14
LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK YANG UNGGUL Sekar Pinilih Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak: Globalisasi telah membuat perubahan disegala bidang termasuk di dunia pendidikan. Hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi perilaku generasi muda di Indonesia dalam kegiatan pembelajaran. Artikel ini membahas tentang fenomena menurunnya moral dan kepribadian peserta didik akibat dari dampak globalisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta didik pada zaman sekarang tidak menunjukan sikap yang baik dan memprihatinkan bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, sebagai pendidik guru harus bisa menumbuhkan kepribadian peserta didik yang baik dengan mengerti arti pembelajaran yang sesungguhnya. Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna bagi nusa dan bangsa. Kata Kunci: Globalisasi, Generasi Muda, dan Unggul Abstract: Globalisation has made changes in all sector including in education.This is indirectly also affect the attitude of young generasion ’s Indonesia in learning activity.This article discusses Phenomena of decreased morale and personality of learners as a result of the impact of globalisation.Research result show that learners today not showing a good attitude and concern for education.Therefore, as a teacher educators should be able to grow the personality of good learners with understand the meaning of real learning.So that the world of education can produce superior human resources and useful for nusa and nation. Keywords: Globalisation, Young Generation, and Excellent PENDAHULUAN Arus globalisasi telah membawa banyak perubahan di seluruh bidang kehidupan secara universal. Dengan didukung oleh perkembangan Iptek yang begitu pesat, semua hal yang menyangkut hajat hidup banyak orang dapat dilakukan secara praktis. Manusia dengan mudahnya dapat berhubungan dengan manusia lainnya dari berbagai letak penjuru dunia. Selain itu akses untuk mengetahui berbagai macam informasi dan berita di dunia sangatlah cepat dan dimudahkan. Dunia seakan tidak ada sekat atau tanpa ada pembatas. Istilah globalisasi sendiri berasal dari kata globe (peta dunia yang berbentuk bola) yang selanjutnya lahir istilah global (yang artinya meliputi seluruh dunia).Dari kata global lahirlah istilah globalisasi, yang bermakna sebuah proses mendunia.Globalisasi adalah suatu proses dibentuknya suatu tatanan, aturan,dan sistem yang berlaku bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.Globalisasi tidak mengenal adanya batas-batas wilayah: bahkan tidak mengenal aturan lokal regional, kebijakan negara yang dapat mengurangi ruang gerak masuknya nilai, ide, pikiran, atau gagasan yang dianggap sudah merupakan kemauan masyarakat dunia harus dihilangkan. Globalisasi berlaku di semua bidang kehidupan seperti politik ekonomi, sosial, dan budaya. Soedjatmoko (1991:97) menggambarkan sifat-sifat dan kemampuan yang harus dimiliki manusia Indonesia di masa mendatang sebagai berikut. 1. Orang harus serba tahu (well informed), dan harus selalu menyadari bahwa proses belajar tidak akan pernah selesai di dalam dunia yang etrus berubah secara sangat cepat. Dia harus mampu mencerna informasi yang banyak tapi tuntas, itu artinya

LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

  • Upload
    lyquynh

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN KEPRIBADIAN PESERTA

DIDIK YANG UNGGUL

Sekar Pinilih

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

e-mail: [email protected] Abstrak: Globalisasi telah membuat perubahan disegala bidang termasuk di dunia pendidikan.

Hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi perilaku generasi muda di Indonesia dalam

kegiatan pembelajaran. Artikel ini membahas tentang fenomena menurunnya moral dan

kepribadian peserta didik akibat dari dampak globalisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa

peserta didik pada zaman sekarang tidak menunjukan sikap yang baik dan memprihatinkan

bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, sebagai pendidik guru harus bisa menumbuhkan

kepribadian peserta didik yang baik dengan mengerti arti pembelajaran yang sesungguhnya.

Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna bagi nusa dan

bangsa.

Kata Kunci: Globalisasi, Generasi Muda, dan Unggul Abstract: Globalisation has made changes in all sector including in education.This is

indirectly also affect the attitude of young generasion’s Indonesia in learning activity.This

article discusses Phenomena of decreased morale and personality of learners as a result of

the impact of globalisation.Research result show that learners today not showing a good

attitude and concern for education.Therefore, as a teacher educators should be able to grow

the personality of good learners with understand the meaning of real learning.So that the

world of education can produce superior human resources and useful for nusa and nation.

Keywords: Globalisation, Young Generation, and Excellent

PENDAHULUAN Arus globalisasi telah membawa

banyak perubahan di seluruh bidang

kehidupan secara universal. Dengan

didukung oleh perkembangan Iptek yang

begitu pesat, semua hal yang menyangkut

hajat hidup banyak orang dapat dilakukan

secara praktis. Manusia dengan mudahnya

dapat berhubungan dengan manusia

lainnya dari berbagai letak penjuru dunia.

Selain itu akses untuk mengetahui

berbagai macam informasi dan berita di

dunia sangatlah cepat dan dimudahkan.

Dunia seakan tidak ada sekat atau tanpa

ada pembatas.

Istilah globalisasi sendiri berasal

dari kata globe (peta dunia yang berbentuk

bola) yang selanjutnya lahir istilah global

(yang artinya meliputi seluruh dunia).Dari

kata global lahirlah istilah globalisasi,

yang bermakna sebuah proses

mendunia.Globalisasi adalah suatu proses

dibentuknya suatu tatanan, aturan,dan

sistem yang berlaku bagi bangsa-bangsa di

seluruh dunia.Globalisasi tidak mengenal

adanya batas-batas wilayah: bahkan tidak

mengenal aturan lokal regional, kebijakan

negara yang dapat mengurangi ruang gerak

masuknya nilai, ide, pikiran, atau gagasan

yang dianggap sudah merupakan kemauan

masyarakat dunia harus dihilangkan.

Globalisasi berlaku di semua bidang

kehidupan seperti politik ekonomi, sosial,

dan budaya.

Soedjatmoko (1991:97)

menggambarkan sifat-sifat dan

kemampuan yang harus dimiliki manusia

Indonesia di masa mendatang sebagai

berikut.

1. Orang harus serba tahu (well

informed), dan harus selalu

menyadari bahwa proses

belajar tidak akan pernah

selesai di dalam dunia yang

etrus berubah secara sangat

cepat. Dia harus mampu

mencerna informasi yang

banyak tapi tuntas, itu artinya

Page 2: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

harus mempunyai kemampuan

analisis yang tajam, mampu

berpikir integratif serta dapat

bereaksi cepat.

2. Orang harus kreatif dalam

memberikan jawaban terhadap

tantangan baru, serta

mempunyai kemampuan

mengantisipasi setiap

perkembangan.

3. Mempunyai kepekaan terhadap

keadilan sosial dan solidaritas

sosial. Peka terhadap batas-

batas toleransi masyarakat serta

terhadap perubahan sosial dan

ketidakadilan.

4. Memiliki harga diri dan

kepercayaan pada diri sendiri

berdasarkan iman yang kuat.

5. Sanggup mengidentifikasi

dimensi-dimensi moral dan etis

dalam perubahan sosial dan

pilihan teknologi. Selanjutnya

juga sanggup

menginterpretasikan ketentuan

–ketentuan agama sehingga

terungkaplah relevansinya

dalam pemecahan masalah dan

perkembangan-perkembangan

baru.

Sebagai perbandingan Ulrih Teicer

(1997:540) mengemukakan bahwa

manusia masa depan harus

mempunyai persyaratan kualitas

dan kemampuan sebagai berikut.

1. Fleksibel.

2. Mmapu dan bersedia untuk

berpartisipasi dalam inovasi

serta menjadi kreatif.

3. Mampu menguasai hal-hal

yang tidak menentu atau

seringkali berubah-ubah.

4. Tertarik dan siap belajar

seumur hidup.

5. Memiliki kepekaan sosial dan

ketrampilan berkomunikasi.

6. Mampu bekerja dalam tim.

7. Mampu mengambil tanggung

jawab yang diserahkan

padanya.

8. Mampu menyiapkan diri untuk

melakukan internasionalisasi

pasaran kerja melalui

pengertian tentang macam-

macam budaya.

9. Cakap dalam berbagai hal, baik

ketrampilan umum maupun

ketrampilan profesional.

Dari dua pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa manusia Indonesia

yang ideal adalah manusia yang mampu

menghadapi tantangan masa depan yang

semakin rumit dan tidak menentu.Mereka

itu adalah yang memiliki beberapa sifat

sebagai berikut.

1. Mampu meningkatkan

produktivitas kerja.

2. Memiliki kemampuan berpikir

kreatif dan analitis.

3. Memiliki ilmu dasar yang luas

serta ketrampilan kerja yang

tinggi.

4. Kesiapan untuk belajar

sepanjang hidup agar dapat

meningkatkan kemampuannya

secara berkelanjutan.

5. Fleksibel dan adaptif, yang

keduanya digunakan untuk

menghadapi berbagai

perubahan yang sangat cepat.

6. Memiliki moralitas yang baik,

yang bersumber pada agama

yang diyakini.

Menghadapi globalisasi yang

memiliki dampak positif dan negatif,

dibutuhkan komitmen terhadap prinsip-

prinsip moral yang semakin kuat. Era

Globalisasi bisa dikatakan sebagai

tantangan untuk umat manusia. Bagaimana

cara mensikapi adanya globalisasi adalah

hal yang sangat penting. Seseorang bisa

menghasilkan peluang usaha dengan

memanfaatkan perkembangan iptek

dampak globalisasi, namun seseorang juga

bisa terseret arus globalisasi karena tidak

mempunyai pendirian yang tetap.

Salah satu bidang kehidupan yang

banyak berubah akibat dari globalisasi

yaitu dunia pendidikan. Dilihat dari segi

metode pembelajaran, kurikulum,

Page 3: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

interaksi guru-murid dan pergaulan peserta

didik antara zaman dahulu dengan

sekarang jelas terlihat berbeda. Perubahan

tidak hanya dalam hal positif saja, namun

juga dalam hal negatif. Bahkan di

Indonesia dampak negatif lebih dominan.

Pancasila adalah falsafah hidup

atau ideologi dasar bagi Negara Republik

Indonesia. Kata pancasila tersebut berasal

dari bahasa sansekerta panca dan sila.

Panca berarti lima dan sila mempunyai arti

asas. Jadi pancasila ini merupakan

rumusan dan pedoman hidup bagi segenap

rakyat Indonesia. Maksudnya sebagai

pedoman hidup yaitu setiap perilaku dan

tindakan yang dilakukan oleh warga

negara harus sesuai dengan apa yang

termuat dalam nilai-nilai Pancasila.Namun

walaupun negara sudah mempunyai

Pancasila sebagai landasan berpikir dan

benteng untuk mengahadapi globalisasi

namun kenyataannya masih banyak orang

yang terseret ke dalam arus. Begitu juga

dengan peserta didik di Indonesia pada

jenjang sekolah dasar. Badan

Pengembangan dan Pengkajian

Keilmuwan Wilayah IV, Daerah Istimewa

Yogyakarta mengadakan diskusi ilmiah

mengenai “Perilaku Menyimpang Anak

SD usia (6-12 tahun). Diskusi dilakukan

atas dasar keprihatinan melihat kondisi

anak-anak zaman sekarang. Berdasarkan

hasil diskusi penyimpangan yang

dilakukan atau biasa disebut dengan nama

penyimpangan sosial adalah perilaku yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan

atau kepatuhan baik dari sudut pandang

kemanusiaan dan spiritualitas secara

individu maupun sebagai makhluk sosial.

Dapat dilihat anak SD zaman

sekarang banyak mengalami degradasi

moral. Contohnya dalam pemakaian tata

bahasa yang tidak sopan kepada guru dan

sering membantah intruksi ataupun tugas

yang diberikan. Berikut data indeks

Pembanguan manusia dalam laporan

terbaru Program Pembangunan tahun 2013,

Indonesia menempati posisi 121 dari 185

negara dalam indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dengna angka 0,629.

Hasilnya Indonesia tertinggal dari dua

negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia

(64) dan Singapura (18). Berdasarkan data

tersebut kenyataannya pendidikan karakter

di Indonesia belum optimal sehingga

banyak peserta didik yang tidak memiliki

akhlak dan moral yang baik. Secara tidak

langsung motivasi belajar menurun dan

menyebabkan indeks prestasi akademik

yang rendah.

Sebagai seorang pendidik guru

mempunyai tanggung jawab untuk

menumbuhkan karakter peserta didik yang

baik dan sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila. Pemberian nilai karakter dapat

dilakukan dengan berbagai macam metode

saat pembelajaran berlangsung. Oleh

karena itu, peningkatan kualitas sumber

daya manusia merupakan kenyataan yang

harus dilakukan secara terencana, terarah,

intensif, efektif dan efisien dalam proses

pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini

kalah bersaing dalam menjalani era

globalisasi tersebut. Sehingga nantinya

dapat menghasilkan sumber daya manusia

(SDM) berkualitas dan berguna bagi

negara.

METODE Peneitian ini menggunakan metode

survey, deskriptif, dan studi pustaka.

...Survey research designs are

procedures in quantitative research in

which investigators administer a

survey to a sample or to teh entire

population of people to describe the

attitudes, opinions, behaviors, or

characteristic of the population.

(Creswell, 2012: 376)

Penelitian survey digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi tentang

populasi yang besar dengan menggunakan

sampel yang relatif kecil.Penelitian survey

memiliki tiga tujuan utama yaitu

menggambarkan keadaan pada saat itu,

mengidentifikasi secara terukur keadaan

sekarang untuk membandingkan, dan

menentukan hubungna kejadian yang

spesifik.Metode survey Survey dilakukan di

SD Negeri Golo Yogyakarta selama

Page 4: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

sembilan hari dalam kurun waktu tiga

minggu. Setiap satu kali dalam seminggu

diadakan sebuah kegiatan rutin yaitu literasi

buku yang dilakukan oleh kelas satu (I)

sampai dengan kelas enam (VI ). Literasi

dilakukan pada awal pelajaran sekitar pukul

06.45 WIB dan diawasi oleh guru kelas

masing-masing. Sedangkan metode

dekriptif digunakan dalam penelitian saat

peneliti mendeskripsikan tentang gejala,

peristiwa, ataupun kejadian yang

berhubungan dengan tema yang

dibahas.Penelitian ini tidak mengadakan

manipulasi atau pengubahan pada variabel-

variabel bebas, tetapi menggambarkan

suatu kondisi apa adanya.Penggambaran

kondisi bisa individual atau menggunakan

angka-angka. (Sukmadinata,2006:5)

Terakhir penulis juga mencari

sumber dengan studi pustaka melalui buku-

buku dan journal valid yang berada di

internet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Secara umum literasi dapat

didefinisikan sebagai kemampuan mengolah

dan memahami informasi saat melakukan

kegiatan membaca dan menulis. Literasi baik

diterapkan sejak pendidikan anak usia dini.

Pada masa sekarang kegiatan literasi gencar

dilakukan oleh para praktisi

pendidikan.Contohnya SD Negeri Golo

Yogyakarta yang sudah menerarapkan

kegiatan literasi setiap satu kali dalam

seminggu. Tujuan utama literasi bukan untuk

mencetak generasi yang cerdas dalambidang

akademik saja, namun juga untuk memacu

pola pikir kritis dan logis. Dari hasil tes dan

evaluasi PISA 2015 performa siswa-siswi

Indonesia masih tergolong rendah.Berturut-

turut rata-rata skor pencapaian siswa-siswi

Indonesia untuk sains, membaca, dan

matematika berada di peringkat 62, 61, dan 63

dari 69 negara yang dievaluasi. Peringkat dan

rata-rata skor Indonesia tersebut tidak jauh

berbeda dengan hasil tes dan survey PISA

terdahulu pada tahun 2012. Melihat dari

indikator tersebut keadaan peserta didik di

Indonesia dapat disimpulkan memiliki nilai

daya saing yang rendah dibandingkan dengan

negara lain. Untuk itulah kegiatan literasi

sangat diperlukan untuk menaikan nilai minat

baca anak sejak dini dan mengembangkan

kemampuan berpikir kritis seperti halnya

dengan fungsi pendidikan yang tertuang

dalam UUD 1945 adalah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal

tersebut juga tercantum dalam Undang-

undang No 23 Tahun 2003 dalam (Hasbullah

2013) tentang sistem pendidikan nasional

yang berfungsi mengembangkan kemampuan

dalam bentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan

Pendidikan tersebut jelas menggambarkan

bagaimana urgensitas pendidikan dalam

mempersiapkan manusia atau menghadapi

tantangan global.

Pembahasan

Definisi literasi

Secara bahasa, literasi adalah

keberaksaraan, yaitu kemampuan

menulis dan membaca. Dalam bahasa

Inggris yaitu literacy yang artinya

kemampuan membaca dan menulis (the

ability to read and write) dan

“kompetensi atau pengetahuan di bidang

khusus” (competence or knowledge in a

specified area).

Kebalikannya adalah illiteracy

dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

istilah buta huruf atau tidak bisa

membaca.Literasi adalah kualitas atau

kemampuan melek huruf (aksara) yang

di dalamnya meliputi kemampuan

membaca dan menulis.Melek visual

yaitu kemampuan untuk mengenali dan

memahami ide-ide yang disampaikan

secara visual (video/gambar).

Sebagaimana pengertian literasi

yang dikemukakan National Institute for

Literacy (NIFL):

...Literasi adalah kemampuan

individu untuk membaca, menulis,

berbicara, menghitung, dan

memecahkan masalah pada tingkat

keahlian yang diperlukan dalam

pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

Page 5: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

Education Development Center

(EDC) juga menyatakan literasi lebih

dari sekedar kamampuan baca

tulis.Literasi adalah kemampuan

individu untuk menggunakan segenap

potensi dan ketrampilan (skills) yang

dimiliki dalam hidupnya. Dengan

pemahaman bahwa literasi mencangkup

kemampuan membaca kata dan

membaca dunia.

Menurut UNESCO, pemahaman

orang tentang makna literasi sangat

dipengaruhi oleh penelitian akademik,

institusi, konteks nasional, nilai-nilai

budaya, dan pengalaman.

Pemahaman paling umum dari

literasi adalah seperangkat ketrampilan

nyata, khususnya ketrampilan kognitif

membaca dan menulis, yang terlepas

dari konteks dimana ketrampilan itu

diperoleh dan dari siapa yang

memperolehnya.UNESCO menjelaskan

kemampuan literasi merupakan hak setia

orang dan merupakan dasar untuk belajar

sepanjang hayat. Kemampuan literasi

dapat memberdayakan dan

meningkatkan kualitas individu,

keluarga, dan masyarakat.

Jenis Literasi

Beberapa definisi

menggambarkan bahwa informasi dapat

ditampilkan dalam beberapa format dan

dapat dimasukan ke dalam sumber yang

terdokumentasi (buku, jurnal, laporan,

tesis, grafik, lukisan, multimedia,

rekaman suara).Di masa depan, mungkin

ada format lain dalam menampilkan

informasi di luar imaginasi kita pada saat

ini. Dalam perkembangan teknologi

informasi dan internet (ICT) dewasa

ini,maka timbul beberapa perkembangan

ynag mendorong perubahan konsep

literasi awal, menjadi konsep baru

literasi yang memiliki pengertian yang

berkaitan dengan beberapa keahlian baru

yang harus dimiliki oleh siswa.

International Literacy Institute,

menjelaskan bahwa pengertian literasi

sendiri sekarang sudah berkembang dan

diartikan menjadi sebuah “range”

keahlian yang relatif (tidak absolut)

untuk membaca, menulis,

berkomunikasi, dan berpikir secara

kritis. Karena itu maka Tapio Varis,

ketua umum UNESCO untuk global E-

Learning mengatakan bahwa dengan

berkembangnya teknologi komputer dan

informasi, maka literasi dapat terbagi

menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Literasi

teknologi, yaitu keahlian untuk

menggunakan internet dan

mengkomunikasikan informasi. b.

Literasi informasi, yaitu keahlian untuk

melakukan riset dan menganalisa

informasi sebagai dasar oengambilan

keputusan. c. Literasi media, yaitu

keahlian untuk menghasilkan,

mendistribusikan, serta mengevaluasi isi

koleksi pandang dengar (Audio Visual).

d. Literasi global, yaitu pemahaman

akan saling ketergantungan manusia di

dunia global, sehingga mampu

berpartisipasi di dunia global dan

berkolaborasi. e. Literasi kompetensi

sosial dan tanggung jawab lebih kepada

pemahaman etika dan pemahaman

terhadap keamanan dan privasi dalam

berinternet (MCPerson,2007). Di tengah

keberagaman bentuk dan jenis informasi,

maka seseorang dituntut tidak hanya

dapat membaca dan menulis bahan

tertulis (dalam bentuk buku atau tercetak

saja), tetapi bentuk-bentuk lain seiring

dengan perkembangan teknologi

informasi. Menurut Elsenberg (2004)

selain memiliki kemampuan literasi

informasi, seseorang juga harus

membekali dirinya dengan literasi yang

lain, seperti:a. Literasi visual, adalah

kemampuan seseorang untuk

memahami, menggunakan, dan

mengekspresikan gambar. b. Literasi

media, merupakan kemampuan untuk

mengakses, menganalisis dan

menciptakan informasi untuk hasil yang

spesifik.Media tersebut adalah televisi,

radio, surat kabar, film, dan musik. c.

Literasi komputer,dimana kemampuan

Page 6: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

untuk membuat dan memanipulasi

dokumen dan data melalui perangkat

lunak pangkalan data dan pengolah data

dan sebagainya. Literasi komputer juga

dikenal dengan istilah literasi elektronik

atau literasi teknologi informasi. d.

Literasi digital, merupakan keahlian

yang berkaitan dengan penguasaan

sumber dan perangkat digital. Beberapa

institusi pendidikan menyadari dan

melihat hal ini merupakan cara praktis

untuk mengajarkan literasi informasi,

salahsatunya melalui tutorial. e. Literasi

jaringan, adalah kemampuan untuk

menggunakan, memahami, menemukan,

dan memanipulasikan informasi dalam

jaringan misalnya internet.Istilah

lainnya dari literasi jaringan adalah

literasi internet atau hiperliterasi.

Secara garis besar Bawden (2001)

menggemukakan tiga jenis literasi

berbasis ketrampilan yaitu literasi

media, literasi komputer, dan literasi

perpustakaan. Literasi perpustakaan

memiliki dua pengertian, pengertian

pertama adalah mengacu pada

kemampuan dalam menggunakan

perpustakaan dan menandai awal

lahirnya literasi informasi yang

menekankan pada kemampuan

menetapkan sumber informasi yang

tepat. Pengertian yang kedua

berhubungan dengan keterlibatan

perpustakaan dalam program literasi

tradisional seperti pengajaran

kemampuan membaca. Literasi

perpustakaan biasanya disinonimkan

dengan ketrampilan perpustakaan dan

intruksi blibiografis. Menurut Snvely

dan Cooper (2007) literasi perpustakaan

merupakan istilah alternativ untuk

literasi informasi yang merupakan

bentuk terbaru dari intruksi

perpustakaan dan sumber informasi

lainnya. Saat ini kemampuan literasi

informasi merupakan sasaran atau tujuan

yang ingin dicapai dalam program

pendidikan pemustaka di perpustakaan.

Pendidikan pemustaka saat ini mulai

berkembang dan mencangkup segala

aspek mengenai pencarian informasi,

untuk mempersiapkan pemustaka

mencapai pembelajaran sepanjang hayat

(Versosa,2008: 12).

Buku Literasi

Ada banyak jenis buku yang

dapat dijadikan sebagai literasi seperti

sebagai berikut.

1. Novel

Novel merupakan karya fiksi

berupa cerita yang saling

berkaitan dalam buku tersebut.

Panjangnya bervariasi, ada yang

100 halaman bahkan ada yang

sampai lebih dari 700

halaman.Beberapa jenis genre

novel berdasarkan jenis ceritanya

yaitu: romantik, misteri, ilmiah,

inspiratif, islami, dan komedi.

2. Komik

Komik adalh suatu buku yang

berisi gambar-gambar tidak

bergerak yang diisi dialog atau

kata-kata didalamnya untuk

menceritakan cerita yang

dimaksud.

3. Antologi

Buku antalogi terdiri dari

kumpulan – kumpulan tulisan

yang tidak berkaitan. Namun

masih satu jenis tulisan dan

biasanya juga satu tema. Antalogi

biasanya berupa kumpulan

cerpen, kumpulan puisi,

kumpulan esai, dan lain

sebagainya.

4. Biografi

Biografi merupakan buku yang

berisi kisah hidup seseorang.

Biasanya biografi dibuat oleh

orang – orang populer dan

terkenal.

5. Dongeng

Dongeng merupakan buku yang

berisi kisah fiktif yang berasal

dari khayalan dan imajinasi.

Biasanya dongeng adalah sesuatu

yang mustahil dalam dunia nyata.

6. Novelet

Page 7: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

Novelet merupakan cerita yang

terlalu pendek untuk disebut

novel, namun juga terlalu panjang

untuk disebut cerpen. Biasanya

Novelet berkisar antara 40 – 50

halaman.

7. Catatan Harian/Diary

Catatan harian adalah buku yang

dibuat dari catatan harian atau

jurnal atau diary yang ditulis.

8. Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah buku yang

berupa laporan dari suatu

penelitian atau percobaan dan

sebagainya.

9. Kamus

Kamus adalah buku acuan untuk

megalihkan dari bahasa yang satu

ke bahasa yang lainnya. Atau

untuk memberikan penjelasan

dari kata – kata dalam suatu

bahasa.

10. Panduan

Panduan adalah buku yang berisi

tata cara mengenai hal – hal

tertentu.

Gerakan Literasi Sekolah

Dengan bergulirnya era reformasi

pada tahun 1998, semua orang merasa

memiliki kebebasan untuk berkreasi,

berinovasi, maupun berekspresi. Karena

memang hambatan ataupun penghalang

untuk berkreatifitas, berinovasi, maupun

berekspresi hampir tidak ada.Dapat

dlilihat dari dukungan segala aspek

terutama teknologi memudahkan orang

untuk menggali potensi mereka masing –

masing. Kebebasan yang terus – menerus

terjadi rupanya tidak selalu

memunculkan efek positif pula. Terlihat

dikalangan pelajar bahwa kebebasan

yang tidak terkontrol memperlihatkan

gejala atau akibat yang kurang baik.

Terutama pada pola dan perilaku

kaumpelajar pada masa sekarang.

Pada sisi lain kebebasan

mengekspresikan diri bagi kaum

terpelajar mendatangkan efek yang tidak

sesuai dengan norma dan aturan yang

berlaku di lingkungannya. Sekarang

dalam hal menulis, berbicara, bahkan

memfitnah dan memaki dapat dilakukan

dengan mudah oleh setiap individu.

Namun kebebasan tersebut tidak

terkontrol jumlahnya. Baik kepada yang

lebih tua, sama besar ataupun lebih kecil.

Kebebasan yang terus – menerus

membuat orang tidak terkendali dan

terpicu melakukan penyimpangan sosial,

seperti maraknya penyebaran berita

hoax. Masyarakat luas kembali menilai

bahwa lembaga pendidikan belum

berhasil dalam upaya memanusiakan

anak manusia seperti halnya dengan

tujuan pendidikan. Keberhasilan

lembaga pendidikan memang lebih

banyak diukur dari seberapa baik sikap

dan tingkah laku yang diperlihatkan oleh

para lulusannya. Ketika seorang peserta

didik kurang berkenan dimata

masyarakat, maka yang menjadi sasaran

utama adalah sekolah. Namun jika

perilaku sesuai dengan keinginan

masyarakat, sekolah tidak begitu

diapresiasi.

Selaras dengan fenomena diatas,

PISA 2009 juga menyimpulkan bahwa

praktik pendidikan yang dilaksanakan di

sekolah belum mampu memperlihatkan

fungsi sekolah sebagai organisasi

pembelajaran yang berupa menjadikan

semua peserta didiknya terampil

membaca untuk mendukung mereka

menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Oleh sebab itu Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan meluncurkan sebuah

terobosan untuk semua jenjang

pendidikan. Terobosan tersebut adalah

Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Gerakan Literasi Sekolah atau GLS

adalah sebuah upaya yang dilakukan

secara meyeluruh dan berkelanjutan

untuk menjadikan sekolah sebagia

organisasi pembelajaran yang

menyenangkan bagi peserta didik

dengan melibatkan semua elemen

masyarakat. Secara umum tujuan

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

memiliki tujuan untuk

Page 8: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

menumbuhkembangkan budi pekerti

peserta didik melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah yang

diwujudkan dalam Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) agar mereka menjadi

pembelajar sepanjang hayat. Artinya

terobosan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) ini ingin memberikan efek yang

positif terhadap tingkah laku seluruh

warga sekolah. Sedangkan tujuan

khususnya sebagai berikut.

1. Menumbuhkembangkan budaya

literasi membaca dan menulis

sisiwa di sekolah.

2. Meningkatkan kapasitas warga

dan lingkungan sekolah agar

literat.

3. Menjadikan sekolah sebagai

taman belajar yang

menyenangkan dan ramah anak

agar sekolah mampu mengelola

pengetahuan.

4. Menjaga berkelanjutan

pembelajaran dengan

menghadirkan beragam buku

bacaan dan mewadahi berbagai

strategi membaca.

Merujuk pada tujuan tersebut,

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

harus dilaksanakan secara

kolaboratif oleh seluruh

komponen yang ada di sekolah

maupun masyarakat di luar

sekolah. Artinya Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) mempu

menggerakan seluruh komponen

internal maupun eksternal

sekolah. Seiring dengan

kemajuan teknologi gerakan

literasi ini tidak hanya sekedar

berupa kegiatan membaca dan

menulis saja, namun mencangkup

kepada kemampuan seseorang

mengadopsi informasi dari

berbagai sumber baik audio,

video, cetak, ataupun elektronik.

Clay (2001) dan Ferguson

menjabarkan bahwa komponen

literasi informasi terdiri atas

literasi dini, literasi dasar, literasi

perpustakaan, lietrasi media,

literasi teknologi, dan literasi

visual. Dalam konteks Indonesia,

literasi dini diperlukan sebagai

dasar pemerolehan berliterasi

tahap selanjutnya. Kompetensi

literasi tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

1. Literasi Dini atau Early

Literacy (Clay,2001)

Kemampuan untuk

menyimak, memahami bahasa

lisan, dan berkomunikasi

melalui gambar dan lisan

yang dibentukoleh

pengalamannya berinteraksi

dengan lingkungan sosial di

rumah. Pengalaman peserta

didik dalam berkomunikasi

dengan bahasa ibu menjadi

fondasi dasar perkembangan

literasi dasar.

2. Literasi dasar atau Basic

Literacy

Kemampuan untuk

mendengarkan, berbicara,

membaca, menulis, dan

menghitung (counting)

berkaitan dengan kemampuan

analisis untuk

memperhitungkan

(calculating),

mempersepsikan informasi

(perceiving),

mengkomunikasikan, serta

menggambarkan informasi

(drawing) berdasarkan

pemahaman dan pengambilan

kesimpulan pribadi.

3. Literasi Perpustakaan atau

Library Literacy

Kegiatan ini antara lain

memberikan pemahaman cara

membedakan bacaan fiksi dan

nonfiksi, memanfaatkan

koleksi referensi dan

periodikal, memahami Dewey

Decimal System sebagai

klasifikasi pengetahuan yang

memudahkan dalam

Page 9: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

menggunakan

perpustakaan,memahami

penggunaan katalog dan

pengindeksan, hingga

memiliki pengetahuan dan

memahami informasi ketika

sedang menyelesaikan sebuah

tulisan, penelitian, pekerjaan,

atau mengatasi masalah.

4. Literasi Media atau Media

Literacy

Kemampuan untuk

mengetahui berbagai bentuk

media yang berbeda, seperti

media cetak, media elektronik

(media radio dan media

televisi), media digital (media

internet), dan memahami

tujuan penggunaannya.

5. Literasi Teknologi atau

Technology Literacy

Kemampuan memahami

kelengkapan yang mengikuti

teknologi seperti peranti keras

(hardware), peranti lunak

(software), serta etika dan

etiket dalam memanfaatkan

teknologi.

6. Literasi Visual atau Visual

Literacy

Kemampuan pemahaman

tingkat anjut antara literasi

media dan literasi teknologi,

yang mengembangkan

kemampuan dan kebutuhan

belajar dengan memanfaatkan

materi visual dan audiovisual

secara kritis dan bermartabat.

Tafsir terhadap materi visual

yang tidak terbendung, baik

dalam bentuk cetak, auditori,

maupun digital (perpaduan

ketiganya disebut teks

multimodal), perlu dikelola

dengan baik. Bagaimanapun

didalamnya banyak

manipulasi dan hiburan yang

benar – benar perlu disaring

berdasarkan etika dan

kepatutan.

Dalam rangka

mengimplementasi Gerakan

Literasi Sekolah (GLS), maka

sekolah bisa mengukur dan

merencanakan tentang

kegiatan literasi seperti apa

yang bisa diterapkan. Hal ini

tentu bergantung pada sarana

dan prasarana pendukung

disebuah sekolah. Semnetara

itu seluruh warga sekolah

harus punya komitmen dan

keteladanan terhadap seluruh

peserta didik tentang upaya

menjadikan sekolah sebagia

lingkungan literat sehingga

perilaku warga sekolah

bermartabat.

Literasi pada Anak Sekolah Dasar

Pendidikan literasi pada anak-

anak dilakukan pada masa prasekolah.

Literasi dapat dilakukan dari hal-hal

sederhana seperti membacakan cerita

dongeng, mengenalkan huruf dan angka

dengan cara yang menyenangkan, dan

mengajarkan cara menulis angka dan

huruf. Kegiatan tersebut akan berguna

bagi anak ketika nantinya memasuki

dunia sekolah.Anak akan memiliki minat

baca yang tinggi dan mudah diarahkan

saat usia sekolah. Orang tua tidak perlu

memaksakan anak untuk belajar karena

mereka sudah memiliki kesadaran diri

untuk belajar dan membaca.

Pada jenjang sekolah dasar,

kegiatan literasi lebih ditekankan

melihat akan manfaat dan pentingnya

literasi untuk peserta didik.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

dilaksanakan secara bertahap dengan

mempertimbangkan kesiapan sekolah di

seluruh Indonesia. Kesiapan ini

mencangkup kesiapan kapasitas sekolah

(ketersediaan fasilitas, bahan bacaan,

sarana, prasarana literasi), kesiapan

warga sekolah, dan kesiapan sistem

pendukung lainnya (partisipasi publik,

dukungan kelembagaan, dan perangkat

kebijakan yang relevan).Geraka Literasi

Page 10: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

Sekolah (GLS) di sekolah dasar

dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu

tahap pembiasaan, tahap pengembangan,

dan tahap pembelajaran.

1. Tahap pembiasaan

Literasi dapat dilakukan secara

berskala namun konsisten. Literasi pada

tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan

minat peserta didik terhadap buku

bacaan.Penumbuhan minat baca melalui

kegiatan 15 menit membaca (sesuai

dengan Permendikbud No 23 Tahun

2015). Dalam kegiatan pembiasaan

tersebut indikator yang harus dicapai

oleh peserta didik: a. melakukan

kegiatan 15 menit membaca ( membaca

dalam hati ataupun nyaring)yang

dilakukan setiap hari.Namun untuk

pemula kegiatan membaca dapat

dilakukan secara berskala namun

konsisten, b. peserta didik memiliki

jurnal membaca harian, c. guru, kepala

sekolah, dan atau/ tenaga kependidikan

menjadi model dalam kegiatan 15 menit

membaca dengan ikut membaca selama

kegiatan berlangsung, d. adanya

perpustakaan,sudut baca ditiap kelas,

dan area baca yang nyaman dengan

koleksi buku nonpelajaran, e. adanya

poster-poster kampanye membaca di

kelas, koridor, dan atau/ area lainnya di

sekolah, f. adanya bahan teks yang

terpampang di tiap kelas, kebun sekolah,

kantin, dan UKS menjadi lingkungan

yang bersih, sehat, dan kaya teks, g.

terdapat poster-poster tentang

pembiasaan hidup bersih, sehat, dan

indah, h. sekolah berupaya melibatkan

publik (orangtua, alumni, dan elemen

masyarakat) untuk mengembangkan

kegiatan literasi sekolah, i. kepala

sekolah dan jajarannyaberkomitmen

melaksanakan dan mendukung gerakan

literasi sekolah, j. adanya kegiatan

akademik yang mendukung budaya

literasi sekolah, misalnya wisata ke

perpustakaan atau kunjungan

perpustakaan keliling ke sekolah, k.

adanya kegiatan perayaan hari-hari

tertentu yang bertemakan literasi, dan l.

adanya tim literasi sekolah yang

dibentuk oleh kepala sekolah yang

terdiri atas guru bahasa, guru mata

pelajaran, dan tenaga kependidikan.

2. Tahap pengembangan

Kegiatan literasi pada tahap ini

bertujuan untuk mempertahankan minta

baca peserta didik sekaligus

meningkatkan kelancaran dan

pemahaman mereka terhadap buku

bacaan. Dalam tahap pelaksanaan

pengembangan Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) indikator yang harus

dicapai: a. adanya kegiatan 15 menit

membaca (membaca dalam hati dan atau/

membaca nyaring) yang dilakukan

secara rutin, b. adanya berbagai kegiatan

tindak lanjut dalam bentuk

menghasilkan respon secara lisan

maupun tulisan, c. peserta didik

memiliki portofolio yang berisi

kumpulan jurnal respon membaca, d.

guru menjadi model dalam kegiatan 15

menit membaca dengan ikut membaca

selama kegiatan berlangsung, e. tagihan

lisan dan tulisan digunakan sebagai

penilaian nonakademik, f. jurnal respon

membaca peserta didik dipajang di kelas

dan atau/koridor sekolah, g.

perpustakaan, sudut baca disetiap kelas

dan area bacayang nyaman dengan

koleksi buku nonpelajaran dimanfaatkan

untuk berbagai kegiatan literasi, h.

adanya penghargaan terhadap

pencapaian peserta didik dalamkegiatan

literasi secara berskala, i. adanya poster-

poster kampanye membaca, dan j.ada

bahan kaya teks yang terpampang di tip

kelas,koridor, dan area sekolah lainnya.

3. Tahap pembelajaran

Pada tahap ini literasi lebih fokus

pada peningkatan kemampuan berbahasa

represif (membaca dan menyimak) dan

aktif (menulis dan berbicara).Pada tahap

ini menggunakan buku pengayaan dan

strategi membaca disemua mata

pelajaran.Indikator yang dicapai dalam

pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS): a. kegiatan membaca pada

tempatnya (selain lima belas menit

Page 11: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

sebelum pembelajaran) sudah

membudaya dan menjadi kebutuhan

warga sekolah, b. kegiatan limabelas

menit membaca setiap hari sebelum jam

pembelajaran diikuti kegiatan lain

dengan tagihan nonakademik atau

akademik, c. ada pengembangan

berbagai strategi membaca, d. kegiatan

membaca buku nonpelajaran yang terkait

dengan buku pelajaran dilakukan oleh

peserta didik dan guru (ada tagihan

akademik untuk peserta didik), e. adanya

berbagai kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk menghasilkan respon secara lisan

amupun tulisan (tagihan akademik), f.

peserta didik memiliki potofolio yang

berisi kumpulan jurnal respon membaca

minimal dua belas buku nonpelajaran, g.

melaksanakan berbagai strategi untuk

memahami teks dalam semua mata

pelajaran, misalkan dengan

menggunakan tabel TIP:Tahu-Ingin-

Pelajari, h.guru menjadi model dalam

kegiatan membaca buku nonpelajaran

dengna ikut membaca buku-buku pilihan

(nonpelajaran) yang dibaca oleh siswa, i.

tagihan lisan dan tulisan digunakan

sebagai penilaian akademik, j. peserta

didik menggunakan lingkungan fifik,

sosial, afektif, dan akademik disertai

dengan beragam bacaan (cetak, visual,

auditori, digital) yang kaya literasi-di

luar buku teks pelajaran dan untuk

memperkaya pengetahuan dalammata

pelajaran, k. adanya penghargaan

terhadap pencapaian peserta didik

dalamkegiatan berliterasi (berdasarkan

tagihan akademik), l. adanya poster-

poster kampanye membaca untuk

memperluas pemahaman dan tekad

warga sekolah untuk mejadi pembelajar

sepanjang hayat, m. adanya bahan kaya

teks terkait dengan mata pelajaran yang

terpampang di tipa kelas, n. adanya

unjuk karya (hasil dari kemampuan

berpikir kritis dan kemampuan

berkomunikasi secara kreatif verbal

tulisan, visula atau digital)

dalamperayaan hari-hari tertentu yang

bertemakan literasi, o. perpustakaan

sekolah menyediakan beraragam buku

bacaan (buku-buku nonpelajaran:fiksi

dan nonfiksi) yang diperlukan peserta

didik untuk memperlus

pengetahuannyadalampelajaran tertentu,

p.tim literasi sekolah bertugas

melakukan perencanaan, pelaksanaan,

dan asesmen program literasi sekolah, q.

sekolah berjejaringan dengan pihak

eksternal untuk pengembangan program

literasi sekolah dan pengembangan

profesional warga sekolah tentang

literasi.

Jika semua indikator dalam tahap

pembelajaran sudah dipenuhi, sekolah

ataupun kelas dapat mempertahankan

serta terus – menerus melakukan kreasi

dan inovasi. Selain itu, sekolah dapat

menjadi contoh bagi sekolah – sekolah

lainnya.

Peran Guru dalam Kegiatan Literasi

Peserta Didik

Menurut Soedjiarto (1993: 27 –

28), proses belajar bahasa di kelas

merupakan bagian yang sangat penting

yang akan berpengaruh pada hasil

belajar.Namun bukan hanya dalam hal

bahasa saja tetapi kesuksesan pada

semua mata pelajaran juga penting dan

bergantung bagaimana cara guru

mendidik dan memotivasi. Kelas

merupakan tempat yang aktif untuk para

guru dan peserta didik berinteraksi.

...suatu aktivitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya

dan menghubungkannya dengan

anak, sehingga terjadi proses

belajar.(Nasution.1986)

Namun bukan hanya hal itu saja.

Belajar tidak hanya melibatkan pembelajaran

keterampilan (misalnya, berenang atau

menjahit) atau pemerolehan pengetahuan,

namun belajar juga merujuk pada belajar

untuk belajar dan belajar untuk berpikir,

perubahan perilaku, pemerolehan

kesenangan, nilai sosial, atau peran sosial, dan

bahkan perubahan kepribadian.

Hakekat dari pembelajaran sendiri

Page 12: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

bukan mengacu pada prestasi akademis saja

namun perkembangan moral dan akhlak yang

baik menjadi tujuan utama yang

sesungguhnya.

Hubungan dan keterkaitannya dengan

kegiatan literasi yaitu dimana manfaat literasi

sebagai pemacu pola pikir kritis dan logis bagi

peserta didik. Pola pikir kritis diperlukan

ketika peserta didik menghadapi berbagai

macam situasi yang terjadi baik dilingkungna

keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.

Cara berpikir peserta didik yang logis juga

membantu bagaimana mereka membedakan

mana hal yang seharusnya dilakukan dan hal

yang dijauhi.

Guru sebagai pendidik hendaknya

mampu mengarahkan kegiatan peserta

didiknya kearah yang lebih positif, seperti

melakukan literasi. Baik guru kelas maupun

guru per mata pelajaran semua memiliki

kewajiban mengawasi dan memotivasi

peserta didik rutin melakukan literasi. Di

rumah kegiatan peserta didik berada

dalam pengawasan keluarga, namun

pada saat di sekolah guru yang

bertanggung jawab mengawasi kegiatan

peserta didiknya. Oleh sebab itu posisi

atau peran guru dalam kegiatan literasi

sebagai sarana menumbuhkan

kepribadian peserta didik sangat

dibutuhkan kinerjanya.

Manfaat dan Tujuan Literasi bagi

Peserta Didik

Literasi banyak diterapkan oleh

praktisi pendidikan. Salah satunya

adalah lembaga sekolah pada jenjang

pendidikan sekolah dasar.

Perlu diketahui bahwa literasi

memiliki banyak manfaat. Salah satunya

yaitu dengan literasi seseorang dapat

mendapatkan informasi dan

pengetahuan. Misalkan membaca koran

dan majalah. Dengan membaca

seseorang juga mendapatkan hiburan.

National Institute for Literacy,

mendefenisikan Literasi sebagai

“kemampuan individu untuk membaca,

menulis, berbicara, menghitung, dan

memecahkan masalah pada tingkat

keahlian yang diperlukan dalam

pekerjaan, keluarga, dan masyarakat”.

Definisi ini memakai Literasi dari

Perspektif yang lebih kontekstual. Dari

definisi ini terkandung makna bahwa

definisi Literasi bergantung pada

ketrampilan yang dibutuhkan dalam

lingkungan tertentu.

PENUTUP Arus globalisasi telah membawa

banyak perubahan di seluruh bidang

kehidupan secara universal. Dengan

didukung oleh perkembangan Iptek yang

begitu pesat, semua hal yang menyangkut

hajat hidup banyak orang dapat dilakukan

secara praktis. Manusia dengan mudahnya

dapat berhubungan dengan manusia

lainnya dari berbagai letak penjuru dunia.

Selain itu akses untuk mengetahui

berbagai macam informasi dan berita di

dunia sangatlah cepat dan dimudahkan.

Dunia seakan tidak ada sekat atau tanpa

ada pembatas.

Menghadapi globalisasi

yang memiliki dampak positif dan negatif,

dibutuhkan komitmen terhadap prinsip-

prinsip moral yang semakin kuat. Era

Globalisasi bisa dikatakan sebagai

tantangan untuk umat manusia. Bagaimana

cara mensikapi adanya globalisasi adalah

hal yang sangat penting. Seseorang bisa

menghasilkan peluang usaha dengan

memanfaatkan perkembangan iptek

dampak globalisasi, namun seseorang juga

bisa terseret arus globalisasi karena tidak

mempunyai pendirian yang tetap.

Salah satu bidang kehidupan yang

banyak berubah akibat dari globalisasi

yaitu dunia pendidikan. Dilihat dari segi

metode pembelajaran, kurikulum,

interaksi guru-murid dan pergaulan peserta

didik antara zaman dahulu dengan

sekarang jelas terlihat berbeda. Perubahan

tidak hanya dalam hal positif saja, namun

juga dalam hal negatif. Bahkan di

Indonesia dampak negatif lebih dominan.

Dapat dilihat anak SD zaman

sekarang banyak mengalami degradasi

Page 13: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

moral. Contohnya dalam pemakaian tata

bahasa yang tidak sopan kepada guru dan

sering membantah intruksi ataupun tugas

yang diberikan. Berikut data indeks

Pembanguan manusia dalam laporan

terbaru Program Pembangunan tahun 2013,

Indonesia menempati posisi 121 dari 185

negara dalam indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dengna angka 0,629.

Hasilnya Indonesia tertinggal dari dua

negara tetangga ASEAN yaitu Malaysia

(64) dan Singapura (18). Berdasarkan data

tersebut kenyataannya pendidikan karakter

di Indonesia belum optimal sehingga

banyak peserta didik yang tidak memiliki

akhlak dan moral yang baik. Secara tidak

langsung motivasi belajar menurun dan

menyebabkan indeks prestasi akademik

yang rendah.

Sebagai seorang pendidik guru

mempunyai tanggung jawab untuk

menumbuhkan karakter peserta didik yang

baik dan sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila. Pemberian nilai karakter dapat

dilakukan dengan berbagai macam metode

saat pembelajaran berlangsung. Sehingga

nantinya dapat menghasilkan sumber daya

manusia (SDM) berkualitas dan berguna

bagi negara.

Pendidikan literasi pada anak-

anak dilakukan pada masa prasekolah.

Literasi dapat dilakukan dari hal-hal

sederhana seperti membacakan cerita

dongeng, mengenalkan huruf dan angka

dengan cara yang menyenangkan, dan

mengajarkan cara menulis angka dan

huruf. Kegiatan tersebut akan berguna

bagi anak ketika nantinya memasuki

dunia sekolah.Anak akan memiliki minat

baca yang tinggi dan mudah diarahkan

saat usia sekolah. Orang tua tidak perlu

memaksakan anak untuk belajar karena

mereka sudah memiliki kesadaran diri

untuk belajar dan membaca.

UCAPAN TERIMA KASIH Dalam pembuatan journal penulis

pertama – tama mengucapkan Puji Syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa k a r e n a

b e r k a t r a h m a t d a n k a r u n i a N y a

p e n u l i s d a p a t m e n g e r j a k a n

t u g a s d e n g a n l a n c a r .

S e l a n j u t n y a K e p a d a D o s e n

p e n g a m p u m a t a k u l i a h

L a n d a s a n P e n d i d i k a n d a n k e d u a

o r a n g t u a p e n u l i s y a n g t e l l a h

m e m o t i v a s i p e n u l i s . T e r a k h i r

u c a p a n t e r i m a k a s i h p e n u l i s

u c a p k a n k e p a d a S D N e g e r i

G o l o Y o g y a k a r t a y a n g t e l a h

m e n j a d i o b j e k p e n e l i t i a n

p e n u l i s .

DAFTAR PUSTAKA

Mustadi Ali.(2014). KESIAPAN GURU

SD DALAM PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

TEMATIKINTEGRATIF PADA

KURIKULUM 2013 DI DIY.(

<https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/art

icle/view/2717>. Date accessed: 23 oct.

2017.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v2i2.27

17.

Richard, K. (1985). Bagaimana Membesarkan

Anak yang Baik. Jakarta: Cipta Loka

Caraka.

Schunr, D. H. (2012). Motivasi Dalam

Pendidikan. Jakarta: PT Indeks.

Siswoyo, D. (2013). Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: UNY Press.

Sunarso. (2006). Pendidikan

Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY

Press.

Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Setiawati K.(2013).

Darmi. (2015). KOMPETENSI GURU

PRODUKTIF DALAM MENINGKATKAN

SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA PADA

Page 14: LITERASI BUKU SEBAGAI SARANA MENUMBUHKAN …sekarpinilih.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15436/2017/...Sehingga dunia pendidikan bisa mencetak SDM yang unggul dan berguna

SMK NEGERI 3 BANDA ACEH . Jurnal

Administrasi Pendidikan , 33- 45 .

I. K. Setiawati1*, A. R. (2013). PEMBUATAN

BUKU CERITA IPA YANG

MENGINTEGRASIKAN MATERI

KEBENCANAAN ALAM UNTUK

MENINGKATKAN LITERASI MEMBACA

DAN PEMBENTUKAN KARAKTER.

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 129-

135.

Mardalis, A. (2005 ). MERAIH LOYALITAS

PELANGGAN . BENEFIT, 111 - 119 .

Muhammad Nur Wangid, A. M. ( 2013 ).

KESIAPAN GURU SD DALAM

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

TEMATIKINTEGRATIF PADA

KURIKULUM 2013 DI DIY . Jurnal

Pendidikan, 175.

Sihombing, C. E. (2007). ANALISIS PROGRAM

PERCEPATAN BELAJAR (AKSLERASI ) DI

SMAK 1 BPK PENABUR JAKARTA

DALAM RANGKA MENINGKATKAN

PRESTASI SISWA. Jurnal Kompetensi

Manajemen Bisnis , 79 - 105.