25
Laporan Survey I. Lokasi Survey Desa : Aur Gading Kecamatan : Kerkap Kabupaten : Bengkulu Utara Provinsi : Bengkulu No Original Koreksi S T S T 1 3°31'14.49" S 102°18'4.40"T 3°31'14.49 "S 102°18'4.40"T 2 3°31'14.49" S 102°19'19.54"T 3°31'14.49 "S 102°19'19.54" T 3 3°31'2.77"S 102°19'19.89"T 3°31'2.77" S 102°19'19.54" T 4 3°31'2.76"S 102°19'31.74"T 3°31'2.77" S 102°19'31.74" T 5 3°30'53.65" S 102°19'31.73"T 3°30'53.65 "S 102°19'31.74" T 6 3°30'53.70" S 102°19'43.43"T 3°30'53.65 "S 102°19'43.43" T 7 3°30'44.65" S 102°19'43.38"T 3°30'44.65 "S 102°19'43.43" T 8 3°30'44.45" S 102°20'6.18"T 3°30'44.65 "S 102°20'6.18"T 9 3°30'31.62" S 102°20'6.18"T 3°30'31.62 "S 102°20'6.18"T 10 3°30'31.40" S 102°20'27.74"T 3°30'31.62 "S 102°20'27.74" T 11 3°30'23.36" S 102°20'27.96"T 3°30'23.36 "S 102°20'27.74" T 12 3°30'23.15" S 102°20'39.08"T 3°30'23.36 "S 102°20'39.08" T 13 3°30'16.85" S 102°20'38.91"T 3°30'16.85 "S 102°20'39.08" T 14 3°30'17.25" S 102°20'55.57"T 3°30'16.85 "S 102°20'55.57" T 15 3°30'11.03" S 102°20'55.57"T 3°30'11.03 "S 102°20'55.57" T 16 3°30'11.03" S 102°21'10.25"T 3°30'11.03 "S 102°21'10.25" T 17 3°29'57.49" S 102°21'10.93"T 3°29'57.49 "S 102°21'10.25" T 18 3°29'57.43" S 102°21'15.93"T 3°29'57.49 "S 102°21'15.93" T 19 3°29'38.78" S 102°21'16.26"T 3°29'38.78 "S 102°21'15.93" T 20 3°29'39.26" S 102°21'54.16"T 3°29'38.78 "S 102°21'54.16" T

Laporan Survey Desa Aur Gading

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Survey Desa Aur Gading

Laporan Survey

I. Lokasi SurveyDesa : Aur GadingKecamatan : KerkapKabupaten : Bengkulu UtaraProvinsi : Bengkulu

NoOriginal Koreksi

S T S T1 3°31'14.49"S 102°18'4.40"T 3°31'14.49"S 102°18'4.40"T

2 3°31'14.49"S 102°19'19.54"T 3°31'14.49"S 102°19'19.54"T

3 3°31'2.77"S 102°19'19.89"T 3°31'2.77"S 102°19'19.54"T

4 3°31'2.76"S 102°19'31.74"T 3°31'2.77"S 102°19'31.74"T

5 3°30'53.65"S 102°19'31.73"T 3°30'53.65"S 102°19'31.74"T

6 3°30'53.70"S 102°19'43.43"T 3°30'53.65"S 102°19'43.43"T

7 3°30'44.65"S 102°19'43.38"T 3°30'44.65"S 102°19'43.43"T

8 3°30'44.45"S 102°20'6.18"T 3°30'44.65"S 102°20'6.18"T

9 3°30'31.62"S 102°20'6.18"T 3°30'31.62"S 102°20'6.18"T

10 3°30'31.40"S 102°20'27.74"T 3°30'31.62"S 102°20'27.74"T

11 3°30'23.36"S 102°20'27.96"T 3°30'23.36"S 102°20'27.74"T

12 3°30'23.15"S 102°20'39.08"T 3°30'23.36"S 102°20'39.08"T

13 3°30'16.85"S 102°20'38.91"T 3°30'16.85"S 102°20'39.08"T

14 3°30'17.25"S 102°20'55.57"T 3°30'16.85"S 102°20'55.57"T

15 3°30'11.03"S 102°20'55.57"T 3°30'11.03"S 102°20'55.57"T

16 3°30'11.03"S 102°21'10.25"T 3°30'11.03"S 102°21'10.25"T

17 3°29'57.49"S 102°21'10.93"T 3°29'57.49"S 102°21'10.25"T

18 3°29'57.43"S 102°21'15.93"T 3°29'57.49"S 102°21'15.93"T

19 3°29'38.78"S 102°21'16.26"T 3°29'38.78"S 102°21'15.93"T

20 3°29'39.26"S 102°21'54.16"T 3°29'38.78"S 102°21'54.16"T

21 3°29'27.73"S 102°21'55.15"T 3°29'27.73"S 102°21'54.16"T

22 3°29'27.73"S 102°22'05.73"T 3°29'27.73"S 102°22'05.73"T

23 3°29'16.77"S 102°22'05.70"T 3°29'16.77"S 102°22'05.73"T

24 3°29'16.77"S 102°22'15.94"T 3°29'16.77"S 102°22'15.94"T

25 3°28'46.65"S 102°22'15.94"T 3°28'46.65"S 102°22'15.94"T

26 3°28'46.27"S 102°21'47.67"T 3°28'46.65"S 102°21'47.67"T

27 3°28'56.84"S 102°21'47.67"T 3°28'56.84"S 102°21'47.67"T

28 3°28'56.84"S 102°21'29.26"T 3°28'56.84"S 102°21'29.26"T

29 3°29'08.32"S 102°21'28.78"T 3°29'08.32"S 102°21'29.26"T

30 3°29'08.80"S 102°21'12.02"T 3°29'08.32"S 102°21'12.02"T

31 3°29'25.05"S 102°21'12.02"T 3°29'25.05"S 102°21'12.02"T

32 3°29'25.05"S 102°20'45.68"T 3°29'25.05"S 102°20'45.68"T

33 3°29'41,93"S 102°20'45.68"T 3°29'41,93"S 102°20'45.68"T

34 3°29'41,93"S 102°20'11.41"T 3°29'41,93"S 102°20'11.41"T

Page 2: Laporan Survey Desa Aur Gading

35 3°29'59.09"S 102°20'11.41"T 3°29'59.09"S 102°20'11.41"T

36 3°29'59.41"S 102°19'51.58"T 3°29'59.09"S 102°19'51.58"T

37 3°29'00.15"S 102°19'52.33"T 3°29'00.15"S 102°19'51.58"T

38 3°28'59.99"S 102°20'12.18"T 3°29'00.15"S 102°20'12.18"T

39 3°27'43.37"S 102°20'12.18"T 3°27'43.37"S 102°20'12.18"T

40 3°27'44.12"S 102°19'05.71"T 3°27'43.37"S 102°19'05.71"T

41 3°28'09.21"S 102°19'06.14"T 3°28'09.21"S 102°19'05.71"T

42 3°28'09.21"S 102°18'02.75"T 3°28'09.21"S 102°18'02.75"T

43 3°28'28.01"S 102°18'42.75"T 3°28'28.01"S 102°18'02.75"T

44 3°28'28.01"S 102°18'24.56"T 3°28'28.01"S 102°18'24.56"T

45 3°29'06.92"S 102°18'24.56"T 3°29'06.92"S 102°18'24.56"T

46 3°29'06.84"S 102°19'06.12"T 3°29'06.92"S 102°19'06.12"T

47 3°30'29.96"S 102°19'06.51"T 3°30'29.96"S 102°19'06.12"T

48 3°30'29.90"S 102°18'53.80"T 3°30'29.96"S 102°18'53.80"T

49 3°30'40.07"S 102°18'53.80"T 3°30'40.07"S 102°18'53.80"T

50 3°30'40.07"S 102°18'46.42"T 3°30'40.07"S 102°18'46.42"T

51 3°30'47.23"S 102°18'46.42"T 3°30'47.23"S 102°18'46.42"T

52 3°30'47.17"S 102°18'31.15"T 3°30'47.23"S 102°18'31.15"T

53 3°30'51.28"S 102°18'31.16"T 3°30'51.28"S 102°18'31.15"T

54 3°30'51.32"S 102°18'04.58"T 3°30'51.28"S 102°18'04.40"T

Gambar 1. Posisi Lokasi PT. Ciptajaya Sulinda Perkasa pada Peta Citra Satelit

Page 3: Laporan Survey Desa Aur Gading

II. Aspek Geologi

Gambar 2. Posisi Lokasi PT. Ciptajaya Sulinda Perkasa pada Peta Geologi

Secara umum, lokasi IUP PT. Ciptajaya Sulinda Perkasa (CSP) menempati 2 (dua) formasi, yakni : Formasi Tml (Lemau) dan Formasi Qv(dn). Penjelasan umum dari kedua formasi adalah sebagai berikut :Formasi Tml (Formasi Lemau) :

Formasi Lemau (TML) merupakan satuan breksi gunung berapi epiklastika, batu pasir gunung api epiklastika, batu pasir dengan sisipan batubara, batu pasir mengandung moluska, batu lempung dan batu gamping.

Formasi Qv (dn) :Merupakan satuan batuan gunung api andesit-basal yang tersusun atas lava andesit sampai basal, tuf dan breksi lahar yang berasal dari Bukit Daun.

II.1 Geologi Regional dan Keberadaan BatubaraMembahas geologi regional Bengkulu Utara tidak bisa dilepaskan dari

karakteristik dari Cekungan Bengkulu. Cengkungan ini membujur mulai dari daerah perbatasan Provinsi Sumatera Barat – Bengkulu (Tapan – Indrapura) sampai di Kabupaten Lampung Barat. Cekungan Bengkulu merupakan salah satu cekungan batuan sedimen Tersier di Pulau Sumatera yang termasuk ke dalam cekungan busur muka (Gambar 3).

Lajur Barisan (Formasi Hulusimpang, batuan terobosan dalam, Formasi Bal, Formasi Ranau, dan batuan gunung api) dan Lajur Bengkulu (Formasi Seblat, Lemau, Simpangaur dan Bintunan, serta satuan batuan gunung api Kuarter) merupakan kelompok batuan yang menempati daerah Bengkulu. Penyebaran batuan dan kolom stratigrafi Cekungan Bengkulu tersaji dalam Gambar (2 dan 4).

Formasi Hulusimpang (lava, breksi gunung api, dan tuf) yang berumur Oligosen-Miosen Awal merupakan batuan tertua yang tersingkap di daerah Bengkulu. Bagian atas formasi ini menjemari dengan bagian bawah Formasi Seblat (perselingan batu lempung, batu lempung gampingan, batu lanau dengan sisipan batu pasir dan konglomerat) yang berumur Miosen Awal sampai Tengah. Batuan terobosan dalam (granit dan diorit) yang berumur Miosen Tengah menerobos Formasi Hulusimpang dan Formasi Seblat (Gafoer, 1992; dan Amin, 1994).

Page 4: Laporan Survey Desa Aur Gading

Formasi Lemau (batu lempung, batu lempung gampingan, batubara, batu pasir, dan konglomerat) yang berumur Miosen Tengah - Akhir menindih secara tak selaras Formasi Seblat (Yulihanto, 1995).

Gambar 3. Posisi Cengkungan Bengkulu Pada Potongan Peta Sumatera

Kemudian Formasi Lemau tertindih secara tak selaras oleh Formasi Simpangaur (batu pasir konglomeratan, batu pasir, batu lumpur mengandung cangkang moluska, dan batupasir tufan) berumur Miosen Akhir – Pliosen, dan terendapkan di daerah transisi.

Formasi Bintunan (batuan tufan, konglomerat polimik, tuf dan batu lempung tufan dengan sisipan lignit dan sisa tumbuhan) berumur Plio-Plistosen, yang terendapkan di lingkungan air tawar sampai payau dan setempat laut dangkal, menindih tak selaras Formasi Simpangaur (Gafoer, 1992), sedangkan menurut Yulihanto. (1995; Gambar 5) bagian bawah Formasi Bintunan tersebut menjemari dengan bagian atas Formasi Simpangaur. Formasi Bintunan setara dengan Formasi Ranau yang tersingkap di Lembar Manna (Amin, 1994), terdiri atas breksi gunung api berbatuapung dan tuf riolitik-andesitik. Breksi gunung api tampak berwarna kekuningan, lunak, tidak berlapis, berkomponen kepingan batu

Page 5: Laporan Survey Desa Aur Gading

apung dan lava andesit-basal di dalam matriks tuf pasiran (Amin, 1994). Kemudian satuan batuan yang termuda adalah aluvium yang terdiri atas bongkah, kerakal, pasir, lanau, lumpur dan lempung.

Lapisan batubara di Cekungan Bengkulu dijumpai dalam Formasi Lemau (Tml). Formasi Lemau terdiri atas batu lempung, batu lempung gampingan, batubara, batu pasir, dan konglomerat, berumur Miosen Tengah – Atas, dan terendapkan di daerah transisi sampai laut dangkal. Formasi Lemau tersingkap baik mulai dari daerah Bengkulu Utara, tepatnya di daerah Ketaun sampai dengan daerah Manna. Lapisan batubara teramati di daerah Ketaun, Bengkulu Utara dan Seluma (Gambar 2 dan 4).

Gambar 4. Peta Geologi Cengkungan Bengkulu

II.2 Karakteristik Batubara Formasi Lemau (Tml)Dari berbagai penelitian, terutama yang dilakukan oleh Badan Geologi

Bandung, sedikitnya ada dua karakteristik yang ditemukan, yakni :

Page 6: Laporan Survey Desa Aur Gading

Gambar 5. Korelasi Stratigrafi Daerah Lepas Pantai dan Darat di Cengkungan Bengkulu

II.2.1 Daerah Ketaun (Argamakmur dan Sekitarnya)Lapisan batubara di daerah Ketaun teramati di daerah Sungai Sebayur dan

Tanjungdalam. Di daerah ini bagian atas Formasi Lemau terdiri atas perselingan batu pasir, batu lempung dan batubara.

Page 7: Laporan Survey Desa Aur Gading

Foto 1. Singkapan Batubara di Desa Aur Gading-Kerkap-Bengkulu Utara

Foto 2. Singkapan Batubara di Desa Aur Gading-Kerkap-Bengkulu Utara

Runtunan batuan sedimen di daerah Sebayur ini terlihat dari inti bor (core) Titik Bor CMBH 31 dengan kedalaman 81 m (Gambar 6). Tiga lapisan batubara (lapisan A, B, dan C; Gambar 6 dan 7) dijumpai dalam bagian atas Formasi Lemau di daerah ini. Ketebalan lapisan batu bara di daerah Ketaun berkisar antara 50 sampai 200 cm, dengan sifat fisik warna hitam, kusam (dull-dull banded), gores coklat kehitaman, ringan.

Secara petrografi organik contoh batubara di daerah ini tersusun atas kelompok maseral vitrinit (72,2 - 89,6%) yang terdiri atas telokolinit (38,6 - 68,6%), detrovitrinit + desmokolinit (19,2 - 46,4%), dan gelokolinit + korpokolinit (1,0 - 3,6%). Kandungan maseral eksinit berkisar antara 0,4 sampai 2,0% yang seluruhnya terdiri atas resinit, sedangkan kandungan maseral inertinit adalah 4,6 -

Page 8: Laporan Survey Desa Aur Gading

19,2%, yang terdiri atas fusinit (0 - 3,2%), semifusinit (0,6 - 12,4%), sklerotinit (1,4 - 3,6%), dan inertodetrinit (2,0 - 3,4%).

Foto 3. Test Pit di Desa Aur Gading Menunjukan Urutan sebagai berikut : Batu Pasir, Batu Lempung dan Lapisan Batubara setebal 1 meter

Adapun material mineral yang dijumpai dalam batubara di daerah ini adalah mineral lempung (0 - 2,4%), pirit framboid (0 - 1,8%), pirit normal (0,4 - 1,8%) dan mineral karbonat (0 - 0,6%). Nilai reflektan vitrinit rata-rata (Rv) berkisar antara 0,41 dan 0,49%, dengan nilai reflektan minimum 0,35 - 0,44% dan nilai reflektan maksimum 0,46 - 0,54 %.

Runtunan batuan sedimen pembawa batu bara di daerah Ketaun tersaji dalam Gambar 6. Dijumpainya lapisan batu pasir dalam runtunan ini menunjukkan lingkungan pengendapan runtunan ini dipengaruhi oleh saluran. Adanya fosil foram pada batu pasir menunjukkan saluran tersebut terletak dalam lingkungan laut atau pengaruh lingkungan laut. Dijumpainya sedimen klastika halus dengan struktur sedimen laminasi sejajar menunjukkan lingkungan dataran banjir atau pasang surut ikut mempengaruhi lingkungan pengendapan bagian bawah runtunan sedimen pembawa batubara.

Adanya kandungan mineral pirit framboidal dan karbonat pada lapisan batubara, menunjukan adanya pengaruh lingkungan laut pada waktu pembentukan batubara. Data tersebut menunjukkan bahwa lingkungan yang cocok untuk pengendapan sedimen pembawa batubara adalah lingkungan deltaik.

Page 9: Laporan Survey Desa Aur Gading

Gambar 6. Kolom stratigrafi inti bor di daerah Sebayur, Ketaun

Page 10: Laporan Survey Desa Aur Gading

II.2.2 Daerah Bengkulu - SelumaLapisan batubara di daerah Bengkulu teramati di daerah

Tabapenanjung yaitu di daerah penambangan batubara PT. Danau Mas Hitam. Secara umum runtunan batuan sedimen pembawa batubara di daerah ini terdiri atas Satuan batu pasir dengan sisipan batu lempung dan batubara di bagian bawah dan Satuan batu lempung dengan sisipan batu pasir dan batubara di bagian atas. Di beberapa tempat dijumpai sill andesit. Secara umum, lapisan batubara yang dijumpai di daerah ini ada tiga lapisan, lapisan pertama di atas sill andesit dengan ketebalan batubara 3,5 m. Lapisan kedua dan ketiga di bawah sill andesit, dengan ketebalan sill berkisar antara 6 sampai 41 m, sedangkan lapisan batubara berkisar antara 1 - 3,5 m. Runtunan batuan sedimen pembawa batubara yang tidak terpengaruh oleh sill andesit tersaji dalam Gambar 7.

Gambar 7. Penampang Stratigrafi Satuan Batu Lempung Formasi Lemau di Talang Seginim

Page 11: Laporan Survey Desa Aur Gading

Gambar 8. Penampang Stratigrafi Satuan Batu Lempung Formasi Lemau di hulu Air Kemumu

Page 12: Laporan Survey Desa Aur Gading

Gambar 9. Penampang bagian bawah Formasi Lemau di Kecamatan Lubuksandi

Page 13: Laporan Survey Desa Aur Gading

Gambar 10. Penampang bagian bawah Formasi Lemau di Kecamatan Seluma Selatan

Lapisan batubara di Cekungan Bengkulu teramati di daerah Ketaun, Bengkulu, dan Seluma yang dijumpai dalam Formasi Lemau. Secara megaskopik, lapisan batubara

Page 14: Laporan Survey Desa Aur Gading

di daerah Ketaun dan seputaran Argamakmur berwarna hitam agak kusam (dull – dull banded) dengan gores warna hitam kecoklatan, sementara itu lapisan batubara di daerah Bengkulu dan Seluma menunjukkan warna hitam mengkilap (bright banded) dengan gores warna hitam. Keadaan tersebut dikarenakan adanya pengaruh terobosan sill andesit pada lapisan batubara di daerah Bengkulu dan Seluma, yang menyebabkan lapisan batubara di daerah Ketaun mempunyai nilai reflektan vitrinit rata-rata (Rv) antara 0,41 dan 0,49%, dengan nilai reflektan minimum 0,35-0,44% dan nilai reflektan maksimum 0,46 - 0,54 %. Sementara nilai reflektan vitrinit rata-rata (Rv) lapisan batubara di daerah Bengkulu berkisar antara 0,44 dan 0,96%, dengan nilai reflektan minimum 0,37 - 0,56 % dan nilai reflektan maksimum 0,48 - 1,32%. Lapisan batubara yang tidak terpengaruh terobosan sill andesit mempunyai nilai reflektan vitrinit rata-rata 0,44%. Adapun lapisan batubara di daerah Seluma mempunyai nilai reflektan vitrinit rata-rata (Rv) berkisar antara 0,50 dan 1,12%, dengan nilai reflektan minimum 0,40 - 0,98% dan nilai reflektan maksimum 0,62 - 1,20%. Lapisan batubara yang tidak terpengaruh terobosan sill andesit mempunyai nilai reflektan vitrinit rata-rata 0,50 %.

Runtunan batuan sedimen pembawa batubara di daerah Ketaun menunjukkan lingkungan pengendapan yang dipengaruhi oleh laut, yaitu lingkungan delta. Hal ini ditunjang oleh hasil analisis petrografi organik dengan dijumpainya mineral pirit framboid dan adanya mineral karbonat. Sementara itu, runtunan batuan sedimen pembawa batubara di daerah Bengkulu dan Seluma menunjukkan lingkungan pengendapan fluviatil atau darat, yang juga ditunjang oleh hasil analisis petrografi organik dengan tidak dijumpainya mineral pirit framboid dan mineral karbonat. Penampakan di lapangan juga ditunjang oleh adanya resin dalam batubara yang menunjukkan bahwa pembentukan batubara di daerah ini dipengaruhi oleh pepohonan besar (rain forest).

Hasil analisis petrografi organik, kemudian direkalkulasi menjadi GI (Gelification Index), TPI (Tissue Preservation Index), T (telovitrinit : telinit + telokolinit), F (fusinit + semifusinit) dan D (dispersed organic mater : inertodetrinit + sporinit + alginit). GI adalah vitrinit/semifusinit + inertodetrinit + sklerotinit, sementara itu TPI adalah telovitrinit + semifusinit / detrovitrinit + gelovitrinit + inertodetrinit + sklerotinit.

Diagram segitiga fasies Diessel (1982), seperti yang terlihat pada Gambar 11, menunjukkan bahwa batubara Cekungan Bengkulu termasuk dalam fasies Wet Forest Swamp. Secara umum, batubara di daerah Ketaun relatif lebih ke arah limnic dari pada batubara daerah Bengkulu dan Seluma. Sementara itu diagram fasies Diessel (1986) dan Lamberson, (1991) seperti tersaji dalam Gambar 12, menunjukkan bahwa batubara dari daerah Ketaun termasuk ke dalam fasies limnic atau termasuk dalam limited influx clastic marsh, atau termasuk lower delta plain. Dalam fasies limnic ini kerapatan pepohonannya berkurang, sedangkan ke arah fasies telmatic kerapatan pepohonannya bertambah. Sementara itu, batubara lainnya dari daerah Bengkulu, Ketaun dan Seluma termasuk ke dalam fasies telmatic. Dari batubara yang termasuk telmatic, satu batubara dari daerah Bengkulu dan satu batubara dari derah Seluma termasuk ke dalam wet forest swamp atau termasuk ke dalam fasies upper delta plain.

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa secara umum batubara di daerah Ketaun terbentuk di lingkungan yang relatif lebih ke arah laut atau limnic atau limited influx clastic marsh atau lower delta plain, yang kerapatan pepohonannya berkurang. Sebaliknya batubara dari daerah Bengkulu dan Seluma, secara umum relatif lebih ke arah darat atau telmatic atau upper delta plain atau wet forest swamp di mana kerapatan pepohonannya bertambah.

Page 15: Laporan Survey Desa Aur Gading

Gambar 11. Diagram Segitiga Fasies (Diessel, 1982), Untuk Batubara di Cekungan Bengkulu

Gambar 12. Diagram Segitiga Fasies (Diessel, 1982) dan Lamberson (1991), Untuk Batubara di Cekungan Bengkulu

Page 16: Laporan Survey Desa Aur Gading

III. Rencana Geolistrik

Untuk lebih memastikan tentang keberadaan batubara di Desa Aur Gading, maka uji paling cepat dan berbiaya murah, disarankan untuk menggunakan Metode Geolistrik 1 Dimensi, pada 2 (dua) area. Area tersebut dipilih, karena terdapat singkapan yang cukup memadai. Area tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 13. Areal Yang Direncanakan Untuk Dilakukan Geolistrik (Garis Merah)

Gambar 14. Areal Yang Direncanakan Untuk Dilakukan Geolistrik Diploting Pada Peta Geologi (Garis Kuning dan Hijau)

III.1 Area I (Dekat Perkampungan Desa Aur Gading)

Page 17: Laporan Survey Desa Aur Gading

Gambar 15. Areal I Yang Direncanakan Untuk Dilakukan Geolistrik (Garis Merah)

Tabel 1. Koordinat Areal I Yang Direncanakan Untuk Dilakukan Geolistrik

NoKoordinat

S TI 3°31'14.50"S 102°18'53.33"TJ 3°31'14.50"S 102°19'19.54"TK 3°31'2.77"S 102°19'19.54"TL 3°31'2.77"S 102°19'31.74"TM 3°30'53.65"S 102°19'31.74"TN 3°30'53.65"S 102°19'43.43"TO 3°30'29.96"S 102°19'43.43"TP 3°30'29.96"S 102°18'53.80"TQ 3°30'40.07"S 102°18'53.80"TR 3°30'40.07"S 102°18'46.42"TS 3°31'2.77"S 102°18'46.42"TT 3°31'2.77"S 102°18'53.33"T

III.2 Area II

Page 18: Laporan Survey Desa Aur Gading

Tabel 1. Koordinat Areal I Yang Direncanakan Untuk Dilakukan Geolistrik

NoKoordinat

S TA 3°30'16.85"S 102°20'39.08"TB 3°30'16.85"S 102°20'55.57"TC 3°30'11.03"S 102°20'55.57"TD 3°30'11.03"S 102°21'10.25"TE 3°29'57.49"S 102°21'10.25"TF 3°29'57.49"S 102°21'15.93"TG 3°29'25.05"S 102°21'15.93"TH 3°29'25.05"S 102°20'45.68"TU 3°29'49.82"S 102°20'45.68"TV 3°29'49.82"S 102°20'11.41"TW 3°29'59.09"S 102°20'11.41"TX 3°29'59.09"S 102°20'39.08"T

Gambar 16. Areal II Yang Direncanakan Untuk Dilakukan Geolistrik (Garis Merah)

IV. Kesimpulan

Page 19: Laporan Survey Desa Aur Gading

Lapisan batubara di Cekungan Bengkulu, yang dijumpai dalam Formasi Lemau berumur Miosen Tengah, teramati di daerah Ketaun, Bengkulu, dan Seluma. Ketebalan lapisan batubara di daerah Ke-taun berkisar antara 50 sampai 200 cm, sedangkan di daerah Bengkulu antara 100 - 350 cm, dan di daerah Seluma dapat mencapai 450 cm.

Secara megaskopik, lapisan batubara di daerah Ketaun berwarna hitam agak kusam (dull – dull banded) dengan gores warna hitam kecoklatan, sementara itu lapisan batubara di daerah Bengkulu dan Seluma menunjukkan warna hitam mengkilap (bright banded) dengan gores warna hitam. Lapisan batubara di daerah Ketaun mempunyai nilai reflektan vitrinit rata-rata (Rv) antara 0,41 dan 0,49%, sedang sedangkan lapisan batubara di daerah Bengkulu dan Seluma nilai reflektan vitrinit rata-ratanya (Rv) berkisar antara 0,44 dan 1,12%. Keadaan tersebut karena bahwa adanya pengaruh terobosan sill andesit pada lapisan batubara di daerah Bengkulu dan Seluma.

Secara umum, batubara di daerah Ketaun terbentuk di lingkungan yang relatif lebih ke arah laut atau limnic atau limited influx clastic marsh atau lower delta plain, di mana kerapatan pepohonannya berkurang. Sebaliknya batubara dari daerah Bengkulu dan Seluma, secara umum relatif lebih ke arah darat atau telmatic atau upper delta plain atau wet forest swamp di mana kerapatan pepohonannya bertambah.