LAPORAN PRAKTIKUM BULU BABI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

praktikum ini diadakan di desa torosiaje laut.

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bulu babi dan sebagian besar echinodermata (dari bahasa Yunani echin,berduri dan derma,kulit) adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lambat dengan simetri radial sebagai hewan dewasa. Bagian internal dan eksternal hewan itu menjalar dari tengah atau pusat, seringkali berbentuk lima jari-jari. Kulit tipis menutupi eksoskeleton yang terbuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan echinodermata bertubuh kasar karena adanya tonjolan kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi. Yang khas dari echinodermata adalah system pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan saluran hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung(tube feet) yang berfungsi sebagai lokomosi, makan, dan pertukaran gas.Reproduksi seksual anggota filum echinodermata umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan gametnya ke dalam air laut.Diantara 700 atau lebih anggota filum echinodermata, semuanya adalah hewan laut, dibagi menjadi enam kelas : Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi dan sand dollar), Crinoidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea (timun laut). Berdasarkan uraian di atas mengambil penelitian dengan judul bulu babi di Desa Suku Bajo Torosiaje Laut terletak di kecamatan Popayato, kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. karena keberadaan jenis-jenis bulu babi yang ada di suatu daerah perlu diketahui dan dilaporkan sebagai langkah untuk mengetahui kondisi perairan akibat naiknya pertumbuhan bulu babi di Desa Suku Bajo Torosiaje Laut. Informasi tersebut penting karena bulu babi Sebagai salah satu bioindikator suatu perairan dan sebagai organisme pendaur bahan pencemar di perairan laut.1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu :

1. Bagaimana struktur luar bulu babi di Desa Suku Bajo Torosiaje Laut ?2. Bagaimana morfologi bulu babi di Desa Suku bajo Torosiaje Laut?3. Apa saja jenis bulu babi yang terdapat di Desa Suku Bajo Torosiaje Laut?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam laporan ini yaitu untuk mengetahui struktur luar dan morfologi bulu babi dan jenis-jenis bulu babi di Desa Suku Bajo Torosiaje Laut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Desa Bajo Torosiaje Laut Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.

Kabupaten Pohuwato terletak antara 0,27 0,01 Lintang Utara dan 121,23 - 122,44 Bujur Timur. Pada tahun 2003 kabupaten ini terdiri dari 13 kecamatan dengan adanya 9 pemekaran kecamatan baru. Ujung paling selatan di Tanjung Panjang pada 0,41 Lintang Selatan dan 121,804 BT. Paling Utara di Gunung Tentolomatinan pada 0,938 LU dan 121,776 BT. Batas Paling Barat di Gunung Sentayu pada 0,682 LU dan 121,173BT. Dan paling Timur didesa Tabulo pada 0,506 LU dan 122,152BT.Suku Bajo adalah suku pengembara laut. Pada awalnya mereka hidup di atas perahu, berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Meski saat ini banyak warga suku Bajo yang tinggal di daratan, kehidupan mereka tidak bisa dipisahkan dari laut. Di Indonesia, permukiman suku Bajo dapat ditemukan di beberapa daerah. suku Bajo di pulau Lombok ditemukan disebuah kampung di kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur sedangkan di pulau Sumbawa, mereka dapat dijumpai di pulau Moyo dan sekitarnya. Di pulau Flores Nusa Tenggara Timur terdapat kota bernama Labuhan Bajo salah satu tempat orang bajo yang dapat dijumpai sepanjang pesisir kabupaten Manggarai Barat hingga Flores Timur. Di Sulawesi, suku Bajo menyebar di beberapa propinsi yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara serta Sulawesi Selatan. Di Gorontalo, suku Bajo terdapat di sepanjang pesisir teluk tomini yaitu di Torosiaje, Kabupaten Pohuwato dan di Tanjung Bajo, Kabupaten Boalemo. Dibandingkan dengan permukiman suku Bajo di daerah lain, permukiman suku Bajo di Torosiaje memiliki keunikan tersendiri yaitu permukiman tersebut dibangun di atas laut yang benar-benar terpisah dari daratan. Torosiaje terletak di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Ada dua perkampungan suku Bajo di Torosiaje. Pertama yaitu perkampungan suku Bajo di Torosiaje Jaya yang terletak di daratan, dan yang kedua perkampungan suku Bajo yang terletak di atas laut yaitu desa Torosiaje Laut.Perkampungan suku Bajo di Torosiaje memiliki bentuk menyerupai huruf U yang terbuka ke arah laut, yang dapat dicapai dari dermaga penyeberangan di desa Torosiaje Jaya dengan menggunakan perahu selama kurang lebih 15 menit. Cikal bakal perkampungan suku Bajo di Torosiaje telah dimulai sejak tahun 1901. Pada awalnya mereka adalah sekumpulan pengembara yang tinggal di atas rumah perahu atau Soppe. Karena timbul keinginan untuk menetap akhirnya mereka membangun rumah panggung dari kayu di atas laut. Seiring dengan berjalannya waktu, populasi orang Bajo di Torosiaje semakin meningkat.2.2 Pengerian Bulu Babi (Diadema)

Bulu Babi (Diadema) merupakan hewan asosiasi terumbu karang yang sangat unik dan berbahaya, hal ini karena bentuk tubuhnya yang berduri runcing serta berbisa, walaupun tidak mematikan, bisa yang dihasilkan diadema cukup untuk membuat kita meringis seharian. secara tradisional, para nelayan yang tertusuk duri diadema menanganinya dengan disirami air seni karena mengandung amonia. Ada beragam jenis bulu babi. Spesies yang populer dijumpai antara lain Diadema Antillarum, Strongylocentortus, Spatangus, Echinarachnius dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu, jika dibedakan dari varian warnanya, maka bulu babi terdiri dari bulu babi berwarna hitam, coklat, ungu, merah dan juga hijau. Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi.Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan.Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi (diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulata).Permukaan tubuh hewan ini berduri panjang.Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles.Fungsi dari tembolok tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa organisme.Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius parma).Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran.Kaki ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan.2.3 Deskripsi dan Klasifikasi Bulu Babi

Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain.Diadema setosum merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002). Diadema setosum termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan (Barnes 1987 dalam Ratna 2002). Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin atauedible sea urchin ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri (Nontji 2005). Durinya amat panjang, lancip seperti jarum dan sangat rapuh. Duri-durinya terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan, panjangnya dapat mencapai ukuran 10 cm dan lebih. Penyelam yang tidak menggunakan alas kaki mudah sekali tertusuk durinya sehingga akan sedikit merasakan demam karena bisa pada duri tersebut, racunnya sendiri dapat dinetralisir dengan amonia, perlakuan asam ringan (jeruk lemon atau cuka). Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin) (Hyman 1955 dalam Ratna 2002), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi (Lembaga Oseanologi Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral (Lembaga Oseanologi Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi cirri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ lentera aristotle, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis 1987 dalamRatna 2002). Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Hyman 1955 dan Barnes 1987 dalam Ratna 2002) Hewan unik ini juga memiliki kaki tabung yang langsing panjang, mencuat diantara duri-durinya. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk bergerak merayap di dasar laut. Ada yang mempunyai duri yang panjang dan lancip, ada pula yang durinya pendek dan tumpul. Mulutnya terletak dibagian bawah menghadap kedasar laut sedangkan duburnya menghadap keatas di puncak bulatan cangkang. Makanannya terutama alga, tetapi ada beberapa jenis yang juga memakan hewan-hewan kecil lainnya (Nontji, 2005). Pada umumnya bulu babi berkelamin terpisah, dimana jantan dan betina merupakan individu-individu tersendiri (gonochorik/dioecious). Spesies gonochorik secara khusus memiliki rasio seks sendiri dan jarang bersifat hemafrodit. Munculnya hemafrodoitisme pada Tripneustes gratilla adalah 1 dari 550 individu. Pembelahan bulu babi terjadi secara eksternal, dimana sel telur dan sel sperma di lepas ke dalam air laut di sekitarnya (Sugiarto dan Supardi 1995 dalam Ratna 2002). Gonad jantan dan betina pada bulu babi juga sulit dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Secara kasar hanya warna yang digunakan untuk membedakan gonad. Misalnya pada bulu babiParacentrotus livindus, gonad jantan berwarna kuning sedangkan betina berwarna orangeDalam penelitian Gunarto dan Setiabudi (2002) di perairan Pulau Barang Lompo, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, didapati ukuran bulu babi terbesar memiliki kisaran tinggi cangkang 50-61 mm, diameter cangkang 86-94 mm, berat total 148-331 g. Sedangkan ukuran bulu babi terkecil dengan ukuran tinggi cangkang 27,2-36,4 mm, diameter cangkang 47,4-66,0 mm, dan berat total 41,4-110,9 g. Bulu babi termasuk organisme yang pertumbuhannya lambat. Umur, ukuran, dan pertumbuhan tergantung kepada jenis dan lokasi. Chen dan Run (1988) dalam Tuwo (1995) diacu dari Ratna (2002) melaporkan bahwa bulu babi jenisTripeneuste gratilla yang dipelihara di laboratorium di Taiwan mengalami metamorfos pada umur 30 hari. PertumbuhanTripneustes gratilla sangat cepat pada awal perkembangannya, tetapi jumlahnya terbatas. Hal ini diduga erat kaitannya dengan banyaknya predator yang dialami oleh hewan berukuran kecil. Setelah mencapai umur tertentu, cangkangnya sudah cukup kuat sehingga jumlah predator yang dapat menyerang dan memecahkan cangkangnya berkurang. Bulu babi mempunyai banyak predator, yaitu berbagai jenis ikan, termasuk hiu, anjing laut, lobster, kepiting, dan gastropoda (Ratna, 2002). Hal ini juga menyebabkan rendahnya densitas bulu babi. Predator utama bulu babi jenisDiadema setosum adalah ikan Buntal (Tetraodon) dan ikan Pakol (Balistes) yang mempunyai gigi yang kuat dan tajam yang dapat mematahkan duri-duri dan mengoyak cangkang bulu babi (Nontji 2005). Mortalitas bulu babi umumnya sangat tinggi (Ratna, 2002). Secara umum di alam bulu babi dapat mengalami kematian massal pada suhu 34-40 C .

2.3 Habitat dan Penyebaran Bulu Babi

Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun. Bulu babi ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan merupakan penghuni sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 (Aziz 1995 dalam Hasan 2002). Hyman (1955) dalam Ratna (2002) menambahkan bahwa bulu babi termasuk hewan benthonic, ditemui di semua laut dan lautan dengan batas kedalaman antara 0-8000 m. Karena echinoide memiliki kemampuan beradaptasi dengan air payau lebih rendah dibandingkan invertebrate lain. Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-batuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat pasir dan Lumpur, karena pada kondisi demikian kaki tabung sulit untuk mendapatkan tempat melekat. Golongan tersebut khusus hidup pada teluk yang tenang dan perairan yang lebih dalam, sehingga kecil kemungkinan dipengaruhi ombak.Dalam penelitian Gunarto dan Setiabudi (2002) dilaporkan bahwa perkembangan gonad bulu babi pada musim kemarau tidak dalam satu stadium, tetapi terdapat gonad dlam periode berkembang, matang, pijah.

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN3.1 Waktu dan Tempat

Adapum waktu dan tempat dilaksanakanya praktikum ini pada:

Hari/Tanggal: Jumat Sabtu, 21 23 Mei 2015

Tempat: Desa Bajo Torosiaje Laut Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode pengambilan sampel dengan metode survey. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, hewan, tumbuhan, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Nazir (2005) metode deskriptif adalah adalah suatu proses pencarian data dengan fakta serta interpretasi yang tepat. Semua data yang di ambil merupakan data yang faktual tanpa ada perlakuan khusus terhadap sampel, oleh karena itu dalam penelitian ini di gunakan metode diskriftip di mana penulis berusaha membuat gambaran yang akurat mengenai obyek yang di teliti. (Singaribun dan Effendi, 1989).3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis bulu babi di daerah penelitian di Desa Bajo Torosiaje Laut Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua bulu babi Desa Bajo Torosiaje Laut Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah tempat sampel, kamera, meteran, hygrometer, termometer, lux meter.

3.4.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah tali raffia, dan buku identifikasi

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dipersiapkan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian alat dan penggunaan bahan. Alat yang akan digunakan dilakukan kalibrasi agar akurat.

3.5.2 Penentuan Titik Awal Sampling

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bajo Torosiaje Laut Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Sesuai kriteria pada suatu stasiun, maka pada di stasiun diletakkan 1 titik sampling (petak ukur) sepanjang 50 meter yang ditempatkan sesuai dengan kiteria yaitu diletakkan pada awal batas titik stasiun.

3.5.3 Pengumpulan Data Bulu BabiData yang dikumpulkan adalah berupa jenis-jenis bulu babi, Parameter fisika dan kimia perairan serta tipe substrat. Pengumpulan data dilakukan secara in situ. Pengambilan sampel vegetasi makro menggunakan teknik line transect yaitu teknik pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada sepanjang jalur yang dibuat dengan diberi jarak antar petak ukur. Dengan langkah sebagai berikut :

1. Membuat satu jalur dengan lebar 5 m dan panjang 5 m, jalur dibuat dengan arah tegak lurus dengan pantai yang mengacu pada kaedah-kaedah yang diutarakan oleh Mueller-Dombosis (1974) yaitu pengamatan pada jalur- jalur berukuran 2 x 50 m mewakili kondisi rata-rata di sekitar pantai.2. Pada jalur di diamati sepanjang 5 meter ke kiri dan ke kanan3. Pada setiap jarak yang telah ditentukan, setiap jenis bulu babi yang ada dicatat, demikian juga dengan mengambil gambarBAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan Jenis-jenis Bulu Babi (Diadema)NoNama Spesies/GambarKomposisiSubtratKedalaman air

1.Diadema sitosum

BerkelompokBatu karang, kayu dan pasir50 cm

Klasifikasi Diadema sitosumKingdom: Animalia

Filum

: Echinodermata

Kelas

: EchinodeaOrdo

: Cidaroidea

Famili

: Dimatidae

Genus

: Diadema

Spesies: Diadema sitosumDeskripsi :

Termaksud dalam filum echinodermatadwngan bentuk dasar tubuh segilima, mempunyai 5 pasang garis kaki tabung, dari panjang yang di gerakkan yang memungkinkan untuk merangkak di permukaan karang dan berjalan di pasir, berwarna hitam bercangkang luar tipis yang saling berhubungan.

4.1.2 Tabel Kondisi Fisik Lingkungan

NoSuhu (oC)pHSalinitas (%)Kelembapan (%)

1.30,90C8,4%9,70%70,9%

4.2 Pembahasan

Desa Torosiaje adalah salah satu pemukiman Suku Bajo yang ada di Kecamatan Popayato. Pemukiman yang memiliki keunikan tersendiri yakni sebuah kampung yang berdiri diatas laut tersebut menjadi perkampungan wisata yang elok di Provinsi Gorontalo. Tak hanya sekedar untuk tujuan wisata, Torosiaje juga menjadi tempat belajar serta penelitian oleh mahasiswa dan dosen.Perairan Torosiaje merupakan bagian dari Selat Tomini yang memiliki keaneka ragaman biota laut yang cukup tinggi serta terdapat berbagai macam ekosistem khas wilayah pesisir seperti ekosistem terumbu karang dan lamun. Adanya ekosistem tersebut serta didukung oleh kondisi substrat lingkungan yang berfariasi menyebabkan perairan gambesi memiliki berbagai jenis organisme seperti, Molussca, dan Echinodermata.Kondisi perairan Torosiaje terdiri dari substrat berpasir, berlumpur dan berkarang. Adanya kondisi substrat yang berfaviasi menyebabkan perairan Torosiaje memiliki berbagai jenis biota laut yang hidup dan menempati substrat tertentu yang sesuai dengan habitat hidupnya.Hasil pengamatan dan identifikasi terhadap spesies organisme di lokasi praktikum diperoleh organisme yang terdistribusi ke dalam Bulu Babi (Echinoidea) yaitu Diadema sitosum.Diadema sitosum merupakan hewan yang memiliki tubuh bulat dan memiliki duridri yang panjang dan terbagi atas 5 sekat lempengan. Diadema setosummemiliki umur 7-15 tahun bahkan kadang ada yang mencapai 200 tahun. Diadema setosum hidup pada daerah padang lamun dan bersembunyi di terumbu karang.Berdasarkan bentuk tubuhnya, kelas Echinodoidea dibagi dalam dua subkelas utama, yaitu bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin), dan hanya bulu babi beraturan saja yang memiliki nilai konsumsi. Diadema setosum merupakan satu diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi. Diadema setosum termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval dan agak pipih pada bagian oral dan aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang yang berbeda-beda tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan.Bulu babi (Echinoidea) tidak memiliki lengan . Tubuh bulu babi berbentuk agak bulat seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat di gerakkan. Mulut terletak di bawah menghadap ke bawah dan anus terletak diatas menghadap ke atas di puncak cangkang yang membulat.Diadema sitosum memiliki ciri-ciri berwarna hitam dengan dari-duri berwarna hitam pula yang memanjang keatas untuk pertahanan diri sedangkan bagian bawah pendek sebagai alat pergerakan. Memiliki 5 titik putih pada bagian atas dan terletak di antara segmen setiap 1 titik putih.Parameter kualitas air sangat berpengaruh terhadap kondisi ekosistem terumbu karang. Dari pengamatan yang dilakukan pada lokasi penelitian seperti suhu, kecerahan, salinitas dan kecepatan arus, secara umum masih didalam batas normal yang bisa di toleransi oleh karang dan kehidupan bulu babi.Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan suhu perairan dilokasi penelitian berkisar 30,90C. Suhu perairan tersebut mendukung pertumbuhan dan kehidupan karang. Nybakken (1997) menyatakan bahwa karang tumbuh baik pada suhu 250C sampai 290C dan masih toleransi sampai suhu 400C. Azis (1987) Bulu babi tidak memiliki adaptasi khusus terhadap peningkatan suhu diatas ambang batas maksimum yaitu 360C sampai 400C. Selain itu juga bahwa pada suhu dingin di bawah ambang batas minimum juga dapat mengakibatkan kematian massal biota laut yang hidup d idaerah subtropis.Salinitas perairan pada lokasi penelitian didapatkan sebesar 9,70%. Menurut Nybakken (1997) kisaran salainitas untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang antara 30 -36%0. Salinitas tersebut merupakan salah satu parameter kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang dan padang lamun. Hal tersebut mempengaruhi secara tidak langsung maupun langsung terhadap perkembangan bulu babi ini, karena kedua daerah tersebut merupakan daerah populasi dari bulu babi. Kelompok bulu babi di kenal sebagai penghuni laut sejati dengan batas toleransi 30 sampai 34%0 (Azis, 1987).Kecepatan arus pada lokasi penelitian adalah 0,04 sampai 0,18 m/s. Menurut Nontji (2005), bahwa pertumbuhan karang ditempat yang berarus lebih baik dibandingkan dengan perairan yang tenang. Ditambahkan dari Nybakken (1997) adanya arus berfungsi untuk mensuplai nutrien dan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh organisme di daerah terumbu karang. Kecerahan sangat berhubungan dengan penetrasi cahaya, kecerahan yang tinggi membuat penetrasi cahaya akan cukup tinggi, Kecerahan pada lokasi penelitian didapatkan kedalaman 7 meter hingga kedasar perairan. Pada karang kecerahan terkait dengan tersedianya untuk proses fotosintesis yang dilakukan Zooxh antella sehingga hasil fotosisntesis tersebut dapat berpengaruh kepada sumber makan bagi biota herbivora seperti bulu babi.Desa Bajo Torosiaje Laut Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo banyak terdapat bulu babi ini dikarenakan bulu babi memang banyak terdapat di daerah yang tercemar bahan organik, di pemukiman tersebut tercemar bahan organik karena banyaknya pemukiman dan sampah yang di buang di perairan tersebut dan juga limbah-limbah detergen warga yang mandi bahkan mencuci pada daerah tersebut sehingga banyak terdapat bulu babi.BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam laporan ini yaitu:

1. Desa Torosiaje adalah salah satu pemukiman Suku Bajo yang ada di Kecamatan Popayato. Pemukiman yang memiliki keunikan tersendiri yakni sebuah kampung yang berdiri diatas laut tersebut menjadi perkampungan wisata yang elok di Provinsi Gorontalo.2. Bulu Babi (Diadema) merupakan hewan asosiasi terumbu karang yang sangat unik dan berbahaya, hal ini karena bentuk tubuhnya yang berduri runcing serta berbisa, walaupun tidak mematikan.3. Hasil pengamatan dan identifikasi terhadap spesies organisme di lokasi praktikum diperoleh organisme yang terdistribusi ke dalam Bulu Babi (Echinoidea) yaitu Diadema sitosum.4. Diadema sitosum memiliki ciri-ciri berwarna hitam dengan dari-duri berwarna hitam pula yang memanjang keatas untuk pertahanan diri sedangkan bagian bawah pendek sebagai alat pergerakan. Memiliki 5 titik putih pada bagian atas dan terletak di antara segmen setiap 1 titik putih.5. Desa Bajo Torosiaje Laut Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo banyak terdapat bulu babi ini dikarenakan bulu babi memang banyak terdapat di daerah yang tercemar bahan organik, di pemukiman tersebut tercemar bahan organik karena banyaknya pemukiman dan sampah yang di buang di perairan tersebut dan juga limbah-limbah detergen warga yang mandi bahkan mencuci pada daerah tersebut sehingga banyak terdapat bulu babi.5.1 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam laporan ini yaitu sebaiknya dalam melakukan praktikum bulu babi dilakukan dengan hati-hati karena jika terkena bulu babi bisa membuat kita tidak bisa tidur semalaman.1