Upload
others
View
76
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN TAHUNANDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
TAHUN 2014
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNANKantor Pusat Kementerian PertanianJl. Harsono RM No. 3 Gedung C Pasar MingguJakarta Selatan 12550http://ditjenbun.pertanian.go.id
Direktorat Jenderal Perkebunan
KATA PENGANTAR
Laporan tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan
pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.
Dalam laporan tahunan ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, capaian outcomes/program dan outputs/kegiatan maupun kegiatan penting lainnya serta permaslahan/hambatan dan upaya/rencana aksi penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2014.
Capaian kinerja tahun 2014 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2014 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar.
Laporan tahunan ini disusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 93 satker dan wilayah kerja yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya.
Jakarta, Maret 2015 Direktur Jenderal Perkebunan,
Ir. Gamal Nasir, MS
NIP. 19560728 198603 1 001
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 i
Direktorat Jenderal Perkebunan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................... i DAFTAR ISI ............................................................ ii DAFTAR TABEL ........................................................ v I. PENDAHULUAN ................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................ 1 1.2. Tujuan ...................................................... 4 1.3. Sasaran ..................................................... 4 1.4. Ruang Lingkup ............................................. 4
II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
PERKEBUNAN ..................................................... 5 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan
Tahun 2014 ................................................ 5 2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 ..... 6
2.2.1. Startegi Umum...................................... 6 2.2.2. Strategi Khusus ..................................... 10 2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi,
Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan .................... 11
2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas .......... 12 2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan
Terhadap Sistem Ketahanan Pangan ......... 13 2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan ........ 14 2.2.2.5. Startegi Pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Perkebunan ....................... 15 2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya
Manusia ........................................... 16 2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan
Kemitraan Usaha ................................ 17 2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan
Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup ............................... 19
2.3. Target Menteri Pertanian ............................... 20
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 ii
Direktorat Jenderal Perkebunan
2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian
Tahun 2010-2014 ................................. 20 2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2014 21
2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 .................................. 22 2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan
Tahun 2014 ......................................... 22 2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun
2014 .................................................. 23 2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan
Perkebunan Tahun 2014 .......................... 24
III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL ..................................... 26 3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan .......... 26
3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) ................... 27 3.1.2. Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan ..... 28 3.1.3. Investasi Pembangunan Perkebunan ........... 28 3.1.4. Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan .. 29 3.1.5. Nilai Ekspor ........................................ 29 3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat 29 3.1.7. Pendapatan Pekebun ............................. 30
3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan ........... 30 3.2.1. Luas Areal.......................................... 31 3.2.2. Produksi ............................................ 33
IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
TAHUN 2014 ...................................................... 38 4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2014 ................................... 38 4.1.1. Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan
Tahun 2014 .......................................... 39 4.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2014 ..... 42 4.1.1.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja
Tahun 2013 ...................................... 43
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 iii
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.1.1.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 ........................................ 44
4.1.2. Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 ............... 45
4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar ... 45 4.1.2.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2014 ... 46 4.1.2.1.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN
Tahun 2014 ..................................... 47 4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim ................... 49 4.1.2.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2014 ... 49 4.1.2.2.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun
2014 ............................................. 51 4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan ................... 53 4.1.2.3.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2014 ... 53 4.1.2.3.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun
2014 ............................................. 55 4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan
Usaha ............................................. 56 4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana kinerja Tahunan 2014 ... 57 4.1.2.4.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun
2014 ............................................. 58 4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan ........... 59 4.1.2.5.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan
Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2014 ... 59 4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan 61 4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan (BBP2TP) .............. 62 4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2014 ............... 63
4.2.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2014 ..................... 64
4.2.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 iv
Direktorat Jenderal Perkebunan
Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar ....... 66
4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim ....................... 69
4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan ....................... 72
4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan ......................... 76
4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan ......... 79 4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan
Teknis Lainnya................................... 83 4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan
Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan................ 84
4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2014 .................. 85
4.3. Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP4 .................................................. 101
V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT
5.1. Permasalahan yang Dihadapi ........................... 103 5.1.1. Administrasi ......................................... 104 5.1.2. Teknis ................................................ 105 5.1.2.1. Perencanaan ..................................... 105 5.1.2.2. Pengorganisasian ................................ 106 5.1.2.3. Pelaksanaan...................................... 107 5.1.2.4. Pengawasan ...................................... 108
5.2. Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian ................ 108 5.2.1. Administrasi ......................................... 108 5.2.2. Teknis ................................................ 109 5.2.2.1. Perencanaan ..................................... 109 5.2.2.2. Pengorganisasian ................................ 109 5.2.2.3. Pelaksanaan...................................... 111 5.2.2.4. Pengawasan ...................................... 111
VI. PENUTUP ......................................................... 113
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 v
Direktorat Jenderal Perkebunan
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 ............................... 27 Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2012 – 2014 ....................... 32 Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2009 – 2014 ....................... 34 Tabel 4. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2014 .............. 43 Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan
Penyegar Tahun 2014 ................................... 47 Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim
Tahun 2014 ............................................... 51 Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan
Tahun 2014 ............................................... 54 Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan
Pembinaan Usaha Tahun 2014 ........................ 56 Tabel 9. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2014 per Eselon I
di Lingkup Kementerian Pertanian ................... 63 Tabel 10. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama
Tahun 2014 ............................................... 65 Tabel 11. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan
Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2014 ....... 69
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 vi
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 12. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output
Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2014 ................ 72
Tabel 13. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2014 ............................................... 75
Tabel 14. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan Tahun 2014 .................. 79
Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2014 ............................................... 82
Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Tahun 2014 .... 83
Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2014 ................... 84
Tabel 18. Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun 2014 ........................... 88
Tabel 19. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 ............................................... 92
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 vii
Direktorat Jenderal Perkebunan
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan
produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2014 ................ 115
Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan
Produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2014 ................................ 126
Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan
Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2014 ................................ 141
Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan
Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2014 ........................................... 154
Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan
Perlindungan Perkebunan Tahun 2014 ........... 164 Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2014 yang Dimonitor Oleh UKP4 .......... 175
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 viii
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang
secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan
penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Saat ini Undang-Undang
Nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan), secara ekonomi
perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional;
secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air,
penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung
dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu
bangsa.
Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai
aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan bentuk
pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri dari 127
jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim
dengan areal sebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi.
Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan
bahan baku industri, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor. Apabila ditinjau dari bentuk pengusahaannya, usaha
perkebunan terdiri atas perkebunan besar negara (5%), perkebunan
besar swasta (24%) dan perkebunan rakyat (71%).
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 1
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan
dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 (telah direvisi menjadi Undang-
Undang Nomor 39 tahun 2014) tentang Perkebunan adalah untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan
dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan
produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan
konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan
mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara
berkelanjutan.
Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada
berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan
perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai
persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan globalisasi dan
liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi,
semakin terbatasnya sumberdaya lahan, air dan energi, terjadinya
perubahan iklim global, kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih
terbatasnya kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya
akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas
kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya
koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan perkebunan.
Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang
dilakukan melalui pendekatan otonomi daerah oleh provinsi dan
kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
membawa konsekuensi perubahan kewenangan dan fasilitasi
pelaksanaan pembangunan perkebunan antara pemerintah provinsi
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 2
Direktorat Jenderal Perkebunan
dan kabupaten/kota, yang berdampak pada jauhnya rentang kendali
antara pusat, provinsi dan kabupaten, yang pada akhirnya
mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program dan
kebijakan pembangunan perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal
Perkebunan secara umum.
Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian
pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan
pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro, sasaran
mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan kontrak kinerja
antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian pada
tahun 2014. Oleh karenanya, laporan ini akan menggambarkan
kinerja pembangunan perkebunan tahun 2014 secara utuh, baik yang
pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD)
maupun yang bersumber dari dana masyarakat.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan agar
setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan untuk
melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di jajarannya dalam
melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2014. Pengukuran
kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi
kinerja.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 3
Direktorat Jenderal Perkebunan
1.2. Tujuan
Laporan tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014
ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi dan
gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja
pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator
mikro, capaian outcomes/program dan outputs/kegiatan Direktorat
Jenderal Perkebunan maupun program/kegiatan penting lainnya serta
permasalahan/hambatan dan upaya-upaya penyelesaiannya selama
kurun waktu tahun 2014.
1.3. Sasaran
Sasaran laporan tahunan ini adalah memberikan gambaran
capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan jelas
pada tahun 2014 kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait
dengan perkebunan.
1.4. Ruang Lingkup
Laporan tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014
ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan tenaga kerja,
investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor
dan NTP), kinerja mikro (luas areal, produksi dan produktivitas) dan
kinerja program/kegiatan (capaian terhadap penetapan kinerja dan
target kinerja yang dibiayai dengan APBN tahun 2014).
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 4
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB II
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2014
Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan
pembangunan pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan
tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia,
Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan
menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014
yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis
pembangunan perkebunan tahun 2010-2014.
Karena tahun 2014 merupakan bagian dari Renstra tahun
2010-2014, maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan
adalah: Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam
rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,
produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif
masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang
berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta
didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun
Kebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan
penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu:
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 5
Direktorat Jenderal Perkebunan
Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman
perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM,
kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan
sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen
perkebunan.
2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2014
2.2.1. Strategi Umum
Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan,
serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan
selama periode 2010-2014, strategi pembangunan pertanian tahun
2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi
strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Sehingga
untuk tahun 2014, strategi umum pembangunan perkebunan
mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan
penjelasannya secara garis besar sebagai berikut:
1). Revitalisasi lahan
Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai
baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat
fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar
tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat
berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 6
Direktorat Jenderal Perkebunan
mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan
adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan
kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian.
2). Revitalisasi perbenihan
Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan
benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat
fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan
benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi
yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan
pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era
Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada
beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena
penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan
mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka
perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat.
3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana
Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi
usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan
hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan
tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi
dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat
sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah
sentra produksi pertanian.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 7
Direktorat Jenderal Perkebunan
4). Revitalisasi sumberdaya manusia
Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena
merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian.
Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan
pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian
Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan
sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan,
magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan
aparatur pertanian.
5). Revitalisasi pembiayaan petani
Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke
bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan
karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang
dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa
berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan
bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini
maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan
seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses
administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim
baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi
mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di
pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam
mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 8
Direktorat Jenderal Perkebunan
pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali
koperasi khusus di bidang pertanian.
6). Revitalisasi kelembagaan petani
Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia
(petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan
yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat
dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari
hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk
mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan
kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka
dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara
kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan
menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi.
7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir
Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan
industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya
dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk,
obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan,
pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah
kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat
diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan
pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian
lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 9
Direktorat Jenderal Perkebunan
industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna
peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri
dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan
stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan
menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan
produksi mulai dari hulu sampai hilir.
2.2.2. Strategi Khusus
Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014
merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan
pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan
karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum
dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut:
1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan
2). Pengembangan komoditas
3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan
4). Investasi usaha perkebunan
5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan
6). Pengembangan sumberdaya manusia
7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha
8). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 10
Direktorat Jenderal Perkebunan
2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu
Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi,
produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui
penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural
Practices/GAP) berupa penyediaan benih unggul
bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan
sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang
optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi:
1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui
penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi,
Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem
penyuluhan dan pendampingan yang intensif.
2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan
sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan
penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan
manajemen dan teknis lainnya.
3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan
pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun
kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan
lahan.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 11
Direktorat Jenderal Perkebunan
2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas
Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor:
511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19
Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan
berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas
dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan
komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa
sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar,
tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong
pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas
spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini
adalah:
1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal
sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah
dengan penerapan teknologi budidaya yang baik.
2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan
pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan
lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang
sesuai.
3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis
pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu
kawasan.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 12
Direktorat Jenderal Perkebunan
4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan
untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi
pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan
penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah
bencana alam serta wilayah pemekaran.
5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development)
perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh
peningkatan nilai tambah.
6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan perkebunan.
2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem
Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya
kebutuhan pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari
tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996
tentang Pangan). Sebagai tindak lanjut dari target utama
Kementerian Pertanian, yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan yang
diindikasikan dari skor PPH (93,3) pada tahun 2014), sub sektor
perkebunan diamanahkan secara khusus untuk berkontribusi dalam
pemenuhan skor PPH tersebut dari komponen minyak dan lemak,
dan gula yang ditargetkan rata-rata 15 point per tahun sampai
dengan 2014. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 13
Direktorat Jenderal Perkebunan
Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi:
(1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan
komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan
berkelanjutan.
(2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi
cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan.
(3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan
yang berasal dari perkebunan.
2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan
Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim
investasi yang kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan
dan meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan
swasta. Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit
komersial untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program
untuk petani meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit
komersial lainnya. Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan
melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).
Rencana aksi dari strategi ini adalah:
1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam
memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi
usaha perkebunan;
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 14
Direktorat Jenderal Perkebunan
2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk
pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan
menengah;
3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup
pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan
keamanan berusaha;
4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari
pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk
pengembangan usaha perkebunan;
5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam
pembangunan perkebunan.
2.2.2.5. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Perkebunan
Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem
informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional
serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna
meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih
yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun e-
government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi
manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut:
(1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan
menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 15
Direktorat Jenderal Perkebunan
lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen,
permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan
menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat.
(2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.
2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia
Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya
proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis
perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian
pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana
aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun
masyarakat dengan cara:
(1) Petugas
− Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas
termasuk di dalamnya petugas fungsional.
− Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun
sistem pengawasan yang efektif.
− Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang
terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang
profesional.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 16
Direktorat Jenderal Perkebunan
− Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap
prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan
prima sesuai kebutuhan pelaku usaha.
(2) SDM Pekebun dan Masyarakat
− Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan
kemandirian pekebun dan masyarakat untuk
mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan.
− Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan
masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha
dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha
taninya.
− Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan
kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat
dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan
usaha serta menjalin kemitraan.
2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan
Usaha
Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah
yang dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai
koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang
bersifat sosial dan yang berfungsi ekonomi. Kelembagaan petani
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 17
Direktorat Jenderal Perkebunan
yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan
petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas.
Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis
perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun
strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat
memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan.
Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah:
(1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian
kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan
mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan
sumberdaya yang tersedia.
(2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh
dari bawah.
(3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan
keuangan pedesaan.
(4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan
kelembagaan usahanya.
(5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling
menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan
saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan
masyarakat sekitar perkebunan.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 18
Direktorat Jenderal Perkebunan
Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat
asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan.
2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap
Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan
Hidup
Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan
sumberdaya perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung
sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini,
pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis
ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara
berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah:
(1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada
wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan
pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah
konservasi tanah dan air.
(2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan.
(3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati,
agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah
usaha perkebunan yang ramah lingkungan.
(4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi
penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran
serta fungsi hidroorologis.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 19
Direktorat Jenderal Perkebunan
(5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar.
2.3. Target Menteri Pertanian
2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010-2014
Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI,
selama lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian
mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu:
(1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk
kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan untuk
mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun 2014 telah
mencapai swasembada gula nasional baik untuk konsumsi rumah
tangga maupun industri;
(2) Peningkatan diversifikasi pangan
Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai
ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola
konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang
yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan (PPH)
sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014.
Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi
terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak,
lemak, dan gula.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 20
Direktorat Jenderal Perkebunan
(3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor
Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan
kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung
peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir 2014,
ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan harus
dalam bentuk olahan.
(4) Peningkatan kesejahteraan petani
Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan
petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani.
Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat
menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014.
2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2013
Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam
rangka percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun
2013, dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan
berurutan sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar ≥25%,
triwulan II sebesar ≥50%, triwulan III sebesar ≥75% dan triwulan IV
mendekati 100%.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 21
Direktorat Jenderal Perkebunan
2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2014
2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2014
Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai
surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009
dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit
Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I
yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan
tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian
indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja
unit Eselon II adalah output.
Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang
dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program
pembangunan perkebunan tahun 2013 yang menjadi tanggung jawab
Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: “Peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”.
Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi,
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh
penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan
perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 22
Direktorat Jenderal Perkebunan
Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai
Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599
Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas
strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit,
kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar,
kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan
Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan
pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-
masing.
2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2014
Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon
II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu
kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan
sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:
61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:
(1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Semusim;
(2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah
dan Penyegar;
(3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan;
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 23
Direktorat Jenderal Perkebunan
(4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha;
(5) Dukungan Perlindungan Perkebunan;
(6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya;
(7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan, BBP2TP
Surabaya dan BBP2TP Ambon.
2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun
2014
Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan
sumber daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang
jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan tahun
2014 dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan
skala prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan
permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala
perioritas tersebut kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2104
terfokus terhadap kegiatan:
1) Revitalisasi Perkebunan
2) Swasembada Gula Nasional
3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-
Energi)
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 24
Direktorat Jenderal Perkebunan
4) Pengembangan Komoditas Ekspor
5) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri
6) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 25
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB III KONTRIBUSI PERKEBUNAN
TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB III
KONTRIBUSI PERKEBUNAN
TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
Pembangunan perkebunan tahun 2014 merupakan bagian dari
Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun 2010
- 2014 yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap
perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih
lanjut, target dalam Renstra 2010 - 2014 dimaksud dijabarkan
menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang
didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun 2014.
Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2014 ini menggambarkan capaian-capaian
indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan
sampai dengan tahun 2014.
3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan
Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2014
secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi,
neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai
tukar petani (NTP) sebagai berikut :
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 26
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2014
NO. INDIKATOR
CAPAIAN Laju Pertum
b. Per th
(%) 2010 2011 2012 2013 2014*)
1 Pertumbuhan PDB - harga berlaku (Rp milyar) 136.048 153.709 159.754 175.248 199.704 10,14
- harga konstan (Rp milyar) 47.151 49.260 51.763 54.903 58.336 5,47 2 Keterlibatan tenaga kerja
(juta orang) 20,58 20,94 21,29 21,31 22,71 2,50
3 Investasi (Rp Triliun) 48,75 58,79 75,45 77,24 77,24 12,83 4 Neraca Perdagangan
Perkebunan (US$ milyar) 23,23 29,36 25,77 22,63 22,87 0,76
5 Pendapatan pekebun (US$/KK) 1.600 1.702 1.832 1.886 1.891 4,31
6 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 24,73 32,22 29,95 26,77 26,83 3,21
7 NTP Perkebunan Rakyat 106,50 109,58 108,34 107,02 101,49 -1,16 Catatan: *) angka sementara
3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Nilai PDB sub sektor perkebunan atas dasar harga berlaku,
selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, mengalami pertumbuhan rata-
rata 10,14% per tahun atau meningkat sebesar 46,79% dari Rp
136,05 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 199,704 triliun pada tahun
2014. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, PDB sub sektor
perkebunan mengalami peningkatan sebesar 13,96%.
Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000
selama kurun waktu tahun 2010 - 2014 mengalami kenaikan rata-rata
5,47% per tahun dari Rp 47,151 triliun tahun 2010 menjadi Rp
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 27
Direktorat Jenderal Perkebunan
58,336 triliun pada tahun 2014. Nilai PDB tersebut mengalami
peningkatan sebesar 6,25% dibandingkan tahun 2013.
3.1.2. Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan
Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja
dalam lima tahun terakhir sebesar 2,50% per tahun atau meningkat
sebesar 10,35% dari 20,58 juta KK pada tahun 2010 menjadi 22,71
juta KK pada tahun 2014. Apabila dibandingkan dengan Rencana
Kerja Tahunan (RKT) tahun 2014 yang ditargetkan berjumlah 21,42
juta KK, maka realisasi keterlibatan tenaga kerja di sub sektor
perkebunan mencapai 106,02%. Capaian tersebut juga mengalami
peningkatan 1,70% jika dibandingkan tahun 2013.
3.1.3. Investasi Pembangunan Perkebunan
Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5
tahun terakhir dari 2010-2014 mengalami pertumbuhan sebesar
12,83% per tahun atau meningkat sebesar 58,44% dari nilai
investasi sebesar Rp 48,75 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 77,24
triliun pada tahun 2014. Apabila dibandingkan dengan RKT tahun
2014 sebesar Rp 68,49 triliun maka realisasi investasi tahun 2014
mencapai 112,78%. Capaian tersebut tidak mengalami peningkatan
jika dibandingkan tahun 2013.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 28
Direktorat Jenderal Perkebunan
3.1.4. Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan
Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi
untuk ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan
selama tahun 2010-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 0,76%
per tahun akan tetapi mengalami penurunan sebesar (1,55%) dari
tahun 2010 sebesar US $23,23 milyar menjadi Rp US$ 22,87%
milyar pada tahun 2014. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2013 yang
besarnya US$ 22,63 milyar, atau mengalami peningkatan 1,06%.
3.1.5. Nilai ekspor
Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5
tahun (2010-2014) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar
3,21% per tahun atau meningkat sebesar 8,49% dari nilai ekspor
pada tahun 2010 sebesar US$ 24,73 milyar meningkat menjadi US$
26,83 milyar pada tahun 2014. Jika dibandingkan dengan nilai
ekspor komoditi perkebunan tahun 2013, mengalami peningkatan
sebesar 6,00%.
3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat
Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah
satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat
kesejahteraan petani. Dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014) laju
pertumbuhan nilai tukar petani rata-rata turun sebesar (1,16%) per
tahun atau menurun sebesar 4,59% dari 106,38 pada tahun 2010
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 29
Direktorat Jenderal Perkebunan
menjadi 101,49 pada tahun 2014. Dalam Rencana Kinerja Tahunan
(RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2014 ditargetkan sebesar
109,28 dan terealisasi sebesar 101,49 atau capaiannya 92,87%. Jika
dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar
(4,59)%.
3.1.7. Pendapatan Pekebun
Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah
pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat
Jenderal Perkebunan 2014 ditetapkan sebesar US$1.840 per kepala
keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir
Desember 2014 sebesar US$1.891 (102,77%) dan jika dibandingkan
dengan tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,27%. Dalam
kurun waktu 5 tahun (2010-2014) pendapatan pekebun mengalami
kenaikan rata-rata 4,31% per tahun.
3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan
Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal,
produksi dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional
yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh,
kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan
kemiri sunan/minyak.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 30
Direktorat Jenderal Perkebunan
3.2.1. Luas Areal
Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama
tahun 2010-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata
3,17% atau meningkat 24,79% dari 20,53 juta hektar pada tahun
2010 menjadi 23,26 juta hektar pada tahun 2014. Jika dibandingkan
dengan RKT tahun 2014 sebesar 22,11 juta hektar, maka capaiannya
sebesar 105,20%. Ini berarti capaian kinerja terhadap target Renstra
2010-2014 sebesar 105,20%. Sedangkan apabila dibandingkan
dengan tahun 2013, luas areal perkebunan mengalami peningkatan
sebesar 2,22% dari 22,75 juta hektar menjadi 23,26 juta hektar untuk
tahun 2014. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 2.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 31
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2010 –
2014
Laju
Pertumb.
2010 2011 2012 2013 2014 *) Per th (%)
1 Karet 3.445.415 3.456.127 3.506.359 3.555.946 3.606.245 1,152 Kelapa 3.739.350 3.767.704 3.781.649 3.654.478 3.631.814 -0,71
3 Kelapa Sawit 8.385.394 8.992.824 9.572.715 10.465.020 10.956.231 6,934 Kopi 1.210.365 1.233.698 1.235.289 1.241.836 1.246.809 0,755 Teh 122.898 123.938 122.206 122.035 121.034 -0,386 Lada 179.318 177.490 177.787 171.920 172.615 -0,947 Cengkeh 470.041 485.191 493.888 501.378 502.563 1,698 Kakao 1.650.621 1.732.408 1.774.463 1.740.612 1.719.087 1,06
9 Jambu Mete 570.930 575.841 575.920 554.315 551.512 -0,8510 Tebu 454.111 450.469 451.255 469.227 477.881 1,3011 Tembakau 216.271 228.770 270.290 192.809 195.260 -0,8712 Kapas 10.194 10.238 10.901 8.738 5.600 -12,21
13 Jarak Pagar 50.106 47.676 44.677 42.997 41.049 -4,8614 Nilam 24.472 28.615 33.255 31.247 31.288 6,81
15 Kemiri Sunan 918 944 995 1.037 1.037 3,1120.530.404 21.311.933 22.051.649 22.753.595 23.260.025 3,17
No Komoditi
Capaian luas areal (ha)
Jumlah
Catatan : *) Angka Sementara
**) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri
Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir
mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu kelapa
sawit 6,93%, nilam 6,81%, kemiri sunan 3,11%, cengkeh 1,69%, tebu
1,30%, karet 1,15%, kakao 1,06% dan kopi 0,75%. Namun Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 32
Direktorat Jenderal Perkebunan
sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal
seperti kapas (12,21%), jarak pagar (4,86%), lada (0,94%), tembakau
(0,87) jambu mete (0,85%), kelapa (0,71%0 dan teh (0,38%).
3.2.2. Produksi
Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun
(2010–2014) mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu
sebesar 24,79% dari 32,31 juta ton pada tahun 2010 menjadi 40,32
juta ton tahun 2014 dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata
sebesar 5,66% per tahun.
Dibandingkan dengan tahun 2013, produksi komoditi
perkebunan mengalami peningkatan sebesar 3,97% dari 38,79 juta
ton menjadi 40,32 juta ton untuk tahun 2014. Terhadap target
Renstra 2010-2014 yang besarnya 40,29 juta ton, maka kinerja tahun
2014 mencapai 100,07%.
Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas
serangan OPT meningkat, mengganggu jadwal dan pelaksanaan
panen dan menurunkan rendemen yang selanjutnya berdampak pada
penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5
tahun terakhir mengalami pertumbuhan produksi per tahun yang
cukup signifikan yaitu tembakau 10,96%, kelapa sawit 7,56%, nilam
6,14%, cengkeh 5,59%, karet 3,74%, tebu 3,73%, lada 2,40%, jambu
mete 0,19% dan kopi 0,09%. Namun sebaliknya beberapa komoditi
mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kapas
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 33
Direktorat Jenderal Perkebunan
(18,08%), jarak pagar (10,43%), kakao (3,82%), teh (2,11%), dan
kelapa (1,07%) bahkan kemiri sunan sudah tidak produksi lagi.
Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun
2009 – 2013
No Komoditi
Capaian produksi (ton) Laju Pertumb.
Per th (%)
2010 2011 2012 2013 2014*)
1 Karet 2.734.854 2.990.184 3.012.881 3.237.433 3.153.186 3,74
2 Kelapa 3.166.666 3.174.379 3.189.897 3.051.585 3.031.310 -1,07
3 Kelapa Sawit 21.958.120 23.096.541 26.015.518 27.782.004 29.344.479 7,56
4 Kopi 686.921 638.647 691.163 675.915 685.089 0,09
5 T e h 156.604 150.776 145.575 145.460 143.751 -2,11
6 Lada 83.663 87.089 87.841 91.039 91.941 2,40
7 Cengkeh 98.386 72.207 99.890 109.694 110.576 5,59
8 Kakao 837.918 936.266 740.513 720.862 709.331 -3,82
9 Jambu Mete 115.149 114.789 116.915 116.113 116.000 0,19
10 Tebu 2.214.488 2.228.259 2.591.687 2.551.026 2.632.242 3,73
11 Tembakau 135.678 214.524 260.818 164.448 166.262 10,96
12 Kapas 3.174 2.275 2.978 1.871 1.165 -18,08
13 Jarak Pagar 7.081 6.576 6.424 4.821 4.467 -10,43
14 Nilam 110.300 143.281 125.700 132.950 134.500 6,14
15 Kemiri Sunan 4.800 4.800 0 0 0 0
Jumlah 32.313.802 33.860.593 37.088.028 38.786.618 40.325.877 5,66
Catatan : *) Angka Sementara
**) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri
Dukungan swasembada gula nasional. swasembada gula
pada tahun 2013 merupakan bagian dari target yang telah dituangkan
dalam Roadmap swasembada gula tahun 2010-2014 yang bertujuan Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 34
Direktorat Jenderal Perkebunan
untuk pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri, baik konsumsi
langsung rumah tangga maupun industri sekaligus mengurangi defisit
neraca perdagangan gula nasional. Dalam rangka mendukung
program prioritas pembangunan pertanian, khususnya pencapaian
swasembada dan swasembada berkelanjutan, Direktorat Jenderal
Perkebunan diberikan amanah untuk swasembada gula pada tahun
2014. Upaya Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam
rangka mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004
melalui Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional berupa
kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan penggantian
tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana dan
pengadaan alat dan mesin pertanian. Sesuai dengan Roadmap
Swasembada Gula Tahun 2010-2014 target produksi gula tahun
2014 adalah sebesar 5,70 juta ton akan terpenuhi apabila
penyediaan lahan minimal seluas 350.000 ha, investasi
pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik Gula berjalan sesuai
dengan rencana. Namun karena permasalahan utama tersebut belum
teratasi secara tuntas, maka target dikoreksi menjadi 2,79 juta ton
sesuai potensi sumberdaya yang dapat dikendalikan oleh
Kementerian Pertanian dengan harapan masih dapat memenuhi
kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga. Sampai dengan akhir
tahun 2014 produksi gula mencapai 2,63 juta ton atau 94,35% dari
target. Namun capaian tersebut belum optimal terutama diakibatkan
oleh dampak perubahan iklim dan serangan OPT di beberapa sentra
produksi. Permasalahan lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 35
Direktorat Jenderal Perkebunan
pengembangan areal baru dan mempertahankan lahan yang sudah
ada, keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah
pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi dan
penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu, harga dan
mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG
yang dibawah standar, biaya produksi yang masih relatif tinggi,
kualitas gula yang relatif rendah dan belum berkembangnya
diversifikasi produk berbasis tebu. Faktor lain yang sangat
berpengaruh terhadap kurang optimalnya produktivitas tebu adalah
teknologi terbarukan pengembangan tebu belum mampu diadopsi
oleh petani tebu serta koordinasi antara pihak terkait belum optimal
baik secara on farm maupun of farm.
Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun
2014 telah mencapai 477.881 hektar dengan produksi 2.632.242 ton
gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang terlibat dalam
usaha tebu mencakup 1.098.005 (kepala keluarga dan tenaga kerja).
Ekspor komoditas tebu mencapai nilai US$ 85,20 juta dengan volume
707.500 ton molases, sedangkan impor tebu mencapai nilai
US$1.152,20 juta dengan volume 2,567 juta ton gula hablur pada
Tahun 2013. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, impor gula
mengalami peningkatan sebesar 15,92% dari 2,872 juta ton menjadi
3,328 juta ton pada tahun 2014. Pada tahun 2015 luas areal tanaman
tebu diperkirakan mencapai 456.297 ha, dengan produksi mencapai
3,103 juta ton gula hablur.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 36
Direktorat Jenderal Perkebunan
Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya swasembada
gula nasional adalah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan
diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana
produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan
usaha serta pelayanan organisasi secara optimal.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 37
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB IV
KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
TAHUN 2014
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB IV
KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
TAHUN 2014
Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan
disampaikan pada Laporan Tahunan ini meliputi (1). capaian terkait
dengan penetapan kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal
Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan
kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal
Perkebunan berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan
berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran
masing-masing satuan kerja (satker), (3). capaian kinerja kegiatan
khusus yang dilaksanakan oleh Direktorat jenderal Perkebunan yaitu
Swasembada Gula, Revitalisasi Perkebunan, kegiatan strategis yang
dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4), kegiatan MP3KI, Kegiatan
Pengarusutamaan Gender dan lain-lain.
4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun 2014
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja
antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa
outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 38
Direktorat Jenderal Perkebunan
penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan
Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan
dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15
Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian
Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah
produksi,sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunantahun
2014 yang diukurhanyalah produksi.
Selain itu berdasarkan beberapa peraturan antara lain
Peraturan PemerintahNo. 39 tahun 2006, Peraturan Menteri
Pertanian No. 135 Tahun 2013 dan Peraturan Meteri Keuangan No.
249 Tahun 2011 bahwa laporan kinerja sudah menjadi tutuntan
wajib yang harus dilaksanakan oleh instansi Pemerintah. Hal ini
dimaksudkan agar penyelenggaraan program/kegiatan pembangunan
berjalan secara efisien, efektif, akuntabel dan transparan.
Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2014 secara
nasional sebesar 92,90% yang dilaksanakan oleh 93 satker di
seluruh Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT
Pusat, 32 satker Provinsi dan 56 satker kabupaten/kota.
4.1.1. Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah
meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 39
Direktorat Jenderal Perkebunan
perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan
tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman
tahunan dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan
sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan
manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan
adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan
nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau,
kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete,
jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang
dikelompokankedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula
nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam
negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan
tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi).
Penetapan kinerja untuk Direktorat Jenderal Perkebunan
berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi.
Terhadapoutcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi
perdebatan yang dapat dilihat dari 2 aspek, pertama, mengingat
tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga
produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun
kedepan. Aspek kedua, sebagaimana diketahui bahwa biaya
investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN
jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung
hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 40
Direktorat Jenderal Perkebunan
terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal
Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan
yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan
besar melalui pembinaan, pengawalan, pendampingan, kebijakan
maupun surat-menyurat.
Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada
tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung
produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai
ketentuan yang berlaku maka produksinya/outcomes adalah nol
(tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung
produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi
dari tanaman yang tahun tanamnyaminimal empat tahun yang lalu.
Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun
tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan
menyepakati produksi pada tahun berjalan sebagai outcomes
dengan menggunakan target rencana strategis pembangunan
perkebunan tahun 2010-2014 sebagai acuannya.
Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun
2014 dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja
Tahunan tahun 2014, (b) Capaian Kinerja tahun 2013 dan (c)
Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun
2010-2014.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 41
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.1.1.1 Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana
Kinerja Tahunan 2014
Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan
mencapai 40,32 juta ton atau 99,34% dari target 40,60 juta ton dari
target Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2014.
Capaian tertinggi pada komoditi cengkehsebesar 128,58%dan secara
berurutan sebagai berikut:karetsebesar 112,57%, nilam 108,47%,
kelapasawit 103,18%, lada 99,94%, tebu 94,35%, tembakau 90,36%,
kopi 91,96%, kelapa 89,68%, teh 87,12%, kopi 86,61%, dan jambu
mete 72,96%. Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif
terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi
turun cukup tajam yaitu kakao (60,42%), kapas (1,85%) dan untuk
dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah
karena tidak/belum ada jaminan pasarnya adalah jarak pagar
12,76% dan kemiri minyak/sunan00,00%.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 42
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 4. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2014
1 Karet 3,237,433 2,801,000 2,801,000 3,153,186 97.40 112.57 112.57
2 Kelapa Sawit 27,782,004 28,439,000 28,439,000 29,344,479 105.62 103.18 103.18
3 Kelapa 3,051,585 3,380,000 3,380,000 3,031,310 99.34 89.68 89.68
4 Kopi 675,915 791,000 791,000 685,089 101.36 86.61 86.61
5 Kakao 720,862 1,174,000 1,174,000 709,331 98.40 60.42 60.42
6 Jambu Mete 116,113 159,000 159,000 116,000 99.90 72.96 72.96
7 Lada 91,039 92,000 92,000 91,941 100.99 99.94 99.94
8 Cengkeh 109,694 86,000 86,000 110,576 100.80 128.58 128.58
9 Teh 145,460 165,000 165,000 143,751 98.83 87.12 87.12
10 Jarak Pagar 6,218 35,000 35,000 4,467 71.84 12.76 12.76
11 Kemiri Sunan 0 6,000 6,000 0 0.00 0.00 -
12 Tebu 2,551,026 3,103,000 2,790,000 2,632,242 103.18 84.83 94.35
13 Kapas 1,871 63,000 63,000 1,165 62.27 1.85 1.85
14 Tembakau 164,448 184,000 184,000 166,262 101.10 90.36 90.36
15 Nilam 132,950 124,000 124,000 134,500 101.17 108.47 108.47
38,786,618 40,602,000 40,289,000 40,324,299 103.96 99.32 100.09 Total
Target Renstra
RKT/PK 2014
NO KOMODITAS Realisasi 2013
Target Renstra
2010- 2014
RKT/PK 2014
Realisasi* 2014
Capaian 2013
Catatan : * Angka sementara
4.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2013
Pada tahun 2014, capaian produksi 15 komoditas unggulan
sebesar 40,33juta ton atau 103,97%dibandingkan capaian produksi
tahun 2013 yang besarnya 38,79 juta ton atau mengalami
peningkatan sebesar 3,97%. Peningkatan produksi tersebut, selain
karena pembinaan dan pengawalan yang lebih intensif juga
didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan adaptasi
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 43
Direktorat Jenderal Perkebunan
terhadap perubahan iklim yang baik dari beberapa komoditi.
Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi kelapa sawit sebesar
5,62%, tebu 3,18%, kopi 1,36% dan secara berurutan diikuti oleh
nilam 1,17%, tembakau 1,10%, lada 0,99%) dan cengkeh0,88%.
Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan
produksi yaitu jambu mete (0,10%), kelapa (0,66%),teh (1,17%),
kakao(1,60%), karet (2,60%), jarak pagar (7,34%), kapas (37,73%)
dan minyak kemiri sunan (100,00%).
4.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014
Pada tahun 2014, capaian produksi 15 komoditas unggulan
sebesar 40,33 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai
dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2010 - 2014, maka capaian tahun 2014
telah mencapai 99,34%. Capaian yang telah melebihi target
RENSTRA adalah komoditi cengkehsebesar 128,58%, karet112,57%,
nilam 108,47% dan kelapa sawit 103,18%. Sedangkan capaian yang
telah mendekati target RENSTRA adalah lada99,94%,tebu94,35%,
tembakau90,36%, kopi 91,96%, kelapa89,68%, teh 87,12%, kopi
86,61%, dan jambu mete 72,96%. Lebih lanjut untuk capaian yang
masih jauh dari target adalahkakao 60,42%,jarak pagar 12,76%,
kapas 1,85% dan kemiri minyak/sunan00,00%.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 44
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.1.2. Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan
Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun
2014
Dalam laporan kinerja ini yang disajikan untuk penetapan
kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan Tahun 2014 adalahoutput penting dalam rangka
mendukung pencapaian kinerja sebagaimana ditetapkan dalam
dokumen penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan
dan Menteri Pertanian.Output penting yang ditetapkan adalah
pengembangan areal perkebunan. Dalam laporan ini disajikan
capaian kinerja berupa (1). luas areal secara nasionaldan (2). luas
areal yang dibiayai dengan APBN tahun 2014 dan (3) dukungan
teknis yang terkait.
4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU
Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar adalah luas areal
tanaman kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 45
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.1.2.1.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana
Kinerja Tahunan 2014
Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun
2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman rempah dan
penyegar untuk 5 komoditi unggulan nasional mencapai 3,762 juta
hektar dari target sebesar 3,999 juta hektar atau mencapai 94,08%.
Capaian tertinggi pada komoditi cengkeh (103,84%), sebaliknya yang
tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kopi
(89,02%), kakao (98,12%), lada(88,07%), dan teh (97,61%).
Namun bila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2013,
maka capaian kinerja 2014 dengan kinerja luas areal tanaman
rempah dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 5,51%
menjadi 99,59%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah
tanaman kopi (100,40%), lada (100,40%), dan cengkeh (100,40%).
Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu kakao (98,76%) dan teh
(99,18%).
Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja
luas areal tanaman rempah dan penyegar mencapai 94,08%. Hal ini
sama dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014 yaitu
hanya luas areal cengkeh yang telah melebihi target renstra yaitu
103,84%. Sedangkan capaian tanaman lainnya sebagai berikut: kopi
(86,40%), kakao (98,12%), lada (88,07%) dan teh (97,61%).
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 46
Direktorat Jenderal Perkebunan
Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun
2014 sebagai berikut:
Tabel 5. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan
Penyegar Tahun 2014
1 Kopi 1.241.836 1.443.000 1.443.000 1.246.809 100,40 86,40 86,40
2 Kakao 1.740.612 1.752.000 1.752.000 1.719.087 98,76 98,12 98,12
3 Lada 171.920 196.000 196.000 172.615 100,40 88,07 88,07
4 Cengkeh 501.378 484.000 484.000 502.563 100,24 103,84 103,84
5 Teh 122.035 124.000 124.000 121.034 99,18 97,61 97,61
3.777.781 3.999.000 3.999.000 3.762.108 99,59 94,08 94,08 Total
Capaian 2013
Target Renstra
RKT 2014
No Komoditi
Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%)
Realisasi 2013
Target Renstra
2010 - 2014
RKT 2014
Realisasi* 2014
Catatan : * Angka Sementara
4.1.2.1.2. Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2014
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah
terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang
meliputi kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh seluas 43.975
hektar.Realisasi fisiknya mencapai 43.559 ha(99,05%). Output
kegiatan pentingpada tahun 2014 meliputi:
1) Pengembangan tanaman kopi seluas 4.600 ha yang terdiri atas
Intensifikasi tanaman kopi arabika 2.800 ha, intensifikasi
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 47
Direktorat Jenderal Perkebunan
tanaman kopi robusta 1.450 ha dan perluasan tanaman kopi
arabika 350 ha. Realisasi fisik seluas 4.600 ha (100%) dari
target seluas 4.600 ha sesuai dokumen penetapan kinerja tahun
2014 yang telah direvisi.
2) Pengembangan tanaman teh seluas 3.200 ha untuk kegiatan
intensifikasi tanaman teh 1.700 ha dan rehabilitasi tanaman teh
1.500 ha. dengan realisasi fisik seluas 3.200 haatau mencapai
100% dari target seluas 3.200 ha sesuai pada dokumen
penetapan kinerja tahun 2014.
3) Pengembangan tanaman kakao seluas 33.125 ha yang terdiri
atas Intensifikasi tanaman kakao 20.500 ha, rehabilitasi
tanaman kakao 4.400 ha, peremajaan tanaman kakao 8.225 ha.
Realisasi capaian fisik seluas 32.709 ha (98,74%) dari target
seluas 33.125 ha sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun
2014 yang telah direvisi.
4) Pengembangan tanaman lada seluas 600 ha, yang terdiri atas
rehabilitasi tanaman lada 300 ha dan perluasan 300 ha. Realisasi
capaian fisik kegiatan ini seluas 600 ha (100%) dari target 600 ha
pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah
direvisi.
5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 950 ha, untuk kegiatan
rehabilitasi tanaman cengkeh 750 ha dan perluasan tanaman
cengkeh 200 ha. Realisasi fisik mencapai 950 ha (100%) dari
target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 48
Direktorat Jenderal Perkebunan
6) Pengembangan tanaman pala seluas 1.500 ha, untuk kegiatan
perluasan tanaman pala 1.500 ha. Realisasi capaian fisik
kegiatan ini seluas 1.500 ha (100%) dari target 1.500 ha pada
dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
Rincian capaian fisik per output kegiatan beserta lokasi
penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja
Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Lampiran 1.
4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU
Direktorat Tanaman Semusim adalah luas areal tanaman tebu,
kapas, tembakau dan nilam.
4.1.2.2.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana
Kinerja Tahunan 2014
Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun
2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman semusim
untuk 4 komoditi unggulan nasional mencapai 710.029 hektar dari
target sebesar 704.000 hektar atau mencapai 100,86%. Capaian
tertinggi pada komoditi nilam (173,82%) dan diikuti tebu (104,80%).
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 49
Direktorat Jenderal Perkebunan
Sedangkan yang tidak mencapai target adalah tembakau (95,25%)
dan kapas (22,40%).
Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian
kinerja tahun 2013, mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,28%
menjadi 101,14%. Hampir seluruh areal tanaman semusim
mengalami peningkatan secara berurutan sebagai berikut tanaman
tebu (101,84%), tembakau(101,27%), dan nilam (100,13%), kecuali
kapas turun menjadi 64,09%.
Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja
luas areal tanaman semusim sudah sesuai target yaitu mencapai
100,86%. Sumbangan terbesar dari luas areal nilam (173,82%) dan
tebu mencapai 104,80%. Sedangkan untuk tanaman kapas baru
mencapai 22,40% dan tembakau (95,25%). Rincian secara detail
capaian kinerja masing-masing komoditi dibandingkan RKT tahun
2014 sebagaimana pada Tabel 6 berikut:
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 50
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2014
1 Tebu 469.227 456.000 456.000 477.881 101,84 104,80 104,80
2 Kapas 8.738 25.000 25.000 5.600 64,09 22,40 22,40
3 Tembakau 192.809 205.000 205.000 195.260 101,27 95,25 95,25
4 Nilam 31.247 18.000 18.000 31.288 100,13 173,82 173,82
702.021 704.000 704.000 710.029 101,14 100,86 100,86
Catatan : *) Angka sementara
Total
Capaian 2013
Target Renstra
RKT 2014
No Komoditi
Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%)
Realisasi 2013
Target Renstra
2010 - 2014
RKT 2014
Realisasi* 2014
4.1.2.2.2. Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2014
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah
terlaksananya pengembangan tanaman semusim yang meliputi tebu,
kapas, tembakau dan nilam seluas 56.375 ha. Realisasi fisiknya
mencapai 39.508 (70,08%). Output kegiatan penting pada tahun
2014 meliputi:
1) Pengembangan tanaman tebu seluas 50.675 ha yang terdiri atas
kegiatan bongkar ratoon 5.729 ha terealisasi 4.290 ha (74,88%),
rawat ratoon 34.157 ha terealisasi 25.419 ha (74,42%) dan
perluasan tanaman tebu 8.743 ha terealisasi 2.293 ha (26,23%)
serta pembangunan kebun bibit datar (KBD) 2.046 ha terealisasi
1.806 ha (88,27%). Sehingga realisasi fisik seluruhnya seluas
33.808 ha atau 66,72% dari target pada dokumen penetapan
kinerja tahun 2014 yang telah direvisi.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 51
Direktorat Jenderal Perkebunan
2) Pengembangan tanaman nilam seluas 100 ha dalam rangka
pengembangan komoditas ekspor. Capaian realisasi fisik 100 ha
(100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun
2014.
3) Pengembangan tanaman kapas seluas 5.600 ha dalam rangka
pemenuhan konsumsi dalam negeri. Capaian fisik seluas 5.600ha
(100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun
2014.
Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi
penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja
Direktur Tanaman Semusim seperti pada Lampiran 2.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 52
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU
Direktorat Tanaman Tahunanadalah luas areal tanaman karet,
kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri
sunan/minyak.
4.1.2.3.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana
Kinerja Tahunan 2014
Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
tahun 2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman
tahunan untuk 6 komoditi unggulan nasional mencapai 18,787 juta
hektar dari target sebesar 16,907 juta hektar atau mencapai
111,12%. Capaian tertinggi pada komoditi jarak pagar (238,47%)
diikuti kelapa sawit (114,12%), karet (102,29%), dan jambu mete
(100,03%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan
sebagai berikut kelapa (98,96%), dan kemiri sunan/minyak (49,75%).
Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian
kinerja tahun 2013, mengalami peningkatan sebesar 2,81% menjadi
102,81%. Sebagian areal tanaman tahunan mengalami sedikit
peningkatan secara berurutan yaitu kelapa sawit (104,69%), karet
(101,41%), kemiri sunan (100,00%). Sedangkan sebagian lagi
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 53
Direktorat Jenderal Perkebunan
mengalami penurunan yaitu kelapa (99,38%), jambu mete (99,49%)
dan jarak pagar 95,47%. Rincian secara detail capaian kinerja
masing-masing komoditi dibandingkan RKT tahun 2014 sebagaimana
pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2014
1 Karet 3.555.946 3.487.000 3.487.000 3.606.245 101,41 103,42 103,42
2 K. Sawit 10.465.020 8.987.000 8.987.000 10.956.231 104,69 121,91 121,91
3 Kelapa 3.654.478 3.833.000 3.833.000 3.631.814 99,38 94,75 94,75
4 Jambu Mete 554.315 577.000 577.000 551.512 99,49 95,58 95,58
5 Jarak Pagar 42.997 21.000 21.000 41.049 95,47 195,47 195,47
6 Kemiri Sunan 1.037 2.000 2.000 1.037 100,00 51,85 51,85
18.273.793 16.907.000 16.907.000 18.787.888 102,81 111,12 111,12
Catatan : * Angka sementara
Total
Capaian 2013
Target Renstra
RKT 2014
No Komoditi
Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%)
Realisasi 2013
Target Renstra
2010 - 2014
RKT 2014
Realisasi* 2014
Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014,
kinerja luas areal tanaman tahunan sudah sesuai target yaitu
mencapai 111,12%. Sumbangan terbesar dari luas areal jarak pagar
(195,47%), kelapa sawit (121,61%) dan karet (103,47%). Sedangkan
untuk tanaman kemiri sunan baru mencapai 51,85%, jambu mete
(99,49%) dan kelapa mencapai 99,38%.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 54
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.1.2.3.2.Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2014
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah
terlaksananya pengembangan tanaman tahunan yang meliputi
kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri
sunan/minyak serta sagu seluas 33.042 ha. Realisasi fisiknya
mencapai 32.042 ha (98,51%). Output kegiatan penting pada tahun
2014 meliputi:
1) Pengembangan tanaman karet seluas 11.643 ha meliputi
kegiatan Peremajaan seluas 10.763 ha dan perluasan seluas 880
ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 11.513 ha (98,88%)
dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang
telah direvisi.
2) Pengembangan tanaman Kelapa seluas 18.509 ha meliputi
kegiatan Peremajaan seluas 17.109 ha dan perluasan 1.400 ha.
Realisasi fisik mencapai 17.975 ha (97,11%) dari target pada
dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi.
3) Pengembangan tanaman Kelapa sawit seluas 80 ha meliputi
kegiatan pengembangan model peremajaan 40 ha. Capaian fisik
untuk kegiatan ini seluas 80 ha (100,00%) dari target pada
dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas 2.010 ha melalui
kegiatan peremajaan seluas 900 ha dan perluasan 1.110
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 55
Direktorat Jenderal Perkebunan
ha.Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 2.010 ha (100,00%)
dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
5) Pengembangan tanaman sagu seluas 800 ha yang terdiri atas
perluasan tanaman sagu seluas 200ha dan penataan tanaman
sagu 600 ha. Realisasi fisik mencapai 800 ha (100,00%) dari
target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi
penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja
Direktur Tanaman Tahunan seperti pada Lampiran 3.
4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU
Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah (1) Jumlah
kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP, (2) Jumlah
perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan
sertifikat ISPO dan (3) Jumlah perusahaan yang ditangani kasus
gangguan usahanya.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 56
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana
Kinerja Tahunan 2014
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014
adalah terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen
tanaman rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman
tahunan sebanyak 223 kelompok tani. Sedangkan jumlah perusahaan
perkebunan yang mendapat sertifikat ISPO sebanyak 44 perusahaan.
Realisasi fisiknya mencapai 222 kelompok tani (99,55%). Output
kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi:
1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman
semusim sesuai GHP mencapai 57 kelompok tani atau 100% dari
target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
2) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman
rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 53kelompok tani
atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun
2014.
3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman
tahunan sesuai GHP mencapai 113 kelompok tani atau 100% dari
target 113 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja
tahun 2014.
4) Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak
mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 44
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 57
Direktorat Jenderal Perkebunan
perusahaan atau 100% dari target 44 perusahaan sesuai pada
dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
4.1.2.4.2. Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2014
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah
terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen tanaman
rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan
sebanyak 223 kelompok tani. Realisasi fisiknya mencapai 222
kelompok tani (99,55%). Output kegiatan penting pada tahun 2014
meliputi:
1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman
semusim sesuai GHP mencapai 9 kelompok tani atau 100% dari
target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
2) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman
rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 57 kelompok tani
atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun
2014.
3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman
tahunan sesuai GHP mencapai 157 kelompok tani atau 100% dari
target 157 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja
tahun 2014.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 58
Direktorat Jenderal Perkebunan
4) Jumlah kegiatan penilaian usaha perkebunan mencapai 19
kegiatan atau 100,00% dari target 19 kegiatan sesuai pada
dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
5) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan. Capaian
fisik untuk kegiatan ini sebanyak 26 kegiatan (100%) dari target
pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014
Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi
penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha seperti pada Lampiran 4.
4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU
Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah luas areal
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman
perkebunan.
4.1.2.5.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana
Kinerja Tahunan 2014
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah
terlaksananya penanganan organisme pengganggu tanaman
perkebunan (OPT) seluas 15.039 ha, dan pelaksanaan SL-PHT
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 59
Direktorat Jenderal Perkebunan
sebanyak 194 Kelompok Tani. Realisasi fisik untuk OPT mencapai
14.827 ha (98,59%)dari target dan SL-PHT sebanyak 194 Kelompok
Tani (100%) dari target. Output kegiatan penting pada tahun 2014
meliputi:
1) Pengendalian OPT seluas 15.039 ha yang terdiri dari (a)
Pengendalian OPT tanaman rempah dan penyegar seluas 3.712
ha untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman Lada seluas 101
ha, kopi seluas 931 ha, cengkeh seluas 535 ha, kakao seluas
2.145 ha; (b) Pengendalian OPT tanaman semusim seluas 5.221
ha untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman tebu seluas 4.961
ha, tembakau seluas 100 ha, kapas seluas 150 ha dan Nilam 10
ha; (c) Pengendalian OPT tanaman tahunan seluas 6.106 ha
untuk kegiatan pengendalian OPT kelapa seluas 5.070 ha, karet
seluas 621 ha, Kelapa Sawit 200 ha dan jambu mete seluas 215
ha. Capaian realisasi fisik secara berurutan yaitu lada seluas 101
ha (100%), kopi seluas 921 ha (98,93%), cengkeh seluas 535 ha
(100%), kakao seluas 2.145 ha (100%), tebu seluas 4.961 ha
(100%), tembakau seluas 100 ha (100%), kapas seluas 150 ha
(100%), nilam 8 ha (80,00%), kelapa seluas 4.870 ha (96,05%),
karet seluas 621 ha (100%), kelapa sawit 200 ha (100%) dan
jambu mete seluas 215 ha (100%). Sehingga capaian realisasi
fisik keseluruhan seluas 14.827 ha (98,59%) dari target pada
dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 60
Direktorat Jenderal Perkebunan
2) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 182 Kelompok Tani
yang terdiri dari SL-PHT cengkeh sebanyak 8 KT, kakao 50 KT,
karet 24 KT, kelapa 6 KT, kopi 14 KT, lada 8 KT, teh 4 KT, kapas
2 KT dan tebu 52 KT. Sedangkan SL-PHT gabungan yaitu SL-PHT
kopi dan kakao 4 KT, kelapa dan karet 2 KT, karet dan kakao 4
KT, jambu mete dan kakao 2 KT, karet dan lada 2 KT. Capaian
fisik dari kegiatan tersebut sebanyak 182 Kelompok Tani (100%)
dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014.
Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi
penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja
Direktur Perlindungan Perkebunan seperti pada Lampiran 5.
4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah
provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang
berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi
serta pelaporan sebanyak 32 Provinsi. Sedangkan sasaran strategis
dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pelayanan
kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja
program peningkatan produkdi, produktivitas dan mutu tanaman
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 61
Direktorat Jenderal Perkebunan
perkebunan berkelanjutan. Realisasi fisiknya mencapai 100,00%
dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan
kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan
organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran
dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset.
4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBP2TP)
Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 untuk
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan adalah (a)
BBP2TP Medan untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasisebanyak
2.030.000 batang danjumlah teknologi terapan perlindungan
perkebunan 5 paket; (b) BBP2TP Surabaya sebanyak 12.920.000
batang dengan 8 paket; (c) BBP2TP Ambon sebanyak 750 batang
dengan 9 paket. Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang
disertifikasi secara nasional pada tahun 2014 mencapai 12.096.652
batang atau 80,91% dari target 14.950.750 batang untuk 3 Balai
Besar yaitu BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon. Sedangkan jumlah
teknologi terapan perlindungan perkebunanmencapai 100%, yaitu
dari target 22 paket dapat terealisasi semuanya.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 62
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2014
Berdasarkan pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga
tahun 2014, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian Rp.
14,230 trilyun dan sebesar Rp 1,320 trilyun (9,27%) dialokasikan
untuk Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung
pengembangan perkebunan tahun 2014 khususnya dimanfaatkan
untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama.
Serapan anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014
mencapai 88,05% menduduki urutan ke 8 (delapan) di lingkup
Kementerian Pertanian dan masih dibawah serapan anggaran secara
nasional Kementerian Pertanian yang mencapai 89,57%.
Perbandingan capaian per eselon I dapat dilihat pada Tabel 15
berikut:
Tabel 9.Capaian Serapan Anggaran Tahun 2014 per Eselon I
No ESELON 1 Urutan
Penyerapan Anggaran
PAGU ANGGARAN (Rp. 000,-)
REALISASI (Rp. 000,-) %
1 SETJEN 4 1.103.062.672 1.016.735.294 92,17
2 ITJEN 5 65.528.157 60.347.785 92,09
3 DITJEN TP 9 2.273.831.705 2.000.337.582 87,97
4 DITJEN HORTI 7 524.669.821 466.801.480 88,97
5 DITJEN BUN 8 1.320.619.437 1.162.841.296 88,05
6 DITJEN NAK KESWAN
1 1.391.463.833 1.346.602.451 96,78
7 DITJEN PPHP 11 502.959.082 441.542.772 87,79
8 DITJEN PSP 10 3.294.030.743 2.895.145.140 87,89
9 BALITBANG 12 1.574.600.000 1.316.210.000 83,59
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 63
Direktorat Jenderal Perkebunan
10 BPPSDMP 3 1.114.979.737 1.049.902.650 94,16
11 BKP 6 459.973.578 411.352.994 89,43
12 BARANTAN 2 604.699.761 578.997.227 95,75
TOTAL 14.230.418.526 12.746.816.671 89,57
Capaian serapan anggaran tahun 2014 ini mengalami peningkatan
yang sangat signifikan yaitu sebesar 4,32% dibandingkan dengan tahun
2013 yang mencapai 83,73% yaitu dari total pagu Rp. 1.709.421.139.000,-
yang terealisasi sebesar Rp. 1.431.311.655.000,-.
Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a)
Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian
kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker.
4.2.1 Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun
2014
Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun
2014 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama
pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker).
Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan
pada tahun 2014 sebesar Rp. 1,162 trilyun atau 88,05% dari total pagu
sebesar Rp.1,320 trilyun. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan
Penyegar sebesar 95,35%, diikuti secara berturut-turut kegiatan Dukungan
Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 64
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tanaman Perkebunan sebesar 93,17%, Dukungan Perlindungan Perkebunan
sebesar 92,59%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Tahunan sebesar 91,86%, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya sebesar 88,92%, Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 86,39%
dan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim
sebesar 80,67%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 16.
Tabel 10. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2014
KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN
PAGU (Rpjuta)
REALISASI
(Rpjuta) %
1775 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar 325.707 310.547 95,32
1776 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim 511.357 412.499 80,67
1777 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 173.967 159.800 91,86
1778 Pengembangan Penanganan Pasca panen Komoditas Perkebunan 37.076 32.030 86,39
1779 Dukungan Perlindungan Perkebunan 76.813 71.123 92,59
1780 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan 129.096 114.787 88,92
1781 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
66.603 62.055 93,17
JUMLAH
1.320.619 1.162.841 88,05
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 65
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.2.1.1 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Rempah dan Penyegar
Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu
Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SAU-Kementerian
Keuangan sebesar Rp 310.453.375.541,- (95,32%) dari pagu yang
ada. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama
dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan
tender serta penghematan.
Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas
dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2014 meliputi:
1) Pengembangan tanaman kopi 4.600 ha dengan anggaran
sebesar Rp. 29.830.112.000,- untuk kegiatan intensifikasi, dan
perluasan tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang
dikembangkan meliputi (1). Intensifikasi kopi arabika seluas
2.800 ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 5 provinsi yaitu Jawa
Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, NTT, Sulawesi Barat; (2).
Intensifikasi kopi robusta seluas 1.450 ha yang dilaksanakan di
10 kabupaten 7 provinsi yaitu Aceh, Riau, Lampung, Bali, NTB,
NTT dan Bengkulu; (3) Perluasan kopi arabika seluas 350 ha yang
dilaksanakan di 3 kabupaten 3 provinsi yaitu Jawa Tengah,
Papua dan Jawa Timur. Capaian serapan keuangan untuk output
kegiatan tersebut sebesar Rp. 27.287.028.225,- (91,47%).
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 66
Direktorat Jenderal Perkebunan
2) Pengembangan Tanaman teh seluas 3.200 ha dengan anggaran
sebesar Rp. 47.965.070.000,- untuk kegiatan intensifikasi dan
rehabilitasi tanaman teh.Kegiatanintensifikasi teh seluas 1.700
ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa
Barat. Sedangkan untuk rehabilitasi teh seluas 1.500 ha
dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat.
Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.
47.735.619.004,- (99,52%).
3) Pengembangan tanaman kakao seluas 33.125 ha dengan
anggaran sebesar Rp. 194.375.172.000,- untuk kegiatan
intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao.
Kegiatan intensifikasi tanaman kakao seluas 20.500 ha yang
dilaksanakan di 31 kabupaten 7 provinsi di Indonesia yaitu Jawa
Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Bali, NTT dan Sulawesi Barat. Untuk rehabilitasi tanaman kakao
seluas 4.400 ha yang dilaksanakan di 14 kabupaten 4 provinsi
yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Sulawesi Barat. Sedangkan peremajaan tanaman kakao seluas
8.225 ha yang dilaksanakan di 23 kabupaten 7 provinsi yaitu:
D.I. Yogyakarta, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Bali dan NTB. Realisasi anggaran untuk
output kegiatan tersebut sebesar Rp. 185.430.655.048,-
(95,40%).
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 67
Direktorat Jenderal Perkebunan
4) Pengembangan tanaman lada seluas 600 ha dengan anggaran
sebesar Rp.6.363.642.000,- untukkegiatan rehabilitasi dan
perluasan tanaman lada. Kegiatan rehabilitasi tanaman lada
seluas 300 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu
Lampung dan perluasan tanaman lada seluas 300 ha yang
dilaksanakan di 3 kabupaten 2 provinsi yaitu Bengkulu dan Kep.
Bangka Belitung. Anggaran yang terserap untuk output kegiatan
tersebut sebesar Rp. 6.036.678.800,- (94,86%).
5) Pengembangan tanaman pala seluas 1.500 ha dengan dengan
anggaran sebesar Rp. 2.940.362.000,- untukkegiatan perluasan
tanaman pala yang dilaksanakan di 7 kabupaten 1 provinsi yaitu
Maluku. Anggaran yang terserap sebesar Rp 2.562.259.000,-
(87,14%).
6) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 950 ha dengan
anggaran sebesar Rp.3.290.000.000,- untukkegiatan
rehabilitasi dan perluasan. Kegiatan rehabilitasi tanaman
cengkeh seluas 750 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 2
provinsi yaitu Sumatera Utara dan Maluku Utara. Dan perluasan
tanaman cengkeh seluas 200 ha yang dilaksanakan di kabupaten
Kaur provinsi Bengkulu. Serapan anggaran sebesar Rp.
3.232.931.000,- (98,27%).
Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan
Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar
seperti pada Tabel 17.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 68
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 11. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2014
No Program Anggaran (Rp000) Output/
Fisik Pagu Realisasi % %
I Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar
325.706.836
310.546.652
95,35 99,25
1 PengembanganTanaman Kopi 29.830.112 27.287.028 91,47 100,00
2 Pengembangan tanaman teh 47.965.070 47.735.619 99,52 100,00
3 PengembanganTanaman Kakao 194.375.172 185.430.655 95,40 98,74
4 PengembanganTanaman Lada 6.363.642 6.036.679 94,86 100,00
5 PengembanganTanaman Cengkeh 3.290.000 3.232.931 98,27 100,00
6 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah dan Penyegar
8.337.967 7.956.170 95,42 100,00
7 Pengembangan Tanaman Pala 2.940.362 2.562.259 87,14 100,00
8 Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar
799.198 639.326 80.00 100,00
9 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar
6.615.640
6.077.678
91,87 100,00
10 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 24.629538 23.070.883 93,67 100,00
11 Layanan Perkantoran 560.135 517.423 92,37 100,00
4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Semusim
Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu
Tanaman Semusim sebesar Rp 412.499.441.350,- (80,67%) dari
target sebesar Rp. 511.356.581.000,-. Tidak tercapainya target
serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh masih
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 69
Direktorat Jenderal Perkebunan
mengalami sedikit kesulitan dalam penyediaan benih kultur jaringan
dan kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dan pengadaan
barang dan jasa yang banyak mengalami sanggahan dan ada
beberapa kqgiatan tidak terealisasi. Selain itu beberapa kegiatan
masih menunggu musim hujan.
Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas
dan Mutu Tanaman Semusim pada tahun 2014 meliputi:
1) Pengembangan tanaman tebu seluas 50.675 ha dengan
anggaran Rp. 351.079.327.000,- untuk kegiatan yang terdiri
dari: (a) kegiatan bongkar ratoon seluas 6.385 ha dilaksanakan
di 55 kabupaten 6 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan;
(b) Kegiatan rawat ratoon seluas 31.518 ha yang dilaksanakan di
75 kabupaten 10 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo; (c) Kegiatan
perluasan tanaman tebu seluas 9.107 ha yang dilaksanakan di 52
kabupaten 11 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo;
dan (d) Pembangunan KBD seluas 2.236 ha yang dilaksanakan di
68 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 70
Direktorat Jenderal Perkebunan
Selatan. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut
sebesar Rp. 278.860.954.363,- (79,43%).
2) Pengembangan tanaman nilamseluas 100 ha dengan anggaran
Rp. 2.392.200.000,- untuk yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5
provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi
Tenggara dan Gorontalo. Realisasi anggaran yang terserap
sebesar Rp. 2.248.656.389,- (94,00%).
3) Pengembangan tanaman kapasseluas 5.600 ha dengan anggaran
sebesar Rp. 13.940.901.000,- yang dilaksanakan di 18
kabupaten 4 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur. Anggaran yang terserap sebesar
Rp. 13.749.160.450,- (98,62%).
Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim
disajikan pada Tabel 18.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 71
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 12. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim tahun 2014
No Program Anggaran (Rp000) Output/
Fisik
Pagu Realisasi % %
II
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim
511.356.58
1
412.499.44
1
80,67 77,15
1 Pengembangan Tanaman Tebu 351.079.327 278.860.954 79,43 66,72 2 Penanaman Tanaman Kapas 13.940.901 13.749.160 98,62 100,00 3 Penanaman Tanaman Nilam 2.392.200 2.248.656 94,00 100,00 4 Koordinasi Kegiatan Pengembangan
Tanaman Semusim 132.169.794 109.143.807 82,58 100,00
5 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Semusim 11.558.528 8.367.142 72,39 100,00
6 Layanan Perkantoran 215.831 129.720 60,10 100,00
4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Tahunan
Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan
Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 sebesar Rp.
156.799.998.001,- (80,67%) dari pagu sebesar Rp.
173.966.864.000,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran
tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang
legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih
bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya
kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 72
Direktorat Jenderal Perkebunan
Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan
perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi.
Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 meliputi:
1) Pengembangan tanaman karet seluas 11.643 ha dengan
anggaran Rp. 82.841.017.000,- untuk kegiatan peremajaan dan
perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman karet seluas
10.763 ha yang dilaksanakan di 65 kabupaten 16 provinsi yaitu
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
Sedangkan kegiatan perluasan tanaman karet seluas 880 ha yang
dilaksanakan di 6 kabupaten 3 provinsi yaitu Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur dan Bengkulu. Realisasi anggaran untuk
kegiatan output tersebut Rp.75.656.911.890,- (91,33%).
2) Pengembangan tanaman kelapa seluas 18.509 ha dengan
anggaran Rp. 42.587.849.000,- untuk kegiatan peremajaan dan
perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman kelapa seluas
18,509 ha yang dilaksanakan di 90 kabupaten 19 provinsi yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 73
Direktorat Jenderal Perkebunan
Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Bali, NTB, NTT, Maluku, Malut, dan Banten. sedangkan kegiatan
perluasan tanaman kelapa seluas 1.400 ha yang dilaksanakan di
6 kabupaten 4 provinsi yaitu Papua, Bengkulu, Gorontalo dan
Papua Barat. Capaian serapan anggaran untuk output kegiatan
tersebut sebesar Rp. 39.199.689.110,- (92,04%).
3) Pengembangan tanaman kelapa sawit seluas 80 ha dengan
anggaran Rp.714.320.000,- untuk kegiatan peremajaan kelapa
sawit yang dilaksanakan di 4 kabupaten 3 provinsi yaitu Jambi,
Kalimantan Barat dan Bengkulu. Realisasi anggaran sebesar
Rp. 702.317.380,- (98,32%).
4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas 2.010 ha dengan
anggaran Rp.5.186.354.000,- untuk kegiatan peremajaan dan
perluasan. Untuk kegiatan peremajaan seluas 900 ha yang
dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta,
Sulawesi Tenggara, Balu, NTB dan NTT. Sedangkan untuk
perluasan 1.110 ha dilaksanakan di 6 kabuapten 5 provinsi yaitu
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Maluku Utara.
Realisasi Anggaran yang terserap sebesar Rp. 4.884.932.800,-
(94,19%).
5) Pengembangan tanaman sagu seluas 800 ha dengan anggaran
Rp. 6.402.545.000,- yang dilaksanakan di 3 kabupaten 2
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 74
Direktorat Jenderal Perkebunan
Provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan
anggaran sebesar Rp. 6.382.660.800,- (99,69%)
Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan
seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2014
No Program
Anggaran (Rp 000) Output/
Fisik %
Pagu
Realisasi
%
III Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan
173.966.864
159.799.99
8
91,86 98,76
1 Pengembangan tanaman karet rakyat 82.841.017 75.656.912 91,33 98,88 2 Pengembangan Tanaman Kelapa 42.587.849 39.199.689 92,04 97,11 3 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 714.320 702.317 98,32 100,00 4 Pengembangantanaman Jambu Mete 5.186.354 4.884.933 94,19 100,00 5 Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit,
Kakao, Karet) 13.509.848 11.764.134 87,08 100,00
6 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan 1.661.813 1.543.702 92,89 100,00
7 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan 4.425.392 4.242.658 95,87 100,00
8 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Tahunan 4.720.910 4.599.786 97,43 100,00
9 Pengembangan Kebun Benih TanamanTahunan 2.986.532 2.780.231 93,09 100,00
10 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan 6.455.971 5.918.498 91,67 100,00
11 Koordinasi Pengembangan Sagu di Pusat 1.642.363 1.309.666 79,74 100,00
12 Pengembangan Tanaman Sagu 6.402.545 6.382.661 99,69 100,00 13 Layanan Perkantoran 831.950 814.811 97,94 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 75
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen
Komoditas Perkebunan
Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Penanganan
Pascapanen Komoditas Perkebunan adalah sebesar
Rp.32.030.441.943,- (86,39%) dari pagu sebesar
Rp. 37.076.062.000,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran
tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di
Provinsi maupun Kabupaten masih belum berjalan dengan baik,
tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan
pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat
dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan
luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu
yang terbatas, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki
IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas
areal kebun untuk masyarakat belum terlaksana dengan baik dan
sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 98 Tahun 2013 yang
belum memadai.
Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan
Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2014 meliputi:
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 76
Direktorat Jenderal Perkebunan
1) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
sebanyak 44 Kasus dengan anggaran Rp. 5.390.550.000,- yang
dilaksanakan di 56 kabupaten 26 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangaka
Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Barat, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan
Riau dengan serapan anggaran sebesar Rp. 4.414.044.041,-
(81,88%).
2) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan di
32 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 3.286.996.000,-
dengan serapan anggaran sebesar Rp 2.723.927.880,-
(82,87%).
3) Penilaian Usaha Perkebunan dengan anggaran sebesar
Rp. 1.219.380.000,- yang dilaksanakan di 213 kabupaten 27
provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bangaka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Barat, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 77
Direktorat Jenderal Perkebunan
Barat dan Kepulauan Riau dengan serapan anggaran sebesar
Rp.1.024.716.010,- (84,04%).
4) Penerapan standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan
Indonesia (ISPO) untuk 223 Kelompok Tani dengan anggaran
sebesar Rp. 19.695.532.000,- yangdilaksanakan di 129
kabupaten 18 propinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Bengkulu, Lampung, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Papua dengan
serapan anggaran sebesar Rp. 18.290.149.514,-
(92,86%).
Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama
Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan
seperti pada Tabel 20 berikut :
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 78
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 14. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan tahun 2014
No Program Anggaran (Rp000) Output/
Fisik % Pagu Realisasi %
IV Pengembangan Penanganan Pascapanen komoditas perkebunan
37.076.062 32.030.441 86,39 99,76
1 Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 5.390.550 4.414.044 81,88 100,00
2 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan 3.286.996 2.723.928 82,87 100,00
3 Penilaian Usaha Perkebunan 1.219.380 1.024.716 84,04 100,00
4 Penerapan Standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan 963.922 820.391 85,11 100,00
5 Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 19.695.532 18.290.149 92,86 99,55
6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan Pembinaan Usaha
5.935.182 4.328.344 72,93 100,00
7 Layanan Perkantoran 584.500 428.869 73,37 100,00
4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan
Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan
Perkebunan sebesar Rp 71.122.537.188,- (92,59%) dari pagu
anggaran sebesar Rp. 76.813.092.000,-.
Output kegiatan pentinguntukDukungan Perlindungan
Perkebunan pada tahun 2014 meliputi:
1) Pelaksanaan SL-PHTPerkebunan sebanyak 182 Kelompok Tani
yang terbagi atas: (a) SL-PHT Cengkeh 8 KT di 4 kabupaten 4
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 79
Direktorat Jenderal Perkebunan
provinsi yaitu Jateng, Sulsel, Sultra, Bali; (b) SL-PHT Kakao 46
KT di 23 kabupaten 14 provinsi Jateng, DI Yogyakarta. Aceh,
Lampung, Sulteng, Sulsel, Sultra, Bali, NTB, NTT, Bengkulu,
Malut, Gorontalo dan Sulbar; (c) SL-PHT Karet 24 KT di 12
kabupaten 7 provinsi yaitu Jabar, Aceh, Sumut, Riau, Sumsel,
Kalbar dan Banten; (d) SL-PHT Kelapa 6 KT di 3 kabupaten 2
propinsi yaitu DI Yogyakarta, dan Sulut; (e) SL-PHT Kopi 14 KT di
7 kabupaten 5 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulut, Sulsel dan
Bali; (f) SL-PHT Lada 8 KT di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu
Lampung, Babel dan Kaltim; (g) SL-PHT Teh 4 KT di 2 kabupaten
1 provinsi (Jabar); (h) SL-PHT Kapas KT di kabupaten
Bulukumba provinsi Sulawesi Selatan; (i) SL-PHT Kopi dan Kakao
4 KT di 2 kabupaten provinsi NTB; (j) SL-PHT Kelapa dan Karet 2
KT di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalbar; (k) SL-PHT Jambu
Mete dan Kakao 2 KT di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DI
Yogyakarta; (l) SL-PHT Karet dan Lada 2 KT di Panajem Paser
Utara Provinsi Kaltim; dan (m) SL-PHT Tebu 52 KT di 26
Kabupaten 6 provinsi yaitu Jateng, DI Yogyakarta, Jatim,
Sumsel, Lampung dan Sulsel; Realisasi anggaran yang terserap
untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp.15.959.706.275,-
(96,48%)dari pagu anggaran Rp.16.541.395.000,-.
2) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman perkebunan
seluas 15.039 ha yang terdiri dari :
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 80
Direktorat Jenderal Perkebunan
a) Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar
dilaksanakan seluas 3.712 ha dengan komoditi tanaman yaitu:
(1) OPT tanaman Lada seluas 101 ha di 11 kabupaten 5
propinsi yaitu Babel, Kalbar, Kaltim, Sumsel dan Sulsel; (2)
OPT Tanaman Kopi seluas 931 ha di 12 kabupaten 7 propinsi
yaitu Aceh, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, Bali dan NTB;
(3) OPT Tanaman Cengkeh seluas 535 ha di 7 kabupaten 4
propinsi yaitu Jateng, Sulut, Bali, dan Maluku; (4) OPT
Tanaman Kakao seluas 2.145 ha di 11 kabupaten 6 propinsi
yaitu Bali, NTB, Sulbar, Sulsel, Sulteng dan Sultra;
b) Pengendalian OPT Tanaman Semusim seluas 5.221 ha dengan
komoditi tanaman yaitu: (1) OPT Tanaman Tebu seluas 4.961
ha dilaksanakan di 21 kabupaten 8 propinsi yaitu DI
Yogyakarta, Jateng, Jatim, Jabar, Lampung, Sumsel, sulsel
dan Gorontalo; (2) OPT Tanaman Tembakau 100 ha di 3
kabupaten 3 privinsi yaitu Jateng, Jatim dan NTB; (3) OPT
Tanaman Kapas 150 ha di 11 kabupaten 7 propinsi yaitu
Jateng, Jatim, Sulsel, NTB, NTT, DIY dan Bali; dan (4) OPT
Tanaman Nilam 10 ha di 5 kabupaten 5 provinsi yaitu Jateng,
Aceh, Sumbar, Jambi dan Sultra.
c) Pengendalian OPT Tanaman Tahunan seluas 6.106 ha dengan
komoditi tanaman yaitu: (1) OPT Tanaman Kelapa 5.070 ha
dilaksanakan di 25 kabupaten 14 propinsi yaitu Aceh, Riau,
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 81
Direktorat Jenderal Perkebunan
Kalteng, NTB, Sulut, Sulteng, Sulsel, Malut, Jateng, DIY,
Jatim, NTT, Kalbar, dan Lampung; (2) OPT Tanaman Karet
621 ha dilaksanakan di 7 kabupaten 6 propinsi yaitu Sumut,
Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Jabar; (3) OPT Tanaman
Kelapa Sawit 200 ha dilaksanakan di kabupaten Kampar
provinsi Riau (4) OPT Tanaman Jambu Mete 215 ha
dilaksanakan di kabupaten Karangasem provinsi Bali.
Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut yang terserap
sebesar Rp. 28.125.731.135,- (94,60%) dari pagu anggaran sebesar
Rp. 29.730.551.000,-.
Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan
Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 21.
Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2014
No Program Anggaran (Rp) Output/
Fisik % Pagu Realisasi %
V Dukungan Perlindungan Perkebunan 76.813.092 71.122.537 92,59 99,45
1 Pemberdayaan perangkat 12.274.185 10.939.822 89,13 100,00
2 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan 16.541.395 15.959.706 96,48 100,00
3 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 4.161.459 3.601.497 86,54 100,00
4 Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan 29.730.551 28.125.731 94,60 98,59
5 Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan 9.544.202 8.906.810 93,32 100,00
6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan 3.833.155 2.946.180 76,86 100,00
7 Layanan Perkantoran 728.145 642,91 88,28 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 82
Direktorat Jenderal Perkebunan
4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar Rp.
114.786.978.015,- (88,92%) dari pagu sebesar
Rp.129.096.249.000,- dengan realisasi fisik sebesar 100%.
Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Perkebunan seperti pada Tabel 22 berikut:
Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2014
No Program Anggaran (Rp000) Output/
Fisik % Pagu Realisasi %
VI
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan
129.096.249
114.786.978
88,92 100,00
1 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi (DK)) 4.539.462 4.441.745 97,85 100,00
2 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) 8.483.809 8.017.487 94,50 100,00
3 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya 45.102.838 41.919.121 92,94 100,00
4 Dokumen Perencanaan 5.396.265 4.725.287 87,57 100,00
5 Dokumen Keuangan dan Perlengkapan 9.414.662 8.232.514 87,44 100,00
6 Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas 11.255.393 8.485.223 75,39 100,00
7 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan 4.797.100 4.124.113 85,97 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 83
Direktorat Jenderal Perkebunan
No Program Anggaran (Rp000) Output/
Fisik % Pagu Realisasi %
8 Layanan Perkantoran 37.708.722 32.444.583 86,04 100,00
9 Kendaraan Bermotor 2.292.998 2.292.998 100,00 100,00
10 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 105.000 103.906 98,96 100,00
4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta
Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan
Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi
Tanaman Perkebunan sebesar Rp 62.055.246.825,- (93,17%) dari
pagu anggaran sebesar Rp. 66.603.292.000,- dengan realisasi
fisik sebesar 99,41%.
Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan
Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi
Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 23 berikut :
Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2014
No Program Anggaran (Rp 000) Output/
Fisik % Pagu Realisasi %
VII Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
66.603.292 62.055.247 93,17 99,41
1 Opersional Laboratorium 2.226.269 1.886.251 84,73 100,00
2 Pembangunan kebun contoh, demplot, uji, koleksi dll
1.360.575 1.266.596 93,09 90,38
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 84
Direktorat Jenderal Perkebunan
No Program Anggaran (Rp 000) Output/
Fisik % Pagu Realisasi %
3 Pengawasan peredaran benih 2.411.188 1.266.595 88,12 100,00
4 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan
2.435.329 2.276.046 93,46 95,83
5 Pemanfaatan agensia hayati 809.900 796.188 98,31 100,00
6 Sertifikasi dan pengujian mutu benih 679.845 529.511 77,89 76,62
7 Administrasi Keuangan dan Kepegawaian
2.236.438 2.081.404 93,07 100,00
8 Penyusunan Rencana Kerja 485.553 382.376 78,75 100,00
9 Peningkatan Kapabilitas Pegawai/ Petugas
2.199.374 1.868.176 84,94 100,00
10 Monitoring dan Evaluasi 2.310.399 2.168.998 93,88 100,00
11 Layanan Perkantoran 46.138.093 43.494.317 94,27 100,00
12 Kendaraan Bermotor 226.210 210.892 93,23 100,00
13 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
110.500 72.169 65,31 100,00
14 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 2.694.619 2.622.856 97,34 100,00
15 Gedung/Bangunan 279.000 274.744 98,47 100,00
4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2014
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di
seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan
keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan
ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan
pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk
penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja
satker dua tahun terakhir (2012 dan 2013); (b) Nomenklatur Dinas.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 85
Direktorat Jenderal Perkebunan
Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur
dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri
akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih
tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan
Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa
kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi
anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang
dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan
dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan
(d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas
areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana
Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun 2010-2014.
Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2014
pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker)
lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 93 satker
yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat),
Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan
Satker Dinas Kabupaten/kota (56 satker).
Penilaian kinerja disusun sesuai dengan Pedoman Penilaian
Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun 2014. Pedoman tersebut
mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam
melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2014. Penilaian ini
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 86
Direktorat Jenderal Perkebunan
dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua
parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut:
a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III
bobotnya 15%;
b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya
35%;
c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan
pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%;
d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan
waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%;
e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian
negara) bobotnya 5%.
Adapun kriteria nilainya sebagai berikut:
• 00 - 59 : Kurang/Tidak Berhasil
• 60 - 79 : Cukup Berhasil
• 80 - 95 : Berhasil
• > 95 : Sangat Berhasil
Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori
sangat berhasil berjumlah 4 satker (4,30%), berhasil berjumlah 70
satker (75,27%), cukup berhasil berjumlah 16 satker (17,20%) dan
kurang berhasil berjumlah 3 satker (3,23%).
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 87
Direktorat Jenderal Perkebunan
1 Ditjen Perkebunan 0 0 1 02 Balai/UPT Pusat 0 3 1 03 Provinsi 0 21 9 24 Kabupaten/kota 4 46 5 1
4 70 16 3Total
No. SatkerPenilaian Kinerja tahun 2013
Sangat Berhasil
Berhasil Cukup Berhasil
Kurang Berhasil
Apabila dilihat dari penyebaran satker, yang memperoleh
kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker yaitu (1) Dinas
Perkebunan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, (2) Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh,
(3) Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku
Utara dan (4) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majene
Provinsi Sulawesi Barat.
Sebaliknya untuk satker yang kinerjanya memperoleh kategori tidak
berhasil (nilainya < 60) berjumlah 3 satker dan cukup berhasil
(nilainya antara 60 - 79) berjumlah 16 satker yang dapat dilihat
pada Tabel 18 dibawah ini.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 88
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 18. Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun 2014
No. Satker
Kinerja Satker
Nilai Tertimbang Sebutan
A Provinsi dengan Kriteria Cukup Berhasil
1 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 78 Cukup Berhasil
2 Dinas Perkebunan Provinsi D.i. Yogyakarta 76 Cukup Berhasil
3 Dinas Perkebunan Provinsi Riau 78 Cukup Berhasil
4 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan 65 Cukup Berhasil
5 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan 75 Cukup Berhasil
6 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 60 Cukup Berhasil
7 Dinas Pertanian Provinsi Maluku 79 Cukup Berhasil
8 Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat 78 Cukup Berhasil
9 Dinas Pertanian Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau 63 Cukup Berhasil
B Provinsi dengan Kriteria Tidak Berhasil
1 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 43 Tidak Berhasil
2 Dinas Perkebunan Provinsi Aceh 56 Tidak Berhasil
C Kabupaten dengan Kriteria Cukup Berhasil
1 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya 75 Cukup Berhasil
2 Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut 65 Cukup Berhasil
3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Balangan 65 Cukup Berhasil
4 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bone 65 Cukup Berhasil
5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka 70 Cukup Berhasil
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 89
Direktorat Jenderal Perkebunan
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat 2 (dua)satker
provinsi yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Timur dan Dinas Perkebunan Provinsi
AcehGorontalo. Sedangkan 1 (satu) satker kabupaten/kotayang
masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara.
Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan
dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian
anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2016.
No. Satker
Kinerja Satker
Nilai Tertimbang Sebutan
D Kabupaten dengan Kriteria Tidak Berhasil
1 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Batubara 15 Tidak Berhasil
E UPT Pusat dan Unit Eselon II dengan Kriteria Cukup
Berhasl
1 Balai (BPTP) Pontianak 79 Cukup Berhasil
2 Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar 79 Cukup Berhasil
3 Direktorat Tanaman Semusim 60 Cukup Berhasil
4 Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha 65 Cukup Berhasil
5 Direktorat Perlindungan Perkebunan 65 Cukup Berhasil
6 Sekretariat Ditjen Perkebunan 79 Cukup Berhasil
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 90
Direktorat Jenderal Perkebunan
Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup
Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 sebagaimana disajikan
pada tabel 19.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 91
Direktorat Jenderal Perkebunan
Tabel 19. Capaian Serapan Anggaran Masing-masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
1 JAWA BARAT 79.436.861.000,00
77.517.551.849,00
97,58
99,71
1 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 56.757.691.000,00
55.155.708.649,00
97,18
100,00
2 DISHUTBUN KAB CIANJUR 2.667.790.000,00
2.557.271.435,00
95,86
100,00
3 DISBUN KAB GARUT 54.089.901.000,00
52.598.437.214,00
97,24
100,00
2 JAWA TENGAH 149.915.816.000,00 139.395.963.725,00 92,98 99,06
4 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH
149.915.816.000,00
139.395.963.725,00
92,98
99,06
3 D. I. YOGYAKARTA 14.848.548.000,00 13.899.497.517,00 93,61 93,21
5 DISHUTBUN PROVINSI D.I.
YOGYAKARTA
14.848.548.000,00
13.899.497.517,00
93,61
93,21
4 JAWA TIMUR 289.552.665.000,00 212.640.643.463,00 73,44 75,32
6 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR
289.552.665.000,00
212.640.643.463,00
73,44
75,32
5 A C E H 33.569.749.000,00 27.549.986.380,00 82,07 93,80
7 DISHUTBUN PROVINSI A C E H
21.246.311.000,00
16.027.577.400,00
75,44
91,34
8 DISHUTBUN KAB BENER MERAH
3.037.500.000,00
2.990.814.000,00
98,46
99,50
9 DISHUTBUN KAB PIDIE
1.619.020.000,00
1.393.151.200,00
86,05
99,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 92
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
10 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA
1.566.000.000,00
1.407.983.280,00
89,91
100,00
11 DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR
3.857.919.000,00
3.658.861.500,00
94,84
99,00
12 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA
2.242.999.000,00
2.071.599.000,00
92,36
92,35
6 SUMATERA UTARA 13.815.581.000,00 12.310.345.199,00 89,10 95,07
13 DISBUN PROVINSI SUMATERA
UTARA
12.294.736.000,00
11.926.543.199,00
97,01
100,00
14 DISBUN KAB BATUBARA
1.520.845.000,00
383.802.000,00
25,24
55,18
7 SUMATERA BARAT 15.079.032.000,00 12.947.605.860,00 85,86 98,56
15 DISBUN PROVINSI SUMATERA
BARAT
13.681.217.000,00
11.801.796.760,00
86,26
98,51
16 DISBUN KAB PASAMAN BARAT
1.397.815.000,00
1.145.809.100,00
81,97
99,00
8 R I A U 18.510.787.000,00 16.944.246.620,00 91,54 97,54
17 DISBUN PROVINSI RIAU
12.355.341.000,00
11.396.328.945,00
92,24
96,31
18 DISBUN KAB KAMPAR
2.326.450.000,00
2.080.742.675,00
89,44
100,00
19 DISHUTBUN KAB MERANTI
2.718.996.000,00
2.550.789.600,00
93,81
100,00
20 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR
1.110.000.000,00
916.385.400,00
82,56
100,00
9 JAMBI 19.287.655.000,00 18.535.662.667,00 96,10 98,41
21 DISBUN PROVINSI JAMBI
17.944.825.000,00
17.317.528.767,00
96,50
98,33
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 93
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
22 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG
BARAT
1.342.830.000,00
1.218.133.900,00
90,71
99,50
10 SUMATERA SELATAN 27.737.293.000,00 21.311.642.575,00 76,83 98,75
23 DISBUN PROVINSI SUMATERA
SELATAN
20.293.003.000,00
14.524.715.000,00
71,57
99,13
24 DISBUN KAB MUARA ENIM
2.029.460.000,00
1.815.810.100,00
89,47
100,00
25 DISBUN KAB MUSI RAWAS
2.029.460.000,00
2.586.688.475,00
113,50
93,86
26 DISBUN KAB O K I
2.657.140.000,00
2.384.429.000,00
89,74
100,00
11 LAMPUNG
24.373.111.000,00
22.759.961.570,00
93,38
100,00
27 DISBUN PROVINSI LAMPUNG
24.373.111.000,00
22.759.961.570,00
93,38
100,00
12 KALIMANTAN BARAT 14.214.545.000,00 13.600.339.668,00 95,68 99,50
28 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN
BARAT
8.521.836.000,00
8.060.994.150,00
94,59
100,00
29 DISHUTBUN KAB SANGGAU
1.997.036.000,00
1.936.592.078,00
96,97
99,79
30 DISHUTBUN KAB SINTANG
1.135.114.000,00
1.067.159.140,00
94,01
95,00
31 DISBUNHUT KAB KAPUAS HULU
1.364.129.000,00
1.347.739.300,00
98,80
99,70
32 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG
1.196.430.000,00
1.187.855.000,00
99,28
99,50
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 94
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
13 KALIMANTAN TENGAH 8.498.306.000,00 8.241.502.240,00 96,98 100,00
33 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN
TENGAH
5.261.566.000,00
5.051.335.040,00
96,00
100,00
34 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT
1.767.950.000,00
1.739.410.000,00
98,39
100,00
35 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR
1.468.790.000,00
1.450.757.200,00
98,77
100,00
14 KALIMANTAN SELATAN 10.957.510.000,00 9.371.054.265,00 85,52 91,40
36 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN
5.002.845.000,00
4.099.944.560,00
81,95
94,26
37 DISTANPANGANBUN KAB TANAH
LAUT
493.110.000,00
385.700.000,00
78,22
100,00
38 DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI
TENGAH
630.570.000,00
575.161.700,00
91,21
95,10
39 DISBUN KAB KOTABARU
1.220.045.000,00
1.084.533.655,00
88,89
89,52
40 DISBUN KAB TABALONG
1.982.685.000,00
1.749.937.250,00
88,26
93,59
41 DISHUTBUN KAB BALANGAN
1.628.255.000,00
1.475.777.100,00
90,64
77,34
15 KALIMANTAN TIMUR 6.865.832.000,00 4.719.665.975,00 68,74 88,60
42 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR
4.683.225.000,00
2.897.971.975,00
61,88
85,61
43 DISBUNPANGANNAKPERIKANAN
KAB KUTAI BARAT
2.182.607.000,00
1.821.694.000,00
83,46
95,00
16 SULAWESI UTARA 11.585.759.000,00 11.421.118.100,00 98,58 100,00
44 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA
9.653.284.000,00
9.532.843.100,00
98,75
100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 95
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
45 DISBUN KAB MINAHASA SELATAN
1.932.475.000,00
1.888.275.000,00
97,71
100,00
17 SULAWESI TENGAH 97.924.953.000,00 94.909.468.220,00 96,92 100,00
46 DISBUN PROVINSI SULAWESI
TENGAH
87.690.180.000,00
86.211.128.300,00
98,31
100,00
47 DISBUN KAB TOLI-TOLI
3.510.800.000,00
2.967.543.200,00
84,53
100,00
48 DISHUTBUN KAB SIGI
3.836.910.000,00
3.420.554.620,00
89,15
100,00
49 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU
2.887.063.000,00
2.310.242.100,00
80,02
100,00
18 SULAWESI SELATAN 50.849.456.000,00 45.690.737.594,00 89,85 98,48
50 DISBUN PROVINSI SULAWESI
SELATAN
45.381.036.000,00
40.983.276.460,00
90,31
98,46
51 DISHUTBUN KAB BONE
1.305.500.000,00
881.534.390,00
67,52
99,46
52 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA
1.624.910.000,00
1.454.791.409,00
89,53
99,23
53 DISHUTBUN KAB SOPPENG
1.221.300.000,00
1.124.150.535,00
92,05
100,00
54 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA
1.316.710.000,00
1.246.984.800,00
94,70
96,11
19 SULAWESI TENGGARA 54.629.861.000,00 53.890.130.950,00 98,65 98,82
55 DISBUNHORTI PROV SULAWESI
TENGGARA
48.652.081.000,00
48.247.375.400,00
99,17
98,94
56 DISTAN KAB KONAWE
1.210.630.000,00
1.171.522.550,00
96,77
99,99
57 DISBUN KAB KOLAKA
1.289.380.000,00
1.070.243.000,00
83,00
98,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 96
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
58 DISBUNHORTI KAB KONAWE
SELATAN
3.477.770.000,00
3.400.990.000,00
97,79
97,00
20 MALUKU 10.316.875.000,00 9.400.617.885,00 91,12 100,00
59 DISTAN PROVINSI MALUKU
8.832.388.000,00
8.059.075.885,00
91,24
100,00
60 DISBUNHUT KAB MALUKU
TENGGARA
1.484.487.000,00
1.341.542.000,00
90,37
100,00
21 BALI 21.436.032.000,00 19.484.060.190,00 90,89 100,00
61 DISBUN PROVINSI BALI
21.436.032.000,00
19.484.060.190,00
90,89
100,00
22 NUSA TENGGARA BARAT
15.992.706.000,00
15.311.364.830,00
95,74
95,00
62 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA
BARAT
15.992.706.000,00
15.311.364.830,00
95,74
95,00
23 NUSA TENGGARA TIMUR 23.516.099.000,00 21.416.740.308,00 91,07 100,00
63 DISTANBUN PROV NUSA TENGGARA
TIMUR
20.739.189.000,00
18.829.306.658,00
90,79
100,00
64 DISTANBUNNAK KAB SIKKA
1.085.255.000,00
1.084.659.450,00
99,95
100,00
65 DISBUN KAB ALOR
1.691.655.000,00
1.502.774.200,00
88,83
100,00
24 PAPUA 11.220.149.000,00 10.793.136.200,00 96,19 98,80
66 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA
11.220.149.000,00
10.793.136.200,00
96,19
98,80
25 BENGKULU 14.485.362.000,00 14.053.425.550,00 97,02 99,08
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 97
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
67 DISBUN PROVINSI BENGKULU
13.267.862.000,00
12.839.128.550,00
96,77
99,00
68 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU
TENGAH
1.217.500.000,00
1.214.298.000,00
99,74
100,00
26 MALUKU UTARA 13.107.978.000,00 13.056.704.600,00 99,61 99,64
69 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA
8.260.528.000,00
8.228.444.000,00
99,61
99,50
70 DISTAN KAB HALMAHERA UTARA
2.228.140.000,00
2.226.881.000,00
99,94
100,00
71 DISTAN KAB HALMAHERA BARAT
1.451.270.000,00
1.436.970.000,00
99,01
100,00
72 DISBUN KAB HALMAHERA TENGAH
1.168.040.000,00
1.164.409.600,00
99,69
99,50
27 BANTEN 5.286.178.000,00 5.133.925.150,00 97,12 100,00
73 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN
2.297.115.000,00
2.215.417.500,00
96,44
100,00
74 DISTANBUN KAB PANDEGLANG
961.410.000,00
935.657.000,00
97,32
100,00
75 DISHUTBUN KAB LEBAK
2.027.653.000,00
1.982.850.650,00
97,79
100,00
28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 11.333.260.000,00 9.863.205.370,00 87,03 96,67
76 DISTANBUNNAK PROV KEP. BABEL
5.867.200.000,00
5.179.185.170,00
88,27
98,23
77 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN
2.297.220.000,00
2.026.905.500,00
88,23
89,10
78 DISHUTBUN KAB BANGKA
1.910.090.000,00
1.508.017.800,00
78,95
100,00
79 DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH
1.258.750.000,00
1.149.096.900,00
91,29
100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 98
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
29 GORONTALO 14.761.238.000,00 13.667.601.600,00 97,59 99,00
80 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO
13.563.433.000,00
12.507.903.500,00
92,22
98,92
81 DISTANPANGANBUN KAB
PAHUWATO
1.197.805.000,00
1.159.698.100,00
96,82
100,00
30 KEPULAUAN RIAU 2.866.730.000,00 2.283.618.250,00 79,66 90,10
82 DISTANHUTNAK PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
2.866.730.000,00
2.283.618.250,00
79,66
90,10
31 PAPUA BARAT 7.442.905.000,00 7.336.125.000,00 98,57 95,76
83 DISHUTBUN PROVINSI PAPUA
BARAT
7.442.905.000,00
7.336.125.000,00
98,57
95,76
32 SULAWESI BARAT 52.457.273.000,00 50.814.263.380,00 96,87 100,00
84 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT
37.640.376.000,00
36.542.666.250,00
97,08
100,00
85 DISHUTBUN KAB MAJENE
1.091.200.000,00
1.057.974.200,00
96,96
100,00
86 DISHUTBUN KAB MAMUJU
2.375.538.000,00
2.317.496.760,00
97,56
100,00
87 DISHUTBUN KAB POLEWALI
MANDAR
2.796.859.000,00
2.407.957.200,00
86,10
100,00
88 DISTANBUNHORTI KAB MAMASA
8.553.300.000,00
8.488.168.970,00
99,24
100,00
33 UPT PUSAT 66.603.292.000,00 62.055.246.825,00 93,17 95,28
89 BALAI BESAR ( BBP2TP ) SURABAYA
17.752.199.000,00
16.528.667.516,00
93,11
95,48
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 99
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO.
SATKER PROVINSI & KABUPATEN
PAGU ( Rp. 000,-)
KINERJA SATKER
REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
( Rp.000,- ) ( % ) ( % )
1 2 3 5 6 7
90 BALAI BESAR ( BBP2TP ) MEDAN
25.534.390.000,00
23.804.790.103,00
93,23
95,21
91 BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON
14.895.513.000,00
13.894.855.065,00
93,28
95,34
92 BALAI ( BPTP ) PONTIANAK
8.421.190.000,00
7.826.934.141,00
92,94
94,99
34 P U S A T 108.139.579.000,00 90.514.135.288,00 83,70 96,34
93 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
DIRAT TANAMAN REMPAH DAN
PENYEGAR
7.158.875.000,00
6.578.201.065,00
91,89
96,65
DIRAT TANAMAN SEMUSIM
11.734.359.000,00
8.456.862.695,00
72,07
94,78
DIRAT TANAMAN TAHUNAN
7.195.223.000,00
6.724.263.167,00
93,45
96,84
DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN
6.519.682.000,00
4.757.213.498,00
72,97
96,10
DIRAT PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
4.561.300.000,00
3.588.970.478,00
78,68
96,25
SEKRETARIAT DITJEN.
PERKEBUNAN
4.561.300.000,00
3.588.970.478,00
85,12
96,55
TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
1.320.618.976.000,00 1.162.841.295.863,00 88,05 92,90
Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan
dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian
anggaran Direktorat Perkebunan pada tahun 2015.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 100
Direktorat Jenderal Perkebunan
3.3.3. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4
Kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2014 yang
dipantau oleh UKP4 meliputi 3 kegiatan terdiri dari (1)
Terlaksananya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 ha, (2)
Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas
5.000 ha, dan (3) Terlaksananya perluasan dan bongkar ratoon
seluas 1.500 ha.
Capaian pelaksanaan kegiatan tersebut untuk 2 kegiatan tercapai
100%, sedangkan kegiatan bongkar ratoon tercapai 64,70% dengan
penilaian capaian kinerja oleh UKP4 masing-masing sebagai berikut:
Tabel 25. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4
Tahun 2014
No KegiatanCapaian kinerja
(%)Warna Kategori
1 Terlaksananya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 ha
100,00 Bi ru Sangat berhas i l
2 Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon seluas 5.000 ha 100,00 Biru Sangat berhas i l
3 Terlaksananya perluasan dan bongkar ratoon seluas 1.500 ha
64,70 Kuning Cukup berhas i l
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 101
Direktorat Jenderal Perkebunan
Adapun rinciannya untuk masing-masing kegiatan sebagaimana
disajikan pada Lampiran 6.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 102
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB V
KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB V
KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT
5.1. Permasalahan yang dihadapi
Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam
pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2013 secara
umum adalah sebagian besar jenis belanja untuk pengembangan
perkebunan di daerah masuk dalam katagori belanja barang yang
pelaksanaannya harus melalui lelang/tender; Keterbatasan ULP di
daerah menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat;
Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis terutama
terjadinya gagal tender/lelang; Sebagian besar kegiatan
pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim.
Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan musim tanam;
Adanya kebijakan pengadaan satu pintu disebagian besar pemda,
menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja Pemda;
Khusus pengembangan tebu yaitu: sulitnya pengembangan areal
baru, sulitnya mempertahankan lahan yang sudah ada, keterbatasan
insfrastruktur, dan kurangnya sarana irigasi/pengairan; Masih sulitnya
membangun kelembagaan, kemitraan dan pengembangan
kewirausahaan agribisnis; tahun fiskal yang tidak sinkron dengan
kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang
masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan,
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 103
Direktorat Jenderal Perkebunan
pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk
teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.
3.3.1.1. Administrasi
Secara administrasi masih ditemui di banyak satker permasalahan
sebagai berikut:
1) Sistem adminsitrasi dan pelaporan di daerah masih belum tertib
2) Sistem administrasi kepegawaian, kehumasan dan
penempatannya di daerah masih belum efektif
3) Sampai posisi bulan Oktober masih banyaknya Revisi POK/DIPA
yang diajukan;
4) Keterbatasan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di daerah
menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat;
5) Adanya kebijakan pengadaan satu pintu di sebagian besar
Pemda, menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja
Pemda;
6) Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis karena
masih adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan;
7) Penggunaan uang yang tidak mengikuti ROPAK;
8) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan
kabupaten;
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 104
Direktorat Jenderal Perkebunan
9) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada
kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil
Audit/Pemeriksaan (TLHA/P).
10) Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung
pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan
ketidakjelasan musim tanam.
3.4.1.2. Teknis
3.4.1.2.1. Perencanaan
1) Sertifikasi lahan petani belum semuanya ada;
2) Pengetahuan dan pemahaman implementasi MP3EI belum
optimal di lapangan;
3) Petugas kurang memahami dalam menangani TLHA/P;
4) Kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu;
5) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan
kerja;
6) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan, baik yang
bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan;
7) Kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap
tanam belum memadai;
8) Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum berjalan
sesuai dengan rencana; Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 105
Direktorat Jenderal Perkebunan
9) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK provinsi yang belum
selesai;
10) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang
menyulitkan perusahaan mitra;
11) Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan;
12) Terjadinya anomali iklim.
3.4.1.2.2. Pengorganisasian
o Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk;
o SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang
tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia
pensiun;
o Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan
pelaksana kegiatan;
o Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah;
o Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan
(petugas dan petani);
o Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik;
o Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga
petani sulit mendapatkan benih bermutu;
o Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum
berjalan dengan baik;
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 106
Direktorat Jenderal Perkebunan
o lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai;
o Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan
pelatihan Pemberdayaan;
o Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten;
o Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan
gangguan usaha.
3.4.1.2.3. Pelaksanaan
1) Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan
belum tersosialisasi dengan baik;
2) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha
yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas;
3) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani
belum memadai;
4) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan
prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota;
5) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan
jalan usaha tani;
6) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum
memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over;
7) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan
modal untuk menampung hasil produksi anggotanya. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 107
Direktorat Jenderal Perkebunan
3.4.1.2.4. Pengawasan
1) Monev dan pelaporan terlambat;
2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi
penanganan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan;
3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan
perkebunan;
4) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana.
3.4.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian
Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi
telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat
pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi
tersebut meliputi:
3.4.2.1. Administrasi
1) Reviu dan pengawalan sistem administrasi keuangan di daerah;
2) Reviu dan pengawalan sistem administrasi kepegawaian,
kehumasan dan penempatannya di daerah;
3) Percepatan proses pengadaan barang/jasa;
4) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola
keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll);
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 108
Direktorat Jenderal Perkebunan
5) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan
benih;
6) Penerapan reward dan punishment;
7) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai
rencana operasional kegiatan;
8) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal
maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL.
9) Menempatkan uang jaminan di bank untuk memastikan
pekerjaan pembibitan selesai sesuai dengan kontrak.
3.4.2.2. Teknis
3.4.2.2.1. Perencanaan
1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan
administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi
agar segera ditindak lanjuti;
2) Mempercepat usulan revisi;
3) Mencairkan dana secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak
tergantung pada musim;
4) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya;
5) Dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas
anggaran, dll
3.4.2.2.2. Pengorganisasian
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 109
Direktorat Jenderal Perkebunan
1) Evaluasi kinerja satker per triwulan yang disampaikan kepada
setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi
keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam
mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan
mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian;
2) Menyampaikan hasil penilaian capaian kinerja setiap triwulan
kepada seluruh Satker otonom Provinsi/Kab/Kota dengan
tembusan Gubernur/ Bupati/Walikota;
3) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi
masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya;
4) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan
dalam melaksanakan kegiatan;
5) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing
Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian
kegiatan pembangunan perkebunan;
6) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di
internal dinas maupun dilapangan/petani;
7) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan
informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan;
8) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk
mendukung kegiatan teknis budidaya dan pendampingan pada
petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan;
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 110
Direktorat Jenderal Perkebunan
9) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional;
10) Meminimalkan intervensi dari internal dan eksternal instansi.
3.4.2.2.3. Pelaksanaan
1) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan
penyerapan keuangan;
2) Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga
yang berlaku di daerah;
3) Pengembangan program integrasi sawit-ternak sapi pada
perkebunan rakyat perlu diarahkan pada suatu gerakan yang
terkonsentrasi dengan orientasi bisnis;
4) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit,
(didahulukan dengan cover letter jikaSertifikasi lahan petani
belum ada);
5) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat
kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program
Revitalisasi Perkebunan;
6) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja;
7) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan
Usaha di Propinsi dan Kabupaten;
3.4.2.2.4. Pengawasan
1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan
kegiatan; Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 111
Direktorat Jenderal Perkebunan
2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan
petugas pusat ke satker daerah;
3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring
pelaksanaan kegiatan secara intensif;
4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing
Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian
kegiatan pembangunan perkebunan;
5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam
mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian
negara, khususnya temuan lama;
6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota
untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit
(TLHA);
7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat
Ditjen Perkebunan, baik melalui email, faksimile, telepon maupun
media lainnya;
Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan
monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling
rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 112
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB VI PENUTUP
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan
BAB VI
PENUTUP
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun
2014 ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan
pembangunan perkebunan yang menggambarkan kinerja
pembangunan perkebunan tahun 2014 secara utuh, baik yang
pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD)
maupun yang bersumber dari dana masyarakat. Laporan ini
memberikan informasi terhadap capaian-capaian kinerja
pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator
mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat
Jenderal Perkebunan, dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu
tahun 2014.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target
kinerja dan realisasi kinerja. Pembandingan realisasi kinerja
dilakukan terhadap target sebagaimana tertuang dalam RENSTRA
tahun 2010 - 2014, RKT/PK tahun 2014 dan terhadap kinerja tahun
2014 serta perkembangan selama lima tahun terakhir. Secara umum
kinerja pembangunan perkebunan tahun 2014, untuk sasaran makro
capaiannya melebihi target yang ditetapkan dalam RKT Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun 2014. Untuk sasaran mikro, meskipun
terjadi perubahan iklim, capaian luas areal perkebunan meningkat
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 113
Direktorat Jenderal Perkebunan
3,16% dibandingkan tahun 2013 dan produksi meningkat 4,58%
dibandingkan tahun 2013. Realisasi serapan anggaran pada tahun 2014 sebesar 88,05% dengan realisasi fisik sebesar 92,90%.
Dalam rangka menghadapi berbagai kendala dalam upaya
pencapaian sasaran program peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman perkebunan berkelanjutan, diperlukan komitmen yang
kuat. Sinergisitas program dan kegiatan berbagai unit kerja eselon I
dan instansi terkait akan mampu meningkatkan keefektifan,
keefisienan dan keekonomian; pelaksanaan kegiatan pembangunan
perkebunan. Selain itu, dukungan sinergisitas gerakan seluruh pelaku
usaha perkebunan diharapkan mampu mendorong capaian sasaran
pembangunan perkebunan sebagaimana telah ditetapkan, baik
dalam Renstra Tahun 2010 - 2014, Rencana Kinerja Tahunan Tahun
2014 maupun Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014.
Selain itu juga diperlukan dukungan dan sinergisitas kegiatan
baik antar Eselon I Lingkup Kementan maupun Instansi eksternal
Kementerian Pertanian seperti Kementerian BUMN, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan
dan lain-lain.
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 114
Direktorat Jenderal Perkebunan
L A M P I R A N
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan
Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2014
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume % a
Meningkatkan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Yang Berkelanjutan Melalui Upaya Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar, Dukungan Penyediaan Benih Unggul Bermutu
1. Pengembangan Komoditas Ekspor 43.025 Ha 42.147,2 Ha 97,96 1.1 Pengembangan Kopi
1.1.1 Intensifikasi Kopi Arabika 1. Aceh
Bener Meriah 200 Ha 200 Ha 100,00
Aceh Tengah 200 Ha 200 Ha 100,00 2. Jabar 150 Ha 150 Ha 100,00
Garut 150 Ha 150 Ha 100,00
3. Sulsel
Toraja Utara 150 Ha 150 Ha 100,00
4. NTT
Manggarai 200 Ha 200 Ha 100,00
Ngada 200 Ha 200 Ha 100,00
5. Sulbar
Mamasa 1550 Ha 1550 Ha 100,00
1.1.1 Intensifikasi Kopi Robusta 1. Aceh
Pidie 200 Ha 200 Ha 100,00
2. Riau
Kep. Meranti 150 Ha 150 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 115
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume % 3. Bengkulu
Kepahiyang 150 Ha 150 Ha 100,00
Rejang Lebong 150 Ha 150 Ha 100,00 4. Lampung
Lampung barat 150 Ha 150 Ha 100,00
5. Bali Tabanan 150 Ha 150 Ha 100,00
Buleleng 200 Ha 200 Ha 100,00
6. NTB
Lombok Tengah 150 Ha 150 Ha 100,00
Lombok Timur 150 Ha 150 Ha 100,00
7. NTT
Manggarai Barat 150 Ha 150 Ha 100,00
1.1.2. Peremajaan Kopi Robusta
1. Jatim
Ponorogo 100 Ha 100 Ha 100,00
1.2. Pengembangan Te h Rakyat
1.2.1. Intensifikasi Tanaman T e h 1. Jawa Barat
Cianjur 250 Ha 250 Ha 100,00
Sukabumi 250 Ha 250 Ha 100,00
Garut 250 Ha 250 Ha 100,00
Bandung 250 Ha 250 Ha 100,00
Majalengka 100 Ha 100 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 116
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Tasikmalaya 250 Ha 250 Ha 100,00
Purwakarta 150 Ha 150 Ha 100,00
Bandung Barat 200 Ha 200 Ha 100,00
1.2.2. Rehabilitasi Tanaman T eh
Ha Ha 1. Jawa Barat
Cianjur 300 Ha 300 Ha 100,00
Sukabumi 300 Ha 300 Ha 100,00
Garut 300 Ha 300 Ha 100,00
Bandung 300 Ha 300 Ha 100,00
Tasikmalaya 300 Ha 300 Ha 100,00
1.2. Pengembangan Kakao
Ha Ha 1.2.1. Intensifikasi Tanaman Kakao
Ha Ha
1.
Sulawesi Selatan
Bone 400 Ha 400 Ha 100,00
Bulukumba 300 Ha 300 Ha 100,00
Sinjai 250 Ha 250 Ha 100,00
2. Sulteng
Donggala 700 Ha 700 Ha 100,00
Parigimoutong 800 Ha 800 Ha 100,00
Toli-toli 700 Ha 700 Ha 100,00
Toja una-una 350 Ha 350 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 117
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Buol 400 Ha 400 Ha 100,00
Poso 600 Ha 600 Ha 100,00
Morowali 200 Ha 200 Ha 100,00
Sigi 2300 Ha 2300 Ha 100,00
Banggai 500 Ha 500 Ha 100,00
3. Sultra
Konawe Selatan 500 Ha 500 Ha 100,00
Kolaka Utara 900 Ha 900 Ha 100,00
Bombana 250 Ha 250 Ha 100,00
Konawe 100 Ha 100 Ha 100,00
Muna 250 Ha 250 Ha 100,00
4. Sulbar
Polman 2500 Ha 2500 Ha 100,00
Mamuju 2500 Ha 2500 Ha 100,00
Majene 750 Ha 750 Ha 100,00
Mamasa 750 Ha 750 Ha 100,00
Mamuju Utara 110 Ha 110 Ha 100,00
5. Bali
Tabanan 700 Ha 700 Ha 100,00
Jembrana 500 Ha 500 Ha 100,00
Gianyar 200 Ha 200 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 118
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
6. Jawa Timur
Blitar 750 Ha 750 Ha 100,00
Malang 250 Ha 250 Ha 100,00
7. NTT
Ende 250 Ha 250 Ha 100,00
SIkka 250 Ha 250 Ha 100,00
Flores Timur 250 Ha 250 Ha 100,00
Sumba Barat Daya 250 Ha 250 Ha 100,00
1.2.2. Rehabilitasi Tanaman Kakao
1. Sulsel
Luwu Utara 200 Ha 200 Ha 100,00
Bulukumba 200 Ha 200 Ha 100,00
Bone 200 Ha 200 Ha 99,00
Soppeng 200 Ha 200 Ha 100,00
2. Sulbar
Polman 350 Ha 350 Ha 100,00
Mamuju 350 Ha 350 Ha 83,33
3. Sulteng
Toli-toli 600 Ha 600 Ha 100,00
Kota Palu 200 Ha 200 Ha 100,00
Sigi 600 Ha 600 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 119
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
4. Sultra
Kolaka 100 Ha 100 Ha 100,00
Konawe Selatan 400 Ha 100 Ha 100,00
Kolaka Timur 700 Ha 100 Ha 100,00
Kolaka Utara 300 Ha 300 Ha 100,00
1.2.3. Peremajaan Tanaman Kakao
1. Sulteng
Parimo 900 Ha 900 Ha 100,00
Toli-toli 200 Ha 200 Ha 100,00
Toja Una-una 650 Ha 650 Ha 100,00
Sigi 650 Ha 650 Ha 100,00
Donggala 350 Ha 350 Ha 100,00
Poso 525 Ha 525 Ha 100,00
Buol 200 Ha 200 Ha 100,00
Banggai 925 Ha 925 Ha 100,00
2. Sultra
Konawe 300 Ha 350 Ha 100,00
Kolaka 400 Ha 525 Ha 100,00
Konawe Selatan 250 Ha 200 Ha 100,00
Muna 300 Ha 925 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 120
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Kolaka Timur 600 Ha 925 Ha 100,00
Konawe Utara 250 Ha 250 Ha 100,00
3. Bali
Tabanan 250 Ha 250 Ha 100,00
Jembrana 250 Ha 250 Ha 100,00
4. Aceh
Aceh Timur 300 Ha 300 Ha 100,00
Pidie 200 Ha 200 Ha 100,00
5. DIY
Gunungkidul 100 Ha 100 Ha 100,00
Kulonprogo 100 Ha 100 Ha 100,00
6. NTB
Lombok Utara 250 Ha 250 Ha 100,00
Lombok Timur 150 Ha 150 Ha 100,00
7. Sumbar
Pasaman Barat 125 Ha 125 Ha 100,00
1.2. Pengembangan Tanaman Lada
1.2.1. Rehabilitasi Tanaman Lada 1. Lampung
Lampung Utara 100 Ha 100 Ha 100,00
Lampung Timur 100 Ha 100 Ha 100,00
Tanggamus 100 Ha 100 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 121
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
1.2.2. Perluasan Tanaman Lada
1.
Bangka Belitung
Bangka Selatan 100 Ha 100 Ha 100,00
Belitung 100 Ha 100 Ha 100,00
2. Bengkulu 100 Ha 100 Ha 100,00
Kaur 100 Ha 100 Ha 100,00
1.3. Penanaman Tanaman Rempah Lainya
1.3.1. Perluasan Tanaman Pala
1. Maluku
Seram Bagian Timur 200 Ha 100 Ha 100,00
Maluku Tengah 400 Ha 100 Ha 100,00
Buru Selatan 200 Ha 200 Ha 100,00
Maluku Barat Daya 175 Ha 200 Ha 100,00
Maluku Tenggara 175 Ha 200 Ha 100,00
Seram Bagian Barat 250 Ha 200 Ha 100,00
Kota Ambon 100 Ha 200 Ha 100,00
1.4. Pengembangan Cengkeh
1.4.1. Rehabilitasi Tanaman Cengkeh
750 Ha 750 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 122
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
1. Malut
Halmahera Utara 50 Ha 150 Ha 100,00
Halmahera Barat 50 Ha 150 Ha 100,00
Halmahera Timur 50 Ha 150 Ha 100,00
2. Sulawesi Utara Ha Ha 100,00
Minahasa Selatan 150 Ha 150 Ha 100,00
Minahasa 150 Ha 150 Ha 100,00
1.4.2 perluasan tanaman cengkeh
Ha Ha 100,00
1 Bengkulu 200 Ha 200 Ha 100,00
Kaur 200 Ha 200 Ha 100,00
1.5. Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar
1.5.1. Pembangunan Kebun Sumber Bahan Tanam
1.5.2.Pembangunan KE Kakao
1. Aceh
Aceh Timur 2 Ha 2 Ha 100,00
2. Sumut Ha Ha 100,00
Deli Serdang 2 Ha 2 Ha 100,00
3 FakPak Barat 2 Ha 2 Ha 100,00
1.5.3. Pembangunan Kebun Induk Kopi
Ha Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 123
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
1. Bengkulu
Kepahiyang 2 Ha 2 Ha 100,00
Rejang Lebong 2 Ha 2 Ha 100,00
2. Sumut 2 Ha 2 Ha 100,00
Samosir 2 Ha 2 Ha 100,00
1.5.4. Pemeliharaan Kebun Entres Kakao
1. Jawa Timur
Madiun 2 Ha 2 Ha 100,00
2. NTT
Flores Timur 2 Ha 2 Ha 100,00
1.5.5. Pemeliharaan Kebun Induk Kopi
1. Sulsel
Enrekang 2 Ha 2 Ha 100,00
2. Jawa Tengah
Semarang 2 Ha 2 Ha 100,00
1.5.6. Pemeliharaan Kebun Induk Lada
1. Aceh
Aceh Besar 1 Ha 1 Ha 100,00
2. Sumatera Selatan
OKU Selatan 1 Ha 1 Ha 80,00
3. Lampung Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 124
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/ KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Lampung Timur 1 Ha 1 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 125
Direktorat Jenderal Perkebunan
Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2014
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
I
Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim
1. Swasembada Gula Nasional 56.075 Ha 33.808 Ha 66.71
1.1. Bongkar Ratoon 5.729 Ha 4.290 Ha 79,14
1. Jabar 200 Ha 200 Ha 100,00
Kuningan 100 Ha 100 Ha 100,00
Cirebon 100 Ha 100 Ha 100,00
2. Jateng 1.844 Ha 1744 Ha 94,58
Kab. Semarang 36 Ha 36 Ha 100,00
Kab. Magelang 4 Ha 4 Ha 100,00
Kab. Batang 100 Ha 100 Ha 100,00
Kab. Blora 144 Ha 144 Ha 100,00
Kab. Boyolali 49 Ha 49 Ha 100,00
Kab. Jepara 198 Ha 98 Ha 49,49
Kab. Kudus 104 Ha 104 Ha 100,00
Kab. Karanganyar 93 Ha 93 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 126
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Kab. Pati 488 Ha 488 Ha 100,00
Kab. Grobogan 54 Ha 54 Ha 100,00
Kab. Klaten 100 Ha 100 Ha 100,00
Kab. Purworejo 150 Ha 150 Ha 100,00
Kab. Tegal 79 Ha 79 Ha 100,00
Kab. Wonogiri 60 Ha 60 Ha 100,00
Kab. Sukoharjo 178 Ha 178 Ha 100,00
Kab. Temanggung 7 Ha 7 Ha 100,00
3. D.I. Yogyakarta 150 Ha 130 Ha 86,67
Kab. Gunung Kidul 10 Ha 0 Ha 0,00
Kab. Bantul 30 Ha 30 Ha 100,00
Kab. Sleman 100 Ha 100 Ha 100,00
Kab. KulonProgo 10 Ha 0 Ha 0,00
4. Jawa Timur 3515 Ha 2196 Ha 63,04
Malang 400 Ha 330,60 Ha 82,65
Bojonegoro 60 Ha 60 Ha 100,00
Lamongan 100 Ha 57,32 Ha 57,32
Tuban 100 Ha 0 Ha 5,00
Jombang 100 Ha 70 Ha 70,00
Nganjuk 200 Ha 78,50 Ha 39,25
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 127
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Kediri 200 Ha 186 Ha 93,00
Tulung agung 150 Ha 150 Ha 100,00
Ngawi 100 Ha 0 Ha 5,00
Madiun 200 Ha 175 Ha 87,50
Trenggalek 100 Ha 50 Ha 50.00
Blitar 200 Ha 148.90 Ha 74.45
Pasuruan 200 Ha 113.20 Ha 56.60
Probolinggo 200 Ha 96.00 Ha 48.00
Lumajang 200 Ha 76.50 Ha 38.25
Jember 440 Ha 440.00 Ha 100.00
Situbondo 200 Ha 0.00 Ha 5.00
Bondowoso 200 Ha 33,73 Ha 16,87
Gresik 165 Ha 130.00 Ha 78.79
5. Sumbar/Agam 20 Ha 20.00 Ha 100.00
1.2. Rawat Raton
34.157 Ha 25.419 78,64
1. Jabar 450 Ha 350 77,77
Kuningan 100 Ha 100.00 70.00
Subang 150 Ha 150.00 70.00
Indramayu 100 Ha 100.00 70.00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 128
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Cirebon 100 Ha 100.00 70.00
2. Jateng 7,569 Ha 7,498 Ha 99.06
Semarang 145 Ha 145.00 Ha 100,00
Magelang 35 Ha 35.00 Ha 100,00
Batang 410 Ha 410.00 Ha 100,00
Blora 525 Ha 525.00 Ha 100,00
Boyolali 173 Ha 173.00 Ha 100,00
Jepara 260 Ha 198.50 Ha 76.35
Kudus 390 Ha 390.00 Ha 100,00
Kendal 10 Ha 0.00 Ha 0.00
Karanganyar 226 Ha 226.00 Ha 100,00
Pati 1.121 Ha 1,121.00 Ha 100,00
Pemalang 145 Ha 145.00 Ha 100,00
Pekalongan 165 Ha 165.00 Ha 100,00
Grobogan 125 Ha 125.00 Ha 100,00
Sragen 710 Ha 710.00 Ha 100,00
Klaten 155 Ha 155.00 Ha 100,00
Kebumen 115 Ha 115.00 Ha 100,00
Purworejo 185 Ha 185.00 Ha 100,00
Rembang 1.890 Ha 1,890.00 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 129
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Tegal 170 Ha 170.00 Ha 100,00
Brebes 210 Ha 210.00
Ha 100,00
Wonogiri 105 Ha 105.00 Ha 100,00
Semarang 40 Ha 40.00 Ha 100,00
Banjarnegara 55 Ha 55.00 Ha 100,00
Banyumas 25 Ha 25.00 Ha 100,00
Temanggung 15 Ha 15.00 Ha 100,00
Cilacap 29 Ha 29.00 Ha 100,00
Sukoharjo 135 Ha 135.00 Ha 100,00
3. D.I.Yogyakarta 605 Ha 605
Ha 400,00
Bantul 150 Ha 150.00
Ha 100,00
Sleman 75 Ha 75.00 Ha 100,00
Gunung Kidul 305 Ha 305.00 Ha 100,00
Kulon Progo 75 Ha 75.00
Ha 100,00
4. Jawa Timur 22,333 Ha 14,455 Ha 64.84
Malang 2.715 Ha 2,165.00
Ha 79.74
Jombang 750 Ha 187.50 Ha 25.00
Trenggalek 200 Ha 200.00 Ha 100.00
Madiun 1.000 Ha 983.00 Ha 98.30
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 130
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Bojonegoro 100 Ha 100.00 Ha 100.00
Lamongan 1.000 Ha 100.00 Ha 100.00
Tuban 240 Ha 0.00 Ha 0.00
Mojokerto 1.000 Ha 1,000.00 Ha 100.00
Kota Mojokerto 100 Ha 100.00
Ha 100.00
Nganjuk 500 Ha 226.00
Ha 45.20
Kota Kediri 484 Ha 484.00 Ha 100.00
Kediri 1,325 Ha 1,062.00 Ha 80.15
Tulungagung 420 Ha 420.00
Ha 100.00
Ngawi 500 Ha 0.00 Ha 0.00
Magetan 1,500 Ha 1,401.50
Ha 93.43
Ponorogo 250 Ha 79.25 Ha 31.70
Blitar 350 Ha 329.96 Ha 94.27
Pasuruan 500 Ha 0.00 Ha 5.00
Probolinggo 500 Ha 160.50 Ha 32.10
Lumajang 1.500 Ha 1,500.00 Ha 100.00
Jember 2,000 Ha 1,720.00 Ha 86.00
Situbondo 3.049 Ha 950.00 Ha 31.16
Bondowoso 1.000 Ha 0.00
Ha 0.00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 131
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Gresik 500 Ha 478.00
Ha 95.60
Malang 50 Ha 0.00 Ha 00.00
Bangkalan 400 Ha 00.00 Ha 00.00
Sampang 400 Ha 0.00
Ha 00.00
5. Sumatera Selatan 550 Ha 194 Ha 35.27
Ogan Ilir 250 Ha 194.00
Ha 77.60
OKU Timur 300 Ha 0.00 Ha 00.00
6. Lampung 500 Ha 500 Ha 100.00
Lampung Tengah 500 Ha 500 Ha 100.00
7. Jambi 100 Ha 100.00 Ha 100.00
Kerinci 100 Ha 100.00 Ha 100.00
8. Sulawesi Selatan 950 Ha 950 Ha 100.00
Bone 80 Ha 80.00 Ha 100.00
Takalar 570 Ha 570.00
Ha 100.00
Gowa 300 Ha 300.00
Ha 100.00
9. Gorontalo 1.000 Ha 668 Ha 66.75
Gorontalo 691.25 Ha 420.00 Ha 60.76
Bowalemo 308.75 Ha 247.50
Ha 8016
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 132
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
10. Aceh 100 Ha 100.00 Ha 100.00
Bener Meriah 100 Ha 100.00 Ha 100.00
Ha Ha
Ha Ha
1.3. Perluasan 8.743 Ha 2.293 Ha 775.05
1. Jabar 150 Ha 150 Ha 200.00
Kab. Subang 100 Ha 100.00 Ha 100.00
Kab. Indramayu 50 Ha 50.00 Ha 100.00
2. Jateng 908 Ha 836 Ha 92.07
Kab. Semarang 34 Ha 34.00 Ha 100.00
Kab. Magelang 17 Ha 17.00 Ha 100.00
Kab. Batang 75 a 75.00 Ha 100.00
Kab. Blora 150 Ha 150.00 Ha 100.00
Kab. Boyolali 35 Ha 35.00 Ha 100.00
Kab. Jepara 40 Ha 18.00 Ha 45.00
Kab. Kudus 50 Ha 50.00 Ha 100.00
Kab. Karanganyar 40 Ha 40.00 Ha 100.00
Kab. Pati 100 Ha 100.00 Ha 100.00
Kab. Grobogan 100 Ha 100.00 Ha 100.00
Kab. Klaten 40 Ha 40.00 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 133
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Kab. Purworejo 50 Ha - Ha 00.00
Kab. Tegal 9 Ha 9.00 Ha 100,00
Kab. Wonogiri 10 Ha 10.00 Ha 100,00
Kab. Banjarnegara 98 Ha 98.00 Ha 100,00
Kab. Sukoharjo 60 Ha 60.00 Ha 100,00
3. D I Y 100 Ha - Ha 00,00
Gunung Kidul 100 Ha - Ha 00,00
1.4. Pembangunan KBD 1. Jabar 56 Ha 33.00 Ha 231.25
Majalengka 16 Ha 16.00 Ha 100,00
Cirebon 16 Ha 2.00 Ha 12.50
Subang 16 Ha 11.00 Ha 68.75
Indramayu 8 Ha 4.00 Ha 50,00
2. Jateng 393 Ha 393 Ha 91.08
Pembelian-Kab Purworejo 26 Ha 26.00 Ha 100,00
Pembelian-Kab Tegal 5 Ha 5.00 Ha 100,00
Kab. Semarang 10 Ha 10.00 Ha 100,00
Kab. Batang 25 Ha 25.00 Ha 100,00
Kab. Blora 42 Ha 42.00 Ha 100,00
Kab. Boyolali 12 Ha 12.00 Ha 100,00
Kab. Jepara 34 Ha 34.00 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 134
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Kab. Kudus 22 Ha 22.00 Ha 100,00
Kab. Karanganyar 19 Ha 19.00 Ha 100,00
Kab. Pati 84 Ha 84.00 Ha 100,00
Kab. Grobogan 22 Ha 22.00 Ha 100,00
Kab. Klaten 20 Ha 20.00 Ha 100,00
Kab. Purworejo 2 Ha 2.00 Ha 100,00
Kab. Tegal 8 Ha 8.00 Ha 100,00
Kab. Wonogiri 10 Ha 10.00 Ha 100,00
Kab. Banjarnegara 14 Ha 14.00 Ha 100,00
Kab. Sukoharjo 34 Ha 34.00 Ha 100,00
Kab. Temanggung 1 Ha 1.00 Ha 100,00
3. D.I. Yogyakarta 16 Ha 16.00 Ha 0,00
Gunungkidul 8 Ha 8.00 Ha 100,00
Sleman 5 Ha 5.00 Ha 100,00
Bantul 3 Ha 3.00 Ha 100,00
Pola I 20 Ha 0.00 Ha 23.00
4. Jatim 1.431 Ha 1,351.00 Ha 94,41
Malang 57 Ha 57.00 Ha 100,00
Bojonegoro 32 Ha 32.00 Ha 100,00
Lamongan 43 Ha 41.00 Ha 95.35
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 135
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Tuban 50 Ha 13.30 Ha 26.60
Jombang 14 Ha 14.00 Ha 100,00
Nganjuk 29 Ha 24.20 Ha 83,45
Kediri 29 Ha 29.00 Ha 100,00
Tulungagung 21 Ha 21.00 Ha 100,00
Ngawi 43 Ha 43.00
Ha 100,00
Madiun 29 Ha 29.00 Ha 100,00
Trenggalek 14 Ha 14.00 Ha 100,00
Blitar 43 Ha 43.00 Ha 100,00
Pasuruan 29 Ha 26.70 Ha 92,07
Probolinggo 29 Ha 29.00 Ha 100,00
Lumajang 29 Ha 29.00 Ha 100,00
Jember 180 Ha 180.00 Ha 100,00
Situbondo 29 Ha 0.00
Ha 00
Bondowoso 29 Ha 29.00
Ha 100,00
Gresik 27 Ha 26.80 Ha 99.26
Banyuwangi 14 Ha 14.00 Ha 100,00
Bangkalan 54 Ha 54.00
Ha 100,00
Sampang 357 Ha 357.00 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 136
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Sumenep 36 Ha 31.00
Ha 86,11
5. Sulawesi Selatan 150 Ha 13.00 Ha 78,67
Bone 40 Ha 0.00 Ha 20,00
Gowa 30 Ha 0.00 Ha 100,00
Takalar 60 Ha 0.00 Ha 100,00
Jeneponto 20 Ha 13.00 Ha 100,00
1.5. Penataan Varietas
1. Jabar 4 Pkt 0 Pkt 100,00
2. Jateng 11 Pkt 0 Pkt 100,00
3. D.I.Yogyakarta 1 Pkt 1 Pkt 100,00
4. Jawa Timur 17 Pkt 0 Pkt 100,00
5. Sumsel 2 Pkt 0 Pkt 100,00
6. Lampung 2 Pkt 0 Pkt 100,00
7. Sulsel 2 Pkt 1 Pkt 100,00
1.6. Pemberdayaan Pekebun dan Kelembagaan
1. Jabar 2 Pkt 0 Pkt 100,00
2. Jateng 5 Pkt 1 Pkt 100,00
3. D.I. Yogyakarta 2 Pkt 0 Pkt 100,00
4. Jatim 5 Pkt 0 Pkt 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 137
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
5. Sumut 1 Pkt 0 Pkt 100,00
6. Sumsel 2 Pkt 0 Pkt 100,00
7. Lampung 3 Pkt 0 Pkt 100,00
8. Sulsel 3 Pkt 1 Pkt 100,00
9. Gorontalo 2 Pkt 0 Pkt 100,00
10. Aceh 1 Pkt 0 Pkt 100,00
2. Pengembangan Komoditi Ekspor Ha
2.1. Pengembangan Tanaman Nilam Ha Ha 100,00
2.1 .1. Penanaman Nilam Ha Ha 100,00
1. Aceh 10 Ha 10 Ha 100,00
Pidie 10 Ha 10
Ha 100,00
Aceh Barat 10 Ha 10 Ha 100,00
2. Sumbar 5 Ha 5 Ha 100,00
Pasaman Barat 5 Ha 5 Ha 100,00
3. Sultra 5 Ha 5 Ha 100,00
Konawe 5 Ha 5 Ha 100,00
Kolaka 5 Ha 5 Ha 100,00
4. Gorontalo 5 Ha 5 Ha 100,00
Pahuwato 5 Ha 5 Ha 100,00
Gorontalo 5 Ha 5 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 138
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Gorontalo Utara 5 Ha 5
Ha 100,00
5. Sumut 50 Ha 50 Ha 100,00
Dairi 50 Ha 50 Ha 100,00
3. Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri
5300 Ha 5300 Ha 100,00
3.1. Penanaman Tanaman Kapas
Ha Ha 100,00
3.1.1. Penanaman Kapas 1. Bali 150 Ha 150 Ha 100,00
Karangasem 70 Ha 70 Ha 100,00
Buleleng 80 Ha 80 Ha 100,00
2. NTB 250 Ha 250 Ha 100,00
Lombok Tengah 50 Ha 50 Ha 100,00
Lombok Timur 50 Ha 50 Ha 100,00
Sumbawa 50 Ha 50 Ha 100,00
Lombok Utara 50 Ha 50 Ha 100,00
Lombok Barat 50 Ha 50 Ha 100,00
3. NTT 200 Ha 200 Ha 100,00
Sumba Timur 50 Ha 50 Ha 100,00
Sumba Tengah 50 Ha 50 Ha 100,00
Sumba Barat 50 Ha 50 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 139
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume %
Sumba Barat Daya 50 50 100,00
4. Sulsel 4700 4700 100,00
Bulukumba 1708 1708 100,00
Soppeng 513 513 100,00
Bone 1147 1147 100,00
Bantaeng 232 232 100,00
Takalar 200 200 100,00
Wajo 200 200 100,00
Jeneponto 700 700 100,00
Gowa 300 300 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 140
Direktorat Jenderal Perkebunan
Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2014
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK
Volume % 1
Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman tahunan, dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu
1. Pengembangan Komoditas Ekspor 1.1. Pengembangan karet 10.763 Ha 10.633 Ha 98,79
1.1.1. Peremajaan Tanaman Karet 1. Aceh
Prov (Aceh Tamiang) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Aceh Singkil) 100 Ha 100 Ha 100,00
Aceh Utara 150 Ha 150 Ha 100,00
Nagan Raya 200 Ha 200 Ha 100,00
Aceh Timur 150 Ha 150 Ha 100,00
2. Sumatera Utara
Prov (Asahan) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Simalungun) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Padang Lawas Utara) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Pak-Pak) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Serdang Bedagai) 100 Ha 100 Ha 100,00
Batubara 130 Ha - Ha -
3. Sumatera Barat
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 141
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Prov (Tanah Datar) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Darmasraya) 250 Ha 250 Ha 100,00
Prov (Sijunjung) 250 Ha 250 Ha 100,00
Prov (Pasaman) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Pasaman Barat) 150 Ha 150 Ha 100,00
4. Riau
Prov (Rokan Hulu) 225 Ha 225 Ha 100,00
Prov (Kuantan Sengingi) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Pelalawan) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Rokan Hilir) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Siak) 200 Ha 200 Ha 100,00
Kampar 250 Ha 250 Ha 100,00
Meranti 200 Ha 200 Ha 100,00
5. Kep. Riau
Prov (Karimun) 150 Ha 150 Ha 100,00
6. Jambi
Prov (Sarolangon) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Batanghari) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Tebo) 250 Ha 250 Ha 100,00
Prov (Bungo) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Merangin) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Muaro Jambi) 200 Ha 200 Ha 100,00
7. Sumatera Selatan
Prov (OKU) 200 Ha 200 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 142
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Prov (OKU Timur) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Banyu Asin) 200 Ha 200 Ha 100,00
Muara Enim 300 Ha 300 Ha 100,00
OKI 350 Ha 350 Ha 100,00
Musi Rawas 350 Ha 350 Ha 100,00
8. Bengkulu
Prov (Bengkulu Utara) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Muko-Muko) 61 Ha 61 Ha 100,00
Prov (Seluma) 200 Ha 200 Ha 100,00
Bengkulu Tengah 150 Ha 150 Ha 100,00
9. Bangka Belitung
Prov (Belitung) 100 Ha 100 Ha 100,00
Bangka 200 Ha 200 Ha 100,00
Bangka Tengah 150 Ha 150 Ha 100,00
10. Banten
Pandeglang 27 Ha 27 Ha 100,00
Lebak 200 Ha 200 Ha 100,00
11. Jawa Barat
Prov (Tasikmalaya) 50 Ha 50 Ha 100,00
Prov (Sukabumi) 100 Ha 100 Ha 100,00
Cianjur 150 Ha 150 Ha 100,00
Garut 200 Ha 200 Ha 100,00
12. Jawa Tengah
Prov (Cilacap) 200 Ha 200 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 143
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
13. Kalimantan Tengah
Prov (Kapuas) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Pulang Pisau) 100 Ha 100 Ha 100,00
Kotawaringin Barat 200 Ha 200 Ha 100,00
Kotawaringin Timur 200 Ha 200 Ha 100,00
14. Kalimantan Barat
Prov (Kota Singkawang) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Ketapang) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Melawi) 100 Ha 100 Ha 100,00
15. Kalimantan Selatan
Prov (Tapin) 40 Ha 40 Ha 100,00
Prov (Tanah Bumbu) 40 Ha 40 Ha 100,00
Prov (Hulu Sungai Selatan) 40 Ha 40 Ha 100,00
Prov (Banjar) 100 Ha 100 Ha 100,00
Hulu Sungai Tengah 100 Ha 100 Ha 100,00
Tabalong 250 Ha 250 Ha 100,00
Kota baru 150 Ha 150 Ha 100,00
Tanah laut 100 Ha 100 Ha 100,00
Balangan 250 Ha 250 Ha 100,00
16. Kalimantan Timur
Prov (Kutai Barat) 150 Ha 150 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 144
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
1.2. Pengembangan Tanaman Kelapa
1.2.1. Peremajaan Tanaman Kelapa 1. Aceh
Prov (Aceh Barat) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Aceh Selatan) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Simelue) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Bireuen) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Sabang) - Ha - Ha 100,00
Naganraya 100 Ha 100 Ha 100,00
2. Sumatera Utara Ha
Ha 100,00
Prov (Langkat) - Ha - Ha -
Prov (Tapanuli Tengah) 100 Ha 100 Ha 100.00
Prov (Asahan) 100
100
100,00
3. Sumatera Barat
Prov (Padang Pariaman) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Pesisir Selatan) 100 Ha 100 Ha 100,00 Prov (Agam) 100 Ha 100 Ha 100,00
4. Riau Ha
Ha 100,00
Indragiri Hilir 500 Ha 500 Ha 100,00
5. Jambi
Prov (Tanjab Timur) 300 Ha 300 Ha 100,00
6. Banten
Prov (Serang) - Ha - Ha -
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 145
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Pandeglang 94 Ha 94 Ha 100,00
Lebak 40 Ha 40 Ha 100,00
7. Jawa Barat
Prov (Sumedang) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Sukabumi) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Ciamis) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Indramayu) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Cirebon) 100 Ha 100 Ha 100,00
8. Jawa Tengah
Prov (Cilacap) - Ha - Ha 100,00
Prov (Kebumen) - Ha - Ha 100,00
Wonogiri - Ha - Ha 100,00
Prov (Purworejo) - Ha - Ha -
Prov (Jepara) - Ha - Ha 100,00
Prov (Blora) - Ha - Ha 100,00
Prov (Banyumas) - Ha - Ha -
Prov (Purbalingga) - Ha - Ha -
9. Jawa Timur
Prov (Pacitan) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Kediri) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Trenggalek) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Probolinggo) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Madiun) 100 Ha 100 Ha 100,00
10. Bali
Prov (Jembrana) 150 Ha 150 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 146
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Prov (Karangasem) 50 Ha 50 Ha 100,00
Prov (Gianyar) 50 Ha 50 Ha 100,00
Prov (Klungkung) 50 Ha 50 Ha 100,00
11. Nusa Tenggara Timur
Prov (Belu) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Sumba Timur) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Sumba Barat Daya) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Nagakeo) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Lemabata) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Manggarai Timur) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Ende) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Malaka) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Alor) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Sikka) 200 Ha 200 Ha 100,00
12. Nusa Tenggara Barat
Prov (Lombok Barat) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Lombok Tengah) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Dompu) 200 Ha 200 Ha 100,00
13. Sulawesi Tengah
Prov (Parigi Moutong) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Donggala) 400 Ha 400 Ha 100,00
Prov (Banggai) 500 Ha 500 Ha 100,00
Prov (Sigi) 400 Ha 400 Ha 100,00
Prov (Toli-Toli) 400 Ha 400 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 147
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Prov (Buol) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Tojo Una-una) 400 Ha 400 Ha 100,00
Prov (Poso) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Banggai Kep) 400 Ha 400 Ha 100,00
Prov (Morowali) 100 Ha 100 Ha 100,00
14. Sulawesi Tenggara
Prov (Buton Utara) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Muna) 175 Ha 175 Ha 100,00
Konawe 200 Ha 200 Ha 100,00
Konawe Selatan 200 Ha 200 Ha 100,00
15. Sulawesi Barat
Majene 200 Ha 200 Ha 100,00
Polewali Mandar 200 Ha 200 Ha 100,00
16. Sulawesi Utara
Prov (Minahasa Utara) 250 Ha 250 Ha 100,00
Prov (Kep. Talaut) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Minahasa Tenggara) 400 Ha 400 Ha 100,00
Prov (Bolaang Mongondow) 200 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Minahasa) 150 Ha 150 Ha 100,00
Prov (Sangie) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Minahasa Selatan) 650 Ha 650 Ha 100,00
17. Kalimantan Barat
Prov (Sambas) 200 Ha 200 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 148
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Prov (Kubu raya) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Kota Singkawan) 200 Ha 200 Ha 100,00
Bengkayang 100 Ha 100 Ha 100,00
18. Maluku
Prov (Maluku Tengah) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Seram BB) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Buru Selatan) 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Buru) 200 Ha 200 Ha 100,00
Prov (Maluku TB) 200 Ha 200 Ha 100,00
19. Maluku Utara
Maluku Tenggara 300 Ha 300 Ha 100,00
Prov (Halmahera Selatan) 250 Ha 250 Ha 100,00
Prov Kep. Sula 300 Ha 300 Ha 100,00
Halmahera Utara 400 Ha 400 Ha 100,00
Halmahera Barat 400 Ha 400 Ha 100,00
Halmahera Tengah 400 Ha 400 Ha 100,00
1.2.2. Perluasan Tanaman Kelapa 1. Bengkulu Ha
Ha 100,00
Prov (Kaur) - Ha - Ha 100,00
2. Gorontalo
Prov (Gorontalo) 500 Ha 500 Ha 100,00
Prov (Gorontalo Utara) 250 Ha 250 Ha 68,00
Prov (Pahuwato) 500 Ha 500 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 149
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
3. Papua Ha
Ha 100,00
Prov (Mimika) - Ha - Ha 100,00
4. Papua Barat Ha
Ha 100,00
Prov (Tabraua) 150 Ha 150 Ha 100,00
1.2.3. Peremajaan Tanaman Jambu Mete 1. Sulawesi Tenggara
Prov (Muna) 100 Ha 100 Ha 100,00
2. NTB
Prov (Bima) 100 Ha 100 Ha 100.00
3. NTT
Prov (Lembata) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov (Sumbawa Barat) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov(Flores Timur) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov(Rotendao) 100 Ha 100 Ha 100,00
Prov(Belu) 100 Ha 100 Ha 100,00
4. DIY
Prov(Gunung Kidul) 100 Ha 100 Ha 100,00
5. Bali
Prov (Karangasaem) 100 Ha 100 Ha 100,00 1.2.4. Perluasan 1. Sulawesi Selatan Tanaman Jambu Mete Prov (Pangkep) 150 Ha 150 Ha 100.00
2. Jawa Timur
Ha
Ha 100,00
Prov(Sampang) 160 Ha 160 Ha 100,00
3. NTT
Prov(Sumba Timur) 200 Ha 200 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 150
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Alor 200 Ha 200 Ha 100,00
4. NTB
Prov (Bima) 200
200
100.00
5. Maluku Utara
Prov (Kep. Sula) 200 Ha 200 Ha 100,00
1.2.5. Pembangunan 1. Kepulauan Riau
Kebun Induk Prov (Bintan) - Ha - Ha 100,00 Kelapa Dalam Prov (Karimun) - Ha - Ha 100,00 2. NTT
Prov (Flores TImur) 5 Ha 5 Ha 100,00
3. Sulawesi Tenggara
Prov (Buton) 5 Ha 5 Ha 100,00
4. Maluku Utara
Prov (Halmahera Selatan) 5 Ha 5 Ha 100.00
Prov (Halmahera Tengah) 5 Ha 5 Ha 100,00
5. Maluku 5 Ha 5 Ha 100,00
6 Sulawesi Tengah 5 Ha 5 Ha 100,00
7. Jawa tengah 5 Ha 5 Ha 100,00
8. Papua
Prov (Merauke) 5 Ha 5 Ha 100,00
Prov (Biak Numfor) 3 Ha 3 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 151
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
9. Papua Barat - Ha - Ha 100,00
10. Gorontalo - Ha - Ha 100,00
Prov (Pahuwato) 5 Ha 5 Ha 100,00
11. Sulawesi Utara - Ha - Ha 100,00
1.2.6. Pemeliharaan 1. Jawa Tengah
Kebun Induk Prov (Cilacap) 5 Ha 5 Ha 100,00
Tanaman Kelapa 2. Jawa Timur Prov (Tulung Agung) 5 Ha 5 Ha 100,00
3. NTB Ha Ha 100,00
Prov (Sumbawa) 20 Ha 20 Ha 100,00
4. NTT
Prov (Flores Timur) 5 Ha 5 Ha 100,00
5. Kalimantan Timur
Prov (Berau) 4 Ha - Ha -
6. Sulawesi Tenggara
Prov (Buton Utara) 5 Ha 5 Ha 100,00
7. Maluku Utara
Halmahera Utara 5 Ha 5 Ha 100,00
Halamahera Barat 5 Ha 5 Ha 100,00
1.2.7. Pemeliharaan 1. Jawa Timur
Kebun Induk Prov (Sampang) 5 Ha 5 Ha 100,00
Tanaman Jambu 2. NTB
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 152
Direktorat Jenderal Perkebunan
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/
KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK Volume %
Mete Prov (Dompu) 10 Ha 10 Ha 100,00
3. NTT
Prov (Sumba Barat Daya) 5 Ha 5 Ha 100,00
Prov (Sumba Tengah) 5 Ha 5 Ha 100,00
4. Sulawesi Tenggara
Prov (Muna) 5 Ha 5 Ha 100,00
L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2014 153
Direktorat Jenderal Perkebunan
Lampiran 4. Dukungan Penanganan Pasca Panen Dan Pembinaan Usaha Tahun 2014
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
1 Terlaksananya penanganan pasca
panen komoditas perkebunan
1. Penanganan pascapanen tanaman perkebunan
1.1. Pascapanen tanaman semusim 1.1.1. Nilam 1. Jawa Barat Kuningan 1 KT 1 KT 98,97 2. Jawa Tengah Pemalang 1 KT 1 KT 99,69 3. Jawa Timur Nganjuk 1 KT 1 KT 92,94 Trenggalek 1 KT 1 KT 84,41 4. Aceh Aceh Barat 1 KT 1 KT 99,42 5. Lampung Lampung Utara 1 KT 1 KT 97,46 6. Bali Jembrana 1 KT 1 KT 98,29 7. Sulawesi Barat Majene 1 KT 1 KT 99,98 1.1.2. Tebu 1. Jambi Kerinci 1 KT 1 KT 95,76
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 154
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
1.2. Pascapanen Tanaman Rempah dan Penyegar
1.2.1.Kakao 1. Jawa Timur Kediri 4 KT 4 KT 93,75 2. Aceh Aceh Barat 1 KT 1 KT 97,99 3. Sumatera Utara Tapanuli Selatan 1 KT 1 KT 99,85 4. Sulawesi Tengah Donggala 1 KT 1 KT 99,13 Parigi Moutong 1 KT 1 KT 95,11 5. Sulawesi Selatan Pinrang 1 KT 1 KT 97,22 6. Sulawesi Tenggara Kolaka 1 KT 1 KT 100,00 Kolaka Utara 1 KT 1 KT 99,94 7. Maluku Maluku Tengah 1 KT 1 KT 100,00 8. NTB Lombok Timur 1 KT 1 KT 88,79 9. NTT Alor 1 KT 1 KT 93,73 10. Gorontalo Gorontalo 1 KT 1 KT 99,60 11. Sulawesi Barat Majene 1 KT 1 KT 98,27 1.2.2.Kopi 1. Jawa Barat Bandung Barat 2 KT 2 KT 90,46 Garut 1 KT 1 KT 96,50 2. Jawa Tengah Brebes 1 KT 1 KT 99,73
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 155
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
3. Jawa Timur Bondowoso 1 KT 1 KT 81,82 Malang 1 KT 1 KT 85,20 4. Aceh Bener Meriah 1 KT 1 KT 99,89 5. Sumatera Utara Simalungun 1 KT 1 KT 99,80 6. Sumatera Selatan Oku Selatan 1 KT 1 KT 98,37 7. Lampung Lampung Barat 3 KT 3 KT 99,30 Tanggamus 3 KT 3 KT 99,18 Pesawaran 2 KT 2 KT 99,06 9. Bali Badung Buleleng 10. NTB Sumbawa 1 KT 1 KT 91,42 11. NTT Manggarai Barat 1 KT 1 KT 43,24 Alor 1 KT 1 KT 90,82 12. Bengkulu Lebong 1 KT 1 KT 99,06 1.2.3.Pala 1. Jawa Barat Sukabumi 1 KT 1 KT 99,51 2. Sulawesi Utara Sangihe - KT - KT 29,02 3. Maluku Seram Bagian Barat 2 KT 2 KT 99,96 4. Maluku Utara Tidore Kep. 2 KT 2 KT 99,57 Halmahera Utara 2 KT 2 KT 99,81
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 156
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
1.2.4.Lada 1. Bangka Belitung Bangka Selatan 2 KT 2 KT 97,36 2. Lampung Lampung Timur 2 KT 2 KT 99,32 1.2.5.Cengkeh 1. Maluku Utara Halmahera Timur 2 KT 2 KT 99,72 2. Sulawesi barat Majene 2 KT 2 KT 99,69 1.2.6 Gambir 1. Sumatera Barat Pesisir Selatan 5 KT 5 KT 87,09 1.3. Pascapanen tanaman
tahunan
1.3.1 Karet 1 Jawa Barat Sukabumi 2 KT 2 KT 97,90 Cianjur 2 KT 2 KT 98,38 2 Jawa Tengah Kebumen 3 KT 3 KT 95,45 Cilacap 2 KT 2 KT 94,29 3 Aceh Aceh Singkil 2 KT 2 KT 93,67 Aceh Tamiang 4 KT 4 KT 89,62 Aceh Tenggara 25,00 Aceh Jaya 2 KT 2 KT 92,45 Aceh Utara 3 KT 3 KT 97,64 4 Sumatera Utara Serdang Berdagai 3 KT 3 KT 99,87 Batubara 3 KT 3 KT 97,70 5 Riau Kuantan Singingi 3 KT 3 KT 98,81
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 157
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
Kampar 3 KT 3 KT 93,25 6 Jambi Batang Hari 3 KT 3 KT 99,66 7 Sumatera Selatan Ogan Hilir 4 KT 4 KT 71,03 Prabumulih 4 KT 4 KT 71,25 OKU 4 KT 4 KT 71,10 Musi Rawas 3 KT 3 KT 97,18 8 Kalimantan Barat Sanggau 3 KT 3 KT 98,48 9 Kalimantan Selatan Banjar 1 KT 1 KT 85,02 Kotabaru 3 KT 3 KT 79,91 Tabalong 3 KT 3 KT 73,09 Balangan 3 KT 3 KT 78,78 10 Bengkulu Seluma 3 KT 3 KT 98,94 Bengkulu Utara 3 KT 3 KT 98,78 11 Banten Pandeglang 4 KT 4 KT 97,13 Lebak 4 KT 4 KT 99,64 12 Bangka Belitung Beltung Timur 3 KT 3 KT 99,89 1.3.2 Kelapa 1 Jawa Barat Ciamis 2 KT 2 KT 99,53 Pangandaran 3 KT 3 KT 99,10 2 Jawa Tengah Magelang 6 KT 6 KT 99,81 Banyumas 7 KT 7 KT 99,65 Cilacap 6 KT 6 KT 99,65 3 Jambi Tanjung JabungTimur 3 KT 3 KT 93,23
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 158
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
Tanjung Jabung Barat 3 KT 3 KT 96,35 4 Sulawesi Utara Minahasa Utara 6 KT 6 KT 99,64 Kota Manado 2 KT 2 KT 100,00 Minahasa 6 KT 6 KT 99,91 Minahasa Selatan 6 KT 6 KT 99,97 5 Sulawesi Selatan Bulukumba 4 KT 4 KT 96,65 6 Maluku Maluku Barat Daya 2 KT 2 KT 99,76 Maluku Tenggara 2 KT 2 KT 99,91 7 Maluku Utara Halmahera Utara 2 KT 2 KT 98,89 Halmahera Barat 2 KT 2 KT 99,98 1.3.3 Jambu Mete 1 NTB Sumbawa 3 KT 3 KT 99,66 Lombok Utara 3 KT 3 KT 99,66 Bima 3 KT 3 KT 99,66 2 NTT Flores Timur 2 KT 2 KT 97,65 Timor Tengah Utara 2 KT 2 KT 97,57 Sikka 2 KT 2 KT 94,61 Terfasilitas Bimbingan
Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan
2. Pembinaan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan
1 Jawa Barat 1 Keg 1 Keg 99,53
2 Jawa Tengah 1 Keg 1 Keg 100,00 3 Jawa Timur 1 Keg 1 Keg 78,42
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 159
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
4 Aceh 1 Keg 1 Keg 92,74 5 Sumatera Utara 1 Keg 1 Keg 100,00 6 Sumatera Barat 1 Keg 1 Keg 89,24 7 Riau 1 Keg 1 Keg 96,77 8 Jambi 1 Keg 1 Keg 71,26 9 Sumatera Selatan 1 Keg 1 Keg 88,10 10 Lampung 1 Keg 1 Keg 94,33 11 Kalimantan Barat 1 Keg 1 Keg 88,45 12 Kalimantan Tengah 1 Keg 1 Keg 99,60 13 Kalimantan Selatan 1 Keg 1 Keg 94,13 14 Kalimantan Timur 1 Keg 1 Keg 51,10 15 Sulawesi Utara 1 Keg 1 Keg 98,06 16 Sulawesi Tengah 1 Keg 1 Keg 94,27 17 Sulawesi Selatan 1 Keg 1 Keg 95,18 18 Sulawesi Utara 1 Keg 1 Keg 100,00 19 Maluku 1 Keg 1 Keg 98,94 20 Bali 1 Keg 1 Keg 90,76 21 NTT 1 Keg 1 Keg 99,18 22 NTB 1 Keg 1 Keg 82,66 23 Papua 1 Keg 1 Keg 97,18 24 Bengkulu 1 Keg 1 Keg 98,44 25 Maluku Utara 1 Keg 1 Keg 100,00 26 Banten 1 Keg 1 Keg 89,13 27 Bangka Belitung 1 Keg 1 Keg 89,10 28 Gorontalo 1 Keg 1 Keg 81,83 29 Sulawesi Barat 1 Keg 1 Keg 43,30 3 Penilaian Usaha
Perkebunan 1 Jawa Barat 1 Keg 1 Keg 98,26
2 Jawa Tengah 1 Keg 1 Keg 100,00 3 Jawa Timur 1 Keg 1 Keg 79,70 4 Aceh 1 Keg 1 Keg 99,89 5 Bali 1 Keg 1 Keg 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 160
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
6 Sumatera Barat 1 Keg 1 Keg 90,82 7 Riau 1 Keg 1 Keg 98,06 8 Jambi 1 Keg 1 Keg 97,75 9 Sumatera Selatan 1 Keg 1 Keg 89,41 10 Bangka Beltung 1 Keg 1 Keg 89,48 11 Bengkulu 1 Keg 1 Keg 100,00 12 Lampung 1 Keg 1 Keg 95,50 13 Kalimantan Barat 1 Keg 1 Keg 93,22 14 Kalimantan Tengah 1 Keg 1 Keg 97,79 15 Kalimantan Selatan 1 Keg 1 Keg 63,43 16 Kalimantan Timur 1 Keg 1 Keg 28,15 17 Gorontalo 1 Keg 1 Keg 94,49 18 Sulawesi Utara 1 Keg 1 Keg 100,00 19 Sulawesi Tengah 1 Keg 1 Keg 42,34 20 Sulawesi Selatan 1 Keg 1 Keg 95,48 21 Sulawesi Utara 1 Keg 1 Keg 100,00 22 Sulawesi Barat 1 Keg 1 Keg 85,70 23 Banten 1 Keg 1 Keg 100,00 24 Papua 1 Keg 1 Keg 100,00 4.Penerapan
Standart Perkebunan Berkelanjutan
1 Aceh 1 Keg 1 Keg 96,16
2 Sumatera Utara 1 Keg 1 Keg 98,58 3 Sumatera Barat 1 Keg 1 Keg 95,15 4 Riau 1 Keg 1 Keg 99,34 5 Jambi 1 Keg 1 Keg 99,34 6 Sumatera Sealatan 1 Keg 1 Keg 99,38 7 Lampung 1 Keg 1 Keg 85,12 8 Kalimantan Barat 1 Keg 1 Keg 93,85 9 Kalimantan Tengah 1 Keg 1 Keg 100,00 10 Kalimantan Selatan 1 Keg 1 Keg 45,46
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 161
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
11 Kalimantan timur 1 Keg 1 Keg 56,73 12 Sulawesi Tengah 1 Keg 1 Keg 70,00 13 Sulawesi Selatan 1 Keg 1 Keg 79,73 14 Sulawesi Utara 1 Keg 1 Keg 100,00 15 Papua 1 Keg 1 Keg 96,82 16 Bengkulu 1 Keg 1 Keg 100,00 17 Banten 1 Keg 1 Keg 100,00 18 Bangka Belitung 1 Keg 1 Keg 98,00 19 Sulawesi Barat 1 Keg 1 Keg 36,00 Terfasilitasi Penanganan
Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
5. Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
1 Jawa Barat 1 Keg 1 Keg 98,86
2 Jawa Tengah 1 Keg 1 Keg 100,00 3 Jawa Timur 1 Keg 1 Keg 72,66 4 Banten 1 Keg 1 Keg 99,77 5 Aceh 1 Keg 1 Keg 82,33 6 Sumatera Utara 1 Keg 1 Keg 99,63 7 Sumatera Barat 1 Keg 1 Keg 79,11 8 Riau 1 Keg 1 Keg 92,26 9 Jambi 1 Keg 1 Keg 77,13 10 Sumatera Selatan 1 Keg 1 Keg 84,03 11 Bangka Belitung 1 Keg 1 Keg 85,80 12 Bengkulu 1 Keg 1 Keg 85,29 13 Lampung 1 Keg 1 Keg 85,71 14 Kalimantan Barat 1 Keg 1 Keg 95,94 15 Kalimantan Tengah 1 Keg 1 Keg 99,88 16 Kalimantan Selatan 1 Keg 1 Keg 58,22 17 Kalimantan Timur 1 Keg 1 Keg 66,94 18 Gorontalo 1 Keg 1 Keg 96,06
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 162
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
19 Sulawesi Utara 1 Keg 1 Keg 92,10 20 Sulawesi Tengah 1 Keg 1 Keg 99,54 21 Sulawesi Selatan 1 Keg 1 Keg 86,58 22 Sulawesi Utara 1 Keg 1 Keg 91,25 23 Sulawesi Barat 1 Keg 1 Keg 60,36 24 NTB 1 Keg 1 Keg 74,32 25 Papua 1 Keg 1 Keg 94,71 26 Papua Barat 1 Keg 1 Keg 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 163
Direktorat Jenderal Perkebunan
Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2014
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
1 Meningkatnya produksi,produktivitas,
dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui dukungan perlindungan perkebunan
1. Pengendalian OPT 1.1. Pengendalian OPT
Tanaman Lada Ha Ha 100,00
1.1.1. Peny. Busuk
Pangkal Batang Lada
1. Babel Bangka Selatan 100 Ha 100 Ha 100,00 1.2. Pengendalian OPT Tanaman Kopi 1 NTT Flores Timur 200 Ha 200 Ha 100,00 2 Jabar Garut 200 Ha 200 Ha 100,00 Bandung 100 Ha 100 Ha 100,00 3 Bali Tabanan 200 Ha 200 Ha 100,00 Bangli 200 Ha 200 Ha 100,00 1.3 Pengendalian OPT
Cengkeh
1.3.1 Peny. Bakteri
Pembuluh Kayu Cengkeh 1 Jateng
Semarang 150 Ha 150 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 164
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
2 Jatim Jombang 25 Ha 25 Ha 100,00 1.3.2 Penggerek Batang 1 Sulut Minahasa Tenggara 150 Ha 150 Ha 100,00 2 Maluku Maluku Tengah 100 Ha 100 Ha 100,00 Buru Selatan 100 Ha 100 Ha 100,00 1.4 Pengendalian OPT
Tanaman Kakao
1.4.1 Penggerek Buah
Kakao 1 Bali
Tabanan 150 Ha 150 Ha 100,00 Jembrana 100 Ha 100 Ha 100,00 Badung 50 Ha 50 Ha 100,00 2 NTB Lombok Utara 150 Ha 150 Ha 100,00 3 Sulbar Polman 250 Ha 250 Ha 100,00 4 Sulsel Maros 150 Ha 150 Ha 100,00 Wajo 300 Ha 300 Ha 100,00 5 Sumbar Solok 200 Ha 200 Ha 100,00 6 Sulteng Sigi 300 Ha 300 Ha 100,00 Parigimoutong 300 300 7 Jateng Wonogiri 25 Ha 25 Ha 100,00 8 Aceh Bireun 100 Ha 100 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 165
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
9 DIY Gunung Kidul 50 Ha 50 Ha 100,00 1.5 Pengendalian OPT
Tanaman Semusim Ha Ha 100,00
1.5.1 Pengendalian OPT Tebu 1.5.2 Penggerek
batang/pucuk Ha Ha 100,00
1 DIY Sleman 50 Ha 50 Ha 100,00 2 Jateng Sragen 250 Ha 250 Ha 100,00 Boyolali 100 Ha 100 Ha 100,00 Jepara 25 Ha 25 Ha 100,00 Rembang 250 Ha 250 Ha 100,00 Blora 200 Ha 200 Ha 100,00 Pemalang 100 Ha 100 Ha 100,00 Pekalongan 50 Ha 50 Ha 100,00 Purbalingga 150 Ha 150 Ha 100,00 Batang 150 Ha 150 Ha 100,00 Karanganyar 100 Ha 100 Ha 100,00 Tegal 50 Ha 50 Ha 100,00 Brebes 50 Ha 50 Ha 100,00 Purwodadi 50 Ha 50 Ha 100,00 Kendal 50 Ha 50 Ha 100,00 3 Jatim Sidoarjo 200 Ha 200 Ha 100,00 Mojokerto 200 Ha 200 Ha 100,00 Ngawi 150 Ha 150 Ha 100,00 Malang 100 Ha 100 Ha 100,00 Probolinggo 100 Ha 100 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 166
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
Tulungagung 150 Ha 150 Ha 100,00 Jombang 100 Ha 100 Ha 100,00 Kediri 85 Ha 85 Ha 100,00 4 Sumsel Ogan hilir 50 Ha 50 Ha 100,00 5 Lampung Lampung Utara 100 Ha 100 Ha 100,00 6 Gorontalo Gorontalo 50 Ha 50 100,00 Boalemo 50 Ha 50 Ha 100,00 7 Sulsel Bone 50 Ha 50 100,00 Takalar 20 Ha 20 Ha 100,00 8 Papua Merauke 50 Ha 50 Ha 100,00 1.5.3 Hama Uret 1 DIY Sleman 150 Ha 150 Ha 100,00 2 Jateng Purworejo 100 Ha 100 Ha 100,00 Kebumen 100 Ha 100 Ha 100,00 Pemalang 50 Ha 50 Ha 100,00 Magelang 50 Ha 50 Ha 100,00 3 Jatim Bondowoso 100 Ha 100 Ha 100,00 Kediri 100 Ha 100 Ha 100,00 Malang 100 Ha 100 Ha 100,00 Tulungagung 50 Ha 50 Ha 100,00 Situbondo 100 Ha 100 Ha 100,00 Jombang 100 Ha 100 Ha 100,00 1.5.4 Hama Tikus
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 167
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
1 Jateng Tegal 100 Ha 100 Ha 100,00 Purbalingga 100 Ha 100 Ha 100,00 2 Jatim Sidoarjo 100 Ha 100 Ha 100,00 Jombang 50 Ha 50 Ha 100,00 Mojokerto 30 Ha 30 Ha 100,00 3 Jabar Subang 50 Ha 50 Ha 100,00 Indramayu 200 Ha 200 Ha 100,00 4 Sulsel Bone 75 Ha 75 Ha 100,00 Takalar 25 Ha 25 Ha 100,00 Gowa 30 Ha 30 Ha 100,00 Wajo 15 Ha 15 Ha 100,00 1.6 Pengendalian OPT
Tembakau
1 Jateng Temanggung 25 Ha 25 Ha 100,00 2 Jabar Bandung 25 Ha 25 Ha 100,00 3 Jatim Jember 25 Ha 25 Ha 100,00 4 NTB Lombok Tengah 25 Ha 25 Ha 100,00 1.7 Pengendalian OPT
Kapas
1 Jatim Lamongan 25 Ha 25 Ha 100,00 Pacitan 25 Ha 25 Ha 100,00 2 Sulsel Bantaeng 25 Ha 25 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 168
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
Bulukumba 25 Ha 25 Ha 100,00 3 NTB Lombok Utara 25 Ha 25 Ha 100,00 4 Bali Karangasem 25 Ha 25 Ha 100,00 1.8 Pengendalian OPT
Tanaman Tahunan
1.8.1 Pengendalian OPT Kelapa
1.8.2 Hama Brontispa 1 Sulteng Banggai 100 Ha 100 Ha 100,00 Toli-Toli 100 Ha 100 Ha 100,00 2 Riau Indragiri Hilir 100 Ha 100 Ha 100,00 3 Sulut Bolmong 100 Ha 100 Ha 100,00 4 NTB Lombok Barat 100 Ha 100 Ha 100,00 5 Kalteng Kotim 100 Ha 100 Ha 100,00 1.8.3 Hama
Orcytes/Rhyncophorus
1 DIY Gunung Kidul 150 Ha 150 Ha 100,00 Kulonprogo 150 Ha 150 Ha 100,00 1.8.4 Hama
Orcytes/Rhyncophorus
2 Jabar Tasikmalaya 250 Ha 250 Ha 100,00 1.8.5 Hama
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 169
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
Orcytes/Rhyncophorus 3 NTB Lombok Barat 400 Ha 400 Ha 100,00 Lombok Timur 350 Ha 350 Ha 100,00 1.8.6 Hama
Orcytes/Rhyncophorus 4 NTT
Flores Timur 400 Ha 400 Ha 100,00 1.8.7 Hama
Orcytes/Rhyncophorus 5 Sulsel
Bone 400 Ha 400 Ha 100,00 Sidrap 200 Ha 200 Ha 100,00 1.8.8 Hama
Orcytes/Rhyncophorus 6 Lampung
Lampung Selatan 200 Ha 200 Ha 100,00 7 Jateng Rembang 100 Ha 100 Ha 100,00 Jepara 125 Ha 125 Ha 100,00 Grobogan 100 Ha 100 Ha 100,00 8 Sulteng Primo 175 Ha 175 Ha 100,00 1.8.9 Hama
Orcytes/Rhyncophorus 9 Riau
Kampar 200 Ha 200 Ha 100,00 1.8.10 Hama Sexava 1 Sulut Kep.Talaud 150 Ha 150 Ha 100,00 2 Malut Halsel 150 Ha 150 Ha 100,00 Halmehara Barat 150 Ha 150 Ha 100,00 Morotai 150 Ha 150 Ha 100,00
Halteng 200 Ha 200 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 170
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
Halut 150 Ha 150 Ha 100,00 1.8.11 Hama Aceria sp. 1 Sulut Bitung 250 Ha 250 Ha 100,00 MInahasa Utara 250 Ha 250 Ha 100,00 1.8.12 Pengendalian OPT
Karet
1 Sumut Asahan 100 Ha 100 Ha 100,00 2 Riau Pelalawan 100 Ha 100 Ha 100,00 Kuantan Singingi 100 Ha 100 Ha 100,00 3 Sumsel OKU 100 Ha 100 Ha 100,00 4 Kalsel Tabalong 100 Ha 100 Ha 100,00 5 Jabar Garut 60 Ha 60 Ha 100,00 1.8.13 Pengendalian OPT
Kelapa Sawit
1.8.14 Hama Oryctes/Rhyncophorus
1 Riau
Kampar 200 Ha 200 Ha 100,00 1.8.15 Pengendalian
Jambu Mete 1 Bali
Karangasem 130 Ha 130 Ha 100.00 2 NTT Sumba Timur 75 Ha 75 Ha 100.00 1.8.16 Denfarm
Pengendalian OPT Ha Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 171
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
1.9 Denfarm Pengendalian OPT Regar
Ha Ha 100,00
1.9.1 Denfarm Pengendalian OPT Tanaman Kopi (PBKO)
1 Aceh
Aceh tengah 10 Ha 10 Ha 100,00 2 Bengkulu Kepahiang 10 Ha 10 Ha 100,00 3 NTB Lombok Timur 10 Ha 10 Ha 100,00 1.9.2 Denfarm
Pengendalian OPT Tanaman Kakao(PBK)
1 Sulsel
Soppeng 10 Ha 10 Ha 100,00 2 Sultra Bombana 10 Ha 10 Ha 100,00 1.9.3 Denfarm
Pengendalian OPT Tanaman Cengkeh(BPKC)
1 Jateng
Karanganyar 10 Ha 10 Ha 100,00 1.10 Denfarm
Pengendalian OPT Tahunan
1.10.1 Denfarm Pengandalian JAP pada Tanaman Karet
1 Sumut
Asahan 10 Ha 10 Ha 100,00 2 Riau Pelalawan 10 Ha 10 Ha 100,00 Kuantan singing 10 Ha 10 Ha 100,00 3 Sumsel OKU 10 Ha 10 Ha 100,00 4 Kalsel
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 172
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
Tabalong 10 Ha 10 Ha 100,00 5 Jabar Garut 10 Ha 10 Ha 100,00 1.10.2 Denfarm
Pengendalian JAP pada Tanaman Jambu Mete
1 Bali
Karangasem 10 Ha 10 Ha 100,00 1.10.3 Denfarm
Pengendalian Aceria sp pada Tanaman Kelapa
1 Sulut
Bitung 10 Ha 10 Ha 100,00 Minahasa Utara 10 Ha 10 Ha 100,00 Denfarm Pengendalian
OPT semusim
1.10.4 Denfarm Pengendalian Uret pada Tanaman Tebu
1 DIY
Sleman 5 Ha 5 Ha 100,00 Denplot Pengadalian OPT
Lada 1 Kep. Babel
Bangka 1 Ha 1 Ha 100,00 1.10.5 Denplot
Pengendalian OPT Kopi 1 Bengkulu
Kepahiang 1 Ha 1 Ha 100,00 1.10.6 Denplot
Pengendalian Penggerek batang/Pucuk Tebu
1 Papua
Prov.Papua 1 Ha 1 Ha 100,00 1.10.7 Demplot
Pegendalian OPT Nilam 1 Sumbar
Pasaman Barat 2 Ha 2 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 173
Direktorat Jenderal Perkebunan
No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROVINSI/KABUPATEN
TARGET REALISASI
VOLUME FISIK VOLUME %
2 Aceh Aceh selatan 2 Ha 2 Ha 100,00 3 Jambi Sarolangun 2 Ha 2 Ha 100,00 4 Jateng Purbalingga 2 Ha 2 Ha 100,00 5 Sultra Kolaka Utara 2 Ha 2 Ha 100,00 1.10.8 Demplot
Pengandalian OPT Karet 1 Kep.Babel
Bangka 1 Ha 1 Ha 100,00
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 174
Direktorat Jenderal Perkebunan
Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 yang Dimonitor Oleh UKP4
RENCANA AKSI KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
B04, B06, B09, B12 UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8
N5PXX: PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI UNTUK PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGANTARGET B03: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk kegiatan pengembangan tebu seluas 15.600
- B03 : 141,4% CPL/CL untuk rawat ratoon, bongkar ratoon dan perluasan seluas 22.059 Ha.
TARGET B06: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk kegiatan pengembangan tebu seluas 40.800 Ha.
- B06 : 126,53% CP/CL untuk rawat ratoon, bongkar ratoon dan perluasan seluas 51.627 Ha.
2. Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 12.000 Ha.
- B06 : 25,68% Pengadaan pupuk untuk rawat ratoon seluas 3.081 Ha.
TARGET B09: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 Ha
B09 : 100,21% CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.110 ha.Berubahnya realisasi CP/CL dari 51.627 Ha (B06) ke 47.010 ha (B09) dikarenakan adanya penghematan nasional sehingga SK CPCL yg sudah di SK kan dibuat ulang kembali.
2) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 5.000 Ha.
B09 : 64,33% 1. Sebagian besar petani tebu melaksanakan BR/perluasan pada pola II (Oktober-Desember)
TARGET: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 Ha 2.Tersalurkannya pupuk untuk rawat ratoon 31.518Ha3. Terlaksanaanya perluasan dan bongkar ratoon 10.000 Ha di Tahun 2014 (5.492 Ha di Tahun 2015)
N5PXXAX: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim
Rawat Ratoon, Bongkar ratoon dan perluasan areal tanaman tebu
TERGET : (RKP 79.000 Ha) 1. Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon 31.518 Ha. 2. Terlaksananya Perluasan dan Bongkar Ratoon 10.000 Ha di Tahun 2014 (5.492 di Tahun 2015).
TARGET B09: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 79.000 Ha2) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 30.000 Ha 3) BR dan atau perluasan 3.600 Ha .
TARGET 1. Tersalurkannya pupuk untuk rawat ratoon 61.000 ha 2. Terlaksanaanya perluasan dan bongkar ratoon 16.200 ha di 2014 (1.800 ha di tahun 2015)
SEMULA MENJADI
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 175
Direktorat Jenderal Perkebunan
RENCANA AKSI KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN
B04, B06, B09, B12 UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8
3) Terlaksananya perluasan dan bongkar raton 1.500 Ha.
B09 : 63,08% 2. Lahan petani rata-rata merupakan lahan tegalan yang tidak berpengairan
3. Penundaan untuk penyaluran dana Bansos baru dicabut tanggal 14 Juli 2014. Setelah petani baru menyiapkan pelaksanaan BR/perluasan seperti mencari benih.
TARGET B12: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 Ha
B12: 100 %
2) Terlaksananya pengadaan B12: 100 %3) Terlaksananya Bongkar B12: 64,70 % - Realisasi BR dan Perluasan
-.Pertumbuhan KBD mengalami
TARGET B12: 1) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 61.000 Ha2) Terlaksananya Bongkar Ratoon dan Perluasan areal tebu seluas 16.200 Ha di tahun 2014
SEMULA MENJADI
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 176