Upload
ririez-erma
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
1/14
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PERTANIAN BERKELANJUTAN
PENERAPAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
LOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
Oleh:
Neneng Reta Rantika (A1C011041)
Lilis Ermawati (A1C011043)
Indah Lestari (A1C011045)
Sarah Khalifah (A1C011053)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
2/14
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakangIsu kerusakan lingkungan saat menjadi semakin santer di berbagai media
massa. Kerusakan lahan akibat praktek usaha yang dilakukan manusia telah
memberikan dampak yang sangat besar terhadap perubahan kesimbangan
lingkungan yang berakibat pada terjadinya perubahan iklim yang drastis serta
terjadinya berbagai bencana (Resosoedarmo, R.S, 1989).
Usaha pertanian disebutkan memberikan kontribusi yang cukup besar dalamkerusakan lingkungan pada beberapa dekade terakhir. Peningkatan penduduk yang
begitu besar harus dimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan secara cepat
pula. Berbagai usaha pertanian terus dikembangkan seiring permintaan produk
yang begitu tinggi. Berbagai masukan teknologi diberikan dengan harapan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat secara memuaskan (Soemarwoto, O. 2001).
Seiring dengan seruan revolusi hijau dan gerakan swasembada pangan,
usaha pertanian dilakukan dengan sangat intensif, untuk mengejar produksi yang
tinggi. Namun demikian, hal tersebut ternyata tidak dibarengi dengan
profesionalisme dan perencanaan yang matang sehingga tidak mengedepankan
konsep keberlanjutan. Pengusahaan lahan pertanian yang begitu intensif
mengambil hara dalam bentuk hasil panenan tidak diimbangi dengan
pengembalian input yang sesuai, sehingga menyebabkan degradasi lahan dan
kerusakan lingkungan yang efeknya berkepanjangan bahkan tidak hanya terjadi di
wilayah pengusahaan pertanian namun berimbas ke daerah lain yang memiliki
hubungan perairan terutama daerah sedimentasi maupun muara sungai (Sunaryo,
L dan Joshi. 2003).
Dalam mengembangangkan suatu sistem pertanian, kita harus
mengedepankan konsep keberlanjutan. Pemanfaatan teknologi pengelolaan lahan
serta konservasi sumberdaya air sangat penting untuk diterapkan dalam suatu
sistem pertanian yang berkelanjutan. Karena konsep sistem pertanian yang
berkelanjutan tergantung pada seluruh kemajuan dari sisi kesehatan manusia serta
kesehatan lahan.
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
3/14
Saat ini kita juga mengenal sebuah konsepLow Eksternal Input Sustainable
Agriculture (LEISA) yang merupakan penyangga dari konsep pertanian terpadu
dan pertanian yang berkelanjutan. Konsep ini mengedepankan pemanfaatan
sumber daya lokal sebagai bahan baku pola pertanian terpadu, sehingga nantinya
akan menjaga kelestarian usaha pertanian agar tetap eksis dan memiliki nilai
efektifitas, efisiensi serta produktifitas yang tinggi. Dalam konsep ini
dikedepankan dua hal: yang pertama adalah memanfaatkan limbah pertanian
terutama sisa budidaya menjadi pakan ternak dan yang kedua adalah mengubah
limbah peternakan menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan kembali
dalam proses budidaya tanaman.
Konsep LEISA merupakan penggabungan dua prinsip yaitu agro-ekologi
serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat/tradisional. Agro-
ekologi merupakan studi holistik tentang ekosistem pertanian termasuk semua
unsur lingkungan dan manusia. Dengan pemahaman akan hubungan dan proses
ekologi, agroekosistem dapat dimanipulasi guna peningkatan produksi agar dapat
menghasilkan secara berkelanjutan, dengan mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan bagi lingkungan maupun sosial serta meminimalkan input
eksternal. Konsep ini menjadi salah satu dasar bagi pengembangan pertanian yang
berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan menurut definisi dari Gips, 1986 cit.
Reijntjes, (1999) adalah :
Mantap secara EkologisYang berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan
kemampuan agroekosistem secara keseluruhan, dari manusia, tanaman, dan
hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi
jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakatdipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya lokal
dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa,
dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah
pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa
diperbarui.
Bisa berlanjut secara ekonomis
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
4/14
Yang berarti bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan
kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang
mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan.
Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha
tani yang langusng namun juga dalam hal fungsi seperti melestarikan sumber
daya alam dan meminimalkan resiko.
AdilYang berarti bahwa sumber daya dan kekuasaan didistribusikan
sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat
terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang
memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin. Semua orang
memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan
baik di lapangan maupun di dalam masyarakat. Kerusuhan sosial bisa
mengancam sistem sosial secara keseluruhan, termasuk sistem pertaniannya.
ManusiawiYang berarti bahwa, semua bentuk kehidupan tanaman, hewan, dan
manusia dihargai. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati, dan
hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar,
seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa sayang.
Integritas budaya dan spiritual masyarakat dijaga dan dipelihara.
LuwesYang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya
pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain.
Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang sesuai, namunjuga inovasi dalam arti sosial dan budaya.
Apabila kita telah dapat menghayati dan meresapi konsep pertanian
berkelanjutan maka kedepan tentunya kita akan dapat meminimalisir terjadinya
kerusakan lingkungan sekaligus memelihara tatanan sosial yang sehat di
masyarakat kita, karena bagaimanapun kelestarian lingkungan (agrekosistem)
yang merupakan sumber kehidupan masyarakat kita di masa lalu, kini dan masa
mendatang.
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
5/14
Saat terjadi krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan
kesenjangan penghasilan yang semakin besar. Petani termasuk dalam rakyat
berdaya beli rendah yang sangat merasakan dampak masalah perekonomian ini.
Karena umumnya petani menggunakan teknologi pertanian yang bergantung pada
penggunaan bahan kimia yang tinggi atau pertanian kovensional. Padahal hampir
setiap bahan kimia yang digunakan tersebut didatangkan dari luar negeri.
Sehingga ketika daya beli rakyat rendah maka input yang dibutuhkan menjadi
langka dan jumlah output menjadi turun. Padahal yang dibutuhkan petani adalah
suatu sistem pertanian yang mampu meningkatkan pendapatan dan berkelanjutan.
Sistem pertanian telah berkembang mulai dari ramah lingkungan sampai
konvensional atau modern. Pertanian dengan sistem konvensional kemudian
dikenal dengan sebutan HEIA (High External Input Agriculture). HEIA
menggunakan beragam atau banyak input external diluar sistem untuk menunjang
pertumbuhan produk pertanian. Namun sistem konvensional merupakan teknologi
yang sarat dengan agrokimia terutama bagi pupuk dan insektisida. Walaupun
sistem konvensional menyebabkan hasil produk pertanian meningkat namun
dampak yang dirasakan dalam jangka panjang adalah produktivitas lahan menurun
serta kandungan kimia berbahaya dari pupuk maupun insektisida terserap oleh
hasil produk pertanian tersebut. Sehingga timbul beragam penyakit bagi manusia
yang mengkonsumsinya.
Disamping itu terdapat LEIA (Low External Input Agriculture) yaitu
penggunaan sedikit atau tidak sama sekali input external dari luar sistem. Namun
karena LEIA banyak dipraktekkan di kawasan rawan erosi yaitu lahan-lahan
marjinal di lereng perbukitan, degradasi tanah akibat keluarnya hara terangkut
hasil panen tidak terganti oleh masukan external. Tidak adanya lahan alternatifbagi petani untuk menanam tanaman pertanian menyebabkan lahan marjinal terus
di eksploitasi oleh petani. Sehingga baik HEIA dan LEIA menyebabkan pertanian
tak berkelanjutan.
Adanya kelemahan-kelemahan dari sistem LEIA dan HEIA menyebabkan
petani butuh suatu sistem lain yang dapat membuat pertanian dapat berkelanjutan.
LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) merupakan sistem
pertanian yang memanfaatkan penggunaan sumber daya yang tersedia secara local
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
6/14
serta mengkombinaikan berbagai komponen seperti hewan, tumbuhan dan
manusia. Sehingga berbagai komponen tersebut saling melengkapi satu sama lain.
Dalam LEISA masukan external yang tinggi dihindari terutama bahan-bahan
kimia berbahaya. Sebaliknya pemasukan input didapatkan dari dalam sistem yang
dibuat sendiri. Hal ini diharapkan mampu memaksimalkan ekosistem menjadi
lebih produktif dan berkelanjutan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penerapan pertanianberkelanjutan di Indonesia
2. Mahasiswa lebih mengetahui secara detail konsep penerapan LEISA (LowExternal Input Agriculture)
3. Mahasiswa dapat menganalisa sistem LEISA dari berbagai aspek
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
7/14
II. PEMBAHASAN
Tidak ada satu metode pertanian yang secara tunggal memiliki kunci
keberlanjutan. Sistem pertanian apa pun, apakah itu padat bahan kimia atau
alamiah di lihat dari berbagai sudut pandang bersifat melestarikan sumber
daya, sedangkan dari sudut lain bersifat boros, tidak berwawasan lingkungan atau
mencemarkan. Sudah sering dipertanyakan berapa lama energi dari luar dan
suplai unsur hara, bahan bakar minyak, petrokimia dan pupuk mineral dari luar
dapat dipertahankan. Namun dengan langsung mengganti anternatif nonkimia
belum tentu akan membuat pertanian lebih berkelanjutan. Misalnya penggunaanpupuk kandang secara tidak bijaksana dapat mencemarkan tanah dan permukaan
seburuk pencemaran yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia secara
berlebihan. Begitu pula pemakaian pestisida yang dibuat dari tumbuhan bisa
sama bahayanya dengan pestisida kimia.
LEISA adalah Pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan), manusia
(tenaga, pengetahuan dan keterampilan) yang tersedia ditempat dan layak secara
ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya
lokal. Ciri-ciri sitem ini antara lain: (a) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem
usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling
melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa, (b) berusaha
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan
berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan
manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar
biasa.
Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan
meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator),
mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara, khususnya
melalui penambatan Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan pemanfaatan
pupuk luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
8/14
matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan
pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya
genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan
tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi.
Sistem LEISA telah diterapkan di beberapa desa di Indonesia, salah satunya
di Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur. Sistem
LEISA yang diterapkan di desa tersebut adalah sistem LEISA pada lahan basah
yang terdiri dari 1,25 hektar sawah dan 0,05 hektar kolam. Kepemilikan kedua
lahan tersebut berbeda sehingga manajemen usaha taninya pun berbeda dan
terpisah.
Sebelum diubah menjadi sistem LEISA, biasanya lahan sawah dimanfaatkan
untuk usaha tani dengan teknologi yang masih konvensional. Komoditas yang
biasa dibudidayakan adalah padi dan ubi jalar dengan pola tanam per tahunnya
padi-padi-bera atau padi-ubi jalar-bera. Sedangkan kolamnya biasa dimanfaatkan
untuk budidaya ikan seperti nila, bawal dan patin serta beternak itik dengan
teknologi yang dikembangkan oleh petani sendiri. Kedua lahan tersebut kemudian
diintegrasikan menjadi satu kesatuan manajemen bersistem LEISA. Lahan sawah
dan kolam yang dipilih tersebut atas dasar pertimbangan dari segi aspek ekonomis
dan sosial.
Dalam mengaplikasikan praktik pertanian bersistem LEISA perlu
diperhatikan juga kelayakan penerapan usaha yang terdiri dari satu kesatuan
pengelolaan usaha tani tanaman, ternak itik dan perikanan air tawar. Pemilihan
komoditi yang akan diusahakan juga perlu mempertimbangkan penghasilan yang
akan diterima oleh petani baik dari usaha tani tanaman, ternak maupun perikanan.
Untuk pertanaman dapat memberikan penghasilan 3-5 bulan, ternak itikmemberikan penghasilan setiap hari dan perikanan memberikan penghasilan
setiap 40 hari. Jenis usaha yang dilakukan tersebut mempertimbangkan prinsip
intensitas penggunaaan lahan yang tinggi, baik dari aspek ekonomi maupun dari
aspek ekologi (pendaur-ulangan hara).
Usaha tani tanaman, peternakan maupun perikanan menghasilkan produk
utama berupa bahan pangan dan penghasilan bagi pengelolanya serta produk
ikutan berupa sumber masukan internal (input) untuk kebutuhan proses produksi
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
9/14
tanaman dan hewan. Produk ikutan dari produksi tanaman dan hewan ini
merupakan hasil dari pendaurulangan hara di dalam sistem sehingga mengurangi
penggunaan masukan usahatani dari luar sistem yang pada akhirnya dapat
menekan biaya usaha tani.
Komoditas tanaman yang diusahakan yaitu padi sawah, cabai dan jagung
manis. Masing-masing komoditas ditanam menempati kurang lebih sepertiga luas
sawah kemudian dirotasikan satu sama lain. Pertanaman ganda dilakukan untuk
mengurangi resiko ekonomi jika terjadi kegagalan pertanaman atau harga produk
suatu jenis tanaman rendah. Rotasi tanaman semusim dilakukan dengan
mempertimbangkan perlunya inkorporasi kompos biomas hasil sampingan ke
dalam tanah. Komoditas tersebut menghasilkan bahan pangan, limbah bahan
kompos (jerami, sekam) dan limbah pakan ikan (dedak, menir, split). Frekuensi
pengusahaannya pun disesuaikan dengan potensi lahan yang digunakan, terutama
ketersediaan air atau curah hujan setempat.
Selain itu terdapat keong mas yang biasanya menjadi hama untuk tanaman
padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan itik. Dari budidaya ikan dapat dihasilkan
benih ikan. Kolam seluas 0,5 ha dibagi menjadi 0,2 ha untuk memelihara ikan
patin dengan skala usaha 75.000 ekor, 0,1 ha untuk memelihara ikan bawal
dengan skala usaha 100.000 ekor dan 0,2 ha untuk memelihara ikan nila sebanyak
4 liter. Itik yang dipelihara ditempatkan di pematang kolam sebanyak 1000 ekor.
Dari ternak itik dihasilkan telur, daging, dan pupuk kandang untuk pertanaman
serta kotorannya dimanfaatkan untuk ikan.
Sarana produksi dan produk di dalam lahan usaha ditangani sedemikian
rupa sehingga daur ulang produk ikutan atau limbah yang telah diolah dapat
berlangsung. Sistem pengelolaan tanaman dan ternak memanfaatkan masukaninternal semaksimal mungkin. Penggunaan masukan eksternal seperti pupuk
anorganik dan pestisida buatan akan sangat dibatasi. Bahan organik untuk pakan
ternak dan ikan yang didatangkan dari luar lahan pun akan diutamakan dengan
menggunakan limbah pasar terdekat. Demikian pula, pemasaran produk
diupayakan ke pasar terdekat secara langsung tanpa perantara atau mengundang
pembeli langsung datang ke lahan usaha tani.
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
10/14
Kegiatan usahatani dirancang sedimikian rupa, serinci mungkin berdasarkan
jadwal yang telah disusun. Peruntukkan lahan ditetapkan dengan prinsip bahwa
arus energi dan pemanfaatan limbah di kebun dilakukan semaksimal mungkin.
Tata cara pendaur ulangan unsur-unsur hara yang efisien dapat dilakukan dengan
mengatur tata letak komoditi dan proses produksi yang tepat di lapang.
Pengadaan berbagai alat dan bahan produksi dilakukan berdasarkan
kepentingan utama yang diperlukan dalam pembangunan prasarana usahatani.
Sebelum kegiatan di lapang dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan pertemuan
antar anggota pengelola dan pengelola dengan karyawan untuk kepentingan
pengarahan.
Proses produksi pertanian dilakukan dengan berpegang teguh pada prinsip-
prinsip LEISA. Pemenuhan sarana produksi pertanian termasuk bahan dan alat
pertanian dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan di lapang.
Selama proses produksi berlangsung, hal-hal ataupun kejadian penting harus
dicatat dengan teliti, seperti pelaksanaan jadwal penanaman dan pemeliharaan
tanaman, jadwal pemberian pakan ternak da ikan, hasil panen komoditi yang
diusahakan, pengomposan, volume hasil dan nilai jual hasil panen hingga segala
kebutuhan yang dikonsumsi oleh keluarga petani. Perlu adanya dukungan dari
pemerintah maupun masyarakat setempat agar kegiatan kebun berkembang
melalui sosialisasi kegiatan kebun. Selain itu, perlu dibina pula relasi dengan
universitas pertanian demi tercapainya tujuan tersebut. Ketahanan usaha dapat
ditingkatkan dengan cara mempertahankan pasar atau konsumen yang ada serta
mengupayakan pasar-pasar alternatif. Perlu dijaga kepercayaan dari bank dengan
upaya pengembalian pinjaman bunga secara tepat waktu. Demikian pula,
pelaksanaan daur produksi komoditi yang diusahakan secara berkala agar sesuaidengan waktu yang telah ditentukan.
Tahapan persiapan kegiatan dilaksanakan pada bulan pertama, kegiatan
yang dilakukan mulai dari perancangan secara rinci mengenai kegiatan di lapang,
pengadaan prasarana dan sarana produksi pertanian, selanjutnya diadakan
pertemuan pengelola dan dengan calon tenaga kerja sebelum terjun langsung ke
lapangan. Tahapan selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan pada
bulan kedua. Kegiatan yang dilakukan setelah pengadaan prasarana dan sarana
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
11/14
produksi pertanian adalah proses produksi pertanian, pemasaran dan penguatan
pasar hasil pertanian, pertemuan berkala pengelola dengan para karyawan. Demi
kelancaran kegiatan dilakukan pemantauan dan perbaikan kegiatan oleh spesialis
LEISA. Spesialis LEISA juga berperan sebagai pendamping petani di lapang dan
memantau kegiatan serta penilai ketagguhan usaha tani. Selanjutnya semua
pinjaman beserta bunganya dikembalikan. Hal yang terpenting adalah sosialisasi
kepada lembaga pemerintah maupun lembaga swasta terkait dan masyarakat
setempat.
Tahap pemantapan kegiatan dilakukan sejak bulan ke 24. Beberapa kegiatan
pada tahap ini adalah pengembalian pinjaman dan bunganya hingga bulan ke-36,
penguatan pasar produk dan hubungan kelembagaan usahatani, promosi kegiatan
kepada masyarakat tani setempat.
Analisis keuangan dari kelayakan agribisnis LEISA menurut jenis
komponen usahataninya yakni produksi tanaman, produksi telur itik, dan produksi
benih ikan, memperlihatkan bahwa pertanaman ganda dan diversifikasi
pengusahaan ikan lebih menguntungkan dibanding monokulturnya masing-
masing, padahal besar biaya yang dikeluarkan sama. Hal ini karena terdapat
tambahan keuntungan dari pemanfaatan pematang kolam untuk beternak itik
petelur. Apabila menggunakan sistem pertanian non LEISA, input yang ada tidak
dapat dilaksakan secara optimal.
Kelayakan usaha dalam sistem ini dinilai dengan criteria net present value
(NPV), net benefit cost ratio(Net B/C), dan internal rate of return (IRR). Nilai
NPV sebesar Rp.38.556.960,- menunjukkan bahwa usaha tersebut layak atau
feasible untuk dilaksanakan karena besarnya lebih dari nol. Nilai Net B/C sebesar
1,43 artinya bahwa pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha tersebutadalah 1,43 di atas total biaya. Nilai IRR 39,42 lebih besar dari nilai DF (Diskon
Faktor) 18 % menunjukkan bahwa nilai investasi tersebut layak untuk dilakukan.
Sistem LEISA dari sisi teknis mudah dilakukan karena input yang
dibutuhkan dapat diperoleh dari dalam sistem tersebut. Misalnya sisa tanaman
digunakan sebagai pakan ternak dan limbah kotoran ternak tersebut dapat
digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman. Namun, tidak semua petani dapat
melakukan dua kegiatan usaha tani yang berbeda dalam satu tempat yang sama
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
12/14
seperti bertani dan beternak. Dalam LEISA ini juga harus diperhitungkan jumlah
antara tanaman dan hewan ternak yang dibudidayakan. Kebutuhan masing-masing
kegiatan dalam sistem ini harus dapat dipenuhi dari dalam sistem itu sendiri.
Sistem LEISA dari sisi ekonomi lebih menguntungkan dibanding dengan
sistem pertanian monokultur sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Karena, dengan biaya yang sama petani dapat menghasilkan output lebih dari satu
macam. Keuntungan disini tidak hanya diukur dari hasil usaha taninya saja, tetapi
juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan
resiko yang terjadi terhadap lingkungan.
Sistem LEISA dari sisi lingkungan lebih ramah lingkungan diantaranya
sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis, pengendalian OPT dengan
menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati.
Dari sisi sosial masyarakat sistem LEISA mudah diadopsi masyarakat
pedesaan atau petani. Mereka mampu menyesuaikan dengan perubahan kondisi
usahatani. Namun, sistem ini belum banyak dikenal oleh masyarakt dan masih
banyak dipertanyakan karena dalam beberapa tahun terakhir ini, pertanian organic
modern masuk ke dalam sistem pertanian Indonesia secara kecil-kecilan dan tidak
merata disetiap daerah.
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
13/14
III.KESIMPULAN
LEISA atau Low External Input and Sustainable Agriculture (pemberian
input rendah dari luar untuk pertanian berkelanjutan). Secara singkat LEISA dapat
dijabarkan sebagai berikut: 1) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya local, 2)
Maksimalisasi daur ulang (zero waste), 3) Minimalisasi kerusakan lingkungan
atau ramah lingkungan, 4) Diversifikasi usaha, 5) Pencapaian tingkat produksi
yang stabil dan memadai, 6) Menciptakan kemandirian petani.
LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka
pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam
jangka panjang. Disamping itu, LEISA merupakan penggabungan dua prinsip
yaitu agroekologi serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat
atau kearifan local.
LEISA (Low external input sustainable agriculture) tidak bisa
dipresentasikan sebagai solusi mutlak terhadap masalah-masalah pertanian dan
lingkungan yang mendadak di dunia ini, tetapi LEISA bisa memberikan
kontribusi yang berharga untuk memecahkan beberapa permasalahan tersebut:
LEISA terutama merupakan suatu pendekatan pada pembangunan pertanian yang
ditujukan pada situasi di daerah-daerah pertanian tadah hujan yang terabaikan
oleh pendekatan-pendekatan konvensional.
LEISA (Low external input sustainable agriculture) merupakan suatu
pilihan yang layak bagi petani dan bisa melengkapi bentuk-bentuk lain produksi
pertanian. Karena sebagian besar petani tidak mampu untuk memanfaatkan input
buatan itu atau hanya dalam jumlah yang sangat sedikit, maka perhatian perlu
dipusatkan pada teknologi yang bisa memanfaatkan sumber daya lokal secara
efisien. Petani yang kini menerapkan HEIA, bisa saja mengurangi pencemaran
dan biaya serta meningkatkan efisiensi input luar dengan menerapkan beberapa
teknik LEISA.
7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
14/14
DAFTAR PUSTAKA
Reijntjes, C., Haverkort, B., dan Ann Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa
Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar
Rendah(eds. Terjemahan). Kanisius: Yogyakarta.
Resosoedarmo, R.S., Kartawinata, K., dan Soegiarto, A. 1989. Pengantar
Ekologi. Remadja: Bandung.
Soemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Djambatan: Jakarta.
Sunaryo, L dan Joshi. 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem
Agroforestri. World Agroforestry Centre: Bogor.
Wahju Q. Mugnisjah, Suwarto, Dan Ahmad S. Solihin. 2000.Agribisnis Terpadu
Bersistem Leisa Di Lahan Basah : Model Hipotetik. Institut Pertanian
Bogor: Bogor