13
LAPORAN PENDAHULUAN 1. Pengertian Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matrix dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang berkurang (Gallagher, 1999) Pada osteoporosis , kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang, sebagai akibatnya tulang menjadi keropos secara progresif dan dapat mengalami fraktur karena faktor normal atau stres. 2. Patofisiologi Pada osteoporosis mineralisasi tulang adalah normal, tetapi total bone massanya menurun. Osteopororsis yang terjadi secara alamiah karena berlanjutnya usia ini disebut osteoporosis primer. Osteoporosis primer dibagi menjadi 2 macam : a.Osteoporosis primer Post menopause (tipe I) sebagai akibat menurunnya hormon estrogen yang lebih memperberat terjadinya proses resorpsi tulang. b.Osteoporosis primer senelis (tipe II) yang disebabkan oleh penurunan bone mass saja akibat umurnya bertambah. Normal Penurunan faali

LP Osteoporosis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP Osteoporosis

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian

Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matrix dan

proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang berkurang

(Gallagher, 1999)

Pada osteoporosis , kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang,

sebagai akibatnya tulang menjadi keropos secara progresif dan dapat mengalami

fraktur karena faktor normal atau stres.

2. Patofisiologi

Pada osteoporosis mineralisasi tulang adalah normal, tetapi total bone massanya

menurun. Osteopororsis yang terjadi secara alamiah karena berlanjutnya usia ini

disebut osteoporosis primer. Osteoporosis primer dibagi menjadi 2 macam :

a. Osteoporosis primer Post menopause (tipe I) sebagai akibat menurunnya hormon

estrogen yang lebih memperberat terjadinya proses resorpsi tulang.

b. Osteoporosis primer senelis (tipe II) yang disebabkan oleh penurunan bone mass

saja akibat umurnya bertambah.

Normal

Penurunan faali

Page 2: LP Osteoporosis

Bone massa / densitasnya menurun

Osteoporosis (gangguan sistem muskoloskletal)

Kiposis/Gibbus (Dowagers hump)

Pengaruhnya pada fisik Psikososial

Fungsi tubuh menurun :

- nyeri punggung

- tinggi badan dan

berat badan

menurun

Keterbatas lingkup gerak :

- pembatasan gerak dan

latihan

- kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan

sehari-hari

(ketergantungan)

Konsep diri :

- Gambaran body

image

- Pembatasi interaksi

sosial

- Perubahan seksual

- Inefektif koping

individu

Perawatan mandiri menurun

Risiko injury

Depresi

Nafsu makan menurun

Perubahan pola nutrisi

C. Tinjaun Askep

1. Pengkajian

1. Assesment

a. Riwayat kesehatan

Anamnese memgang peranan penting pada evaluasi penderita osteoporosis.

Kadang-kdang keluhan utama mengarahkan ke Diagnosis, misalnya fraktur kolum

femoris pada osteoporosis. Faktor lain yang diperhatikan adalah umur, jenis

kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama,

penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan

kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur dan bersifat weight bearing.

Obata-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan, seperti

kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasida yang mengandung

Page 3: LP Osteoporosis

aluminium, sodium florida, dan bifosfonat etidronat, alkohol dan merokok juga

merupakan faktor resiko terjadinya osteoporosis.

Penyakti lain yang harus ditanyakan juga berhubungan d engan osteoporosis

adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrine dan isufisiensi pankreas.

Riwayat haid, umur menarche dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga

diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan

karena ada beberapa penyakti tulang metabolik yang bersifat herediter.

b. Pengkajian psikososial

Gambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita post menopause

dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya

multiple fraktur karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri penderita

terutama body image khususnya kepada penderita kiposis berat.

Klien mungkin membatasi onteraksi sosial sebab adanya perubahan yang tampak

atau keterbatas fisik, ,tidak mampu duduk di kursi danlain-lain. Perubahan seksual

bisa terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selam posisi intercoitus.

Osteoporosis bisa menyebabkan fraktur berulang maka perlu dikaji perasaan

cemas dan takut bagi penderita.

c. Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga. Pengisian

waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi dan toilet. Olah raga dapat

membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu

mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut perlu aktivitas

yang adequat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh memerlukan

interaksi yang kompleks antara saraf dan muskoloskletal. Beberapa perubahan

yang terjadi sehubungan denga nmenurunnya gerak persendian adalah agifity

(kemampuan gerak cepat dan lancar menurun), stamina menurun, koordinasi

menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi keterampilan motorik halus

menurun).

2. Pemeriksaan fisik

a. Sistem pernafasan

Page 4: LP Osteoporosis

Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada

fungsional paru.

b. Sistem kardiovaskuler

c. Sistem persyarafan

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan

halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi

vertebral.

d. Sistem perkemihan

e. Sistem Pencernaan

Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi,

abdominal distance.

f. Sistem musklooskletal

Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan

osteoporosis seirng menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan

penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan gaya berjalan,

deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering

terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.

3. Manifestasi radiologi

a. Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang

dapat dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya

merupakan lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya

trabeculla transversal merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus

vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus

ke dalam ruang intervertebralis dan menyebabkan deformitas mbiconcave.

b. Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang

mempunyai nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral

di atas 110 mg/cm3 biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau

penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3 hampir semua penderita mengalami

fraktur.

4. Pemeriksaan laboratorium

a. Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

b. Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen

merangsang pembentukan Ct)

c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.

d. Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.

Page 5: LP Osteoporosis

II. Asuhan Keperawatan

Nyeri sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae

Tujuan ;

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

Kriteria :

- Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya

- Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup

- Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana

INTERVENSI RASIONAL

- Pantau tingkat nyeri pada

punggung, terlokalisisr atau nyeri

menyebar pada abdomen atau

pinggang

- Ajarkan pada klien tentang

alternatif lain untuk mengatasi dan

mengurangi rasa nyerinya.

- Kaji obat-obatan untuk mengatasi

nyeri

- Rencanakan pada klien tentang

periode istirahat adequat dengan

berbaring dengan posisi terlentang

selam kurang lebih 15 menit

- Tulang dalam peningkatan jumlah

trabekuler, pembatasan gerak spinal.

- Laternatif lain untuk mengatasi nyeri

pengaturan posisi, kompres hangat dan

sebagainya.

- Keyakinan klien tidak dapat

mentolelir akanb obat yang adequaty atau

tidak adequat untuk mengatasi nyerinya.

- Kelelahan dan keletihan dapat

menurunkan minat untuk aktivitas sehari-

hari.

Page 6: LP Osteoporosis

Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan

skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.

Tujuan :

Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas

fisik.

Kriteria :

- Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik

- Klien mampu melakukan ADL secara independent

INTERVENSI RASIONAL

- Kaji tingkat kemampuan klien

yang masih ada

- Rencanakan tentang pemberian

program latihan :

¤ bantu klien jika diperlukan latihan

¤ ajarkan klien tentang ADL yang

bisa dikerjakan,

¤ ajarkan pentingnya latihan

- Bantu kebutuhan untuk

beradaptasi dan melakukan ADL,

rencana okupasi

- Peningkatan latihan fisik secara

adequat :

¤ Dorong latihan dan hindari

tekanan pada tulang seperti

berjalan

¤ Instruksikan klien latihan selama

kurang lebi 30 menit dan selingi

dengan isitirahat dengan berbaring

selam 15 menit

¤ Hindari latihan fleksi,

membungkuk dengan tiba-tiba

danmengangkat beban berat

- Dasar untuk memberikan alternatif

dan latihan gerak yang sesuai dengan

kemampuannya.

- Latihan akan meningkatkan pergrakan

otot dan stimulasi sirkulasi darah.

- ADL secara independent

- Dengan latihan fisik :

¤ Massa otot lebih besar sehingga

memberikan perlindungan pada

osteoporosis

¤ Program latihan merangsang

pembentukan tulang

¤ Gerakan menibulkan kompresi vertikal

dan risiko fraktur vertebrae

Page 7: LP Osteoporosis

Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan

ketidakseimbangan tubuh

Tujuan :

Injury (cedera) tidak terjadi

Kriteria :

- Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi

- Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

INTERVENSI RASIONAL

- Ciptakan lingkungan yang

bebas dari bahaya :

¤ Tempatkan klien pada

tetmpat tidur rendah

¤ Amati lantai yang

membahayakan klien

¤ Berikanpenerangan yang

cukup

¤ Tempatkan klien pada

ruangan yang tertutup dan

mudah untuk diobservasi

¤ Ajarkan klien tentang

pentingnya menggunakan alat

pengaman di ruangan

- Berikan support ambulasi

sesuai dengan kebutuhan :

¤ Kaji kebutuhan untuk

berjalan

¤ Konsultasi dengan ahli

terapis

¤ Ajarkan klien untuk meminta

bantuan bila diperlukan

¤ Ajarkan klien waktu berjalan

dan keluarg ruangan

- Bantu klien untuk melakukan

ADL secara hati-hati

- Ajarkan pad aklien untuk

berhenti secara pelan-pelan, tidak

- Menciptkan lingkungan yang aman

danmengurangi resiko terjadinya

kecelakaan.

- Ambulasi yang dilakukan tergesa-

gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.

- Penarikan yang terlaluk keras

akanmenyebakan terjadinya fraktur.

- Pergerakan yang cepat akan lebih

mudah terjadinya fraktur kompresi

vertebrae pada klien dengan

osteoporosis.

- Diit calsium dibutuhkan untuk

Page 8: LP Osteoporosis

naik tangga dan mengangkat

beban berat

- Ajarkan pentingnya diit untuk

mencegah osteoporosis :

¤ Rujuk klien pada ahli gizi

¤ Ajarkan diit yang

mengandung banyak kalsium

¤ Ajarkan klien untuk

mengurangi atau berhenti

menggunakan rokok atau

kopi

- Ajarkan efek dari rokok

terhadap pemulihan tulang

- Observasi efek samping dari

obat-obtan yang digunakan

mempertahnkan kalsium dalm serum,

mencegah bertambahnya akehilangan

tulang. Kelebihan kafein akan

meningkatkan kehilangan kalsium

dalam urine. Alkohorl akan

meningkatkan asioddosis yang

meningkatkan resorpsi tulang.

- Rokok dapat meningkatkan

terjadinya asidosis

- Obat-obatan seperti deuritik,

phenotiazin dapat menyebabkan

dizzines, drowsiness dan weaknes yang

merupakan predisposisi klien untuk

jatuh.

Faktor penyebab :

¤ Idiopatik

¤ Genetik

Faktor lain :

¤ alkoholis

me,

¤ Terapi