Upload
fauzi-akbar
View
46
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Document
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan air tawar merupakan salah satu alternatif hasil perikanan untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani. Potensi produksi budidaya air tawar di perairan
umum, kolam air tawar, saluran irigasi, dan mina-padi (nila, mas, gurame, lele, patin,
bawal air tawar, dan lain-lain) seluas 13,7 juta ha diperkirakan sebesar 5,7 juta
ton/tahun, dan baru diproduksi sebesar 0,3 juta ton (5,5 %) pada tahun 2003 Salah
satu ikan air tawar yang saat ini diminati adalah ikan lele (Clarias batrachus).
Lele adalah ikan yang hidup didasar kolam, kebiasaan makannya adalah
bervariasi, mereka makan serangga, cacing, sejenis udang kecil, decomposing organic
matter, juga tumbuh-tumbuhan dan masih bisa hidup jika lingkungan hidupnya
sedikit tidak bersahabat suatu misal lingkungan yang kurang oksigen, dimana ikan
lain sudah susah hidup tetapi lele masih. Ikan lele tumbuh dengan cepat dan resistant
terhadap lingkungan. Pada masa mudanya para lele ini adalah pemakan plankton dan
hewan air yang berukuran kecil, sedangkan pada masa muda dan dewasa beralih
menjadi pemakan detritus.
Pada usia satu tahun berat badannya kira-kira lebih dari 100 gram dan bisa
hidup lama sehingga panjang badan bisa mencapai sekitar 2 meter. Sebenarnya ikan
lele adalah ikan air tawar, tetapi ada pula saudaranya yang hidup di air laut. Ikan lele
ini tersebar didunia mulai dari Eropa sampai Amerika dan banyak sekali jenisnya.
Beberapa tahun yang lalu di Indonesia diperkenalkan satu jenis lagi ialah lele dumbo,
menilik dari namanya lele ini berukuran super dan pertumbuhannya cepat sekali
sehingga ukuran konsumsi bisa didapatkan dalam waktu yang relatif singkat.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana metode atau teknik pembesaran Lele dumbo?
b. Bagaimana cara memanajemen kualitas air yang akan digunakan untuk
pembesaran Lele dumbo?
c. Bagaimana cara yang dilakukan sehingga pembesaran Lele dumbo
mendapatkan hasil yang maksimal?
d. Bagaimana cara manajemen pemberian pakan pada Ikan Lele?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui metode atau teknik pembesaran ikan Lele.
b. Untuk mengetahui cara memanajemen kualitas air yang baik untuk mendukung dalam pembesaran Lele.
c. Untuk mengetahui cara yang telah dilakukan sehingga pembesaran Lele
dumbo dapat mencapai hasil yang maksimal.
d. Untuk mengetahui cara manajemen pemberian pakan pada ikan lele
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Lele Dumbo (Clarias bathracus)
Klasifikasi Lele dumbo menurut (Burchell, 1822)adalah :
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias bathracus
2.2 Habitat dan Penyebaran
Lele dumbo mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air. Bila
sudah dewasa, lele dumbo dapat beradaptasi pula pada lingkungan perairan yang
mengalir. Parameter kualitas air yang disukai oleh lele dumbo adalah brsuhu sedang
(22–25 0C), keasaman (pH) normal (6,5-7,5) kandungan oksigen cukup.
Menurut Najiyati (1992), lele dumbo termasuk ikan air tawar yang menyukai
genangan air yang tidak tenang. Di sungai-sungai, ikan ini lebih banyak dijumpai di
tempat-tempat yang aliran airnya tidak terlalu deras. Kondisi yang ideal bagi hidup
lele dumbo adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24–26 0C. Kandungan
O2 yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung dalam
jaringan tubuhnya. Sebaliknya penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba, dapat
menyebabkan kematiannya.
3
2.3 Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
1. Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
2. Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
3. Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
4. Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya (Anonim, 2010).
2.4 Pendederan Ikan Lele
Pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm
dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa
enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang
menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele
dipindahkan ke kolam pendederan ini. (Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2003)
2.5 Manajemen Pemberian Pakan
Pemberian pakan lele dumbo harus disesuaikan dengan besar mulut
ikan.Menurut Rustidja (2004) Pakan anakan lele dapat berupa :
a. Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik)
dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari.
b. Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi,
terutama kadar proteinnya.
4
2.6 Manajemen Kualitas Air
Lele dumbo dikenal mampu hidup dalam air yang kualitasnya rendah, namun
budidaya lele dumbo lebih berhasil apabila kualitas air kolam juga baik. Kondisi yang
ideal bagi kehidupan lele dumbo adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu
24–26 0C. Kandungan O2 yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya penurunan kandungan
O2 secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematian (Nagaisori, 2009).
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
a. Air harus bersih berwarna hijau cerah
b. Kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).
c. Bebas senyawa beracun seperti amoniak
d. mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).
2.7 Manajemen Kesehatan Ikan
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai
ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh
kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong
tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan
lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting
dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi.Namun
apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan
pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa,
bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat)
atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang
digunakan juga harus sesuai.
5
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Alat
- Kolam Semen
- Bak Plastik
- Jaring
- Peralatan Aerasi
- Baskom
- Timbangan Triple Beam
3.1.2 Bahan
- Air sebagai media
- Ikan Lele
- Kapur
- Pelet
3.2 Metode
Praktikum Budidaya perairan tawar lebih ditekankan pada kegiatan produksi
pembesaran ikan, tahapan dalam melakukan praktikum ini adalah :
1. Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah yang digunakan adalah kolam semen, yaitu dengan cara dilakukan
pembersihan kolam dengan cara disikat dengan bersih, kemudian dilanjutkan dengan
pengeringan kolam selama 3 hari. Selanjutnya dilakukan pengisian air dan
pemupukan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan fitoplankton untuk
berfotosintetis. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Nmetode
pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara ditebar atau digantungkan dalam
karung dibadan air, dampak pemupukan dapat dilihat dan perubahan warna air.
2. Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan setelah wadah pemeliharaan sudah dipersiapkan
dengan baik, akan tetapi, sebelumnya benih telah diaklimatisasi terlebih dulu selama
6
minimal 3 jam dalam wadah yang lain. Kepadatan penebaran tergantung jenis ikan
yang akan dibudidayakan, sebelum ditebarkan, benih terlebih dulu ditimbang untuk
mengetahui bobot rata-rata dan bobot biomassa, serta untuk menyesuaikan kebutuhan
pakan yang akan diberikan.
3. Pemberian pakan dan Pembuatan pakan Fermentasi
Pakan yang diberikan berupa pakan pelet dan pakan fermentasi. Pemberian
pakan sebesar 5% dari bobot biomassa yang diberikan sebanyak 1X sehari untuk
pakan pellet dan pemberian pakan sebesar 10% dari bobot biomassa diberkan
sebanyak 2x sehari, setiap seminggu sekali dilakukan sampling bobot rata-rata ikan,
laju pertumbuhan dan menyesuaikan kebutuhan pakan ikan yang akan diberikan.
Dalam pemberian pakan fermentasi sebelumnya pakan dibuat terlebih dulu, yaitu
dengan campuran probiotik khusus untuk pakan, tetes pada bahan pembuatan pelet,
seperti ampas tahu, pelet ikan dedak, yang dicampur adukkan menjadi satu dan baru
dapat digunakan selama 3 hari sesudah fermentasi.
a. Untuk minggu pertama diberikan pakan pellet sebanyak 23,55 gram dan pakan
fermentasi sebanyak 47,1 gram.
b. Untuk minggu kedua diberikan pakan pellet sebanyak 3 gram dan pakan
fermentasi sebanyak 6 gram.
c. Untuk minggu ketiga diberikan pakan pellet sebanyak 4,92 gram dan
fermentasi sebanyak 9,84 gram.
d. Untuk minggu keempat tidak diberikan pakan.
Cara pembuatan pakan fermentasi yaitu:
menyiapkan ampas tahu sebanyak 20 kg
mencampurkan tetes sebanyak 2 liter dengan probiotik sebanyak 200 ml,
hingga rata
ampas tahu di campukan dengan campuran tetes dan probiotik, kemudian
ditambahkan dedak sebanyak 10 kg dan pellet sebanyak 2 kg, dicampur
hingga rata
7
campuran tersebut dimasukkan kedalam plastik, kemudian di simpan selama
3-5 hari, dalam proses penyimpanan pakan yang disimpan akan mengalami
fermntasi.
4. Pengukuran Kualitas Air
Parameter kualitas air diukur dengan parameter fisika,kimia dan biologi,
pengukuran kualitas air dilakukan seminggu sekali pada pagi, siang dan sore hari.
5. Pemberantasan hama dan penyakit
Setiap hari perlu ada dilakukan pemantauan terhadap ikan maupun lingkungan
tempat pemeliharaannya guna mengontrol terhadap munculnya hama maupun
penyakit yang menyerang ikan budidaya. Bila dijumpai ikan yang terserang penyakit,
maka secepatnya di ambil dan ditempatkan dalam wadah tersendiri untuk dilakukan
pengobatan.
6. Pemantauan Populasi dan pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan akan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan
cara mengambil sampling ikan budidaya. Kemudian dilakukan penimbangan dan
dicatat hasilnya.. Pemantauan populasi juga dapat dilakukan dengan cara menghitung
kelulus hidupan ikan budidaya pada akhir penelitian. Pertumbuhan dan
kelulushidupan dapat dihitung dengan rumus sbb :
a. Laju Pertumbuhan sesaat/Spesific Growth Rate (SGR)
SGR = In Wt – In Wo X 100% t
Dimana : SGR : Laju Pertumbuhan Sesaat (%BW/hari)
Wt : Berat Rata-rata Individu Pada Akhir Penelitian (gr)
Wo : Berat Rata-rata Individu Pada Awal Penelitian (gr)
t : Lama Penelitian (Hari)
b. Pertumbuhan Mutlak (Growth Rate)
H = Wt – Wo
Dimana : H : Pertumbuhan Mutlak
Wt : Berat Rata-rata Individu Pada Akhir Penelitian (gr)
Wo : Berat Rata-rata Individu Pada Awal Penelitian (gr)
8
c. Kelangsungan Hidup/ Survival rate (SR)
SR = Nt X 100 % No
Dimana : SR : Kelulus Hidupan Ikan (%)
Nt : Jumlah Ikan yang Hidup Pada Akhir Penelitian (Ekor)
No : Jumlah Ikan Pada Awal Penelitian (Ekor)
d. Perhitungan Rasio Konversi Pakan / Feed Conversion Ratio (FCR)
FCR = € Pakan Yang dikonsumsiWt – Wo
Dimana : FCR : Rasio Konversi Pakan
Wt : Berat Rata-rata Individu Pada Akhir Penelitian (gr)
Wo : Berat Rata-rata Individu Pada Awal Penelitian (gr)
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Waktu
Sampling
Kualitas
air
Berat
Biomassa
Jumlah
Pakan
SGR GR SR FCR Kondisi
ikan
1 Minggu
1
Sal : 1
Su : 27
Ph : 7
Nit : 0
Rat : 25
Amo : 1
Pho : 0
471 gr Pelet
23,55
gr
Fermen
47,1 gr
- - - - Baik
2 Minggu
II
Sal : 5
Su : 27
Ph : 7
Nit : 0
Rat : 50
Amo : 1
Pho : 1
60 gr Pelet
3 gr
Fermen
6 gr
- - - - Ikan
Mati
dalam
jumlah
yang
banyak
kerena
terserang
penyakit
3 Minggu
III
Sal : 3
Su : 28
Ph : 7
Nit:0,15
Rat : 25
Amo : 0
Pho : 0
98,4 gr Pellet
4,92 gr
Fermen
9,84 gr
- - - - Tebar
ikan lagi
sebanyak
200 ekor
Kondisi
ikan baik
10
4 Minggu
IV
0 0 0 0 0 -70 Mati
4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan Kolam
Kolam pada praktikum budidaya perairan tawar ini adalah jenis kolam betton,
yang berukuran 5x3 M. Pada tahap persiapan kolam dimana kolam beton tersebut
dicuci, disikat dengan bersih lalu di keringkan dan dibiarkan berjemur dibawah panas
matahari langsung selama 3 hari. Hal ini dilakukan agar penyakit, bakteri maupun
pathogen dari ikan dapat diminimalisir maupun di bunuh sehingga dalam proses
budidaya ikan lele tidak terserang penyakit. Kemudian barulah air di isi ¾ bagian dari
kolam dan dibiarkan selama kurang lebih 1 minggu agar phytoplankton dapat tumbuh
dan menjadi makanan alami dari ikan lele, setelah warna air telah berubah barulah
benih di masukkan ke dalam air kolam tersebut dan pada saat penebarab dilakukan
aklimatisasi terlebih dahulu untuk menghindari ikan yang akan stres.
4.2.2 Pembelian Bibit dan Penebaran
Bibit lele yang kita budidayakan adalah berasal dari balai benih ikan
kepanjen, pembelian bibit lele sebanyak 500 ekor ukuran 5-7 cm. Ikan lele yang
didapat dari balai benih tersebut dibawa dan langsung kita tebar di dalam sterofoam,
sebab persiapan air yang kita persiapkan belum sepenuhnya maksimal, air belum
berubah warnanya.
4.2.3 Manajemen Kualitas air
Setiap pertemuan praktikum juga dilakukan pengecekan kualitas air. Air
adalah media hidup dari ikan lele jika terjadi kualitas air yang tidak optimal dari
kolam tersebut hal ini akan menyebabkan lele tersebut mudah terserang penyakit,
stres pertumbuhan yang lama serta akan mengurangi nafsu makan ikan. Lele dapat
hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk
pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 ppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu 22-32°C
Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu
11
makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.., pH 6-9, NH3 kurang dari 1 ppm dan
daya tembus matahari ke dalam air maksimum 30 cm Suhu air yang ideal untuk
pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. (Lukito, 2002). Dari hasil tersebut
bahwa kualitas air yang ditest masih layak untuk dibudidayakan.
4.2.4 Sampling Ikan
Kegiatan sampling ikan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ikan yang
akan kita budidayakan terjadi penambahan berat badan (tumbuh) atau malah
berkurang hal ini menentukan berhasil atau tidaknya budidaya yang kita lakukan.
Metode yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ikan ini adalah dengan
metode sampling, dimana untuk mencari berat rata-rata ikan adalah :
”jumlah berat sampling ikan X Jumlah padat tebar”Jumlah Sampling Ikan
Setelah mengetahui berat rata-rata ikan maka dihitung kembali untuk
biomassa ikan, dimana untuk mencari berat rata-rata ikan adalah :
”Berat Rata-rata Ikan X Jumlah Padat Tebar Ikan”
Mengetahui Biomassa ikan adalah sangat penting agar dapat menjadi patokan
dalam pemberian efisiensi pakan yang baik dan tidak berlebihan dan juga menimalisir
akan terjadi borosnya penggunaan biaya dalam pakan dan juga dapat memperburuk
kualitas air. Dengan melihat hasil yang didapatkan dari budidaya ikan, berat biomassa
ikan pada minggu pertama memiliki berat 471 gram, pada minggu kedua mengalami
penurunan sampai pada biomassa 60 gram. Ini disebabkan ikan terkena penyakit
sehingga ikan banyak mengalami kematian pada minggu kedua, selain disebabkan
oleh kualitas air yang kurang bagus, melihat dari kondisi optimum untuk budiaya
ikan lele memiliki suhu sekitar 24-27oC sedangkan suhu pada minggu ketiga
memiliki suhu sampai pada 28oC, akibat dari perbedaan suhu tersebut dapat
menyebabkan ikan strees selama 1 minggu karna suhu merupakan hal yang paling
kritis pada budiaya ikan. Selain suhu kandungan nitrit pada perairan tersebut naik
0,15 sedangkan nitrat memiliki nilai 25. Sehingga kualitas air tersebut menurun.
12
4.2.5 Pemberian Pakan dan Pembuatan Pakan Fermentasi
Lele tergolong ikan rakus, Dihabitat aslinya ikan ini memangsa cacing, siput
air, jentik-jentik, kutu air, dan larva serangga air. Selain itu, makanan dari limbah
rumah tangga, seperti sisa nasi, sisa lauk, ampas tahu, jeroan ayam, dan limbah
kotoran binatang pun disantapnya. Bahkan, jiak kekurangan makanan lele memangsa
temannya sendiri yang berukuran lebih kecil. Lele memang bersifat kanibal. Pelet
juga merupakan makanan terbaik bagi lele karna kandungan gizi dan protein telah
dipertimbangkan dengan cukup baik. Namun harganya memang realatif tinggi.
Pemberian pelet pun harus dikontrol. Jika terlalu banyak, ikan akan keracunan. Jadi
untuk menimalisir hal tersebut maka dilakukan pembuatan pakan fermentasi yang
berfungsi untuk menekan harga pakan sehingga jika dalam usaha mendapatkan
keuntungan yang lebih banyak lagi.
Dalam pembuatan pakan fermentasi di perlukan adanya alat dan bahan untuk
mendukung baik atau tidaknya pakan yang akan kita buat, yaitu berupa ampas tahu
10 Kg, pelet ikan 1 – 1.5 kg yang berfungsi untuk menambah aroma dari pakan
tersebut, tetes 1 ml yaitu larutan bekas limbah pembuatan gula, Probiotik khusus buat
pakan sebanyak 100 ml yang berfungsi untuk memfermentasikan semua bahan yang
dicampurkan dan dedak 5 kg, setelah dicampur semua maka dilakukan fermentasi
selama 3 hari. Pemberian pakan ikan pada praktikum kali ini adalah dari 2 jenis pakan
yaitu pelet dan fermentasi, pakan pelet diberikan 5% dari berat tubuh ikan, dam pakan
fermentasi diberikan 10% dari berat tubuh ikan.
4.2.6 Kelangsungan Hidup ikan Lele yang dibudidayakan
Tingkat kelangsungan hidup suatu populasi ikan merupakan nilai persentase
jumlah ikan yang berpeluang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Tingkat
kelangsungan hidup atau survival rate (SR) akan sangat menentukan produksi yang
akan diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara Adanya
perbedaan kondisi lingkungan yang drastis yang dialami benih lele secara tiba-tiba
ketika baru dipindahkan ke wadah pembesaran akan menyebabkan ikan stres dan
meningkatkan resiko mortalitas. Sekalipun hanya stres, kemudian ikan akan rentan
mengalami sakit atau cacat dan pada akhirnya mati.
13
Benih lele yang dibudidayakan sebanyak 500 ekor mati, hal ini dikarenakan
adanya serangan penyakit yang menyerang kolam betton, kondisi kolam juga sangat
buruk, banyak lumut yang tumbuh ditepi dinding kolam, setelah 2 minggu ikan
tersisa 25 ekor, lalu barulah dilakukan pemanenan hal ini untuk menyelamatkan sisa
lele yang di pelihara. Lele tersebut dipelihara dan dipindahkan dalam lab pembenihan
dan dipelihara didalam bak fiber, kemudian ditambah dengan 200 ekor benih lele
yang dibeli langsung dari petani.
Kolam yanag terserang penyakit tersebut dibersihkan dan diolah lagi seperti
biasa, yaitu mulai dari pembersihan kolam hingga penumbuhan plankton sesuai
dengan prosedur, tetapi ikan setelah ditebar 3 hari kemudian terjadi lagi diserang oleh
penyakit, hingga sekarang semua ikan tersebut mati dan dapat dipastikan pembesaran
lele yang dilakukan dikolam beton tersebut dapat dikatakan gagal.
4.2.7 Kendala Penyakit yang menyerang ikan lele
Hama penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu rusaknya bagian kulit
ikan yang didahuli dengan munculnya benjolan-benjolan dipermukaan kulit. Ikan
yang sakit ini biasanya selalu berada dipermukaan air pinggir kolam. Penyakit
tersebut disebabkan oleh bakteri aeromonas. Pengobatan penyakit ini tergolong sukar.
Jika belum terlalu parah, lele yang sakit masih bisa diselamatkan. Caranya ada dua
yaitu diberi antibiotic serbuk, seperti tetrasiklin/ streptomycin dan dapat juga
diberikan anti bakteri forazilidon. Apabila keadaan ikan sudah parah, ikan tersebut
sebaiknya dipisahkan atau dibuang agar tidak menular pada ikan-ikan yang lain.
Pada saat budidaya ikan lele dikolam betton banyak ikan lele yang berada
dipermukaan air, diberi pakan ikan tersebut tidak mau makan, stres ikan sangat tinggi,
hal ini lah yang menyebabkan kegagalan dalam proses pembesaran ikan lele. Dengan
melihat hal tersebut maka diberikan perlakuan dalam ikan tersebut, dengan cara
memindahkan ikan dari kolam tersebut ke kolam yang lain karna dengan gejala
tersebut ikan mengalami stress akibat kualitas air yang buruk. Air yang mengalami
kualitas air yang buruk tersebut di ganti dengan air yang baru sehingga kualitas air
tersebut dapat kembali membaik.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan praktikum yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses budidaya pembesaran ikan lele dikolam betton dapat dikatakan gagal sebab
hingga batas akhir praktikum yang dilakukan ikan lele semua mati
2. Banyaknya penyakit yang menyerang ikan lele adalah salah satu penyebab
kegagalan dalam proses budidaya pembesaran ikan lele, hal ini karena kurangnya
opengetahuan cara mengatasi penyakit yang menyerang lele tersebut.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum yang dilakukan, terdapat asisten yang memantau
kerja dari praktikan dan jika terdapat penyakit pada ikan sebaiknya sisten membantu
memberikan solusi untuk memberikan perlakuan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2010.PembuatanKolamBudidayaLele.http://promosipeluangusaha.com/
peluang-usaha-budi-daya-ikan-lele/. Diakses tanggal 22 desember.
Burchell, 1822. Klasifikasi Lele. http://lelehibrida.blogspot.com.klasifikasi-lele-
dumbo.html. Dikases tanggal 22 desember 2011.
Lukito AM. 2002. Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Agromedia. Jakarta
Nagaisori.2009.Kualitas Air .http://nagaisori.com/. AksesTanggal 22Januari 2011.
Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Puspowardoyo, H. dan Djarijah, A. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo
Hemat Air. Kanisius Yogyakarta.
Rustidja. 2004. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Fakultas Perikanan Universitas
Brawijaya. Malang.
16