49
MAKALAH ANATOMI SISTEM PERNAPASAN DISUSUN OLEH : KELOMPOK : V NAMA KELOMPOK : 1. Andala Wijaya (09.14201.30.01) 2. Arias Syafeni (09.14201.30.05) 3. Jupriansyah (09.14201.30.22) 4. Karomah (09.14201.30.24) 5. Riza Desiana (09.14201.30.39) 1

Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

  • Upload
    djoefrei

  • View
    1.511

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

MAKALAH ANATOMI

SISTEM PERNAPASAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : V

NAMA KELOMPOK :

1. Andala Wijaya (09.14201.30.01)

2. Arias Syafeni (09.14201.30.05)

3. Jupriansyah (09.14201.30.22)

4. Karomah (09.14201.30.24)

5. Riza Desiana (09.14201.30.39)

KELAS : PSIK A1/ Smt. 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

2010

1

Page 2: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr Wb

Puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH SWT.

Shalawat dan salam kami sampaikan kepada nabi kita Muhammad SWT. Syukur

Alhamdulilah kami telah menyelesaikan tugas Anatomi yang berjudul “Sistem

Pernapasan” ini dengan sebaik mungkin.

Kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Yuliandi selaku Dosen pembimbing

mata kuliah Anatomi kelas PSIK REG A1 semester 3 yang telah mengarahkan kami

untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami sadar bahwa mungkin masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan

atau pengejaan makalah yang kami buat. Oleh sebab itu kritik dan sarannya kami

harapkan. Demikianlah kata sambutan dari kami terrima kasih atas perhatiannya.

kami akhiri dengan ucapan

Wassalammualaikum Wr Wb

Palembang, 20 Desember 2010

Tim Penyusun

2

Page 3: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar………………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………………... ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1

1.2 Tujuan……………………………………………………………… 2

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi dasar sistem pernapasan ………………………………… 3

2.2 Nasale (Hidung) ………………………………………………….. 3

2.3 Pharynx……………………………………………………………. 8

2.4 Larynx (Pangkal Tenggorokan …………………………………. 10

2.5 Trakea............................................................................................. 12

2.6 Bronkus.......................................................................................... 14

2.7 Paru-paru………………………………………………………… 16

2.8 Pleura ……………………………………………………………. 19

2.9 mekanisme sistem pernapasan pada manusia…………………... 23

2.10 macam-macam respirasi………………………………………. 24

2.11 Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi……………… 25

2.12 Otot-otot ketika bernapas……………………………………….. 26

2.13 Refleksrespirasi............................................................................. 27

3

Page 4: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 30

DAFTAR PUSTAKA

4

Page 5: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang

dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari

metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.. Sistem respirasi atau sistem

pernafasan mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir melalui

rongga hidung faring laring trakea bronkus bronkiolus

paru-paru alveolus sel-sel melalui dinding kapiler darah.

Jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara

masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya CO2 akan

dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk ke dalam tubuh

melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri .jantung (atrium

sinistra) ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi

oksidasi (pembakaran). Sebagai ampas (sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini

dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/ atrium dekstra)

e ke bilik kanan (vetrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke

jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses

pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolism, sedangkan sisa dari metabolism

lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.

Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang

menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk

menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu

bernapas epiglottis terbuka begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring

maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari

laring. Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu,

kotoran, dan benda asing. Adanya benda asing/ kotoran tersebut memberikan rangsangan

kepada selaput lender dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk.

5

Page 6: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

Dengan kejadian tersebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-benar

bersih.

Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yang masuk ke paru-paru tidak dapat

disaring, dilembabkan/ dihangatkan, ini bisa mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan

sel-sel bersilia (bulu-bulu getar) dapat rusak apabila adanya gas beracun dan dalam keadaan

dehidrasi. Namun dalam keadaan tertentu diharapkan kita bernapas melalui mulut, misalnya

pada operasi hidung, pengangkatan polip, karena setelah operasi pada keduan hidung diisi

tampon sehingga bernapas mellalui mulut tidak merugikan

1.2 Tujuan

Untuk memahami pengertian dari sistem pernapasan

Untuk memahami struktur anatomi organ pernapasan

Untuk memahami fungsi organ pernapasan dan dapat menjelaskan fungsi organ

pernapasan tersebut

Untuk mengetahui adanya otot-otot, peredaran darah baik arteri maupun vena,

tulang-tulang dan saraf yang mempersarafi di setiap alat pernapasan

Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya pernapasan, baik pernapasan

dada maupun perut.

6

Page 7: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dasar sistem pernapasan

Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran napas dan paru-

paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam

rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut

oleh diafragma.

Saluran napas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,

bronkiolus dan paru-paru.

2.2 Nasale (Hidung)

Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra

penciuman. Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya

pada prosesus palatinus os maxillaris dan pars horizontal os palatum.

Dalam keadaan normal udara yang masuk dalam sistem pernapasan berhubungan

dengan rongga hidung. Vestibulum rongga hidung yang berisi serabut-serabut halus epitel 7

Gambar 1-1. Alat pernapasan

Page 8: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

berfungsi untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang mengganggu proses

pernapasan.

Tulang rawan epithelium dan lamina propia saling berkaitan dan dianggap sebagai

bagian funsional yang memiliki mukosa terbanyak dalam rongga hidung. Lamina propia

banyak mengandung arteri, vena, dan kapiler yang membawa nutrisi dan air yang dihasilkan

oleh sel.

Rangka hidung bagian atas dibentuk oleh bagian-bagian berikut ini:

a. Lamina kribrosa osis etmoidalis dan pars nasalis ossis frontalis

b. Dinding lateral: oleh tulang keras dan tulang rawan

c. Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang karang

Pada dinding lateral terdapat empat tonjolan (konka): konka suprima, konka nasalis

superior, konka nasalis media, dan konka nasalis inferior. Selain itu, juga terdapat celah yang

disebut kavum nasi:

1. Prosesus spenoidalis: terletak antara konka suprima dan konka superior

2. Meatus nasi superior: terletak antara konka superior dan konka media

3. Meatus nasi media: terletak antara konka media denga konka inferior

Aperture piriformis adalah pintu depan kavum nasi yang dibentuk oleh tepi bawah os

maxillaries dan incisura nasalis os maxillaries. Sekeliling dinding sebelah dalam di tulang-

tulang kepala terdapat ruang-ruang udara yang disebut sinus paranasalis yang terdiri atas

sinus-sinus berikut ini:

1. Sinus spenoidalis: terletak di belakang cranial hidung dalam korpus spenoidalis

bermuara ke rongga hidung bagian belakang

2. Sinus etmoidalis: terdapat dalam pars labirintus ossis etmoidalis

3. Sinus frontalis: terletak dalam infundibulum meatus nasi media

4. Sinus maksilaris: terdapat pada dinding lateral hidung korpus maksilaris

bermuara di hiatus \maksilaris ke rongga hidung hiatus semilunaris media.

8

Page 9: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

a. Bagian-bagian hidung:

1. Batang hidung: dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis

2. Cuping hidung: bagian bawah dari lateral hidung yang dibentuk oleh tulang

rawan

3. Septum nasi adalah yang membatasi dua rongga hidung

4. Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi) terdiri atas dari empat buah konka

nasalis, empat buah meatus, dan antrum (lekuk bagian lateral kavum nasi

didepan konka nasalis dan meatus nasalis)

Otot-otot hidung. Pada dinding hidung terdapat alat-alat kecil yang berfungsi

menggerakkan hidung dann menghirup udara

a. M. piramidalis

b. M. levator labii superior league nasi

c. M. dilatator neres posterior

d. M. dilatators neres anterior

e. M. Kompressor nasi

f. M. kompressor nasi minor

g. M. depressor alaris nasi

9

Gambar 1-2 Otot-otot hidung

Page 10: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

Intergumentum: ‘permukaan dorsal dan lateral rangka depan hidung yang ditutupi oleh

jaringa ikat dan melekat pad puncak hidung mengandung folikel dan glandula sebasea

b. Fossa nasalis

Fossa nasalis terdiri atas ruang hidung (kavum nasi) merupakan bagian dalam rongga

hidung yang dindingnya dilapisi oleh tunika mukosa disebut pituitary yang berfungsi

mengeluarkan secret mukosa. Pada bagian vestibulum nasi, ventrikel nasi, dan tunika mukosa

mempunyai epithelium skuamosa.

Selaput lendir hidung dihasilkan oleh jaringan kulit yang melekat pada perikondrium

lamina yang merupakan batas atas vestinulum Krista disebut linea nasi, bagian belakang

berlanjut menjadi membran mukosa nasofaring. Membrane mukosa kavum nasi meliputi

dinding dari sinus paranasalis. Pada sinus maksilaris fossa nasalis melalui hiatus maksilaris

kavum nasi juga diliputi oleh membrane mukosa.

Bagian frontal hiatus maksilaris tertutup oleh membrane mukosa, sedangkan bagian

oksipital ditutupi oleh tunika mukosa. Selain itu juga terdapat lubang terbuka pada hiatus

maksilaris tempat bermuaranya kavum nasi. Kavum nasi ini terletak di sebelah atas sehingga

bila terjadi infeksi, cairan akan menumpuk di dasar sinus maksilaris. Pada daerah cranial,

konka nasalis superior mempunyai selaput lendir neuro epithelium dimana bagian ujungnya

terdapat saraf dendrite. Bagian ini meruncing kepermukaan membrane mukosa. Sel nervus

olfaktorius menuju ke bagian dalam membran mukosa berhubungan dengan ujung filia

olfaktorius meninggalkan kavlum nasi melalui lubang kribrosa ossis etmoidalis menuju

kerongga tengkorak.

Pembuluh darah hidung

1. Arteri Palatina, bercabang dua yaitu arteri nasalis posterior lateralis dan arteri nasalis

posterior septi.

2. Arteri nasalis anterior berasal dari arteri oftalmika yang mempunyai cabang

anteriores lateralis dan anteriores nasalis anterior septi

3. Vena hidung kribrosa, jaringan pada daerah konka yang dikelilingi oleh serabut otot

sirkuler dan longitudinal, bermuara pada:

10

Page 11: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

Pleksus venosus pterigoideus vena kanalis

Vena fasialis mengikuti cabang arteri alviolaris sup

Vena oftalmika

Perdarahan hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah vena di hidung disebut

epistaksis.

Persarafan hidung

1. Nervus olfaktorius saraf sensible (saraf pembau): masuk melalui lubang-lubang di

lamina kribrosa etmoidalis

2. Nervus trigeminus: mempunyai cabang nervus oftalmikus dengan ranting nervus

nasalis posterior superior dan nervus nasalis anterior superior untuk dinding lateralis

kavum nasi superior dan konka nasalis media.

3. Nervus etmoidalis anterior: cabang dari oftalmikus masuk ke dalam kavum nasi

melalui lubang frontal di lamina kribrosa ossis etmoidalis

4. Nervus palatines anterior: masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang dalam pars

perpendikularis ossis palatine.

c. System limfe hidung

Membentuk pleksus pada bagian permukaan membrane mukosa. Aliran limfe hidung

berasal dari subdural dan ruangan subarachnoid dari rongga teengkorak. Aliran limfe dari

hidung sebagian bermuara .ke nodud servikalis retrofaringeal yang terletak dekat kornu

mayor hiodeum.

11

Page 12: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.3 Pharynx

Terdiri atas nasofaring, orofaring,dan laringo faring:

2.3.1 Nasofaring

Bagian faring yang terdapat di dorsal kavum nasi dan berhubungan dengan kavum

nasi melalui konka dinding lateral yang dibentuk oleh:

M. Tensor palatine

M. Levator vili palatine membentuk palatum mole

M. Konstruktor faringis superior

Bagian lateral dinding nasofaring memiliki dua lubang

Osteum faring. Terletak diantara nasofaring dengan orofaring yang dibatasi

oleh istmus faringis yaitu suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh

permukaan cranial palatum molle, arkus faringeo palatines, dan dinding

belakang nasofaring kebawah dengan orofaring. Di dalam nasofaring,

orofaring dilapisi oleh mukosa sehingga permukaannya memiliki tonjolan

otot dan tulang. Dengan terdapatnya palatum molle dapat mencegah

makanan dan minuman masuk ke dalam rongga hidung ketika menelan.

Lubang medial (tuba faringeo timpanika eustakii). Pada dinding lateral

terdapat penonjolan, melalui penonjolan ini terlihat suatu lipatan ke dalam

12

Gambar 1-3. Os. Nasale

Page 13: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

lumen faring. Otot ini dianggap sebagai bagian dorsal M. farongeo palatinus.

Pembesaran tonsil akan memperkecil konka sehingga mengganggu

pernapasan melalui hidung dan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.

2.3.2 Orofaring

Orofaring mempunyai dua hubungan sebagai berikut:

Ventral dengan kavum oris. Batas istmus fausium terdiri atas palatum molle

arkus glasopalatinus dekstra dan sinistra dorsum lingua. Di antara kedua

arkus ini terdapat jaringan limpoid disebut tonsil palatina (mandel) yang

terdapat dalam lekukan yang disebut fossa tonsilaris. Fossa ini seluruhnya

ditempati oleh tonsil untuk mencegah masuknya kuman melalui rongga

mulut ke faring. Radiks lingua merupakan lanjutan dari dorsum lingua yang

merupakan dinding ventral orofaring. Kaudal radiks lingua terletak pada

tulang rawan, dihubungkan dengan epiglottis oleh tiga lipatan (2 plika glasso

epiglotika lateralis dan 1 plika glasso epiglotika mediana). Diantara kedua

lipatan ini terdapat bagian yang cekung disebut valekula epiglotika.

Kaudal pada radiks lingua. Memiliki lubang merupakan batas antara laring

dan faring, selain itu juga terdapat lipatan antara faring disebut epiglotis yang

merupakan batas antara oral dan laring.

2.3.3 Laringo faring

Bagian ini berhubungan dengan laring melalui mulut yaitu auditus

laringeus.Dinding depan laringo faring memiliki plika laringisi epiglotika. Lekuk ini

mempunyai dinding medial dan lateral. Kedua dinding tersebut bersatu di daerah

ventral yang dapat dilihat sebagai tonjolan yang disebut plika nervus laringici.

Septum para faringeal mempunyai hubungan ke ventrikel septum sublingual dan

submaksilaris. Antara arkus glassopalatinus dan arkus faringeo palatinus terdapat

tonsil palatine, sedangkan atap nasofaring berhadapan dengan tonsil faringeal. Pada

radiks lingua terdapat bangunan seperti lingkaran, apabila tonsil palatine membesar

maka akan memperkecil istmus fausium.

13

Page 14: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.4 Larynx (pangkal tenggorokkan)

Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi

dengan otot, membrane jaringan ikat, dan ligamentum. Bagian atas laring membentuk tepi

epiglotis. Lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid dari sebelah bawah tepi

kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis

disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.

14

Gambar 1.4. Faring

Gambar 1.5 epiglotis

Page 15: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.4.1 Rangka laring

Rangka laring terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

1. Kartilago tiroidea: terdiri atas dua lamina yang membuat sudut tepi dorsal. Tiap

lamina sebagai kornu ke cranial kornu superior dan kornu inferior ke kaudal.

2. Kartilago krikoidea: berbentuk cincin, memiliki bagian ventral yang sempit

disebut arkus, sedangkan bagian yang lebar disebut lamina.

3. Kartilago aritenoidea: sepasang tulang rawan berbentuk segitiga dengan apeks di

cranial. Pada bagian ini terdapat kartilago kornikulata dan kartilago epiglotika.

4. Kartilago epiglotika: berbentuk sebagai kaudal meruncing disebut peptiolus.

5. Os. Hyoid dan kartilagines: laring (tulang) lidah bentuknya seperti tapak kuda

terdiri atas:

a. Korpus ossis hyoid (bagian tengah)

b. Kornu minus (tiga tonjolan tulang kecil) yang mengecil ke kranialis di

pertengahan tulang

c. Kornu mayus: bagian belakang tulang mulai dari bagian lateral korpus hyoid.

2.4.2 Artikulasi laring

1. Artikulasi krikoitiroidea: suatu sumbu yang hampir tegak lurus pada fasia

artikulasis yang terletak di dalam bidang frontal.

2. Artikulasi krikoaritenoidea: pergerakan artikulasi ke medioventro kaudal

dan latero dorsokranial, pergerakan ke arah yang sama.

2.4.3 Ligamentum pada laring

1. Ligamentum krikoisdeum medium/ ventral: terletak antara kartilago tiroid

dengan krikoid. Garis tengah merupakan bagian yang kuat disebut konus

klastikus

2. Ligamentum kriko aritenoideum: terletak antara permukaan dorsal kartilago

aritenoidea dan pinggir dorsal kartilago tiroidea.

15

Page 16: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

3. Ligamentum kornikulo faringikum: terletak antara puncak kartilago aritenoidea

dan dorsal kartilago aritenoidea

4. ligamentum hioitiroideum lateral: terletak antara kornu superior kartilago

tiroidea dan kornu mayus ossis hyoid.

5. Membrane hioitiroideum: terletak antara korpus ossis hioideus dan incisura

kartilaginis tiroidea.

6. Ligamentum hioepiglotikum: terletak antara korpus ossis hioidea dan puncak

epiglotis.

7. Membrane quadrangularis: terletak antara tepi lateral kartilago epiglotis dan tepi

ventral kartilago aritenoidea.

2.5 Trakea (batang tenggorok)

Trakea atau batang tenggorok adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang

dibentuk oleh tulang rawan disempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di antara vertebra

servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra torakalis V, panjangnya

sekitar 13 cm dan diameternya 2,5 cm, selain itu juga dilapisi oleh otot polos. Trakea

mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang berfungsi

untuk mempertahankan trakea tetap terbuka. Ujung bawah trakea terletak setinggi angulus

sterni. Pada bagian bawah trakea torakalis ke IV, trakea bercabang dua menjadi bronkus kiri

dan bronkus kanan.

16

Gambar 1.6 Larynx

Page 17: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

Trakea dibentuk oleh tulang-tulang rawan berbetuk cincin yang terdiri dari 15-20

cincin. Diameter dari trakea berbeda-beda pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak

sempit sedangkan bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil dekat percabangan

bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang terletak agak ke kiri

dari bidang median. Selain itu juga terdapat sel bersilia yang berguna untuk mengeluarkan

benda asing yang masuk ke jalan pernapasan.

Hubungan trakea dengan alat sekitarnya:

1. Sebelah kanan terdapat nervus vagus, arteri anonima, dan vena azigos.

2. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus rekurens sinistra

3. Bagian depan menyilang vena anonima sinistra dan fleksus kardiakus profundus

4. Bagian belakang esophagus pada sisi trakea berjalan cabang-cabang nervus vagus

dari trunkus simpatikus berjalan ke arah pleksus kardiakus.

Trakea merupakan suatu saluran otot selapuit yang kedudukannya tegak lurus antara

basis kranii dan vertebra servikalis ke-6. Di antara basis kranii dan esophagus berisi jaringan

ikat yang dilewati oleh:

a. Celah antara basis kranii dan M. Konstruktor faringeus superior dilewati tuba faring

auditiva palatina asenden cabang M. Levator voli palatine.

17

Gambar. 1.7 bagian dalam trakea

Page 18: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

b. Celah antara M. konstruktor faringeus superior dan M. Konstruktor faringeus media

dilewati oleh nervus glassofaringeus, ligamentum stilofaringeus dan M.

stilofaringeus.

c. Celah antara M. Konstruktor media dan M. konstruktor faringeus inferior ditembus

nervus laringeus superior.

d. Celah di bawah M. konstruktor faringikus inferior dilewati oleh nervus laringikus

inferior dan nervus Rekurens

2.6 Bronkus (cabang tenggorokkan)

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea pada ketinggian

vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan

terletak mengarah ke paru-paru. Bronkus terdiri atas bagian-bagian berikut ini:

1. Bronkus prinsipalis dekstra: panjangnya 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis. Paru-

paru kanan bercabang menjadi bronkus lobaris superior. Pada waktu masuk ke hilus

akan bercabang tiga yaitu bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan

bronkus lobaris posterior, sedangkan di atasnya terdapat vena azigos d an di

bawahnya terdapat vena pulmonalis.

2. Bronkus prinsipalis sinistra: lebih sempit dan lebih panjang daripada bronkus kanan

sekitar 5 cm berjalan ke bawah ke aorta dan di depan esophagus masuk ke hilus

18

Gambar 1.7. Trakea

Page 19: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

pulmonalis sinistra kemudian bercabang menjadi bronkus lobaris superior dan

bronkus lobaris inferior.

Bronkus lobaris (bronkioli=cabang bronkus) merupakan cabang yang lebih kecil dari

bronkus prinsipalis. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli seperti yang

telah dijelaskan diatas:

1. Bronkus lobaris superior dekstra

2. Bronkus lobaris media dekstra

3. Bronkus lobaris inferior dekstra

4. Bronkus lobaris superior sinistra

5. Bronkus lobaris inferior sinistra

Struktur dalam bronkus berbeda dengan di luar bronkus. Seluruh gabungan otot

menekan bagian lumen yang lebih dalam dari submukosa. Ketegangan otot tersebut

mempengaruhi rangakaian mukosa dan rangsangan berlebihan akan menghalangi perjalanan

pernapasan melalui cabang-cabang tulang rawan yang makin sempit dan makin kecil yang

disebut bronkiolus. Dari tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyak

dengan diameter 0,5 mm. cabang bronkus yang terakhir akan membangkitkan pernapasan dan

melepaskan udara ke paru-paru. Pernapasan bronkiolus terjadi dengan cara memperluas

ruangan pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara antara

oksigen dan karbon dioksida.

19

Gambar 1.8 Bronkus

Page 20: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.7 Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong

yang dibentuk oleh pleura perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-paru sangat lunak,

elastis, sifatnya ringan terapung di dalam air, dan berada dalam rongga torak.

Paru-paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena adanya partikel-

partikel debu yang masuk dimakan oleh fagosit. Hal ini terlihat nyata pada pekerja tambang.

Paru-paru terletak di samping mediastinum dan melekat pada perantaraan radiks pulmonalis

yang satu sama lainnya dipisahkan oleh jantung, pembuluh darah besar, dan struktur lain

dalam mediastinum.

Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok keatas kira-

kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang berbentuk konveks berhubungan dengan

dinding dada sedangkan fasies mediastinalis yang berbentuk konkaf membentuk pericardium.

Pada pertengahan permukaan paru kiri terdapat hilus pulmonalis yaitu lekukan di mana

bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru-paru membentuk radiks pulmonalis.

a. Apeks pulmo

Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura torasis

superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.20

Gambar 1.9. Paru-paru

Page 21: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

b. Basis pulmo

Pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma

akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri, maka basis paru kanan

lebih kontak daripada paru-paru kiri.

c. Insisura atau fisura

Dengan adanya fisura atau takik yang ada pada permukaan, paru-paru dapat dibagi

menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus dapat digunakan untuk menentukan

diagnosis

Pada paru-paru kiri terdapat insisura yaitu insisura obliges. Insisura ini membagi paru-

paru kiri atas menjadi dua lobus yaitu:

1. Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan sebagian di

depan insisura.

2. Lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah

insisura.

Paru-paru kanan memiliki dua insisura yaitu insisura obligue dan insisura interlobularis

sekunder:

1. Insisura obligue (interlobularis primer): mulai dari daerah atas dan kebelakang

sampai ke hilus setinggi vertebra torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan

searah dengan iga ke-6 sampai linie aksilaris media ke ruang interkostal ke-6

memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6 dan kembali ke hilus.

2. Insisura interlobularis sekunder: mulai dari insisura obligue pada aksilaris media

berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis

keenam terrus ke hilus. Insisura obligue memisahkan lobus inferior dari lobus

medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari

lobus superior.

21

Page 22: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

d. Radiks pulmonalis

Susunan dalam jaringan penyambung media spinalis dikelilingi oleh garis

peralihan pleura, susunan alat utama bronkus, arteri pulmonalis, dan vena pulmonalis

segmen pulmonary. Dari bronkus lobaris radiks pulmonary bercabang menjadi

bronkus segmentorum. Segmen bronkus pulmonary adalah daerah yang diurus oleh

cabang-cabang bronkus segmentorum, dan mendapat darah dari arteri yang berjalan

bersama bronkus segmentorum yang berdekatan, sedangkan darah vena-vena yang

terletak intersegmental.

e. Segmen paru-paru kanan:

1. Lobus superior:

a. Segmen apical

b. Segmen superior

c. Segmen anterior

2. Lobus medius:

a. Segmen lateral

b. Segmen medial

3. Lobus inferior

a. Segmen superior

b. Segmen mediobasal

22

Gambar 1.10 Paru-paru

Page 23: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

c. Segmen aterobasal

d. Segmen laterobasal

e. Segmen posteriobasal

f. Segmen paru-paru kiri:

1. Lobus superior:

a. Segmen apikoposterior

b. Segmen anterior

c. Segmen superior

d. Segmen inferior

2. Lobus inferior:

a. Segmen superior

b. Segmen ateriomediobasal

c. Segmen lateralbasal

d. Segmen laterobasal

2.8 Pleura

Pleura adalah suatu membrane serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat

paru-paru berada yang berjumlah dua buah yaitu kiri dan kanan, serta tidak saling

berhubungan.

23

Gambar 1.11 Alveolus

Page 24: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.8.1 Lapisan pleura

Pleura mempunyai dua lapisan yaitu permukaan perietalis dan permukaan viseralis:

1. Lapisan permukaan disebut pleura parietalis yang berlangsung berhubungan

dengan paru-paru serta memasuki fisura paru-paru dan memisahkan lobus-lobus

dari paru-paru.

2. Lapisan dalam disebut pleura viseralis. Lapisan ini berhubungan dengan fasia

endotorasika dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai

dengan letaknya pleura parietalis memiliki empat bagian sebagai berikut:

a. Pleura kostalis: mengahadap ke permukaan lengkung kosta dan otot-otot

yang terdapat di antaranya. Bagian depan dari pleura kostalis mencapai

sternum, sedangkan bagian belakangnya melewati iga-iga di samping

vertebra. Bagian ini merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling

kuat dalam dinding toraks.

b. Pleura servikalis: bagian pleura yang melewati apartura torasis superior,

memiliki dasar lebar, berbentuk seperti kubah, dan diperkuat oleh membrane

suprapleura.

c. Pleura diafragmatika: bagian pleura yang berada di atas diafragma.

d. Diafragma mediastinalis: bagian pleura yang menutup permukaan lateral

mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.

2.8.2 Sinus pleura

Tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna

oleh paru-paru baik ke arah bawah maupun ke arah depan. Kavum pleura hanya

dibentuk oleh lapisan pleura parietalis, rongga ini disebut sinus pleura (recessus

pleura). Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru akan memasuki sinus dan pada waktu

ekspirasi akan ditarik kembali dari rongga tersebut.

Sinus pleura terdiri atas dua bagian yaitu sinus kostomediastinalis dan sinus

frenikokostalis.

24

Page 25: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

1. Sinus kostomediastinalis: terbentuk pada pertemuan pleura mediastinalis dengan

pleura kostalis. Pada waktu inspirasi sinus ini hamper semua terisi oleh paru-

paru.

2. sinus frenikokostalis: terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika dengan

pleura kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum dapat diisi

oleh pengembangan paru-paru.

a. Ligamentum pulmonale

Radiks pulmonalis bagian depan, atas, dan belakang ditutupi oleh pertemuan

pleura parietalis dan pleura viseralis. Bagian bawah radiks yang berasal dari depan

dan belakang bergabung membentuk lipatan yang disebut ligamentum pulmonale.

Ligamentum ini terdapat di antara bagian bawah fasies mediastinalis dan

pericardium, kemudian berakhir pada tepi yang bulat.

b. Pembuluh limfe

Didalam paru-paru terdapat dua pasang pembuluh limfe yang saling

berhubungan. Bagian superficial pembuluh limfe yang terletak dalam pleura ini

berukuran relatif besar dan membatasi lobus ke permukaan paru. Pembuluh limfe

tampak hitam karena penghisapan zat karbon khususnya pada individu yang tinggal

di perkotaan.

Pembuluh limfe yang lebih kecil membentuk jala-jala halus pada tepi lobules.

Pembuluh superfisial ini mengalir sepanjang tepi paru-paru menuju ke hilus. Bagian

profunda atau pulmonal berjalan bersama ke bronkus sedangkan arteri pulmonalis

dan bronki meluas hanya sampai ke duktus alviolaris bagian tepi. Semua mengalir ke

bagian pusat hilus dan bertemu dengan pembuluh limfe eferen superfisial. Nodus

limfatikus banyak dijumpai di bagian hilus.

c. Persarafan

Dalam jaringan paru-paru dijumpai serat-serat saraf kecil terutama di daerah

hilus yang berkaitan dengan bronkus serta pembuluh besar. Serat-serat saraf yang

25

Page 26: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

berhubungan dengan percabangan bronchial membentuk pleksus pulmonalis yang

tersusun dari cabang vagus (bronco konstruktor) dan cabang dari ganglia simpatis

berjalan bersama dengan pembuluh pulmonalis dan sekelompok kecil sel saraf yang

terdapat pada dinding bronchial.

d. Cairan dalam rongga pleura

Bila paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas normal maka

paru-paru bergerak kearah depan ke arah belakang dalam rongga pleura. Untuk

memudahkan pergerakan ini terdapat lapisan tipis cairan mukoid yang terletak

diantara pleura parietalis dan pleura viseralis.

Dinamika pertukaran cairan dalam ruangan pleura masing-masing dari kedua

pleura merupakan membrane serosa mesenkim yang berpori-pori. Sejumlah kecil

transudat cairan interstisial dapat terus menerus masuk kedalam ruangan pleura.

Cairan ini membawa protein jaringan yang memberi sifat mukoid pada cairan pleura

sehingga memungkinkan pergerakan paru berlangsung dengan sangat mudah.

Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit hanya beberapa

millimeter. Jumlah ini menjadi jatuh lebih cukup untuk memisahkan kedua pleura,

maka kelebihan tersebut akan dipompakan keluar oleh pembuluh limfatik yang

membuka secara langsung dari rongga pleura kedalam mediastinum, permukaan

superior diafragma, dan permukaan lateral dari pleura parietalis.

26

Gambar 1.12 Pleura

Page 27: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.9 Mekanisme sistem pernapasan/ respirasi pada manusia

Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang

karbondioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.

2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel

tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan

dua cara pernapasan, yaitu :

2.9.1 Respirasi / Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga

rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

27

Gambar 1.13 Pernapasan Dada

Page 28: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang

rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada

menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar

daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida

keluar.

2.9.2 Respirasi / Pernapasan Perut

Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya

dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada

membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada

tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke

posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi

kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada

tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

2.10 Macam-macam pernapasan

28

Gambar 1.14 Pernapasan perut

Page 29: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.10.1 Pernapasan Biasa

Disebut juga eupnea, inhalasinya melibatkan kontraksi otot diafragma dan eksternal

interkostal, tetapi ekshalasinya merupakan proses pasif. Saat pernapasan diafragma atau

pernapasan dalam, kontraksi diafragma mengakibatkan perubahan penting volume rongga

dada. Udara masuk ke paru-paru saat diafragma berkontraksi, dan diekshalasi secara pasif

saat diafragma berelaksasi.

Pada pernapasan kostal atau pernapasan dangkal, volume rongga dada berubah

karena tulang rusuk merubah bentuknya. Inhalasi terjadi saat kontraksi otot eksternal

interkostal menaikkan tulang rusuk dan memperbesar volume rongga dada. Ekshalasi terjadi

secara pasif ketika otot-otot tersebut berelaksasi.

2.10.2 Pernapasan Kuat

Disebut juga hiperpnea, melibatkan pergerakan aktif inspiratori dan ekspiratori.

Inhalasi pada pernapasan kuat dibantu oleh otot aksesori, ekshalasi melibatkan kontraksi otot

internal interkostal. Pada tingkat pernapasan kuat mutlak, otot abdominal juga dilibatkan

dalam ekshalasi. Kontraksinya dapat memampatkan isi abdomen, mendorongnya ke atas

melawan diafragma sehingga menurunkan volume rongga dada.

2.11 Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi

2.11.1   Tekanan intrapulmoner

Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan

tekanan intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran

pernafasan, di alveoli.

Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan

atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru

mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan

intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmoner pada

29

Page 30: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

umumnya ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paru-paru mengempis dan

tekanan intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau +1 mmHg.

Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet

yang berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum,  diferensial tekanan dapat mencapai

-30 mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang dengan glottis  

yang ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet mengangkat beban pada

saat ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan intrapulmoner dan tekanan peritoneal

meningkat dengan signifikan yang bisa menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.

2.11.2   Tekanan intrapleural

Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan

visceral pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat

mencapai – 18 mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah tekanan

atmosferyang diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh. Pada awalnya,

kita mencatat bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi. Pada kenyataanya,

paru-paru dapat kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke keadaan normal dengan

sempurna. Elastic fiber tidak bisa berbalik secara signifikan Karena elastic fiber tidak

cukup kuat untuk mengatasi ikatan cairan antara parietal dan visceral pleura. Elastic

fiber selanjutnya melawan ikatan cairan dan menarik paru-paru menjauh dari dinding

dada dan diafragma, menurunkan tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa

membesar bahkan setelah ekshalasi penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan

atmosfer melaui siklus inhalasi dan ekshalasi normal.

2.12 Otot-otot ketika bernapas

2.12.1 Otot yang Digunakan Saat Inhalasi

Kontraksi diafragma membuat ‘lantai’ rongga dada menjadi rata, menaikkan

volumenya dan membuat udara masuk ke paru-paru. Kontraksi diafragma berperan

dalam hampir 75% pergerakan udara pada pernapasan normal.

30

Page 31: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

Kontraksi otot eksternal interkostal membuat tulang rusuk bergerak naik saat

inhalasi. Kontraksi ini bertanggung jawab atas 25% volume udara di paru-paru.

Kontraksi otot aksesori, seperti sternocleidomastoid, serratus anterior, pectoralis

minor, dan otot scalens. Otot-otot ini juga berperan dalam pengangkatan tulang rusuk

oleh otot eksternal interkostal. Otot-otot ini meningkatkan jumlah dan kecepatan

pergerakan tulang rusuk.

 

2.12.2 Otot yang Digunakan Saat Ekshalasi

Otot internal inetrkostal dan transversus thoracis menekan tulang rusuk dan

menurunkan lebar dan kedalaman rongga dada.

Otot abdominal, termasuk oblique internal dan eksternal, tranversus abdominis dan

otot rectus abdominis, dapat membantu otot internal interkostal saat ekshalasi dengan

memampatkan abdomen dan mendorong diafragma untuk bergerak ke atas.

2.14 Refleks Respirasi

Refleks respirasi terdiri dari :

31

Gambar 1.12 Otot-otot inspirasi & ekspirasi

Page 32: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

2.14.1   Kemoreseptor Refleks

Kemoreseptor refleks mengenali signal dari PCO2, pH, dan/atau PO2. Adanya

signal dari bahan-bahan kimia ini membantu pusat pernapasan untuk bekerja.

Input kemoreseptor yang mempengaruhi pusat pernapasan :

a.      Saraf glossofaringeal (saraf IX) yang menerima signal informasi dari carotid

bodies adjacent ke carotid sinus. Carotid bodies menstimulasi penurunan pH darah atau

PO2 dalan darah. Reseptor ini distimulasi oleh meningkatnya PCO2 dalam darah

b.      Saraf vagus (saraf X) yang memonitor kemoreseptor di aortic bodies. Reseptor ini

sensitif terhadap signal yang sama dengan saraf glossofaringeal

c.      Saraf yang hanya merespon PCO2 dan pH dari cairan serebrospinal

Saraf glossofaringeal dan saraf vagus seringkali disebut periferal kemoreseptor,

sedangkan saraf yang merespon cairan cerebrospinal disebut pusat kemoreseptor.

2.14.2   Baroreseptor Refleks

Refleks ini distimulasi oleh tekanan darah sistemik. Aktivitas baroresestor ini

mempengaruhi pusat respirasi. Ketika tekanan darah turun, laju respirasi meningkat.

Ketika tekanan darah naik, laju respirasi turun.

2.14.3   Hering-Breuer Refleks

Refleks ini dibagi menjadi :

1.      Refleks inflasi : untuk menghambat  overekspansi paru-paru saat pernapasan

kuat. Reseptor refleks ini terletak pada jaringan otot polos di sekeliling bronkiolus dan

distimulasi oleh ekspansi paru-paru.

2.      Refleks deflasi : untuk menghambat pusat ekspirasi dan menstimulasi pusat

inspirasi saat pau-paru mengalami deflasi. Reseptor refleks ini terletak di dinding

32

Page 33: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

alveolar. Refleks ini berfungsi secara normal hanya ketika ekshalasi maksimal, ketika

pusat inspirasi dan ekspirasi aktif.

2.14.4   Protektif Refleks

            Refleks ini terjadi jika organ pernapasan kita terekspose oleh zat toksik, iritan

kimiawi, atau stimulasi mekanik pada saluran pernapasan. Respon yang timbul adalah

respon bersin, batuk, dan spasma laringeal.

33

Page 34: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , paru-paru , tulang rusuk , otot

interkosta , bronkus , bronkiolus , alveolus dan diafragma . Dalam mekanismenya, Udara

disedot ke dalam paru-paru melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang

rawan supaya menjadi kuat dan terkadang terbuka trakea bercabang kepada bronkus kanan

dan bronkus kiri yang disambungkan kepada paru-paru . kedua bronkus bercabang lagi

kepada bronkiol dan alveolus pada hujung bronkiol . Alveolus mempunyai penyesuaian

berikut untuk memudahkan pertukaran gas.

Penulis menyimpulkan sistem pernapasan adalah sistem dalam tubuh yang harus

dijaga dan dipelihara, karena jika salah satu organ pernapasan rusak akan mengganggu organ

sistem pernapasan yang lain.

34

Page 35: Makalah Anatomi Sistem Pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pernapasan

http://blog.ilmukeperawatan.com/anatomi-sistem-pernafasan.html

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/05/jenis-pernafasan-dan-mekanisme-pertukaran-

gas/

http://askep-askeb.blogspot.com/2009/08/sistem-pernapasan.html

http://athearobiansyah.blogspot.com/2007/09/anatomi-dasar-sistem-pernafasan.html

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, Edisi 10. Hal. 296. EGC:

Jakarta

Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Hal. 192.

EGC: Jakarta

Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Hal. 621. EGC: Jakarta

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi. Hal. 393. EGC:

Jakarta

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2 Hal.143.

Salemba Medika: Jakarta

35