Lapsus Impetigo Bulosa-sample

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    1/9

    IMPETIGO: TERAPI DAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

    TOPIKAL BERDASARKAN EVIDENCE BASED MEDICINEPosted on May 18, 2009 by diyoyen.Categories: Kulit Kelamin.

    LAPORAN KASUS

    SMF PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

    I.IDENTITAS PENDERITA

    Nama: An R. M. R

    Jenis Kelamin: Laki-laki

    Umur: 16 bulan

    Suku: Jawa

    Agama: Islam

    Pekerjaan: -

    Alamat:S, Jember

    II.HETEROANAMNESISHeteroanamnesis dilakukan pada Mbah pasien yang mengantarkan pasien berobat ke

    RSUD dr. SOEBANDI Jember

    1. Keluhan Utama

    Luka garukan di regio lumbal posterior dekstra

    1. Riwayat Penyakit Sekarang

    Menurut Mbah pasien mulai 10 hari yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada regio

    lumbal posterior dekstra, tanpa adanya keluhan gatal di daerah lain.

    Awalnya muncul vesikel, karena gatal, lalu digaruk oleh pasien kemudian vesikel pecah

    dan menimbulkan kerak. Vesikel-vesikel semakin lama semakin bertambah banyak dan

    menyebar. Pasien sudah dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet namun keluhantidak berkurang. Akhirnya pasien berobat ke RSUD dr. SOEBANDI Jember.

    1. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

    1. Riwayat Penyakit Keluarga

    Keluarga yang tinggal bersama pasien saat ini tidak ada yang menderita penyakit seperti

    ini.

    1. Riwayat Pengobatan

    Pernah berobat ke dokter umum, lalu diberi salep dan tablet, namun keluhan tidak

    berkurang.

    1. Riwayat Alergi

    Pasien tidak punya riwayat alergi obat maupun makanan, dan pasien tidak pernah

    melakukan pemeriksaan alergi sebelumnya.

    III.PEMERIKSAAN FISIK

    1. Status Generalis

    Kesadaran: komposmentis

    Keadaan Umum: baik

    http://diyoyen.blog.friendster.com/2009/05/impetigo-terapi-dan-penggunaan-antibiotik-topikal-berdasarkan-evidence-based-medicine/http://diyoyen.blog.friendster.com/2009/05/impetigo-terapi-dan-penggunaan-antibiotik-topikal-berdasarkan-evidence-based-medicine/http://diyoyen.blog.friendster.com/author/diyoyen/http://diyoyen.blog.friendster.com/category/healthy/kulit-kelamin/http://diyoyen.blog.friendster.com/author/diyoyen/http://diyoyen.blog.friendster.com/category/healthy/kulit-kelamin/http://diyoyen.blog.friendster.com/2009/05/impetigo-terapi-dan-penggunaan-antibiotik-topikal-berdasarkan-evidence-based-medicine/http://diyoyen.blog.friendster.com/2009/05/impetigo-terapi-dan-penggunaan-antibiotik-topikal-berdasarkan-evidence-based-medicine/
  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    2/9

    Kepala/Leher: dalam batas normal

    Thorak

    Cor: S1S2 tunggal, lain-lain dalam batas normal

    Pulmo: Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-, lain-lain dalam batas normal

    Abdomen: Soepel, bising usus (+), lain-lain dalam batas normal

    Ekstremitas: dalam batas normal

    Genitalia: dalam batas normal

    1. Status Lokalis

    Lokasi : regio lumbal dekstra bagian posterior

    Efloresensi : Pada pemeriksaan didapatkan lesi kulit berupa papula berisi cairan keruh,

    tidak dikelilingi daerah eritematus, selain itu juga ditemukan bekas bula yang pecah

    berupa kulit yang eritematus dengan krusta tipis kecoklatan pada bagian tepi.

    IV.RESUME

    Seorang anak laki-laki 16 bulan, dating dengan keluhan utama adanya luka garukan di

    regio lumbal dekstra bagian posterior.Awalnya muncul vesikel, karena gatal, lalu digaruk oleh pasien kemudian vesikel pecah

    dan menimbulkan kerak. Vesikel-vesikel semakin lama semakin bertambah banyak dan

    menyebar. Pasien sudah dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet namun keluhan

    tidak berkurang. Akhirnya pasien berobat ke RSUD dr. SOEBANDI Jember.

    Pada pemeriksaan fisik status lokalis di region lumbal dekstra bagian posterior,

    didapatkan lesi kulit berupa papula berisi cairan keruh, tidak dikelilingi daerah

    eritematus, selain itu juga ditemukan bekas bula yang pecah berupa kulit yang eritematus

    dengan krusta tipis kecoklatan pada bagian tepi.

    V.DIAGNOSIS BANDING

    1. Dermatitis kontak2. Varicella

    3. Karbunkel

    4. Furunkel

    VI.DIAGNOSIS KERJA

    Impetigo Bulosa

    VII.USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Bila diperlukan dapat melakukan pemeriksaan isi vesikel dengan pengecatan gram, lalu

    bias dilakukan uji katalase.

    VIII.PENATALAKSANAAN

    1. Nonmedikamentosa

    Menjaga kebersihan, yaitu dengan :

    -. Mandi teratur dengan sabun mandi

    -. Pakaian, handuk, sprei, sering diganti dan dicuci air panas

    -. Pakaian, handuk, sebaiknya hanya digunakan oleh satu orang (tidak untuk digunakan

    beramai-ramai)

    -. Kontrol setelah 5-7 hari

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    3/9

    1. Medikamentosa

    Sistemik : Eritromisin sirup 250 mg, 3 DD I ct

    Topikal : Asam Fusidat

    IX.PROGNOSIS

    Pada umumnya baik, pada pasien ini 5-7 hari kemudian tidak kontrol mungkin saja sudah

    tejadi perbaikan sehingga menurut keluarga pasien tidak perlu kontrol.

    REFLEKSI KASUS

    IMPETIGO: TERAPI DAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TOPIKAL

    BERDASARKAN EVIDENCE BASED MEDICINE

    I.DEFINISI

    Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit

    (Djuanda, 56:2005). Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit

    dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis, Skabies,Infeksi jamur, dan pada insect bites (Beheshti, 2:2007).

    II.SINONIM

    Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, atau

    impetigo Tillbury Fox. Impetigo bulosa juga dikenal sebagai impetigo vesikulo-bulosa atau cacar

    monyet (Djuanda, 56-57:2005).

    III.ETIOLOGI

    Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta

    HemolitikStreptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan pathogen primer

    pada impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007).

    Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 m, berbentuk bulat,biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur, kokus tunggal, berpasangan, tetrad,

    dan berbentuk rantai juga bisa didapatkan.Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit berkat

    kemampuannya mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui

    produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain

    berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan

    katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok

    toksik, dan enterotoksin. (Brooks, 317:2005).

    Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai

    karakteristik dapat berbentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Lebih dari 20

    produk ekstraseluler yang antigenic termasuk dalam grup A, (Streptococcus pyogenes)

    diantaranya adalah Streptokinase, streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik,

    disphosphopyridine nucleotidase, dan hemolisin (Brooks, 332:2005).

    IV.EPIDEMIOLOGI

    Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan angka kejadiannya selalu meningkat dari

    tahun ke tahun. Di Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai

    pada klinik anak dan terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah tenggara

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    4/9

    Amerika (Provider synergies, 2:2007). Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4

    tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan

    impetigo krustosa (Cole, 1:2007).

    Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk

    lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak atau juga

    pada tempat dengan hygiene buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk (Cole, 1:2007).

    V.FAKTOR PREDISPOSISI

    o Kontak langsung dengan pasien impetigo

    o Kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau pakaian pasien impetigo

    o Cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab

    o Kegiatan/olahraga dengan kontak langsung antar kulit seperti gulat

    o Pasien dengan dermatitis, terutama dermatitis atopik

    (Sumber Beheshta, 2:2007).

    VI.MANIFESTASI KLINIK

    1)Impetigo KrustosaTempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah, terutama sekitar

    lubang hidung dan mulut, karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Tempat lain yang

    mungkin terkena, yaitu anggota gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi

    umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda, 2005).

    Biasanya mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman dapat terjadi,

    tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe regional lebih sering disebabkan

    oleh Streptococcus.

    Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm. Kemudian segera

    terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan

    purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambarankarakteristik seperti madu (honey colour). Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit

    disekitarnya. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat

    dengan mudah menyebar secara autoinokulasi (Boediardja, 2005).

    2). Impetigo Bulosa

    Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung.

    Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa

    vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh,

    dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang

    berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran collarette

    pada pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan

    memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat

    rapuh (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).

    Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai

    dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali

    di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    5/9

    Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi. (Yayasan Orang Tua Peduli,

    1:2008).

    Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali

    disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang. (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).

    VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk

    menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative. Bisa dilanjutkan

    dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan

    antaraStaphylococcus dan Streptococcus (Brooks, 332:2005).

    VIII.DIAGNOSIS BANDING

    1. Dermatitis atopi: keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama

    (kronik) dan kulit kering; penebalan pada lipatan kulit terutama pada dewasa

    (likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan

    bagian dalam.

    2. Candidiasis (infeksi jamur candida): papul merah, basah; umumnya didaerah selaput lender atau daerah lipatan.

    3. Dermatitis kontak: gatal pada daerah sensitive yang kontak dengan zat-zat

    yang mengiritasi.

    4. Diskoid lupus eritematus: lesi datar(plak), batas tegas yang mengenai

    sampai folikel rambut.

    5. Ektima: lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan

    dinding) dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan

    parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).

    6. Herpes simpleks: vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah

    menjadi lecet tertutupi oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit.7. Gigitan serangga: Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.

    8. Skabies: Papula yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-

    sela jari, gatal pada malam hari.

    9. Varisela: Vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke

    tangan, kaki, dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat

    pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama (Cole, 3:2007).

    IX.KOMPLIKASI

    Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu walaupun tidak diobati.

    Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama

    usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotic. Gejala berupa bengkak

    dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine seperti warna the. Keadaan ini

    umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul (Yayasan Orang Tua

    Peduli, 4:2008).

    Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-

    paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh

    limfe atau kelenjar getah bening (Yayasan Orang Tua Peduli, 4:2008).

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    6/9

    X.PENATALAKSANAAN

    1.Terapi nonmedikamentosa

    oMenghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai

    mengelupaskan krusta dengan handuk basah

    oMencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet

    dengan perban tahan air dan memotong kuku anak

    oLanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh

    oLakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik untuk

    mencegah penyebaran local

    oDapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada impetigo krustosa.

    oLakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di bawah.

    2.Terapi medikamentosa

    a.Terapi topikal

    Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta sedikit dilepaskan

    baru kemudian diberi salep antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukandengan pemberian antiseptik atau salap antibiotik (Djuanda, 57:2005).

    1). Antiseptik

    Antiseptik yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan impetigo terutama yang

    telah dilakukan penelitian di Indonesia khususnya Jember dengan menggunakan

    Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah triklosan 2%. Pada hasil

    penelitian didapatkan jumlah koloni yang dapat tumbuh setelah kontak dengan triklosan

    2% selama 30, 60, 90, dan 120 adalah sebanyak 0 koloni (Suswati, 6:2003).

    Sehingga dapat dikatakan bahwa triklosan 2%mampu untuk mengendalikan penyebaran

    penyakit akibat infeksi Staphylococcus aureus (Suswati, 6:2003).

    2). Antibiotik TopikaloMupirocin

    Mupirocin topikal merupakan salah satu antibiotik yang sudah mulai digunakan sejak

    tahun 1980an. Mupirocin ini bekerja dengan menghambat sintesis RNA dan protein

    dari bakteri. Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

    mupirocin topikal yang dibandingkan dengan pemberian eritromisin oral pada pasien

    impetigo yang dilakukan di Ohio didapatkan hasil sebagai berikut:

    Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan mupirocin topikal jauh lebih

    unggul dalam mempercepat penyembuhan pasien impetigo, meskipun pada awal

    kunjungan diketahui lebih baik penggunaan eritromisin oral, namun pada akhir terapi

    dan pada evaluasi diketahui jauh lebih baik mupirocin topikal dibandingkan dengan

    eritromisin oral dan penggunaan mupirocin topikal memiliki sedikitfailure (Goldfarb,

    1-3).

    Untuk penggunaan mupirocin topikal dapat dilihat pada tabel berikut:

    oFusidic Acid

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    7/9

    Tahun 2002 telah dilakukan penelitian terhadap fusidic acid yang dibandingkan

    dengan plasebo pada praktek dokter umum yang diberikan pada pasien impetigo dan

    didapatkan hasil sebagai berikut:

    Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan plasebo jauh lebih baik

    dibandingkan dengan menggunakan fassidic acid.

    oRatapamulin

    Pada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui oleh Food and Drug

    Administration (FDA) untuk digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun bukan

    untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten ataupun vankomisin resisten.

    Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan

    peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein sintesis dari bakteri

    (Buck, 1:2007).

    Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan pada 210 pasien impetigo yang

    berusia diantara 9 sampai 73 tahun dengan luas lesi tidak lebih dari 100 cm2 atau

    >2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah dilakukan pada pasien tersebutdidapatkan 82% dengan infeksi Staphylococcus aureus. Pada pasien-pasien tersebut

    diberi ratapamulin sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari terapi. Evaluasi dilakukan

    mulai hari ke dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan luas lesi berkurang, lesi

    telah mengering, dan lesi benar-benar telah membaik tanpa penggunaan terapi

    tambahan. Pada 85,6% pasien dengan menggunakan ratapamulin didapatkan

    perbaikan klinis dan hanya hanya 52,1% pasien mengalami perbaikan klinis yang

    menggunakan plasebo (Buck, 1:2007).

    oDicloxacillin

    Penggunaan dicloxacillin merupaka First lineuntuk pengobatan impetigo, namun

    akhir-akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan ratapamulintopikal karena diketahui ratapamulin memiliki lebih sedikit efek samping bila

    dibandingkan dengan dicloxacillin. Penggunaan dicloxacillin sebagai terapi topical

    pada impetigo sebagai berikut:

    (Sumber: Primary Clinical Care Manual 2007)

    b.Terapi sistemik

    1)Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)

    a.Penicillin G procaine injeksi

    Dosis: 0,6-1,2 juta IU im 1-2 x sehari

    Anak: 25.000-50.000 IU im 1-2 x sehari

    b.Ampicillin

    Dosis: 250-500 mg per dosis 4 x sehari

    Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis4x sehari ac

    c.Amoksicillin

    Dosis: 250-500 mg / dosis 3 x sehari

    Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis 3 x sehari ac

    d.Cloxacillin (untukStaphylococcus yang kebal penicillin)

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    8/9

    Dosis: 250-500 mg/ dosis, 4 x sehari ac

    Anak: 10-25 mg/Kg/dosis 4 x sehari ac

    e.Phenoxymethyl penicillin (penicillin V)

    Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari ac

    Anak: 7,5-12,5 mg/Kg/dosis, 4 x sehari ac

    2)Eritromisin (bila alergi penisilin)

    Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari pc

    Anak: 12,5-50 mg/Kg/dosis, 4 x sehari pc

    3)Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna)

    Dosis: 150-300 mg/dosis, 3-4 x sehari

    Anak > 1 bulan 8-20 mg/Kg/hari, 3-4 x sehari

    4)Penggunaan terapi antibiotik sistemik lainnya

    Pada penggunaan sistemik antibiotik lainnya yang dapat dipertimbangkan adalah, sebagai

    berikut:

    XI.PENCEGAHANTindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya

    1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak

    dengan pasien, terutama apabila terkena luka.

    2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita

    3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa

    menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien

    4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan,

    namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)

    5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap

    pendek dan bersih6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo

    7. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari

    yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari

    atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan

    disinfektan.

    8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang

    terinfeksi dan cuci tangan setelah itu

    (Sumber: Northern Kentucky Health Department, 1:2005).

    XII.PROGNOSIS

    Pada umumnya baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Beheshti, 2007,Impetigo, a brief review, Fasa-Iran: Fasa Medical School.

    Buck, 2007,Ratapamulin: A New Option of Impetigo, Virginia USA: University of Virginia

    Childrens Hospital.

    Cole, 2007,Diagnosis and Treatment of Impetigo, Virginia:University of Virginia School of

    Medicine.

  • 8/7/2019 Lapsus Impetigo Bulosa-sample

    9/9

    Djuanda, 2005, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia.

    Goldfarb, Randomized Clinical Trial of Topical Mupirocin Versus Oral Eyitromycin for

    Impetigo, Ohio: University School of Medicine.

    NN, 2007,Primary Clinical Care Manual 2007,

    Northern Kentucky Health Department, 2005,Impetigo, Kentucky: Epidemiology Services,

    Northern Kentucky Health Department.

    Provider synergies, 2007, Impetigo Agents, Topical Review, Ohio: Intellectual Property

    Department Provider Synergies LLC.

    Suswati. E, 2003,Efek Hambatan Triklosan 2% Terhadap Pertumbuhan Methicillin Resistant

    Staphylococcus Aureus (MRSA), Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

    Yayasan Peduli Orang Tua, 2007,Impetigo, Jakarta Selatan: Yayasan Peduli Orang Tua.