Upload
tinny-sumardi
View
28
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH TEKNOLOGI FERMENTASI
“Potensi Fungsional Food dari FPC (Fish Protein Concentrate)”
Disusun oleh:
Kelompok VI
M. AINUN NAJIH K2F 009 082
SUMARTINI K2F 009 084
FAYA CHARLA W. K2F 009 085
NUSAIBAH K2F 009 087
M. CHOIR K2F 009 090
TRI WISNU SUSILO K2F 009 091
ABDUL MAJID K2F 009 097
FERIKA K. K2F 009 099
AGUS TRI SETYO W. K2F 009 101
SRI RAHAYU 26030110151007
DHONI P. 26030110151011
FANDHI R. K2F 007 022
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan paling pokok bagi kelangsungan hidup
manusia agar dapat tetap tumbuh. Makanan yang masuk ke dalam tubuh haruslah
mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh untuk proses pertumbuhan, perolehan
energi, perkembangan, serta untuk mengganti sel tubuh yang rusak. Kekurangan
gizi yakni gangguan zat gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein hewani,
protein nabati, kalori dan vitamin A, terutama terjadi pada anak-anak, ibu-ibu
hamil dan menyusui.
Di dalam tubuh manusia, protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh
dan zat pengatur. Sumber protein dapat diperoleh baik dari nabati maupun
hewani. Sebagai bahan pangan berprotein tinggi, ikan mempunyai peranan yang
besar dalam menanggulangi masalah gizi, terutama yang disebabkan oleh
kekurangan protein. Protein merupakan senyawa yang terdapat dalam sel hidup.
Setengah dari berat kering dan 20% dari berat total tubuh manusia dewasa adalah
protein. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena selain
sebagai sumber energi, protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh dan zat
pengatur di dalam tubuh.
Kandungan protein ikan sangat tinggi dibandingkan dengan protein hewan
lainnya, dengan asam amino essesensial sempurna, karena hampir semua asam
amino esensial terdapat pada daging ikan. Berdasarkan lokasi terdapatnya dalam
daging, yaitu protein sarkoplasma, miofibrillar dan protein pengikat (stroma),
protein pembentuk atau pembentuk enzim, koenzim dan hormon. Secara umum
daging ikan terdiri dari 15 – 24 % protein, 1 -3 % glikogen (karbohidrat), 0,1 -22
% lemak, 66 – 84 % air dan bahan organik lain sebesar 0,8 – 2 %. Dari data ini
terlihat bahwa ikan mengandung protein dalam jumlah tinggi. Demikian pula bila
ditinjau dari nilai gizi proteinnya, protein daging ikan mempunyai nilai cerna dan
nilai bioogis yang tinggi (relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daging hewan
ternak).
Pembuatan pangan fungsional FPC (Fish Protein Concentrate) merupakan
salah satu cara mendapatkan produk berprotein tinggi dari ikan. FPC (Fish
Protein Concentrate), atau tepung ikan (fish flour/fish meal), diterima sebagai
makanan manusia dan tidak sebagai makanan ternak.
Konsentrat protein ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan
dengan cara mengekstrak cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang terkandung
di dalam tubuh ikan. Konsentrat protein ikan adalah salah satu metode penyajian
ikan untuk konsumsi manusia, dimana protein merupakan komponen yang
dikhususkan.
I.2. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sifat fungsional dari FPC (Fish Protein
Concentrate)
b. Untuk mengetahui potensi fungsional food dari FPC (Fish Protein
Concentrate)
c. Untuk mengetahui produk olahan dari FPC (Fish Protein Concentrate)
I.3. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan FPC (Fish Protein Concentrate) ?
b. Bagaimana potensi fungsional food dari FPC (Fish Protein
Concentrate) ?
II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian FPC (Fish Protein Concentrate) atau KPI (Konsentrat
Protein Ikan)
KPI adalah produk hasil ekstrak dari ikan menggunakan pelarut organik
seperti iso propanol,metanol, etanol atau 1,2 dicloretane dengan variasi waktu dan
suhu yang berbeda untuk menghilangkan lemak dan kadar air, sehingga diperoleh
kadar protein yang tinggi. Untuk menghasilkan KPI, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain jenis ikan, cara ekstraksi, tahap proses, dan bahan baku
(Finch, 1977). Perbedaan penyiapan bahan baku pada pembuatan KPI akan
mempengaruhi kualitas KPI yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan, di dalam tubuh
ikan terutama pada bagian insang, isi perut, dan permukaan tubuh terdapat
kandungan-kandungan seperti bakteri, mineral, dan vitamin yang akan
mempengaruhi kandungan protein, warna, dan aroma dari KPI yang dihasilkan.
Pembuatan KPI secara konvensional telah lama dijadikan program
nasional oleh berbagai negara berkembang untuk mengatasi masalah kekurangan
konsumsi protein penduduknya. Akan tetapi KPI konvensional tersebut kurang
disukai oleh konsumen karena bentuknya yang mirip dengan tepung ikan yang
biasa digunakan sebagai pakan ternak (Aall, 1979). Kelemahan dari KPI
konvensional adalah sifat-sifat fungsionalnya yang kurang memadahi, sehingga
sulit untuk diaplikasikan pada berbagai produk olahan (Suzuki, 1981; Wheaton
dan Lawson, 1985).
Konsentrat protein ikan merupakan salah satu cara pengolahan yang dapat
diterapkan dalam pemanfaatan ikan hasil tangkapan samping dari operasi
penangkapan udang. Teknologi pembuatan konsentrat protein ikan meliputi
pelumatan daging ikan, pemisahan air dari daging ikan dan mengkonsentrasikan
proteinnya. Terdapat dua bentuk konsentrat protein ikan yaitu konsentrat protein
ikan tanpa ekstrasi (KPI tipe B) dan konsentrat protein ikan yang diekstraksi (KPI
tipe A). Kedua jenis KPI ini sama-sama bergizi tinggi hanya saja KPI tipe A
harganya lebih mahal (Suzuki, 1981)
Untuk meningkatkan daya terima KPI, di Jepang telah dikembangkan KPI
yang mempunyai daya rehidrasi tinggi dan teksturnya menyerupai daging setelah
rehidrasi. Sifat ini menyebabkan KPI mudah diolah lebih lanjut (Suzuki, 1981).
Astawan (1990) juga telah berhasil membuat KPI hiu dengan menggunakan
proses Suzuki (1981) dan dihasilkan produk dengan sifat fungsional yang baik.
II.2. Potensi Fungsional Food dari FPC (Fish Protein Concentrate)
Saat ini, di Indonesia belum banyak dikembangkan pengolahan daging
ikan menjadi konsentrat protein ikan. Metode pengawetan yang banyak dilakukan
masih dilakukan secara tradisional oleh masyarakat di Indonesia dengan
melakukan penggaraman dan pengasapan yang diikuti pengeringan (ikan asin,ikan
pindang, ikan peda dan ikan asap). Ditinjau dari segi gizi, ikan yang diberi
perlakuan penggaraman kurang menguntungkan, karena jumlah yang dikonsumsi
relative sangat sedikit akibat rasa asin yang ditimbulkannya. Oleh karena itu,
pengolahan ikan dengan menggunakan metode lain yang lebih menguntungkan
dan memiliki nilai gizi tinggi sangat diperlukan dengan menggunakan pengolahan
konsentrat protein ikan.
Konsentrat protein ikan adalah suatu produk untuk dikonsumsi manusia
yang dibuat dari ikan utuh atau hewan air lain atau bagian daripadanya, dengan
cara menghilangkan sebagian besar lemak dan kadar airnya, sehinga diperoleh
kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan baku asalnya.
Pengolahan konsentrat protein ikan yang dikembangkan masih secara
konvensional yang kurang disukai masyarakat karena dua hal. Pertama,
pengolahan yang dilakukan berbentuk mirip tepung ikan yang umumnya
digunakan untuk ternak, dan kedua sulit ditambahkan dalam pengolahan pangan
yang lain, sehingga banyak orang yang tidak mau mengkonsumsinya.
Salah satu bentuk usaha dalam mengoptimalkan pemanfaatan ikan-ikan di
Indonesia adalah dengan mengembangkan surimi dan produk lanjutannya (gel-
based products). Surimi adalah suatu daging ikan lumat beku yang telah
mengalami proses pencucian (leaching), penambahan garam dan bahan anti
denaturasi (gula/sorbitol) dan pembekuan sehingga dihasilkan produk yang
mempunyai elastisitas (kekuatan gel) yang dapat memenuhi kriteria sebagai bahan
baku produk fish gel (baso, sosis, burger, otak-otak, siomay, nugget) dengan daya
tahan simpan yang tinggi.
Produk surimi sebenarnya sangat tepat untuk pemanfaatan produksi
perikanan di Indonesia, mengingat :
a) Jenis ikan di daerah tropis terdiri dari banyak jenis, namun untuk setiap jenis
mempunyai populasi sedikit
b) Hampir semua jenis dan ukuran ikan dapat dibuat sebagai bahan baku surimi
c) Surimi dapat disimpan jangka panjang sebagai bahan baku produk berbasis
fish-gel
d) Surimi mempunyai volume lebih kecil dari ikan utuh
e) Surimi dan produk lanjutannya dapat memberikan nilai tambah untuk nelayan
serta perbaikan gizi masyarakat
f) Dapat memperluas bentuk-bentuk diversifikasi olahan hasil perikanan sehingga
akan meningkatkan daya terima konsumen
g) Memiliki jangkauan pemasaran yang luas karena mudah diterima konsumen
segala lapisan dan bersifat global
h) Memiliki daya tahan simpan yang panjang pada kondisi beku
Sampai tahun 2003 di Indonesia baru terdapat 5 industri surimi dengan
kapasitas 3-5 ton/hari dengan produksinya 90% diekspor. Permintaan surimi
sangat pesat meningkat di Eropa dengan konsumsi sekitar 20,000 ton/tahun, dan
industri produk olahan berbasis surimi sangat berkembang dan sangat mudah
diterima konsumen di seluruh dunia, misalnya sticks, flakes, bits, lobster moulded
tails, shrimp moulded tails, meatballs, kamaboko, sausage, burger, dan
sebagainya. Di Thailand, Malaysia dan Singapura, industri surimi berkembang
pesat dengan memanfaatkan ikan non ekonomis. Thailand merupakan produsen
surimi terbesar di Asia Tenggara dengan produksi 65,000 ton/tahun, dimana 90%
produksinya diekspor ke Jepang, Eropa, Amerika, Malaysia, dan Singapura.
Produksi surimi di Singapura sendiri sudah mencapai 20,000 - 30,000 ton/tahun,
dan turut memasok kebutuhan masyarakat Amerika. Di Amerika sendiri, produksi
surimi adalah sekitar 170,000-200,000 ton/tahun, dan turut memasok kebutuhan
surimi di pasar lokal Jepang (80,000 ton), Korea Utara (7,500 ton), dan Taiwan
(2,500 ton) (BPS, 2005).
Dalam usaha untuk meningkatkan daya terima masyarakat terhadap
konsentrat protein ikan, telah dikembangkan konsentrat protein ikan jenis baru
yang disebut marine beef atau meat textured fish protein concentrate.
Keistimewaan marine beef adalah selain nilai gizinya tinggi juga sifat fungsional
proteinnya tidak hilang, sehingga dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai
macam produk olahan daging.
Marine beef yang telah dihedridasi mempunyai daya emulsi, koagulasi dan
pembentukan gel yang sangat baik. Marine beef dapat digunakan sebagai bahan
pengganti daging sapi dalam pembuatan hamburger,sosis, meat loaf,meat ball, dan
meat sauce. Keamanan dalam mengkonsumsi marine beef juga terjamin. Bahan
kimia yang digunakan dalam pembuatannya hanya natrium klorida dan natrium
bikarbonat, dan jumlah yang digunakan sangat sedikit.
Keunggulan konsentrat protein ikan adalah tekstur daging memiliki daya
tahan simpan yang jauh lebih lama dan dapat disimpan pada suhu ruang sampai
12 bulan masa penyimpanan. Disamping itu, kandungan protein yang lebih tinggi
dibandingkan ikan dan daging segar, sampai dapat mencapai lebih dari 90%.
Mutu gizi pun sangat baik, dengan nilai biologis, daya cerna dan net protein
utilization lebih dari 90% pula (nilai ini menunjukkan bahwa protein dan gizi
dapat digunakan dengan baik oleh tubuh untuk berbagai proses metabolisme).
III. KESIMPULAN
Konsentrat protein ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan
dengan cara mengekstrak cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang terkandung
di dalam tubuh ikan. Konsentrat protein ikan adalah salah satu metode penyajian
ikan untuk konsumsi manusia, dimana protein merupakan komponen yang
dikhususkan. KPI adalah produk hasil ekstrak dari ikan menggunakan pelarut
organik seperti iso propanol,metanol, etanol atau 1,2 dicloretane dengan variasi
waktu dan suhu yang berbeda untuk menghilangkan lemak dan kadar air, sehingga
diperoleh kadar protein yang tinggi.
Pengolahan konsentrat protein ikan lebih menguntungkan dan memiliki
nilai gizi tinggi sangat diperlukan. Dalam usaha untuk meningkatkan daya terima
masyarakat terhadap konsentrat protein ikan, telah dikembangkan konsentrat
protein ikan jenis baru yang disebut marine beef atau meat textured fish protein
concentrate. Keistimewaan marine beef adalah selain nilai gizinya tinggi juga
sifat fungsional proteinnya tidak hilang, sehingga dapat diolah lebih lanjut
menjadi berbagai macam produk olahan daging.
DAFTAR PUSTAKA
Aall, C. 1979. Fish protein resources for human comsumption. Food and Nutr.Bull 4.
Astawan, M. 1990. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi dan SifatFungsional Konsentrat Protein Ikan Hiu. Thesis. FPS-IPB. Bogor.
Finch, R. 1977. Whatever Happened to Fish Protein Concentrate ?. Food Tech. 5 :44 – 53.
Suzuki, T. 1981. Fish and Krill Protein: Processing Technology. Apll. Sci. Pbul.Ltd., London.
Weaton, F.W. and T.B. Lawson. 1985. Processing Aquatic Food Product.