lembar kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

read it now

Citation preview

NUTRISI ANAK GIZI BURUKGizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi melalui tatalaksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).Masalah Gizi buruk tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Gizi buruk merupakan dampak dari berbagai macam penyebab, seperti rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat (sosial budaya), dan sebagainya.Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara komprehensip. Perawatan balita gizi burukdilaksanakan di Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit setempat dengan Tim Asuhan Giziyang terdiri dari dokter, nutrisionis/dietisien dan perawat, melakukan perawatan balita gizi burukdengan menerapkan 10 langkah tata laksana anak gizi buruk meliputi fase stabilisas untukmencegah / mengatasi hipoglikemia, hipotermi dan dehidrasi, fase transisi, fase rehabilitasiuntuk tumbuh kejar dan tindak lanjut. Nutrisi berperan penting dalampenyembuhan penyakit. Kesalahan pengaturan diet dapat memperlambat penyembuhanpenyakit. Dengan nutrisi akan memberikan makanan-makanan tinggi kalori, protein dancukup vitamin-mineral untuk mencapai status gizi optimal. Nutrisi gizi buruk diawali denganpemberian makanan secara teratur, bertahap, porsi kecil, sering dan mudah diserap. Frekuensipemberian dapat dimulai setiap 2 jam kemudian ditingkatkan 3 jam atau 4 jam. Pentingdiperhatikan aneka ragam makanan, pemberian ASI, makanan, mengandung minyak, santan,lemak dan buah-buahan. Selain itu faktor lingkungan juga penting dengan mengupayakanpekarangan rumah menjadi taman gizi. Perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih danSehat (PHBS) dengan memperhatikan makanan gizi seimbang, pemberian ASI eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium dan memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.

PENGATURAN DIETa. Fase StabilisasiPada fase ini, peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan tujuanmemberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil. Formula hendaknya hipoosmolarrendah laktosa, porsi kecil dan sering. Setiap 100ml mengandung 75 kal dan protein 0,9 gram.Diberikan makanan formula 75 (F 75). Resomal dapat diberikan apabila anak diare/muntah /dehidrasi, 2 jam pertama setiap jam, selanjutnya 10 jam berikutnya diselang seling dengan F75.b. Fase TransisiPada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung 100 kal dan protein 2,9 gram.c. Fase RehabilitasiTerapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak. Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB 7 kg diberi makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan nilai gizi setiap 100 mlF135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3 gram.d. Fase tindak lanjut dilakukan di rumahSetelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB atau BB/PB -2 SD, tidak ada gejala klinis danmemenuhi kriteria selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan, adaperbaikan kondisi mental, anak sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atauberjalan sesuai umurnya, suhu tubuh berkisar antara 36,5 37, 7 oC, tidak muntah atau diare,tidak ada edema, terdapat kenaikan BB sekitar 50g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut.Mineral Mix dapat diberikan sebagai nutrisi gizi buruk yang terbuat dari bahan yang terdiri dari KCl, tripotasium citrat, MgCl2.6H2O, Zn asetat 2H2O dan CuSO4.5H2O, bahan ini dijadikan larutan.Mineral mix ini dikembangkan oleh WHO dan telah diadaptasi menjadi pedoman TatalaksanaAnak Gizi Buruk di Indonesia. Mineral mix digunakan sebagai bahan tambahan untukmembuat Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO.

Tugas skenario 2

Gabrila Melinda Lantu120 111 205

Du : Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus / bakteri. Adapun penyebab dari gizi buruk adalah : Penyebab langsung karena Penyakit infeksi Penyebab tidak langsung 1. Kemiskinan keluarga2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah3. Sanitasi lingkungan yang buruk4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadaiSedangkan tipe dari gizi buruk yaitu kurang kalori (marasmus), kurang protein (kwashiorkor) dan kurang kalori dan protein ( marasmus kwashiorkor

DDMarasmus : Marasmus adalah salah satu bentuk Malnutrisi paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karen amasukan makanan yang sangat kurang, infeksi,pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan memiliki satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.Gejala dan Tandaa) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.b) Pertumbuhan berkurang atau terhenti.c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput.d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.e) Hipotoni akibat atrofi ototf) Perut buncitg) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkaih) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.Kwashiorkor: Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.Gejala dan Tanda:a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma.b) Pertumbuhan terlambatc) Udemad) Anoreksia dan diare.e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.h) Anak mudah terjangkit infeksii) Terjadi defesiensi vitamin dan mineralMarasmik kwashiorkor: Marasmik Kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.Gejala dan tanda : Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma) gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakaiApabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan protein.

Anamnesis pada penyakit diabetes Melitus Identitas,keluhan utama,riwayat penyakit sekarang,penyakit dahulu,dan riwayat penyakit keluarga.Riwayat pengobatanPertanyaan lain seputar diabetes melitus1.Apakah pasien sering merasa lapar,sering kencing,sering merasa haus2.Apakah pasien sering terbangun dimalam hari untuk kencing?3.Apakah keluarga pasien yg menderita DM?4.Apakah pasien merasakan daya penglihatan mulai menurun5.Apakah pasien sering mengalami kesemutan6.Apakah pada kaki pasien terasa bengkak7.Apakah pasien memiliki riwayat obesitas,hipertensi,atau sakit jantung8.Apakah terdapat penurunan BB secara drastis akhir akhir ini9.Apakah pasien memiliki luka kulit yg sulit sembuh

Cara Screening pada Diabetes Melitus dan Prediabetes

Tingkat pencegahan yang dilakukan setelah promosi kesehatan adalah diagnosis dini. Diagnosis dini ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi dini untuk mengetahui seseorang terkena penyakit DM atau tidak. Upaya skrining merupakan salah satu cara pencegahan dalam diagnosis dini tersebut.

Skrining pada penyakit DM biasanya berupa skrining glukosa darah. Skrining glukosa darah harus sering dilakukan karena sangat berguna untuk orang-orang yang menderita diabetes melitus tetapi tidak bergejala. Selain itu juga perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya skrining glukosa darah karena terbukti tingkat kesadaran untuk memeriksakan glukosa darah secara rutin masih rendah.

Skrining glukosa darah memiliki tujuan untuk melihat kemungkinan adanya penyakit DM tipe 2 yang asimptomatik. Skrining pemeriksaan glukosa darah biasanya:

1. Menggunakan alat yang disebut dengan OP. Dan pada OP yang belum pasti DM maka dilakukan test TTGO.

2. Pemeriksaan skrining glukosa darah dilakukan dengan memeriksa glukosa darah puasa.

3. Pemeriksaan skrining glukosa dilakukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko lainnya (Berat badan berlebih: BBR > 110% berat badan idaman atau IMT > 23 kg/ m2, hipertensi ( 140/ 90 mmHg), turunan pertama dari orang tua dengan DM, riwayat DM gestational, melahirkan bayi dengan BB lahir > 4000 gram, Kolesterol HDL 35 mg/ dL dan atau trigliserida 250 mg/ dL).

Peran HbA1c dalam Skrining dan Diagnosis Diabetes Melitus

HbA1c merupakan prediktor yang lebih kuat dalam menentukan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular dibanding glukosa puasa. Namun, data yang menunjukkkan peran HbA1c sebagai alat skrining diabetes masih sangat terbatas dan bervariasi, sehingga dipandang perlu sekali menetapkan cut-off standar untuk HbA1c. Di masa yang akan datang HbA1c ini diperkirakan akan ditetapkan menjadi salah satu pemeriksaan untuk skrining maupun diagnosis diabetes. Dengan demikian, deteksi dini dan tindakan pencegahan yang efektif dapat dilakukan.

> Skenario 1>> 9. Penatalaksanaan dan prinsip pilar pengobatan DM>> Pilar Penatalaksanaan DM :> 1. Edukasi

A. Perubahan perilaku dan pola hidup

B. Menjelaskan sifat penyakit

C. Memotifasi pengobatan yang teratur

> 2. Terapi gizi medik :

A. Bagian penting dalam pengobatan

B. Melibatkan dokter, ahli gizi, pasien

C. Penting keteraturan makan meliputi 3-J yakni Jadwal, Jenis dan Jumlah

- Komposisi Makanan :

- KBH = 45-65% total kalori

- Protein = 10-20%

- Lemak = 20-25%

- Natrium = 3000 mg (6-7 gram garam

dapur)

- Serat = 25 gram / 1000 kkal/hari

- Pemanis alternatif

Bergizi: gula alkohol dan fruktosa (tidak dianjurkan karena efek samping pada lemak darah)

Tidak bergizi: aspartam, sakarin, sukralose dll

- Rumus Brocca :

BBI=(TB dalam cm - 100) x 1kg

BB Normal : BB ideal 10%

Kurus :< (BBI 10%)

Gemuk :> (BBI + 10%)

- Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = BB(Kg)/TB(m2)

BB Kurang : < 18,5

BB Normal : 18,5 22,9

BB Lebih : 23,0 24,9

Dengan risiko : 23,0 24,9

Obes I : 25,0 29,9

Obes II : > 30

Kebutuhan Kalori :

- BB normal : 25-30 kal/KgBB

- BB kurang : ditambah 20-30%

- BB lebih : dikurangi 20-30%

- koreksi terhadap umur dan aktifitas

- pilihan Makanan

> 3. Latihan Jasmani :

- 3-4 kali seminggu selama 30 menit

- bermanfaat untuk kebugaran, berat badan, sensitifitas insulin

- bersifat aerobik

- jalan kaki, sepeda, jogging, renang

> 4. Interfensi Farmakologi :

> Obat hiperglikemik oral (1) :> - Pemicu sekresi insulin :> 1. Sulfonilurea ( glibenklamid, gliklasid, glipisid, gliquidon, glimepirid )> 2. Glinid ( repaglinid, neteglinid )> - Insulin sensitizer :> 1. Tiasolidindion> 2. Metformin> - Penghambat Glukoneogenesis :> 1. Metformin>> Obat hipoglikemik oral (2) :> - penghambat enzim glukosidase alfa :> 1. Acarbose> - penghambat enzim dipeptidyl peptidase-4 :> 1. Vildagliptin> 2. Sitagliptin>> Obat anti diabetik patenteral :> - insulin : a.human insulin, analog insulin> - inkretin : exenatide, liraglutide> - amylin agonist : pramlintide

14. Farmako :

Obat antidiabetik oral (anti hipoglikemik oral)

1. Pemicu sekresi insulin

- Sulfonilurea (glibenklamid, gliklasid,

glipisid, gliquidon, glimepirid)

- Glinid (repaglinid, nateglinid)

2. Insulin sensitizer

- Tiasolidindion (rosiglitason, pioglitason)

- Metformin

3. Penghambat glukoneogenesis

- Metformin

4. Penghambat Enzim Glukosidase Alfa

- Acarbose

5. Penghambat enzim dipeptidyl peptidase-4

- Vildagliptin

- Sitagliptin

Sulfonilurea :

- OHO paling kuat

- efek samping: hipoglikemia

- hati-hati pada usia lanjut, gangguan fungsi ginjal, gangguan faal hati, gagal jantung

- pemberian : 15-30 menit sebelum makan

Glinid :

- jarang menimbulkan hipoglikemia

- cepat kerja, cepat hilang

- tidak makan, tidak diminum

- pemberian : sesaat sebelum makan

Tianzolidindion :

- meningkatkan jumlah GLUT-4

- menurunkan resistensi insulin

- efek samping: edema, gangguan faal hati

- kontraindikasi: gagal jantung, gangguan faal hati

- pemberian: tidak tergantung jadwal makan

Metformin :

- menekan produksi gula di hati

- meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer

- kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal, pasien yang cenderung hipokemia

- efek samping: mual

- pemberian sebelum , sementara atau sesudah makan

Acarbose :

- menurunkan glukosa darah sesudah makan

- pemberian: bersama makanan suapan pertama

- tidak menimbulkan hipolikemia

- efek samping: kembung, flatulens

DPP-4 inhibitor :

- merangsang sekresi insulin

- menghamat sekresi glukagon

- memperbaiki fungsi sel beta

Obat antidiabetik parenteral:

1. Insulin

- Human insulin

- Analog insulin

2. Inkretin (GLP-1 agonist)

- Exenatide

- Liraglutide

3. Amylin agonist

- Pramlintide

Edukasi: a. Petugas kesehatan medis bekerja sama dengan perangkat-perangkat desa dan melakukan penyuluhan mengenai pentingya menjaga kesehatan gizi anak sejak dilahirkan.Hal ini meliputi:- Melakukan penimbangan BB, TB/PB- Melakukan imunisasi pada balitab. Melakukan penyuluhan mengenai pedoman pemberian makanan yang sehat pada balita:- Umur 0-6 bulan yang diberikan ASI saja- Umur 6-9 bulan diberikan ASI dan makanan lunak- 9-12 bulan diberikan ASI dan makanan lembek- 12-24 bulan diberikan ASI dan makanan keluarga- Pemberiannya harus adekuat

Pencegahan gizi buruk :Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, yaitu:1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.2. Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.5. Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisiyang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Epidemiologi gizi buruk (malnutrisi)

Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). UNICEF pada tanggal 12 september 2008, menyebabkan malnutrisi sebagai penyebab lebih dari 1/3 dai 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran signifikan dalam kematian secara global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rantang yg sangat jauh antara negaa-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan asia tenggara (CWS, 2008)Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur) 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat. Prevelensi nasional gizi buruk pada balita pasa tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/U adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Prevelensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada rencana pembangunan jangkah menengan tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk indonesia sebesar 18,5% maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyaim prevelensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevelensi nasional, yaitu nangroe aceh darusalam 26,5%, sumatra utara 22,7%, sumatra barat 20.2%, riau 21,4%, jambi 18,9%, nusa tenggara barat 24,8%, nusa tenggara timur 33,6%, kalimantan barat 22,5%, kalimantan tengah 27,6%, sulawesi barat 16,4%, maluku 27,8%, maluku utara 22,8%, papua barat 23,2% dan papua 21,2%Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevelensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita tertinggi berturut-turut adalah aceh tengara 48,7%, rote ndao 40,8%, kepulauan aru 40,2%, timor tengah selatan 40,2%, simeulea 39,7%, aceh barat daya 39,1%, mamuju utara 39,1%, tapanuli utara 38,3%, kupang 38,0%, dan buru 37,6%. Sedangkan dengan prevelensi terendah adalah kota tomohon 4,8%, minahasa 6,0%, kota madium 6,8%, gianyar 6,8%, tabana 7,1%, bantul 7,4%, bandung 7,5%, kota magelang 8,2%, kota jakarta selatan 8,3%, bandowoso 8,7%.

Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glikosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa

Skenario 1 (modul gangguan metabolik)1. DU : Diabetes Melitus tipe IIDiabetes melitus tipe II adalah intoleransi karbohidrat yang ditandai dengan resistensi insulin, defisiensi relatif (bukan absolut) insulin, kelebihan produksi glukosa hepar dan hiperglikemi.Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes melitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes melitus (NIDDM).Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis DMDiagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah dan penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal.Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985) 3 hari sebelumnya makan seperti biasa Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan Puasa semalam, selama 10-12 jam Kadar glukosa darah puasa diperiksa Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok2. Diagnosis Banding Diabetes tipe I (diabetes melitus bergantung insulin)Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel pankreas. Diabetes autoimun laten pada dewasa (jarang). Diabetes melitus gestasional. Diabetes melitus sekunder : gangguan pankreas (hemokromatosis, pankreatitis kronis, pankreatektomi), gangguan hormonal (sindrom cushing, akromegali), induksi obat (steroid, tiazid). Terdapat beberapa sindrom klinis dan genetik lain yang jarang terjadi yang berhubungan dengan diabetes.3. Penanganan Nutrisi pada kasus (DM tipe II)Prinsip penanganan-termasuk perencanaan makan dan exercise pada DM tipe II sama seperti pada DM tipe I, kecuali pemberian insulin yang mutlak diperlukan pada diabetes tipe I. Pasien dengan diabetes ynag terkendali baik akan memiliki kadar gula puasa 80-109 mg%, kadar gula 2 jam sesudah makan 80-144 mg% dengan presentase A1c 140/90 mmHg)Kebiasaan kurang olahraga Ras atau etnik tertentu Riwayat pernah mengalami GDPT atau TGTRiwayat DM dalam garis keturunan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, berat badan lahir > 4000 gram, atau pernah mengalami diabetes gestasi Adanya Hipertensi Kadar kol-HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl

Bukan DM Belum Pasti DM DM Kadar GDS (mg/dl) Plasma vena Darah Kapiler

Kadar GDP (mg/dl) Plasma vena Darah kapiler

< 100< 90

< 100< 90

100 199 90 199

100 125 90 99

> 200> 200

> 126> 100Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Diagnosis DM

Prediabetes

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) : GDP 100 125 mg/dl

Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): GD 2 jam PL 140 199 mg/dl

Kombinasi keduanya

Dari hasil pemeriksaan ditemukan kadar gula darah puasa 156 mg/dl dan gula darah 2 jam sesudah makan 245 mg/dl. Disini terjadi peningkatan kadar gula darah baik pada saat pemerikasaan sewaktu maupun ketika puasa. Penigkatan kadar glukosa dalam darah ini menyimpulkan pasien menderita DM.Adapun criteria diagnose DM sebagai berikut:Adanya gejala klasik diabetes (polifagi, polidipsi, berat badan menurun), ditambah :Kadar glukosa plasma sewaktu: > 200 mg/dlatau Kadar glukosa plasma puasa (minimal 8 jam tanpa asupan kalori): > 126 mg/dlatau Kadar glukosa 2 jam sesudah beban 75 gram glukosa: > 200 mg/dl

Deteksi dini DM tipe 2Uji Diagnosis: dilakukan bagi mereka yang memiliki gejala khas DM

Pemeriksaan penyaring (skrining):

Ditujukan bagi mereka yang tidak memiliki gejala khas tetapi memiliki risiko untuk mengalami DMT2Bila (+) dilanjutkan uji diagnostik secara terpisah dengan memakai kriteria standar Sebaiknya hanya dilakukan bagi mereka yg menjalani general check-up atau yg datang ke klinik utk tujuan lain (clinical settings)

PrognosisDubia et bonam Kematian adalah dua samapai tiga kali lebih tinggi di antara orang dengan diabetes tipe 2 dibandingkan pada populasi umum. Sebanyak 75% orang dengan diabetes mellitus tipe 2 akan mati karena penyakit jantung dan 15% karena stroke. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler hingga lima kali lebih tinggi pada orang dengan diabetes dibandingkan orang tanpa diabetes. Untuk setiap kenaikan 1% Pada level HbA1c, resiko kematian dari penyebab diabetes meningkat terkait dengan 21%. Prognosis juga tergantung pada penangan yang diberikan jika sesuai, dapat mengendalikan penyakit DM ini tapi tidak dapat untuk menyembuhkan. Selain itu factor lainnya adalah pola hidup dari penderita.

EPIDEMIOLOGIDiabetes tipe II lebih sering dijumpai dari tipe I, dan kira-kira ditemukan sebayak 90 persen dari seluruh kasus diabetes melitus. Pada kebanyakan kasus, onset diabetes melitus tipe II terjadi diatas umur 30 tahun, sering kali diantara usia 50 dan 60 tahun, dan penyakit ini timbul secara perlahan-lahan. Oleh karena itu, sindrom ini sering disebut sebagai diabetes onset-dewasa. Akan tetapi, akhir-akhir ini dijumpai peningkatan kasus yang terjadi pada individu yang berusia lebih muda, sebagian berusia kurang dari 20 tahun dengan diabetes melitus tipe II. Tren tersebut agaknya berkaitan terutama dengan peningkatan prevalensi obesitas, yaitu faktor resiko terpenting untuk diabetes tipe II pada anak-anak dan dewasa.Diabetes mellitus tipe 2 terjadi paling sering pada orang dewasa berusia 40 tahun atau lebih,dan prevalensi penyakit tersebut meningkat dengan usia lanjut.Memang,penuaan penduduk merupakan salah satu alasan bahwa diabetes melitus tipe 2 menjadi semakin umum.Hampir semua kasus diabetes mellitus pada orang tua adalah tipe 2.

Gambar 1. Pervalensi diabetes berdasarkan umur

Diabetes Mllitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit metabolik yang prevalensinya meningkat dari tahun ketahun. Indonesia dengan jumlah penduduk yang melebihi 200.000.000 jiwa, sejak awal abad ini telah menjadi negara dengan jumlah penderita DM nomor 4 terbanyak didunia. Peningkatan prevalensi diabetes melitus juga terjadi di berbagai kota besar sesuai dengan perilaku tradisional menjadi urban. Salah satu kota yang mengalami peningkatan pervalensi adalah Makassar yang telah meningkat dari 1,5 % pada 1981 menjadi 2,9 % tahun 1998 dan 12,5 pada 2005.

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya ke cenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DMtipe2 di berbagai penjuru dunia.WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besarpada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlahpenyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Laporan dari hasil penilitian di berbagai daerahdi Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980-an menunjukkan sebaran prevalensi DM tipe2 antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil penelitian padarentang tahun1980-2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam. Sebagai contoh, pada penelitian diJakarta (daerah urban), prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 naik menjadi 5,7% tahun 1993 dan meroket lagi menjadi 12,8% pada tahun 2001. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM sebesar14,7% pada daerah urban dan 7,2%, pada daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 jutapenyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk,diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakanterdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1juta didaerah rural. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun2007 oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa preva-lensi DM di daerah urban Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% diPropinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat.

FISIOLOGI DARI PENYAKIT GANGGUAN METABOLIK PADA KASUSCara yang umum dipakai untuk mendiagnosis penyakit diabetes didasarkan pada berbagai tes kimiawi terhadap urin dan darah.Glukosa Urin. Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali, sesuai dengan berat penyakitnya dan asupan karbohidratnya.Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Insulin. Kadar glukosa darah puasa sewaktu pagi hari, normalnya adalah 80 sampai 90 mg/ 100 ml, dan nilai 110 mg/ 100 ml dipertimbangkan sebagai batas atas kadar normal. Kadar glukosa darah puasa di atas nilai ini, seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes melitus atau setidaknya resistensi insulin.Pada diabetes tipe II, konsentrasi insulin plasma dapat beberapa kali lipat lebih tinggi dari nilai normal dan biasanya meningkat lebih banyak setelah pemberian sejumlah glukosa standar selama tes toleransi glukosa.Tes Toleransi Glukosa. Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram glukosa per kilogram berat badan, kadar glukosa darahnya akan meningkat dari kadar kira-kira 90mg/100ml menjadi 120 sampai 140mg/100ml dalam waktu kira-kira dua jam kadar ini akan menurun lagi kembali ke nilai normalnya.Pada pasien diabetes, konsentrasi glukosa darah puasa hampir selalu di atas 110 mg/100 ml dan sering di atas 140mg /100 ml. Selain itu, uji toleransi glukosa hampir selalu abnormal. Sewaktu mencernakan glukosa, orang- orang ini memperlihatkan peningkatan kadar glukosa darah yang jauh lebih besar dari pada peningkatan yang normal. Dan kadar glukosa kembali ke nilai kontrol hanya setelah 4 sampai 6 jam; lebih lanjut, glukosa darah gagal untuk turun dibawah kadar kontrol. Gagalnya glukosa turun di bawah kadar kontrol menunjukkan bahwa (1) peningkatan normal sekresi insulin setelah makan glukosa tidak terjadi atau (2) adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin, insulin plasma yang meningkat pada diabetes tipe II.Pernapasan Aseton. Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat pada pasien diabetes yang berat, dapat diubah menjadi aseton. Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan dalam udara ekspirasi. Pada tahap dini diabetes tipe II, asam keto biasanya tidak diproduksi dalam jumlah berlebih. Namun, bila resistensi insulin sangat parah dan terdapat peningkatan penggunaan lemak sebagai sumber energi, asam keto akan dihasilkan pada orang dengan diabetes tipe II.ROBIN SAMUELMAMESAH120111254RUANG 16 KASUS 2

Faktor risikoFaktor risiko gizi buruk antara lain : - Asupan makanan

Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah.2 Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori.Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.Kelebihan kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu.26 Setiap golongan umur terdapat perbedaan asupan makanan misalnya pada golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun tidak perlu disaring.Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila sudah berumur 2-2,5 tahun.Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin.Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien,menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang dikehendaki.Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut mengkonsumsi hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang. Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan yang meliputi gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan buah.29Menurut penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Magelang, konsumsi protein(OR 2,364) dan energi (OR 1,351) balita merupakan faktor risiko status gizi balita.

- Status sosial ekonomi

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup.31 Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan.1 Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.12Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi.Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk memberikan pelayanan terhadap anaknya.Pekerjaan tetap ibu yang mengharuskan ibu meninggalkan anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan pemberian ASI tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya.Masyarakat tumbuh dengan kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih dihargai secara sosial ekonomi di masyarakat.Pekerjaan dapat dibagi menjadi pekerjaan yang berstatus tinggi yaitu antara laintenaga administrasi tata usaha,tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin,dan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta dan pekerjaan yang berstatus rendah antara lain petani dan operator alat angkut.33 Menurut penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kampar Kepulauan Riau terdapat hubungan bermakna status ekonomi dengan kejadian gizi buruk p=0,0001.34 - pendidikan ibu Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Adanya pendidikan yang rendah tersebut menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupan.35 Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.

Tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi derajat kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap informasi dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan adalah usaha yang terencana dan sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri dan ketrampilan yang diperlukan oleh diri sendiri, masyarakat, bangsa,dan negara.

Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.

- penyakit penyerta

Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak.26Penyakit-penyakit tersebut adalah: 1. Diare persisten :sebagai berlanjutnya episode diare selama 14hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal. Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue, gluten sensitive enteropathi dan penyakit Blind loop.26 2. Tuberkulosis : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terjadipada malam hari. Tuberkulosis ini dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.26 3. HIV AIDS : HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiencyvirus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit.

Penyakit tersebut di atas dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Terdapat hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi kurang maupun gizi buruk.Anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga rentan terhadap penyakit. Di sisi lain anak yang menderita sakit akan cenderung menderita gizi buruk.26 Menurut penelitian yang dilakukan di Jogjakarta terdapat perbedaan penyakit yang bermakna antara balita KEP dengan balita yang tidak KEP(p=0,034) CI 95%

- Pengetahuan ibu

Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi makanan dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragaman makanan yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari

- Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.15Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu ini pada umumnya disebabkan oleh tidak mempunyai uterus yang dapat menahan janin, gangguan selama kehamilan,dan lepasnya plasenta yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering mendapatkan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena prematur.37 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh bayi lahir kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan saat berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh keadaan ibu atau gizi ibu yang kurang baik. Kondisi bayi lahir kecil ini sangat tergantung pada usia kehamilan saat dilahirkan. Peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi,dan anak merupakan faktor utama yang disebabkan oleh BBLR.37 Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk. - Kelengkapan imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Infeksi pada balita penting untuk dicegah dengan imunisasi.13 Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.16 Imunisasi juga dapat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian, menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit, memperbaiki tingkat kesehatan,dan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.34 Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan sistem kekebalan tubuh balita masih belum sebaik dengan orang dewasa.13 22

Sistem kekebalan tersebut yang menyebabkan balita menjadi tidak terjangkit sakit. Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan tubuh balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini mempunyai dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan bibit penyakit.16 Macam- macam imunisasi antara lain:13 a. BCG : vaksin untuk mencegah TBC yang dianjurkan diberikan saat berumur 2 bulan sampai 3 bulan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml pada anak disuntikkan secara intrakutan.13 b. Hepatitis B : salah satu imunisasi yang diwajibkan dengan diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.Usia pemberian dianjurkan sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir.13 c. Polio : imunisasi ini terdapat 2 macam yaitu vaksi oral polio dan inactivated polio vaccine.Kelebihan dari vaksin oral adalah mudah diberikan dan murah sehingga banyak digunakan.13 d. DPT : vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang diinaktivasi.13 e. Campak : imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Pemberian yang dianjurkan adalah sebanyak 2 kali yaitu pada usia 9 bulan dan pada usia 6 tahunf. MMR : diberikan untuk penyakit measles,mumps,dan rubella sebaiknya diberikan pada usia 4 bulan sampai 6 bulan atau 9 bulan sampai 11 bulan yang dilakukan pengulangan pada usia 15bulan-18 bulan.13 g. Typhus abdominal : terdapat 3 jenis vaksin yang terdapat di Indonesia yaitu kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan, dan antigen capsular Vi polysaccharida.13 h. Varicella : pemberian vaksin diberikan suntikan tunggal pada usia diatas 12 tahun dan usia 13 tahun diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8mg.13 i. Hepatitis A: imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis A yang diberikan pada usia diatas 2 tahun.13 j. HiB : Haemophilus influenzae tipe b yang digunakan untuk mencegah terjadinya influenza tipe b dan diberikan sebanyak 3 kali suntikan.

- ASI

Sebanyak 86% bayi 24 mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu formula.25 Berdasarkan riset yang sudah dibuktikan di seluruh dunia, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai enam bulan, dan disempurnakan sampai umur dua tahun.29 Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat antara lain oleh karena praktis,mudah,murah,sedikit kemungkinan untuk terjadi kontaminasi,dan menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu yang penting dalam perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada ASI yaitu merupakan makanan alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang diberikan selalu dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi.27 Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini yang menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat berperan langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan diare.Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia periode 1997-2003 yang cukup memprihatinkan yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.9

TUGAS TUTORIAL, OLEH :TYCHARA KORAH; 120111218Ini yang taruh di slide nech ameliaGambaran Klinis Diabetes MelitusTerdapat 5 buah gambaran klinis dari DM, yaitu :a. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik, katabolik protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.c. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin), pada orang nondiabetes, semua glukosa yang difiltrasi ke dalam urin akan diserap secara aktif kembali ke dalam darah. Pengangkut-pengangkut glukosa di ginjal yang membawa glukosa keluar urin untuk masuk kembali ke darah akan mengalami kejenuhan dan tidak dapat mengangkut glukosa lebih banyak. Karena glukosa di dalam urin memiliki aktivitas osmotik, maka air akan tertahan di dalam filtrat dan diekskresikan bersama glukosa dalam urin sehingga terjadi poliuria.d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di dalam otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. e. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

TUGAS SKENARIO 1Nama: Inez Clarasanti NRI: 120111096Ruang: 16

Pertanyaan :11. Faktor resiko orang bisa terkena penyakit DM tipe II ?Jawaban :Seseorang yang memiliki orangtua atau saudara sekandung yang mengidap diabetes tipe II.Penjelasan DM tipe II berasal dari interasksi genetik dan berbagai faktor mental. Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Penelitian di Jepang mendukung bahwa penyakit ini berhubungan dengan kromoson 3q, 15q dan 20q, serta mengidentifikasi 2 loci potensial yaitu 7p dan 11p yang mungkin merupakan resiko genetik bagi DM tipe II pada masyarakat Jepang. Dalam penelitian ini orang yang memiliki riwayat keluarga lebih beresiko daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM.

Seseorang kelebihan berat badan (obesitas) atau mengidap tekanan darah tinggi memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena diabetes.Penjelasan Hipertensi DM tipe II muncul bersamaan dengan atau mungkin mendahului munculnya diabetes. Hal ini disebabkan pada penderita diabetes sering ditemukan adanya sekumpulan kelainan lainnya seperti : Obesitas sentral, dislipidemia, dan hiperurisemia dan hiperinsulinemia/resistensi insulin atau yang sekarang disebut sindroma metabolik. Sehingga diambil kesimpulan bahwa hipertensi esensial terdapat suatu keadaan resistensi insulin. Dalam penelitian ini orang yang memiliki riwayat hipertensi lebih beresiko terkena DM tipe II dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi meskipun secara statistik tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika yang menunjukan bahwa individu yang mengalami hipertensi 2,5 kali lebih sering mengalami DM tipe II.

Seseorang yang memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi memiliki resiko terkena diabetes yang lebih besar. Dengan diabetes dan kadar lemak yang abnormal, resiko seseorang untuk terkena penyakit jantung meningkat sampai empat kali lipat dibandingkan populasi pada umumnya.

Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak aktif memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terkena diabetes. Resiko ini dapat dikurangi dengan berolahraga secara teratur.Penjelasan : Menurut penelitian FK Universitas Diponegoro aktifitas fisik secara teratur menambah sensitivitas insulin dan menambah toleransi glukosa. Pada penelitian lebih lanjut menunjukan aktifitas fisik mempunyai efek menguntungkan pada lemak tubuh, tekanan darah dan distribusi lemak tubuh atau berat badan yaitu pada aspek ganda sindroma metabolic kronik, sehingga juga mencegah penyakit kardiovaskuler. Dengan demikian olahraga memiliki efek protektif yang dapat dicapai dengan pengurangan berat badan meelalui bertambahnya aktfitas fisik. Pada penelitian ini aktifitas olahraga < 3kali seminggu seelama 30 menit menunjukan fektor resiko lebih tinggi daripada olahraga yang rutin. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa kurangnya olahraga memperlihatkanperbedaan prevalensi DM tipe hingga 2-4 kali lipat

Jika kadar gula darah seseorang secara teratur berada diatas normal, menjadi prediabetic atau calon pengidap diabetes dan kemungkinan besar akan manjadi pengidap diabetes dalam kurun waktu 10 tahun.Penjelasan Euglikemik (kadar glukosa darah normal): kadar glukosa darah puasa 110 mg/dl tapi < 126 mg/dl atau kadar glukosa darah mengikuti OGTT > 140mg/dl tetapi < 200 mg/dl. Orang-orang dengann IGT mempunyai resiko besar menjadi OVERT DIABETES.

Orang dengan kebiasaan merokokPenjelasan Hasil penelitian menunjukan orang dengan kebiasaan merokok lebih beresiko terkena DM tipe II walaupun secara statistic tidak signifikan. Kebiasaan merokok menyebabkan gangguan metabolisme glukosa dan peningkatan resistensi insulin sehingga menyebabkan peningkatan resiko terjadinya DM

PROGNOSISSecara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat catch up dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang vital bagi anak. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita gizi buruk khususnya pada kasus berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada kasus berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena syok. Infeksi berat sering terjadi karena pada gizi buruk sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa. Tetapi prognosisnya tetap brgantung pada penanganan yang di berikan secara tepat dan cepat serta dengan ada tidaknya komplikasi seperti hipotermia, hipoglikemia, diare, dehidrasi, syok, infeksi.

10. edukasi dan pencegahanPenyuluhan diabetesDalam rangka mengantisipasi ledakan jumlah pasien diabetes dan meningkatnya komplikasi terutama PJK makan dilakukan beberapa tindakan pencegahan, selain itu juga dilakukan penyuluhan untuk mendukung strategi dari pencegahan yang ada. Di luar negeri tenaga itu sudah lama ada yang disebut diabetes educator yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi atau pekerja sosial dan lain-lain yang berminat. Di Indonesia atau tepatnya di Jakarta oleh Pusat Diabetes dan Lipid FKUI/RSCM melalui SIDL (Sentral Informasi Diabetes dan Lipid) sejak tahun 1993 telah diselenggarakan kursus penyuluhan diabetes yang sampai saat ini masih berlangsung secara teratur. Kursus itu ternyata mendapat sambutan yang luar biasa di rumah sakit seluruh Indonesia, bahkan di beberapa kota misalnya Bandung, Surabaya, bali, Ujung Pandang, Manado, dan lain-lain. Mereka telah melaksanakan sendiri khusus itu. Untuk sementara kursus dibatasi hanya untuk dokter, perawat dan ahli gizi yang merupakan satu kesatuan kerja di rumah sakit masing-masing. Sampai tahun 2006 sudah dididik sebanyak 1000 orang penyuluh, tersebar di 80 rumah sakit di seluruh Indonesia. Bila tenaga penyuluh diabetes sudah banyak, maka penyuluhan akan lebih banyak dilakukan oleh mereka daripada oleh dokter spesialis yang jumlah dan waktunya terbatas.Dalam pelaksanaannya para penyuluh diabetes itu sebaiknya memberikan pelayanan secara terpadu dalam suatu instalasi misalnya dalam bentuk sentral instalasi yang bekerja 24 jam sehari dan akan melayani oasien atau siapapun yang ingin menanyakan seluk-beluk tentang diabetes terutama sekali tentang penatalaksanaannya termasuk diet dan komplikasinya.

Strategi PencegahanDalam menyelenggarakan upaya pencegahan, maka diperlukan strategi pencegahan yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ada 2 macam strategi yang dijalankan, antara lain :Pendekatan populasi/masyarakat population/community approach)

Semua upaya umum yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat umum. Yang dimaksud adalah mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup berisiko. Upaya ini tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi juga untuk mencegah penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas, oleh karena itu harus dilakukan tidak saja oleh profesi tetapi harus oleh segala lapisan masyarakat termasuk pemerintah dan swasta (LSM, pemuka masyarakat dan agama).Pendekatan individu berisiko tinggi

Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu-individu yang berisiko untuk menderita diabetes pada suatu saat kelak. Pada golongan ini termasuk individu yang :Berumur >40 tahunGemukHipertensiRiwayat keluarga DMRiwayat melahirkan bayi >4kg pada wanitaRiwayat DM pada saat kehamilanDislipidemia

PencegahanMenurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis atau tahap yaitu :Pencegahan PrimerSemua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum. Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya adalah orang yang masih sehat. Cakupannya menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak harus mempropagandakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup berisiko. Menjelaskan kepada masyarakat bahwa mencegah penyakit lebih baik daripada mengobatinya. Kampanye makanan sehat dengan pola tradisional yang mengandung lemak rendah atau pola makanan seimbang adalah alternatif terbaik dan harus sudah mulai ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak taman kanak-kanak.Selain makanan, hindari juga cara hidup yang berisiko. Jaga berat badan agar tidak gemuk dengan olahraga teratur. Dengan menganjurkan olahraga kepada kelompok risiko tinggi, misalnya anak-anak pasien diabetes, merupakan salah satu upaya pencegahan primer yang paling efektif dan murah.

Pencegahan SekunderMenemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversible. Syarat untuk mencegah terjadinya komplikasi adalah kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari sepanjang tahun. Di samping itu tekanan darah dan kadar lipid juga harus normal. Dan supaya tidak ada resistensi insulin, dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah dan lipid itu harus diutamakan cara-cara nonfarmakologis dulu secara maksimal, misalnya dengan diet dan olahraga, tidak merokok, dll. Bila tidak berhasil baru digunakan obat oral maupun insulin.Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang perilaku sehat juga perlu dilakukan. Di samping itu juga diperlukan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai pentalaksanaan dan pencegahan komplikasi. Penyuluhan ini dilakukan kepada org yang sudah terkena diabetes maupun pada orang yang belum terkena tetapi memiliki risiko tinggi. Oleh karena itu pada tahun 1994 WHO menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke dalam upaya pencegahan sekunder supaya dapat diketahui lebih dini dan komplikasi dapat dicegah karena masih reversible.

Pencegahan TersierUpaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya termasuk ke dalam pencegahan tersier. Upaya ini terdiri dari 3 tahap, antara lain :Pencegahan komplikasi diabetes, yang juga dimasukkan sebagai pencegahan sekunder.Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus kepada penyakit organ.Mencegah terjadinya kecacatan yang disebabkan oleh karena kegagalan jaringan atau organ.

Dalam hal ini perlu dilakukan kerja sama yang baik antara dokter dan pasien. Selain itu perlu dilakukan penyuluhan secara menyeluruh kepada masyarakat yang dilakukan oleh penyuluh diabetes (diabetes educator).

13. Manifestasi KlinikPoliuria (peningkatan pengeluaran urin) dan adanya glukosa dalam urin. Ditemukannya glukosa dalam urin disebabkan karena nilai glukosa darah meningkat dan melebihi nilai batas ambang (180 mg/dl) darah untuk timbulnya glukosa dalam urin sehingga glukosa yang masuk ke dalam tubulus ginjal untuk difiltrasi melebihi jumlah yang dapat di reabsorbsi dan akhirnya dikeluarkan bersama dengan urin. Keluarnya kadar glukosa ke dalam urin ini juga menimbulkan efek diuresis osmotik. Diuresis osmotik adalah efek osmotik glukosa dalam tubulus ginjal yang sangat mengurangi reabsorbsi cairan tubulus. Efek keseluruhannya adalah kehilangan cairan yang sangat besar dari urin, sehingga menyebabkan dehidrasi ekstrasel, yang selanjutnya menimbulkan dehidrasi kompensatorik cairan intrasel.Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel, terjadi pula dehirasi intrasel karena cairan intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang timbulnya rasa haus.Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi pula penurunan berat badan.Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Gangguan aliran darah yang dijumpai pada pasien diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan.

Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan sekresi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

Novita Limbu Tasik 120111079Komplikasi Gizi Buruk :Pada saat terjadinya malnutrisi seluruh organ akan mengalami penurunan massanya kecuali otak dimana malnutrisi tidak menyebabkan perubahan pada massanya. Pada saat malnutrisi akan terjadi proses penghancuran LEAN BODY MASS untuk melepaskan asam amino untuk proses glukoneogenesis. Sebagaimana kita ketahui asam amino dan untuk protein lainnya penting dalam tubuh untuk sistem imunitas dan proses penyembuhan penyakit. Apabila keadaan ini berlangsung asam amino tubuh juga berkurang, otot-otot paru juga mengalami kelemahan dan akhirnya menyebabkan :Penurunan sistem imunPasien mudah mengalami pneumoniaKematianPenurunan mentalKekuatan otot menurunFungsi jantung tergangguAnoreksiaAnemia beratDehidrasi berat (ditandai dengan adanya letargis dan apatis, anak gelisah dan rewel, tidak ada air mata saat menagis, mata cekung, mulut dan lidah kering, ada rasa haus, turgor kulit lambat, kulit pucat dan dingin, serta nadi cepat dan lemah)Demam sangat tinggiPenurunan kesadaranKasus 210. Edukasi dan pencegahanEdukasi diberikan kepada orang tua dan menasihati orang tua untuk mencari pertolongan apabila terdapat komplikasi-komplikasi dari keadaan diare anak. Kondisi yang mungkin terjadi seperti demam, tinja yang berdarah, mutah yang terjadi berulang-ulang.Cara untuk mencegah diare antara lain adalah sebagai berikut :1. Pemberian ASI saja sampai dengan 4-6 bulan.2. Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum memasak, mengolah makanan dan makan, sebelum memberi makan pada anak-anak.3. BAB pada tempatnya.4. Jangan makan di sembarang tempat.5. Menggunakan air matang untuk minum.6. Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal 2 tahun pertama, meningkatkan status gizi,dan imunisasi.7. Meletakkan makanan di tempat tertutupPencegahan DiareDiare pada anak usia muda di daerah tropis biasanya disebabkan oleh infeksi usus. Tindakan pencegahan terhadap diare yang dapat dilakukan antara lain :a. Pemberian air susu ibu (ASI) :1. Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai kurang lebih anak berusia satu tahun2. Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, harusnya : jangan beri cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama dalam hari-hari awal kehidupan anak, memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir, menyusukan sesuai keperluan (peningkatan pengisapan meningkatkan penyediaan susu), keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan payudara selama masa pemisahan dari bayi, jika ibu bekerja diluar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka berikan ASI sebelum meninggalkan rumah, sewaktu kembali dimalam hari dan pada kesempatan dimana ibu berada bersama bayi, ibu seharusnya terus memberikan ASI sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit. Hal ini sangat penting jika bayi menderita diare.b. Perbaikan cara menyapih1. Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih yang bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya makanan saring lunak2. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup : makanan pokok di masyarakat (biasanya serealia atau umbi), kacang atau kacang polong, sejumlah makanan dari hewan, sebagai contoh produk susu, telur dan daging, serta sayuran hijau atau sayuran jingga3. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak atau lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih4. Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi5. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah dan peralatan yang bersih6. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih sebelum dimakan7. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan dahulu sebelum dimakan8. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan ke dalam lemari es.c. Penggunaan banyak air bersih : air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia, sumber air harus dilindungi dengan : menjauhkan dari hewan, melokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber air, serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber, air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air, air untuk masak dan minum untuk anak harus dididihkan.d. Cuci tangan. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik : setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah membuang tinja anak, setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memberi makan anake. Menggunakan kakus :1. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang masih berfungsi (kakus harus digunakan oleh semua anggota keluarga yang cukup besar)2. Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor secara teratur3. Jika tidak ada kakus anggota keluarga harus :a. Buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak bermain dan kurang lebih 10 meter dari sumber airb. Jangan buang air besar tanpa alas kakic. Tidak mengijinkan anak mengunjungi daerah buang air besar sendirif. Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat :1. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus2. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus3. Bersihkan segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannyag. Imunisasi campak. Anak harus diimunisasi campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.

PATOFISIOLOGI DIABETES TIPE 2

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu(1,2) :1. Resistensi insulin2. Disfungsi sel pancreas

13

Akhir-akhir ini banyak juga dibahas mengenai peran sel pancreas, amilin dan sebagainya. Resistensi insulin adalah keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan resisten terhadap efek insulin menyebabkan sel pancreas mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih besar untuk mempertahankan homeostasis glukosa darah ,sehingga terjadi hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan keadaan euglikemia. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe 2, kadar glukosa darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinemia; disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah.(1,2)Keadaan glukotoksistas dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin relatif (walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel pancreas mengalami disfungsi dan terjadilah gangguan metabolisme glukosa berupa Glukosa Puasa Terganggu, Gangguan Toleransi Glukosa dan akhirnya DM tipe 2.Akhir-akhir ini diketahui juga bahwa pada DM tipe 2 ada peran sel pancreas yang menghasilkan glukagon. Glukagon berperan pada produksiglukosa di hepar pada keadaan puasa. (1,2) Pengetahuan mengenaipatofisiologi DM tipe 2 masih terus berkembang, masih banyak hal yang belum terungkap. Hal ini membawa dampak pada pengobatan DM tipe 2 yang mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga para ahli masih bersikap hati-hati dalam membuat panduan pengobatan. (1,2)