LaporanKasusIUFD

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih.1,2,3 Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal death dibagi menjadi Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, Intermediate Fetal Death, kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan 20-27 minggu dan Late Fetal Death, kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari 28 minggu.1

Angka kematian janin termasuk dalam angka kematian perinatal yang digunakan sebagai ukuran dalam menilai kualitas pengawasan antenatal. Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal dari rumah sakit besar yang pada umumnya merupakan referral hospital, sehingga belum dapat menggambarkan angka kematian perinatal secara keseluruhan.1

Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial baik dari faktor fetal, maternal, plasenta maupun iatrogenik dengan 25 35 % kasus tidak diketahui penyebabnya1,2,3. Untuk dapat menentukan penyebab pasti harus dilakukan pemeriksaan autopsi. Diagnosis dini dalam kasus kematian janin adalah melalui pemantauan kesejahteraan janin serta pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang teratur. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat menegakkan diagnosis kematian janin intra uterin.1-6

Penatalaksanaan kematian janin intra uterin ialah melakukan terminasi kehamilan yang dapat dilakukan melalui penanganan ekspektatif dan penanganan aktif. Ada beberapa metode terminasi kehamilan pada kematian janin intra uterin, yaitu dengan induksi persalinan per vaginam dan persalinan per abdominam (Sectio Caesaria) tidak langsung dapat menurunkan angka kematian janin. 1-62,3,5

. Pemeriksaan kehamilan

(antenatal care) sangat berperan penting dalam upaya pencegahan kematian janin dan secara

1

BAB II ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS

IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Tanggal/tempat lahir Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/bangsa Alamat Tgl. Masuk RS : Ny. S : Perempuan : 31 tahun : 10-4-1980/Selat Panjang : SMP : Ibu Rumah Tangga : Islam : Indonesia : Baloi Centre, RT 013/RW 003 : 18 Maret 2012

IDENTITAS SUAMI Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/bangsa Alamat : Tn. Z : 36 tahun : SD : Penjual Sayur di Pasar Raja Bahari : Islam : Indonesia : Baloi Centre, RT 013/RW 003

2

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis , 18 Maret 2012, jam 14.00 WIB)

1. Keluhan Utama Gerakan janin sudah tidak terasa sejak 4 hari SMRS.

2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang melalui IGD RSOB dengan keluhan gerakan janin sudah tidak terasa sejak 4 hari SMRS. Pada sore tanggal 16/3/2012, os melakukan ANC di bidan, dikatakan bunyi jantung janin sudah tidak ada lagi kemudian os disarankan untuk USG di Rumah Sakit. Pada jam 15.00 WIB tanggal 17/3/2012, os ke klinik Bunda dan dilakukan USG oleh dokter umum, dikatakan janin sudah meninggal dan os dirawat di klinik Bunda dan diberi perangsang untuk melahirkan bayi melalui infus. Karena tidak ada kemajuan, pasien diminta untuk ke RS Otorita Batam untuk mendapat kepastian. Pasien menyangkal adanya mules-mules, keluar lendir darah dan keluar air-air dari kemaluan. Pasien juga menyangkal ada riwayat trauma.

3. Riwayat pemeriksaan kehamilan Pemeriksaan selama kehamilan (ANC) rutin kira-kira satu kali per bulan dilakukan di Puskemas Lubuk Baja. Dari hasil USG terakhir dinyatakan janin sudah meninggal.

4. Riwayat menstruasi Haid pertama kali pada umur 12 thn, lama 5-7 hari, siklus haid 28 hari, teratur, banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang hebat selama haid. Hari Pertama Haid Terakhir, 10 Juli 2011. Haid terakhir selama 5-7 hari banyaknya 2-3 pembalut, tidak nyeri.

5. Riwayat menikah Pasien mengaku menikah satu kali, pada bulan Januari tahun 2000.

6. Riwayat kehamilan dan persalinan G4P3A0 1) 11 tahun, laki-laki, BBL: 3100 gr, PBL: 50 cm, PN, oleh bidan di Medika centre, sehat. 2) 10 tahun, perempuan, BBL: lupa, PBL: lupa, PN, oleh bidan, sehat. 3) 7 tahun, perempuan, BBL: lupa, PBL: lupa, PN, oleh bidan, sehat.3

4) Hamil ini

7. Riwayat KB Kontrasepsi pil selama 3 bulan sewaktu awal pernikahan kemudian berhenti.

8. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis disangkal. Riwayat asthma, dan alergi makanan maupun obat-obatan disangkal. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Belum pernah mendapat tindakan operasi sebelumnya.

9. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis di keluarga disangkal. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan di keluarga disangkal, riwayat asthma di keluarga disangkal. Riwayat kehamilan kembar dalam keluarga disangkal.

10. Riwayat Kebiasaan Pasien tidak merokok. Kebiasaan minum alkohol dan penggunaan obat-obatan tertentu disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK (18 Maret 2012, jam 14.00 WIB)

1.

PEMERIKSAAN UMUM : Tampak sakit sedang : Compos mentis :

Keadaan umum Kesadaran Tanda Vital

- Tekanan darah: 120/80 mmHg, lengan kanan, berbaring - Frekuensi nadi: 80x/menit, reguler, kuat, volume cukup, ekual kiri dan kanan - Pernapasan - Suhu : 20 x/menit, reguler : 36,8 0C, aksiler, afebris

4

Status Generalis Kepala Bentuk kepala Rambut Wajah Mata : Normosefali, tidak ada deformitas : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut : Simetris, deformitas (-) : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+ Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), sekret (-) Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-), mukosa hiperemis (-) Bibir Mulut : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab : Tonsil tenang T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula ditengah, oral higiene baik

Leher Bentuk KGB Trakhea Kelenjar tiroid : Simetris, normal : Tidak teraba membesar : Lurus di tengah : Tidak teraba membesar

Thoraks Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis Paru paru Inspeksi Palpasi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat inspirasi dan ekspirasi. : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks tertinggal, vokal fremitus kedua hemithoraks sama, krepitasi (-), nyeri tekan (-) Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung Inspeksi Palpasi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda radang : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah medial garis midklavikularis kiri

5

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : tampak buncit, tidak tampak tanda radang, linea nigra (+), striae alba (+), teraba supel, defans muskuler -/-, nyeri tekan -/-, nyeri lepas -/-, bising usus (+) 3 kali/menit.

Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem tungkai +/+

2.

PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Pemeriksaan luar Inspeksi : tampak perut buncit Palpasi : Leopold 1 : TFU 32 cm, teraba bulat , lunak dan tidak melenting Leopold 2 : kiri : teraba bagian rata, keras seperti papan

kanan : teraba bagian kecil-kecil Leopold 3 : teraba bagian bulat, keras dan melenting Leopold 4 : bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul Kontraksi/ his (-), Auskultasi : Denyut jantung janin (-) tidak terdengar via doppler

Pemeriksaan dalam Vaginal Toucher: pembukaan 2 cm, portio tebal lunak, arah posterior, ketuban (+), kepala Hodge I. Taksiran berat janin : (32 cm 13) x 155 = 2945 gram Pelvik Score : - dilatasi serviks 1-2 cm (skor 1) - portio 31 50 % (skor 1) - kepala bayi - 3 (skor 0) - konsistensi serviks lunak (skor 2) - posisi posterior (skor 0) Total : 4 ( 100 cm Tali pusat pendek : < 30 cm Kelainan kelainan pada tali pusat, yaitu ; 1,2,3,4,5 Prolapsus Tali Pusat Insidens 0,2 0,6 %, 4 6 % dengan panjang tali pusat > 80 cm. Hampir 50 % terjadi pada Kala II Tali pusat yang pendek Panjang tali pusat < 30 cm. Loops of the Umbilical Cord ( Lilitan Tali Pusat ) Insidens 24, 6 % (21 %: 1 lilitan;2,5 % ;2 lilitan, 0,2 % >3 lilitan ) Satu atau dua lilitan tali pusat pada leher bayi tidak menyebabkan angka kesakitan dan kematian janin meningkat. Knots in the Umbilical Cord ( Simpul ) Ada dua klasifikasi jenis simpul, yaitu: true knots dan false knots 2 Insidens 0,3 2,1 %, disertai dengan kematian antepartum. Tidak berkaitan dengan abnormalitas neurologik.4 Simpul nyata ( true knots ) sulit ditemukan pada saat antenatal care. Simpul ini dapat terbentk akibat torsi / putaran pada tali pusat yang membentuk suatu lengkungan dimana janin dapat terperangkap didalamnya, membentuk simpul.5 Single Artery Adanya aplasia atau atrofi dari satu pembuluh darah arteri umbilikalis. Insidens 1 dari 500 persalinan. Primipara memiliki resiko yang sama dengan multipara, namun kecenderungan pada ras kulit hitam lebih besar dibandingkan dengan ras kulit putih.

C.

FAKTOR MATERNAL Hipertensi dan Diabetes Mellitus adalah dua penyakit ibu yang sering menyebabkan

kematian janin intra uterin. 1,2,317

V.

MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS IUFD1,3,5 Anamnesis : Pasien mengaku tidak lagi merasakan gerakan janinnya. Pemeriksaan Fisik : Inspeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari usia kehamilannya. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus. Palpasi : Tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid. Tidak teraba gerakan-gerakan janin. Auskultasi: Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia kehamilan 10-12 minggu pada pemeriksaan ultrasonic Doppler merupakan bukti kematian janin yang kuat.

Pemeriksaan Penunjang : - USG (Ultrasonografi) a) Tidak adanya pergerakan janin (termasuk denyut jantung) yang diukur selama periode observasi 10 menit dengan USG, merupakan bukti kuat adanya kematian janin. b) Lama-kelamaan akan terjadi oligohidramnion dan kolaps tulang-tulang tengkorak akan tampak. - Foto Rontgen Abdomen a) Spaldings Sign, yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang tengkorak, yang terjadi akibat likuefaksi massa otak dan melemahnya struktur ligamentosa yang membentuk tengkorak. Biasanya tanda ini muncul 7 hari setelah kematian. Namun ciri-ciri yang sama dapat ditemukan pada kehamilan ekstrauterin dengan janin hidup. b) Hiperrefleksi dari tulang belakang c) Bayangan tulang-tulang iga bertumpuk-tumpuk, dimana tidak dapat lagi ditemukan bentuk simetris torak. d) Roberts sign, dimana didapatkan gambaran gas dalam ruang jantung dan pembuluh darah.

18

Pemeriksaan Hematologi : Pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C, ureum, kratinin, profil tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus, anticardiolipin antibody.

Pemeriksaan Urine : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus. Pemeriksaan Autopsi : Langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi petunjuk pasti sebab kematian janin.

PROTOKOL INVESTIGASI PADA IUFD2 Bertujuan untuk : 1. Memastikan diagnosis IUFD secara sonografi atau radiologi 2. Memeriksa kadar fibrinogen darah dan masa tromboplastin parsial secara periodik, terutama bila janin dipertahankan dalam kandungan > 2 minggu. 3. Mencari penyebab kematian janin.

Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan Hollier (1997) 1:

1. Deskripsi bayi malformasi bercak/ noda warna kulit pucat, pletorik derajat maserasi

2. Tali pusat prolaps pembengkakan - leher, lengan, kaki hematoma atau striktur jumlah pembuluh darah panjang tali pusat warna mekoneum, darah konsistensi volume19

3. Cairan Amnion

4. Plasenta berat plasenta bekuan darah dan perlengketan malformasi struktur sirkumvalata, lobus aksesorius edema perubahan hidropik

5. Membran amnion bercak/noda ketebalan

Grade Maserasi pada IUFD : Grade 0 (durasi < 8 jam) : kulit kemerahan setengah matang. Grade I (durasi > 8 jam) : kulit terdapat bulla dan mulai mengelupas. Grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga toraks dan abdomen Grade III (durasi >8 hari) :hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi. PENATALAKSANAAN IUFD 2,3,5 Pasien dan keluarganya memiliki kemungkinan besar terganggu secara psikis, tetapi mereka harus diyakinkan tentang amannya persalinan spontan. Pada kebanyakan IUFD (80%) pasien akan melahirkan secara spontan dalam waktu 2 minggu setelah janin mati. Pasien dapat tinggal di rumah selama 2 minggu pertama tetapi dengan saran untuk datang ke rumah sakit untuk bersalin. Bila persalinan spontan tidak terjadi dalam waktu 2 minggu, pasien harus dirawat untuk menilai kadar fibrinogennya setiap minggu, atau dua kali seminggu. Kadar fibrinogen serum yang menurun mencapai 150 mg% harus ditangani dengan pemberian heparin terkontrol.

VI.

TINDAKAN : Indikasi dilakukan tindakan : Gangguan psikologis dari pasien Terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi uterus Kadar fibrinogen yang menurun, kadar fibrinogen harus dinaikkan melebihi kadar kritis sebelum dilakukan tindakan.

20

Adanya tendensi persalinan spontan akan terjadi lebih dari 2 minggu.

METODE-METODE TERMINASI Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu : Infus Oksitosin Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi pematangan serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit. Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit. Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu tidak boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama. Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko tersebut. Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan bila upaya berulang tetap gagal menginduksi persalinan.

Prostaglandin Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat

efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.

Operasi Sectio Caesaria (SC) Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak lintang.

21

SKEMA PENATALAKSANAAN IUFD2 Non-Interferensi 2 minggu

Kasus refrakter atau kasus dimana terminasi kehamilan diindikasikan Psikologis Infeksi Penurunan kadar fibrinogen Retensi janin lebih dari 2 minggu

Partus Spontan dalam 2 minggu (80%)

Rawat di RS, Induksi persalinan

Servik matang

Servik belum matang

Infus Oksitosin

Prostaglandin gel Diulang setelah 6-8 jam

Gagal

gagal

Oksitosin diulang dengan Ditambah Prostaglandin/vaginam

Ditambah dengan infus Oksitosin

22

VII.

KOMPLIKASI2,3

1. Gangguan psikologis 2. Infeksi, selagi ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat kecil, namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh mikroorganisme pembentuk gas seperti Cl.welchii. 3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu, dapat terjadi defibrinasi akibat silent Dissaminated Intravascular Coagulopathy (DIC). Walaupun terjadinya terutama pada janin mati akibat inkompatibilitas Rh yang tetap dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada kasus lainnya harus dipikirkan. Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari tromboplastin yang dilepaskan dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam sirkulasi maternal. 4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post partum. VIII. PENCEGAHAN 2,4 Resiko kematian janin dapat sepenuhnya dihindari dengan antenatal care yang baik. Ibu menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman beralkohol atau penggunaan obat-obatan. Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress test fetal elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum terjadi kematian dan terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat janin.

PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN 1,2,3,4,6 Tujuannya untuk deteksi dini ada tidaknya faktor-faktor penyebab kematian janin. Misalnya hipoksia, asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan dan infeksi.

CARA-CARA PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN : 1. Perkiraan pertumbuhan janin dari tinggi fundus uteri terhadap usia kehamilan Diukur dengan keadaan pasien terlentang, pada keadaan uterus tidak berkontraksi, dari tepi atas simfisis sampai fundus, dengan idealnya vesica urinaria dan rectum yang kosong. Jika tinggi fundus lebih daripada kalibrasi usia kehamilan, pikirkan kemungkinan kehamilan multiple, tumor, hidrosefalus, bayi besar, hidramnion. Sebaliknya jika tinggi23

fundus kurang dari kalibrasi usia kehamilan, pikirkan oligohidramnion, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah, dsb. Dapat pula digunakan taksiran berat janin dengan rumus Johnson Tossec.

2. Auskultasi denyut jantung janin Dengan alat Laennec, Dopller atau CTG. Ideal perhitungan I menit penuh. Jika dengan CTG direkan untuk 10 menit. Normal frekuensi denyut 120-160 kali per menit, meningkat pada saat kontraksi.

3. Pemantauan aktifitas atau gerakan janin. Dapat secara subjektif (ditanyakan kepada ibu) atau objektif (dengan cara palpasi atau USG). Terdapat dua metode penghitungan gerakan janin : Cardif count 10 formula2 Pasien mulai menghitung gerakan janin sejak jam 9 pagi. Penghitungan dihentikan setelah gerakan janin mencapai 10 kali. Ibu disarankan untuk segera pergi ke dokter bila terdapat kurang dari 10 gerakan dalam kurun waktu 12 jam selama 2 hari berturut-turut, atau tidak dirasakan gerakan janin sama sekali selama kurun waktu 12 jam dalam 1 hari. Daily Fetal Movement Count ( DFMC ) 2 Normalnya terdapat 3 gerakan janin dalam 1 jam, masing-masing pada pagi, siang dan malam hari. Total penghitungan tersebut dikalikan 4, sehingga terdapat penghitungan gerakan janin selama 12 jam. Bila terdapat penurunan kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam, hal ini menandakan adanya penurunan fungsi plasenta. Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar oksigen hanya dibutuhkan oleh otak dan jantung (refleks redistribusi). Jika janin tidak bergerak pikirkan kemungkinan diagnosis banding tidur atau hipoksia.

4. Pengamatan mekoneum dan cairan ketuban Caranya dengan amniocentesis atau amnioskopi. Pada keadaan normal otot sfingter ani janin berkontraksi, sehingga mekoneum tidak keluar dan bercampur air ketuban, sehingga air ketuban tetap jernih. Pada hipoksia akut terjadi hiperperistaltik otot-otot tubuh janin, dan relaksasi sfingter ani sehingga mekoneum keluar dan menyebabkan air ketuban berwarna

24

kehijauan. Pada infeksi, terjadi koloni kuman pada selaput dan cairan ketuban (korioamnionitis) sehingga ketuban juga akan berwarna kehijauan dan keruh. Pemeriksaan rasio lecithin/sphyngomyelin (L/S ratio) pada cairan ketuban digunakan untuk menilai prediksi pematangan paru janin (pembentukan surfaktan).

5. Pengamatan hormone yang diproduksi oleh plasenta Estriol dan Human Placental Lactogen (HPL) adalah hormon plasenta spesifik yang diperiksa pada darah ibu untuk menilai fungsi plasenta. Jika abnormal berarti terjadi gangguan fungsi plasenta dan berakibat resiko pertumbuhan janin terhambat sampai kematian janin.

6. Pemeriksaan darah dan analisis gas darah janin Pengambilan sample darah bias dari tali pusat (umbilical cord blood sampling) atau dari kulit kepala janin (fetal scalp blood sampling). Pada janin dengan hipoksia terjadi asidosis.

7. Ultrasonografi (USG) Dapat digunakan untuk menilai : Kantong gestasi : jumlah, ukuran, lokasi, bentuk, keadaan. Janin : hidup/mati, presentasi, pertumbuhan, kelainan bawaan, perkiraan usia gestasi melaui biometri janin (CRL-Crown Rump length, BPD-Biparietal Diameter, AC-Abdominal Circumference, FL-Femur Length). Tali pusat : jumlah pembuluh darah, sirkulasi (dengan dopller dapat menilai FDJP (Fungsi Dinamik Janin Plasenta), SDAU (sirkulasi Darah Arteri Umbilikalis) Membran dan cairan amnion : keadaan dan jumlah. Plasenta : lokasi, jumlah, ukuran, maturasi dan insersi. Keadaan patologis : kehamilan ektopik, mola hidatidosa, tumor, inkompetensia serviks, dsb. Dapat juga digunakan untuk membantu tindakan khusus : amniocentesis, fetoskopi, tranfusi intrauterin, biopsi vili korialis

25

TES FUNGSI DINAMIK JANIN PLASENTA (FDJP) 6

Skor Reaktivitas DJJ Akselerasi-Stimulasi Rasio SDAU Gerak nafas-Stimulasi Indeks Cairan Amnion

2 2 2