Upload
hanifahrafa
View
569
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN KASUS LOW BACK PAIN (LBP)
Citation preview
PENDAHULUAN
Bapak M seorang buruh bangunan yang berusia 50 tahun, mengeluhkan
nyeri boyok sejak 5 bulan yang lalu. Bapak M, merasakan nyeri boyok secara
tiba-tiba setelah jatuh dari tangga dengan posisi terduduk ketika bekerja. Nyeri
yang dirasakan hilang timbul dan menjalar ke bagian kaki kanan dan kiri. Ketika
bekerja dan mengangkat beban, nyeri dirasakan memberat. Untuk mengurangi
nyerinya biasanya bapak M berbaring ditempat tidur. Sampai sekarang bapak M,
belum periksa ke dokter. Pernah dipijat tetapi tidak ada perubahan. Selain nyeri
punggung bawah, bapak M juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya.
Akibat nyeri yang dirasakan tersebut aktivitasnya sebagai buruh bangunan
terganggu. Untuk mengurangi nyerinya, bapak M hanya mengoleskan minyak
gosok scorpio pada bagian punggung bawahnya.
Sebelumnya bapak M tidak pernah merasakan nyeri boyok. Riwayat
hipertensi dan diabetes melitus disangkal. Beberapa bulan yang lalu, bapak M
dirawat inap di rumah sakit karena menjalani operasi appendicitis. Anggota
keluarganya tidak ada yang mengalami nyeri boyok. Riwayat hipertensi dan
diabetes melitus pada keluarga juga disangkal.
Bapak M tinggal didaerah pedesaan yang lingkunganya bersih. Dalam
kesehariannya, bapak M bekerja dari pukul 07.00 – 16.30. Untuk makannya sehari
3 kali yaitu ketika pagi sebelum bekerja, siang ketika istirahat , dan sore setelah
selesai bekerja. Bapak M tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Karena
sibuk bekerja, bapak M jarang berolahraga.
Setelah berbincang-bincang dengan bapak M, saya kemudian melakukan
pemeriksaan tanda vital dan provokasi nyeri. Hasil dari pemeriksaannya adalah
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 65 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,7°C.
Untuk hasil pemeriksaan tes provokasi nyeri, tes laseque (+), tes Patrick (-), tes
kontra Patrick (-).
Saya memilih kasus ini sebagai refkesi kasus karena masalah kesehatan
dengan keluhan nyeri punggung bawah banyak dijumpai di masyarakat. Setiap
individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan
kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan berbagai macam
keluhan, salah satunya adalah nyeri punggung bawah. Dan menurut data
didapatkan sekitar 80% setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami nyeri
pada daerah punggung bawah karena kesalahan postural tanpa mengenal jenis
kelamin, tingkat sosial dan pekerjaan. Angka mortalitas penyakit ini memang
tidak tinggi, namun merupakan penyebab utama penurunan produktivitas kerja
seseorang dan peningkatan biaya pengobatan.
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri lokal, maupun nyeri radikuler. Nyeri yang berasal dari
punggung bawah dapat merujuk ke daerah lain atau nyeri yang berasal dari daerah
lain dan dirasakan di daerah punggung bawah. Hal ini mendorong saya untuk
mempelajari lebih dalam tentang nyeri punggung bawah seperti pada kasus yang
saya dapatkan.
Pada kasus ini, saya tertarik untuk mempelajari tentang penegakan
diagnosis pada keluhan nyeri punggung bawah. Banyak hal yang bisa
menyebabkan keluhan nyeri punggung bawah. Faktor resiko yang mempengaruhi
keluhan tersebut pun beragam. Oleh karena itu, dalam menegakkan diagnosis
nyeri punggung bagian bawah diperlukan kecermatan dalam mengumpulkan data
yang bisa digunakan sebagai bukti untuk penanganan selanjutnya supaya tidak
terjadi kesalahan penanganan. Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan
mengumpulkan beberapa data dari hasil anamnesis dan hasil pemeriksaan baik
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang.
PEMBAHASAN
Untuk menjawab rasa keingintahuan ini, saya membaca beberapa buku
dan jurnal mengenai low back pain (LBP). Dari referensi yang saya dapatkan,
disebutkan bahwa low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan pada daerah
punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal, radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah
tungkai dan kaki. Berdasarkan uraian tersebut saya berfikir bahwa nyeri punggung
bawah bukan merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala yang
menunjukkan perubahan patologik tertentu. Dengan demikian, diagnosis nyeri
punggung bawah merupakan diagnosis etiologik.
Saya kembali mengingat kasus bapak M yang mengeluhkan nyeri
punggung bawah setelah terjatuh ketika bekerja. Berarti, bapak M mengalami
nyeri punggung yang disebabkan oleh trauma. Maka saya mencari refensi tentang
diagnosis nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh trauma. Diagnosis klinis
nyeri punggung bawah meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Pada anamnesis perlu diketahui beberapa hal sebagai berikut :
Awitan
Penyebab terjadinya nyeri punggung bawah yang mendadak adalah adanya
posisi mekanis yang merugikan. Adanya penyebab mekanis ini dapat
menimbulkan terjadinya robekan otot, peregangan fasia atau iritasi
permukaan sendi. Selain penyebab mekanis biasanya timbulnya bertahap.
Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung bawah yang diakibatkan oleh sebab mekanik berlangsung
beberapa hari sampai beberapa bulan.
Lokasi dan penyebaran
Nyeri punggung bawah akibat gangguan mekanis terutama terjadi di
daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah mengarah ke
iritasi akar saraf.
Faktor yang memperberat dan memperingan keluhan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang ketika beristirahat dan bertambah
ketika beraktivitas.
Kualitas atau intensitas
Harus dibedakan mana yang lebih dominan antara nyeri punggung bawah
dengan nyeri tungkai. Dominasi nyeri pada tungkai menunjukkan adanya
radikulopati. Bila nyeri punggung bawah lebih dominan daripada nyeri
tungkai biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks. Gejala
nyeri punggung bawah yang sudah lama dan intermiten dengan diselingi
oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu nyeri
punggung bawah yang terjadinya secara mekanis.
Kemudian saya merenung kembali tentang bapak M, hasil anamnesis yang
saya dapatkan sesuai dengan keterangan dari referensi tersebut. Setelah
mendapatkan sedikit pencerahan tentang anamnesis yang merupakan bagian dari
penegakkan diagnosis yang berkaitan dengan kasus bapak M, saya membaca
kembali buku kapita selekta neurologi untuk menambah informasi tentang
pemeriksaan yang harus dilakukan sebagai tahap penegakkan diagnosis
selanjutnya.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pemeriksaan yang dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosis nyeri punggung bawah adalah pemeriksaan
fisik yang meliputi pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan inspeksi, palpasi,
perkusi, pemeriksaan provokasi nyeri serta pemeriksaan penunjang.
Yang dilakukan pertama kali ketika melakukan pemeriksaan fisik adalah
memeriksa tanda vital. Pemeriksaan tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan
darah, suhu, frekuensi denyut nadi dan respirasi. Setelah pemeriksaan tanda vital
dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
Inspeksi
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
menyebabkan nyeri. Gerakan-gerakan tersebut adalah :
o Keterbatasan gerak pada salah satu sisi.
o Ekstensi ke belakang seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan arthritis
lumbal, karena gerkan ini akan menyebabkan penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
o Fleksi ke depan akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada
hernia nukleus pulposus. Nyeri tersebut disebabkan oleh adanya
ketegangan pada saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal.
Palpasi dan perkusi
Palpasi harus dilakukan dengan hati-hati agar pasien merasa nyaman dan
tidak kesakitan. Pada palpasi terlebih dahulu diraba pada daerah yang
sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke daerah yang
terasa paling nyeri. Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski,
terutama bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan
upper motor neuron (UMN).
Tes provokasi nyeri
o Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal
khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan
dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900
lalu dengan perlahan-lahan dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini
akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes
yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan
fleksi. Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk
menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks
sebagai penyebabnya.
o Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan
dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri
diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada
tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu
hernia nukleus pulposus.
o Tanda Patrick dilakukan dengan cara tungkai dalam posisi fleksi di
sendi lutut sementara tumit diletakkan di atas lutut tungkai yang
satunya lagi. Kemudian lutut tungkai yang difleksikan tadi ditekan
ke bawah. Apabila ada kelainan di sendi panggul maka penderita
akan merasakan nyeri di sendi panggul tadi.
o Tanda kontra Patrick dilakukan dengan cara tungkai dalam posisi
fleksi di sendi lutut dan sendi panggul. Kemudian lutut didorong ke
medial. Bila di sendi sakroiliaka ada kelainan maka disitu akan
terasa nyeri.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk menegakkan
diagnosis low back pain (LBP) perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
Foto rontgen
Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk
menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah.
Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila
perlu oblique kanan dan kiri.
Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan kanalis spinalis.
Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna
medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya
dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram
digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas
daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara
sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan
diskus intervertebralis, nervus, dan jaringan lainnya pada punggung.
Electro Miography (EMG)/Nerve Conduction Study (NCS).
EMG/NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan
untuk pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki. EMG/NCS dapat
memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf (proksimalis atau distalis)
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf
Dari keterangan yang dikemukakan bapak M, belum ada pemeriksaan
penunjang yang dilakukan. Alasanya adalah masalah ekonomi. Tentunya kita
tidak bisa memaksakan hal tersebut. Memang pemeriksaan penunjang adalah
salah satu komponen penting dalam penegakkan diagnosis dan berperan dalam
pengambilan keputusan terapi. Akan tetapi seorang dokter dapat memberikan
keputusan terapi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang akurat. Dari
data anamnesis dan pemeriksaan fisik yang akurat bisa didapatkan hasil yang
mengarah ke suatu diagnosis dan meyingkirkan diagnosis lain.
KESIMPULAN
Dalam penegakkan diagnosis diperlukan data yang akurat untuk
membantu pengambilan keputusan terapi. Data dapat diperoleh melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik ataupun dengan tambahan data dari hasil pemeriksaan
penunjang.
Saya telah mempelajari beberapa hal mengenai LBP, mulai dari definisi,
epidemiologi, etiologi, dan langkah- langkah penegakkan diagnosisnya. Saya juga
memperoleh pelajaran dari kasus yang saya dapatkan, bahwa masalah kesehatan
yang ada di masyarakat sangat beragam dan seorang dokter harus bisa memahami
permasalahan tersebut dari segi kesehatan, sosial, dan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Partoatmodjo, L., 2002. Diagnosis Klinis Nyeri Punggung Bawah. Dalam :
Meliala dkk (eds). 2002. Nyeri Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Jakarta: 51-
72.
Sidharta, P., 2008. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Ed 6. Jakarta: Dian
Rakyat.
Harsono, S., 2009. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Beng, P., Chen, J., Kuang, Z,. 2009. Diagnosis and surgical treatment of back
pain originating from endplate. Eur Spine J. No 18:1035-1040.
Hoangmai, H et al., 2009. Rapidity and Modality of Imaging for Acute Low Back
Pain in Elderly Patients. Arch Intern Med. Vol 169. No 10:972-981.