186
PERMAINAN TRADISIONAL NUSANTARA 1) PERMAINAN MBURU KEWAN A. Latar belakang permainan Permainan ini dibuat untuk mengisi kegiatan pada waktu sore hari,dengan cara menirukan orang yang sedang berburu binatang dengan cara melempar benda untuk menangkap binatang yang sedang diburu. B. Asal permainan Asal permainan ini adalah dari daerah pemalang dan sekitarnya C. Peserta Pesertanya adalah semua umur,baik anak-anak maupun orang dewasa dapat melakukan permainan ini.peserta minimal 10 orang dan maksimal tak terbatas. D. Alat yang diperlukan Alatnya adalah 2 buah bola plastik untuk bahan lemparan berburu E. Pelaksanaan Permainan Pertama di awali dengan diundi (hompimpah) untuk mencari 2 orang untuk menjadi pemburu dan sisanya menjadi binatang yang menjadi sasaran lemparan.nanti kalau ada anak yang terkena bola leparan dari pemburu,maka dia harus keluar dari arena permainan dan menjadi pemburu.dalam permainan ini tidak boleh melempar kearah kepala. F. Tempat dan waktu permainan Ditempat yang luas misalnya kebun,lapangan,pelataran rumah dll,dan biasanya dilakukan pada sore hari sambil menunngu maghrib G. Penentuan pemenang 1

Macam-macam Permainan Tradisional

Embed Size (px)

Citation preview

PERMAINAN TRADISIONAL NUSANTARA1) PERMAINAN MBURU KEWANA. Latar belakang permainanPermainan ini dibuat untuk mengisi kegiatan pada waktu sore hari,dengan cara menirukan orang yang sedang berburu binatang dengan cara melempar benda untuk menangkap binatang yang sedang diburu.

B. Asal permainanAsal permainan ini adalah dari daerah pemalang dan sekitarnyaC. PesertaPesertanya adalah semua umur,baik anak-anak maupun orang dewasa dapat melakukan permainan ini.peserta minimal 10 orang dan maksimal tak terbatas.D. Alat yang diperlukanAlatnya adalah 2 buah bola plastik untuk bahan lemparan berburuE. Pelaksanaan PermainanPertama di awali dengan diundi (hompimpah) untuk mencari 2 orang untuk menjadi pemburu dan sisanya menjadi binatang yang menjadi sasaran lemparan.nanti kalau ada anak yang terkena bola leparan dari pemburu,maka dia harus keluar dari arena permainan dan menjadi pemburu.dalam permainan ini tidak boleh melempar kearah kepala.F. Tempat dan waktu permainanDitempat yang luas misalnya kebun,lapangan,pelataran rumah dll,dan biasanya dilakukan pada sore hari sambil menunngu maghribG. Penentuan pemenangDalam permainan ini yang menang adalah orang terakhir berada di lapangan permainan atau tidak tertangkap pemburuH. Tanggapan masyarakatMenurut masyarakat sekitar permainan ini cukup baik,karena dapatmenimbulkan kesenangan dan dapat melatih keterampilan dalam melempar dan menghindarI. SumberSaya mengetahui dari mas ahmad yang dulu pernah melakukan prmainan ini.

2) PERMAINAN SASEGOANA. Latar BelakangPermainan ini dinamakan Sasegoan ( bahasa lampung )yang artinya Main sumput-sumputan atau sembunyi-sembunyian. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan permainan yaitu Menyembunyikan Sesuatu .B. PesertaPermainan ini pada umumnya hanya dilakukan oleh anak-anak perempuan saja. Usia para peserta berkisar antara 7-13 tahun, dan dilakukan oleh sekurang kurangnya 4 orang anak. C. Alat dan FasilitasPermainan ini sebenarnya hanya semacam permainan sumput-sumputan yang hanya menggunakan peralatan sepotong kapur tulis, sepotong arang untuk menggambar, dan bagi masing- masing peserta sebatang lidi kecil kurang lebih 1cm, atau pecahan kecil dari beling kaca atau sebuah batu kecil yang gunanya unutk disembunyikan dalam permainan ini. D. Pelaksanaan PermainanMasing masing anak (A,B,C dan D) duduk berjongkok di tanah saling bertolak belakang(membelakangi) dengan jarak masing-masing peserta kurang lebih 2 meter. Masing-masing anak ini membuat gambar segi empat dengan panjang sisi masing-masing segi ampat kurang lebih 10cm, kemudian segi empat tadi dibagi nenjadi empat bagian Setelah selesai,masing-masing memperlihatkan kepada peserta lainnya alat atau barang yang akan disembunyikan pada salah satu petak di dalam segi empat tersebut.Setelah itu masing-masing anak tadi mulai menyembunyikan alatnya pada salah satu petak dari segi empat tadi secara sembunyi-sembunyi dan hati-hati jangan sampai anggota lain mengintip tempat ia menyembunyikan alat tadi. Cara menyembunyikannya adalah dengan jalan menggali pada salah satu petak secara hati-hati jangan sampai terlihat ada bekas galian ataupun ada bekas timbunan pad tempat tersebut. Setelah penyembunyian di lakukan oleh masing-masing mereka harus mengatakan khadu, yang artinya sudah. Seterusnya ke empat anak (A,B,C dan D) bergiliran mencari alat permaian temannya yang disembunyikan tadi. Setiap orang hanya di bolehkan menebak dan mencari satu petak saja dan bagian yang lain untuk ditebak dan dicari teman-teman yang lainnya. Jika si A berhasil menebak tempat sembunyian si B dan berhasil menemukan alat si B, maka si B mempunyai utang 1 point. Selanjutnya si B kembali mennyembunyikan alatnya tadi pada salah satu petak tadi untuk ditebak dan dicari si C dan si D. Begitu seterusnya pada yang lainnya.E. Penentuan KemenanganSiapa yang alat permainannya sering ditemukan teman-temannya itulah yang kalah, sebaliknya yang alat permainannya paling sedikit diketemukan teman temannya itulah pemenangnya. F. Tanggapan MasyarakatPada umumnya masyarakat merasa tidak keberatan diselenggarakan permainan ini, karena sifatnya hanya sekedar rekreatif dan tidak merugikan moral dan pendidikan anak-anak.

G. SumberSuwondo, Bambang. 1983. Permainan Rakyat Tradisional Daerah lampung. Deprtemen Pendidikan dan Kebudayaan.

3) PERMAINAN SONDOK - SONDOKANA. Latar BelakangPermainan Tradisional di Kabupaten Kuantan Singini (Kuansing) angsur-angsur mulai menghilang dikalangan anak-anak di Kuantan Singingi, seperti Permainan Gasing. Begitu pula dengan Cerita Rakyat Kuansing seperti Ombak Nyalo Simutu Olang. Berikut ini adalah paparan tentang salah satu Permainan Tradisional Anak-anak di Kuansing. Sondok-sondokan adalah permainan tradisional di Kuansing tepatnya di Kenegerian Sentajo. Sondok-sondokan atau cari-carian merupakan permainan anak-anak tempo dulu, dimana permainan ini diangkat dari disebuah desa yang ada di Kenegerian Sentajo lebih tepatnya di Koto Sentajo. Koto Sentajo terutama pada dusun Gonting memiliki kontur dengan sedikit berbukit sehingga semakin nyaman digunakan untuk permainan Sondok-sondok an, apalagi ditambah dengan adanya pelak milik masyarakat, dimana pelak ini semangkin menciptakan semangat permainan bagi para peserta, sebab didalam pelak ini selalu terdapat tumbuh-tumbahan yang ditanam pemiliknya untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti Pisang, Jeruk nipis, terong, Kunyit dan berbagai keperluan dapur lainnya. Dengan adanya berbagai tanaman dalam pelak Tersebut semakin elok sebagai tempat permainan ini.Ket :Sondok sondokan : Cari carian/ sembunyiPelak : Kebun yang dipagarTonggak : TiangOlun : BelumB. PesertaPermainan Sondok-sondok an terbagi menjadi 2 Jenis Permainannya yaitu Tonggak Dingin dan Tonggak Bantuan, dimana kedua permainan ini mempunyai perbedaan, tonggak dingin biasanya dilakukan oleh anak-anak yang lebih kecil dari peserta Tonggak Bantuan, dimana peserta Tonggak Bantuan berumur antara 11 14 tahun, permainan tonggak dingin selalu dilakukan pada siang hari, sedangkan Tonggak bantuan Dilakukan Pada malam hari pada saat terang bulan, baik pada saat cahaya bulan penuh maupun pada cahaya bulan sabit, dimana pada saat bulan sabit akan lebih menantang karena cahaya dengan sedikit gelap dan samar-samar.C. Pelaksanaan PermainanWaktu permainan ini biasanya dilakukan setelah pulang mengaji sekitar jam 20.00 WIB, pada malam-malam sekolah biasanya sampai jam 22.00 WIB, tapi tidak terlalu sering permainan ini dilakukan pada malam-malam tersebut kecuali hari libur sekolah, biasanya permainan ini sering dilakukan pada malam minggu, dimana pada malam minggu biasanya dilakukan sampai larut malam, dan tidak tertutup kemungkinan sampai jam 00.00 WIB. Alat yang DigunakanDalam permainan ini menggunakan Tonggak sebagai alat bantu utama, dimana tonggak yang digunakan yaitu Pohon yang ada disekitaran lokasi permainan, dimana tonggak yang pakai untuk permainan tersebut hanya 1 pohon. Aturan Permainan Penetapan Kawan : Sebelum permainan dimulai maka harus dilakukan dulu penetapan kawan masing-masing, dimana satu regu hanya terdiri dari 2 (dua) orang, dalam pembagian kawan ini bisa ditentukan secara langsung seperti sit jari dan bisa juga dengan cara undian, walaupun permainan dimalam hari pesertanya bukan saja laki-laki namun perumpuan juga tidak ketinggalan untuk ikut serta, jumlah regu yang akan bermain tidak terbatas, sebab dalam hal ini tergantung berapa jumlah yang ada pada malam itu, idealnya dalam permainan paling sedikit sekitar 7 Regu atau 14 orang, semakin banyak regu dalam permainan ini semakin seru dalam pelaksanaannya. Penentuan Batas Apabila regu atau pasangan masing-masing telah didapat dan ditetapkan, langkah berikut adalah menetapkan batas-batas persembunyian yang akan disepakati bersama, melalui musyawarah yang tidak terlalu lama biasanya batas-batas bisa ditentukan, jarak terjauh dari tiang biasanya berkisar 250 M, dalam penetapan batas ini tidak terfokus pada jauhnya jarak, namun biasanya ditentukan dengan menunjuk pada objek-objek tertentu seperti jalan, rumah penduduk, Pinggir Sawah dan sebagainya. Pada kesempatan ini juga membahas pelanggaran yang dilakukan oleh masing-masing regu, dimana pelanggaran yang dilakukan akan mengakibatkan kekalahan akan berpindah pada pihak yang melanggar aturan yang telah disepakati bersama. Ada dua pelanggaran yang harus diwaspadai oleh para peserta pertama memegang tonggak sebelum yang kalah memegang Tonggak tersebut. Kedua Melewati batas yang telah ditetapkan. Cara BermainAwal permainan ini dimulai dimana regu (2 orang) yang kalah dengan memejamkan/menutup mata sambil menghadap kearah tonggak, kemudian pemenang sambil berlari mencari persembunyian, sambil berlari biasanya salah satu atau beberapa peserta sambil mengucapkan olun-olun berarti waktu yang kalah untuk membuka mata belum selesai. Lalu bagaimana isyarat bagi yang kalah bahwa satiap peserta betul-betul telah bersembunyi? Biasanya isyarat bagi regu yang kalah saatnya untuk membuka mata yaitu setelah tidak ada lagi terdengar suara peserta yang mau bersembunyi, dimana saat kondisi seperti itulah yang kalah untuk membuka matanya.Apabila semua telah bersembunyi suasana dalam keheningan malam akan terasa pada saat itu, dua orang yang kalah tadi bersiap untuk mencari setiap peserta permainan, dalam percarian kedua peserta yang kalah tersebut harus berpencar atau berpisah arah, ini dilakukan agar lebih konsentrasi dalam pencarian. Peserta yang kalah harus mencari sebanyak mungkin semua peserta yang menang kalau bisa semuanya ditemukan, sebab kalau tidak akan menjadi rumit, mengapa demikian? Misalnya yang ada 10 Regu otomatis yang bersembunyi ada 9 regu dengan jumlah 18 orang, setelah didapat peserta yang bersembunyi yang kalah harus kembali ke tonggak untuk memegang tonggak sambil menyebut nama peserta yang telah didapat, setelah yang kalah memegang tonggak maka keduanya harus berbagi tugas, salah satu diantara mereka harus menjaga tonggak, jangan sampai orang yang belum dapat atau ditemui memberi bantuan dengan memegang tonggak, jika ini terjadi maka permainan harus di ulang dan yang kalah tidak akan berubah.D. Nilai yang TerkandungHal-hal positif yang bisa diambil dari permainan sondok-sondok an/cari-carian yang harus ditanamkan sejak dini antara lain : Keberanian dalam kemandirian Kejujuran dalam aktifitas Silahtuhrahmi antar peserta selalu terjalinE. Sumberhttp://www.sungaikuantan.com/2010/02/permainan-tradisional-kuansing-sondok.html

4) PERMAINAN CANDAK NDODOKA. Latar Belakang Nama PermainanCandak Ndodok atau sering disebut dalam bahasa indonesia yaitu Petak Jongkok atau Tap Jongkok adalah salah satu permainan tradisional Indonesia yang tidak membutuhkan banyak peralatan untuk memulainya. Bahkan permainan ini bisa dimulai di mana saja tanpa persiapan apapun. Tentunya minus persiapan ditegur petugas keamanan ataupun persiapan menahan malu yang teramat sangat. Sejarah PermainanPermainan candak ndodok ini merupakan permainan yang sangat unik. Permaian candak ndodok dimulai dengan sebuah gambreng. Gambreng adalah sebuah proses menentukan giliran yang biasanya dimulai dengan teriakan "Hom pim pah alaiyum gambreng!".Biasanya permainan dimulai dengan semua pemain lari berpencar menjauhi si penjaga. Si penjaga harus mengejar pemain lainnya sampai berhasil menepuk (di mana saja) salah satu pemain. Bila si penjaga berhasil melakukan itu, posisi akan otomatis berubah. Orang yang ditepuk akan berjaga, sedangkan orang yang berjaga akan menjadi target penjaga. Para target bisa meloloskan diri dengan cara berjongkok, hal inilah yang menyebabkan permainan ini diberi nama Candak Ndodok. Pemain yang jongkok dianggap tidak aktif dan tidak bisa mengaktifkan diri sendiri. Satu-satunya cara untuk kembali berlari adalah pemain ditepuk oleh pemain lain yang masih berdiri dan tidak menjadi penjaga. Bila pemain yang berdiri hanya tersisa satu orang, maka pemain tersebut tidak bisa berjongkok untuk menghindari kejaran penjaga. Pemain tersebut harus mengaktifkan pemain lainnya baru kemudian bisa berjongkok untuk menghindari kejaran penjaga.Permainan candak ndodok ini berasal dari daerah Jawa Timur. Dan permainan seperti ini yang selalu dimainkan olek anak-anak ketika mereka libur sekolah atau pada waktu anak-anak SD istirahat menunggu bel masuk kelas.B. PesertaPermainan ini dapat di mainkan oleh anak SD umur 7 sampai 12 tahun atau mulai dari kelas dua sampai dengan orang dewasa karena permainan ini boleh dimainkan oleh siapa saja baik laki-laki maupun perempuan. Karena permainan permainan petak jongkok ini tidak sulit di mainkan bahkan mudah untuk di mainkan oleh anak-anak. Permainan petak jongkok ini, membutuhkan lapangan yang luas dan jumlah peserta untuk melakukan permainan petak jongkok ini maksimal 10 orang dan minimal 5 orang karena kalau kebanyakan kasihan yang kalah atau yang akan jadi pengejar.C. Alat dan Fasilitas yang DiperlukanDalam permainan candak ndodok ini para pemain hanya membutuhkan lapanga yang luas yang berbentuk persegi panjang.D. Pelaksanaan PermainanDalam permainan ini tentu saja kita semua harus tahu dan mengerti cara bermain dengan baik, diantaranya adalah sebagai berikut :1. Tentukan satu orang yang akan mengejar.2. Untuk menghindari pengejar, setiap anak boleh jongkok.3. Bila jongkok berarti dia tidak dapat disentuh oleh pengejar.4. Anak yang berdiri dapat membangunkan anak yang jongkok.5. Tetapi, anak yang terakhir jongkok berarti akan menjadi pengejar menggantikan pengejar yang lama.6. Begitu juga dengan anak yang tidak jongkok namun berhasil disentuh oleh pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya. Hal yang tidak boleh dilakukan1. Memaksa pemain yang sedang berjongkok untuk berdiri.2. Mendorong pemain yang sedang berjongkok sampai terjatuh.3. Lupa membangunkan pemain yang sedang berjongkok seharian penuh di lapangan.E. Penentuan KemenanganUntuk menentukan pemain yang menang dan kalah, kita lihat dari berlangsungnya permainan tersebut. Jika pemain yang dikejar maka dianggap menang dan pemain yang jadi pengejar maka dianggap kalah. Namun, permainan tersebut berlangsung lama sampai para pemain merasa lelah dan capek jadi pemain yang menang dan kalah akan selalu berganti-ganti.F. Tanggapan MasyarakatDunia anak adalah dunia bermain. Beragam mainan diciptakan untuk menghibur dan juga sebagai sarana pendidikan anak. Mulai dari mainan yang terbuat dari plastik hingga mainan elektronik. Tetapi, tidak ada salahnya mengajarkan permainan yang mungkin sering dimainkan sejak kecil. Permainan seperti ini mengasah kemampuan otak, kemampuan membuat strategi, sikap mudah bersosialisasi, dan membangun EQ.G. SumberSumber permainan candak ndodok ini saya dapat dari Hamid Nur dan permainan tradisional merupakan permaina anak tempo dulu yang sekarang hilang dimakan zaman.

5) PERMAINAN ISUTAN JARATANA. Latar BelakangIsutan Jarat adalah nama permainan tradisional yang berkembang di daerah Kalimantan Selatan. Asal katanya dari isutan dan jarat, kata isutan ini mungkin dari peralihan kata usutan yang berarti mencari. Sedangkan jarat adalah istilah orang Banjar untuk tali yang ujungnya bersimpul untuk menjebak atau mengikat (seperti tali lasso di Amerika). Jadi isutan jarat maksudnya mencari tali yang bajarat (memiliki jerat). Pada permainan ini tiap pemain berusaha mencari jarat pemain lainnya yang disembunyikan di dalam pasir dengan cara menusukkan bilah lidi/kayu/bambu. Permainan ini sebenarnya menebak letak jarat yang ada di dalam pasir.B. Alat dan FasilitasPeralatan bermain berdasarkan permainan aslinya, yaitu tali dari serat pohon pisang dan bilah kayu dari bambu atau jenis kayu lainnya. Pohon pisang yang kering biasanya terlihat seratnya, bagian inilah yang diambil oleh anak-anak untuk membuat tali jarat. Sedangkan bilahnya terbuat dari kayu atau bambu yang diraut agak runcing dengan panjang tidak lebih dari lengan.

C. PesertaJumlah pemain isutan jarat minimal dua orang dan sebanyak-banyaknya empat orang. Dua orang diperlukan karena akan ada posisi pasang tempat yang menyembunyikan jarat) dan posisi naik (yang mencari lubang jarat). Tempat orang sudah dirasa cukup karena akan terlalu ramai yang bisa menimbulkan kebingungan. D. TempatLokasi permainan ini biasanya di pinggir sungai saat air surut atau di halaman rumah yang banyak pasirnya. Permainan isutan jarat tidak ada kaitan dengan jenis upacara atau peristiwa tertentu. Waktu permainan bebas bisa dimainkan kapan saja kalau di kampung anak-anak (laki-laki dan perempuan) akan memainkannya saat sore menjelang mandi di sungai.E. TahapanTahapan permainan : Tahap menyembunyikan jarat : Misalnya jumlah pemain ada 4 orang. Keempat anak ini berpencar ke daerah pasir masing-masing untuk menyembunyikan jaratnya. Teknik menyembunyikan jarat ini menentukan kelihaian tiap anak dalam bermain usut jarat, ada yang menyembunyikan jarat dengan ujungnya berkelok-kelok sehingga lawan sulit menebak letak jarat sebenarnya. Jarat yang ingin disembunyikan ditimbun perlahan-lahan dengan pasir agak tebal supaya tidak kelihatan. Ujung tali yang tidak memiliki jarat disisakan diluar untuk menariknya nanti. Tahap mencari jarat Ditentukan dulu timbunan pasir siapa yang akan dicari duluan. Setelah itu masing-masing anak menusukkan bilahnya ke dalam. Apabila semua anak yang giliran mencari sudah menusukkan bilahnya maka yang mempunyai jarak menariknya sehingga akan ketahuan siapa yang berhasil menebak jarat. Pemain yang berhasil bilahnya akan tersangkut di dalam jarat. Begitu seterusnya tiap pemain bergiliran menebak jarat lawanF. Penentuan KemenanganDalam permainan ini tidak ada konsekuensi kalah atau menang hanya memberikan kepuasan dan kebanggaan bagi anak yang berhasil mencari jarat atau anak yang jaratnya tidak berhasil ditemui lawan. Pengaruh dari permainan ini adalah memberikan sifat sportifitas bagi anak-anak, ini bisa dilihat dari kejujuran saat menyembunyikan jarat dimana anak yang lain sepakat untuk tidak saling intip serta kejujuran untuk memasang lubang jarat yang sama lebar dengan pemain lainnya.G. Sumberhttp//www.permainan tradisional.com.

6) PERMAINAN CETERANA. Latar BelakangCeteran adalah permainan tradisional yang berasal dari sleman yang tidak diketahui secara pasti siapa yang membuat permainan tersebut. B. TujuanTujuan dari permainan ini mengisi waktu luang, memupuk sportifitas, melatih indra penglihatan dan mengembangkan ketrampilan ketepatan pada target yang bergerak.C. ManfaatMemupuk sifat sportifitas,dapat bersosialisasi dengan yang lain,menahan emosi.D. SasaranAnak-anak, remaja, dewasaE. Pelaksanaan Permainan LapanganLapangan atau tempat yang digunakan lebih dominan dialam terbuka seperti : Dikebun dan lapangan. PeralatanBambu,air dan kertas dijadikan sebagai peluru.

PemainPemain bisa dimainkan oleh putra maupun putri yang jumlahnya tidak ditentukan. Pelaksanaan Permainan Sebelum permainan dimulai, diadakan hung pimpa untuk menentukan siapa yang akan menyerang terlebih dahulu. Pemain yang kalah bisa bertahan terlebih dahulu sambil bergantian menyerang. Permainan ini tidak boleh mengenai kepala,mata,kuping,dan leher. Selanjutnya pemain harus menyebar untuk mencari tempat bertahan seperti dibelakang pohon,batu,dan penghadang lainnya. Pihak lawan yang banyak kena peluru kertas itulah pihak yang kalah.

7) PERMAINAN TAMBI - TAMBIANA. Latar belakangDisebut dengan nama tambi-tambian sebab pada waktu dahulu permainan ini dimainkan oleh anak-anak suku Tambi. Suku Tambi yaitu suku pendatang dari luar Kalimantan Timur, yang sekarang banyak ditemui di kota Balikpapan, Samarinda. Suku ini berperawakan besar dan berkulit hitam, yang menurut ceritanya mereka berasal dari Ceylon. Mengenai latar belakang sejarah perkembangan permainan ini dulunya sering dimainkan oleh anak-anak dari suku Tambi. Tetapi tidak jelas dari mana asal usul permainan ini karena hampir semua daerah di Kalimantan Timur mengenal permainan ini. Pada awalnya orang menyebut permainan ini dengan sebutan Tambi-tambian dengan model lapangan seperti pada gambar lapangan I.Para pelakunya pada umumnya anak-anak pria, karena permainan ini sangat membutuhkan tenaga lebih-lebih pada waktu diadakan hukuman. Jumlah pemain dapat berjumlah 2 orang. Yang ideal berjumlah 4 orang dan Maksimum 5 orang. Tetapi apabila lebih dari 5 orang, permainan ini juga dapat dimainkan. Peralatan atau perlengkapan yang dipakai dalam permainan ini dilengkapi dengan lubang sejumlah pesertanya dan lubang itu sebesar bola. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat lubang, maka sebagai pengganti lubang dapat digunakan garis lingkaran yang agak besar. Di samping itu lapangan permainan yang dipergunakan dilengkapi dengan garis pembatas lapangan.B. Pelaksanaan Permainan Persiapan Para pemain mengadakan undian lebih dahulu dengan hom-pim-pa atau suit. Mempersiapkan lapangan permainan seperti tersebut pada gambar, yakni sebuah lapangan yang datar yang berukuran 2 x 8 m, terdiri dan garis batas pelempar dan lubang-lubang sasaran yang dikelilingi dengan papan atau batu bata yang dijejer. Maksud diberi penghalang ini adalah agar bola yang dilempar tidak bergulir jauh keluar lapangan permainan dan juga agar bola dapat mental kemudian menggelinding bebas masuk ke salah satu lubang. Jumlah lubang yang dibuat harus sesuai jumlah pesertanya dan jarak antara lubang dengan papan penghalang kira-kira 10 cm. Ada juga bentuk lapangan yang berbeda yaitu lapangan diberi batas 2 x 8 m, sedang pada lubang-lubang permainan tidak diberi penghalang. Setiap pemain menentukan lubang permainannya masing-masing.Tahapan Permainan Misalnya pemain berjumlah 5 orang dan setelah diadakan undian maka berturut-turut yang menang adalah E, B, C, D, A. Karena yang menang pertama adalah E, maka E berhak bermain lebih dahulu (memasukkan bola ke dalam lubang lebih dahulu), sedang B, C, D, dan A masing-masing berdiri bersiap-siap pada lubang yang telah dipilih sebelumnya. Sasaran E sebenarnya adalah lubang milik E, dan apabila lemparan E tidak ada yang mengenai sasaran maka E tidak berhak melempar lagi, tetapi gilirannya adalah pemenang undian ke-2 (yaitu B). Apabila pada waktu E melempar bola dan masuk pada lubang B, maka B dengan cepat mengambil bola dan sementara itu teman-teman yang lain (A, C, D, E) berlari sedang B yang telah berhasil mengambil bola tersebut berusaha melempar temannya dengan bola tersebut sampai mengenai sasaran. Apabila lemparan B mengenai A, maka lubang permainan A diberi tanda (Biasanya dipakai tanda berupa serpihan kertas atau batu. Tanda ini adalah tanda kalah, jadi A telah kalah 1 angka). Itulah sebabnya pada saat seorang anak hendak melempar bola pada teman-temannya, anak-anak itu lari menghindari lemparan. Setelah lubang A diberi tanda maka giliran melepar/memasukkan bola adalah B (karena pemenang kedua dalam undian). Dan selanjutnya jalannya permainan seperti pada poin c dan d di atas. Pada setiap anak yang kena lemparan dinyatakan kalah dan pada lubang permainan miliknya diberi tanda kertas atau batu kecil. Nilai kalah yang terkumpul adalah sejumlah peserta permainan. Jadi apabila peserta permainan ada 5 orang dan sudah mencapai kalah dengan angka 5 maka permainan berakhir dan anak-anak memberi hukuman bagi yang kalah. C. Penentuan KemenanganMisalkan di sini yang kalah 5 adalah A, maka A harus dihukum oleh anak-anak yang bermain dalam permainan itu. Maka berturut-turut yang menghukum adalah yang paling sedikit jumlah nilai kalahnya.Di sini misalnya : A kalah 5 C kalah 4 E kalah 3 B kalah 1 D kalah 0D melempar bola pada tubuh A sebanyak 5 kali. Setelah selesai maka B menghukum A dengan 4 lemparan (sebab B kalah 1). Jadi 5 (kalah A)-l (kalah B) = 4. Kemudian E menghukum A dengan 2 kali lemparan, sebab E kalah 3. Kemudian C menghukum dengan 1 lemparan, sebab C kalah 4. Tetapi apabila dalam pelaksanan hukuman seorang anak yang sedang menghukum tidak mengenai sasaran (misalnya pada saat D melempar bola ke A dan tidak mengenai A, maka bola yang lolos akan diperebutkan kembali oleh anak-anak (A, B, C, D dan E), untuk dilemparkan pada salah seorang anak. Permainan ini kembali seperti keterangan c dan d. Setelah selesai kembali giliran B menghukum B dan seterusnya sampai hukuman selesai dijalankan.Keterangan :a. Garis-garis tempat melempar bolab. lubang-lubang permainan c. Penghalang dari batu bata, balok atau papana b = 4 cm b c = 10 cm

8) PERMAINAN GANDONA. Latar BelakangPermainan ini dilakukan pada saat saya masih kecil. Dan merupakan permainan tradisional yang sering dimainkan terutama oleh anak laki-laki. Didaerah saya yaitu di Banjarnegara, permainan ini diturunkan secara turun-temurun sehingga tidak tahu pasti siapa yang menciptakannya. Karena anak-anak yang terpenting dalam sebuah permainan adalah kesenangan.B. PesertaDalam permainan gandon, pemain biasanya tidak begitu banyak karena tempat juga merupakan faktor penentu. Pemain harus lebih dari satu orang. Misal pemain ada 4 maka bisa dibuat regu atau kelompok dua lawan dua. Apabila ada perempuannya maka dibagi supaya adil.C. Pelaksanaan Permainan Alat dan Fasilitas1. Batu yang sedang2. Halaman dari tanah Jalannya permainanPermainan dilakukan:1. Beberapa batu diletakkan berdiri sejajar. Misal 5 batu. Dan batu itu sebagai sasaran.2. Garis batas untuk awalan jaraknya disesuaikan dengan kemauan saat bermain3. Awalan yaitu dengan suit untuk menentukan siapa yang memulai dahulu4. Pemain pertama melakukannya dengan cara meletakan batu dipunggung kaki dan mengayunkannya, melempar dengan kaki untuk berusaha mengenai batu yang dipasang sebagai target.5. Semua pemain yang pertama kali melakukan harus menggunakan kaki. Dari orang pertama hingga terakhir.6. Setelah itu baru mengincar batu target dengan dilempar menggunakan tangan tetapi dengan cara kaki satu diangkat dan batu dilempar melalui bawah kaki yang diangkat baru ditangkap lagi dengan tangan kemudian baru boleh dilempar kesasaran. Batu tidak boleh terjatuh atau kedua kaki menyentuh tanah.D. Tempat dan waktu permainan permainan dilakukan pada siang hari atau pada waktu senggang dan dilakukan dihalaman rumah. Dengan gambar seperti dibawah :

E. Penentuan KemenanganPemenang ditentukan dari banyaknya batu yang berhasil dirobohkan dengan cara di lempar dengan batu tersebut.F. Sumber Permainan ini saya dapatkan dari pengalaman sewaktu kecil dan masih duduk di bangku sekolah dasar. Karena dahulu sering saya mainkan saat waktu senggang. Dan juga dari orang tua dan tetangga saya banyak yang memberitahu permainan ini.

9) PERMAINAN MAGANG LURAH/MIL-MILANA. Latar BelakangPermainan Magang Lurah ini Pada dasarnya merupakan simbol kehidupan bermasyarakat di desa. Terdapat seorang pemimpin dan banyak rakyat yang disimbolkan dengan lidi pelepah daun kelapa. Seorang kepala desa (lurah) biasanya memiliki kekuasaan yang besar, sedangkan rakyat (masyarakat) digambarkan sama. Lurah bisa memerintah / menolong rakyatnya yang mengalami kesulitan dengan mudah. Akan tetapi, sesama rakyat biasanya sukar atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membantu sesamanya. Lurah juga memiliki fasilitas yang memadai untuk membantu warganya yang sedang mengalami kesulitan. Permainan ini mengutamakan kecermatan, ketelitian, serta keterampilan pemainnya. Sekali saja melakukan keceroohan maka akan menghancurkan permainan. Sehingga pemain harus bisa berhati-hati dalam memainkan permainan ini. Selain itu juga, faktor konsentrasi sangat dibutuhkan dalam permainan ini. Seseorang yang mampu berkonsentrasi dan menjaga ketelitian akan dapat secara baik menyelesaikan dan memenangkan permainan. Faktor taktik dan strategi juga tidak lepas dari permainan ini. Sebelum melakukan permainan, seorang pemain dapat menyusun strategi cara bermainnya, dan saat melakukan permainan dapat menerapkan taktik yang telah disiapkan.Permainan magang lurah ini belum teridentifikasi secara pasti asal muasal pertamanya. Akan tetapi permainan ini sudah dimainkan secara turun-temurun di Desa Harjobinangun, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. Orang-orang setempat menyebut permainan ini dari daerahnya sendiri, karena permainan ini mereka mainkan sejak kecil secara turun temurun dari orang tua mereka.B. Peserta GenderPermainan magang lurah ini tidak membedakan laki-laki maupun perempuan. Dikarenakan permainan ini lebih mengutamakan ketenangan pikiran dan tidak mengutamakan fisik. Sehingga baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan yang sama dalam memainkan permainan magang lurah ini. Jumlah Peserta PermainanJumlah peserta permainan magang lurah ini bervariasi, mulai 2 orang atau lebih. Akan tetapi agar permainan ini berjalan dengan baik dan tidak menunggu lama, permainan ini efektif dimainkan oleh 2-4 orang. Karena permainan ini dilakukan bergantian sesuai urutan. Umur Peserta PermainanPermainan magang lurah ini biasanya dimainkan anak-anak yang berusia antara 6-12 tahun atau usia anak sekolah dasar. Permainan ini digemari anak usia tersebut dikarenakan permainan yang bersifat sederhana akan tetapi mempunyai banyak unsur bermain.C. Alat dan FasilitasPeralatan yang diperlukan dalam bermain magang lurah antara lain adalah lidi yang terbuat dari pelepah daun kelapa. Kapur tulis / peralatan lain untuk membuat garis pembatas. Tempat bermain magang lurah dapat dilakukan di tanah maupun di lantai tergantung kondisi.D. Pelaksanaan Permainan Permainan dimulai dengan menyebarkan kumpulan lidi ke tanah / lantai. Usahakan lidi menyebar dengan teratur, sehingga lidi mudah diambil. Lidi yang melewati garis pembatas / sebagian besar bagian lidi melewati garis pembatas, maka lidi itu juga dinyatakan keluar. Pemain mengambil lidi satu persatu, lidi yang lain tidak boleh ada yang bergerak. Apabila lidi yang lain bergerak karena tersentuh lidi itu, maka permainan selesai dan pemain yang lain mengatakan Mil, itu tandanya permainan berhenti dan ganti giliran pemain yang lain. Setiap lidi yang berhasil diambil diberi nilai 5, dan lidi lurah (yang paling panjang) diberi nilai 15. Lurah dapat menolong lidi yang lain dengan mencongkel dengan kepala lurah. Permainan dilanjutkan terus menerus hingga ada salah satu pemain yang mendapatkan nilai batas. Biasanya batas nilai antara 200-500 poin. Pemain yang telah melampaui nilai dinamakan mendhem 1, 2, dst.. Waktu pelaksanaan permainan : Pada dasarnya, waktu pelaksanaan permainan magang lurah ini dilakukan pada siang hari, karena diperlukan cahaya yang terang. Permainan ini dilakukan pada saat anak-anak merasa lelah bermain yang menguras tenaga. Sehingga permainan ini bersifat santai untuk menghilangkan rasa lelah.E. Penentuan KemenanganPenentuan pemenang permainan magang lurah adalah dengan menghitung banyaknya mendhem perminan. Sebelum permainan dimulai biasanya pemain menentukan angka untuk menentukan pendheman. Setelah semua sepakat maka permainan dimulai dan dilaksanakan sesuai perjanjian pertama di awal permainan.F. Tanggapan MasyarakatTanggapan masyarakat tentang permainan magang lurah ini termasuk baik, dikarenakan anak-anak bermain dengan tenang dan mengurangi bahaya dibandingkan permainan yang diluar. Selain itu juga dengan permainan ini masyarakat beranggapan bahwa dengan permainan ini akan menemukan salah seorang calon pemimpin dari anak-anak yang memainkan permainan ini.G. SumberSumber informasi penulis dalam menuliskan permainan tradisional Magang Lurah yaitu dengan metode wawancara dengan berbagai tokoh masyarakat di Desa Harjobinangun, Kecamatan Grabag, kabupaten Purworejo. Tokoh-tokoh masyarakat seumber informasi antara lain: Siti Muryani (39 tahun) : Beliau adalah ibu penulis dan seorang guru SD Negeri Ketawangrejo. Berdasarkan paparan beliau, maka penulis menentukan untuk memilih permainan Magang Lurah untuk ditulis. Dibyo Subyantoro (46 tahun) : Beliau adalah ayah penulis. Penulis mendapatkan informasi tentang asal muasal serta tradisi turun temurun tentang permainan Magang Lurah dari beliau. Aris Saputro (18 tahun) : Merupakan seorang pelajar SMK Pancasila Kutoarjo. Penulis mendapatkan banyak informasi tentang permainan Magang Lurah dari beliau yang mengetahui tentang tata cara permainan.

10) PERMAINAN SEGHOGA. Latar BelakangPermainan Seghog ini merupakan permainan yang banyak dimainkan di daerah Jawa Barat, namun juga ada anak anak dari daerah Jawa Tengah. Yaitu di daerah Purworejo. Permainan ini sebenarnya lebih banyak dimainkan oleh anak laki laki. Namun pada kenyataanya banyak anak perempuan yang ikut memainkannya. Permainan ini dimainkan untuk mengisi waktu luang anak anak ketika mereka ditinggal orang tua mereka, maupun ketika mereka selesai belajar kelompok.B. Tujuan Sebenarnya tujuan dari permainan ini hanya untuk mengisi waktu luamg. Namun ternyata permainan Seghog ini memiliki beberapa nilai positif, yaitu dalam permainan ini akan melatih konsentrasi, ketepatan antara mata dan gerakan kaki dalam mencapai sasaran, dan melatih bersosialisasi. C. Manfaat Konsentrasi, ketepatan, dan koordinasi dapat meningkat karena terlatih ketika bermain Seghog. Selain itu karena adanya kegembiraan dapat mengurangi adanya ketegangan.D. SasaranAnak anak laki laki dan perempuan, remaja laki laki dan perempuan terutama yang telah dapat berhitung.E. Pelaksanaan Permainan LapanganTempat yang dibutuhkan untuk memainkan permainan ini tidak membutuhkan lapangan atau tempat yang luas. Hanya tempat yang berbentuk seperti persegi panjang. Permainan ini juga bisa dilakukan di dalam rumah. Terutama di tempat yang sudah dicor. Jarak pemain dengan target adalah kurang lebih 3m. Peralatan Kapur untuk menggaris/ batang kayu bila dimainkan di tempat yang masih tanah. Batu yang pipih.

PemainJumlah pemain dalam permainan ini adalah minimal 2 orang. Jalannya permainan Mula mula pemain menyiapkan peralatan dan lapangan yang akan dipergunakan. Pemain melakukan undian agar dapat ditentukan siapa pemain yang dapat bermain terlebih dahulu. Pemain pertama melakukan seghog. Yaitu mendorong batu dengan menggunakan kaki bagian tengah dalam. Berusaha agar batu tersebut dapat melewati garis batas. Karena apabila tidak dapat melewati garis batas maka dinyatakan gugur. Dan bila jumlah pemain hanya ada 2 maka harus diulang kembali. Bila misal kedua batu telah melewati garis batas, kemudian pemain mengukur jarak batu dengan garis batas dengan mengukur menggunakan ukuran kaki. Bagi yang jaraknya lebih dekat maka dia akan bermain terlebih dahulu. Kemudian dia berusaha menyeghog batu lawan. Dia memiliki kesempatan sampai menyeghog batu tersebut adalah sama dengan jumlah berapa ukuran kaki dari garis batas. Pemain mendapatkan bonus nilai apabila pemain kedua berhasil menyeghog batu lawan ketika pertama kali memainkan. Selain itu juga apabila pemain dapat menyeghog batu lawan melewati garis awal.Yang dinyatakan sebagai pemenang adalah orang atau pemain yang paling banyak mendapat angka dari hasil menyeghog tersebut.F. SumberSumber dari cerita tentang permainan ini adalah teman bermain penulis ketika kecil yaitu Riyanto dan Diah Pangestuti yang keduanya berasal dari Jawa Tengah.

11) PERMAINAN BEKELANA. Latar BelakangBekelan berasal dari bahasa Belanda, bikkelen. Permainan ini masih saudara dengan gathengan. Kalau gathengan hanya menggunakan batu kerikil, bekelan menggunakan seperangkat alat khusus yang dinamakan bekel. Bekel ini terdiri dari sebuah bola bekel dan lima buah biji bekel berbentuk logam. Ada yang terbuat dari kuningan, dan ada yang terbuat dari bahan timah. Pada awalnya biji bekel dibuat dari engsel tulang tumit kaki belakang domba. Sekarang dibuat dari logam. Terdiri dari empat biji bekel dan satu bola bekel. Logam ini memiliki bentuk yang khas. Terdiri dari permukaan kasar yang ditandai dengan lubang-lubang kecil di permukannya berjumlah lima titik, permukaan halus yang ada tanda silang atau polos sama sekali, permukaan atas yang ada bintik merahnya, dan permukaan bawah yang tidak ada tanda catnya. B. PesertaPermainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan, minimal dua orang. Paling sebel kalau ditonton laki-laki. Mereka biasanya mengganggu agar hilang konsentrasi dan melakukan kesalahan. Kalau ada yang mati mereka akan teriak kegirangan.C. Alat dan FasilitasAlat yang digunakan dalam permainan ini adalah bola bekel dan biji bekel. Dilakukan dimana saja, yang penting bola bisa memantul keatas. Dan biasanya dilakukan oleh siswi putri pada waktu istirahat dan bisa juga dilakukan dirumah pada waktu luang.D. Pelaksanaan PermainanPermainan ini dilakukan dengan cara menyebar dan melempar bola ke atas dan menangkapnya setelah bola memantul sekali di lantai. Kalau bola tidak tertangkap atau bola memantul beberapa kali maka pemain dinyatakan mati. Pertama, pemain menggenggam seluruh biji bekel dan menyebar seluruhnya ke lantai sambil melemparkan bola bekel ke atas dan menangkapnya. Biji bekel diambil satu-satu sampai habis. Ulangi lagi menyebar seluruh biji bekel dan diambil 2 biji bekel, diambil dengan 3 biji bekel, diambil 4 biji bekel, terakhir lima biji bekel diraup sekaligus. Langkah kedua, Balik posisi bekel menghadap ke atas semua satu persatu. Ulangi terus sampai seluruh permukaan bekel menghadap ke atas semua. lalu ambil satu bekel, ambil 2 biji bekel, ambil 3 biji bekel, ambil 4 biji bekel, terakhir raup seluruh biji bekel. Langkah ketiga , balik posisi biji bekel menghadap kebawah dan ulangi langkah sepertei langkah kedua dengan mengambil biji bekel 1, 2, 4, dan seluruhnya. Langkah keempat, balik seluruh posisi bekel bagian permukaan yang halus menghadap ke atas lalu ambil biji bekel seperti langkah ketiga. Langkah kelima, balik posisi bekel posisi permukaan kasar menghadap ke atas semua, lalu ambil biji bekel seperti langkah sebelumnya. Langkah terakhir dinamakan Nasgopel. Balik posisi biji bekel mengahadap ke atas semua, kemudian balik lagi semuanya menghadap kebawah semua, terus permukaan halus menghadap ke atas semua, dan terakhir balik satu persatu permukaan kasarnya menghadap ke atas semua. Raup seluruh biji bekel dalam sekali genggaman.E. Penentuan KemenanganBila ada kesalahan dalam langkah nasgopel ini pemain harus mengulang ke langkah awal nasgopel. Pemain yang bisa melewati tahap ini dinyatakan sudah menang dan berhak untuk istirahat sambil menonton teman-temannya yang belum bisa menyelesaikan permainan. F. SumberData permainan ini saya peroleh dari pengalaman orang tua, pengalaman pribadi waktu kecil dan http://wahw33d.blogspot.com/2010/08/permainan tradisional anak indonesia.html diakses tanggal 07 maret 2011 pukul 19.30.

12) PERMAINAN SAWAH/ ULAR TANGGAA. Latar BelakangSawahan merupakan permainan asli dari indonesia yang belum diketahui asal usulnya permainan ini, tetapi permainan ini sering dilakukan anak-anak di daerah Jawa tengah. Permainan ini seperti ular tangga tetap[i alat yang digunakan sedehana dan tradisional, oleh karena itu permainan ini saya munculkan kembali karena pda zaman sekarang sudah tidak dditemukan lagi permainan ini karena sudah banyak permainan modern yang telah ada sehingga permainan tradisional alambat laun bakan hilang.B. PesertaDidalam permainan ini membutuhkan peserta 2-4 orang baik putra/putri dengan umur anak-anak 7-12 th, remaja 13-16 th, dan dewasa 17 th keatas.C. Alat dan FasilitasAlat yang digunakan dalam permainan ini yaitu koin sebanyak 5, halaman atau tempat yang sudah bentuk gambarnya dan waktu pelaksanaannya bisa pagi, siang atau sore.D. Pelaksanaan PermainanPermainan tradisional ini cara bermainnya cukup mudah yaitu seperti permainan ular tanggatetapi dengan bentuk lapangan persegi dan cara jalannya tidak menggunakan dadu melainkan menggunakan koin yang dilempar dan kemudian ditangkap. Permainan ini dimulai dari A dan berjalan mengikuti anak panah tersebut, setalah sampai di X dan Y kemudian kembali lagi ke A, mka dari itu akan mendapatkan sawah 1/ poin 1. Cara jalannya permainan ini pertama koin ditaruh di atas tangan dengan telapak tangan menghadap kebawah kemudian dilemparkan keatas dan di tangkap, maka jumlah tangkapan koin akan menentukan berapa langkah akan berjalan. Apabila tangkapan tersebut gagal maka pihak lawan yang akan melanjutkan .E. Penentuan KemenanganPermainan ini ditentukan menang kalahnya bila salah satu yang mendapatkan sawah/poin paling banyak maka sebagai pemenangnya.F. Tanggapan MasyarakatMasyarakat luas menanggapi permainan ini sangat positif karena dapat membuat orang dapat berkumpul kemudian bermain bersama dan dapat bersosialisasi antara anak yang satu dengan anak yang lain.G. Gambar Permainan

13) PERMAINAN SLENTIKANA. Latar BelakangSlentikan adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, permainan ketangkasan dimana 2 pemain atau bisa lebih berlomba atau beradu cepat menyelentik daun secara bergantian sampai habis.B. TujuanMengisi waktu luang, memupuk sportifitas, melatih jari-jari tangan, ketepatan mengarahkan sasaran dengan jari-jari tangan dan strategi.C. ManfaatGembira atau senang, pengolahan strategi meningkat, kemampuan motorik, ketepatan dan juga akan meningkat.D. SasaranAnak-anak, laki-laki maupun perempuanE. PeraturanLapangan dan Peralatan LapanganLapangan atau tempat yang digunakan bisa dialam terbuka PeralatanPeralatan yang digunakan Cuma menggunakan daun, daun yang digunakan biasanya daun pohon pete,albasia,asem,daun turi dan masih banyak yang lainya, yang intinya daun tersebut dalam satu tangkai daunya banyak. Jalannya Permainan Sebelum permainan dimulai, diadakan humpimpa untuk menentukan siapa yang duluan menyentil atau menylentik daun tesebut. Slentik daun tersebut sampai bagian pinggirnya habis, begitu seterusnya bergantian dengan lawanya. Setelah daun lawan habis, maka anak tersebut menang dapat poin Satu. Lakukan begitu terus sampai dua kali menang.F. Tanggapan MasyarakatTanggapan masyakat mengenai permainan slentikan ini masyarakat menilainya sangat baik dan bermanfaat buat anak-anak, dikarenakan anak-anak bisa berkumpul bareng, bersosialisasi, bermain dengan gembira.G. SumberSumber dari permainan slentikan ini adalah dari orang tua di desa kami yang bersifat turun temurun sampai sekarang.

14) PERMAINAN BANCAKANA. Latar BelakangBancakan merupakan suatu permainan tradisional untuk menjaga daerah lingkaran yang berisi tumpukan genteng agar tidak dijatuhkan oleh pemain lawan, serta berusaha mencari lawan yang bersembunyi di kolong atau di balik pohon dan lainnya untuk di matikan dengan cara memenggil namanya.B. Tujuan Mengisi waktu luang, meningkatkan kesegaran jasmani, meningkatkan kerja sama serta kekompakan.C. Manfaat Mengisi waktu luang, meningkatkan kesegaran jasmani, meningkatkan kerja sama serta kekompakan.D. Sasaran Anak-anak dan dewasaE. Peraturan LapanganLapangan atau tempat yang digunakan biasanya di pelataran rumah, di halaman sekolah, di lingkungan deket rumah yang banyak lorong untuk bersembunyi. Peralatan.Dalam permainan ini alat yang digunakan sangat mudah hanya menggunakan pecahan genteng atau kramik. Pemain Bancakan biasanya dimainkan oleh putra maupun putrid dengan pengelompokan umur; Jalannya permainan Sebelum permainan dimulai setiap pemain memasukan pecahan genteng atau keramik ke suatu lingkaran dengan jarak yang telah desepakati. Pemain yang paling jauh melakukan lemparan atau jauh dari sasaran lingkaran itulah pemain yang harus menjaga lingkaran tersebut. Pemain yang menang terus saja berlari untuk bersembunyi. Setelah itu pemain yang kalah menata pecahan genteng tersebut untuk dirapikan di tengah lingkaran dan mencari para pemain yang bersembunyi. Apabila pemain yang bersembunyi tertangkap maka cara mematikannya dengan cara memanggil namanya, dan pemain itu sudah tidak bias bermain lagi dan menunggu sampai permainan berikutnya. Apabila ada pemain yang bias lolos dan biasa merobohkan tumpukan genteng tersebut tanpa diketahui pemain yang jaga maka pemain yang sudah dimatikan biasa ikut bermain kembali. Permainan akan diulang kembali apabila pemain yang jaga tidak bias mematikan pemain lawan secara terus-menerus. Waktu permainan ini tidak ditentukan , apabila pemain itu sendiri merasa bosan maka permainan dihentikan dan juga apabila pemain yang kalah secara terus menerus maka pemain dihentikan.

15) PERMAINAN SEPAKBOLA KERTASA. Latar BelakangPermainan tradisional ini merupakan kreatifitas anak anak melayu yang ingin mengisi waktu luang dan bersenang senang bersama teman teman,yang ingin bermain bola tanpa memakai sepatu dan pergi kelapangan,tinggal bermain dimana saja misalnya di depan teras rumah atau dilantai asal tidak dijalan tol.B. SumberSebenarnya saya terinspirasi setelah menonton Upin Ipin yang sedang bemain sepak bola kertas,dan saya coba search di google ternyata ada, dan saya coba mencari asal usulnya digoogle tapi tidak ketemu,saya yakin ini dari orang orang jaman dulu yaitu permainan tradisional orang melayu,dan saya kemarin bertanya kepada salah seorang teman saya Chandra,dia pernah bekerja slama 2 tahun di Malaysia ,dan dia sering melihat anak anak Selangor memainkan permainan sepak bola kertas.dan katanya mereka mengklaim permainan tersebut dari Selangor, Malaysia.C. Alat dan FasilitasKertas dan Area bermain.D. Pelaksanaan PermainanDengan cara bergantian,pemain dengan umpan bola tanpa terkena lawan lanjut. Jika bola masuk ke kolong kertas maka disebut hans ball. Jika memberi umpan dilihat lebih dekat mana. Jika lebih deket pemain kita maka kita berhasil mengumpan,bgitu juga sbaliknya jika lebih dekat pemain lawan maka permainan diambil alih. Jumlah pemain ada 22. Jika bola keluar terjadi lemparan kedalam,dengan cara kertas di balik. Begitu juga dengan bila bola meninggalkan lapangan sebelah gawang maka akan terjadi tendangan pojok. Pelanggaran hanya hand ball,dan tak ada kartu merah dan kartu kuning. Kiper boleh digerakkan tetapi tidak boleh digerak gerakkan untuk meng halau tembakan lawan. Siapkan papan sepakbola kertas pada sebuah bidang datar. Boleh di atas meja, di atas lantai,di atas tanah atau karpet, tapi jangan di atas jalan tol. Letakkan unit-unit pemain pada posisi sesuai kehendak. Satu unit bertindak sebagai kiper dan diletakkan pada salah satu kotak yang ada tepat di depan gawang. Lakukan suit (boleh gaya tradisional gajah-orang-semut ataupun batu-gunting-kertas) untuk menentukan siapa yang memegang bola pada awal pertandingan. Kick off dilakukan oleh pemain yang memegang bola. Dribbling berarti unit bergerak sambil membawa bola. Sebelum dribbling, unit harus memindahkan bola ke arah pergerakannya. Memindahkan bola memakan satu langkah. Gol terjadi jika pemain yang menendang memenangkan adu angka dengan kiper.E. Penentuan kemenanganSiapa yang bisa memasukan bola ke gawang terbanyak dia pemenangnya.

16) PERMAINAN TANGKAP LARIA. PesertaUntuk peserta permainan disini bebas siapa saja boleh melakukan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa ,laki laki maupun perempuan sedang untuk jumlah pemain minimal 9 dan maksimal tidak terbatas

B. Alat yang DigunakanSebenarnya di permainan ini tidak menggunakan alat apa-apa mungkin hanya tanda untuk batas tempat berdiri.C. Pelaksanaan PermainanPertama-tama semua peserta melakukan hompipah atau diundi untuk menentukan yang di jaga.setelah ada yang jadi,para pemain yang jadi pelari di bagi menjadi beberapa kelompok.untuk pembagian kelompok tergantung jumlah peserta,jika hanya sedikit bias di bagi menjadi 2-3 kelompok.cara bermain nya adalah setiap kelompok berbaris di tempat berdiri ke belakang.lalu pemain paling depan berdiri 1-2 langkah kebelakang agar bisa ditempati oleh peserta yang lain.peserta yang lari awal ada 2 dan harus dikejar oleh 2 orang yang jaga,untuk peserta aman harus masuk kedalam tempat berdiri,supaya tidak di tangkap,lalu jika ada pemain yg paling belakang harus lari begitu seterusnya. Permainan ini sebetulnya tidak ada yang menang dan kalah karena hanya untuk kesenangan tapi jika boleh disimpulkan pemain yang menang adalah yang sedikit jadi penjaga dan yang kalah adalah yang sering jaga.

17) PERMAINAN DIR - DIRANA. Latar BelakangDir-diran H-A yang berarti bermain gundu atau kelereng. Nama H-A sendiri berasal dari model lapangannya yang terdapat huruf H dan A yang merupakan salah satu bagian dari bentuk lapangan.B. PesertaJumlah peserta pada permainan ini minimal 2 orang sampai tak terhingga. Biasanya permainan ini tidak mengenal umur dan jenis kelamin. Baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan bisa bermain di permainan ini.C. AlatAlat yang dibutuhkan antaralain gundu atau kelereng sebanyak peserta. Biasanya peserta membawa sendiri. Tempat untuk menyelenggarakan yang paling tepat adalah ditempat yang tanahnya rata. Bisa dibawah pohon atau di halaman rumah. Berikut ini adalah contoh gambar lapangannya.D. PelaksanaanMula-mula para pemain melakukan lemparan awal dengan sasaran garis yang berada diujung lapangan permainan yang berjarak kira-kira 5 meter. Pemain yang mempunyai jarak terdekat dengan garis berhak menjadi pemain pertama. Begitu juga dengan peserta selanjutnya. Jika lemparan melebihi garis maka kelereng harus ditaruh dihuruf H. Ini berlaku jika pelempar melebihi garis yang pertama. Jika ada yang melempar melebihi garis lagi maka diaruh pada huruf A. Jika ada lagi maka ditaruh di belakang huruf H. Begitu seterusnya. Lemparan harus melebihi huruf H. Jika tidak maka lemparan harus diulang. Jika lemparan mengenai kelereng dari peserta lain maka kedua pemain harus mengulang lemparan. Cara untuk mematikan peserta adalah dengan membidik kelereng lawan sampai kena. Jika terkena maka kelereng tersebut menjadi milik pemain yang mengenai. Jika orang yang tadi terkena bidikan dari pemain lain maka dia harus membayar 2 kelereng sekaligus, yaitu kelerengnya dan pemain yang terkena tadi.E. Penentuan KemenanganPemenang dinyatakan menang jika berhasil mematikan peserta terbanyak dengan hasil kelereng terbanyak pada akhir permainan.F. SumberPermainan ini bersumber dari pengalaman kecil saya dan cerita dari orangtua.

18) PERMAINAN ENDOKA. Latar BelakangPermainan berasal dari daerah Sleman yang bertujuan untuk bersenang-senang serta mengembangkan keterampilan seorang anak. Sumber permainan berasal dari turun temurun di Desa serta masyarakat menganggap permainan ini mudah dimainkan dan hanya membutuhkan alat dan fasilitas yang sederhana.B. Alat dan Fasilitas Batu ukuran sedang yang mudah digenggam anak jumlahnya 10-15 batu. Halaman yang teduh.C. Peserta dan Pelaksanaan Permainan Peserta yang mengikuti permainan ini berjumlah 10 anak dengan umur 8-12 tahun dan bisa dimainkan putra putri secara bersamaan ataupun disendirikan. Dari jumlah peserta tersebut kemudian diundi 1 anak untuk menjadi penjaga telur (endok). Setelah di dapat penjaga dan pengambil telur, masing-masing anak menempati tempat permainan sesuai aturan yang di tentukan yakni penjaga berada di dalam lingkaran menjaga telur dan yang lain berada di luar lingkaran sebagai pengambil telur. Pengambil telur boleh saling bekerja sama untuk mengambil telur yang dijaga dan dalam mengambilnya boleh menggunakan tangan ataupun ditendang dengan kaki asalkan telur dari batu itu keluar dari lingkaran yang dijaga penjaga telur tadi. Apabila saat pengambil telur tadi tersentuh (semua anggota badan) saat mengambil telur di dalam lingkaran maka pengambil telur itu dinyatakan mati dan harus giliran menjadi penjaga telur. Dari hal tersebut pengambil telur yang tersentuh tadi wajib mengembalikan semua telur yang telah didapatnya ke dalam lingkaran dan permainan dilanjutkan sampai telur habis. Jika semua telur sudah di ambil permainan dilanjutkan untuk menyembunyikan telur yang telah didapat. Untuk penentuan pemenang yakni anak yang paling banyak mengumpulkan telur dan apabila ada anak yang tidak mendapatkan telur maka ia harus ikut mencari telur dengan penjaga tadi di tempat yang telah di tentukan sebelumnya. Dalam pencarian di berikan 2 pilihan yakni gembok atau kunci, untuk gembok semua telur yang disembunyikan tidak akan di beri tahu dan kunci semua telur yang disembunyikan diberitahu dengan konsekuensi jika sampai batas waktu yang di tentukan tidak menemukan maka ia harus kembali menjadi penjaga telur dalam permainan selanjutnya.

19) PERMAINAN KUCING - KUCINGANA. Latar BelakangKucing-kucingan, adalah satu satu jenis permainan tradisional masyarakat Jawa yang juga sudah lama dikenal, setidaknya pada tahun 1913 (menurut sebuah sumber pustaka Serat Karya Saraja). Permainan ini juga sering disebut permainan Kus-Kusan atau Alih Lintang. Kenapa lebih dikenal dengan nama permainan kucing-kucingan. Pada prinsipnya dalam permainan ini ada sebuah syair yang sering dilantunkan berirama secara bersama-sama oleh semua pemain, yang bunyinya Dha mbuwang kucing gering. Selain itu, dalam permainan ini juga banyak dijumpai anak-anak berlari-lari dalam permainannya. Itulah sebabnya, masyarakat Jawa menamai permaianan ini dengan permainan kucing-kucingan. Ada kalanya, permianan lain yang berbeda, di daerah lain juga kadang menamai sebuah permainan itu dengan nama kucing-kucingan. Permainan ini menyebar di berbagai daerah di Jawa, meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI. Yogyakarta.B. PesertaPermainan kucing-kucingan yang dimaksud di sini adalah sebuah permainan anak yang melibatkan 5 pemain (bisa laki-laki semua atau perempuan semua). Umumnya yang bermain permainan kucing-kucingan adalah anak laki-laki, karena membutuhkan kekuatan fisik untuk berlari. Biasanya yang bermain permainan ini adalah anak-anak yang berumur 8-12 tahun dari semua golongan masyarakat tanpa membedakan status sosial.C. Alat dan FasilitasSementara alat yang digunakan untuk permainan ini hanya membutuhkan halaman yang luas, bisa halaman rumah, halaman kebun, atau lapangan. Di halaman inilah, anak-anak mulai membuat garis silang tegak lurus dengan panjang garis masing-masing sekitar 2,5 meter. Kemudian, keempat ujung garis dibuat lingkaran kecil dengan kaki yang melingkar. Sementara tengah garis, nantinya dipakai untuk pemain jadi.D. Pelaksanaan Permainan Misalkan ada lima pemain yakni A, B, C, D, dan E hendak bermain kucing-kucingan. Lalu mereka menuju ke halaman tempat bermain. Setelah itu, salah satu anak membuat garis silang tegak lurus dengan panjang masing-masing garis 2,5 meter. Setelah selesai, ujung-ujung garis dibuat lingkaran kecil dengan memakai tumit kaki yang dibuat melingkar. Kemudian para pemain melakukan hompimpah dan sut. Anak yang paling kalah, misalkan pemain E, maka ia dianggap sebagai pemain jadi. Pemain jadi tempatnya di tengah-tengah garis silang. Sementara itu pemain mentas lainnya, yakni pemain A, B, C, dan D, menempati masing-masing lingkaran kecil di ujung garis. Pemain mentas berhak saling berpindah tempat dengan temannya. Misalkan pemain A, bisa berganti tempat dengan pemain B atau C. Begitu pula pemain lainnya, bisa saling berganti tempat dengan pemain di sebelah kiri atau kanannya. Biasanya perpindahan tempat ini menunggu pemain dadi terlena. Apabila mereka hendak berpindah tempat, maka caranya dengan melangkahkan satu kaki dilangkahkan ke luar dan tangan saling berjabat tangan. Setelah itu mereka saling berpindah tempat. Tetapi, kadang-kadang saat mereka berpindah tempat dan belum sempat menempati tempat baru sudah kepergok pemain dadi, sehingga pemain dadi segera menempati tempat lingkaran yang masih kosong. Jika seperti itu, maka pemain mentas yang tidak mendapatkan tempat baru, maka berubah menjadi pemain dadi. Misalkan, pemain A dan B sedang saling berpindah, tetapi belum sempat menempati lingkaran baru, pemain B didahului pemain E, maka pemain B yang kemudian harus menjadi pemain dadi. Jika pada tahap selanjutnya, saat pemain B menjadi pemain dadi dikungkung hingga 5 kali perpindahan antar pemain mentas, maka ia menjadi pemain dadi yang berhak dibuang. Caranya, ia dipegang bersama-sama oleh semua pemain mentas ke sebuah tempat (misalkan berjarak 20 meter dari tempat permainan). Saat dibuang, semua pemain mentas menyanyikan sebuah syair yang terdiri dari sebuah kalimat, yakni Dha mbuwang kucing gering. Syair itu dinyanyikan berulang kali hingga si pemain dadi sampai di tempat tujuan pembuangan. Setelah itu, dari tempat pembuangan ini, mereka berlomba-lomba berlari secepat-cepatnya untuk mencari lingkaran yang masih kosong. Bagi pemain yang tidak mendapatkan tempat kosong, berarti menjadi pemain dadi dan harus menempati tempat di tengah. Begitu seterusnya permainan ini berlangsung hingga mereka merasa bosan dan hendak berhenti atau bermain dolanan lainnya. E. Tanggapan MasyarakatSayangnya, jenis dolanan kucing-kucingan ini juga sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak zaman sekarang.

F. SumberPermainan Tradisional Jawa, Sukirman Dharmamulya, dkk, 2004, Yogyakarta: Kepel Press http://www.tembi.org/ensiklopedi/.

20) PERMAINAN ORIANA. Latar BelakangOri'an adalah permainan tradisional indonesia dari sumatra selatan tepatnya dari bumi sriwijaya,mungkin permainan ini dapat dijumpai di daerah lain hanya namanya yang mungkin berbeda.B. TujuanUntuk mengisi waktu luang dan meningkatkan kualitas kesegaran jasmani.C. Sasaran Anak-anak dan remaja.D. PesertaDalam permainan orian pesertanya minimal 20 orang dan selebihnya tidak terbatas,baik anak laki-laki maupun perempuan.E. Alat yang DigunakanTidak memerlukan alat tertentuF. Pelaksanaan Permainan Personil yang terkena hitungan yang ke-20 merupakan personil pertama kali yang harus mengejar teman temannya (personal yang ngori). Jika kelompok bermain lebih dari 20 orang, maka setelah hitungan ke-20, hitungan dilanjutkan lagi kehitungan pertama sehingga setiap personil turut kebagian dalam menghitung. Hitungan berhenti pada hitungan ke-20 berikutnya. Sekelompok orang memulai permainan dengan membuat lingkaran tertutup dengan bergandengantangan. Salah seorang personail mengambi linisiatif sebagai hitungan pertama. Dilanjutkan dengan hitungan kedua, ketiga, dan seterusnya kearah kanan personil hitungan pertama.Personil yang terkena hitungan yang ke-20 akan menjadi personil pertama yang mengejar (ngori).Personil yang bisa dikejar dan disentuh oleh pengejar pertama, bersama - bersama dengan pengejar pertama akan ikut mengejar (ngori) teman teman yang belum terkejar. Demikian seterusnya personil yang terkejar dan disentuh oleh pengejar akan ikut mengejar. Sehingga para pengejar akan semakin banyak dan bahu membahu mengejar teman-temannya yang belum terkejar. Tidak ada istilah menang dan kalah dalam permainan ini.Permainan ini berakhir jika tidak ada lagi personil yang harus dikejar dan diburu.G. Sumber ahmadwijaya.blogspot.com

21) PERMAINAN BETEMPLEKANA. Latar BelakangBetemplekan adalah permainan tradisional indonesia dari nusa tenggara barat,mungkin permainan ini dapat dijumpai di daerah lain hanya namanya yang mungkin berbeda.B. TujuanUntuk mengisi waktu luang dan meningkatkan keseimbangan,kualitas kesegaran jasmani.C. SasaranAnak-anak dan remajaD. PesertaDalam permainan betemplekan pesertanya minimal 2anak jika lebih dapat dibagi menjadi dua kelompok.E. PeralatanTidak diperlukan peralatan khusus.F. LapanganPada permainan betemplekan lapangan berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 4 meterG. Pelaksanaan PermainanSetiap peserta engklek dan saling mengeluarkan peserta di dalam lingkaran dengan peserta lain, peserta yang berhasil mengeluarkan peserta lain dari lingkaran maka di anggap sebagai pemenang. Permainan ini di mainkan oleh dua anak,kedua anak tersebut saling beradu kekuatan dengan menggunakan lutut dimana lutut tersebut ditekuk,siapa yang berhasil mengeluarkan lawan keluar lingkaran ialah pemenangnya.H. Penentuan KemenanganPeserta yang dapat mengeluarkan peserta lain dari lingkaran maka dinyatakan sebagai pemenang.I. Sumberantaramataram.com

22) PERMAINAN MEONG MEONGANA. Latar BelakangMeong-meongan merupakan permainan tradisional masyarakat bali yang umum dimainkan oleh anak-anak di bali. Permainan ini menggambarkan usaha dari kucing atau dalam bahasa bali disebut menguntuk menangkap sitikus atau bikul.B. TujuanUntuk mengisi waktu luangC. ManfaatSenang, meningkatkan kebugaran jasmani dan bersosialisasiD. SasaranAnak-anak maupun orang dewasaE. PeralatanDalam permainan ini tidak menggunakan peralatan hanya menggunakan halaman atau tempat yang kosongF. PesertaDalam permainan ini biasanya diikuti oleh lebih dari 8 orang atau lebih.G. Pelaksanaan PermainanPeraturan dalam permainan ini adalah satu orang memerankan bikul (tikus) satu orang memerankan sebagai meong (kucing) dan yang lainnya bertugas melindungi bikul dari meong dengan cara membentuk lingkaran kemudian sibikul berada di dalam lingkaran sedangkan meong berada di luar lingkaran. Meong akan berusaha masuk kedalam lingkaran dan berusaha menangkap bikul. Anak-anak yang membentuk lingkaran juga akan berusaha menghalangi meong masuk kedalam lingkaran.H. Penentuan kemenanganDalam permainan ini tidak apa penentuan menang kalah,hanya untuk mencari kesenangan semataI. Sumber : balaibanjar.com

23) PERMAINAN ULAR NAGA PANJANGNYAA. Latar BelakangUlar Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak Jakarta di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD). Kalau di yogyakarta dan sekitarnya permainan ini di kenal dengan nama Incak-incak Alis (Ancak Ancak Alis) yang beda Cuma lagu dan dialognya kalau tata cara permainanya sama yang jelas kalau di yogyakarta menggunakan bahasa jawa.B. TujuanPermainan Ular Naga Panjangnya ini bertujuan untuk melatih kemampuan gerak yang disertai dengan lagu agar memperoleh kesenangan dalam bermain dan memupuk sikap kerja sama serta rasa bersosialisasi.C. ManfaatDengan adanya kesenangan ini dapat mengurangi ketegangan .D. SasaranAnak anak, remaja putra putridE. Peraturan PermainanPelaksanaan Permainan Lapangan dan PeralatanDalam bermain permainan Ular Naga Panjangnya ini tidak memerlukan lahan yang cukup luas. Hanya memerlukan lapangan dengan ukuran 10 x 10 m. Ini bisa menggunakan lapangan terbuka, lapangan rata, dan juga bisa dilakukan di dalam ruangan. Dalam bermain tidak memerlukan peralatan. PemainPermainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki laki maupun anak permempuan, permainnya rata rata berjumlah 5 sampai dengan 10 orang dalam tiap kelompoknya. Jalannya PermainanAnak-anak berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang" biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan. Barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan 'ditangkap' oleh "gerbang". Sebelumya yang jaga atau yang menjadi gerbang misal si A dan si B, sebelum permainan dimulai mereka kompromi dulu mau pake pilihan apa, misal buah - buahan, A Strawberry, si B Apel, tanpa sepengetahuan teman - teman yang lain kalau nanti orang yg terbelakang/ tertangkap ditanya 'pilih apel ato strawberry?'. Kalo pilih strawbery brarti dia ikut A, kalau apel ya ikut B, Setelah itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya-- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang". Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya karena sudah larut malam. Lagu ini dinyanyikan oleh semua pemain, termasuk si "gerbang", yakni pada saat barisan bergerak melingkar atau menjalar.Ular naga panjangnya bukan kepalangMenjalar-jalar selalu kian kemariUmpan yang lezat, itu yang dicariKini dianya yang terbelakang Kemudian, sambil menerobos "gerbang", barisan mengucap "kosong - kosong - kosong" berkali-kali hingga seluruh barisan lewat, dan mulai lagi menjalar dan menyanyikan lagu di atas. Demikian berlaku dua atau tiga kali. Pada kali yang terakhir menerobos "gerbang", barisan mengucap "isi - isi - isi" berkali-kali, hingga akhir barisan dan anak yang terakhir di buntut ular ditangkap ("gerbang" menutup dan melingkari anak terakhir dengan tangan-tangan mereka yang masih berkait).F. Sumber Keterangan mengenai permainan Ular Naga Panjangnya ini diperoleh melalui informasi di internet dan juga melalui cerita dari kakek nenek dan orang tua.

24) PERMAINAN MAKAH - MAKAHA. Latar BelakangPermainan ini berasal dari Nangroe Aceh Darusalam mengemban pesan- pesan moral dan nilai-nilai budaya. Yang sangat bermanfaat. Nama permainan tradisional makah-makah merujuk pada makkah aatau mekah yang dapat diartikan menjadi kiblat, tapi dalam permainan ini inti permainan ini adalah kedua regu berlomba-lomba dapat mencapai titik sasaran atau yang disebut makkah.B. PesertaPermainan ini dilakukan oleh dua regu,peserta nya paling sedikit 4 orang, permainan ini biasanya dilakukan anak 9-13 tahun atau lebih. Dan bias dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan.C. Alat yang DigunakanAlat yang digunakan sangat mudah,yaitu sebiji batu atau benda lain yang berukuran kecil yang mudah disembunyikan dalam genggaman tangan.D. Pelaksanaan Permainan Kedua regu saling berhadap-hadapan pada suatu garis lurus secara berurutan atau sejajar. Jarak antara regu yang satu dengan regu yang lain adalah sekitar 2 (dua) meter. Kedua regu menghadap ke titik sasaran atau Makkah. Letak Makkah berada di tengah-tengah atau di antara kedua regu. Masing-masing regu bertanding untuk dapat sampai terlebih dulu ke titik sasaran atau Makkah. Tugas ketua regu pertama adalah mengawasi atau menempatkan batu yang diberikan kepada salah satu anggota regunya. Pemberian batu oleh ketua regu pertama dilakukan dengan rahasia atau tidak boleh sampai diketahui oleh regu kedua. Hal yang sama juga dilakukan oleh ketua regu kedua. Supaya pemberian batu tidak diketahui oleh regu lawan, maka masing-masing ketua regu harus mempunyai strategi, yaitu dengan seolah-olah memberikan batu kepada semua anggota regu yang dipimpinnya meskipun sebenarnya yang benar-benar diberi batu oleh ketua regu hanya satu orang. Setiap anggota kedua regu, baik yang benar-benar diberi batu oleh ketua regu atau yang pura-pura diberi batu untuk mengecoh regu lawan, bersikap seolah-olah sedang menggenggam batu dengan menyembunyikan kedua tangan ke belakang punggung. Setelah batu yang asli disembunyikan oleh salah satu anggota regu sementara anggota regu yang lain seolah-olah juga memegang batu dengan berpura-pura menyembunyikan kedua tangan ke belakang punggung, maka tugas ketua regu kedua adalah menebak di mana batu yang dimiliki oleh regu pertama. Begitu pula sebaliknya Saling menebak itu dilakukan secara bergantian. Cara masing-masing ketua regu menebak di mana keberadaan batu milik regu lawan adalah dengan menunjuk salah satu anggota regu lawan yang dianggapnya memegang batu tersebut. Apabila regu kedua tidak betul atau salah dalam menerka di mana keberadaan batu yang dimiliki oleh regu pertama, maka regu pertama diperbolehkan untuk maju selangkah ke depan. Dengan demikian, regu pertama akan semakin mendekati titik sasaran atau Makkah. Hal ini dilakukan secara bergantian dan berlaku juga untuk regu kedua. Tebakan yang dilakukan oleh kedua regu secara bergantian ini dilakukan dengan terus-menerus hingga salah satu regu dapat mencapai titik sasaran atau Makkah. Regu yang pertama kali sampai ke titik sasaran ditetapkan sebagai pemenang permainan iniE. Waktu dan TempatPermainan Makah-Makah biasanya dilakukan oleh anak-anak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan sekitarnya pada waktu sore hari atau pada saat-saat senggang. Permainan Makah-Makah bisa dilakukan di tanah lapang atau di pekarangan rumah dengan lahan yang agak luas karena melibatkan cukup banyak peserta.F. Penentuan KemenanganRegu yang pertama kali sampai ke titik sasaran ditetapkan sebagai pemenang permainan ini.

G. Tanggapan MasyarakatPermainan tradisional merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berkreasi, berolahraga yang sekaligus berfungsi sebagai sarana latihan untuk hidup bermasyarakat, memperoleh keterampilan, dan melatih kesopanan dan ketangkasan.H. SumberPermainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun-temurun dan mempunyai fungsi atau pesan di baliknya.www.melayuonline.com

25) PERMAINAN GARU - GARUA. Latar BelakangGaru-garuan adalah permainan tradisional Indonesia yang berasal dari Lampung, garu itu sendiri adalah proses membajak sawah menggunakan hewan, bisa menggunakan sapi maupun kerbau.Maka dalam permainan ini tidak ada kedua hewan tersebut dan diganti dengan manusia.B. TujuanPermainan ini bertujuan untuk mengisi waktu luang anak-anak dan meningkatkan kekuatan otot tangan.C. SasaranAnak anak dan remaja.D. PesertaDalam permainan ini peserta yang dibutuhkan minimal 2 orang dan selebihnya tidak terbatas baik laki-laki maupun anak perempuan.Namun umumnya dilakukan oleh anak laki-laki.E. PersiapanPermainan ini dilakukan oleh sekelompok anak asalkan mempunyai pasangan dan jumlahnya tak terbatas,selain itu dibutuhkan tanah yang lapang dan permukaannya rata dan aman. F. PeralatanTidak diperlukan peralatan khusus.Hanya menggunakan tangan dan kaki kita saja.G. Peraturan Permainan Setiap pasangan berdiri pada tempat yang sudah ditentukan dan salah satu dari setiap pasangan berdiri menggunakan tangan dan kakinya dipegang oleh pasangannya. Tidak boleh menabrak pasangan lain. Masing masing pasangan tidak boleh mengotori jalur pasangan lain dengan kerikil atau benda berbahaya lainnya. Pada hitungan ketiga setiap pasangan harus mulai berjalan. Setelah sampai diujung yang ditentukan, peserta harus melakukan pergantian posisi dengan pasangan masing-masing. Peserta yang terlebih dahulu kembali ke garis awal adalah pemenang.H. Pelaksanaan PermainanSetiap pasangan menentukan siapa yang terlebih dahulu menjadi kerbaunya dan harus berjalan dengan tangan dan kaki yang menjadi kerbau tadi dipegangi pasangannya.Setelah hitungan ketiga maka setiap pasangan tadi mesti berjalan bahkan boleh berlari asalkan tangannya kuat,setelah sampai diujung maka setiap pasangan mengganti posisi dan kembali berjalan ketempat semula. Siapa yang paling cepat sampai ditempat semula maka pasangan itulah pemenangnya.I. Tanggapan masyarakat Pada umumnya masyarakat merasa tidak keberatan anaknya melakukan parmainan ini namun ada beberapa orangtua yang tidak menyukai anaknya bermain ini dengan berbagai alasan yang mereka punyai.J. SumberOpu Lis\orang lampung{Waykana}

26) PERMAINAN KRUBUNGANA. Latar BelakangKrubungan adalah permainan yang sering dilakukan oleh anak-anak setiap sore jam 5 (lima) untunk menunggu mulainya shalat maghrib (berjamaah) dan mengaji, biasanya setelah terdengar suara adzan maghrib permainan dihentikan terus dilanjutkan shalat berjamaah dan mengaji.B. TujuanBermain, mengisi waktu luang, melatih kejujuran, melatih daya pikir otak, sikap kebersamaan dan kekeluargaan.C. Manfaat Gembira, panca indra peraba meningkat, menurunkan emosional dan bersosialisasi.D. SasaranAnak-anak dan remaja.E. Peraturan Permainan Lapangan dan Peralatan LapanganTempat bermain bisa di alam terbuka maupun tertutup akan tetapi lebih baik dilantai yang bersih. PeralatanAlat untuk merubungi atau untuk menutupi bisa menggunakan:Terpal, Layar, Seprai, Slimut, Jarit. Pemain Krubungan bisa dimainkan oleh putra maupun putri, jumlah orang atau pemain menyesuaikan besarnya pengrubung (penutup), dengan mengelompokan jenis klamin laki-laki dan perempuan. Masing-masing kelompok laki-laki dan prerempuan dipisah, jadi laki-laki main sendiri dan perempuan sendiri, untuk menghindari hal-hal negatif. Jalannya Permainan Sebelum permainan dimulai, diadakan nyanyian sing siripit untuk menentukan siapa yang akan menjadi penunggu lobang.Nyanyianya yaitu:sing siripittulang bawangsapa sing kejepittunggu lubang Sebelum mulai permainan penunggu lobang terlebih dahulu mengenali bentuk fisik atau apa saja dari pemain yang dikerubungi (dititupi) agar penunggu dapat menebak orang yang diraba. Setelah selesai mengenali bentuk fisik lalu sipenunggu mengejamkan matanya sebentar sampai pemain dikerubungi (ditutupi) selesai. Selanjutnya pemain yang tidak menjadi penunggu masuk dalam pengkrubung (penutup). Setelah semua pemain sudah masuk kedalam krubungan (penutup) sipenuggu membuka matanya dan mendekati krubungan lalu meraba pemain yg ada di dalam krubungan (penutup) dan mencoba menebak namanya. Apabila sipenunggu berhasil meraba salah satu pemain dan dapat menebak siapa nama orang itu maka penunggu berhasil, dan orang yang dapat ditebak oleh penunggu keluar dari tempat pengkrubung, sipenunggu boleh menebak semua pemain sampai ketebak semua. Seandainya sipenunggu cuma bisa menebak satu pemain lalu menyerah berarti pemain yang ketebak tadi berganti menjadi penunggu dan apabila yang tertebak lebih dari 1 (satu) orang misal 4 (empat) orang maka empat orang tersebut melanjutkan nyayian sing siripit. Begitulah seterusnya permainan dilakukan sampai saatnya terdengar bunyi adzan.F. Tanggapan MasyarakatTanggapan masyakat mengenai permainan krubungan ini masyarakat menilainya sangat baik dan bermanfaat buat anak-anak, dikarenakan anak-anak bisa berkumpul bareng, bersosialisasi, bermain dengan gembira, melatih panca indra, melatih daya pikir otak, melatih kejujuran, mempererat silaturahmi, dan menjalankan shalat jamaah bersama dan mengaji.G. SumberSumber informasi penulis dalam menuliskan permainan tradisional krubungan yaitu dengan cara tanya jawab terhadap masyarakat Desa Pesuningan, Prembun, Kebumen. Sumber Informasi antaralain: SalamahBeliau adalah nenek saya, beliau telah memberi informasi tentang permainan krubungan. Juwariyah Beliau adalah ibu saya, beliau telah memperjelas informasi tentang permainan krubungan yang selama ini saya mainkan.

27) PERMAINAN KRIKILANA. Latar BelakangPermainan ini sudah ada di daerah saya tingggsl. Biasanya dimainkan oleh anak-anak dan remaja. Bentuk permainan berupa permainan yang menggunakan kerikil-kerikil kecil, siapa yang bias mendapatkan paling banyak kerikil berarti dialah yang menjadi pemenangnya. Dengan cara dua jari telunjuk dan jarimanis membentuk huruf yang menyerupai huruf A melewati kerikil tersebut dan jangan sampai jari tersebut menempel salah satu kerikil tersebut.Permainan ini dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang dan meningkatkan konsentrasi. Serta dapat meningkaatkan pergaulan antar teman dan melatih kejujuran. B. Pemain Sasaran : anak-anak SD dan remaja Sek : Laki-laki dan perempuan Jumlah pemain: 2 orangC. Alat, tempat dan Waktu Alat : kerikil Tempat: halaman rumah, teras rumah Waktu: dimainkan kapan saja saat anak-anak pada waktunya bermain.D. Pelaksanaan Permainan Sebelum pertandingan dimulai, biasanya melakukan undian untuk siapa yang pertama untuk menjalankan permainan. Dengan cara kerikil dipegang dengan kedua tangan membuka ke atas kerikil tersebut diangkat kira-kira 4 cm dari atas tanah atau lantai. Kemudian kerikil dijatuhkan. Kerikil tersebut pastinya berserakan dengan jalan melewati kerikil satu persatu dengan ujung jari telunjuk dan jari manis menempel lantai, harus meleti kerikil tersebut dan jangan sampai menempel kerikil yang lain. Jika salah satu jari menempel kerikil maka permaian berhenti dan pemain yang satunya lagi yang bermain. Dengan cara seperti di awal, begitu seteeerusnya sampai kerikil tersebut habis.E. Penentuan KemenanganPemain dikatakan sebagai pemenan jika paling banyak mendapatkan kerikilF. Tanggapan masyarakatPermainan ini sekarang sudah jarang dimainkan oleh anak-anak jaman sekarang, bahkan sudah tak ada lagi yang memainkannya lagi.G. SumberPengalaman saat masih kecil, dari masyarakat setempat di daerah saya tinggal.

28) PERMAINAN TRI LEGENDRI NOGOSARIA. Latar BelakangSejarah permainan ini dimainkan sederhana dan sering dilakukan oleh anak-anak di zaman dahulu, paling tidak sebelum tahun-tahun 1980-an, ketika televisi belum mewabah. Ketika itu andalan permainan anak-anak adalah dolanan berkelompok dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar lingkungan, seperti batang kayu, daun, batu, kerikil, kreweng, biji buah, dan sebagainya. B. PesertaPermainan ini biasanya dimainkan oleh sekelompok anak-anak, remaja dan dewasa. Pada umumnya mereka memainkan permainan ini semata-mata hanya untuk menciptakan unsur kegembiraan. Dolanan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak kecil di halaman luas di sekitar rumah atau di sekitar lapangan. Anak-anak yang bermain biasanya berumur sekitar 714 tahun dan yang sering bermain adalah anak laki-laki, karena mengandalkan kekuatan fisik untuk berlari. Namun kadang juga dimainkan oleh anak perempuan atau campuran. C. Alat yang DigunakanAnak-anak yang hendak bermain dhoktri biasanya berkumpul dulu di suatu tempat (halaman, pekarangan, kebun, atau lapangan). Setelah berkumpul, mereka mencari pecahan genting atau gerabah (disebut kreweng atau wingka) Selain itu mereka juga harus mencari sebuah batu agak besar yang berfungsi sebagai kodhok (penentu pemain yang kalah). Setelah mendapatkan alat bermain, biasanya mereka membuat lingkaran (bisa juga berbentuk bujur sangkar) di tanah atau di lantai, dengan kapur, kreweng, atau kayu. Diusahakan jumlah kotak pada bujur sangkar atau lingkaran sesuai dengan pemain. Karena jumlah pemain 8 anak, maka bujur sangkar atau lingkaran dibuat 8 kotak (ruang). D. Pelaksanaan Permainan Kita harus menyiapkan kreweng/ pecahan genting bulat sebanyak 4 dan batu 1 buah. Tiap anak memegang kreweng satu-satu. Kemudian menyanyikan lagu gotri nagasari dengan batu dan kreweng dipindah di depan temannya sesuai dengan lingkaran yang dibuat kea rah temannya sebelah kanan sambil menyanyikan lagu tri logendri nagasari sampai lagunya selesai. Jika lagunya sudah selesai dinyanyikan, anak yang didepan mendapat batu,anak itulah yang menjadi kataknya. Anak yang menjadi katak harus menunggu kataknya, dan teman-temannya yang lain bersembunyi. Setelah temannya yang bersembunyi ketemu, lalu memanggil nama temannya sambil memegang / menginjak batu tersebut. Jika sudah ketemu semua kemudian bermain lagi, kalau belum ketemu semua yang jadi katak harus mau menunggu/ mencari sampai si anak tersebut ketemu atau menyerahkan diri. Permainan ini kemudian diulang-ulang terus hingga si anak mulai bosan. Lagu yang dinyanyikan dalam permainan ini:Tri logendri nagasari riTiwul iwal iwul jenang katul..tulDolan awan-awan ndelok manten ..tenTitenano mbesok gedhe dadi opo..poPodho mbako enak mbako sedheng dhengDhengkol ela-elo dadi kodokE. Penentuan KemenanganDalam permainan ini anak yang dikatakan menang/ kalah, ditentukan oleh factor keberuntungan masing-masing anak. Seorang anak dikatakan kalah apabila tidak beruntung dalam artian si anak akan mendapatkan katak secara terus-menerus. Dan anak dikatakan menang apabila mereka lolos tanpa mendapatkan katak.F. SumberSuwandi Sumber: Buku Permainan Tradisional Jawa, Sukirman Dharmamulya, dkk, Kepel Press, 2004 dan pengalaman pribadi

29) PERMAINAN MAIN SISIKA. Latar BelakangAnak-anak perempuan di Sibolga, Tapanuli Tengah mengenal permainan ini dengan nama main sisik. Menyisik dalam dialek itu berarti menyatakan batu (sesuatu) secara perlahan-lahan. Memang dalam permainan ini kegiatan yang menjatuhkan batu secara perlahan-lahan dan tersembunyi merupakan inti permainan dan yang selanjutnya harus diterka pada siapa batu itu berada.Permainan Main Sisik berasal dari daerah Sumatera Utara. Namun para informan dan orang tua yang ditanyai soal asal usul permainan ini tidak dapat memastikan apakah permainan Sisik ini berasal dari daerah mereka atau datang dari luar. Yang dapat mereka kemukakan hanyalah, bahwa mereka sudah mengenalnya sejak lama, mungkin sampai tujuh puluh tahun atau lebih. Hal ini terbukti dari pengalaman mereka sendiri yang sudah melihat permainan ini sejak mereka lagi kecil, dan mereka sekarang sudah tua-tua.B. PesertaPelaksanan permainan Main Sisik memerlukan 10 orang peserta. Jumlah ini di bagi menjadi dua kelompok yang masing-masing 5 orang. Pelaku permainan berumur antara 6 sampai 10 tahun. Anak-anak yang berumur lebih biasanya tidak menyukai permainan ini karena mereka menganggap permainan ini terlalu ringan. Sebaliknya anak-anak dibawah 6 tahun belum diajak serta, karena dianggap belum mampu melakukan permainin ini. Permainan biasanya hanya dimainkan oleh anak perempuan saja, karena bagi anak laki-laki permainan ini kurang aktif atau kurang gerak. C. Alat dan FasilitasPeralatan yang dibutuhkan dalam permainan ini hanyalah sebuah batu kecil yang dijadikan alat tebakan. Alat lainnya tidak diperlukan.D. Pelaksanaan Permainan PersiapanSepuluh orang peserta dalam permainan ini di bagi menjadi dua kelompok yang masing-masing terdiri atas lima orang, dan satu orang dari m,asing-masing kelompok bertindak sebagai ketua kelompok. Kedua kelompok duduk berhadap-hadapan, sedang ketua kelompok berdiri dan melakukan sut. Yang menang sut akan menjadi pihak yang membunyikan batu, dan yang kalah akan menjadi penebak. Aturan PermainanKelompok yang menang menadahkan tangannya masing-masing kebelakang untuk menampung batu yang akan dijatuhkan pelan-pelan oleh ketua kelompok. Tugas kelompok penebak adalah menerka siapa yang menyimpan batu itu. Penebakan itu tidak begitu mudah dilakukan, karena cara menjatuhkan tadi dilakukan dengan penuh siasat dan kesamaran untuk mengelabuhi lawan. Kalau kelompok penebak berhasil menerka, maka terjadi pertukaran pemain, penebak menjadi yang menyembunyikan batu, dan kelompok yang menyembunyikan batu tadi menjadi penebak. Tetapi kalau tebakan tadi salah permainan diteruskan ke tahap berikutnya. Tahap PermainanPada tahap ini kelompok penemak akan mengunjurkan (menjulurkan) kakinya masing-masing ke depan, dan iytu akan dilangkahi atau di lompati oleh lawan satu persatu. Dalam hal ini tisdak boleh terjadi kesalahan, berupa tersinggungnya kaki tersebut pada saat dilangkahi atau di lompati. Kalau terjadi kesalahan akan terjadi pergantian pemain, kalau berhasil dilangkahi dengan baik, maka permainan di lanjutkan.Tahap kedua dari permainan ini adalah berupa perbuatan melangkahi kaki-kaki yang dilunjurkan kedepan oleh kelompok lawan. Mereka duduk dengan jarak tertentu, agar mungkin lebih sulit dilangkahi, dan kaki mereka dilunjurkan ke muka secara sejajar. Anggota kelompok yang melompati melakukan lompatan secara bergantian.Tahap ketiga juga berupa lompatan, namun yang dilompati lebih sulit, karena kaki yang dilunjurkan itu sekarang diletakkan yang satu di atas yang lain. lompatan secara berganti-ganti juga dilakukan oleh seluruh anggota kelompok pelompat. Tahap keempat tetap berupa lompatan dengan tingkat kesulitan yang lebih sulit. Kaki yang dilunjurkan masih bertindih dan diatas masih ditambahi dengan dua tangan dengan jari terentang. Seluruh anggota pelompat harus melompatinya secara bergantian.E. Waktu dan TempatPermainan ini biasanya dilakukan di teras rumah atau di bawah pohon yang rindang (tempat yang teduh). Permainan ini juga dilakukan pada siang dan sore hari setelah mereka melakukan aktivitas yang lain.F. Penentuan KemenanganKetentuan kalah menang adalah demikian : Jika sebuah kelompok dengan seluruh anggotanya berhasil melalui tahap-tahap tadi dengan baik. Jadi pada tahap pertama dapat menebak keberadaan batu. Pada tahap kedua dapat melompat dan demikianlah seterusnya. Kelompok yang berhasil ini dinyatakan menang. Jika terjadi kegagalan dalam menyelesaikan tahap-tahap itu, maka kelompok itu belum dapat dinyatakan menang. Pada setiap terjadi kegagalan langsung diadakan pergantian kelompok yang bermain.G. Tanggapan MasyarakatTanggapan masyarakat terhadap permainan ini pada masa sekarang boleh dikatakan juga turut mundur. Hal ini terlihat dari kurang pedulinya mereka terhadap permainan ini. Berbeda dengan masa lampau, para anggota masyarakat memberikan tanggapan yang positif terhadap permainan ini. Wujud dari kepositifan itu adalah berupa dorongan dan kehadiran mereka dalam menyaksikan permainan kalau anak-anak sedang memainkannya. Bahkan mereka juga turut bersorak bergembira melihat anak-anak yanmg sedang melakukan permainan, mungkin disebabkan oleh rasa simpatik mereka terhadap yang menang atau karena sebab lainnya.Di masa sekarang ini hal yang demikian sudah jarang dapat dilihat. Mungkin para orang tua juga para anggota masyarakat sudah berubah pula pandangan mereka terhadap permainan ini. Kebanyakan mereka menganggap permainan seperti ini tidak ada gunanya dan hanya membuang waktu saja. Mereka cenderung untuk menyuruh anak-anak agar melakukan tugas-tugas yang bermanfaat di rumah, seperti belajar, menjaga adiknya, dll.H. SumberSuwondo, Bambang. 1984. Permainan Anak-anak Daerah Sumatera Utara. Jakarta.

30) PERMAINAN CIKO GURUA. Latar BelakangMaluku adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Di sana, khususnya di kalangan orang Jailolo dan Sahu yang berada di Maluku Utara, ada sebuah permainan tradisional yang bernama ciko guru, yaitu permainan melempar dan mencukil 10 buah batu atau buah gelici dalam jarak tertentu hingga seluruhnya masuk ke dalam lubang. Ciko guru dapat diartikan menunjuk karena dalam permainan ini orang baru boleh bermain setelah ditunjuk oleh lawan mainnya. Permainan ciko guru kadang-kadang disebut juga dengan main batu membayar kenari karena bagi yang kalah harus membayar sejumlah kenari atau langsat atau kelereng sesuai dengan kesepakatan antarpemain sebelum permainan dimulai. Asal usul permainan ciko guru di kalangan orang Jailolo maupun Sahu sudah tidak dapat diketahui lagi.B. Pemain Permainan ciko guru dapat dimainkan oleh maksimal 4 orang. Namun, jika lebih dari itu maka pemain lain akan membentuk kelompok sendiri dengan membuat arena bermain yang boleh berdekatan dengan kelompok lain. Dahulu permainan ini hanya diperuntukan bagi kaum lelaki dewasa saja. Namun saat ini ciko guru dapat dimainkan oleh siapa saja baik lelaki, perempuan, tua, muda maupun anak-anak.C. Tempat PermainanPermainan ciko guru dapat dilakukan di mana saja, di halaman rumah, di halaman rumah adat, ataupun di lapangan. Dahulu permainan ini hanya dilakukan pada malam hari di halaman rumah orang yang baru meninggal. Maka dari itu, hanya laki-laki dewasa sajalah yang boleh memainkannya. Anak-anak tidak boleh bermain karena dikhawatirkan anak menimbulkan kegaduhan. Sementara kaum perempuan pada waktu itu biasanya akan membantu menyiapkan hidangan di rumah orang yang ditimpa musibah tersebut. Di dalam arena permainan ciko guru akan dibuat sebuah bujur sangkar dengan sisinya kira-kira 60 cm. Tepat di tengah-tengah bujur sangkar ada sebuah lubang dengan diameter sekitar 5 cm. Kemudian, dipasanglah sebuah tonggak bambu atau kayu sekitar 17 cm yang nantinya akan ditanam dengan kedalaman 2 cm (hanya menyisakan 15 cm di atas permukaan tanah). Jarak antara tonggak dan bujur sangkar sekitar 12 meter. Sekitar 30 cm di depan tonggak akan dibuat garis sebagai batas sah atau tidaknya lemparan pemain.D. Peralatan PermainanPeralatan dalam permainan ciko guru hanyalah batu kerikil, buah gelici atau kelerang. Alat permainan ini nantinya ada yang digunakan sebagai gacu dan ada yang dijadikan sebagai taruhan.E. Peraturan PermainanAturan dan proses permainan ciko guru dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, pemain harus melempar gacunya dari tepi lubang ke arah tombak yang jaraknya sekitar 12 meter. Aturan-aturan yang terdapat dalam tahap pertama ini adalah: (1) pemain harus melempar gacu melewati garis batas di depan tonggak agar dapat mengikuti tahap berikutnya; (2) apabila pada waktu melempar itu gacunya tidak melewati garis batas di depan tonggak, maka pemain harus kembali melempar; (3) bila gacu yang dilempar mengenai gacu lawan, maka lawan tersebut harus kembali melempar; dan (4) pemain yang gacunya paling dekat dengan tonggak akan mendapat kesempatan pertama untuk melempar pada tahap berikutnya. Pada tahap kedua lemparan tidak dilakukan di pinggir lubang, melainkan di sisi luar garis bujur sangkar yang jaraknya sekitar 60 cm dari lubang, dengan aturan sebagai berikut: (1) pemain akan menunjukkan batu-batu yang dimilikinya pada lawan mainnya, dan lawan tersebut akan menunjuk 1 buah batu yang nantinya akan digunakan sebagai batu pertama sewaktu dimasukkan ke dalam lubang; (2) cara memasukkan batu pada tahap kedua ini adalah dengan menjentikkan batu menggunakan kuku ibu jari atau jari kelingking, dengan syarat salah satu tangan harus menapak pada garis batas bujur sangkar; (3) bila batu pertama berhasil masuk lubang, maka pemain itu dapat menentukan sendiri batu mana lagi yang akan digunakannya; (4) bila batu yang dijentikkan tersebut mengenai batu lain dan keduanya masuk lubang secara berurutan maka dinyatakan sah dan mendapatkan dua nilai. Namun apabila kedua batu tersebut masuk ke lubang secara bersamaan, maka dianggap tidak sah. gacu mengenai kenari atau gelici hingga ada yang keluar dari lubang, maka pemain berhak mengambil semua kenari yang berada di dalam lubang dan permainan diulang seperti semula lagi; dan (4) penentuan kalah menang dalam permainan ini adalah bagi siapa yang dapat memasukkan gacu paling banyak, maka dialah pemenangnya. Sementara itu, proses permainannya, setelah membuat lubang dan memasang tongg