Upload
muhammad-indra-lesmana
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matrix dan
proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang berkurang
(Gallagher, 1999)
Pada osteoporosis , kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang,
sebagai akibatnya tulang menjadi keropos secara progresif dan dapat mengalami
fraktur karena faktor normal atau stres.
2. Patofisiologi
Pada osteoporosis mineralisasi tulang adalah normal, tetapi total bone massanya
menurun. Osteopororsis yang terjadi secara alamiah karena berlanjutnya usia ini
disebut osteoporosis primer. Osteoporosis primer dibagi menjadi 2 macam :
a. Osteoporosis primer Post menopause (tipe I) sebagai akibat menurunnya hormon
estrogen yang lebih memperberat terjadinya proses resorpsi tulang.
b. Osteoporosis primer senelis (tipe II) yang disebabkan oleh penurunan bone mass
saja akibat umurnya bertambah.
Normal
Penurunan faali
Bone massa / densitasnya menurun
Osteoporosis (gangguan sistem muskoloskletal)
Kiposis/Gibbus (Dowagers hump)
Pengaruhnya pada fisik Psikososial
Fungsi tubuh menurun :
- nyeri punggung
- tinggi badan dan
berat badan
menurun
Keterbatas lingkup gerak :
- pembatasan gerak dan
latihan
- kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari
(ketergantungan)
Konsep diri :
- Gambaran body
image
- Pembatasi interaksi
sosial
- Perubahan seksual
- Inefektif koping
individu
Perawatan mandiri menurun
Risiko injury
Depresi
Nafsu makan menurun
Perubahan pola nutrisi
C. Tinjaun Askep
1. Pengkajian
1. Assesment
a. Riwayat kesehatan
Anamnese memgang peranan penting pada evaluasi penderita osteoporosis.
Kadang-kdang keluhan utama mengarahkan ke Diagnosis, misalnya fraktur kolum
femoris pada osteoporosis. Faktor lain yang diperhatikan adalah umur, jenis
kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama,
penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan
kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur dan bersifat weight bearing.
Obata-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan, seperti
kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasida yang mengandung
aluminium, sodium florida, dan bifosfonat etidronat, alkohol dan merokok juga
merupakan faktor resiko terjadinya osteoporosis.
Penyakti lain yang harus ditanyakan juga berhubungan d engan osteoporosis
adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrine dan isufisiensi pankreas.
Riwayat haid, umur menarche dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga
diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan
karena ada beberapa penyakti tulang metabolik yang bersifat herediter.
b. Pengkajian psikososial
Gambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita post menopause
dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya
multiple fraktur karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri penderita
terutama body image khususnya kepada penderita kiposis berat.
Klien mungkin membatasi onteraksi sosial sebab adanya perubahan yang tampak
atau keterbatas fisik, ,tidak mampu duduk di kursi danlain-lain. Perubahan seksual
bisa terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selam posisi intercoitus.
Osteoporosis bisa menyebabkan fraktur berulang maka perlu dikaji perasaan
cemas dan takut bagi penderita.
c. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga. Pengisian
waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi dan toilet. Olah raga dapat
membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu
mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut perlu aktivitas
yang adequat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh memerlukan
interaksi yang kompleks antara saraf dan muskoloskletal. Beberapa perubahan
yang terjadi sehubungan denga nmenurunnya gerak persendian adalah agifity
(kemampuan gerak cepat dan lancar menurun), stamina menurun, koordinasi
menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi keterampilan motorik halus
menurun).
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada
fungsional paru.
b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem persyarafan
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan
halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi
vertebral.
d. Sistem perkemihan
e. Sistem Pencernaan
Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi,
abdominal distance.
f. Sistem musklooskletal
Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan
osteoporosis seirng menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan
penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering
terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.
3. Manifestasi radiologi
a. Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya
merupakan lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya
trabeculla transversal merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus
vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus
ke dalam ruang intervertebralis dan menyebabkan deformitas mbiconcave.
b. Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang
mempunyai nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral
di atas 110 mg/cm3 biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau
penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3 hampir semua penderita mengalami
fraktur.
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b. Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen
merangsang pembentukan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.
d. Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.
II. Asuhan Keperawatan
Nyeri sehubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebrae
Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
Kriteria :
- Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya
- Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup
- Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau tingkat nyeri pada
punggung, terlokalisisr atau nyeri
menyebar pada abdomen atau
pinggang
- Ajarkan pada klien tentang
alternatif lain untuk mengatasi dan
mengurangi rasa nyerinya.
- Kaji obat-obatan untuk mengatasi
nyeri
- Rencanakan pada klien tentang
periode istirahat adequat dengan
berbaring dengan posisi terlentang
selam kurang lebih 15 menit
- Tulang dalam peningkatan jumlah
trabekuler, pembatasan gerak spinal.
- Laternatif lain untuk mengatasi nyeri
pengaturan posisi, kompres hangat dan
sebagainya.
- Keyakinan klien tidak dapat
mentolelir akanb obat yang adequaty atau
tidak adequat untuk mengatasi nyerinya.
- Kelelahan dan keletihan dapat
menurunkan minat untuk aktivitas sehari-
hari.
Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap perubahan
skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas
fisik.
Kriteria :
- Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik
- Klien mampu melakukan ADL secara independent
INTERVENSI RASIONAL
- Kaji tingkat kemampuan klien
yang masih ada
- Rencanakan tentang pemberian
program latihan :
¤ bantu klien jika diperlukan latihan
¤ ajarkan klien tentang ADL yang
bisa dikerjakan,
¤ ajarkan pentingnya latihan
- Bantu kebutuhan untuk
beradaptasi dan melakukan ADL,
rencana okupasi
- Peningkatan latihan fisik secara
adequat :
¤ Dorong latihan dan hindari
tekanan pada tulang seperti
berjalan
¤ Instruksikan klien latihan selama
kurang lebi 30 menit dan selingi
dengan isitirahat dengan berbaring
selam 15 menit
¤ Hindari latihan fleksi,
membungkuk dengan tiba-tiba
danmengangkat beban berat
- Dasar untuk memberikan alternatif
dan latihan gerak yang sesuai dengan
kemampuannya.
- Latihan akan meningkatkan pergrakan
otot dan stimulasi sirkulasi darah.
- ADL secara independent
- Dengan latihan fisik :
¤ Massa otot lebih besar sehingga
memberikan perlindungan pada
osteoporosis
¤ Program latihan merangsang
pembentukan tulang
¤ Gerakan menibulkan kompresi vertikal
dan risiko fraktur vertebrae
Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan
ketidakseimbangan tubuh
Tujuan :
Injury (cedera) tidak terjadi
Kriteria :
- Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi
- Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur
INTERVENSI RASIONAL
- Ciptakan lingkungan yang
bebas dari bahaya :
¤ Tempatkan klien pada
tetmpat tidur rendah
¤ Amati lantai yang
membahayakan klien
¤ Berikanpenerangan yang
cukup
¤ Tempatkan klien pada
ruangan yang tertutup dan
mudah untuk diobservasi
¤ Ajarkan klien tentang
pentingnya menggunakan alat
pengaman di ruangan
- Berikan support ambulasi
sesuai dengan kebutuhan :
¤ Kaji kebutuhan untuk
berjalan
¤ Konsultasi dengan ahli
terapis
¤ Ajarkan klien untuk meminta
bantuan bila diperlukan
¤ Ajarkan klien waktu berjalan
dan keluarg ruangan
- Bantu klien untuk melakukan
ADL secara hati-hati
- Ajarkan pad aklien untuk
berhenti secara pelan-pelan, tidak
- Menciptkan lingkungan yang aman
danmengurangi resiko terjadinya
kecelakaan.
- Ambulasi yang dilakukan tergesa-
gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.
- Penarikan yang terlaluk keras
akanmenyebakan terjadinya fraktur.
- Pergerakan yang cepat akan lebih
mudah terjadinya fraktur kompresi
vertebrae pada klien dengan
osteoporosis.
- Diit calsium dibutuhkan untuk
naik tangga dan mengangkat
beban berat
- Ajarkan pentingnya diit untuk
mencegah osteoporosis :
¤ Rujuk klien pada ahli gizi
¤ Ajarkan diit yang
mengandung banyak kalsium
¤ Ajarkan klien untuk
mengurangi atau berhenti
menggunakan rokok atau
kopi
- Ajarkan efek dari rokok
terhadap pemulihan tulang
- Observasi efek samping dari
obat-obtan yang digunakan
mempertahnkan kalsium dalm serum,
mencegah bertambahnya akehilangan
tulang. Kelebihan kafein akan
meningkatkan kehilangan kalsium
dalam urine. Alkohorl akan
meningkatkan asioddosis yang
meningkatkan resorpsi tulang.
- Rokok dapat meningkatkan
terjadinya asidosis
- Obat-obatan seperti deuritik,
phenotiazin dapat menyebabkan
dizzines, drowsiness dan weaknes yang
merupakan predisposisi klien untuk
jatuh.
Faktor penyebab :
¤ Idiopatik
¤ Genetik
Faktor lain :
¤ alkoholis
me,
¤ Terapi