82
Skenario A Blok 22 Tahun 2015 Mrs. Ani, 72 years old came to doctor Muhammad Husein Hospital with a 2 months history of increasing pain in her lower back, which has not improved with ibuprofen and is causing difficulty with walking and dressing. On questioning, she reports having lost about 5cm of height since she was a young women. On examination, there is mild kyphosis in her lower thoracic spine but no point tenderness. A lateral spine radiograph reveals that the L3 vertebra is biconcave in appearance, a finding that is consistent with vertebral fracture. From these information, doctor suggested to examine her bone mineral density. Her lumbar X-Ray : (Picture) Skenario A Blok 22 Tahun 2015 Nyonya Ani, 72 tahun datang ke Rumah Sakit dr. Muhammad Husein dengan riwayat adanya peningkatan nyeri di punggung bawahnya sejak 2 bulan yang laluyang tidak membaik dengan ibuprofen dan menyebabkan kesulitan berjalan dan memakai pakaian. Dalam anamnesis, dia mengeluhkan adanya penurunan tinggi badan sekitar 5cm dibandingkan dia masih muda. Dalam pemeriksaan, ditemukan kifosis ringan di thorax bawah tulang belakang, tapi tidak terdapat nyeri tekan. 1

Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

Page 1: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Skenario A Blok 22 Tahun 2015

Mrs. Ani, 72 years old came to doctor Muhammad Husein Hospital with a 2

months history of increasing pain in her lower back, which has not improved with

ibuprofen and is causing difficulty with walking and dressing. On questioning, she

reports having lost about 5cm of height since she was a young women.

On examination, there is mild kyphosis in her lower thoracic spine but no point

tenderness. A lateral spine radiograph reveals that the L3 vertebra is biconcave in

appearance, a finding that is consistent with vertebral fracture. From these

information, doctor suggested to examine her bone mineral density.

Her lumbar X-Ray :

(Picture)

Skenario A Blok 22 Tahun 2015

Nyonya Ani, 72 tahun datang ke Rumah Sakit dr. Muhammad Husein dengan

riwayat adanya peningkatan nyeri di punggung bawahnya sejak 2 bulan yang laluyang

tidak membaik dengan ibuprofen dan menyebabkan kesulitan berjalan dan memakai

pakaian. Dalam anamnesis, dia mengeluhkan adanya penurunan tinggi badan sekitar

5cm dibandingkan dia masih muda.

Dalam pemeriksaan, ditemukan kifosis ringan di thorax bawah tulang belakang,

tapi tidak terdapat nyeri tekan. Radiografi lateral tulang belakang menunjukkan

tampilan bahwa vertebra L3 bikonkaf, ditemukan juga fraktur vertebra. Dari

informasi ini doktor menyarankan to melakukan pemeriksaan bone mineral density.

X-Ray lumbar Nyonya Ani :

(Gambar)

1

Page 2: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

I. Klarifikasi Istilah

1. Ibuprofen : obat anti inflamasi non-steroid yang digunkan dalam

pengobatan nyeri, demam, osteoarthritis, artritis

rheumatoid, kelaianan peradangan reumatik, dan non

reumatik lainnya.

2. Nyeri punggung : rasa sakit yang terdapat pada bagian punggung.

3. Kifosis : kelengkungan pada kurvatura thoracal tulang belakang

yang berlebihan seperti yang terlihat dari samping.

4. Bone Mineral Density : ukuran gram mineral (Ca) perwilayah dan sering

digunakan sebagai ukuran tidak langsung untuk

kekuatan tulang.

5. Fraktur vertebra : pecahan atau rupture pada tulang vertebra; terputusnya

kontinuitas dari tulang vertebra (retakatau patah).

6. Bikonkaf : cekung pada kedua sisinya.

7. X-Ray : suatu proyeksi radiografi dari thorak untuk

mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi

thorak, isi, dan struktur-struktur didekatnya dengan

menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray.

II. Identifikasi Masalah

1. Nyonya Ani, 72 tahun datang ke Rumah Sakit dr. Muhammad Husein dengan

riwayat adanya peningkatan nyeri di punggung bawahnya sejak 2 bulan yang

lalu yang tidak membaik dengan ibuprofen dan menyebabkan kesulitan berjalan

dan memakai pakaian.

2. Dalam anamnesis, dia mengeluhkan adanya penurunan tinggi badan sekitar 5cm

dibandingkan dia masih muda.

3. Dalam pemeriksaan, ditemukan kifosis ringan di thorax bawah tulang belakang, tapi

tidak terdapat nyeri tekan.

4. Radiografi lateral tulang belakang menunjukkan tampilan bahwa vertebra L3

bikonkaf, ditemukan juga fraktur vertebra. Dari informasi ini doktor menyarankan

untuk melakukan pemeriksaan bone mineral density.

X-Ray (Gambar L3)

2

Page 3: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

III. Analisis Masalah

1. Nyonya Ani, 72 tahun datang ke Rumah Sakit dr. Muhammad Husein dengan riwayat

adanya peningkatan nyeri di punggung bawahnya sejak 2 bulan yang lalu yang tidak

membaik dengan ibuprofen dan menyebabkan kesulitan berjalan dan memakai

pakaian.

a. Bagaimana hubungan identitas pasien dengan keluhannya?

Jenis kelamin perempuan, usia 72 tahun. Pada wanita hormone estrogen

menghinduksi apoptosis osteoklas (menurunkan aktivitas osteoklas). osteoklas ini

fungsinya untuk resorpsi atau penyerapan (penghancuran) tulang. sedangkan

yang membuat (former) nya adalah osteoblast. Peak mass bone (puncak

pembentukan masa tulang) pada umur 30 tahun. Dimana saat proses

pembentukan ini peran osteoblast yang dominan untuk membentuk tulang. Pada

usia diatas 30 tahun atau post menopause yang lebih dominan adalah proses

resorpsinya. Estrogen yang menurun menyebabkan aktivasi osteoklas meningkat

atau apoptosis osteoklasnya menurun sehingga osteoklas yang lebih dominan

untuk menghancurkan tulang.

b. Bagaimana anatomi vertebra?

Terlampir di Learning Issue.

c. Bagaimana histologi tulang?

Terlampir di Learning Issue.

d. Bagaimana fisiologi pembentukan tulang?

Terlampir di Learning Issue.

e. Bagaimana mekanisme nyeri punggung pada kasus diatas?

Pada tulang belakang yang mengalami osteoporosis seringkali terjadi patah

patologis karena beban badan (fraktur kompresi) yang pada kondisi normal tidak

mengganggu tulang belakang.Bila ini terjadi maka keluhan yang sering

mengganggu penderita adalah nyeri berkepanjangan. Jika kepadatan tulang sangat

berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan menimbulkan nyeri tulang

dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung

menahun.Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau

3

Page 4: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

karena cedera ringan. Biasannya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di

daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri ketika penderita

berdiri atau berjalan. Jika disentuh di daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi sakit

ini akan menghilang secara vertahap setelah beberapa minggu atau beberapa

bulan.

Nyeri timbul karena trauma pada jaringan lunak termasuk endosteum dan

periosteum. Nyeri bertambah bila ada gerakan pada daerah fraktur disertai

spasme otot serta pembengkakan yang progresif dalam ruang tertutup. Nyeri

dapat diatasi dengan imobilisasi fraktur dan pemberian analgetik. Nyeri juga

bertambah berat karean adanya osteoporosis.

Gambar 1. Rute Konduksi Nyeri di Medula Spinalis

Reseptor nyeri yang dikenal sebagai nociceptor atau ujung saraf bebas snsitif

terhadap mekanik, suhu dan energi kimia. Reseptor tersebut ditemukan di kulit,

4

Page 5: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

periosteum yang mengelilingi tulang, gigi dan beberapa organ.Struktur tulang

belakang yang peka terhadap nyeri adalah periosteum vertebrae, dura, sendi facet,

annulus fibrosus dari diskus intervertebralis, vena epidural, dan ligamentum

longitudinal posterior.Gangguan pada berbagai struktur ini dapat menjelaskan

penyebab nyeri punggung tanpa kompresi radix saraf.Nucleus pulposus dari

diskus intervertebral tidak peka terhadap nyeri dalam situasi yang normal. Tulang

belakang regio lumbal dan servikal merupakan struktur yang paling peka terhadap

gerkana dan mudah mengalami trauma

Perjalanan Nyeri (Nociceptive Pathway)

Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis kompleks yang

disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang merefleksikan empat proses

komponen yang nyata yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana

terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf

pusat (cortex cerebri)

Proses Transduksi

Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf.

Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah

menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve

ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini,

golgi mazoni). Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau

trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah

yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan

dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan

menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer

Proses Transmisi

Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi

melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana

impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus

spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis

terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral

serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.Selain itu

5

Page 6: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-

saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnyaimpuls disalurkan ke thalamus

dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri

Proses Modulasi

Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla

spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen

yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu

posterior medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak.

Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat

menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis.Dimana kornu

posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls

nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri

sangat subjektif pada setiap orang

Persepsi

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi

dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang

dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan

korteks sebagai diskriminasi dari sensorik

f. Mengapa nyeri bertambah berat sejak 2 bulan yang lalu?

Nyeri bertambah sejak 2 bulan yang lalu diakibatkan oleh terjadinya fraktur

vertebrae lumbal. Sebelumnya ny.Ani merasakan nyeri punggung bawah kronis

akibat hipersensitivitas terhadap rasa sakit yang merupakan gejala khas

menopause.

Transmisi dari serabut C dari saraf sensori diinhibisinya disesuaikan oleh

serabut saraf upper motor neuron dari otak di medulla spinalis. Neurotransmitter

saraf ini serotonin, dan ujung serabut C mempunyai reseptor serotonin.

Percobaan pada tikus, defisiensi esterogen dengan reseksi dari ovarium

menyebabkan penurunan reseptor serotonin di ujung serabut C., dan peningkatan

transmisi stimulus nyeri. Telah dijelaskan bahwa pemberian kalsitoin

memperbaiki jumlah reseptor serotonin dan hipersensitivitas terhadap nyeri

menghilang. Nyeri punggung bawah atau atas pada osteoporosis pasca

6

Page 7: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

menopause tidak hanya berhubungan dengan tulang tetapi berubungan dengan

efek sentral defisiensi esterogen.

g. Mengapa nyeri tidak membaik dengan ibuprofen?

Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau

hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.

Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun.Tulang belakang

yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan.

Biasanya nyeritimbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari

punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika

disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan

menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika

beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan

yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan

ketegangan otot dan sakit.

h. Apa makna klinis pemberian ibuprofen? Kenapa harus ibuprofen?

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang (pada kasus sampai pasien tidak dapat

berjalan, indikasi nyeri berat)

Menurut penelitian, dapat memicu terjadnya pengurangan densitas tulang dan

dapat mengakibatkan osteoporosis

Efek terapeutik : Inhibisi prostaglandin perifer

Kerja Obat : Menghambat sinstesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan

senyawa di tubuh yang menyebabkan inflamasi dan rasa sakit

Farmakodinamik :

Ibuprofen hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang,

dan efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan

jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat,

tetapi tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral

yang merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik, ibuprofen bekerja pada

hipotalamus, menghambat pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang,

dan mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau

kimiawi.

7

Page 8: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Sebagai antiinflamasi, efek inflamasi dari ibuprofen dicapai apabila penggunaan

pada dosis 1200-2400 mg sehari. Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap

rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan

lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin

dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah,

bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Ibuprofen dapat dimanfaatkan pada

pengobatan muskuloskeletal seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan

spondilitis ankilosa. Namun, ibuprofen hanya meringankan gejala nyeri dan

inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak

menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan

muskuloskeletal.

i. Apa makna klinis mengalami kesulitan berjalan dan memakai pakaian?

Kesulitan berjalan dikarenakan oleh fraktur di thoracal bawah, L3. Sedangkan

kesulitan memakai pakaian oleh karena nyeri punggungnya. Semuanya

disebabkan oleh pengeroposan tulang yang terjadi. Resorpsi

dominanpengeroposan tulangosteoporosistulang rapuh

frakturmenekan spinal cord di tulang belakang nyeri punggung.

2. Dalam anamnesis, dia mengeluhkan adanya penurunan tinggi badan sekitar 5cm

dibandingkan dia masih muda.

a. Mengapa terjadi penurunan tinggi badan pada Nyonya Ani?

Meningkatnya usia disertai faktor resiko seperti penurunan drastis estrogen

pasca menopause, terjadi ketidakseimbangan remodelling tulang dimana resorpsi

tulang meningkat sedangkan deformasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal

ini mengakibatkan osteoporosis dimana terjadi penurunan densitas massa tulang

dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh, mudah

patah serta meningkatnya resiko fraktur tulang, terutama pada tulang vertebra.

Oleh karena itu, Nyonya Ani mudah mengalami fraktur kompresi pada tulang

vertebra yang memang sudah rapuh karena osteoporosis. Tulang vertebra

tersebut kemudian mengalami retak dan runtuh menyebabkan pemadatan tulang

vertebra sehingga akan menjadi lebih pendek dari ukuran sebelumnya,

menunjukkan kifosis dan penurunan tinggi badan.

8

Page 9: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Tinggi badan orang usia lanjut memang terlihat menyusut karena tulang

belakang keropos hingga tubuh memendek dan bungkuk. Tulang manusia

memiliki lapisan yang keras dan lapisan dalam yang berongga seperti spons. Dari

bayi hingga dewasa, tulang dibentuk, dibuat baru dan membesar. Setelah usia 30

tahun akan terjadi maintenance. Artinya, ketika tulang menua, akan dirusak

dalam waktu singkat oleh sel-sel perusak tulang (osteoklas). Ini diimbangi dengan

sel-sel pembentuk tulang (osteoblas).Tapi pembentukan sel tulang baru butuh 3

bulan. Akhirnya tulang-tulang berlubang-lubang dan menipis (osteopenia). Jika di

diamkan tulang akan keropos (osteoporosis), tekanan sedikit saja bisa

menyebabkan tulang patah.

3. Dalam pemeriksaan, ditemukan kifosis ringan di thorax bawah tulang belakang, tapi

tidak terdapat nyeri tekan.

a. Bagaimana mekanisme terjadinya kifosis?

Kifosis didefinisikan sebagai columna vertebralis yang melengkung konveks ke

dorsal.di daerah thorak,kelengkungan ini bersifat fisiologis,namun di columna

vertebralis didaerah servikal dan lumbal hal ini selalu patologis.hal ini disebabkan

oleh penyakit osteoporosis. Tulang belakang yang rapuh dan lemah merupakan

penyebab utama dari masalah ini. Hal ini dapat mengakibatkan tulang belakang

mengalami fraktur kompresi, terutama pada wanita pasca menopause di atas usia

50 tahun. Fraktur kompresi paling banyak terjadi pada bagian depan tulang

belakang, yang menyebabkan bagian depan tulang runtuh dan menciptakan tulang

belakang berbentuk baji dan menciptakan postur tubuh membungkuk atau kifosis

Gambar 2. Postur Tulang Belakang Pada Keadaan Normal dan Kifosis

9

Page 10: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

b. Apa saja jenis-jenis kifosis?

1. Kifosis Postural

Merupakan jenis paling umum dan banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Gejala terlihat saat memasuki usia remaja. Hal ini disebabkan karena postur tubuh

yang buruk dan melemahnya otot-otot ligamen bagian belakang.

Tulang belakang biasa berbentuk normal pada kifosis ini.Hanya saja penderita

memiliki gejala nyeri dan melemahnya otot bagian belakang.Namun mereka yang

mengalami kifosis postural dapat kembali lurus.Sebab, kifosis ini terjadi karena

postur tubuh semata bukan akibat pembengkokan tulang.

Kifosis postural biasa dapat diobati dengan terapi fisik untuk membantu

memperkuat otot pinggang dan memperbaiki postur.Obat anti inflamasi juga dapat

membantu mengurangi gejala.

2. Kifosis Scheuermann

Ini merupakan hasil dari kelainan struktural tulang belakang. Jenis kifosis ini

dapat berkembang menjadi skoliosis--kelengkungan tulang belakang abnormal ke

arah samping-- walau penyebabnya belum diketahui, jenis kifosis ini bukan hanya

dapat menyerang tulang belakang, tapi juga bagian leher, dada, maupun pinggang.

Akan tetapi kifosis ini dapat diatasi dengan kombinasi latihan dan terapi fisik dan

mengobatan nyeri pinggang serta anti inflamasi.Kalau kifosis terus berkembang,

dapat menggunakan penyangga tulang.

3. Kifosis Bawaan

Ini adalah jenis kifosis yang paling jarang terjadi.Kifosis ini disebabkan ketika

terjadi pertumbuhan tulang belakang yang abnormal sebelum dilahirkan.Hal ini

terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan.

Oleh karena itu untuk ketika masih dalam kandungan, ada baiknya kalau para

wanita mengonsumsi asupan terbaik untuk janin.Akan tetapi ketika anak telah

lahir dengan kondisi abnormal, kifosis diatasi dengan pembedahan sedini

mungkin.Ini untuk membantu mencegah kondisi tambah parrah.

10

Page 11: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

4. Kifosis Akibat Osteoporosis

Ini penyebab kifosis yang paling umum terjadi pada orang dewasa, dan banyak

terjadi pada wanita dibanding pria.Kerapuhan atau pengeroposan tulang menjadi

biang keladinya, terutama wanita pada pasca menopause. Ketika hal ini terjadi

pada usia tua maka kifosis tak akan kembali lurus.

c. Bagaimana hubungan kifosis dengan penurunan tinggi badan?

Penurunan tinggi badan merupakan salah satu gejala dari osteoporosis. Yang

mana gejalanya antara lain:

Tinggi badan berkurang

Tinggi manusia akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 18 tahun. Dari hari

ke hari, diskus intervertebralis atau bantal di antara ruas tulang belakang akan

mengalami penekanan selama bekerja, berjalan, dan dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan lainnya. Ketika bangun tidur, badan akan sedikit lebih tinggi

daripada waktu siang atau sore hari setelah melakukan aktivitas dan pada malam

hari ketika tidur. Diskus tersebut akan melar lagi dan kembali ke tinggi semula.

Penyebab penurunan tinggi badan ini adalah fraktur tulang belakang atau

vertebra yang umumnya tanpa keluhan, tetapi tubuh semakin pendek dan

membungkuk. Bila terdapat penurunan tinggi badan sebanyak 2 cm dalam 3

tahun terkahir, hal itu menandakan adanya fraktur tulang yang baru.Semakin tua

umur seseorang yang terserang osteopororsis maka semakin pendek postur

tubuhnya.

Bentuk Tubuh Berubah

Osteoporosis merupakan salah satu penyebab kifosis yang paling sering terjadi

terutama pada wanita pasca menopause diatas usia 50 tahun. Tubuh membungkuk

biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruas tulang belakang dari daerah dada

(thoracal) dan pinggang (lumbal).Tulang belakang yang rapuh dan lemah

merupakan penyebab utama dari masalah ini.Osteoporosis pada tulang belakang

menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan bagian

depan tulang runtuh dan menciptakan tulang belakang berbentuk baji dan

menciptakan postur tubuh membungkuk atau kifosis, atau punuk dowager.Kifosis

yang berat bisa mengakibatkan gangguan pergerakkan otot pernafasan.Penderita

11

Page 12: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

bisa merasakan sesak nafas dan terkadang bahkan timbul komplikasi pada paru-

paru.

Tulang Rapuh dan Patah

Tulang yang rapuh dan patah dinamakan fragility fracture.Pada kondisi ini bisa

terjadi patah tulang meskipun tidak harus timbul karena trauma yang

hebat.Melainkan dengan hanya terjatuh biasa ringan, mengangkat, mendorong

sesuatu atau akibat trauma ringan lainnya.Selain pada tulang belakang, fraktur

sering pula menimpa tulang pergelangan tangan, pergelangan kaki, bahkan

panggul.Fraktur multiple di beberapa tempat juga sering terjadi. Fraktur yang

terjadi mendadak atau akut akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat dimana

terkadang sampai memerlukan obat penekanan nyeri yang kuat sampai pada

golongan narkotika.

Fraktur yang kronis sampai harus menjalani tirah baring yang lama dan ini akan

mengganggu peredaran darah. Selain itu, yang demekian juga sering

menimbulkan bahaya infeksi dan komplikasi pada jantung serta saluran nafas.

Kesulitan perawatan pada orang tua, ditambah dengan beberapa penyakit kronis

lain yang menyertai seperti diabetes, stroke atau penyakit jantung akan

memperburuk keadaan dan bisa fatal akibatnya.

d. Apa makna klinis tidak terdapat nyeri tekan?

Tidak ada nyeri tekan menandakan tidak adanya inflamasi.

4. Radiografi lateral tulang belakang menunjukkan tampilan bahwa vertebra L3

bikonkaf, ditemukan juga fraktur vertebra. Dari informasi ini doktor menyarankan

untuk melakukan pemeriksaan bone mineral density.

X-Ray (Gambar L3)

a. Bagaimana interpretasi dari hasil radiologi?

Fraktur vertebrae dan vertebrae L3 bikonkaf.

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil radiologi?

Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti

pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta

pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik

12

Page 13: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah

sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma

mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur.

Densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada vertebra

spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling

berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan

yang sering ditemukan.

 Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung

dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas

bikonkaf.

c. Bagaimana gambaran radiologi vertebra normal, bikonkaf, fraktur, kifosis,

osteoporosis?

Normal :

Gambar 3. Radiologi Vertebra Normal

13

Page 14: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

1. Alignment : corpus vertebrae sejajar; dilihat dari ujung anterior dan posterior

corpus vertebrae lalu dibandingkan dengan vertebrae lainnya.

2. Tulang : secara gradual, corpus vertebrae semakin tinggi dari superior ke inferior.

3. Space : jarak antar diskus secara gradual akan meningkat dari superior ke inferior.

4. VB : normal height/tidak

5. P : pedicle

6. SP : processus spinosus

7. F : foramen, tempat keluarnya n.spinalis.

Fraktur :

Gambar 4. Vertebra Pada Keadaan Normal, Osteoporosis, dan Fraktur Kompresi

Osteoporosis

Gambar 5. Fraktur Kompresi L3 Bikonkaf.

14

Page 15: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 6. Klasifikasi Fraktur Vertebra

Kifosis :

Gambar 7. Radiologi Lateral Kifosis

15

Page 16: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 8. Radiologi Kifosis

d. Apa indkasi dan cara pemeriksaan bone mineral density?

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien DEWASA), indikasi

pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) :

- Perempuan usia 65 tahun keatas

Untuk perempuan pasca menopause usia dibawah 65 tahun,dapatdilakukan

pemeriksaan BMD bilamana ada faktor resikoterjadinya penurunan massa

tulang seperti:

Berat badan rendah

Ada riwayat patah tulang

Pengguna obat resiko tinggi

Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilanganmassa tulang

Perempuan peri-menoapause dengan faktor resiko patah tulangseperti

berat badan rendah, riwayat patah tulang, atau penggunaobat resiko

tinggi.

- Pria usia 70 tahun keatas

Untuk pria usia dibawah 70 tahun, dapat dilakukan pemeriksaanBMD

bilamana ada faktor terjadinya penurunan massa tulangseperti :

Berat badan rendah

Ada riwayat patah tulang

16

Page 17: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Pengguna obat resiko tinggi

Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilanganmassa tulang.

Pasien dewasa dengan kerapuhan tulang (fragile)

Pasien dewasa dengan penyakit atau kondisi yang

menimbulkankehilangan massa tulang

Pasien dewasa menggunakan obat yang menimbulkan kehilanganmassa

tulang

Seseorang yang dipertimbangkan pengobatan anti osteoporosis

Seseorang yang memerlukan evaluasi hasil pengobatan

Seseorang tanpa pengobatan namun ada tanda2 kehilangan massatulang

yang membutuhkan pengobatan selanjutnya

Pemeriksaan densitas massa tulang(densitometri) dengan alat dual x-ray

absorptiometry(DXA). Tujuan densitometri bukan hanya untuk mendiagnosis

osteoporosis, namun juga memprediksi resiko fraktur dan monitor terapi.

o Pada pengukuran BMD dan DXA akan didapatkan nilai skor T dan

skor Z. Skor T adalah perbandingan nilai BMD pasien dengan BMD

rata-rata orang muda normal(dinyatakan dalam standar deviasi/SD),

sedangakan skor Z adalah perbandingan nilai BMD pasien dengan

BMD rata-rata orang seusia pasien(dinyatakan dalam standar

deviasi/SD)

Klasifikasi diagnostik osteoporosis ( WHO, 1994)

Nilai Bone Mineral Density (BMD)

Normal ≥ 1SD

Osteopenia 1 SD hingga 2,5 SD

Osteoporosis ≤ 2,5 SD

Osteoporosis berat ≤ 2,5 SD dan fraktur fragilitas

o Klasifikasi diagnostik berdasarkan BMD dapat dilihat pada tabel

diatas. Sementara itu, nilai skor Z < -2,0 dapat dicurigai kemungkinan

osteoporosis sekunder. Namun, setiap pasien osteoporosis harus

dianggap mengalam tipe sekunder sampai terbukti tidak ada penyebab

sekunder. Diagnosis pada kondisi khusus:

17

Page 18: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

SURAT RUJUKAN

Yth. Staff LaboratoriumDi Rumah Sakit Muhammad Husein Palembang

Mohon pemeriksaan lebih lanjut terhadap penderita, Nama : Ny. AniJenis Kelamin : PerempuanUmur : 72 tahun

AnamnesisKeluhan : Peningkatan nyeri di punggung bawah sejak 2 bulan

yang lalu dan adanya penurunan tinggi badan sekitar5cm dibandingkan dia masih muda, kesulitan berjalanserta memakai pakaian.

Diagnosis sementara :Osteoporosis Primer (Osteoporosis Tipe I).Kasus : Pasien telah diberikan obat tapi nyeri tak

kunjung membaik.Terapi/obat yag diberikan : Ibuprofen.

Demikian surat rujukan ini sayakirim, saya mohon balasan atas surat rujukan ini. Atas kerjasama Bapak/Ibu saya ucapkan terim kasih.

Hormat Saya,

dr. PauloSIP :

Pengguna glukokortikoid jangka panjang, bila skor T < -1. Terapi

farmakologis dapat diberikan;

Ditemukan fraktur karena trauma minimal, maka diagnosis

osteoporosis tegak

e. Bagaimana tatacara merujuk pemeriksaan laboratorium?

18

Page 19: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

5. Analisis Aspek Klinis

a. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?

- Anamnesis

Faktor resiko dan predisposisi osteoporosis, riwayat haid(termasuk usia

menarke dan menopause, keteraturan haid, riwayat kehamilan) pada

perempuan, analisis gizi, riwayat jatuh, serta adanya riwayat penyakit

payudara, genitalia atau vaskular yang akan mempengaruhi keputusan

pengobatan.

- Pemeriksaan fisik

Antropometri, gaya berjalan, adanya deformitas tulang, leg-length quality,

nyeri spinal, dan jaringan parut pada leher(bekas operasi tiroid). Selain itu

perlu juga diperiksa tanda-tanda kelainan muskuloskeletal lainnya,

hipokalsemia(tetani), serta hipoparatiroidisme.

- Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Darah perifer lengkap untuk skrining penyakit dasar, kalsium urin 24 jam,

fungsi ginjal, fungsi hati, dan kadar TSH.

Pemeriksaan biokimia tulang

19

Page 20: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Kalsium total serum, ion kalsium, kadar fosfor serum, fosfat urin,

osteokalsin(OC) serum, fosfatase alkali isoenzim, hormon paratiroid, dan

vitamin D.

Pemeriksaan radiologis

X-ray, terutama untuk menyingkirkan kelainan tulang lain dan mencari

adanya fraktur. Namun pada osteoporosis dapat dijumpai karakteristik

berikut: gambaran tulang menjadi lebih lusen, trabekulasi menjadi jarang

dan kasar, penipisan korteks, serta pada korpus vertebra akan terjadi

perubahan bentuk seperti trabekulasi komponen vertikel lebih dominan

dan bentuk menjadi lebih pipih(paling sering bagian anterior korpus atau

sentral)

Pemeriksaan densitas massa tulang(densitometri) dengan alat dual x-ray

absorptiometry(DXA). Tujuan densitometri bukan hanya untuk

mendiagnosis osteoporosis, namun juga memprediksi resiko fraktur dan

monitor terapi.

o Pada pengukuran BMD dan DXA akan didapatkan nilai skor T dan

skor Z. Skor T adalah perbandingan nilai BMD pasien dengan BMD

rata-rata orang muda normal(dinyatakan dalam standar deviasi/SD),

sedangakan skor Z adalah perbandingan nilai BMD pasien dengan

BMD rata-rata orang seusia pasien(dinyatakan dalam standar

deviasi/SD)

Klasifikasi diagnostik osteoporosis ( WHO, 1994)

Nilai Bone Mineral Density (BMD)

Normal ≥ 1SD

Osteopenia 1 SD hingga 2,5 SD

Osteoporosis ≤ 2,5 SD

Osteoporosis berat ≤ 2,5 SD dan fraktur fragilitas

o Klasifikasi diagnostik berdasarkan BMD dapat dilihat pada tabel

diatas. Sementara itu, nilai skor Z < -2,0 dapat dicurigai kemungkinan

osteoporosis sekunder. Namun, setiap pasien osteoporosis harus

20

Page 21: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

dianggap mengalam tipe sekunder sampai terbukti tidak ada penyebab

sekunder. Diagnosis pada kondisi khusus:

Pengguna glukokortikoid jangka panjang, bila skor T < -1. Terapi

farmakologis dapat diberikan;

Ditemukan fraktur karena trauma minimal, maka diagnosis

osteoporosis tegak

b. Apa DD, WD dan definisi penyakit pada kasus ini?

Beberapa differential diagnose pada kasus ini adalah :

- Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan

densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitrktur tulang sehingga tulang

menjadi rapuh dan mudah patah. Bersifat asimtomatik dan manifestasi klinis

baru ditemukan setlah terjadi fraktur.terdapat 2 tipe osteoporosis yaitu

osteoporosis primer atau tipe I (pasca menopause) dan osteoporosis sekunder

atau tipe II (senilis).

- Osteomalasia

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai oleh

kurangnya mineral dari tulang pada orang dewasa (menyerupai penyakit

ricketsia pada anak-anak), berlangsung kronis dan dapat terjadi deformitas

skeletal yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D. Penurunan densitas tulang

secara umum (pseudofraktur) merupakan pita translusens yang sempit pada

tepi kortikal, dan merupakan tanda diagnostik untuk osteomalasia. Kelainan

ini paling sering terlihat pada iga, skapula, ramus pubis, dan aspek medial

femur proksimal.

- Paget’s Disease

Alkali fosfatase meningkat.Kalsium meningkat.Fosfor dapat normal atau

sedikit meningkat.Osteokalsin normal.

- Multiple myeloma

Multiple myeloma merupakan tumor ganas primer pada sumsum tulang, di

mana terjadi infiltrasi pada daerah yang memproduksi sumsum tulang pada

proliferasi sel-sel plasma yang ganas.Tulang tengkorak, tulang belakang,

pelvis, iga, skapula, dan tulang aksial proksimal merupakan yang terkena

secara primer dan mengalami destruksi sumsum dan erosi pada trabekula

21

Page 22: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

tulang; tulang distal jarang terlibat.Saat timbul gejala sekitar 80-90% di

antaranya telah mengalami kelainan tulang.

Pada gambaran radiologis akan tampak: osteoporosis umum dengan

penonjolan pola trabekular tulang, terutama pada tulang belakang, yang

disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan mieloma. Hilangnya

densitas tulang mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada

penyakit ini.Fraktur patologis sering dijumpai.

- Fraktur kompresi pada badan vertebra

Lesi-lesi litik yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di

dekat korteks menghasilkan internal scalloping. Ekspansi tulang dengan

perluasan melewati korteks, menghasilkan massa jaringan lunak.

- Hiperparatiroidisme

Hiperparatiroidisme terdapat dalam dua bentuk: primer dan sekunder. Bentuk

primer adalah karena fungsi yang berlebihan dari kelenjar paratiroid, biasanya

adalah adenoma.Namun, sejak dikenalnya hemodialisis, penyebab yang lebih

umum untuk hiperparatiroidisme adalah bentuk sekundernya, yaitu karena

penyakit ginjal kronis, terutama penyakit glomerular.Penyakit tulang terlihat

pada pasien ini biasanya disebut sebagai osteodystrophy ginjal.

Working Diagnose pada kasus ini adalah Osteoporosis Primer atau Tipe I (Pasca

Menopause)

c. Apa etiologi penyakit pada kasus ini?

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen

(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan

kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia

antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon

estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus

berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya

massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah

menopause.

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium

yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan

22

Page 23: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis

berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya

terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering

menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan

pasca menopause.

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder

yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa

disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,

paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat,

antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang

berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang

penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda

yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang

normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

( Junaidi, 2007).

d. Bagaimana epidemiologi penyakit pada kasus ini?

Berdasarkan penelitian dari American Collage of Reumatology Communication

and Marketing Commitee, mengemukaan bahwa osteoporosis lebih umum terjadi

pada lansia dan orang berkulit putih. Osteoporosis juga dapat terjadi pada semua

usia dan semua jenis suku tapi usia lebih dari 50 tahun memiliki resiko lebih

tinggi untuk menderit fraktur terkait osteoporosis. Orang berkulit putih dan orang

Asia memiliki resiko lebih tinggi memderita osteoporosis dan fraktur terkait

osteoporosis (Tandra, 2009).

Catatan dari International Osteoporosis Foundation adalah tiap wanita

mempunyai resiko fraktur akibat osteoporosis sebesar 40% dalam hidupnya

sedangkan pria angka resikonya adalah 30% (Tandra, 2009).

Berdasarkan analisa data yang dilakukan Puslitbang Gizi Depkes RI Tahun 2004

pada 14 provinsi menunjukkan bahwa masalah osteporosis di Indonesia telah

mencapai tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7% (Depkes RI, 2004).

Osteoporosis merupakan penyakit endemik manusia usia lanjut. Dinyatakan dari

tahun 1990 sampai 2025 terjadi kenaikan jumlah penduduk Indonesia yang

osteoporosis mencai 41,4% yang mengancam terjasi patah tulang (14,7-30%)

23

Page 24: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

pertahun dan kecacatan dalam kehidupan. Diperkirakan angkat fraktur tulang

panggul di dunia meningkat dari 1,7 juta/tahun 1990 menjadi 6,3 juta/tahun 2025

(Suryati, 2009).

e. Apa saja faktor resiko dan faktor pencetus penyakit pada kasus ini?

Usia : penambahan 1 dekade berhubungan dengan peningkatan resiko 1,4-1,8

kali

Genetik : ras (kaukasia/oriental lebih sering daripada kulit hitam/polinesia),

jenis kelamin (perempuan lebih sering daripada laki-laki), riwayat keluarga

Lingkungan : defisiensi kalsium, kurangnya aktivitas fisik, obat-obatan

(glukokortikoid, antikonvulsan, heparin, siklosporin, obat sitotoksik, litium,

alumunium), merokok, alkohol, peningkatan resiko jatuh

Hormonal dan penyakit kronis : defsiensi estrogen, androgen, tirotoksikosis,

hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme, sirosis hepatis, gagal ginjal,

gastrektomi

Densitas tulang, ukuran dan geometri tulang, mikroarsitektur, komposisi

tulang.

f. Bagaimana patofisiologi penyakit pada kasus ini?

24

Page 25: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 9. Patofisiologi Osteoporosis Primer Pascamenopause

g. Apa saja manifestasi klinis penyakit pada kasus ini?

Gejala-gejala umum yang terjadi pada kondisi osteoporosis adalah (Setyohadi,

2007) :

- Fraktur tulang

- Postur tubuh bungkuk (Toraks Kifosis atau Dowager’s hump)

- Berkurangnya tinggi badan

- Nyeri pada punggung

- Nyeri leher

- Nyeri tulang

Seseorang dengan osteoporosis akan memberikan gejala sebagai berikut (Hannan,

2001) :

- Nyeri

- Immobilitas

- Depresi, ketakutan atau merasa rendah diri karena keterbatasan fisik

Tanda :

Pemendekkan tinggi badan (kifosis atau lordosis)

Fraktur tulang punggung, panggul dan pergelangan tangan

Kepadatan tulang rendah pada pemeriksaan radiografi

h. Bagaimana tatalaksana dan KIE penyakit pada kasus ini?

Tatalaksana Gawat Darurat

Penatalaksaan Kedaruratan:

1. Segera setelah cedera, bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk

mengimobilisasibagian tubuh segera sebelum dipindahkan.

2. Bila pasien cedera harus dipindahkan dari keadaan sebelum dapat dilakukan

pembidaian,ekstermitas harus dijaga angulasi, gerakan fragmen fraktur dapat

menyebakan nyeri,kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lanjut.

3. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan nutrisi.

4. Pada fraktur terbuka, tutup dengan kasa steril untuk mencegah infeksi yang

terjadi.

25

Page 26: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

5. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pada sisi

cedera,ekstermitas sebisa mungkin dijaga jangan sampai digerakkan untuk

mencegahkerusakaan lebih lanjut.

Tatalaksana Osteoporosis

Dalam penanganan osteoporosis A to H

1. A  Assess risk factor – tentukan factor risiko dan upayakan mengatasinya.

2. B  Bone densitometry – ukur kepadatan tulang

3. C  Calcium intake – mengonsumsi kalsium

4. D  Vitamin D intake – mengonsumsi vitamin D 5. E  Exercise – olahraga 6. F  Fall prevention – cegah jangan sampai terjatuh 7. G  Glandular and other disorders to be considered, as clinically indicated

– cari kemungkinan adanya gangguan hormone. 8. H  Hormone therapy, biphosphonate, calcitonin, raloxifene, and

teriparatide – pemberian obat-obatan anti-osteoporosis.

Tatalaksana Kifosis

a) Pada kyphosis ringan

Diperlukan terapi Rehabilitasi Medik

Diperlukan Fisioterapi.

Diperlukan Keiroprektik/ chiropractic

b) Pada kyphosis berat

Penggunaan Brace yang membantu meluruskan kembali posisi tulang

belakang.

c) Pada kyphosis ekstrim

Tindakan bedah.

Tatalaksana Berdasarkan Presentase Klinik Penderita

Prinsipnya adalah dengan menghambat kerja osteoklas (anti resorptif) dan

meningkatkan kerja osteoblas (stimulator tulang).Obat anti resorptif yaitu

esterogen, anti esterogen, bisfosfonat, kalsitonin.Sedangkan obat stimulator

tulang yaitu Na Fluorida, PTH.Vitamin D dan kalsium hanya untuk

optimalisasi mineralisasi osteoid setelah formasi osteoblas.Kekurangan

kalsium menyebabkan pengobatan osteoporosis menjadi tidak

26

Page 27: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

efektif.Penatalaksanaan berdasarkan presentase klinik penderita (Sudoyo,

2009).

27

Page 28: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

28

Presentase klinik Pendekatan diagnostic Penatalaksanaan

Fracture karena trauma

minimal

diagnostis osteoporosis

tegak

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi,

terapi farmakologi,

pembedahan atas indikasi

Dugaan fraktur vertebra Radiografi spinal

memastikan fraktur

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi,

terapi farmakologi,

pembedahan atas indikasi

Pasien usia ≥ 60tahun Densitometri tulang

T score < -2.5

T score >-1 <-2.5

T score >-1

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi,

terapi farmakologi,

pembedahan atas indikasi

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi

Faktor resiko osteoporosis Densitometri tulang

T score < -2.5

T score >-1 <-2.5

T score >-1

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi,

terapi farmakologi,

pembedahan atas indikasi

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi

Pengguna glukokortikoid densitometri tulang

T score < -1

T score >-1

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi,

terapi farmakologi,

pembedahan atas indikasi

edukasi, pencegahan,

latihan, rehabilitasi

Page 29: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Sumber : Sudoyo, Aru W; Setiyohadi, Bambang; Alwi, Idrus; Simadribata K,

Marcellus; Setiati, Siti.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III.

i. Bagaimana prognosis penyakit pada kasus ini?

Dubia ad malam.

Osteoporosis yang telah terjadi fraktur khususnya fraktur vertebra memiliki

dampak yang kecil terhadap mortalitas tetapi dapat menyebabkan nyeri yang

kronik karena adanya kelainan neurogenik yang susah dikontrol dan bisa

menyebabkan deformitas.

j. Apa saja komplikasi penyakit pada kasus ini?

1. Nyeri tulang yang kronis

2. Patah tulang mudah terjadi pada saat benturan ringan atau beban berlebihan.

3. Perubahan bentuk tulang, seperti pengurangan tinggi badan, bungkuk, pincang

tulang bengkok dll.

6. Apa SKDI penyakit pada kasus ini?

SKDI 3A.

Bukan gawat darurat

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi

pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat.

Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

pasien selanjutnya.

Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

29

Page 30: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Nyonya Ani, 72 tahun

Pasca Menopause

Estrogen ↓

Serotonin ↓

Gagal meringankan nyeri

Hiperalgesia

Nyeri

Osteoklas ↑ Gangguan absorbsi dan reabsorbi Ca (usus dan ginjal)

Hipokalesimia

PTH ↑

Resorbsi Tulang ↑ Hiperkalsemia di darah

Hormon Paratiroid tertekan

↓ 1,25 dehidroxy Vit. D (Kalsitriol)

Osteoporosis Fraktur Tulang

IV. Kerangka Konsep

30

Page 31: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

V. Learning Issues

1. Anatomi Vertebra

Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri

atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan

satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu

kokoh dan terdiri atas masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang

diikat satu sama lain oleh berbagai ligament di antaranya ligament interspinal,

ligament intertansversa dan ligamentflavum. Pada prosesus spinosus dan transverses

melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra.

Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai

penyangga tubuh dan melindungi medulla spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang

belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal

(vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang lumbal

(vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra sakral), dan 4 ruas

tulang ekor (vertebra koksigea).

31

Page 32: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 10. Anatomi Vertebra Servikalis.

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena

adanya dua sendidi posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Pada

pandangan dari samping pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis

di daerah servikal, torakal dan lumbal.Keseluruhan vertebra maupun masing-masing

tulang vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur

yang mampu melenting, melainkan satu kesatuan yang kokohdengan diskus yang

memungkinkan gerakan antar korpus ruas tulang belakang.

- Vertebra servikalis yang tipikal mempunyai ciri sebagai berikut :

Processus transversus mempunyai foramen trnsversum untuk

tempatlewatnya artrivertebralis dan vena vertebralis.

Spina kecil dan bifida.

Corpus kecil dan lebar dari sisi ke sisi.

Foramen vertebrale besar dan berbentuk segitiga.

Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap ke

belakang dan atas; procesus articularis inferior mempunyai fascies yang

menghadap ke bawah dan depan.

32

Page 33: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

- Vertebra servikalis yang atipikal mempunyai ciri sebagai berikut :

Tidak mempunyai corpus.

Tidak mempunyai processus spinosus.

Mempunyai arcus anterior dan posterior.

Mempunyai massa lateralis pada masing-masing sisi dengan fasis articularis

pada permukaan atas dan bawah.

Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar.Vertebra

torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks,

sedangkan vertebra lumbalmempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari

torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makin kecil.

Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi

atas 2 bagian.Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis

(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan

posterior.Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis

vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yangmenjadi tempat otot

penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu

dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).

Gambar 11. Vertebra Servikalis C1 dan C2.

33

Page 34: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan

tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang

dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus

invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum

longitudinalis posterior. Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna

vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana

banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock

absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena

adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Pada

pandangan dari samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis

di daerah servikal dan lumbal.Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang

vertebra berikut diskus intervertebralisnya merupakan satu kesatuan yang kokoh

dengan diskus yang memungkinkan gerakan antar korpus ruas tulang

belakang.Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang

terbesar.Vertebratorakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang

membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang

lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya semakin kecil.

- Vertebra thorakalis yang tipikal mempunyai ciri sebagai berikut :

Corpus berukuran besar dan berbentuk jantung.

Foramen vertebrale kecil dan bulat.

Processus spinosus panjang dan miring ke bawah.

Fovea costalis terdapat pada ssii-sisi corpus untuk bersendi dengan

capitulum costae.

Fovea costalis terdapat pada processus transversalis untuk bersendi dengan

tuberculum costae.

Processus articularis superior mempunyai fascies yang menghadap ke

belakang dan lateral, sedangkan fascies pada procesus articularis inferior

menghadap ke depan dan medial.

34

Page 35: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 12. Vertebra yang Tipikal.

- Vertebra lumbalis yang tipikal mempunyai ciri sebagai berikut :

Corpus besar dan berbentuk ginjal.

Pediculus kuat dan mengarah ke belakang.

Lamina tebal.

Foramina vertebrale berbentuk segitiga.

Processus transversum panjang dan langsing.

Processus spinosus pendek, rata, berbentuk segiempat, dan mengarah ke

belakang.

Fascies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan

yang inferior menghadap ke lateral.

Gambar 13. Vertebra Lumbalis

35

Page 36: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari

segmen anterior dan posterior.

- Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga

badan. Segmenini meliputi korpus vertebrata dan diskus intervebralis yang

diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di bagian depan dan limentum

longitudinale posterior di bagian belakang. Sejak dari oksiput, ligament ini

menutup seluruh bagian belakang diskus. Mulai L1gamen ini menyempit, hingga

pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh asalnya. 

- Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus

spinosus. Satudengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat

oleh ligament serta otot

Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis di

belakang yang disitu terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina, dua

pedikel, satu prosesusspinosus, serta dua prosesus transversus. Beberapa ruas tulang

belakang mempunyai bentuk khusus, misalnya tulang servikal pertama yang disebut

atlas dan ruas servikal kedua yang disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara

korpus di bagian depan dan arkus neuralis di bagian belakang.

Kanalis spinalis ini di daerah servikal berbentuk segitiga dan lebar, sedangkan

di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil.Bagian lain yang menyokong kekompakan

ruas tulang belakang adalah komponen jaringan lunak yaitu ligamentum longitudinal

anterior, ligamentum longitudinal posterior, ligamentum flavum, ligamentum

interspinosus, dan ligamentum supraspinosus.

36

Page 37: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 14. Perbedaan Anatomis Vertebra

Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang

dan komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga pilar.

Pertama yaitu satu tiang ataukolom di depan yang terdiri atas korpus serta diskus

intervertebralis. Kedua dan ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri yang terdiri

atas rangkaian sendi intervertebralis lateralis. Secara keseluruhan tulang belakang

dapat diumpamakan sebagai satu gedung bertingkat dengan tiga tiang utama, satu

kolom di depan dan dua kolom di samping belakang, dengan lantai yangterdiri atas

lamina kanan dan kiri, pedikel, prosesus transversus dan prosesus spinosus.

Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma

yang diakibatkan.Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini

dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh

pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat sensasi di bawah

leher.Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sacral mengakibatkan sedikit

kehilangan fungsi.

37

Page 38: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 15. Os Sacrum dan Os Coccyx.

Hubungan antara corpus vertebra servikal (dan juga corpus vertebra lainnya)

dimungkinkan oleh adanya sendi, umumnya disebut sendi faset, biasa juga disebut

sendi apofiseal atau zygapofiseal, memungkinkan adanya pergerakan (fleksi, ekstensi

ataupun rotasi), menyerupai engsel, terletak langsung di belakang kanalis

spinalis.Sendi faset merupakan sendi sinovial, dikelilingi oleh jaringan ikat dan

menghasilkan cairan untuk memelihara dan melicinkan sendi.Pada permukaan

superior dan inferior prosessus uncinate terdapat pula sendi faset, lebih dikenal

dengan namasendi uncovertebral dari Luschka (joint of Luschka) yang juga penting

dalam biomekanikal dan stabilitas tulang vertebra.

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage

Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus.Sifat setengah cair dari nukleus

pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat menjungkit kedepan

dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna

vertebralis.Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya

adalah bangunan yang tidak peka nyeri.

Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan

(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai

sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan

menahan tekanan/beban. Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus

menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis

38

Page 39: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

dan kurang lentur, dan sukar  dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior

di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero

lateral.Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil

sehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga

mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.

Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif

dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang

ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar

air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastik.

2. Histologi Tulang

Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi intersel yang

mengapur, yaitu matriks tulang dan 3 jenis sel:

- Osteosit, (Yn. Osteon, tulang, + kytos, sel) yang terdapat dalam rongga (lakuna)

di dalam matriks.

- Osteoblas, (Yn. Osteon, tulang, + blastos, benih) yang membentuk komponen

organik dari matriks.

- Osteoklas, (Yn. Osteon, + klastos, pecah) yang merupakan sel raksasa berinti

banyak yang berperan pada resorbsi dan pembentukan kembali jaringan tulang.

Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah

mengapur, maka pertukaran antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada

komunikasi selular melalui kanalikuli, (Yn.Canalis, saluran) yaitu celah-celah

silindris halus yang menembus matriks.

Endosteum melapisi permukaan dalam tulang dan periosteum melapisi

permukaan luar tulang.

39

Page 40: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 16. Histologi Tulang

- Sel Tulang

Osteoblas:

Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang

(kolagen tipe I, proteoglikans, dan glikoprotein). Bila osteoblas aktif dalam

pembuatan matriks tulang maka akan berbentuk kuboid hingg silindris

dengan sitoplasma basofil. Bila aktifitas mensintesis berkurang, maka

bentuknya menjadi gepeng, basofil pada sitoplasmanya mengurang.

Osteoblas memiliki juluran sitoplasma yang bersentuhan dengan

osteoblas didekatnya.Begitu terkurung oleh matriks yang baru saja dibentuk

maka disebut sebagai osteosit.

Osteosit:

Osteosit yang asalnya dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang

berada di antara lamel-lamel.Di dalam lakuna hanya terdapat satu osteosit.Di

dalam kanalikuli silindris halus terdapat juluran sitoplasma dari osteosit.

Osteoklas :

Osteoklas adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar.Bagian

badan sel yang melebar mengandung 5-50 lebih inti.Cabang-cabang selnya

tidak teratur dan mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Osteoklas

menghasilkan asam, kolagenase, dan enzim proteolitik lain yang menyerang

40

Page 41: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

matriks tulang dan membebaskan substansi dasar yang mengapur dan secara

aktif terlibat dalam membersihkan debris yang terjadi selama resorbsi tulang.

- Matriks Tulang

Materi anorganik merupakan lebih kurang 50% berat kering matriks tulang.

Kalsium dan fosfor sangat banyak, namun bikarbonat, sitrat, magnesium, kalsium

dan natrium juga ada (kalsium fosfat [85%], kalsium karbonat [10%], kalsium

fluorida dan magnesium fluorida) .Materi organik adalah 95% serat serat kolagen

tipe I dan substansi dasar amorf, yang mengandung proteoglikan.

- Periosteum dan Endosteum

Permukaan luar dan dalam tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk

tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endosteum.

Periosteum terdiri atas lapisan luar yaitu serat-serat kolagen dan

fibroblas.Berkas serat-serat periosteum, yang disebut serat Sharpey, yang

menerobos matriks tulang, melekatkan periosteum pada tulang.Lapis dalam yang

lebih seluler dari periostuem terdiri atas sel-sel gepeng dengan potensi membelah

melalui mitosis dan berdeferensiasi menjadi osteoblas.

Endosteum melapisi semua permukaan rongga di dalam tulang dan terdiri

atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali jaringan ikat.

Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah nutrisi jaringan tulang dan

persediaan secara tetap osteoblas baru untuk keperluan perbaikan atau

pertumbuhan tulang.

3. Fisiologi Pembentukan Tulang

Tulang dibentuk di dalam kandungan mulai trimester 3 kehamilan yang disebut

tulang woven, setelah lahir menjadi tulang lameral yang hanya mengandung 25 gr

kalsium dan selanjutnya berkembang terus karena pengaruh lokal dan sistemik serta

meningkatkan kalsium sampai 1000 gr saat tulang mencapai kematangan.

Massa tulang terbentuk dari masa bayi sampai mencapai puncaknya sewaktu

usia dewasa, nilai ini ditentukan oleh faktor genetik nutrisi, kegiatan fisik dan

penyakit. Makin tinggi nilai masa tulang ini dicapai akan semakin makin baik, setelah

puncak dicapai pada umur 30 tahun, maka kurva akan mendatar (plateau) dan

kemudian sekitar umur 40 tahun kurva mulai menurun. Kecepatan laju penurunan

sekitar ±1 % per tahun.

41

Page 42: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Selama perkembangannya tulang terus membutuhkan kalsium yang sangat

tinggi sampai masa pubertas dimana proses kematangan hormon reproduksi, estrogen

pada wanita dan testosteron pada laki-laki. Karena pengaruh anabolik dan prekursor

estrogen terjadilah proses bone remodeling atau pergantian masa tulang.

Proses remodeling ini melalui 2 tahap yaitu oleh tahap bone formation atau

pembentukan tulang oleh osteoblas dan tahap bone resorption resorpsi atau

penyerapan tulang oleh osteoklas. Sebagai puncak pembentukan terjadi pada wanita

usia 30 tahun dan akan mengalami penurunan pada masa menopause sampai usia

lanjut.

- Modeling dan Remodeling Tulang

Tulang merupakan jaringan yang hidup secara terus menerus mengalami

pembentukan dan perombakan (resorpsi). Tulang mempunyai kemampuan untuk

membentuk dirinya sendiri secara terus menerus melakukan suatu cara yang

teratur. Pada usia muda menjelang 20 tahun proses pembentukan tulang sangat

aktif, jauh melampaui proses penyerapan tulang. Pada usia 20 - 40 tahun kedua

proses hampir sama aktif, sedangkan di atas 40 tahun proses resorpsi lebih aktif

dibandingkan proses pembentukan tulang. Akibatnya massa tulang jadi lebih

kecil.Pembentukan tulang terjadi melalui 4 tahap. Pertama-tama tulang yang

sudah tua diserap dan kemudian dibentuk tulang baru. Dalam proses ini sel-sel

osteoklas dan osteoblas memegang peranan. Adapun proses pada kortikal

(compact) bone dan spongios (concellus) bone.

Pembentukan osteoblas dan fungsinya

Sel osteoblas terbentuk dari sel prekursor yang kemudian

berdiferensiasi menjadi sel osteoblas matang. Sel prekursor adalah stem sel

dari sum-sum tulang yang disebut stem sel mesenkim (mesenchymal stem

cell l [MSC]). Beberapa sel osteoblas berdiferensiasi lebih sampai menjadi

osteosit.Osteosit membentuk lebih dari 90% sel tulang pada orang

dewasa.Osteosit dianggap yang terlibat dalam respon tulang terhadap beban

mekanis.

42

Page 43: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Beberapa protein dan kelompok protein diperlukan dalam

menentukan osteoblas. Tiga protein tersebut adalah

o Bone Morphogenic Proteins (BMP's)

Suatu kelompok protein yang disebut Bone Morphogenic

Proteins (BMP's) menarik mesenchymal stem cell (MSC) untuk

memulai proses diferensiasi menjadi sel osteoblas yang matang. BMP’s

tidak bekerja secara langsung terhadap stem sel mesenkim

(mesenchymal stem cell [MSC]), tetapi bekerja dengan cara

mengaktifkan gen yang lain.

o Core Binding Factor Alpha (Cbfa 1)

Cbfa 1 merupakan faktor transkripsi yang penting bagi

diferensiasi MSC menjadi sel osteoblas yang matang.Cbfa 1

dieksresikan pada osteoblas dan juga terlibat dalam diferensiasi

kondrosit. Kondrosit juga diturunkan dari sel mesenkim dan terlibat

dalam proses pembentukan tulang. Cbfa 1 mengaktifkan transkripsi

dari beberapa geyang terlibat pada fungsi tulang, terutama zat ini akan

berikatan pada daerah promotor dari gen osteokalsin. Osteokalsin

adalah protein yang disekresikan dari osteoblas dan dapat memiliki

efek penghambat pada fungsi osteoblas.

o Osterix (Osx)

Osterix merupakan protein yang diperlukan pada diferensiasi

osteoblas yang bekerja di bawah Cbfa1 (eksresi osterix memerlukan

Cbfa1 bukan sebaliknya). Osterix adalah zink yang mengandung faktor

transkripsi dan terdapat pada tulang yang sedang berkembang

Pembentukan Osteoklas dan Fungsinya.

Sel osteoklas juga terbentuk dari sel prekursor yang kemudian

berdiferensiasi menjadi sel osteoklas matang. Sel prekursor adalah stem sel

hematopoetik yang disebut monosit. Osteoklas mengabsorbsi tulang dengan

cara menempel pada permukaan tulang dan menurunkan pH sekelilingnya

sehingga mencapai kadar asam sekitar 4,5. Mineral tulang kemudian

menjadi larut dan kolagen menjadi pecah.Diferensiasi dan fungsi osteoklas

terutama diatur dengan:

43

Page 44: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

o Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-CSF)

Macrophage Colony-Stimulating Faktor (M-CSF) diperlukan

untuk kelangsungan dan diferensiasi prekursor osteoklas. Zat ini

dibentuk oleh sel osteoklas. M-CSF membantu diferensiasi osteoklas

dengan cara berikatan pada reseptornya (c-Fms) pada awal prekursor

osteoklas. Ketiadaan 1v1-CSF akan menyebabkan terhentinya

diferensiasi pada tahap preosteoklas.

o Receptor for Activation of Nuclear Factor Kappa 8 Ligand (RANKL)

RANKL merupakan reseptor yang berada pada permukaan sel

prekursor osteoklas.RANKL diekspresikan pada permukaan sel

osteoblas dan berikatan dengan (merupakan suatu ligand)

RANKL.Pengikatan RANKL ke RANKL menyebabkan diferensiasi

dan pematangan sel prekursor osteoklas menjadi sel osteoklas

matang.Ikatan ini menghasilkan suatu kaskade, yaitu aktivasi Nuclear

Factor Kappa B (NF-Kappa B), sesuai dengan namanya.Ketiadaan NF-

Kappa g dapat menyebabkan penyakit tulang berupa osteoporosis.

o Osteoprotegerin (OPG)

Osteoprotegerin (OPG) dibentuk oleh osteoblas (seperti halnya

sejumlah jenis sel lainnya) dan menghalangi pembentukan osteoklas

dan resorpsi tulang. Zat ini juga berkaitan dengan RANKL (Receptor

for Activation of Nuclear Faktor Kappa 8 Ligand), Ketika OPG

berikatan dengan RANKL maka ini akan mencegah RANKL berikatan

dengan RANKL, sehingga menyebabkan hambatan terhadap

pembentukan osteoklas.

4. Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan

porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang

keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah

atau berkurang, disertai gangguan mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas

jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Dengan kata lain

osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang

mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan,

44

Page 45: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan

kualitas tulang.

Gambar 17. Perbedaan Matrix pada Tulang Normal dan Osteoporosis

- Patogenesis

Gambar 18. Patogenesis Osteoporosis

Dalam penyerapannya osteoklas melepas Transforming Growth Factor

yang merangsang aktivitas awal osteoblas dalam keadaan normal kuantitas dan

kualitas penyerapan tulang oleh osteoklas sama dengan kuantitas dan kualitas

pembentukan tulang baru oleh osteoklas. Pada osteoporosis penyerapan tulang

lebih banyak dari pada pembentukan baru

- Klasifikasi

Osteoporosis dibagi menjadi dua kelompok, yaitu osteoporosis primer

(involusional) dan osteoporosis sekunder.Osteoporosis primer adalah

osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya.Sedangkan, osteoporosis

45

Page 46: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

sekunder adalah osteoporosis yang diketahi penyebabnya.Osteoporosis primer

dibagi menjadi dua, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Osteoporosis tipe 1 disebut juga

osteoporosis pasca menopause karena defisiensi estrogen akibat menopause.

Osteoporosis tipe 2 disebut juga osteoporosis tipe senilis karena gangguan

absorbsi kalsium. Berdasarkan penelitian terakhir, konsep itu berubah karena

ternyata peran estrogen juga menonjol pada osteoporosis tipe 2.

Osteoporosis Primer

o Osteoporosis Tipe 1 (Osteoporosis Postmenopausal)

Osteoporosis tipe 1 disebabkan karena kekurangan hormon

estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatur

pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala

timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa

mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita

memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis

pascamenopause, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah

menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Setelah menopause, resorbsi tulang akan meningkat, terutama

pada dekade awal setelah menopause sehingga insiden fraktur terutama

fraktur vertebra dan distal radius meningkat. Penurunan densitas tulang

terutama pada tulang trabekular karena memiliki permukaan yang luas

dan hal ini dapat dicegah dengan terapi sulih estrogen. Petanda resorbsi

tulang dan formasi tulang keduanya meningkat menunjukkan bone

turnover. Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai

produksi sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel

mononklear seperti IL-1, IL-6 dan TNF-ά yang berperan meningkatkan

kerja osteoklas. Dengan demikian, penurunan kadar estrogen akibat

menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin sehingga

aktivitas osteoklas meningkat.

Selain peningkatan aktivitas osteoklas, menopause juga

menurunkan absorbsi kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi

kalsium di ginjal.Selain itu, menopause juga menurunkan sintesis

berbagai protein yang membawa 1,25(OH)2D sehingga pemberian

estrogen akan meningkatkan konsentrasi 1,25(OH)2D di dalam plasma.

46

Page 47: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Tetapi pemberian estrogen transdermal tidak akan meningkatkan

sintesis protein tersebut karena estrogen transdermal tidak diangkut

melewati hati. Walaupun demikian, estrogen transdermal tetap dapat

meningkatkan absorbsi kalsium di usus secara langsung tanpa

dipengaruhi vitamin D. Untuk mengatasi keseimbangan negatif

kalsium akibat menopause maka kadar PTH akan meningkat pada

wanita menopause sehingga osteoporosis akan semakin berat. Pada

menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar kalsium serum

dan hal ini disebabkan oleh menurunnya kadar volume plasma,

meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat sehingga meningkatkan

kadar kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam

bentuk garam kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause

terjadi akibat penurunan rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif

asidosis respiratorik. Walaupun terjadi peningkatan kadar kalsium yang

terikat albumin dan kalsium dalam garam kompleks, kadar ion kalsium

tetap sama dengan keadaan premenopausal.

Gambar 19. Patogenesis Osteoporosis Tipe I

47

Page 48: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

o Osteoporosis tipe 2

Osteoporosis pada orang tua baik laki-laki maupun perempuan.

Demikian juga kadar testosteron pada laki-laki. Defisiensi estrogen

pada laki-laki juga berperan pada massa tulang. Penurunan kadar

estriol dibawah 40 pMol pada laki-laki akan menyebabkan

osteoporosis. Karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause

(penurunan kadar estrogen yang mendadak) maka kehilangan massa

tulang yang besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi. Falahati-

Nini, dkk. menyatakan bahwa estrogen pada laki-laki berlangsung

linier sehingga terjadi penipisan trabekula, tanpa disertai putusnya

trabekula pada wanita disebabkan karena peningkatan resorbsi yang

berlebihan akibat penurunan kadar estrogen yang drastis pada waktu

menopause.

Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron pada laki-laki akan

menurun sedangkan kadar sex hormone binding globulin (SBHG) akan

meningkat. Peningkatan SBHG akan meningkatkan pengikatan

estrogen dan testosteron membentuk kompleks yang inaktif. Laki-laki

yang menderita kanker prostat dan diterapi dengan antagonis androgen

atau agonis gonadotropin juga akan mengalami kehilangan massa

tulang dan peningkatan risiko fraktur.

Penurunan hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-1, juga berperan

terhadap peningkatan resorbsi tulang. Tetapi penurunan kadar androgen

(DHEA dan DHEA-S) ternyata menunjukkan hasil yang kontroversial

terhadap penurunan massa tulang pada orang tua. Faktor lain yang juga

ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada orang tua adalah

faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, imobiliasi lama dan

obat-obatan). Dengan bertambahnya umur, remodeling endokortikal

dan intrakortikal akan meningkat sehingga kehilangan tulang terutama

terjadi pada tulang kortikal, misalnya pada femur proksimal. Total

permukaan tulang untuk remodelling tidak berubah dengan

bertambahnya umur, hanya berpindah dari tulang trabekular ke tulang

kortikal. Pada laki-laki tua, peningkatan resorbsi endokortikal tulang

panjang akan diiikuti peningkatan formasi periosteal sehingga diameter

48

Page 49: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

tulang panjang akan meningkat dan menurunkan risiko fraktur pada

laki-laki tua. Risiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah risiko

terjatuh yang lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang

lebih muda. Hal ini berhubungan dengan penurunan kekuatan otot,

gangguan keseimbangan dan stabilitas postural, gangguan penglihatan,

lantai yang licin dan tidak rata dan lain sebagainya. Pada umumnya,

risiko terjatuh pada orang tua tidak disebabkan oleh penyebab tunggal.

Gambar 20. Patogenesis Osteoporosis Tipe 2 dan Fraktur

49

Page 50: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Osteoporosis Sekunder

Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis. Kondisi osteoporosis

sekunder ini sendiri disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-

obatan. Bisa juga disebabkan oleh kondisi medis seperti gagal ginjal kronis

dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-

obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid

yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa

memperburuk keadaan osteoporosis.

- Penegakan Diagnosis

Anamnesis

Secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder

yang menunjang terjadi osteoporosis, seperti:

o Tinggi badan yang makin menurun

o Obat-obat

o Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium

o Jumlah kehamilan dan menyusui

o Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi

o Apakah sering beraktivitas di luar rumah sehingga mendapat paparan

matahari

o Apakah sering minum susu dan asupan kalsium lainnya

o Apakah sering merokok, minum alkohol

Pemeriksaan fisik

Penderita (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang

terutama tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause.

Pemeriksaan Penunjang

o Densitometer (Lunar)

Pemeriksaan ini menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-

ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard

diagnosis osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan

tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.

DXA sangat berguna untuk wanita yang memiliki risiko tinggi

menderita osteoporosis, penderita yang diagnosisnya belum pasti, dan

50

Page 51: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara

akurat.

o Densitometer-USG.

Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal

penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T

dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -

1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5

berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah

kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.

o Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin,

CTx.

o Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan

penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil

penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi

darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan

tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau

pengobatan menggunakan antiresorpsi oral. Proses pembentukan tulang

dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia N-MID-

Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga

pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia

pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover

tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin

juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.

T-Score dan Z-Score:

Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan

resiko fraktur untuk menilai hasil pemeriksaan densitometri tulang,

digunakan kriteria kelompok kerja WHO (T-Score) yaitu :

Normal : densitas massa tulang di atas – 1 SD

Osteopenia : densitas massa tulang diantara – 1 SD dan - 2,5 SD

Osteoporosis : densitas massa tulang dibawah – 2,5 SD

Osteoporosis berat : densitas masa tulang dibawah -2.5 SD yang

disertai dengan fragility fracture

51

Page 52: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Gambar 21. T-Score

Untuk setiap SD penurunan pada BMD, terjadi peningkatan

resiko patah tulang sebanyak 1.5-3 kali. Penggunaan diagnosis T-Score

ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita premenopause, pria dengan

usia dibawah 50 tahun, dan anak-anak.

Z-Score merupakan perbandingan antara densitas tulang

seseorang dengan nilai rata rata dari orang yang berumur dan berjenis

kelamin sama. Nilai Z-Score (dibawah –2,0) merupakan pertanda

bahwa seseorang mempunyai masa tulang yang lebih sedikit daripada

yang diharapkan pada orang yang berumur sama.

o Radiologi

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah

penipisan korteks dan daerah trabekuler yag lebih lusen. Hal ini akan

tampak pada tulang – tulang vertebra yang memberikan gambaran

picture–frame vertebra.

- Tatalaksana

52

Page 53: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

Farmakologi

o Terapi siklik dengan penggantian pada esterogen, dianjurkan

pemberiannya pada masa peri-menopause.

o Pemberian kalsitonin kepada penderita osteoporosis yang sudah

terdiagnosis.

o Penggunaan kalsium suplemental lebih pada pasien yang tidak

memiliki batu ginjal.

53

Page 54: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

o Penambahan asupan vitamin D pada pasien yang mengalami defisiensi.

o Pemberian biphosphonate

Rehabilitasi

o Terapi dan rehabilitasi. Rasa nyeri yang dialami oleh pasien

osteoporosis dapat diatasi, selain dengan obat-obatan juga dengan

terapi modalitas fisik (terapi panas, terapi dingin, juga terapi relaksasi

yang memosisikan tubuh secara tepat dan benar). Pada nyeri kronis,

perlu diterapkan modifikasi sehari-hari dan penggunaan alat bantu.

o Pemakaian ortosis spinal. Alat ini, ortosis spinal di-gunakan untuk

imobilitasi tulang punggung. Ortose artinya tegak dan spinal artinya

tulang belakang/tulang punggung. Bentuknya seperti jaket dengan

bahan kerangka besi. Bisa juga menggunakan ortoplast yang dipasang

pada tubuh dan bermanfaat memosisikan tubuh pada posisi yang benar.

Alat ini mengurangi posisi membungkuk, mencegah terjadinya patah

tulang, dan membantu menegakkan tubuh pada otot- otot tulang

punggung yang lemah.

o Uji gangguan kestabilan. Pada usia lanjut, orang cenderung sering

terjatuh. Ini disebabkan ketidakstabilan ketika berjalan karena proses

penuaan mengubah pola jalan seseorang. Ketidakstabilan pada lansia

disebabkan menurunnya input proprioseptif (penerimaan rangsangan

dari dalam tubuh sendiri), refleks yang melambat, menurunnya

kekuatan otot, dan lain-lain. Tindakan dalam hal mencegah terjatuh,

seyogianya memerhatikan faktor-faktor tersebut.

Edukasi

o Menghindari mengangkat sesuatu/ barang yang berat 

o Menghindari jatuh dengan menghindari lantai licin, alas kaki licin,

tangga yang curam, dan penerangan ruangan yang redup. Bila ada

gangguan penglihatan harus dikoreksi (misalnya dengan kacamata),

penggunaan tongkat saat berjalan, penggunaan pegangan tangan di

kamar mandi, penggunaan kloset duduk.

o Postur: menghindari postur yang bungkuk, harus tegak, dapat dibantu

dengan korset.

54

Page 55: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

o Olahraga: awalnya tanpa beban kemudian bertahap diberikan beban

sesuai toleransi. 

Latihan pembebanan harus dalam pengawasan dokter SpKFR

(Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi) atau SpKO

(Kedokteran Olahraga). 

Latihan keseimbangan. 

Latihan kelenturan

55

Page 56: Laporan Tutorial Skenario a Blok 22

VI. Kesimpulan

Ny. Ani, 72 tahun mengalami fraktur kompresi vertebra L3 akibat osteoporosis primer

(pascamenopause).

56