078 ton ditambang di darat dan hanya 12.008 ton yang digali dari lepas pantai. Karenanya, di tahun-tahun mendatang PT Timah Tbk akan mengkonsentrasikan penambangan di daerah lepas pantai. Akibat pengerukan timah di lepas pantai terjadi perubahan topografi pantai dari yang sebelumnya landai menjadi curam. Hal ini akan menyebabkan daya abrasi pantai semakin kuat dan terjadi perubahan garis pantai yang semakin mengarah ke daratan. Aktivitas pengerukan dan pembuangan sedimen akan menyebabkan perairan di sekitar penambangan mengalami kekeruhan yang luar biasa tinggi. Radius kekeruhan tersebut akan semakin jauh ke kawasan lainnya jika arus laut semakin kuat. Karenanya, meskipun pengerukan tidak dilakukan di sekitar daerah terumbu karang, namun sedimen yang terbawa oleh arus bisa mencapai daerah terumbu karang yang bersifat fotosintetik sangat rentan terhadap kekeruhan.Tidak ada pertambangan yang tidak merusak lingkungan, baik di darat maupun di laut. Kerusakan itu akan memberikan dampak untuk beberapa puluh tahun ke depan bahkan bisa bersifat permanen. Penambangan timah lepas pantai yang membabi buta jelas-jelas telah merusak terumbu karang, mengotori pantai, dan mengganggu perkembangan perikanan. Penambangan di sekitar pantai obyek wisata akan memberangus pesona pantai yang bernilai jual tinggi. Potensi besar dalam jangka panjang akan habis, hanya untuk memenuhi nafsu mengeruk keuntungan yang sesaat.Sebagai daerah kepulauan, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi yang sangat besar di sektor ekosistem pesisir terutama ekosistem terumbu karang. Namun sangat disayangkan, hingga saat ini belum jelas informasi sebaran dan kondisi ekosistem terumbu karang yang terdapat di kawasan Pulau Bangka. Kekeruhan perairan yang tinggi akibat penambangan timah dilepas pantai akan menyebabkan penutupan polip-polip karang oleh sediment yang terbawa ke pesisir. Hal ini akan menyebabkan kondisi karang menjadi merana dan akhirnya mengalami kematian massal. Tak dapat dipungkiri, pertambangan timah lepas pantai merupakan penyebab utama kerusakan ekosistem terumbu karang di Pulau Bangka. Tidak hanya akibat aktivitas dari kapal keruk, tetapi juga oleh kapal hisap dan TI Apung yang semakin marak.

Kerusakan Lingkungan akibat Akitivitas Penambangan Timah di Bangka Belitung

Terumbu karang yang sehat menyediakan tempat tinggal, tempat berlindung (Spawning ground), tempat berkembang biak (Nursery ground) dan sumber makanan (Feeding ground) bagi ribuan biota laut yang tinggal di dalam dan di sekitarnya, seperti di laut lepas, hutan mangrove, dan padang lamun. Tidak ada wilayah laut lain yang mempunyai begitu banyak jenis kehidupan dengan rantai makanan yang sangat produktif seperti terumbu karang. Terumbu karang mampu mendukung kehidupan ribuan penduduk Pulau Bangka, khususnya dalam sektor perikanan dan pariwisata. Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat diperoleh 20 ton ikan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun (Burke et al., 2002). Kerusakan terumbu karang akan kembali pulih seperti semula setidaknya membutuhkan waktu sekitar 50 tahun tanpa ada lagi aktivitas pengrusakan di lingkungan ekosistem terumbu karang tersebut.

2.5 Resume Jurnal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 10450 sampai 10930 Bujur Timur dan 050 sampai 410 Lintang Selatan.Batas-batas wilayah Provinsi Kep. Bangka Belitung, sebelah Barat dengan Selat Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan Laut Natuna, dan sebelah Selatan dengan Laut Jawa.Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim Tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering. Pada tahun 2011 musim penghujan dan musim kemarau tidak mengikuti pola umum yang biasanya terjadi dalam setahun, sepanjang tahun 2011 bulan kering hanya terjadi selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Juli, Agustus dan September yang ditandai dengan curah hujan di bawah 200 mm. Sebaliknya bulan basah terjadi selama pada bulan Januari hingga Juni kemudian berlanjut bulan Oktober sampai Desember dengan curah hujan 228,5 hingga 356,2 mm per bulan.Keadaan topografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah (96 persen) dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan (4persen). Ketinggian dataran rendah sekitar 0-50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan sekitar 300-700 meter antara lain untuk gunung Maras di Kabupaten Bangka mencapai 699 meter, gunung Tajam di Kabupaten Belitung Timur kurang lebih 500 meter, bukit Menumbing di Kabupaten Bangka Barat mencapai 445 meter dan bukit Mangkol di Kabupaten Bangka Tengah dengan ketinggian mencapai 395 meter di atas permukaan laut.Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,23 km, terdiri dari luas daratan lebih kurang 16.424,23km atau 20 persen dari total wilayah dan luas laut lebih kurang 65.301,00km atau 80 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : 1. Kabupaten Bangka 2.950,69km, 2. Kabupaten Belitung 2.293,69km, 3. Kota Pangkalpinang 118,80 km, 4. Kabupaten Bangka Selatan 3.607,08 km, 5. Kabupaten Bangka Tengah 2.126,36 km, 6. Kabupaten Bangka Barat 2.820,61 km, 7. Kabupaten Belitung Timur 2.507,00 km.Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi oleh pulau-pulau kecil dimana jumlah keseluruhan mencapai 950 pulau (2 pulau besar dan 948 pulau kecil). Total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan sisanya 480 buah belum bernama, sedangkan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Beberapa Sungai besar yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk di Pulau Bangka adalah S. Baturusa, S. Kotawaringin, S. Mancang, S. Menduk, S. Selan, S. Kurau, S. Kepoh, S. Bangka Kota, S. Balar dan S. Rangkui, sedangkan Sungai di Pulau Belitung diantaranya S. Cerucuk, S. Linggang, S. Balok dan S. Manggar.Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 522.53-958 Tahun 2010 tanggal 24 November 2010 tentang Penetapan Flora dan Fauna Identitas Daerah Provinsi, telah ditetapkan Nyatoh Terong (Palaquium rostratum (Mig.) Burk) dan Tarsius Belitung/Mentilin (Tarsius bancanussaltator Elliot) sebagai flora dan fauna identitas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.1. Flora

Pohon nyatoh terongDi Kepulauan Bangka Belitung tumbuh bermacam-macam jenis kayu berkualitas yang diperdagangkan ke luar daerah seperti: Kayu Meranti, Ramin, Mambalong, Mandaru, Bulin dan Rengas, meskipun saat ini keberadaannya semakin berkurang. Tanaman hutan lainnya adalah: Jelutung, Pulai, Gelam, Meranti rawa, Mentagor, Mahang, Bakau dan lain-lain. Hasil hutan lainnya merupakan hasil ikutan terutama madu alam dan rotan.Madu Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan madu pahit.

2. Fauna Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan Riau dan semenanjung Malaysia daripada dengan daerah Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain : Mentilin, Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi Hutan, Tringgiling, Musang, Elang, Ayam Hutan, Pelanduk Kancil, beberapa jenis Ular dan Biawak.

Pulau Bangka merupakan salah satu gugusan pulau di Indonesia yang mempunyai peranan strategis bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pulau Bangka yang terbagi menjadi 5 daerah administrasi pemerintahan daearah Tingkat II yaitu Kotamadya Pangkal Pinang, Kab. Bangka Induk, Kab. Bangka Selatan, Kab. Bangka Tengah, Kab. Bangka Barat dan luas wilayah keseluruhannya adalah 11.534.231.4 Kilometer persegi, terkenal tidak hanya dari catatan sejarahnya saja akan tetapi pulau Bangka itu terkenal akan hasil alam yaitu Timah Pulau Bangka yang merupakan salah satu penghasil Timah terbesar di Indonesia yang merupakan salah satu andalan bagi pemasukan devisa dalam negeri selain hasil tambang lainnya. Perubahan kontrol terhadap timah memberi akses kepada masyarakat untuk menambang sehingga pertambangan di Bangka Belitung tumbuh tanpa terkendali. Dewasa ini, penambangan timah terus berkembang pada penambangan timah lepas pantai. Masyarakat ambil bagian dengan menggunakan ponton untuk melakukan penambangan yang biasa disebut Tambang Inkonvensional (TI) Apung. Penelitian ini bertujuan mengkaji kandungan logam di air, sedimen dan plankton di wilayah penambangan masyarakat. Hasil dari penelitian, didapat kandungan Pb di air dan TSS telah melebihi Baku mutu sedangkan kandungan logam berat Cd dan Zn pada air dan sedimen serta Pb di sedimen masih berada di bawah baku mutu cemaran logam beradasarkan Kepmen No.51/MENLH/2004. Kandungan logam Pb di air (