15
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA . A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Pengertian a. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Keperawatan Medikal Bedah; Brunner & Suddarth; Volume 1). b. Asma adalah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan berulang batuk, mengi, yang dipisahkan oleh interval bebas (Definisi Scadding dan Pengalaman Klinis Godfray). c. Asma adalah penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi antara bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan adanya penyempitan luas salauran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan 2. Epidemiologi/ Insiden kasus Usia dibawah 30 tahun sekitar 70% menderita asma yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap

LP asma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp asma

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA. A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Pengertiana. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Keperawatan Medikal Bedah; Brunner & Suddarth; Volume 1).b. Asma adalah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan berulang batuk, mengi, yang dipisahkan oleh interval bebas (Definisi Scadding dan Pengalaman Klinis Godfray).c. Asma adalah penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi antara bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan adanya penyempitan luas salauran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan 2. Epidemiologi/ Insiden kasus

Usia dibawah 30 tahun sekitar 70% menderita asma yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap serbuk sari tanaman dan pada usia diatas 30 tahun penyebabnya hipersensitivitas terhadap bahan iritan nonalergik di udara seperti iritan pada kabut atau debu. Sekitar 5000 orang meninggal setiap tahunnya karena asma. Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia. Sekitar setengah dari kasus terjadi pada anak nak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Hampir 17% dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka.3. PenyebabFaktor Ekstrinsik :

Reaksi antigen-antibodi karena inhalasi alergen(debu, serbuk, bulu binatang).Faktor Intrinsik :

Infeksi : parainfluenza virus , pneumonia, mycoplasmal

Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

Iritan : kimia

Polusi udara ; CO, asap rokok, parfum

Emosional : takut, cemas dan tegang

Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

4. Manifestasi Klinis

Dispnea dengan ekspirasi memanjang.

Mengi ekspirasi, Pernafasan cuping hidung

Batuk produktif, kering.

Memakai otot pernafasan tambahan

Sianosis

Retraksi dada Wheezing

Pernapasan dalam dan cepat.

ukuran diameter anteroposterior meningkat(barrel chest) Terjadi retensi karbon dioksida sehingga pasien berkeringat dan takikardi.5. Stadium Asma1) Tingkat I : a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.

2) Tingkat II : a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3) Tingkat III : a) Tanpa keluhan.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.

4) Tingkat IV : a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

5) Tingkat V :a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.

Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :

Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

6. Klasifikasi Asma

Klasifikasi asma berdasarkan frekuensi munculnya:

Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.

Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru relatif menurun.

Persisten sedang, yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.

Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi. Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat menurun.

Klasifikasi asma berdasarkan berat ringannya gejala:

Serangan asma akut ringan, dengan gejala:- Rasa berat di dada,

- Batuk kering ataupun berdahak,

- Gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas,

- Mengi tidak ada atau mengi ringan,

Serangan Asma akut sedang, dengan gejala:- Sesak dengan mengi agak nyaring,

- Batuk kering/berdahak,

- Aktivitas terganggu,

Serangan Asma akut berat, dengan gejala:- Sesak sekali,

- Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus,

- Tidak bisa berbaring, posisi mesti 1/2 duduk agar dapat bernapas,

7. Patofisiologi terjadinya penyakit

Asma disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor alergen, emosi, lingkungan, dimana faktor tersebut menyebabkan penurunan sistem imun. Seseorang yang alergi mempunyai kecendrungan untuk membentuk sejumlah antibodi IgE yang abnormal dalam jumlah besar,antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila mereka bereaksi dengan antigen spesifiknya. Pada asma antibodi terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorag menghirup sesuatu yang menyebabkan alergi bagi orang tersebut (IgE orang tersebut akan meningkat), alergen tersebut bereaksi dengan antibodi yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini mengeluarkan berbagai macam zat (histamin, bradikinin, prostaglandin) yang menyebabkan bronkospame, pembengkakan membran mukosa, dan peningkatan pembentukan mukus. Bronkospasme dan pembengkakan membran mukosa menyebabkan penyempitan jalan napas sehingga suplai oksigen ke darah menurun sehingga menyebabkan hipoksia dan penderita pun tidak bisa melakukan aktivitasnya secara normal. Sedangkan peningkatan pembentukan mukus mengakibatkan terhambatnya jalan napas sehingga penderita mengalami hiperventilasi. Hiperventilasi (napas melalui mulut) akan menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dan akhirnya mengakibatkan penderita kekurangan volume cairan. Selain itu hiperventilasi juga akan mengakibatkan sesak nafas sehingga penderita mengalami gangguan pola pernapasan. 8. Komplikasi1. Status asmatikus2. Bronkhitis kronik, bronkhiolus3. Ateletaksis : lobari segmental karena obstruksi bronchus oleh lender4. Pneumo thoraks

Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asam tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental. Situasi ioni dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya teklanan untuk melakukan ventilasi5. Kematian9. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi : pasien terlihat kesulitan bernapas, berkeringat, batuk, sianosis

sekunder- Auskultasi : gerakan udara selama inspirasi dan ekspirasi, kepekaan

terhadap reaksi asma dan wheezing.

10. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada satu tes yang bisa menegakkan diagnosis asma, tetapi riwayat kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, lingkungan, riwayat pekerjaan, dapat mengungkapkan faktor-faktor atau substansi yang mencetuskan serangan asma. Pemeriksaan sputum dan darah dapat dilakukan untuk melihat kenaikan kadar eosinofil, terjadi peningkatan terhadap serum IgE pada asma alergik, pemeriksaan gas darah arteri menunjukan hipoksia dan serangan akut.

b. Radiologi

Selama episode akut rontgen dada dapat menunjukkan hiperinflasi dan pendataran diafragma. c. Uji faal paru

Untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan menguji faal paru adalah peak flowmeter. caranya adalah anak disuruh meniup flowmeter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil yang terbaik.d. Foto toraks Terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali ke poliklinik untuk menyingkirkan kemungknana ada penyakit lain. pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainaan berupa hiperinflasi atau atelektasis. e. Pemeriksaan darah

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung.11. Terapi/ tindakan penangananPrinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik:

Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :

Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)

- Fenoterol (berotec)

- Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

b. Santin (teofilin)

Nama obat :

- Aminofilin (Amicam supp)

- Aminofilin (Euphilin Retard)

- Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau

lambungnya kering)12. Prognosis. Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Namun, angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas.

Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari 26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6 sampai 19 persen).

Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma tidak progresif. Walaupun ada laporan pasien asma yang mengalami perubahan fungsi paru yang irreversible, pasien ini seringkali memiliki tangsangan komorbid seperti perokok sigaret yang tidak dapat dimasukkan salam penemuan ini. Bahkan bila tidak diobati, pasien asma tidak terus menerus berubah dari penyakit yang ringan menjadi penyakit yang berat seiring berjalannya waktu. Beberapa penelitian mengatakan bahwa remisi spontan terjadi pada kira-kira 20 persen pasien yang menderita penyakit ini di usia dewasa dan 40 persen atau lebih diharapkan membaik dengan jumlah dan beratnya serangan yang jauh berkurang sewaktu pasien menjadi tua.

B. ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN 1. Identitas klien

2. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan sesak napas, keringat dingin.3. Riwayat kesehata:n masa lalu : Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.

Kaji riwayat pekerjaan pasien.

4. Aktivitas

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.

Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan

aktivitas sehari-hari.

Tidur dalam posisi duduk tinggi.

5. Pernapasan

Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.

Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.

Menggunakan obat bantu pernapasan,

Adanya bunyi napas mengi.

Adanya batuk berulang.

6. Sirkulasi

Adanya peningkatan tekanan darah.

Adanya peningkatan frekuensi jantung.

Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.

Kemerahan atau berkeringat.

7. Integritas ego

Ansietas

Ketakutan

Peka rangsangan

Gelisah

8. Asupan nutrisi

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia.

9. Hubungan sosal

Keterbatasan mobilitas fisik.

Susah bicara atau bicara terbata-bata.

Adanya ketergantungan pada orang lain.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan fisiologis (asma) di tandai dengan batuk yang tidak efektif, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas dan dispnea.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan RR> 20x/menit, menggunakan otot bantu pernapasan dan pernapasan cuping hidung.3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asma) ditandai dengan melaporkan nyeri secara verval, gangguan tidur dan perubahan tekanan darah.4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler ditandai dengan sianosis, pH arteri abnormal dan AGD abnormal.

5. Keletihan berhubungan dengan fisiologis akibat kondisi fisik buruk ditandai dengan klien tampak lesu, kurang energi, klien tampak lemah.