leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    1/14

    TUGAS TERSTRUKTUR

    MATA KULIAH PERTANIAN BERKELANJUTAN

    PENERAPAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

    LOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    Oleh:

    Neneng Reta Rantika (A1C011041)

    Lilis Ermawati (A1C011043)

    Indah Lestari (A1C011045)

    Sarah Khalifah (A1C011053)

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    PURWOKERTO

    2013

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    2/14

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar belakangIsu kerusakan lingkungan saat menjadi semakin santer di berbagai media

    massa. Kerusakan lahan akibat praktek usaha yang dilakukan manusia telah

    memberikan dampak yang sangat besar terhadap perubahan kesimbangan

    lingkungan yang berakibat pada terjadinya perubahan iklim yang drastis serta

    terjadinya berbagai bencana (Resosoedarmo, R.S, 1989).

    Usaha pertanian disebutkan memberikan kontribusi yang cukup besar dalamkerusakan lingkungan pada beberapa dekade terakhir. Peningkatan penduduk yang

    begitu besar harus dimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan secara cepat

    pula. Berbagai usaha pertanian terus dikembangkan seiring permintaan produk

    yang begitu tinggi. Berbagai masukan teknologi diberikan dengan harapan dapat

    memenuhi kebutuhan masyarakat secara memuaskan (Soemarwoto, O. 2001).

    Seiring dengan seruan revolusi hijau dan gerakan swasembada pangan,

    usaha pertanian dilakukan dengan sangat intensif, untuk mengejar produksi yang

    tinggi. Namun demikian, hal tersebut ternyata tidak dibarengi dengan

    profesionalisme dan perencanaan yang matang sehingga tidak mengedepankan

    konsep keberlanjutan. Pengusahaan lahan pertanian yang begitu intensif

    mengambil hara dalam bentuk hasil panenan tidak diimbangi dengan

    pengembalian input yang sesuai, sehingga menyebabkan degradasi lahan dan

    kerusakan lingkungan yang efeknya berkepanjangan bahkan tidak hanya terjadi di

    wilayah pengusahaan pertanian namun berimbas ke daerah lain yang memiliki

    hubungan perairan terutama daerah sedimentasi maupun muara sungai (Sunaryo,

    L dan Joshi. 2003).

    Dalam mengembangangkan suatu sistem pertanian, kita harus

    mengedepankan konsep keberlanjutan. Pemanfaatan teknologi pengelolaan lahan

    serta konservasi sumberdaya air sangat penting untuk diterapkan dalam suatu

    sistem pertanian yang berkelanjutan. Karena konsep sistem pertanian yang

    berkelanjutan tergantung pada seluruh kemajuan dari sisi kesehatan manusia serta

    kesehatan lahan.

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    3/14

    Saat ini kita juga mengenal sebuah konsepLow Eksternal Input Sustainable

    Agriculture (LEISA) yang merupakan penyangga dari konsep pertanian terpadu

    dan pertanian yang berkelanjutan. Konsep ini mengedepankan pemanfaatan

    sumber daya lokal sebagai bahan baku pola pertanian terpadu, sehingga nantinya

    akan menjaga kelestarian usaha pertanian agar tetap eksis dan memiliki nilai

    efektifitas, efisiensi serta produktifitas yang tinggi. Dalam konsep ini

    dikedepankan dua hal: yang pertama adalah memanfaatkan limbah pertanian

    terutama sisa budidaya menjadi pakan ternak dan yang kedua adalah mengubah

    limbah peternakan menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan kembali

    dalam proses budidaya tanaman.

    Konsep LEISA merupakan penggabungan dua prinsip yaitu agro-ekologi

    serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat/tradisional. Agro-

    ekologi merupakan studi holistik tentang ekosistem pertanian termasuk semua

    unsur lingkungan dan manusia. Dengan pemahaman akan hubungan dan proses

    ekologi, agroekosistem dapat dimanipulasi guna peningkatan produksi agar dapat

    menghasilkan secara berkelanjutan, dengan mengurangi dampak negatif yang

    ditimbulkan bagi lingkungan maupun sosial serta meminimalkan input

    eksternal. Konsep ini menjadi salah satu dasar bagi pengembangan pertanian yang

    berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan menurut definisi dari Gips, 1986 cit.

    Reijntjes, (1999) adalah :

    Mantap secara EkologisYang berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan

    kemampuan agroekosistem secara keseluruhan, dari manusia, tanaman, dan

    hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi

    jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakatdipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya lokal

    dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa,

    dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah

    pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa

    diperbarui.

    Bisa berlanjut secara ekonomis

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    4/14

    Yang berarti bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan

    kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang

    mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan.

    Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha

    tani yang langusng namun juga dalam hal fungsi seperti melestarikan sumber

    daya alam dan meminimalkan resiko.

    AdilYang berarti bahwa sumber daya dan kekuasaan didistribusikan

    sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat

    terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang

    memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin. Semua orang

    memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan

    baik di lapangan maupun di dalam masyarakat. Kerusuhan sosial bisa

    mengancam sistem sosial secara keseluruhan, termasuk sistem pertaniannya.

    ManusiawiYang berarti bahwa, semua bentuk kehidupan tanaman, hewan, dan

    manusia dihargai. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati, dan

    hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar,

    seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa sayang.

    Integritas budaya dan spiritual masyarakat dijaga dan dipelihara.

    LuwesYang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri

    dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya

    pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain.

    Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang sesuai, namunjuga inovasi dalam arti sosial dan budaya.

    Apabila kita telah dapat menghayati dan meresapi konsep pertanian

    berkelanjutan maka kedepan tentunya kita akan dapat meminimalisir terjadinya

    kerusakan lingkungan sekaligus memelihara tatanan sosial yang sehat di

    masyarakat kita, karena bagaimanapun kelestarian lingkungan (agrekosistem)

    yang merupakan sumber kehidupan masyarakat kita di masa lalu, kini dan masa

    mendatang.

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    5/14

    Saat terjadi krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan

    kesenjangan penghasilan yang semakin besar. Petani termasuk dalam rakyat

    berdaya beli rendah yang sangat merasakan dampak masalah perekonomian ini.

    Karena umumnya petani menggunakan teknologi pertanian yang bergantung pada

    penggunaan bahan kimia yang tinggi atau pertanian kovensional. Padahal hampir

    setiap bahan kimia yang digunakan tersebut didatangkan dari luar negeri.

    Sehingga ketika daya beli rakyat rendah maka input yang dibutuhkan menjadi

    langka dan jumlah output menjadi turun. Padahal yang dibutuhkan petani adalah

    suatu sistem pertanian yang mampu meningkatkan pendapatan dan berkelanjutan.

    Sistem pertanian telah berkembang mulai dari ramah lingkungan sampai

    konvensional atau modern. Pertanian dengan sistem konvensional kemudian

    dikenal dengan sebutan HEIA (High External Input Agriculture). HEIA

    menggunakan beragam atau banyak input external diluar sistem untuk menunjang

    pertumbuhan produk pertanian. Namun sistem konvensional merupakan teknologi

    yang sarat dengan agrokimia terutama bagi pupuk dan insektisida. Walaupun

    sistem konvensional menyebabkan hasil produk pertanian meningkat namun

    dampak yang dirasakan dalam jangka panjang adalah produktivitas lahan menurun

    serta kandungan kimia berbahaya dari pupuk maupun insektisida terserap oleh

    hasil produk pertanian tersebut. Sehingga timbul beragam penyakit bagi manusia

    yang mengkonsumsinya.

    Disamping itu terdapat LEIA (Low External Input Agriculture) yaitu

    penggunaan sedikit atau tidak sama sekali input external dari luar sistem. Namun

    karena LEIA banyak dipraktekkan di kawasan rawan erosi yaitu lahan-lahan

    marjinal di lereng perbukitan, degradasi tanah akibat keluarnya hara terangkut

    hasil panen tidak terganti oleh masukan external. Tidak adanya lahan alternatifbagi petani untuk menanam tanaman pertanian menyebabkan lahan marjinal terus

    di eksploitasi oleh petani. Sehingga baik HEIA dan LEIA menyebabkan pertanian

    tak berkelanjutan.

    Adanya kelemahan-kelemahan dari sistem LEIA dan HEIA menyebabkan

    petani butuh suatu sistem lain yang dapat membuat pertanian dapat berkelanjutan.

    LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) merupakan sistem

    pertanian yang memanfaatkan penggunaan sumber daya yang tersedia secara local

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    6/14

    serta mengkombinaikan berbagai komponen seperti hewan, tumbuhan dan

    manusia. Sehingga berbagai komponen tersebut saling melengkapi satu sama lain.

    Dalam LEISA masukan external yang tinggi dihindari terutama bahan-bahan

    kimia berbahaya. Sebaliknya pemasukan input didapatkan dari dalam sistem yang

    dibuat sendiri. Hal ini diharapkan mampu memaksimalkan ekosistem menjadi

    lebih produktif dan berkelanjutan.

    B. Tujuan

    1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penerapan pertanianberkelanjutan di Indonesia

    2. Mahasiswa lebih mengetahui secara detail konsep penerapan LEISA (LowExternal Input Agriculture)

    3. Mahasiswa dapat menganalisa sistem LEISA dari berbagai aspek

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    7/14

    II. PEMBAHASAN

    Tidak ada satu metode pertanian yang secara tunggal memiliki kunci

    keberlanjutan. Sistem pertanian apa pun, apakah itu padat bahan kimia atau

    alamiah di lihat dari berbagai sudut pandang bersifat melestarikan sumber

    daya, sedangkan dari sudut lain bersifat boros, tidak berwawasan lingkungan atau

    mencemarkan. Sudah sering dipertanyakan berapa lama energi dari luar dan

    suplai unsur hara, bahan bakar minyak, petrokimia dan pupuk mineral dari luar

    dapat dipertahankan. Namun dengan langsung mengganti anternatif nonkimia

    belum tentu akan membuat pertanian lebih berkelanjutan. Misalnya penggunaanpupuk kandang secara tidak bijaksana dapat mencemarkan tanah dan permukaan

    seburuk pencemaran yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia secara

    berlebihan. Begitu pula pemakaian pestisida yang dibuat dari tumbuhan bisa

    sama bahayanya dengan pestisida kimia.

    LEISA adalah Pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan

    pemanfaatan sumberdaya alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan), manusia

    (tenaga, pengetahuan dan keterampilan) yang tersedia ditempat dan layak secara

    ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya

    lokal. Ciri-ciri sitem ini antara lain: (a) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan

    sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem

    usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling

    melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa, (b) berusaha

    mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan

    berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan

    manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar

    biasa.

    Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung

    pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan

    meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator),

    mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara, khususnya

    melalui penambatan Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan pemanfaatan

    pupuk luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    8/14

    matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan

    pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya

    genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan

    tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi.

    Sistem LEISA telah diterapkan di beberapa desa di Indonesia, salah satunya

    di Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur. Sistem

    LEISA yang diterapkan di desa tersebut adalah sistem LEISA pada lahan basah

    yang terdiri dari 1,25 hektar sawah dan 0,05 hektar kolam. Kepemilikan kedua

    lahan tersebut berbeda sehingga manajemen usaha taninya pun berbeda dan

    terpisah.

    Sebelum diubah menjadi sistem LEISA, biasanya lahan sawah dimanfaatkan

    untuk usaha tani dengan teknologi yang masih konvensional. Komoditas yang

    biasa dibudidayakan adalah padi dan ubi jalar dengan pola tanam per tahunnya

    padi-padi-bera atau padi-ubi jalar-bera. Sedangkan kolamnya biasa dimanfaatkan

    untuk budidaya ikan seperti nila, bawal dan patin serta beternak itik dengan

    teknologi yang dikembangkan oleh petani sendiri. Kedua lahan tersebut kemudian

    diintegrasikan menjadi satu kesatuan manajemen bersistem LEISA. Lahan sawah

    dan kolam yang dipilih tersebut atas dasar pertimbangan dari segi aspek ekonomis

    dan sosial.

    Dalam mengaplikasikan praktik pertanian bersistem LEISA perlu

    diperhatikan juga kelayakan penerapan usaha yang terdiri dari satu kesatuan

    pengelolaan usaha tani tanaman, ternak itik dan perikanan air tawar. Pemilihan

    komoditi yang akan diusahakan juga perlu mempertimbangkan penghasilan yang

    akan diterima oleh petani baik dari usaha tani tanaman, ternak maupun perikanan.

    Untuk pertanaman dapat memberikan penghasilan 3-5 bulan, ternak itikmemberikan penghasilan setiap hari dan perikanan memberikan penghasilan

    setiap 40 hari. Jenis usaha yang dilakukan tersebut mempertimbangkan prinsip

    intensitas penggunaaan lahan yang tinggi, baik dari aspek ekonomi maupun dari

    aspek ekologi (pendaur-ulangan hara).

    Usaha tani tanaman, peternakan maupun perikanan menghasilkan produk

    utama berupa bahan pangan dan penghasilan bagi pengelolanya serta produk

    ikutan berupa sumber masukan internal (input) untuk kebutuhan proses produksi

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    9/14

    tanaman dan hewan. Produk ikutan dari produksi tanaman dan hewan ini

    merupakan hasil dari pendaurulangan hara di dalam sistem sehingga mengurangi

    penggunaan masukan usahatani dari luar sistem yang pada akhirnya dapat

    menekan biaya usaha tani.

    Komoditas tanaman yang diusahakan yaitu padi sawah, cabai dan jagung

    manis. Masing-masing komoditas ditanam menempati kurang lebih sepertiga luas

    sawah kemudian dirotasikan satu sama lain. Pertanaman ganda dilakukan untuk

    mengurangi resiko ekonomi jika terjadi kegagalan pertanaman atau harga produk

    suatu jenis tanaman rendah. Rotasi tanaman semusim dilakukan dengan

    mempertimbangkan perlunya inkorporasi kompos biomas hasil sampingan ke

    dalam tanah. Komoditas tersebut menghasilkan bahan pangan, limbah bahan

    kompos (jerami, sekam) dan limbah pakan ikan (dedak, menir, split). Frekuensi

    pengusahaannya pun disesuaikan dengan potensi lahan yang digunakan, terutama

    ketersediaan air atau curah hujan setempat.

    Selain itu terdapat keong mas yang biasanya menjadi hama untuk tanaman

    padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan itik. Dari budidaya ikan dapat dihasilkan

    benih ikan. Kolam seluas 0,5 ha dibagi menjadi 0,2 ha untuk memelihara ikan

    patin dengan skala usaha 75.000 ekor, 0,1 ha untuk memelihara ikan bawal

    dengan skala usaha 100.000 ekor dan 0,2 ha untuk memelihara ikan nila sebanyak

    4 liter. Itik yang dipelihara ditempatkan di pematang kolam sebanyak 1000 ekor.

    Dari ternak itik dihasilkan telur, daging, dan pupuk kandang untuk pertanaman

    serta kotorannya dimanfaatkan untuk ikan.

    Sarana produksi dan produk di dalam lahan usaha ditangani sedemikian

    rupa sehingga daur ulang produk ikutan atau limbah yang telah diolah dapat

    berlangsung. Sistem pengelolaan tanaman dan ternak memanfaatkan masukaninternal semaksimal mungkin. Penggunaan masukan eksternal seperti pupuk

    anorganik dan pestisida buatan akan sangat dibatasi. Bahan organik untuk pakan

    ternak dan ikan yang didatangkan dari luar lahan pun akan diutamakan dengan

    menggunakan limbah pasar terdekat. Demikian pula, pemasaran produk

    diupayakan ke pasar terdekat secara langsung tanpa perantara atau mengundang

    pembeli langsung datang ke lahan usaha tani.

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    10/14

    Kegiatan usahatani dirancang sedimikian rupa, serinci mungkin berdasarkan

    jadwal yang telah disusun. Peruntukkan lahan ditetapkan dengan prinsip bahwa

    arus energi dan pemanfaatan limbah di kebun dilakukan semaksimal mungkin.

    Tata cara pendaur ulangan unsur-unsur hara yang efisien dapat dilakukan dengan

    mengatur tata letak komoditi dan proses produksi yang tepat di lapang.

    Pengadaan berbagai alat dan bahan produksi dilakukan berdasarkan

    kepentingan utama yang diperlukan dalam pembangunan prasarana usahatani.

    Sebelum kegiatan di lapang dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan pertemuan

    antar anggota pengelola dan pengelola dengan karyawan untuk kepentingan

    pengarahan.

    Proses produksi pertanian dilakukan dengan berpegang teguh pada prinsip-

    prinsip LEISA. Pemenuhan sarana produksi pertanian termasuk bahan dan alat

    pertanian dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan di lapang.

    Selama proses produksi berlangsung, hal-hal ataupun kejadian penting harus

    dicatat dengan teliti, seperti pelaksanaan jadwal penanaman dan pemeliharaan

    tanaman, jadwal pemberian pakan ternak da ikan, hasil panen komoditi yang

    diusahakan, pengomposan, volume hasil dan nilai jual hasil panen hingga segala

    kebutuhan yang dikonsumsi oleh keluarga petani. Perlu adanya dukungan dari

    pemerintah maupun masyarakat setempat agar kegiatan kebun berkembang

    melalui sosialisasi kegiatan kebun. Selain itu, perlu dibina pula relasi dengan

    universitas pertanian demi tercapainya tujuan tersebut. Ketahanan usaha dapat

    ditingkatkan dengan cara mempertahankan pasar atau konsumen yang ada serta

    mengupayakan pasar-pasar alternatif. Perlu dijaga kepercayaan dari bank dengan

    upaya pengembalian pinjaman bunga secara tepat waktu. Demikian pula,

    pelaksanaan daur produksi komoditi yang diusahakan secara berkala agar sesuaidengan waktu yang telah ditentukan.

    Tahapan persiapan kegiatan dilaksanakan pada bulan pertama, kegiatan

    yang dilakukan mulai dari perancangan secara rinci mengenai kegiatan di lapang,

    pengadaan prasarana dan sarana produksi pertanian, selanjutnya diadakan

    pertemuan pengelola dan dengan calon tenaga kerja sebelum terjun langsung ke

    lapangan. Tahapan selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan pada

    bulan kedua. Kegiatan yang dilakukan setelah pengadaan prasarana dan sarana

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    11/14

    produksi pertanian adalah proses produksi pertanian, pemasaran dan penguatan

    pasar hasil pertanian, pertemuan berkala pengelola dengan para karyawan. Demi

    kelancaran kegiatan dilakukan pemantauan dan perbaikan kegiatan oleh spesialis

    LEISA. Spesialis LEISA juga berperan sebagai pendamping petani di lapang dan

    memantau kegiatan serta penilai ketagguhan usaha tani. Selanjutnya semua

    pinjaman beserta bunganya dikembalikan. Hal yang terpenting adalah sosialisasi

    kepada lembaga pemerintah maupun lembaga swasta terkait dan masyarakat

    setempat.

    Tahap pemantapan kegiatan dilakukan sejak bulan ke 24. Beberapa kegiatan

    pada tahap ini adalah pengembalian pinjaman dan bunganya hingga bulan ke-36,

    penguatan pasar produk dan hubungan kelembagaan usahatani, promosi kegiatan

    kepada masyarakat tani setempat.

    Analisis keuangan dari kelayakan agribisnis LEISA menurut jenis

    komponen usahataninya yakni produksi tanaman, produksi telur itik, dan produksi

    benih ikan, memperlihatkan bahwa pertanaman ganda dan diversifikasi

    pengusahaan ikan lebih menguntungkan dibanding monokulturnya masing-

    masing, padahal besar biaya yang dikeluarkan sama. Hal ini karena terdapat

    tambahan keuntungan dari pemanfaatan pematang kolam untuk beternak itik

    petelur. Apabila menggunakan sistem pertanian non LEISA, input yang ada tidak

    dapat dilaksakan secara optimal.

    Kelayakan usaha dalam sistem ini dinilai dengan criteria net present value

    (NPV), net benefit cost ratio(Net B/C), dan internal rate of return (IRR). Nilai

    NPV sebesar Rp.38.556.960,- menunjukkan bahwa usaha tersebut layak atau

    feasible untuk dilaksanakan karena besarnya lebih dari nol. Nilai Net B/C sebesar

    1,43 artinya bahwa pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha tersebutadalah 1,43 di atas total biaya. Nilai IRR 39,42 lebih besar dari nilai DF (Diskon

    Faktor) 18 % menunjukkan bahwa nilai investasi tersebut layak untuk dilakukan.

    Sistem LEISA dari sisi teknis mudah dilakukan karena input yang

    dibutuhkan dapat diperoleh dari dalam sistem tersebut. Misalnya sisa tanaman

    digunakan sebagai pakan ternak dan limbah kotoran ternak tersebut dapat

    digunakan sebagai pupuk organic bagi tanaman. Namun, tidak semua petani dapat

    melakukan dua kegiatan usaha tani yang berbeda dalam satu tempat yang sama

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    12/14

    seperti bertani dan beternak. Dalam LEISA ini juga harus diperhitungkan jumlah

    antara tanaman dan hewan ternak yang dibudidayakan. Kebutuhan masing-masing

    kegiatan dalam sistem ini harus dapat dipenuhi dari dalam sistem itu sendiri.

    Sistem LEISA dari sisi ekonomi lebih menguntungkan dibanding dengan

    sistem pertanian monokultur sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

    Karena, dengan biaya yang sama petani dapat menghasilkan output lebih dari satu

    macam. Keuntungan disini tidak hanya diukur dari hasil usaha taninya saja, tetapi

    juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan

    resiko yang terjadi terhadap lingkungan.

    Sistem LEISA dari sisi lingkungan lebih ramah lingkungan diantaranya

    sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis, pengendalian OPT dengan

    menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati.

    Dari sisi sosial masyarakat sistem LEISA mudah diadopsi masyarakat

    pedesaan atau petani. Mereka mampu menyesuaikan dengan perubahan kondisi

    usahatani. Namun, sistem ini belum banyak dikenal oleh masyarakt dan masih

    banyak dipertanyakan karena dalam beberapa tahun terakhir ini, pertanian organic

    modern masuk ke dalam sistem pertanian Indonesia secara kecil-kecilan dan tidak

    merata disetiap daerah.

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    13/14

    III.KESIMPULAN

    LEISA atau Low External Input and Sustainable Agriculture (pemberian

    input rendah dari luar untuk pertanian berkelanjutan). Secara singkat LEISA dapat

    dijabarkan sebagai berikut: 1) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya local, 2)

    Maksimalisasi daur ulang (zero waste), 3) Minimalisasi kerusakan lingkungan

    atau ramah lingkungan, 4) Diversifikasi usaha, 5) Pencapaian tingkat produksi

    yang stabil dan memadai, 6) Menciptakan kemandirian petani.

    LEISA tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka

    pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam

    jangka panjang. Disamping itu, LEISA merupakan penggabungan dua prinsip

    yaitu agroekologi serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat

    atau kearifan local.

    LEISA (Low external input sustainable agriculture) tidak bisa

    dipresentasikan sebagai solusi mutlak terhadap masalah-masalah pertanian dan

    lingkungan yang mendadak di dunia ini, tetapi LEISA bisa memberikan

    kontribusi yang berharga untuk memecahkan beberapa permasalahan tersebut:

    LEISA terutama merupakan suatu pendekatan pada pembangunan pertanian yang

    ditujukan pada situasi di daerah-daerah pertanian tadah hujan yang terabaikan

    oleh pendekatan-pendekatan konvensional.

    LEISA (Low external input sustainable agriculture) merupakan suatu

    pilihan yang layak bagi petani dan bisa melengkapi bentuk-bentuk lain produksi

    pertanian. Karena sebagian besar petani tidak mampu untuk memanfaatkan input

    buatan itu atau hanya dalam jumlah yang sangat sedikit, maka perhatian perlu

    dipusatkan pada teknologi yang bisa memanfaatkan sumber daya lokal secara

    efisien. Petani yang kini menerapkan HEIA, bisa saja mengurangi pencemaran

    dan biaya serta meningkatkan efisiensi input luar dengan menerapkan beberapa

    teknik LEISA.

  • 7/22/2019 leisaLOW EKSTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    Reijntjes, C., Haverkort, B., dan Ann Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa

    Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar

    Rendah(eds. Terjemahan). Kanisius: Yogyakarta.

    Resosoedarmo, R.S., Kartawinata, K., dan Soegiarto, A. 1989. Pengantar

    Ekologi. Remadja: Bandung.

    Soemarwoto, O. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan

    Pembangunan. Djambatan: Jakarta.

    Sunaryo, L dan Joshi. 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal dalam Sistem

    Agroforestri. World Agroforestry Centre: Bogor.

    Wahju Q. Mugnisjah, Suwarto, Dan Ahmad S. Solihin. 2000.Agribisnis Terpadu

    Bersistem Leisa Di Lahan Basah : Model Hipotetik. Institut Pertanian

    Bogor: Bogor