Upload
fhia-fhyo
View
245
Download
29
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi
farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi
obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan
obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat,
kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan
efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari
efek farmakologis zat aktif obat.
Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai
dipasaran salah satunya adalah suspensi. Suspensi adalah sistem
terdispersi dimana bahan obat yang tidak larut terdispersi dalam
cairan pembawa. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa
air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk
sediaan suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil
atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair,
mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk
menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau
aroma yang tidak enak pada bahan obat.
Sehingga dalam dunia farmasi seharusnya mengetahui
formulasi obat yang baik dan benar sehingga sediaan obat yang baik
dapat dipilih. Dengan keahliannya farmasis mudah memformulasi
bentuk sediaan obat. Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan
formulasi dalam sediaan suspensi.
I.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
I.2.1 Maksud praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa
mengetahui dan memahami cara pembuatan suspensi yang baik
dan benar.
I.2.2 Tujuan praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk membuat
sediaan suspensi yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Pengertian
Suspensi sistem heterogendari dua fase, fase kontiyu dan
fase luar umunya merupakan cairan atau semi padat, dan fase
terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang
pada dasarnya tidak larut, tetap terdispersi seluruhnya dalam fase
kontiyu. Zat yang tidak larut bisa di maksudkan untuk absorpsi
fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar. (Lachman:
986)
II.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat
memperlambat terlepasnya obat.
Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk
larutan.
Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan
dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain,
misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi
kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai
katalisator .
II.3 Suspensi disebut Termodinamika Tidak Stabil
Kerja harus dilakukan untuk megurangi padatan menjadi
partikel kecil dan mendispersikannya dalam suatu pembawa.
Besarnya luas permukaan partikel yang diakibatkan oleh mengecilnya
zat padat berhubungan dengan energi bebas permukaan yang
membuat sistem tersebut tidak stabil secara termodinamik., dimana
dimaksudkan di sini bahwa partikel-partikel tersebut berenergi tinggi
dan cenderung untuk mengelompok kembali untuk mengurangi luas
permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan. Oleh
karena itu partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung untuk
berflokulasi yakni membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan
yang bersatu karena gaya van der Walls yang lemah. Pada keadaan
tertentu misalnya dalam suatu lempeng padat partikel tersebut dapat
melekat dengan gaya yang lebih kuat membentuk suatu gumpalan
(aggregates). Pembentukan setiap jenis gumpalan (agglomerates),
apakah itu flokulat atau aggregat dianggap sebagai suatu ukuran dari
suatu sistem utnuk mencapai keadaan yang lebih stabil secara
termodinamik. Kenaikan dalam kerja W atau energi bebas permukaan
total ∆ F diperoleh dengan membagi zat padat menjadi partikel yang
lebih kecil dan mengakibatkan meningkatnya luas permukaan total ∆A
yang digambarkan dengan :
∆ F = γSL . ∆A
dimana γSL adalah tegangan antar muka antara medium cair dan partikel
padat. Agar mencapai suatu keadaan stabil, sistem tersebut cenderung
untuk mengurangi energi bebas permukaan: keseimbangan dicapai bila
∆F = 0 keadaan ini dapat dicapai dengan pengurangan tegangan
permukaan atau mungkin dapat didekati dengan pengurangan luas antar
muka. Kemungkinan terakhir ini, mengakibatkan flokulasi atau agregasi
yang diinginkan atau tak diinginkan dalam suatu suspensi farmasi seperti
yang dipertimbangkan dalam bagian terakhir. Tegangan antar muka dapat
dikurangi dengan penambahan suatu surfaktan , tapi biasanya
mempunyai suatu tegangan antar muka positif tertentu dan partikel-
partikel tersebut cenderung untuk berflokulasi. (Physical Pharmacy : 478)
II.4 Ukuran Partikel Suspensi
a. RPS 18th : 1538
Batas terendah dari ukuran partikel mendekati 0,1 µm
b. Parrot : 344
Ukuran partikel suspensi 1-50 µm
c. Scoville’s : 299
Partikel padat sekecil 1 µm dalam diameter mengandung lebih dari
100 juta molekul setiapnya.
d. Lachman Industry : 479
Juga telah didiskusikan untuk suspensi memiliki diameter lebih dari
0,2 mikron, kira-kira lebih rendah dari batas resolusi mikroskop
optical.
II.5 Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan
suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta
menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah
satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.
Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas
penampangnya.
2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya
makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ”
STOKES”
Keterangan :
V = Kecepatan Aliran
d = Diameter Dari Partikel
p = Berat Jenis Dari Partikel
p0 = Berat Jenis Cairan
g = Gravitasi
ŋ = Viskositas Cairan
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah
besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang
bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin
besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang
singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari
beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu
sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar
bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam
cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat
alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan
viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat
pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu:
a. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan
adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau
mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago
maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah
stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh
panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
Termasuk golongan gom
Contonya: Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus,
Tragacanth , Algin
Golongan bukan gom
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
b. Bahan pensuspensi sintesis
Derivat Selulosa
Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC),
hidroksi metil selulosa.
Golongan organk polimer
Contohnya : Carbaphol 934.
II. 6. Kriteria Suspensi yang Baik
Ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi dalam formulasi
suspensi yang baik :
1. Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama
dimana partikel ini tidak mengendap dengan cepat dalam wadah.
2. Bagaimana juga, dalam peristiwa terjadinya sedimentasi,
sediment harus tidak membentuk endapan yang keras. Endapan
tersebut harus dapat terdispersi kembali dengan usaha yang
minimum dari pasien.
3. Produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang
menyenangkan dan tahan terhadap serangan mikroba.
Suspensi yang diinginkan harusnya memiliki :
1. Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap
dengan cepat pada dasar wadah. Bagaimanapun juga dikatakan
termodinamika tidak stabil sebagai cenderung mengendap. Oleh
karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk
campuran yang seragam dengan penggocokan sedang dan tidak
membentuk cake.
2. Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus
tetap konstan selama penyimpanan produk.
3. Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir dari wadah
(mudah dituang). Untuk penggunaan luar, produk harus cukup
cair tersebar secara luas melalui daerah yang diinginkan dan
tidak boleh terlalu bergerak.
4. Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan
memberi lapisan pelindung yang elastis dan tidak cepat hilang.
5. Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama
penyimpanan.
6. Suspensi kembalinya harus menghasilkan campuiran yang
homogen dari partikel obat yang sama yang dipindahkan secara
berulang-ulang. (RPS 18th : 296)
II. 7. Perbedaan Deflokulasi dan Flokulasi (RPS 18th: 295)
Deflokulasi Flokulasi
1. Partikel wujud terpisah
2. Sedimentasi lambat
3. Penampilan menarik
4. Partikel tersebar rata
1. Agregat bebas
2. Sedimentasi cepat
3. Keruh, tampilan kurang
menarik
4. Jika sedimentasi tidak
terdispersi lagi
II. 8. Cara Formulasi Suspensi (RPS 18th: 296)
Formulasi suspense yang mempunyai stabilitas fisika yang
optimal tergantung pada partikel dalam suspensi, apakah menjadi
flokulasi atau deflokulasi. Salah satu yang biasa digunakan adalah
pembawa yang berstruktur untuk menjaga deflokulasi partikel dalam
suspensi. Yang kedua bergantung pada flokulasi terkontrol yang
berarti mencegah pembentukan cake, yang ketiga kombinasi dari
dua metode sebelumnya. Hasilnya adalah produk dengan stabilitas
yang optimum.
II. 9. Komposisi Suspensi (Lachman: 180)
1. Sistem suspensi
a. Pembasah : surfaktan non ionic, propilenglikol, tween
b. Pendispersi/deflokulasi : lecithin
c. Bahan pengflokulasi : untuk flok yang mudah pecah dan
terdispersi kembali. misalnya, garam-garam kalsium
(NaCl/KCl), aluminium sulfat, sitrat dan fosfat
d. Bahan pengental : derivat selulosa (Na. CMC, HPMC)
2. Pembawa suspensi
a. Buffer/pengontrol pH : NH4Cl
b. Bahan osmotik dan penstabil : untuk mempertahankan osmotik
agar sama di dalam sel dan luar sel. Misalnya, destrose,
Partikel
Penambahan pembasah dan medium pendispersi
CPenambahan bahan
flokulasi
BPenambahan bahan
pengemulsi
APenambahan
struktur
Suspensi flokulasi sebanyak pelarut
akhir
Suspensi flokulasi dalam struktur
pembawa sebagai hasil akhir
Suspensi terdeflokulasi dalam struktur pembawa sebagai hasil akhir
manitol, sorbitol, NaCl (bahan osmotik), dinatrium edefet
(penstabil).
c. Pewarna : tatrazine
d. Pengaroma : orange oil
e. Pengawet : metil paraben, propil paraben, asam benzoate,
benzyl lakohol, fenil etanol, garam ammonium guartena.
f. Cairan pembawa : air.
II. 10. Mekanisme Pembasah
Tahap pertama dalam pembasahan suatu serbuk adalah
pembasahan adhesional dimana permukaan padat
berhubungan dengan permukaan cairan. Tahap ini ekiuvalen
dengan perubahan tahap A ke tahap B dalam gambar. Paertikel
ini kemudia di tekan ke bawah permukaan cairan ketika
pembasahan pencelupan terjadi (B ke C) selama tahap ini
trebentuk antar muka padat-cair dan antar muka padat-udara
A
B
C
D
hilang. Akhirnya cairan menyebar ke seluruh permukaan zat
padat apabila pembasahan penyebaran terjadi. Kerja
pembahasan penyebaran sama dengan kerja untuk
membentuk antar muka padat-cair dan cair-gas di kurangi
hilangnya antar muka padat-gas.
II. 11. Sudut kontak
Sudut kontak adalah sudut yang meliputi cairan pada titik
dimana tetesan dan zat padat bertemu. Makin kecil sudut kontak,
makin mudah zat padat/partikel di basahi, sebaliknya makin besar
sudut kontak, makin sulit zat padat/ partikel di basahi.
0o : terbashi sempurna, mudah terbasahi
90o : sebagian terbasahi
< 90o : sebagain besar terbasahi
>90o : sebagian kecil terbasahi
180o : tidak terbasahi.
II. 12. Lapisan Listrik Ganda
Lapisan listrik ganda adalah lapisan yang menghalangi
berikatannya partikel padat dengan pembawanya.
0o 90o < 90o >90o 180o
A-A’ : adanya daya tarik menarik kation (+) dan anion (-),
merupakan daerah ikatan kuat dimana lapisan listrik
yang terjadi dan jumlah besar.
B-B’ : merupakan daerah terikat lemah dimana jumlah antara
kation (+) dan anion (-) tidak seimbang, maka
ditambahakn anion agar sma jumlahnya.
C-C’ : daerah netral dimana jumlah kation (+) dan anion (-)
sama besar
D-D’ : dan saling berikatan, berpasangan satu sama lain dan
saling tarik-menarik.
- Jika daerah netral meningkat, maka partikel yang
terflokulasi makin besar
- Jika gaya tarik-menarik meningkat, maka daerah netral
makin besar, potensial zeta menurun dan membentuk flok
- Jika gaya tarik-menarik meningkat, maka daerah netral
menurun, potensial zeta meningkat dan membentuk deflok.
II. 13. Evaluasi suspensi
1. Volume sedimentasi adalah perbandingan antara volume
sedimenatsi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula suspensi
(Vo) sebelum mengendap
2. Derajat flokulasi adalah pembandingan antara volume sedimen
akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen
akhir suspensi deflokulasi (Voc)
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan
redisperstabilitas, membantu menentukan perilaku
pengendapan, mengatur pembawa dan susunan partikel untuk
tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze-thow cycling, yaitu temperature
diturunkan sampai titik beku,lalu dinaikkan sampai mencair
kembali. dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan Kristal,
yang pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi perubahan
ukuran partikel dan sifat Kristal.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III. 1. Formula 1
III. 1. 1. Formula Asli
R/ Suspensi Trisulfa
III. 1. 2. Rancangan Formula
Tiap 5 ml suspensi :
Sulfadiazin 167 mg
Sulfamerazin 167 mg
Sulfadimidin 167 mg
HPMC 1%
AlCl3 0,1%
Na.Sakarin 0,6%
Metil Paraben 0,1%
Aquadest ad 5 ml
III. 1. 3. Master Formula
Nama Produk : Trisulfa Transbe® Suspension
Jumlah Produk : 1 botol @100 ml
Tanggal Produksi : November 2013
No. Registrasi : DKL 1300600333 A1
No. Batch : C307025
PT. Transbe
Farma
Trisulfa Transbe
Tanggal
Formulasi
Tanggal
ProduksiDibuat oleh Disetujui oleh
November 2013 November 2013 Kelompok III Asisten
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Bahan Per dosis Per batch
SZ – 001
SM – 002
SD – 003
HP – 004
AC – 005
NS – 006
MP – 007
AQ – 008
Sulfadiazin
Sulfamerazin
Sulfadimidin
HPMC
AlCl3
Na.Sakarin
Nipagin
Aquadest
Zat aktif
Zat aktif
Zat aktif
Pengental
Pemflok
Pemanis
Pengawet
pembawa
167 mg
167 mg
167 mg
1%
0,1%
0,6%
0,1%
ad 5 ml
3674 mg
3674 mg
3674 mg
1100 mg
110 mg
660 mg
110 mg
ad 110 ml
III. 1. 4. Alasan Pembuatan Sediaan
Kombinasi dari sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfadimidin
dibuat sediaan suspensi karena kelarutannya yang sukar larut
dalam air, namun masih dikehendaki penggunaannya dalam
bentuk cair yakni dibuat suspensi.
III. 1. 5. Alasan Penambahan Bahan
1. Trisulfa
Trisulfa adalah kombinasi dari tiga sulfonamida biasanya
sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfadimidin dalam perbandingan
yang sama. Karena dosis setiap obat hanya sepertga dari dosis
biasanya dan daya larutnya masing-masing tidak saling
dipengaruhi, maka bahaya kristaluria sangat diperkecil.
Pemberian bikarbonat tidak diperlukan lagi, cukup dengan
minum lebih dari 1,5 liter air sehari selama pengobatan
(OOP:139)
a. Sulfadiazin mudah diserap dari saluran pencernaan,
konsentrasi dalam puncak yang mencapai 3 – 6 jam
setelah dosis tunggal hingga 40% dari sulfadiazin dalam
darah sebagai derivat, karena itu kelarutannya rendah
dan derivat asetilnya terdapat dalam urin , kristal urin
lebih banyak ditemui setelah penggunaan sulfadiazin
daripada sulfamethaxazol (Martindale : 336)
b. Sulfamerazin adalah sulfonamida kerja pendek atau
singkat yang komponennya mirip sulfamethaxazol.
Baiasanya diberikan bersama sulfonamida lain atau
trimetoprim. Sulfamerazin adalah derivat metil
sulfonamida dengan khasiat sama. Efek sampingnya
lebih sering terjadi begitu pula bahaya kristaluria lebih
besar dan sering dilaporkan kasusu perusakan ginjal.
Pada penggunaan sulfamerazin digunakan 4 dd 1 g.
Namun lebih sering digunakan dengan kombinasi
bersama sulfadiazin dengan dosis yang sama antara
ketiganya yaitu 167 mg (Martindale : 339)
c. Sulfadimidin adalah sulfonamida kerja pendek yang
komponennya mirip sulfamethaxazol. Diserap baik pada
saluran intertisinal dan sekitar 80-90% terikat pada
protein plasma. Sulfadimidin telah diberikan bersama
sulfonamida secara partikular dengan sulfadiazin dan
sulfamerazin (Martindale :338)
2. HPMC
HPMC atau propilenglikol eter dari metil selulosa merupakan
serbuk putih sampai kekuningan secara kimia inerzt, tidak
bereaksi dengan bahan obat, viskositas larutan rendah.
HPMC merupakan polimer alam yang telah dimodifikasi
sebagai bahan eksipien di dalam sediaan topikal maupun
oral.
Dibandingkan dengan metil selulosa, HPMC menghasilkan
cairan jernih. HPMC juga digunakan sebagai zat pengemulsi,
agen pensuspensi dan agen penstabil di dalam sediaan oral,
topikal dan gel. Umumnya digunakan pada konsentrasi 0,3%
- 1% pada penggunaan formulasi larutan (Skripsi Evaluasi
pengaruh gelling agent terhadap stabilitas fisik atau propil
difusi sediaan gel minyak biji jintan hitam : 2010)
(Martindale : 2007).
3. AlCl3
AlCl3 digunakan sebagai pemflok pada sediaan ini karena zat
aktif bermuatan negatif (golongan sulfonamida) maka
digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu
AlCl3 lalu minum trichlorida (Ilmu Resep : 144)
Merupakan suatu elektrolik yang digunakan sebagai
pemflokulasi secara luas, elektrolik ini bekerja mengurangi
gaya listrik tolak menolak antara partikel membentuk flok
bebas yang menjasi karasteristik dari suspensi.
4. Na. Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang biasanya terdapat
dalam bentuk garamnya yaitu berupa garam natrium sakarin
atau kalsium sakarin. Sakarin digunakan sebagai pemanis
dalam sediaan ini karena mempunyai sifat yang stabil dan
nilai kalorinya rendah
Na. Sakarin adalah agent pemanis intens digunakan pada
produk minuman, sediaan tablet salut dan formulasi
farmasetika seperti tablet, serbuk gel, suspensi, larutan dan
mouth wash juga digunakan dalam komponen vitamin
(Excipient : 608)
5. Metil Paraben
Metil paraben digunakan sebagai pangawet dengan
konsentrasi 0,05 – 0,25% (RPS :1172)
Metil paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pada range
luas sampai 9,8 (Excipient : 442)
6. Aquadest
Digunakan sebagai pelarut, pembawa dalam bentuk obat
dan sediaan farmasi (Excipient : 338)
Air adalah cairan fisiologi dalam tubuh, merupakan pembawa
pada kebanyakan larutan obat (Parrot : 170).
III. 1. 6. Uraian Bahan
1. Sulfadiazin (FI Edisi III Hal 579)
Nama Resmi : SULFADIAZINUM
Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan atau putih
merah jambu, hampir tidak berbau dan
tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol (95)% dan dalam aseton
P, mudah larut dalam asam mineral encer
dan dalam larutan alkali hidroksida
Khasiat : Antibakteri
Dosis Max : 2 g – 8 g
Dosis Min : 1 g – 6 gram
2. Sulfamerazin (FI Edisi III Hal 579)
Nama Resmi : SULFAMERAZINUM
Pemerian : Serbuk atau hablur putih agak kekuningan,
tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa
agak pahit, mantap di udara kalau kena
cahaya langsung lambat laun warna
menjadi tua.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, dalam
kloroform dan dalam eter, sukar larut dalam
etanol (90%) agak sukar larut dalam aseton
P, mudah larut dalam asam mineralencer
dan larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Antibakteri
3. Sulfadimidin (FI Edisi III Hal 579)
Nama Resmi : SULFADIMIDINUM
Pemerian : Hablur atau serbuk putih, putih kuning
gading, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, rasa agak pahit.
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam 120 bagian
etanol oil (95%), praktis tidak larut dalam
eter, larut dalam aseton, dalam minyak
mineral dalam larutan alkali hidroksida dan
dalam larutan alkali karbonat
Khasiat : Antibakteri
4. HPMC
Nama Resmi : HYDROXYPROPILMETHYL CELLULOSA
Pemerian : Serbuk putih atau hablur putih
Kelarutan : Kelarutan Hydroxyethylmethyl selulosa
praktis tidak larut dalam air panas (di atas
608C), aseton, etanol (95%), eter, dan
toluena. Larut dalam air dingin untuk
membentuk larutan koloid.
Inkompabilitas : -
Keamanan : Hydroxyethylmethyl selulosa digunakan
sebagai eksipien dalam berbagai lisan dan
sediaan farmasi topikal, dan umumnya
dianggap sebagai bahan dasarnya tidak
beracun dan nonirritant.
Khasiat : Coating agent, pensuspensi, pengikat
tablet, agen penebalan, agen peningkat
viskositas.
5. AlCl3
Nama Resmi : ALUMINIUM CHLORIDA
Pemerian : Putih atau putih kekuningan, serbuk kristal,
rasa manis, rasa astrigen, larutan yang
asam pada lakmus
Kelarutan : 1 gram dalam 0,9ml atai 1 ml alkohol, larut
dalam gliserin
Khasiat : Pemflok
6. Na. Sakarin
Nama Resmi : SACCHARINUM NATRIUM
Pemerian : Serbuk hablur tidak berbau, putih atau agak
aromatis, sangat manis.
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50
bagian etanol (91%). Mudah dilarutkan oleh
solusi amonia encer , alkali solusi
hidroksida , atau solusi alkali karbonat
(dengan evolusi karbon dioksida)
Stabilitas : Stabil di bawah kisaran normal kondisi
dipekerjakan dalam formulasi . Dalam
bentuk curah itu menunjukkan tidak
terdeteksi dekomposisi dan hanya jika
terkena suhu tinggi (125oC) pada pH
rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak
signifikan dekomposisi terjadi . Produk
dekomposisi yang terbentuk adalah
(amonium - o - sulfo) asam benzoat , yang
tidak manis . (4) stabilitas berair sakarin
sangat baik . Sakarin harus disimpan dalam
wadah tertutup baik di tempat yang tempat
kering.
Inkompabilitas : Dapat bereaksi dengan molekul besar ,
sehingga endapan yang terbentuk, memiliki
kontroversi yang cukup tentang
keselamatan sakarin , yang telah
menyebabkan studi ekstensif sejak
pertengahan 1970-an .
Khasiat : Pemanis
7. Metil Paraben
Nama Resmi : METHYLIS PARABEN
Nama Lain : Nipagin
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak
berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian
agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, ian etanol (95%) dan
alam 3 bagian aseton, mudah larut dalam
eter dan dalam larutan alkali hidroksida,
larut dalam 60 bagian gliserol panas dan
dalam 40 bagian minyak lemak nabati
panas, jika diinginkan larutan tetap jernih.
Inkompabilitas : Aktivitas antimikroba Methylparaben dan
paraben lainnya adalah sangat berkurang
dengan adanya surfaktan nonionik, seperti
sebagai polisorbat 80, sebagai akibat dari
micellization. Namun, propilenglikol telah
ditunjukkan untuk mempotensiasi aktivitas
antimikroba dari paraben di hadapan
nonionik surfaktan dan mencegah interaksi
antara methylparaben dan polisorbat 80.
Tidak kompatibel dengan bahan lain,
seperti bentonit, magnesium trisilikat,
bedak, tragacanth, natrium alginat, minyak
esensial, sorbitol, dan atropin, telah
dilaporkan. itu juga bereaksi dengan
berbagai gula dan gula alkohol terkait.
Penyerapan methylparaben dengan plastik
juga telah dilaporkan ; jumlah yang diserap
tergantung pada jenis plastik dan
kendaraan. Telah menyatakan bahwa low-
density dan high-density botol polyethylene
tidak menyerap methylparaben.
Methylparaben berubah warna dengan
adanya besi dan tunduk pada hidrolisis oleh
basa lemah dan asam kuat .
Keamanan : Methyl paraben dan paraben lainnya secara
luas digunakan sebagai antimikroba
pengawet dalam kosmetik dan farmasi oral
dan topikal formulasi. Meskipun paraben
juga telah digunakan sebagai pengawet
dalam suntikan dan persiapan mata,
mereka sekarang umumnya dianggap tidak
cocok untuk jenis formulasi karena potensi
iritasi dari paraben. ini pengalaman
mungkin tergantung pada respon kebal
terhadap enzimatis metabolit yang
terbentuk dari paraben di kulit. Parabens
adalah nonmutagenic, nonteratogenic, dan
Nonkarsinogenik. Sensitisasi terhadap
paraben jarang terjadi, dan senyawa ini
dilakukan tidak menunjukkan tingkat
signifikan sensitisasi photocontact atau
phototoxicity. Reaksi hipersensitivitas
terhadap paraben, umumnya tertunda jenis
dan muncul sebagai dermatitis kontak,
telah dilaporkan. Namun, mengingat
meluasnya penggunaan paraben sebagai
pengawet, reaksi seperti itu relatif jarang,
klasifikasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, Zat pengawet antimikroba
8. Aquadest (FI Edisi III hal 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa
Khasiat : Pembawa
III.1. 7. Perhitungan Dosis
1. Sulfadiazin : - DL: 1 g – 6 g
- DM: 2 g – 8 g
2. Sulfamerazin : DL: 1 g – 6 g
3. Sulfadimidin : DL: 1 g – 6 g
III. 1. 8. Perhitungan bahan
Untuk 100 ml dilebihkan 10%
1. Sulfadiazin x 167 mg = 3,674 gram
2. Sulfamerazin x 167 mg = 3,674 gram
3. Sulfadimidin x 167 mg = 3,674 gram
4. HPMC x 110 ml = 1,1 gram
5. AlCl3 x 110 ml = 110 mg
6. Na.Sakarin x 110 ml = 0,66 gram
7. Metil Paraben x 110 ml = 0,11 gram
8. Aquadest ad 110 ml
III.1. 9. Aturan Pakai
Dewasa : Setiap 6 jam 1 cth
III.1. 10. Cara Kerja Formula
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikalibrasi botol 100 ml
3. Ditimbang bahan satu per satu berdasarkan perhitungan
bahan
4. Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfadimidin digerus sampai
homogen (campuran I)
5. Na. Sakarin dan AlCl3 dilarutkan dalam air (campuran II)
6. Dimasukkan campuran I ke dalam botol, kemudian
masukkan campuran II
7. HPMC dilarutkan dalam air dan masukkan dalam botol
8. Masukkan metil paraben ke dalam botol dan tambahkan
aquadest samapai batas kalibrasi
9. Beri etiket dan masukkan dalam kemasan.
III. 2. FORMULA II
III. 2. 1. Formula Asli
R/ Suspensi Ibuprofen
III. 2. 2. Rancangan Formula
Tiap 5 ml mengandung
Ibuprofen 2 %
AlCl3 0,1 %
HPMC 1 %
Metil Paraben 0,1%
Propilenglikol 15 %
Na. sakarin 0,075 %
Vanilin 0,5%
Aquadest ad 5 ml
III. 2. 3. Master Formula
Nama Produk : Ibuprofen Transbe® Suspension
Jumlah Produk : 1 botol @ 100 ml
Tanggal Produksi : November 2013
Nomor Registrasi : DTL 1300700433 A1
Nomor Batch : C 3080263
PT.
TRANSBE
FARMA
IBUPROFEN TRANSBE
Tgl formulasi Tgl produksi Dibuat
oleh
Disetujui
oleh
November
2013
November
2013
Klmpok IV asisten
Kode bahan Nama Bahan Kegunaan Perdosis perbatch
IP-001 Ibuprofen Zat aktif 2 % 2,2 g
NL-004 AlCl3 Pemflok 0,1 % 16,5 ml
HP-003 HPMC Pensuspensi 1 % 110 mg
MP-006 Metil Paraben Pengawet 0,1 % 1100 mg
PG-002 Propilenglikol Pembasah 15 % 110 mg
NS-005 Na. sakarin Pemanis 0,075 % 82,5 mg
VL-007 Vanilin Pengaroma 0,5 % 550 mg
AQ-008 aquadest pembawa Ad 5 ml Ad 5 ml
III. 2. 4. Alasan Penambahan Bahan
1. Ibuprofen
Mekanisme kerja: membran sel yang mengalami
kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisika, atau
mekanis maka enzim polifase diaktifkan untuk mengubah
posfolipid menjadi asam arachidonat. Asam Arachidonat
kemudian sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase
menjadi enzim endoperoksi dan seterusnbya menjadi zat-
zat prostaglanding yang menjadi mediator nyeri dan radang
serta demam. Ibu profen merupakan analgetik golongan
NSAID akan menghambat enzim siklogenase sehingga
asam arachidonat tidak dirubah menjadi enzim
endoperoksida yang nantinya akan menjadi mediator nyeri
radang dan demam. Kestabilan : stabil dalam cairan, pH =
7.2, sudut kontak 91,60 dan suhu 370C
2. Aluminium Clorida
Aluminium clorida merupakan suatu elektrolit yang
digunakan sebagai pemflokulasi, secara luas elektrolit ini
bekerja mengurangi gaya listrik tolak menolak antar partikel
membentuk flok bebas yang menjadi karakteristik dan
suspensi flokulasi (RPS: 297).
3. HPMC
HPMC secara kimia tidak bereaksi dengan bahan
obat, visikositas larutan rendah. HPMC merupakan polimer
alam yang dimodifikasi sebagai bahan eksipien didalam
sediaan topical maupun oral dibandingkan dengan metal
selulosa, HPMC menghasilkan cairan jernih, digunakan
sebagai pengemulsi, pensuspensi, penstabil dalam
sediaan oral, topical, dan gel. Umumnya digunakan pada
konsentrasi 0,3 – 1 %pada penggunaan formulasi larutan
(martindale: 2007)
4. Metil Paraben
Digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,05 -
0,25 % (RPS:1172)
Metal paraben menunjukkan aktivitas mikroba pada
range pH yang luas sampai 9,8 (exp:442)
5. Propilenglikol
Propilenglikol umumnya adalah pelarut yang lebih
baik daripada gliserin dan melarutkan berbagai macam
bahan seperti kostekosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturate,
vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid dan banyak obat.
Dalam konsentrasi 10 % dapat meningkatkan efektifitas
metil paraben sebagai anti mikroba. Konsentrasi sebagai
kosolvent 10 – 15 % (exp: 592)
6. Natrium Sakarin
Natrium sakarin sangat lebih larut dibanding sakarin.
Keunggulan yaitu rasa manis kira-kira 300-600 kali dari
sukrosa. Sodium sakarin digunakan sebagai pemanis
untuk menutupi rasa yang kurang enak. Larutan oral 0,075-
0,6 %.
7. Vanillin
Pemilihan pengaroma kategori antibiotic, ceri naples,
mawar, jeruk, pisang, vanillin, kayu manis, strawberry.
Vanillin digunakan dalam larutan dengan konsentrasi 0,01
– 0,02 % (DOM : 654).
8. Aquadest
Air adalah cairan fisiologi dalam tubuh manusia, tidak
mengherankan jika merupakan pembawa pada
kebanyakan larutan obat (parrot ; 170)
III. 2. 5. Uraian bahan
1. Ibuprofen (FI. Ed. III : 449)
Nama resmi : IBUPROFENUM
RM/BM : C13HO6/ 206,28
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih,
berbau pedas lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat
mudah larut dalam etanol, metanol,
aseton dan kloroform, sukar larut dalam
etil asetat
pH : 3,6 – 4,6 ( bersifat asam)
kestabilan : pada suhu 370
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : analgesic dan antiinflamasi.
2. AlCl3
Nama Resmi : ALUMINIUM CHLORIDA
Pemerian : Putih atau putih kekuningan, serbuk
kristal, rasa manis, rasa astrigen, larutan
yang asam pada lakmus
Kelarutan : 1 gram dalam 0,9 ml atai 1 ml alkohol,
larut dalam gliserin
Khasiat : Pemflok
3. HPMC
Nama Resmi : HYDROXYPROPILMETHYL CELLULOSA
Pemerian : Serbuk putih atau hablur putih
Kelarutan : Kelarutan Hydroxyethylmethyl selulosa
praktis tidak larut dalam air panas (di atas
608C), aseton, etanol (95%), eter, dan
toluena. Larut dalam air dingin untuk
membentuk larutan koloid.
Inkompabilitas : -
Keamanan : Hydroxyethylmethyl selulosa digunakan
sebagai eksipien dalam berbagai lisan dan
sediaan farmasi topikal, dan umumnya
dianggap sebagai bahan dasarnya tidak
beracun dan nonirritant.
Khasiat : Coating agent, pensuspensi, pengikat
tablet, agen penebalan, agen peningkat
viskositas.
4. Metil Paraben
Nama Resmi : METHYLIS PARABENUM
Sinonim : Nipagin
RM/BM : C8H8O3/152,25
Penerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak
berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian
agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air
mendidih, etanol, aseton, eter, larutan
alkali hidroksida, gliserol panas dan dalam
minyak lemak nabati panas.
Penyimpanan : Dalam adah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, zat pengawet
5. Propilenglikol
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
RM /BM : C3H8O2 / 76,09
Pemernian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna,
rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan
aseton, dan dengan kloroform, larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial, tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : zat tambahan/pelarut.
6. Natrium Sakarin
Nama resmi : SACCHARINUM NATRIUM
Sinonim : natrium sakarin, sodium sakarin
Pemerian : Serbuk hablur tidak berbau, putih, agak
aromatis, sangat manis
Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50
bagian etanol (95%)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : zat tambahan pemanis
7. Vanillin
Nama resmi : VANILIN
RM/BM : C8H6O3/ 152,1
Pemerian : Kristal putih, atau agak kuning, serbuk
dengan baud an rasa vanila
Kelarutan : larut dalam 100 bagian air pada 200 C,
larut dalam air, gliserin dan alcohol,
kloroform, eter, minyak menguap,
minyak lemak, larutan alkali hidroksida.
Khasiat : pengaroma dan pewangi
8. Aquadest
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,0
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : pelarut
III. 2. 6. Perhitungan Dosis
Ibuprofen :
u/ umur 1 thn:
u/ umur 3 thn:
u/ umur 5 thn:
u/ umur 7 thn:
u/ umur 9 thn:
u/ umur 10 thn:
u/ umur 12 thn:
III. 2. 7. Perhitungan Bahan
Dibuat 100 ml, dilebihkan 10%
1) Ibuprofen
2) Aluminium Clorida
3) HPMC
4) Metil Paraben
5) Propilenglikol
6) Natrium Sakarin
7) Vanillin
8) Aquadest ad 110 ml
III. 2. 8. Cara Kerja
1) Menyiapkan Alat Dan Bahan
2) Menimbang bahan yang ingin digunakan
3) Mengkalibrasi botol
4) Melarutkan metil paraben dalam air panas
5) Melarutkan HPMC dalam aquades secukupnya
6) Melarutkan Ibuprofen menggunakan propilenglikol (camp.I)
7) Menambahkan AlCl3, mucilago HPMC kedalam campuran I
(camp. II)
8) Menambahkan larutan metal paraben, natrium sakarin,
kedalam campuran II, aduk ad homogen
9) Mencukupkan volume dengan menggunakan aquadest
sampai batas kalibrasi
10) Memasukkan kedalam wadah, kemudian menambahkan
vanillin, kocok ad homogen
11) Memberikan etiket dan brosur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan diperoleh hasil sebagai berikut:
SuspensiPengocokan
ringanPurability Keterangan
Suspensi
Sulfadiasine 100 ml
Terdispersi
kembaliBaik
Memenuhi
syarat
Suspensi Ibuprofen
100ml
Terdispersi
kembaliBaik
Memenuhi
Syarat
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dibuat suspensi sulfadiazine dan
suspensi ibuprofen. Dimana pada suspensi sulfadiazine dibuat
trisulfa yang merupakan kombinasi dari sulfadiazine, sulfamerazin
dan sulfadimidin dalam perbandingan dosis yang sama. Dibuat
trisulfa dengan pertimbangan bahaya kristaluria dapat diperkecil.
Pemberian bikarbonat tidak diperlukan lagi, cukup dengan minum
lebih dari 1,5 liter air sehari selama pengobatan.
Berdasarkan literatur untuk sulfadiazine, sulfamerazin dan
sulfadimidin ini mempunyai sudut kontak kurang dari 90o yaitu 71o,
61o dan 48o sehingga tidak digunakan pembasah untuk
menurunkan sudut kontak. Pembuatan suspensi sulfadiazine dibuat
100 ml dilakukan dengan mencampurkan zat aktif terlebih dahulu
hingga homogen sebagai campuran 1. Kemudian natrium sakarin
dan AlCl3 dilarutkan dalam air (campuran ke 2). Lalu dimasukkan
campuran pertama dan kedua dalam botol dan dimasukkan HPMC
yang telah dilarutkan dalam air. Ditambahkan metil paraben dan
aquadest.
Suspensi yang dihasilkan merupakan suspensi yang baik
dan dilakukan uji organoleptik, partikel-partikel tersebar secara
merata, dan dengan pengocokan yang rendah endapan yang
terbentuk, mudah untuk terdispersi kembali.
Kendala yang dihadap dalam praktikum pembuatan
suspensi sulfadiazin ini adalah dari konsentrasi HPMC yang terlalu
rendah sehingga dihasilkan suspensi dengan viskositas yang
rendah.
Pada pembuatan suspensi ibuprofen dengan kelarutan
yang praktis tidak larut dalam air sehingga dibuat sediaan suspensi.
Ibuprofen memiliki sudut kontak 91o sehingga harus digunakan
pembasah untuk menurunkan sudut kontak, dalam hal ini
digunakan propilenglikol. Pembuatan suspensi ibuprifen dibuat
dengan membasahi terlebih dahulu dengan propilenglikol lalu
ditambahka AlCl3. Ditambahkan lagi musilago HPMC dan
selanjutnya metil paraben, natrium sakarin dan pengharum vanili.
Berdasarkan uji organoleptik didapatkan bahwa suspense yang
dihasilkan merupakan suspense yang baik.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktek di atas dapat di simpulkan bahwa, suspensi sulfadiaszine
100 ml dengan pengocokan ringan dapat terdispersi kembali,
purabilitynya baik, hal ini menunjukkan bahwa suspense sulfadiazine
memenuhi syarat suspensi. Sedangkan suspensi ibuprofen 100 ml
dengan pengocokan ringan juga dapat terdispersi kembali,
purabilitynya juga baik dan juga termasuk dalam suspense yang
memenuhi syarat.
V.2. Saran
Disarankan kepada para praktikan untuk berhati-hati dan teliti
dalam melakukan praktikum agar mendapatkan hasil yang baik dan
benar.