25
LAPORAN PRAKIKUM METODE PANAS & RADIOAKTIVITAS BUMI Disusun oleh: Septiandi Akhmad Perdana (115090700111012) PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

LAPORAN PRB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Panas dan Radiasi Bumi

Citation preview

  • LAPORAN PRAKIKUM

    METODE PANAS & RADIOAKTIVITAS BUMI

    Disusun oleh:

    Septiandi Akhmad Perdana

    (115090700111012)

    PROGRAM STUDI GEOFISIKA

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 1

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya Laporan

    Praktikum Metode Panas dan Radioaktivitas Bumi Pendugaan Sebaran Sumber Panas Bumi

    Daerah Cangar Dengan Sensor Suhu dan Metode Gaya Berat ini dapat terselesaikan. Terima

    kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, antara lain Bapak A.M. Juwono

    M.Sc selaku dosen mata kuliah Panas dan Radioaktivitas Bumi, Tim Asisten Praktikum, dan

    teman-teman Geofisika 2011.

    Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa yang tentunya masih dalam tahap

    pembelajaran, maka karya-karya yang kami hasilkan masih banyak terdapat kekurangan.

    Merupakan hal lain patut juga penulis sadari bila pembaca banyak menemukan kekurangan

    itu merupakan keterbatasan waku dan keterbatasan referensi penulis.

    Kepada pembaca, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk

    karya tulis selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan

    rekan pembaca pada umumnya.

    Malang, 23 Desember 2013

    Penulis

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 2

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1

    BAB I ...................................................................................................................................................... 3

    PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 3

    1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................................................................ 3

    BAB II ..................................................................................................................................................... 4

    TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 4

    BAB III ................................................................................................................................................... 7

    METODOLOGI ...................................................................................................................................... 7

    3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................................................. 7

    3.2 Peralatan .................................................................................................................................. 7

    3.3 Akuisisi Data ........................................................................................................................... 7

    3.3.1 Pengukuran Suhu di Lapangan FISIP ............................................................................. 7

    3.3.2 Pengukuran Suhu dan Gravitasi Daerah Cangar ............................................................ 8

    3.3 Pengolahan Data ..................................................................................................................... 8

    3.4 Gambar Peralatan .................................................................................................................... 9

    BAB IV ................................................................................................................................................. 10

    HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................. 10

    4.1 Data Hasil Akuisisi ............................................................................................................... 10

    4.2 Interpretasi ............................................................................................................................ 11

    BAB V .................................................................................................................................................. 23

    PENUTUP ............................................................................................................................................ 23

    5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 23

    5.2 Saran ..................................................................................................................................... 23

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 24

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Panas bumi merupakan energi alternatif yang saat ini sedang giat dikembangkan oleh

    pemerintah. Hal ini terkait dengan isu krisis energi yang menghantui baik masyarakat

    Indonesia maupun dunia. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang berada pada busur

    gunung api yang mana menjadikan Indonesia memiliki cadangan sumber energi panas bumi

    yang sangat besar. Menurut berbagai sumber, Indonesia memiliki setidaknya 29 GW energi

    panas bumi, namun yang saat ini masih dimanfaatkan baru 1.2 GW. Hal ini menuntut

    kerjsama antara pemerintah dan ahli ilmu kebumian untuk dapat melaksanakan eksplorasi

    dan pemanfaatan energi panas bumi di seluruh Indonesia guna mewujudkan ketahanan energi

    dalam negeri.

    Daerah Cangar yang berada pada Kota Batu merupakan salah satu lokasi di Jawa Timur yang

    memiliki potensi sumber panas bumi atau geothermal. Manifestasi yang ada ialah berupa hot

    spring atau mata air panas. Mata air panas ini sudah bertahun-tahun dimanfaatkan sebagai

    objek wisata pemandian air panas, namum belum dimanfaatkan sebagai sumber energi yang

    dapat dinikmati oleh warga sekitar. Dengan penyelidikan menggunakan sensor suhu dan

    metode gaya berat diharapkan padat memberikan informasi mengenai kondisi bawah

    permukaan serta sebaran sumber panas bumi yang ada di daerah tersebut.

    1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dan manfaat dilaksanakannya Praktikum MPRB ini adalah untuk:

    a. Mengetahui lokasi-lokasi di daerah penelitian yang diduga sebagai sumber

    panas bumi.

    b. Dapat melakukan dan memahami tahapan aukisisi, pengolahan data, dan

    interpretasi data gaya berat dan sensor suhu.

    c. Memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Metode Panas dan Radioaktivitas

    Bumi.

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Geothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Energi panas

    bumi atau geothermal energy adalah panas alami dari dalam bumi yang ditransfer ke

    permukaan bumi secara konduksi dan konveksi. Pada dasarnya system panas bumi terbentuk

    sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara

    konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan-batuan,

    dan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu

    sumber panas. Perpindahan pans secara konveksi pada dsarnya terjadi karena gaya apung

    (buoyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak ke

    bawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber pans maka akan terjadi

    perpindahan panas sehingga temperature air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih

    ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih

    dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi (Saptaji,

    2003).

    Gambar 1. Sistem Panas Bumi

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 5

    Adanya suatu sumber daya panas bumi di bawah permukaan biasanya ditunjukkan

    oleh adanya manifestasi panas bumi di permukaan. Manifestasi di permukaan adalah indikasi

    adanya system panas bumi di bawah permukaan bumi dekat kemunculan manifestasi tersebut.

    Manifestasi di permukaan bias keluar secara langsung (direct discharge) atau secara terdifusi

    juga bias keluar secara intermittent dan juga bias keluar secara tersembunyi seperti dalam

    bentuk rembesan di sungai(Raybach, 1981).

    Gambar 2. Manifestasi panas bumi di permukaan

    Gaya Gravitasi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antara dua buah benda yang

    memiliki masa tertentu. Konsep dari gaya Gravitasi ini pertama kali di kemukakan oleh

    fisikawan bernama Sir Issac Newton. Newton mengemukakan hukum umum gravitasi yang

    isinya menyatakan bahwa gaya tarik menarik antara dua buah benda adalah sebanding dengan

    massa kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat massa

    kedua benda tersebut. Jadi dengan kata lain semakin jauh jarak antara benda maka semakin

    kecil gaya gravitasinya. Secara matematis persamaan tentang hukum umum gravitasi ini

    dinyatakan sebagai berikut:

    Dengan G merupakan konstanta gravitasi, M adalah massa Bumi, m adalah massa benda dan

    r adalah jarak antara pusat massa kedua benda.

    Hukum Newton yang lain adalah mengenai gerak (Law Of Motion). Hukum Newton

    kedua ini menyatakan bahwa gaya (F) adalah berbanding lurus dengan massa benda (m) dan

    juga dengan percepatan. Jika digunakan sumbu vertikal maka percepatan yang digunakan

    adalah percepatan gravitasi (g). Secara matematis persamaannya adalah sebagai berikut:

    F = G x

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 6

    Dari kedua persamaan tersebut jika di gabungkan maka dapat diperoleh hubungan antara

    percepatan grafitasi dengan gaya gravitasi.

    Dengan demikian maka percepatan gravitasi berbanding lurus dengan Massa bumi

    dan berbanding terbalk dengan kuadrat jarak (jari-jari bumi). Dalam teori dan perhitungan

    nilai percepatan gravitasi di seluruh tempat di muka Bumi dibuat sama. Akan tetapi pada

    kenyataanya nilai percepatan gravitasi di tiap daerah dimuka Bumi tidaklah sama. Faktor

    yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain bentuk Bumi yang pepat, Bumi berotasi, bentuk

    topografi permukaannya yang tidak teratur serta distribusi massanya bervariasi.

    Dalam pengolahan data gravity harus dilakukan banyak sekali koreksi. Koreksi-

    koreksi yang perlu dilakukan antara lain koreksi Tidal, koreksi Drift, koreksi lintang, koreksi

    udara bebas, koreksi medan dan koreksi Bouger(Blakeley, 1995).

    F = m x g

    F = G x

    x g = G x

    g = G x

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 7

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pengambilan data pada praktikum Metode Panas dan Radioaktivitas Bumi ini

    dilaksanakan di dua tempat berbeda, yaitu di lapangan FISIP pada hari Senin, 25 November

    2013 dan di wisata pemandian air panas Tahura daerah Cangar pada hari Minggu, 1

    Desember 2013. Pengambilan data dilakukan di daerah yang tidak beranomali (lapangan

    FISIP) dan di daerah yang beranomali (Cangar) agar praktikan dapat membedakan

    bagaimana respon sensor suhu di dua tempat tersebut. Pada lapangan samping Pada lapangan

    FISIP dilakukan pengukuran suhu saja, sedangkan di Cangar dilakukan pengukuran suhu

    serta gravitasi.

    3.2 Peralatan Peralatan yang digunkan dalam Fieldtrip Geologi Struktur ini adalah: Seperangkat

    sensor suhu, gravitymeter, laptop, alat tulis menulis, GPS, linggis, dan cangkul.

    3.3 Akuisisi Data

    3.3.1 Pengukuran Suhu di Lapangan FISIP

    Pada pengukuran suhu di lapangan FISIP ini menggunakan teknik pengukuran secara

    mapping dan sounding. Metode mapping ini berujuan untuk mengetahui variasi sebaran suhu

    secara lateral untuk setiap titik pengukuran, sedangkan sounding bertujuan untuk mengetahui

    perbedaan suhu pada kedalaman yang berbeda pada satu titik pengukuran. Pengukuran

    metode sounding ini menggunakn pipa yang dipasang 2 buah sensor, sehingga membentuk

    sebuah elektroda.

    Sebelum pengambilan data suhu, elektroda tersebut dihubungkan dengan alat (box)

    pengkondisi sinyal yang telah terhubung dengan laptop. Buat lubang (sumur) dengan alat

    linggis dengan kedalaman setidaknya lebih dari 1.5 (satu setengah) meter agar seluruh

    elektroda tertanam. Setelah lubang siap, elektroda ditanam dan software sensor suhu pada

    laptop diaktifkan, kemudian sensor akan mengukur suhu yang juga ditampilkan pada

    software tersebut. Jarak antar titik pengukuran (lubang/sumur) adalah 6 meter. Pada lokasi ini

    didapatkan 4 buah titik pengukuran. Dari data suhu yang diperoleh kemudian diolah dengan

    Microsoft excel agar didapatkan gradient suhu, untuk mendapatkan model 2D dan 3D diolah

    dengan software Surfer.

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 8

    3.3.2 Pengukuran Suhu dan Gravitasi Daerah Cangar

    Cara pengukuran suhu di Cangar sama seperti pengukuran di lapangan FISIP. Pada

    lokasi ini titik pengukuran dipilih tempat dimana diduga terdapat anomali suhu, yaitu di

    belakang kolam air panas. Pada lokasi ini diperoleh 12 titik pengukuran.

    Sebelum ke lapangan, terlebih dahulu dibat desain survey pengukuran Gravitasi

    berdasarkan pengamatan di Google Earth dan membuat grid pengukurannya dengan Software

    Global Mapper. Setelah digabung hasil grid Global Mapper dengan Google Earth maka

    didapatkan grid yang memiliki koordinat. Koordinat grid tersebut diexport ke GPS sebagai

    pemandu koordinat grid yang sesuai dengan desain survey yang dibuat.

    Pengukuran Gravitasi pada daerah cangar dimulai dengan melakukan penguran di

    base station (titik ikat) yang terletak pada belakang gedung Jurusan Fisika UB sebagai titik

    acuan. Titik acuan ini adalah titik yang sdah diketahui nilai mutlaknya. Setelah diperoleh

    nilai pengukuran di titik ini maka pengukuran dilanjutkan ke daerah Cangar.

    Setelah tiba di lokasi cangar, titik pengukuran gravitasi berdasarkan koordinat grid

    yang ada di GPS. Apabila lokasi koordinat tersebut tidak bias dijangkau maka dicari lokasi

    terdekat dari grid tersebut yang bias dijangkau. Setelah pengukuran di Cangar selesai maka

    kembali ke BS untuk pengukuran looping.

    3.3 Pengolahan Data Data yang diperoleh setelah pengukuran suhu dengan sensor, kemudian diplot untuk

    mendapatkan grafik gradient sebaran temperature di lokasi survey. Untuk plotting data

    digunakan software Microsoft Excel, dimana sumbu x adalah waktu dan sumbu y adalah

    temperature. Hal ini digunakan sebagai metode sounding, untuk mengetahui perubahan suhu

    pada kedalaman tertentu dalam selang waktu tertentu.

    Untuk mendapatkan profil sebaran suhu secara lateral, data diolah dengan

    menggunakan software Surfer. Dengan sumbu x dan y adalah koordinat titik pengukuran, dan

    sumbu z adalah nilai pengukuran temperature. Sebaran suhu akan digambarkan dalam bentuk

    peta kontur.

    Data Gravitasi yang diperoleh dari akuisisi dilakukan berbagai koreksi dengan

    menggunakan software Microsoft excel. Kemudian setelah mendapatkan data Complete

    Bouger Anomaly (CBA) data diplot di Surfer dengan sumbu x dan y adalah koordinat dan

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 9

    sumbu z adalah nilai CBA, sehinnga didapatkan sebaran nilai percepatan gravitasi dalam

    bentuk peta kontur.

    3.4 Gambar Peralatan

    Gambar 3 - GPS

    Gambar 5. Gravitimeter

    Gambar 4. Linggis

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 10

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Data Hasil Akuisisi Data yang diperoleh dari pengukuran suhu di lapangan FISIP ialah berupa data suhu

    yang diukur tiap detik. Tiap pengukuran diukur selama 1 detik, dan pengukuran berlangsung

    selama 100 detik, sehingga diperoleh 100 data untuk tiap titik. Contoh salah satu data

    pengukuran suhu pada lapangan FISIP untuk titik ke 1 ialah seperti di bawah ini (karena

    banyaknya jumlah data, maka penulis hanya memberikan satu contoh data pada satu titik

    pengukuran) :

    Gambar 6. Data akuisisi sensor suhu

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 11

    Dari data diatas hanya Channel 5 (CH5) saja yang terukur, karena pada pengambilan

    data hanya CH5 saja yang aktif, sehingga kedalaman pada pengukuran suhu lapangan FISIP

    ini hanya 0.5 meter.

    Untuk data hasil akuisisi gravitasi, sebelum masuk tahap koreksi dilakukan konversi

    skala pembacaan data dari alat ke data dengan satuan mgal. Untuk mendapatkan nilai

    gravitasi yang menggambarkan kondisi daerah penelitian maka perlu dilakukan beberapa

    koreksi, seperti koreksi tidal, koreksi drift, koreksi lintang, koreksi udarabebas, koreksi

    medan, dan koreksi Bouger. Untuk data yang telah melalui tahap koreksi dan siap untuk

    dibuat pemodelan ialah seperti di bawah ini:

    Gambar 7. Data nilai percepatan gravitasi

    4.2 Interpretasi Interpretasi dilakukan untuk mendapatkan informasi suhu di bawah permukaan,

    terkait dengan adanya system panas bumi. Untuk interpretasi sounding pengukuran sensor

    suhu, baik di lapangan FISIP maupun di Cangar berdasarkan grafik trendline pada data yang

    telah diplot, dimana tiap titik pengukuran terdapat satu grafik, dan tiap grafik sumbu x adalah

    waktu dan sumbu y adalah temperature. Untuk mapping pengukuran suhu interpretasi

    berdasarkan peta kontur sebaran suhu.

    Interpretasi Gravitasi bertujuan untuk mengetahui perbedaan sebaran litologi

    berdasarkan perbedaan densitasnya. Anomali gravitasi dapat diindikasikan adanya tubuh

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 12

    intrusi ataupun adanya litologi yang memiliki kontras densitas dengan sekitarnya, atau bisa

    juga adanya cekungan ataupun rongga di bawah permukaan.

    Untuk pengukuran suhu di lapangan FISIP diperoleh grafik sebagai berikut:

    Gambar 8. Gradien suhu pada titik 1 di lap FISIP

    Gambar 9. Gradien suhu pada titik 2 di lap FISIP

    Gambar 10. Gradien suhu pada titik 3 di lap FISIP

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 13

    Gambar 11. Gradien suhu pada titik 4 di lap FISIP

    Dari grafik gradient suhu keempat titik tersebut, dapat diamati bahwa temperatur

    memiliki kecenderungan untuk turun seiring berjalannya waktu, untuk titik 1, 2, dan 3,

    sedangkan untuk titik 4 memiliki kecenderungan stabil. Kedalaman lubang pengukuran

    sekitar 0.5 meter. Hasil pengukuran seperti ini saya interpretasikan bahwa suhu pada lubang

    pertama (titik pertama) terdapat penurunan suhu yang signifikan yang disebabkan

    penyesuaian suhu di bawah permukaan dengan suhu di atas permukaan. Suhu awal tercatat

    34.25o C kemudian turun hingga 33.81o C. Saya menduga hal ini akibat dari setelah lubang

    dibor dan sensor ditanam, lubang tersebut tidak di kubur kembali dengan baik, sehingga

    terpengaruh dengan suhu di atas permukaan. Apabila dilakukan pengukuran terus, saya

    menduga akan mendapatkan suhu stabil yaitu titik kesetimbangan antara suhu di bawah dan

    di atas permukaan.

    Sedikit berbeda dengan ketiga titik yang lain, yang ketika setelah sensor ditanam,

    lubang segera dikubur kembali denga baik/padat, sehingga suhu cenderung lebih stabil.

    Untuk titik 2 pengukuran suhu didapatkan mulai 32.62o C hingga 31,75o C. Untuk titik 3

    didapatkan suhu mulai 31.62o C hingga 30.75, dan untuk titik 4 didapatkan 29.87o C hingga

    29.56o C.

    Dari keempat titik tersebut terlihat bahwa variasi suhu di lapangan FISIP berkisar 34

    hingga 29o C selisih 5o C ini saya duga berasal dari factor ketelitian alat dan penyesuaian

    suhu bawah permukaan dengan suhu di atas permukaan. Dari hasil ini terlihat bahwa pada

    lapangan FISIP ini adalah area yang tidak memiliki anomali. Litologi daerah ini ialah tanah

    lempung.

    Untuk interpretasi pengukuran suhu daerah Cangar memiliki langkah-langkah yang

    sama dengan di lapangan FISIP. Grafik gradient suhu untuk 12 titik di Cangar ialah sebagai

    berikut:

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 14

    Gambar 12. Gradien suhu titik A1 Cangar

    Gambar 13. Gradien suhu titik A2 Cangar

    Gambar 14. Gradien suhu titik A3 Cangar

    Gambar 15. Gradien suhu titik A4 Cangar

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 15

    Gambar 16. Gradien suhu titik B1 Cangar

    Gambar 17. Gradien suhu titik B2 Cangar

    Gambar 18. Gradien suhu titik B3 Cangar

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 16

    Gambar 19. Gradien suhu titik B4 Cangar

    Gambar 20. Gradien suhu titik C1 Cangar

    Gambar 21. Gradien suhu titik C2 Cangar

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 17

    Gambar 22. Gradien suhu titik C3 Cangar

    Gambar 23. Gradien suhu titik C4 Cangar

    Pengukuran suhu di area cangar dipilih area yang sekiranya terdapat anomaly.

    Pengambilan data suhu dibagi menjadi tiga area, yaitu area A, B, dan C. Tiap area ditentuka 4

    tik pengukuran, sehingga total terdapat 12 titik pengukuran.

    Untuk Area A topografi tidak rata, jadi pengukuran kedalaman menjadi relative

    terhadap permukaan tanah. Masing-masing titik/lubang pengukuran memiliki kedalaman

    sekitar 1.5 meter dengan menggunakan 2 buah sensor. Tiap sensor berjarak 0.5 meter dan 1.5

    meter, sehingga kedalaman yang diukur adalah 0.5 meter dan 1.5 meter. Secara umum area

    A memiliki variasi suhu yang berada pada jangkauan 22o C hingga 28o C.

    Untuk Area B topografi juga tidak rata, sehingga pengukuran kedalaman menjadi

    relative terhadap permukaan tanah, namun area B berada lebih tinggi dari area A. Secara

    umum area B memiliki sebaran suhu pada jangkauan 19o C hingga 20o C.

    Untuk Area C topografi sedikit lebih rata, namun memiliki kemiringan sekitar 1o.

    Area C berada lebih rendah dari area A. Secara umum area C memiliki sebaran suhu pada

    jangkauan 19o hingga 23o.

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 18

    Untuk peta kontur sebaran suhu di lapangan FISIP dan Cangar ialah sebagai berikut:

    Nama Titik

    Easting Northing Suhu rata-

    rata

    Titik 1 9120938 677708 34,0919

    Titik 2 9120940 677703 31,6404

    Titik 3 9120938 677701 28,8393

    Titik 4 9120930 677704 29,4144

    Hasil Pengolahan Data Sensor Suhu di Cangar Menggunakan Surfer pada Kedalaman

    0,5m

    Nama Titik

    N Lintang

    E Bujur Suhu rata-rata

    kedalaman 0,5m

    A1 669224 9143913 24,1784

    A2 669216 9143910 22,8762

    A3 669222 9143907 26,40287

    A4 669219 9143910 21,725

    B1 669228 9143911 21,2972

    B2 669229 9143909 20,8076

    B3 669230 9143911 20,93313

    B4 669231 9143911 20,758

    C1 669195 9143889 22,5232

    C2 669174 9143879 22,53787

    C3 669169 9143864 23,62207

    C4 669175 9143864 20,38453

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 19

    Hasil Pengolahan Data Sensor Suhu di Cangar Menggunakan Surfer pada Kedalaman

    1,5m

    Nama Titik

    Northing Easting Suhu rata-rata kedalaman 1,5

    A1 669224 9143913 26,1933

    A2 669216 9143910 21,78353

    A3 669222 9143907 27,79867

    A4 669219 9143910 21,3478

    B1 669228 9143911 20,84553

    B2 669229 9143909 20,532

    B3 669230 9143911 20,39247

    B4 669231 9143911 19,798

    C1 669195 9143889 21,22293

    C2 669174 9143879 21,339

    C3 669169 9143864 21,4

    C4 669175 9143864 19,71593

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 20

    Dari informasi di atas dapat diduga bahwa sumber panas bumi lebih dekat

    dengan area A dan C, dengan koordinat:

    Nama Titik Northing Easting Elevasi (km)

    A1 0669224 9143913 1614

    A2 0669216 9143910 1611

    A3 0669222 9143907 1614

    A4 0669219 9143910 1614

    B1 0669228 9143911 1616

    B2 0669229 9143909 1616

    B3 0669230 9143911 1617

    B4 0669231 9143911 1617

    C1 0669195 9143889 1619

    C2 0669174 9143879 1617

    C3 0669169 9143864 1619

    C4 0669175 9143864 1619

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 21

    Untuk interpretasi gravitasi diperoleh peta kontur anomaly bouger seperti di bawah ini

    (line A2):

    Gambar 24. Peta anomali bouger A2 (titik-titik merah adalah titik pengukuran)

    Peta kontur 2D dan 3d anomaly bouger untuk line A1 ialah seperti berikut:

    Gambar 25. Peta anomali bouger A1

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 22

    Gambar 26. Anomali bouger 3D A1

    Dari data-data gravitasi diatas dapat diduga bahwa sebaran densitas batuan yang

    berasosiasi dengan litologi, pada daerah cangar memiliki litologi yang masih seragam (tidak

    banyak jenis litologi). Terlihat dari perbedaan nilai anomaly bouger yang tidak berbeda jauh.

    Perbedaan nilai bouger (warna) diduga akibat perbedaan tingkat kekompakan batuan. Apabila

    dikorelasikan dengan peta geologi memang pada dearah cangar masih berada pada kawasan

    litologi: volcanic breccia dan tuff. Pada sistem panas bumi litologi ini biasanya berada di

    dekat permukaan, karena hasil dari erupsi gunung api, karena sifat impermeable maka litologi

    ini memiliki peran batuan penutup (caprock). Sumber panas utama daerah cangar diduga dari

    kantong magma gunung Welirang.

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 23

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan Telah dilakukan pengukuran suhu di Lapangan FISIP dengan hasil bahwa di lokasi

    tersebut tidak ada anomali suhu. Suhu di area FISIP berkisar antara 29o hingga 34o C.

    Telah dilakukan pengukuran suhu dan gravitsi di daerah wisata pemandian air panas

    Tahura Cangar. Dari pengukuran suhu didapatkan informasi bahwa pada derah penelitian

    antara A dan C memiliki suhu yang paling tinggi disbanding daerah B. Sehingga diduga

    sumber panas bumi dekat dengan daerah antara A dan C. Untuk hasil dari survey gravitasi

    dan peta geologi didapatkan informasi bahwa di daerah cangar memiliki litologi volcanic

    breccia dan tuff. Hal ini juga tergambarkan pada peta kontur bouger bahwa tidak ada kontras

    densitas di daerah cangar.

    Sumber panas bumi Cangar berasal dari kantong magma gunung Welirang. Dengan

    litologi batuan penutup (cap rock) ialah batuan vulkanik.

    5.2 Saran Sebaiknya ketika pelaksanaan praktikum, praktikan mencatat segala hal yang penitng,

    agar saat penulisan laporan tidak mengalami kesulitan.

  • Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Blakeley, R.J., 1995, Potensial Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge

    University Press

    Raybach, L., dan L.G.P. Muffler.1981.Geothermal System: Principles and Case Histories.

    Chichester: John Willey and Sons.

    Saptaji, N.M.,2003, Teknik Panas Bumi, Departemen Tekn ik Perminyakan, ITB: Bandung

    KATA PENGANTARBAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang1.2Tujuan dan Manfaat

    BAB IITINJAUAN PUSTAKABAB IIIMETODOLOGI3.1Waktu dan Tempat Pelaksanaan3.2Peralatan3.3Akuisisi Data3.3.1Pengukuran Suhu di Lapangan FISIP3.3.2Pengukuran Suhu dan Gravitasi Daerah Cangar

    3.3Pengolahan Data3.4Gambar Peralatan

    BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1Data Hasil Akuisisi4.2Interpretasi

    BAB VPENUTUP5.1Kesimpulan5.2Saran

    DAFTAR PUSTAKA