28
KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul Kebudayaan dan Persebaran Suku Bangsa di Provinsi Nusa Tenggara Timur. kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini amat penulis harapkan,dan tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih. Medan, juni 2012 Penulis

LOKASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LOKASI

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul Kebudayaan

dan Persebaran Suku Bangsa di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala

kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini amat penulis

harapkan,dan tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, juni 2012

Penulis

Page 2: LOKASI

PENUTUP

Demikianlah makalah ini penulis buat ,semoga bermanfaat bagi kita semua. Demi

untuk penyempurnaan makalah ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca sekalian.

Page 3: LOKASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Indonesia sangat kaya akan seni dan budaya. Setiap suku di Indonesia memiliki

budaya, dan keseluruhan dari budaya tersebut berbeda-beda. Namun, banyak dari masyarakat

Indonesia sendiri yang tidak mengetahui bahkan tidak menyadarinya, sampai kebudayaan

dan hasil kebudayaan indonesia hampir diambil oleh Negara lain. Contohnya, kejadian yang

baru-baru ini terjadi mengenai lagu daerah, batik, bahkan pulau dari Indonesia sendiri yang

diklaim oleh Negara tetangga, hal ini membuktikan betapa masyarakat Indonesia tidak

menyadari bahwa pulau tersebut adalah milik Negara Indonesia sampai pulau tersebut

diklaim oleh Negara lain. Jadi, salah satu hal terkecil yang dapat dilakukan adalah dengan

mengenali satu-persatu kebudayaan termasuk pulau-pulau yang dimiliki indonesia, sehingga

tidak akan adanya pengklaiman dari Negara lain. Jadi, hal yang akan dibahas dalam makalah

ini adalah mengenai kebudayaan di salah satu Provinsi di Indonesia yakni kebudayaan Nusa

Tenggara Timur dan persebaran suku bangsa di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 4: LOKASI

2. TUJUAN

1. Untuk menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya untuk mengetahui kebudayaan

dan persebaran suku yang ada di Nusa Tenggara Timur.

2. Untuk membuat masyarakat Indonesia menjaga kebudayaan yang ada di Nusa

Tenggara Timur.

3. MANFAAT

1. Agar masyarakat mengetahui kebudayaan dan persebaran suku yang ada di Provinsi

Nusa Tenggara Timur.

2. Agar budaya di Indonesia tidak mudah diklaim oleh Negara lain.

3. Mempermudah peneliti ketika ingin meneliti kebudayaan suatu suku bangsa di

Provinsi Nusa tenggara Timur dikarenakan adanya peta persebaran suku.

Page 5: LOKASI

BAB II

PEMBAHASAN

NUSA TENGGARA TIMUR

1.LOKASI

1.1 Letak

Secara astronomis Nusa Tenggara Timur terletak antara 118055’ dan 12501’ bujur

timur, 803’ dan 1101’ Lintang Selatan. Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi

Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau,

antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor,

Komodo dan Palue. Ibukota NTT adalah Kupang. Provinsi ini terdiri dari kurang lebih

550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor

Barat. Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur

pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang

merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.

1.2 Keadaan geografis

Daerah NTT yang terdiri dari kira-kira 100 buah pulau besar-kecil, dan hampir 70%

wilayah NTT terdiri dari bukit-bukit, pegunungan dan dataran tinggi dengan beraneka

ragam kemiringan tanahnya.

1.3 Wilayah

Kabupaten/kota Ibu kota Kabupaten/kota Ibu kota

Kabupaten Alor Kalabahi Kabupaten Sumba Barat Waikabubak

Kabupaten Belu Atambua Kabupaten Sumba Barat Daya Tambolaka

Kabupaten Ende Ende Kabupaten Sumba Tengah Waibakul

Kabupaten Flores Timur Larantuka Kabupaten Sumba Timur Waingapu

Page 6: LOKASI

Kabupaten Kupang Kupang Kabupaten Timor Tengah

Selatan

Soe

Kabupaten Lembata Lewoleba Kabupaten Timor Tengah

Utara

Kefamenanu

Kabupaten Manggarai Ruteng Kota Kupang kupang

Kabupaten Manggarai

Barat

Labuan Bajo

Kabupaten Manggarai

Timur

Borong

Kabupaten Ngada Bajawa

Kabupaten Nagekeo Mbay

Kabupaten Rote Ndao Baa

Kabupaten Sabu Raijua Seba

Kabupaten Sikka Maumere

2. Penduduk

2.1 Bahasa

Untuk Pulau Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil disekitarnya: Bahasanya

menggunakan bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu,

Tetun, Bural:

Untuk Pulau Alor dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya menggunakan Tewo

kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang

Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso

Untuk Pulau Flores dan pulau-pulau disekitarnya: Bahasanya menggunakan melayu,

Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada,

Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo

Untuk Pulau Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan

Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi.

2.2 Suku bangsa

Suku Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang (Kec.Kupang Tengah dan

KupangBarat serta Semau)

Page 7: LOKASI

Suku Dawan: Sebagian wilayah Kupang (Kec. Amarasi, Amfoang, Kupang Timur,

Kupang Tengah, Kab timor Tengah selatan, Timor Tengah Utara, Belu ( bagian

perbatasan dengan TTU)

Suku Tetun: Sebagian besar Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste

Suku Kemak: Sebagian kecil Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste

Suku Marae: Sebagian kecil Kab. Belu bagian utara dekat dengan perbatasan dengan

Negara Timor Leste

Suku Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan

pulau Semau

Suku Sabu / Do Hawu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba

Suku Sumba: Pulau Sumba

Suku Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan

Manggarai Barat

Suku Ngada: Sebagian besar Kab Ngada

Suku Ende Lio: Kabupaten Ende

Suku Sikka-Krowe Muhang: Kabupaten Sikka

Suku Lamaholor: Kabupaten Flores Timur meliputi Pulau Adonara, Pulau Solor dan

sebagian Pulau Lomblen

Suku Kedang: Ujung Timur Pulau Lomblen

Suku Labala: Ujung selatan Pulau Lomblen

Suku Pulau Alor: Pulau Alor dan pulau Pantar.

BUDAYA FLORES TIMUR

Flotim merupakan wilayah kepulauan dengan luas 3079,23 km2, berbatasan dengan

kabupaten Alor di timur, kabupaten Sikka di barat utara dengan laut Flores dan selatan, laut

Sawu.

Orang yang berasal dari Flores Timur sering disebut orang Lamaholot, karena bahasa yang

digunakan bahasa suku Lamaholot.

Konsep rumah adat orang Flotim selalu dianggap sebagai pusat kegiatan ritual suku. Rumah

adat dijadikan tempat untuk menghormati Lera Wulan Tana Ekan (wujud tertinggi yang

menciptakan dan mempunyai bumi)

Page 8: LOKASI

Pelapisan sosial masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan penduduk pertama,

karena itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala sesuatu, membagi tanah

kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul suku Ketawo yang memperoleh hak tinggal

dan mengolah tanah dari suku Mehen. Suku Mehen mempertahankan eksistensinya yang

dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku

Ketawo.

Mata pencaharian orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai

berikut:

Ola tugu,here happen, lLua watana,

Gere Kiwan, Pau kewa heka ana,

Geleka lewo gewayan, toran murin laran.

Artinya:

Bekerja di ladang, Mengiris tuak, berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di gunung,

melayani/memberi hidup keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi kepada pertiwi/tanah air,

menerima tamu asing.

BUDAYA SIKKA

Sikka berbatasan sebelah utara dengan laut Flores, sebelah selatan dengan Laut Sabu, dan

sebelah timur dengan kabupaten Flores Timur, bagian barat dengan kabupaten Ende. Luas

wilayah kabupaten Sikka 1731,9 km2.

Ibu kota Sikka ialah Maumere yang terletak menghadap ke pantai utara, laut Flores. Konon

nama Sikka berasal dari nama suatu tempat dikawasan Indocina. Sikka dan dari sinilah

kemungkinan bermula orang berimigrasi kewilayah nusantara menuju ke timur dan menetap

disebuah desa pantai selatan yakni Sikka. Nama ini Kemudian menjadi pemukiman pertama

penduduk asli Sikka di kecamatan Lela sekarang. Turunan ini bakal menjadi tuan tanah di

wilayah ini.

Page 9: LOKASI

Pelapisan sosial dari masyarakat Sikka. Lapisan atas disebut sebagai Ine Gete Ama Gahar

yang terdiri para raja dan bangsawan. Tanda umum pelapisan itu di zaman dahulu ialah

memiliki warisan pemerintahan tradisional kemasyarakatan, di samping pemilikan harta

warisa keluarga maupun nenek moyangnya. Lapisan kedua ialah Ata Rinung dengan ciri

pelapisan melaksanakan fungsi bantuan terhadap para bangsawan dan melanjutkan semua

amanat terhadap masyarakat biasa/orang kebanyakan umumnya yang dikenal sebagai lapisan

ketiga yakni Mepu atau Maha.

Secara umum masyarakat kabupaten Sikka terinci atas beberapa nama suku; (1) ata Sikka, (2)

ata Krowe, (3) ata Tana ai, desamping itu dikenal juga suku-suku pendatang yaitu: (4) ata

Goan, (5) ata Lua, (6) ata Lio, (7) ata Ende, (8) ata Sina, (9) ata Sabu/Rote, (10) ata Bura.

Mata pencaharian masyarakat Sikka umumnya pertanian. Adapun kelender pertanian sbb:

Bulan Wulan Waran - More Duru (Okt-Nov) yaitu bulan untuk membersihkan kebun,

menanam, menyusul di bulan Bleke Gete-Bleke Doi - Kowo (Januari, Pebuari, Maret) masa

untuk menyiangi kebun (padi dan jagung) serta memetik, dalam bulan Balu Goit - Balu Epan

- Blepo (April s/d Juni) masa untuk memetik dan menanam palawija /kacang-kacangan.

Sedangkan pada akhir kelender kerja pertanian yaitu bulan Pupun Porun Blebe Oin Ali-Ilin

(Agustus - September).

BUDAYA ENDE

Batas-batas wilayahnya yang membentang dari pantai utara ke selatan itu adalah dibagian

timur dengan kabupaten Sikka, bagian barat dengan kabupaten Ngada, utara dengan laut

Flores, selatan dengan laut Sabu. Luas kabupaten Ende 2046,6 km2, iklim daerah ini pada

umumnya tropis dengan curah hujan rata-rata 6096 mm/tahun dengan rata rata jumlah hari

hujan terbanyak pada bulan November s/d Januari.

Daerah yang paling terbanyak mendapat hujan adalah wilayah tengah seperti kawasan

gunung Kalimutu, Detusoko, Welamosa yang berkisar antara 1700 mm s/d 4000 mm/tahun.

Nama Ende sendiri konon ada yang menyebutkannya sebagai Endeh, Nusa Ende, atau dalam

literatur kuno menyebut Inde atau Ynde. Ada dugaan yang kuat bahwa nama itu mungkin

Page 10: LOKASI

sekali diberikan sekitar abad ke 14 pada waktu orang-orang maleyu memperdagangkan

tenunan besar nan mahal yakni Tjindai sejenis sarung patola dalam pelayaran perdagangan

mereka ke Ende.

Ende/Lio sering disebut dalam satu kesatuan nama yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun

demikian sikap ego dalam menyebutkan diri sendiri seperti : Jao Ata Ende atau Aku ata Lio

dapat menunjukan sebenarnya ada batas-batas yang jelas antara ciri khas kedua sebutan itu.

Meskipun secara administrasi masyarakat yang disebut Ende/Lio bermukim dalam batas yang

jelas seperti tersebut di atas tetapi dalam kenyataan wilayah kebudayaan (tereitorial kultur)

nampaknya lebih luas Lio dari pada Ende.

Pola pemukiman masyarakat baik di Ende maupun Lio umumnya pada mula dari keluarga

batih/inti baba (bapak), ine (mama) dan ana (anak-anak) kemudian diperluas sesudah

menikah maka anak laki-laki tetap bermukim di rumah induk ataupun sekitar rumah induk.

Rumah sendiri umumnya secara tradisional terbuat dari bambu beratap daun rumbia maupun

alang-alang.

Lapisan bangsawan masyarakat Lio disebut Mosalaki ria bewa, lapisan bansawan menengah

disebut Mosalaki puu dan Tuke sani untuk masyarakat biasa. Sedangkan masyarakat Ende

bangsawan disebut Ata NggaE, turunan raja Ata Nggae Mere, lapisan menegah disebut Ata

Hoo dan budak dati Ata Hoo disebut Hoo Tai Manu.

BUDAYA NGADA

Ngada merupakan kabupaten yang terletak diantara kabupaten Ende (di timur) dan

Manggarai (di barat). Bajawa ibu kotanya terletak di atas bukit kira-kira 1000 meter di atas

permukaan laut. Masyarakat ini dikenal empat kesatuan adat (kelompok etnis) yang memiliki

pelbagai tanda-tanda kesatuan yang berbeda.

Kesatuan adat tersebut adalah : (1) Nagekeo, (2) Ngada, (3) Riung, (4) Soa. Masing-masing

kesatuan adat mempertahankan ciri kekrabatannya dengan mendukung semacam tanda

kesatuan mereka.

Page 11: LOKASI

Arti keluarga kekrabatan dalam masyarakat Ngada umumnya selain terdekat dalam bentuk

keluarga inti Sao maka keluarga yang lebih luas satu simbol dalam pemersatu

(satu Peo, satu Ngadhu, dan Bagha). Ikatan nama membawa hak-hak dan kewajiban tertentu.

Contoh setiap anggota kekrabatan dari kesatuan adat istiadat harus taat kepada kepala suku,

terutama atas tanah. Setiap masyarakat pendukung mempunyai sebuah rumah pokok (rumah

adat) dengan seorang yang mengepalai bagian pangkal Ngadhu ulu Sao Saka puu.

Rumah tradisional disebut juga Sao, bahan rumah terbuat seperti di Ende/Lio (dinding atap,

dan lantai /panggungnya). Secara tradisional rumah adat ditandai dengan Weti (ukiran).

Ukiran terdiri dari tingkatan-tingkatan misalnya Keka, Sao Keka, Sao Lipi Wisu, Sao Dawu

Ngongo, Sao Weti Sagere, Sao Rika Rapo, Sao Lia Roda.

Pelapisan sosial teratas disebut Ata Gae, lapisan menengah disebut Gae Kisa, dan pelapisan

terbawah disebut Ata Hoo. Sumber lain menyebutkan pelapisan sosial biasa dibagi atas tiga,

Gae (bangsawan), Gae Kisa = kuju, dan golongan rendah (budak). Ada pula yang membagi

atas empat strata, Gae (bangsawan pertama), Pati (bangsawan kedua) Baja (bangsawan

ketiga), dan Bheku (bangsawan keempat).

Para istri dari setiap pelapisan terutama pelapisan atas dan menengah disebut saja

Inegae/Finegae dengan tugas utama menjadi kepala rumah yang memutuskan segala sesuatu

di rumah mulai pemasukan dan pengeluaran.

Masyarakat Nagekeo pendukung kebudayaan Paruwitu (kebudayaan berburu), masyarakat

Soa pendukung Reba (kebudayaan tahun baru, pesta panen), Pendukung kebudayaan bertani

dalam arti yang lebih luas ialah Ngadhu/Peo, terjadi pada sebagian kesatuan adat Nagekeo,

Riung, Soa dan Ngada.

BUDAYA MANGGARAI

Manggarai terletak di ujung barat pulau Flores, berbatasan sebelah timur dengan kabupaten

Ngada, barat dengan Sealat sapepulau Sumbawa/kabupaten Bima, utara dengan laut Flores

dan selatan dengan laut Sabu.

Luas wilayah 7136,14 km2, wilayah ini dapat dikatakan paling subur di NTT. Areal pertanian

amat luas dan subur, perkebunan kopi yang membentang disebahagian wilayahnya, curah

Page 12: LOKASI

hujan yang tinggi yaitu dalam setahun mencapai 27,574 mm, sepertiga dari jumlah itu (lebih

dari 7000mm) turun pada bulan Januari.

Ibu kota Manggarai terletak kira-kira 1200 meter di atas permukaan laut, di bawa kaki

gunung Pocoranaka.

Pembentukan keluarga batih terdiri dari bapak, mama dan anak-anak yang disebut Cak Kilo.

Perluasan Cak Kilo membentuk klen kecil Kilo, kemudian klen sedang Panga dan klen besar

Wau.

Beberapa istilah yang dikenal dalam sistim kekrabatan antara lain Wae Tua (turunan dari

kakak), Wae Koe (turunan dari adik), Ana Rona (turunan keluarga mama), Ana Wina

(turunan keluarga saudara perempuan), Amang (saudara lelaki mama), Inang (saudara

perempuan bapak), Ema Koe (adik dari bapak), Ema Tua (kakak dari bapak), Ende Koe (adik

dari mama), Ende Tua (kakak dari mama), Ema (bapak), Ende (mama), Kae (kakak), Ase

(adik), Nana (saudara lelaki), dan Enu (saudara wanita atau istri).

Strata masyarakat Manggarai terdiri atas 3 golongan, kelas pertama disebut Kraeng

(Raja/bangsawan), kelas kedua Gelarang ( kelas menengah), dan golongan ketiga Lengge

(rakyat jelata).

Raja mempunyai kekuasaan yang absolut, upeti yang tidak dapat dibayar oleh rakyat

diharuskan bekerja rodi. Kaum Gelarang bertugas memungut upeti dari Lengge (rakyat

jelata). Kaum Gelarang ini merupakan penjaga tanah raja dan sebagai kaum penyambung

lidah antara golongan Kraeng dengan Lengge. Status Lengge adalah status yang selalu

terancam. Kelompok ini harus selalu bayar pajak, pekerja rodi, dan berkemungkinan besar

menjadi hamba sahaya yang sewaktu-waktu dapat dibawah ke Bima dan sangat kecil sekali

dapat kembali melihat tempat kelahirannya.

3. Seni Budaya Nusa Tenggara Timur

Nilai Budaya

Pakaian tradisionil Nusa Tenggara Timur : Pakaian tradisionil Nusa Tenggara Timur

mengenal 2 (dua) jenis pakaian yaitu pakaian yang dikenakan kaum laki dan wanita. Pada

masyarakat Lama Holot pakaian wanita disebut Kwatek dan pria disebut Howing. Pakaian

Page 13: LOKASI

wanita di Sumba, Sabu, Timor, Alor dan Manggarai, mengenakan mahkota dengan berbagai

bentuk. Sedangkan kaum prianya mengenakan destar, selain itu pakaian adat Rote untuk

kaum prianya memakai topi dengan bentuk Samrero yang disebut Tiilanga dan kaum

wanitanya memakai hiasan kepala yang berbentuk sabit, kain tenun yang menyelempang di

bahu, dan sebagai kelengkapannya dikenakan perhiasan subang, kalung, pending dan gelang

tangan. Kesenian : Masyarakat Nusa Tenggara Timur memiliki berbagai bentuk kesenian

antara lain yang menonjol : Tari Perang, tarian yang menunjukkan sifat-sifat perkotaan dan

kepedulian mempermainkan senjata. Tari Garong Lameng, sebuah tarian yang dipertunjukan

pada upacara Khitanan. Tari Cerana merupakan tarian upacara penyambutan tamu dengan

membawa tempat sirih. Tari Higimitan, sebuah tari yang menggambarkan rasa kasih sayang

antara dua ikatan pria dan wanita. Tari Kataga, merupakan tarian bagian dari upacara ritus,

yaitu upacara penyambutan terhadap arwah nenek moyang. Senjata Tradisional : Ciri khas

senjata tradisional masyarakat Nusa Tenggara Timur disebut Subdu atau Sudu, profilnya

seperti keris sebagai senjata tikam yang dianggap keramat. Kepercayaan: Penduduk Nusa

Tenggara Timur sebagian besar beragama Katholik dan selebihnya pemeluk agama Kristen,

Islam, Hindu dan Budha. Meskipun demikian penduduk yang sudah memeluk agama, masih

percaya kepada dewa-dewa. Dewa tersebut namanya berlainan di setiap daerah, misalnya di

Tetum dikenal dengan nama Hot Esen atau Maromak, di Manggarai dengan nama Mori

Kraeng, di Dawan dengan nama Uis Nemo, dan di Sikka dikenal dengan nama Niang Tana

Lero Wulan. Di daerah Sabu dewa tertinggi sesuai dengan fungsinya dibagi menjadi tiga

yaitu (1) Deo Wie yaitu Deo pengatur dan pemelihara segala yang diciptakan; (2) Deo Weru

atau Pamugi yaitu Deo pencipta alam; (3) Deo menggarru yaitu Deo pengatur keturunan

makhluk di dunia. Masyarakat daerah Nusa Tenggara Timur juga mengenal makhluk halus

yang baik dan bersifat jahat. Makhluk halus yang baik tentu dari nenek moyang antara lain

Embu Mamo di Ende, Naga Golo atau Peo di Manggarai sedangkan makhluk halus yang

bersifat jelek yang merugikan orang seperti Fenggeree di Ende, Wango Madera Ai di Sabu

dan sebagainya. Kepercayaan Dinamisme yang menganggap sesuatu benda mempunyai

kekuatan gaib. Upacara Adat. Upacara adat yang masih dilestarikan masyarakat Nusa

Tenggara Timur antara lain : Kelahiran Pada masa kehamilan di Tetum, merupakan upacara

yang bertujuan agar si ibu tetap sehat dan tidak dianggap roh jahat disebut upacara Keti

Kebas Metan (mengikat dengan tali benang kitan), peristiwa kelahiran, dukun beranak

memegang peranan penting pada peristiwa tersebut ada dua upcara yang penting yaitu

pengurusan ari-ari dan pemberian nama bayi. Masa Remaja Setelah anak menjelang dewasa

biasanya diadakan serangkaian upacara yaitu cukuran rambut pada masa anak-anak dan sunat

Page 14: LOKASI

bagi laki dan potong gigi untuk wanita. Perkawinan Setelah ada pesuntingan kedua belah

pihak, dilanjutkan melalui beberapa tahap, yaitu penukaran, pembayaran belis, dan upacara

perkawinan. Pada waktu peminang petugas peminang yang disebut Wuna (Wunang) di

Sumba, di Sabu disebut Mone Opo Li atas Mone dan di dawan. Belis (maskawin) Setelah

pinangan diterima dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu Belis (maskawin). Hal ini

merupakan hal penting dari lembaga perkawinan, karena dianggap sebagai Na Buah Ma An

Mone (suatu simbul untuk menyerahkan laki dan perempuan sebagai suami istri) macam

Belis dapat berupa emas, perak, uang dan hewan. Di Alor belis biasanya berupa Moko

(makanan kecil), di Flores Timur dan Maumere (Sikka) berupa Gading Gajah. Upacara

perkawinan Setelah belis terbayar semua, lalu diadakan upacara perkawinan, yang di rate

disebut Natu Du Sasaok (terang kampung) pada malam biasanya diadakan upacara Nasasu

Kak, keduan tidur bersama diatas rumah yang dihiasi dengan selimut. Upacara Kematian

Menurut kepercayaan mereka kematian adalah berpindahnya dari dunia ramai kekehidupan

gaib. Untuk pesta kematian ini dikorbankan sajian berpuluh-puluh ekor sapi, kerbau dan babi

Rangkaian upacara meliputi beberapa tahap : Adat meratap, yaitu menangis dimuka mayat

yang dilakukan oleh wanita. Adat memakan mayat, yaitu memakan mayat selama beberapa

hari sebelum dikubur. Merawat mayat, sebelum dikubur mayat dimandikan terlebih dahulu,

kemudian diberi pakaian yang bagus atau pakaian kebesaran. Upacara waktu penguburan,

tempatnya didekat rumah, untuk laki disebelah barat dan perempuan disebelah timur.

Upacara setelah penguburan, malam harinya diadakan pesta besar-besaran dengan

membunyikan bunyi-bunyian dan tari-tarian.

3.1 alat musik

Sasando

Sasando adalah  Sebuah alat musik petik asal Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Secara umum, bentuk sasando serupa dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, dan

kecapi.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada

bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar

(dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas ke bawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan

Page 15: LOKASI

ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini

ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat

seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.

Sasando memang punya banyak senar. Sasando dengan 28 senar ini diistilahkan dengan

Sasando Engkel. Jenis lain; Sasando Dobel namanya, punya 56 senar. Bahkan ada yang 84

senar. Cara memainkan sasando dengan dipetik. Mirip dengan gitar. Hanya saja sasando

tanpa chord (kunci) dan senarnya harus dipetik dengan dua tangan, sehingga lebih mirip

Harpa.

Bagian utama dari sasando berbentuk seperti harpa, dengan media pemantul suara

terbuat dari daun Pohon Gebang (sejenis Pohon Lontar yang banyak tumbuh di Pulau Timor

dan Pulau Rote) yang dilekuk menjadi setengah melingkar. Tempat senar-senar diikat terbuat

dari bambu yang keras, penahan senar yang sekaligus sebagai pengatur nada senar juga

terbuat dari bambu. Batang bambu itu lalu diikat menyatu dengan daun Gebang yang dibuat

melingkar tadi. Saat ini sasando sudah mulai di modifikasi. Pemantul bunyi dari daun gebang

sudah diganti dengan spul gitar listrik yang ditempelkan pada batang bambu ditengah

sasando. Tentu sasando model ini hanya bisa mengeluarkan bunyi keras dengan bantuan

sound system .

Pasola

Pasola adalah permainan perang dua kelompok pasukan berkuda yang saling

melempar lembing (tombak kayu) di sebuah padang savana.

Menurut cerita setempat tradisi ini laihir dari kisah percintaan janda cantik bernama Rabu

Kaba. Konon sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah isteri sah dari Umbu Dula,

satu dari tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang. Rabu Kaba menjadi janda karena

mengira suami beserta dua saudaranya meninggal saat melaut.

Rabu Kabua kemudian menikah kembali dengan seorang pemuda tampan dari Kampung

Kodi bernama Teda Gaiparona. Suami dan dua saudara Rabu Kaba yang ternyata belum

meninggal mendapati isteri Umbu Dula sudah kawin lari dengan orang lain. Untuk mereka

bisa terus menikah bersama, Teda Gaiparona harus memberikan pertanggung jawaban. Seusai

menyelesaikan perselisihan, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola.

Dengan demikian diharapkan dendam kedua kampung dapat dilepaskan dengan permainan

perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing di atas kuda.

Permainan Pasola biasanya diadakan sebagai puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu semacam

upacara untuk meminta restu dari para dewa dan leluhur supaya panen tahun itu berhasil.

Page 16: LOKASI

Waktu penyelenggaraan Pasola bergantung pada perhitungan hari para tetua adat yang

rupanya tidak pernah meleset. Salah satu tanda ketepatan itu adalah pada setiap

penyelenggaraan Pasola, di pantai selalu sedang terdapat banyak cacing laut.

Pasola memiliki nilai sakral karena adanya ritual-ritual yang harus dilakukan oleh para tetua

adat terhadap para peserta sekaligus ritual permohonan restu. Selain nilai sakralnya, Pasola

juga merupakan elemen pemersatu masyarakat Sumba. Permainan Pasola diselenggarakan di

empat kampung di Kabupaten Sumba Barat yaitu Kampung Kodi, Laboya, Wanokaka, dan

Gaura.

3.2 Tarian Daerah

TARI HOPONG

Asal tarian : Helong

Hopong adalah sebuah upacara tradisional masyarakat Helong yang mengijinkan para petani

untuk menuai atau panen di ladang pertanian. Upacara Hopong adalah suatu aktivitas yang

dilakukan oleh para petani dalam bentuk doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur dan

terima kasih kepada Tuhan dan nenek moyang. Upacara Hopong dilakukan pada masa panen

disuatu rumah yang ditentukan bersama dan dihadiri oleh tua-tua adat serta lapisan

masyarakat. Tarian ini juga menggambarkan kehidupan bersama nilai religius, gotong

royong.

TARI MANEKAT (TEMPAT SIRI)

Asal tarian : Kabupaten TTS

Menurut masyarakat Dawan dalam kehidupan adat istiadatnya sapaan selalu ditandai dengan

siri pinang. Siri pinang merupakan lambang penghormatan untuk memberikan harkat dan

martabat seseorang.

TARI PEMINANGAN

Asal tarian : Kabupaten TTU

Tarian ini menggambarkan bentuk peminangan ala orang dawan di Kabupaten Timor Tengah

Utara. Peminangan dapat juga diartikan sebagai suatu ungkapan perasaan cinta yang

Page 17: LOKASI

tulus.ungkapan kepolosan hati antara sepasang kekasih yang hendak mengikat kasih.Suatu

ungkapan bahwa kehadiran dari seseorang diterima dengan sepenuh hati, dengan tangan

terbuka.

Tarian ini juga melambangkan penyambutan, penghormatan atas kehadiran seorang tamu

istimewa yang mendatangi tempat mereka.

TARI LIKURAI

Asal tarian : Kabupaten Belu

Dalam masyarakat Belu tari Likurai merupakan tari yang dibawakan oleh gadis-gadis / ibu-

ibu untuk menyambut tamu-tamu terhormat atau pahlawan yang pulang dari medan perang.

TARI DODAKADO

Asal tarian : Kabupaten Alor

Tarian yang berasal dari permainan rakyat ini Alor ini menggambarkan keceriaan muda-mudi

pada saat acara-acara pesta adat. Yang menarik dari tarian ini adalah ketangkasan muda-mudi

dalam berlompat-lompat diatas permainan bambu.

TARI TEOTONA

Asal tarian : Kabupaten Rote Ndao

Tarian ini berasal dari kerajaan Oenale di Rote. Tarian ini termasuk tarian sacral dalam

menyambut kaum pria yang kembali dari medan perang.

Pria dan wanita bersama-sama menunjukan kegembiraannya dengan menari secara ekspresif.

TARI LEDO HAWU  

Asal tarian : Kabupaten Kupang/ Sabu

Tarian ini biasa dibawakan pada saat upacara kematian kepala adat, dengan maksud mengusir

setan ditengah jalan, agar perjalanan arwah kehadapan pencipta tidak dihalangi.

Istilah lain dari tari ini dapat dikatakn sebagai penyapu ranjau.

Page 18: LOKASI

TARI LEKE  

Asal tarian : Kabupaten Sikka

Tari ini mengambarkan pesta para masyarakat etnis Sikka Krowe sebagai ungkapan syukur

atas keberhasilan.

Biasanya ditarikan pada waktu malam hari yang diiringi musik gong waning dengan lantunan

syair-syair adat.

TARI POTO WOLO  

Asal tarian : Kabupaten Ende

Fungsi tari ini biasa digunakan untuk menjemput para tamu agung, atau seorang kepala suku

yang diangkat secara adat. Poto artinya mengangkat atau menjunjung kebesarannya; Wolo

artinya gunung atau bukit.

WASA WOJORANA  

Asal tarian : Kabupaten Manggarai

Tarian ini biasanya dilaksanakan pada upacara adat menjelang padi lading menguning.

Wasa Wojarana menggambarkan luapan rasa gembira , dengan meilhat bulir-bulir padi lading

yang menjanjikan dan sebagi ungkapan terimakasih kepada pencipta dan sekaligus memohon

agar panen tidak gagal akibat bencana alam dan ancaman hama. Tarian ini ditampilkan

ditampilkan dengan irama pelan dan cepat .

TARI TOGADU  

Asal tarian : Kabupaten Ngada

Todagu menggambarkan keperkasaan pemuda Nage Keo dalam berperang dan

membangkitkan senmangat patriotisme. Tarian ini diiringi oleh bambu dan tambur.

Page 19: LOKASI

TARI KANDINGANGU  

Asal tarian : Kabupaten Sumba Timur

Pada zaman dahulu Kandingangu ditarikan pada upacara adata tradisional untuk memohon

kehadiran pencipta alam semesta (dewa-dewi). Namun masa kini tari ini biasa dipentaskan

saat menyambut tamu agung atau dalam acara ramah tamah. 

TARI YAPPA IYA  

Asal tarian : Kabupaten Sumba Barat

Tari ini menggambarkan kegiatan masyarakat Mbarambanja dalam kegiaatanya menangkap

ikan.

TARI HEDUNG BUHU LELU  

Asal tarian : Kabupaten Lembata

Suatu kegiatan kekerabatan penghalusan kapas yang telah dipisahkan dari bijinya. Pekerjaan

ini biasanya dilakukan oleh perempuan, baik itu ibu-ibu maupun gadis-gadis dan aktivitas ini

merupakan suatu kerajinan rumah tangga.

Page 20: LOKASI

Daftar Pustaka

Soh Z Andre, dkk.1985.Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Nusa Tenggara Timur. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan