25
Struktur dan Fungsi Mitokondria BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisme atau makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Semakin besar ukuran organisme itu, maka sel penyusunnya semakin banyak. Tubuh kita tersusun atas bermilyar-milyar sel. Sel didefinisikan sebagai unit struktural dan fungsional terkecil yang menyusun makhluk hidup. Dalam menjalankan fungsinya, sel dilengkapi dengan bagian-bagian sel yang disebut dengan organel. Salah satu organel yang penting dalam sel adalah mitokondria. Mitokondria adalah organel yang berperan sebagai pabrik energi yang menghasilkan energi bagi sel dalam bentuk ATP. Mitokondria memiliki struktur yang kecil, dan tersusun atas empat bagian. Komposisi utama dari mitokondria sendiri adalah protein. Di dalam mitokondria, untuk membentuk energi, terjadi proses yang disebut respirasi seluler. 1.2 Pokok Pembahasan Dalam makalah ini terdapat beberapa pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali, sehingga diharapkan mampu menambah wawasan terkait mata kuliah Biologi Sel khususnya Struktur dan Fungsi Mitokondria. Pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali diantaranya : 1. Bagaimana struktur dari mitokondria? Page 1

Makalah Anis Yulia Mitokondria.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Struktur dan Fungsi Mitokondria

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap organisme atau makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Semakin besar ukuran organisme itu, maka sel penyusunnya semakin banyak. Tubuh kita tersusun atas bermilyar-milyar sel. Sel didefinisikan sebagai unit struktural dan fungsional terkecil yang menyusun makhluk hidup. Dalam menjalankan fungsinya, sel dilengkapi dengan bagian-bagian sel yang disebut dengan organel. Salah satu organel yang penting dalam sel adalah mitokondria.

Mitokondria adalah organel yang berperan sebagai pabrik energi yang menghasilkan energi bagi sel dalam bentuk ATP. Mitokondria memiliki struktur yang kecil, dan tersusun atas empat bagian. Komposisi utama dari mitokondria sendiri adalah protein. Di dalam mitokondria, untuk membentuk energi, terjadi proses yang disebut respirasi seluler.

1.2 Pokok Pembahasan

Dalam makalah ini terdapat beberapa pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali, sehingga diharapkan mampu menambah wawasan terkait mata kuliah Biologi Sel khususnya Struktur dan Fungsi Mitokondria. Pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali diantaranya :

1. Bagaimana struktur dari mitokondria?

2. Apa komposisi kimia penyusun mitokondria?

3. Apa fungsi dari mitokondria?

4. Bagaimana mekanisme respirasi seluler pada mitokondria?

5. Bagaimana siklus hidup mitokondria?

6. Adakah kelainan pada DNA?

1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Biologi Sel yaitu Bapak Aa Juhanda, M. Pd dan untuk mengetahui serta menambah wawasan mengenai Struktur dan Fungsi Mitokondria.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Mitokondria

2.1.1 Sejarah Penemuan Mitkondria

Mitokondria pertama-tama ditemukan sekitar tahun 1850 oleh Kollicker. Kollicker berkesimpulan bahwa granula yang ditemukannya adalah struktur bebas dan tidak langsung berhubungan dengan struktur sitoplasma lainnya. Beliau mengenalkan dengan istilah Mitokondrion (Yunani : Mito=Benang,Chondrion=Granula) untuk granula ini, karena kenampakan granula ini menyerupai benang yang dilihat dengan mikroskop cahaya. (Reksoatmodjo,1993 : 154).

Menurut Verma dan Agarwal (1979:160), pada tahun 1880 Kolliker pertama-tama mengamati mitokondria pada sel otot insekta. Waktu itu mitokondria dikemukakan sebagai granula bermembran, yang membengkak bila direndam dalam air. Pada tahun 1882 oleh Flemming benda itu dinamakan fila. Lebih lanjut Altmann pada tahun 1890 melakukan pengamatan secara sistematik terhadap benda itu, dan menamakannya bioblas. Sedangkan nama mitokondria dianjurkan oleh Ali zarin dan Crystal violet.

. Michselis pada tahun 1900, merupakan orang pertama yang mewarnai mitokondria dengan janus green. Pada tahun 1914 Lewis dan Lewis mampu mendemonstrasikan aktivitas metabolic mitokondria pada kultur sel. Pada tahun 1948, Hogeboon menunjukan bahwa mitokondria sebagai tempat respirasi selular. Pada tahun 1956 sampai 1957 Chevremont menduga didalam mitokondria terdapat DNA.

2.1.2 Bentuk Bentuk Mitokondria

. Ukuran mitokondria kira-kira sama dengan ukuran rata-rata bakteri basil. Mitokondria hati secara umum agak memanjang dengan diameter kira-kira 0,5-1,0m dan panjang kira-kira 3m. Umumnya panjang mitokondria dapat mencapai 7m.

Mitokondriaumumnyaditemukanpada tempat-tempat di dalam sel yang membutuhkan energi dalamjumlah yang besar, misalnya pada otot lurik dan flagel sperma. Jumlah mitokondria per sel sangat bervariasi diantara berbagai tipe sel, mulai dari nol sampai ratusan ribu.

Struktur morfologi mitokondria yang paling bervariasi adalah krista. Dalam satu tipe sel, mereka pada umumnya uniform dan khas pada sel. Akan tetapi, susunan dari bentuk-bentuk yang berbeda terdapat dalam tipe-tipe sel yang berbeda. Umumnya mitokondria memiliki krista yang berbentuk lamella atau tubuler.

Pada bentuk lamella, krista relatif sejajar dan teratur, sedang pada krista yang berbentuk tubular memperlihatkan tubulus-tubulus yang terorientasi pada matriks. Pada beberapa mitokondria, susunan tubulusnya teratur,misalnya pada Amoeba Chaos chaos.

Menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur mitokondria dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara lain:

1. Krista susunannya menyerupai lembaran misalnya krista pada mitokondria sel hati.

2. Krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai tumpukan uang logam misalnya pada mitokondria sel ginjal.

3. Krista dengan susunan seperti jala yang dibentuk oleh saluran-saluran yang saling beranastomosis.

2.1.2 Struktur Ultra Mitokondria

Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran.

A. Membran luar

Membran luar bersifat permeabel bagi sejumlah besar bahan yang mempunyai berat molekul sampai kira-kira 5000 dalton. Membran luar mengandung protein transport yang disebut porin. Porin membentuk saluran yang berukuran relative lebih besar di lapisan ganda lipid membrane luar; sehingga membrane luar dapat dianggap sebagai saringan yang memungkinkan ion maupun moekul berukuran 5 kDa atau kurang, termasuk protein berukuran kecil.

B. Membran dalam

Membran dalam dan matriks mitokondria terkait erat dengan aktivitas utama mitokondria yaitu terlihat dalam siklus asam trikarboksilat, oksidasi lemak dan pembentukan energi. Rantai respirasi terdapat dalam membran dalam ini. Membran dalam dari selimut mitokondria sangat berbelit-belit meruak ke bagian dalam matriks dengan pola seperti tabung atau dengan polar lir lembaran di berbagai tempat, yang disebut krista.

Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.

Membran dalam tidak berhubungan dengan membran luar. Membran dalam membagi organel menjadi dua bagian yaitu matriks dan ruang antar membran.

C. Ruang antar membran

Ruang antar membran adalah ruang yang berada di antara membran luar dan membran dalam mitokondria. Ruang ini mengandung sekitar 6% dari total protein mitokondria dan berbagai enzim yang bekerja menggunakan ATP (adenosine triphosphate) yang tengah melewati ruang tersebut untuk memfosforilasi nukleotida.

Ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi -oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium.

D. Krista

Krista mitokondria adalah lipatan membran dalam mitokondria yang memberikan peningkatan luas permukaan. Hal ini memungkinkan ruang yang lebih besar untuk proses yang terjadi melintasi membran ini. Proses ini adalah rantai transpor elektron dan kemiosmosis, yang membantu menghasilkan ATP dalam langkah-langkah akhir dari respirasi selular.

E. Matriks

Matriks mitokondria juga mengandung ribosom dan ADN. Molekul ADN bentuknya kecil dan melingkar, tidak banyak bersenyawa dengan protein, sedangkan ribosomnya sejenis dengan yang terdapat pada bakteri. Kemiripan ADN dan ribosom mitokondria dengan yang terdapat pada sel-sel prokaryotik menimbulkan teori bahwa dalam evolusinya, mitokondria merupakan keturunan bakteri yang mula-mula hidup bebas, kemudian masuk ke dalam sel eukaryotik dan menetap di situ sebagai endosimbion. Sistem kode yang masih ada pada ADN mitokondria berfungsi untuk menghasilkan beberapa enzim dan protein yang terdapat di dalam organela tersebut.

2.2 Komposisi Kimia Penyusun Mitokondria

Pada mitokondria utuh, air merupakan komponen utama yang dominan dan ditemukan di seluruh mitokondria kecuali dalam lapisan bilayer lipida. Air selain berperan dalam reaksi-reaksi kimia, juga berperan sebagai medium fisik dimana metabolit dapat berdifusi diantara sistim-sistim enzim.Komponen utama mitokondria adalah protein.

Protein mitokondria dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk terlarut dan bentuk tidak terlarut. Protein terlarut terdiri atas enzim-enzim matriks dan protein perifer membran atau protein intrinsik membran tertentu. Protein tidak terlarut biasanya menjadi bagian integral membran. Beberapa dari protein ini merupakan protein struktural serta beberapa protein enzim.

Komposisi lipida mitokondria tergantung dari sumber mitokondrianya. Namun demikian, fosfolipida merupakan bentuk yang dominan. Umumnya fosfolipida terdiri dari dari total lipida.

2.3 Fungsi Mitokondia

Fungsi mitokondria mengambil energi dari zat-zat gizi dalam makanan dan mengubahnya menjadi suatu bentuk yang dapat digunakan untuk menjalankan aktivitas sel. Sehingga mitokondria disebut juga dengan organel energi.

2.4 Mekanisme Respirasi Seluler yang Terjadi dalam Mitokondria

2.4.1 Pengertian Respirasi Seluler

Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut Campbell et al. (2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi antara lain, kerja mekanis (kontraktil dan motilitas), transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien konsentrasi zat), produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan menyusui). Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk transfer materi genetik dan metabolisme sendiri.

Jadi respirasi seluler adalah proses perombakan molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah (proses katabolik) pada tingkat seluler. Pada respirasi sel, oksigen terlibat sebagai reaktan bersama dengan bahan bakar organik dan akan menghasilkan air, karbon dioksida, serta produk energi utamanya ATP. ATP (adenosin trifosfat) memiliki energi untuk aktivitas sel seperti melakukan sintesis biomolekul dari molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan kerja mekanik seperti pada kontraksi otot, dan mengangkut biomolekul atau ion melalui membran menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi.

2.4.2 Mekanisme Respirasi Seluler

Secara garis besar, respirasi sel melibatkan proses-proses yang disebut glikolisis, siklus Krebs atau siklus asam sitrat, dan rantai transpor elektron. Perhatikan diagram respirasi seluler berikut:

A. Glikolisis di sitoplasma/sitosol

Kata glikolisis berarti menguraikan gula dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (champbell, 2002)

NADH merupakan sumber elektron berenergi tinggi, sedangkan ATP adalah persenyawaan berenergi tinggi. Selama glikolisis dihasilkan 4 molekul ATP, akan tetapi 2 molekul ATP diantaranya digunakan kembali untuk berlangsungnya reaksi-reaksi yang lain sehingga tersisa 2 molekul ATP yang siap digunakan untuk tubuh. Seluruh proses glikolisis tidak memerlukan oksigen. Reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma (di luar mitokondria). Hasil akhir sebelum memasuki siklus krebs adalah asam piruvat. Ada yang membedakan tahap ini menjadi dua yaitu glikolisis dan dekarbosilasi oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa 6C menjadi senyawa 2C pada hasil akhir glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi oksidatif adalah reaksi asam piruvat diubah menjadi asetil KoA (syamsuri, 1980)

B. Dekarboksilasi Oksidatif

Setelah memasuki mitokondria, asam piruvat mula-mula diubah menjadi suatu senyawa yang disebut asetilCoA. Dekarboksilasi Oksidatif ini merupakan persambungan antara glikolisis dan siklus krebs, yang diselesaikan oleh kompleks multi enzim yang mengkatalis 3 reaksi:

1) Gugus karboksil piruvat dikeluarkan dan dilepaskan sebagai molekul CO2

2) Fragmen ber-karbon dua yang tersisa dioksidasi untuk membuat senyawa yang dinamai asetat. Suatu enzim mentransfer electron yang diekstraksi ke NAD+ dan menyimpan energy dalam bentuk NADH.

3) Koenzim A (senyawa yang mengandung sulfur diikatkan pada asetat tadi oleh ikatan yang tidak stabil yang membuat gugus asetil sangat reaktif.

C. Siklus Krebs di Mitokondria

Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang tersimpan dalam glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua molekul piruvet. Jika ada oksigen molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria dimana enzim siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya (champbell, 2002)

Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C) menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan. Pada tiap tahapan, dilepaskan energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan langsung dapat digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh reaksi siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas (aerob). Siklus krebs berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).

D. Sistem Transpor Elektron di Mitokondria

Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP (Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida) dalam bentuk FADH2. Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem transfer elektron. Proses transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya, elektron dan H+ dan NADH dan FADH2 dibawa dari satu substrak ke substrak yang lain secara berantai. Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik (P) ke molekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen sebagai penerima, sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1 glukosa melalui respirasi aerobik menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis, siklus krebs dan transport elektron dihasilkan senyawa senyawa antara. Senyawa itu digunakan bahan dasar anabolisme (Syamsuri, 1980).

Selama respirasi seluler, pemanenan energi makanan untuk sintesis ATP jika satu molekul glukosa terurai secara sempurna maka fosforilasi tingkat substrat menghasilkan 4 ATP dan fosforilasi oksidatif menghasilkan 34 ATP. Proses oksidasi satu molekul glukosa dapat memanen energi sebanyak 38 ATP. Sementara itu, dalam oksidasi sempurna satu molekul glukosa melepaskan 686 kkal (DG = -686 kkal/mol), dan fosforilasi ADP menjadi ATP menyimpan sedikitnya 7,3 kkal per mol ATP. Oleh karena itu, efisiensi respirasi adalah 7,3 kali 38 dibagi 686, atau kira-kira 40%. Sedangkan sisa energi simpanan hilang sebagai panas untuk mempertahankan suhu tubuh, dan menghamburkan sisanya melalui keringat dan mekanisme pendinginan lainnya (Campbell et al., 2002)

2.5 Siklus Hidup Mitokondria

Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (Self Replicating) seperti sel bakteri. Replikasi terjadi jika mitokondria menjadi terlalu besar sehinga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu mtDNA yangn bereplikasi yang dimulai dengan pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian luar membrane seperti ada yang menjepit mitokondria yang kemudian terjadilah pemisahan dua bagian mitokondria.

2.6 Kelainan Pada Mitokondria

Kerusakan mitokondria dapat menyebabkan kegagalan sintesis adenosine triphospate (ATP), kerusakan membran mitokondria yang pada akhirnya akan diikuti kematian sel. Di samping itu, mitokondria juga memiliki peran penting dalam suatu sistem untuk mengatur kematian sel yang disebut apoptosis, yakni program sel untuk menghilangkan sel-sel yang tidak berguna, misalnya karena sel tua atau rusak.

Semua jaringan dan sel yang hidup dengan berbagai derajat yang berbeda menurut fungsi masing-masing memerlukan energi dalam bentuk ATP yang dihasilkan mitokondria melalui proses respirasi seluler. Disfungsi mitokondria dapat terjadi pada semua sistem organ, maka manifestasi klinik kelainan mitokondria dapat bervariasi menurut organ yang terlibat. Gangguan ini bisa berupa gangguan fungsi sampai kerusakan sistem organ. Diantaranya :

A. Kelainan Fungsi Mitokondria dalam Penyakit Kardiovaskuler

Sel otot jantung banyak mengandung mitokondria. Ketika terjadi serangan, oksigen yang masuk ke sel akan berkurang sehingga mengganggu proses oxidative phosphorylation. Saat itulah produksi ATP akan menurun. Perubahan itu akan memacu proses glikolisis, namun ATP yang dihasilkan tidak akan mencukupi kebutuhan sel miosit untuk mempertahankan fungsi jantung. Dalam jangka waktu pendek dan apabila homeostasis sel masih dapat dipertahankan, sel otot jantung pun masih akan survive meskipun fungsinyaterganggu. Hal itu acap disebut dalam keadaan stunning. Bila keadaan tersebut berlangsung lama, akan terjadi timbunan laktat di dalam sel, yang akan mengakibatkan proses glikolisis menjadi terhambat. ketika seseorang kena serangan jantung, itu bias dikarenakan kelainan fungsi pada mitokondria.

B. Kelainan Fungsi Mitokondria Dalam Penyakit Hati

Keterlibatan mitokondria pada penyakit hati telah diketahui sejak setengah abad yang lalu, yakni sejak diketahui kerusakan hati akibat alkohol. Dengan berkembangnya imunologi, diketahui bahwa kerusakan hati pada primary biliary cirrhosis (PBC) terjadi karena kerusakan mitokondria akibat antibodi terhadap protein mitokondria. Selanjutnya terungkap bahwa penyakit hati yang disebabkan oleh penimbunan lemak, terjadi melalui kerusakan mitokondria sel hati

C. Mitokondria Penyebab Penuaan

Mitokondria juga diketahui berperan pada masalah penuaan. Reaksi kimia yang berlangsung padadaur krebsdanrantai transpor elektronkadang melepas elektron yang nyasar keluar dari mitokondria dan masuk ke dalam lingkungan sel. Elektron tersebut akan berikatan dengan oksigen dan membentuk radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau kelompok atom yang mengandung elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat cepat bereaksi dengan molekul lain, misalnya ADN dan protein, yang berakibat terganggunya aktivitas sel. Para ahli memperkirakan bahwa penuaan pada manusia, mulai masalah keriput hingga penurunan mental bisa jadi disebabkan karena radikal bebas tersebut.

Hasil riset terkini juga menunjukkan bahwa mitokondria berkorelasi dengan apoptosis, yaitu suatu program kematian sel. Mitokondria diketahui melepaskan sinyal yang memicu proses kematian sel. Pada kasus stroke dan penyakit Alzheimer misalnya, mitokondria menyebabkan terlalu banyak kematian sel yang akhirnya memicu penurunan mental dan gejala yang lain. Pada kasus kanker, mitokondria diduga melakukan kekeliruan dalam memicu proses apoptosis. Kekeliruan ini mengakibatkan tumbuhnya tumor yang menginvasi jaringan yang sehat.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa mitokondria merupakan salah satu organel sel, yang secara umum memiliki diameter 0,5m dan panjang 0,5 1,0 m. Mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membrane. Fungsi utama dari mitokondria adalah sebagai tempat respirasi sel untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Dalam mitokondria, terjadi proses yang disebut respirasi seluler yang terdiri atas glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan sistem transport electron.

3.2 Saran

Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, tentulah isi dari makalah saya pun banyak terdapat kekurangan, untuk itu disarankan kepada pembaca yang ingin lebih menggali ilmu tentang Biologi Sel khususnya Struktur dan Fungsi Mitokondria untuk tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya rujukan, tetapi sebaiknya juga mencari jurnal dan buku-buku maupun media lainnya sebagai referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Djohar, M.S. 1983. Biologi Sel I. Yogyakarta : UNY Press.

Reksoatmodjo, S. M. Issoegianti. 1993. Biologi Sel. Yogyakarta : Depdikbud.

Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta : JICA

Campbell, Neil A,dkk.(2002).Biologi.Jakarta:Erlangga.

Lha DesuCha.(2012). Respirasi Seluler.

https://www.academia.edu/5684723/Respirasi_seluler_bio

Diakses tanggal 9 Mei 2015

Wikipedia. Mitokondria.2015.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mitokondria

Diakses pada tanggal 9 Mei 2015

Gambar 1 : Struktur krista mitokondria (Sheler dan Bianchii,1983)

Gambar 3 : Membran Luar

Gambar 2 : Struktur Ultra Mitokondria

Gambar 4 : Membran Dalam

Gambar 5 : Ruang Antar Membran

Gambar 6 dan 7 : Mekanisme respirasi seluler

Gambar 8 : Mekanisme glikolisis

Gambar 9 : Mekanisme Dekarboksilasi Oksidatif

Gambar 10 : Mekanisme Siklus Krebs

Gambar 11 : Mekanisme Sistem Transpor Elektron

Gambar 12 : Fission dan fusion pada mitokondria

Gambar 13 :

Sel darah putih yang mengalami apoptosis (kanan) sangat berbeda bentuk dengan sel darah putih yang normal (kiri).

Page 18