64
SEDIAAN SEMISOLID LEARNING OUTCOME 1. Melakukan teknik pembuatan beberapa jenis sediaan semisolid ( salep, gel, krim). 2. Melakukan beberapa uji fisik sediaan semisolid 3. Melakukan uji pelepasan obat dari semisolida 4. Membandimgkan cara pembuatan, karakteristik fisik dan pelepasan obat dari berbagai jenis (basis) sediaan semisolid DASAR TEORI A. SALEP I. DEFINISI Salep adalah sediiaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lender. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelopok yaitu salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasara salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut (Ansel,1989) Tujuan dari pembutan salep : Pengobatan lokal pada kulit Melindungi kulit ( pada luka agar tidak terinfeksi) Melembabkan kulit II.FORMULA Formula Umum/ Standar 1

LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

SEDIAAN SEMISOLID

LEARNING OUTCOME

1. Melakukan teknik pembuatan beberapa jenis sediaan semisolid ( salep, gel, krim).

2. Melakukan beberapa uji fisik sediaan semisolid

3. Melakukan uji pelepasan obat dari semisolida

4. Membandimgkan cara pembuatan, karakteristik fisik dan pelepasan obat dari berbagai jenis

(basis) sediaan semisolid

DASAR TEORI

A. SALEP

I. DEFINISI

Salep adalah sediiaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada

kulit atau selaput lender. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam

empat kelopok yaitu salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang

dapat dicuci dengan air dan dasara salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah

satu dari dasar salep tersebut (Ansel,1989)

Tujuan dari pembutan salep :

Pengobatan lokal pada kulit

Melindungi kulit ( pada luka agar tidak terinfeksi)

Melembabkan kulit

II. FORMULA

Formula Umum/ Standar

Formula umum salep

R/ Zat Aktif

Basis

Zat Tambahan

Penjelasan dari formula umum

1. Zat aktif

2. Basis

1

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Pemilihan dasar salep tergantung pada faktor- faktor seperti khasiat yang

diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan

ketahanan sediaan jadi.Dalam hal-hal tertentu perlu menggunakan dasar salep yang

kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan.

Basis salep digolongkan menjadi empat kelompok :

a. Dasar salep hidrokarbon

Dasar salep hidrokarbon ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, bebas air,

dimana preparat berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit

saja. Bila lebih, akan susah bercampur. Salep ini untuk memperpanjnag kontak

obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup atau pembalut dan digunakan

sebagai emolien dan sifatnya sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak

berubah dalam waktu yang lama. Contohnya vaselin kuning dan putih, salep kuning

dan putih, parafin dan minyak mineral. Vaselin kuning boleh digunakan untuk

mata, tetapi vaselin putih tidak boleh karena masih mengandung H2SO4 (Ansel,

1989).

b. Dasar salep absorpsi

Dasar salep absorpsi dibagi dalam 2 kelompok, antara lain : 1). Salep yang

memungkinkan bercampur dengan air dan membentuk emulsi air dalam minyak.

Contohnya paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat. 2). Salep yang sudah menjadi

emulsi air-minyak atau dasar emulsi, memungkinkan bercampurnya sedikit

penambahan jumlah larutan berair. Contohnya lanolin cold cream.

Basis salep serap/ absorpsi juga bermanfaat sebagai emolien ( Anonim,1995)

c. Dasar salep yang dapat dicuci

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air atau krim, yang dinyatakan

dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dengan air dan pakaian sehingga dapat

diterima sebagai bahan dasar kosmetik. Beberapa bahan obat lebih efektif

menggunakan dasar salep ini dibandingkan dengan dasar salep yang lain.

Keuntungannya adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan

jika terjadi pada kelainan pada dermatologis. Contohnya salep hidrofilik.

2

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

d. Dasar salep yang larut dalam air

Dasar salep seperti ini sering disebut dasar salep tidak berlemak dan terdiri

dari konstituen yang larut dalam air. larutan air tidak efektif dicampurkan ke dalam

bahan dasar ini karena dasar salep ini mudah melunak dengan penambahan air.

Dasar salep ini baik dicampurkan dengan bahan tidak berair seperti parafin, lanolin

anhidrat, malam atau bahan padat. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Contohnya salep polietilenglikol.

Dalam pemilihan basis salep untuk memformulasi suatu bahan aktif menjadi

sediaan semisolida, harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut

(Anonim, 1995)

1. Khasiat yang diinginkan

2. Sifat bahan obat yang dicampurkan

3. Ketersediaan hayati

4. Stabilitas dan ketahanan sediaan jadi

3. Bahan tambahan pada salep / Bahan pengawet

Pengawetan salep merupakan preparat setengah padat seperti salep sering

memerlukan penambahan pengawet kimia seperti antimikroba. Pengawet ini termasuk

hidroksi benzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat. Preparat setengah padat

harus dilindungi melalui kemasan dan penyimpanan yang sesuai dasri pengaruh

pengrusakan oleh udara, cahaya, uap air, dan panas (Ansel, 1989).

Preparat setengah padat harus dilindungi melalui kemasan dan penyimpanan yang

sesuai dari pengaruh pengrusakan oleh udara, cahaya, uap air, lembab dan panas, serta

kemungkinan terjadinya reaksi kimia antara preparat dengan wadah atau The art of

compounding (Ansel, 1989).

III. PROSEDUR PEMBUATAN

Prosedur pembuatan memiliki 2 metode umum, baik dalam ukuran besar

maupun kecil salep diantaranya : 1) Pencampuran, dalam metode pencampuran,

komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang

rata tercapai, antara lain adalah pencampuran bahan padat dan pencampuran sediaan.

3

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

2). Peleburan, dengan metode ini semua atau beberapa komponen dari salep

dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang

konstan sampai mengental. Metode yang dipilih itu tergantung pada sifat-sifat bahan

Teknik pencampuran yang biasa digunakan untuk pembuatan salep:

1. Pencampuran dengan peleburan (Metode Fusion)

Disini zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk

sampai membentuk fase yang homogen. Dalam hal ini perlu diperhatikan

stabilitas zat berkhasiat terhadap suhu yang tinggi pada saat pelelehan.

2. Pencampuran dengan triturasi (Metode Triturasi)

Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau

dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa

basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dulu zat

aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan.

IV. EVALUASI SEDIAAN

A. Evaluasi Fisik

1. Homogenitas

Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus

menunjukkan susunan yang homogen.

2. Konsistensi, dengan penetrometer

Tujuan: mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan. Konsistensi atau

rheologi dipengaruhi oleh suhu. Sediaan non Newtonian dipengaruhi oleh waktu

istirahat karena itu harus dilakukan pada keadaan identik.

Prinsip pengujian : untuk mengetahui apakah sedian semisolid sudah memiliki

karakteristik yang sesuai dengan persyaratan.

3. Bau dan warna: untuk melihat terjadinya perubahan fase

4. pH: berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit

dalam pemakaian sedian.

5. Isi Minimum

Netto 10 sediaan lebih atau sama dengan 100% netto yang tertera pada etiket.

Berkaitan tidak langsung dengan dosis atau jumlah zat aktif dalam basis.

6. Pengujian difusi bahan aktif dari sediaan salep

4

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

B. Evaluasi Kimia

Identifikasi zat aktif yakni asam salisilat

Penetapan kadar zat aktif.

C. Evaluasi Biologi

Uji penetapan potensi antibiotik

Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal

5

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

B. KRIM

I. DEFINISI

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan

terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai .Istilah ini secara tradisional telah

digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair,

diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan

tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau

dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang

dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika.

Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Ansel, 1989).

Sediaan krim terdiri dari dua fase yang tidak saling campur, yaitu fase internal

atau fase terdispersi dan fase eksternal atau fase pendispersi yang digabungkan dengan

adanya surfaktan. Keuntungan Sediaan Krim antara lain adalah sediaan mudah dicuci dan

dihilangkan dari kulit dan pakaian dan Tidak lengket (emulsi m/a). Pada umumnya

sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe minyak dalam air terdiri dari tetes-tetes

kecil minyak atau fase internal yang terdispersi dalam air atau fase eksternal, dan

sebaliknya pada krim air dalam minyak (Ansel, 1989).

II. TEORI

a. Penggolongan Krim

Berdasarkan tipe

Tipe M/A atau O/W

Krim M/A (Vanishing krim) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa

bekas. Pembuatan krim M/A sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari

surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang

alkohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih

popular.

Tipe A/M atau W/O

Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps

lanae, wool alkohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak

dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan

6

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi

pembalikan fase. Berdasarkan pemakaian ada 2 penggunaan : 1). Untuk kosmetik,

Contoh : Cold cream . 2). Untuk pengobatan, Contoh : Krim neomisin.

III. FORMULASI

a. Basis Krim

Pemilihan basis krim tergantung sifat obat, OTT, absorpsi: sifat kulit, aliran darah

dan jenis luka. Pertimbangan utamanya adalah sifat zat berkhasiat yang digunakan

dan konsistensi sediaan yang diharapkan. Persyaratan basis antara lain:noniritasi,

mudah dibersihkan, tidak tertinggal di kulit, stabil, tidak tergantung pada pH, dan

tersatukan dengan berbagai obat. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan basis adalah: 1). Kualitas dan kuantitas bahan. 2). Pencampuran,

kecepatan dan tipe pencampurannya. 3). Suhu pembuatan. 4). Jenis emulgator. 5).

Dengan konsentrasi yang kecil sudah dapat membentuk emulsi yang stabil dengan

tipe emulsi yang dikehendaki (M/A atau M/A) (Ansel, 1989).

Basis krim terdiri atas basis emulsi tipe A/M dan tipe M/A :

1. Basis emulsi tipe A/M. Contoh: lanolin, cold cream

Sifat basis ini meliputi emolien, oklusif, mengandung air, beberapa mengabsorpsi

air yang ditambahkan dan berminyak

2. Basis emulsi tipe M/A. Contoh: hydrophilic ointment

Sifat basis ini meliputi mudah dicuci dengan air, tidak berminyak, dapat

diencerkan dengan air, dan tidak oklusif.

b. Zat Tambahan dalam Krim

1. Pengawet

Kriteria pengawet yang ideal adalah yang pertama tidak toksik dan tidak

mensensitisasi pada konsentrasi, lebih mempunyai daya bakterisid daripada

bakteriostatik, efektif pada konsentrasi yang relatif rendah untuk spektrum luas,

stabil pada kondisi penyimpanan. tidak berbau dan tidak berasa, tidak

mempengaruhi atau dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula dan bahan

pengemas, larut dalam konsentrasi yang digunakan dan tidak mahal. Contoh

pengawet dan keterbatasan pemakaiannya diantaranya senyawa ammonium

7

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

kuarterner. Senyawa ini dapat diinaktivasi oleh senyawa ionik, nonionik dan

protein.

Adapun Senyawa yang cenderung toksik dan mensensitisasi kulit

Pemakaian dibatasi dalam formulasi untuk digunakan dekat atau dalam mata

yakni senyawa organik merkuri. Bahan lain adalah Formaldehid yakni bersifat

mudah menguap dan berbau, mengiritasi kulit dan reaktivitas tinggi. Ada

senyawa yang mempunyai sifat berbau, dapat diinaktivasi oleh nonionik, anionik

dan protein. Aktivitas terbatas untuk bakteri Gram negatif. Contoh:

Hexachlorophene-o-chloro-m-cresol (HPCMC), p-chloro-m-xylenol (PCMX),

dichloro-m-xylenol (DCMX), senyawa tersebut adalah Fenol terhalogenasi.

Asam sorbet, merupakan contoh dari kalium sorbat, untuk formula dengan

pH 6,5 -7, pada konsentrasi tinggi dapat teroksidasi oleh cahaya matahari dan

menyebabkan penghilangan warna sediaan, terbatas hanya untuk antibakteri.

Sedangkan asam benzoat tidak banyak digunakan lagi karena hanya terbatas

untuk antibakteri. Contoh: Natrium benzoat, untuk formula dengan pH 5.5 atau

kurang, Metilparaben atau propilparaben. Senyawa ini umum digunakan. Untuk

metilparaben sejumlah 0,12%-0,18%, sedangkan untuk propil paraben sejumlah

0,02%-0,05%.Tetapi penggunaan Tween 80 dan Tween 20 dapat mengikat metil

paraben dan propil paraben sehingga pengawet menjadi tidak aktif. Metil paraben

& propil paraben dapat terikat pada Tween 80 sebanyak 57% dan 90% sehingga

agar keduanya tetap efektif sebagai antimikroba, maka konsentrasinya harus

ditingkatkan.

Pengawet yang lain adalah klorkresol yang mempunyai aktivitas sebagai

antifungi dan antibakteri. Konsentrasi klorkresol yang dipakai 0,1%.Na Benzoat

sebagai pengawet antimikroba, potensinya akan turun dengan adanya

makromolekul, tetapi masih lebih baik dibandingkan turunan paraben. Oleh

karena itu, penggunaan Na benzoat biasanya dalam konsentrasi tinggi, bisa

mencapai 0,5%.

Penandaan pengawet dalam krim untuk nama dan konsentrasi pengawet

tersebut harus ditulis/tertera pada label (Garg et al, 2002)

8

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

2. Pendapar

Pertimbangan penggunaan pendapar adalah untuk menstabilkan zat aktif,

untuk meningkatkan bioavailabilitas yang maksimum. Pemilihan untuk pendapar

harus diperhatikan pengaruh pendapar tersebut terhadap stabilitas krim dan zat

aktif.

3. Humektan atau pembasah

Humektan digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan agar

tercegah dari kekeringan dan meningkatkan penerimaan terhadap produk dengan

meningkatkan kualitas usapan dan konsistensi secara umum. Pemilihan humektan

didasarkan pada sifatnya untuk menahan air dan efeknya terhadap viskositas dan

konsistensi produk akhir. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai humektan

pada krim dan gel adalah: gliserol, propilenglikol, sorbitol, dan makrogol dengan

BM rendah. Pembasah diperlukan karena mayoritas obat di suspensi adalah

hidrofob.

Penggunaan surfaktan disini untuk menurunkan tegangan permukaan dan

meningkatkan kontak antara zat padat dengan cairan. Pembasah ditambahkan ke

serbuk sebelum masuk ke cairan lainnya sebagai wetting agen dan fungsi lain dari

surfaktan itu sendiri memiliki HLB 7-10 dengan konsentrasi 0,05-0,5%. Surfaktan

kurang dari 0,05% akan memberikan pembasahan yang belum sempuma dan

apabila surfaktan lebih dari 0,5% maka akan terjadi penggabungan partikel yang

sangat halus, distribusi ukuran partikel berubah, dan pertumbuhan kristal. HLB

tinggi menyebabkan adanya busa.

4. Antioksidan

Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan antioksidan: warna, bau,

potensi, sifat iritan, toksisitas, stabilitas, kompatibilitas serta antioksidan

Antioksidan sejati : tokoferol, alkil galat, BHA, BHT.

Antioksidan sebagai agen pereduksi : garam Na dan K dari asam sulfit.

Antioksidan sinergis : asam edetat dan asam-asam organic seperti sitrat,

maleat, tartrat atau fosfat untuk khelat terhadap sesepora logam.

9

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

5. Pekompleks

Pekompleks diperlukan untuk logam yang ada dalam sediaan yang dapat

mengoksidasi.

6. Zat Pengemulsi / Emulgator

Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa

surfaktan anion, kation atau nonionik. Jenis emulgator yang digunakan ada 3:

surfaktan, emulgator alam dan serbuk padat terbagi halus. Pemilihan zat

pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki.

Untuk krim tipe M/A digunakan zat pengemulsi seperti trietanolaminil stearat

(TEA-stearat) dan golongan sorbitan, polisorbat poliglikol, sabun.

Untuk membuat krim tipe A/M digunakan zat pengemulsi seperti lemak

bulu domba, setil, alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida. Emulgator

yang ideal untuk farmasetika adalah stabil, inert., bebas dari bahan yang toksik

dan iritan, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, serta menghasilkan emulsi

yang stabil pada tipe yang diinginkan.

Zat pengemulsi terdiri dari pengemulsi anionik misalnya ion lauril sulfat,

TEA stearat, kationik atau garam amonium kuarterner dan pengemulsi nonionic

(poli oksi etilenlauril alkohol dsb). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari

emulgator yakni perbandingan gugus hidrofil dan lipofil. HLB adalah ukuran

keseimbangan keadaan lipofil dan hidrofil yang merupakan karakteristik

emulgator golongan surfaktan.

a. Cara substitusi

HLB Ariacel 80 4,3

HLB Tween 80 15

4,3x + 15 (1-x) = 12,1

-10,7x = -2,9

x = 0,27

Ariacel 80 yang diperlukan = 0,27 x 7 g = 1,89 g

Tween 80 yang diperlukan = (1-0,27) x 7 g = 5,11 g

10

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

b. Cara aligasi

Ariacel 80 HLB 4,3 2,9 = (15 – 12.1)

12,1

Tween 80 HLB 15,0 7,8 = (12.1 – 4.3)

10,7

Ariacel 80 yang diperlukan = 2,9/10,7 X 7 g = 1,89 g

Tween 80 yang diperiukan = 7,8/10,7 X 7 g = 5.11 g

Emulgator yang sering digunakan:

Golongan alam : Gom arab, tragakan, PGS

Semi Sintetik :TEA-stearat,TEA-lauril sulfat, Na-stearat,

Span/Tween20,40,60,80,85, rnakrogol-300, 4000,

1540, setil alkohol, GMS.

Zat terbagi halus : Veegum, bentonit.

IV. PROSEDUR PEMBUATAN

Metode pelelehan (fusion)

Timbang bahan berkhasiat yang akan digunakan, gerus halus sesuai dengan ukuran

partikel yang dikehendaki.

Timbang basis semisolida yang tahan pemanasan, panaskan di atas penangas air

hingga di atas suhu leleh atau sampai lumer. Untuk sediaan krim pemanasan fasa air

dan minyak dilakukan terpisah masing-masing dilakukan pada suhu 70˚C.

Setelah dipanaskan masukkan ke dalam mortir hangat (dengan cara membakar

alkohol di dalam mortir), aduk homogen sampai dingin dan terbentuk masa

semisolida.

11

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

V. EVALUASI SEDIAAN

A. Evaluasi Fisik

1. Penampilan. Dilihat dengan adanya pemisahan fasa atau pecahnya emulsi, bau

tengik, perubahan warna.

2. Homogenitas. Dengan cara meletakkan sedikit krim diantara 2 kaca objek dan

diperhatikan adanya partikel-partikel kasar atau ketidakhomogenan.

3. Viskositas dan rheologi

4. Ukuran partikel

5. Stabilitas krim Dilakukan uji percepatan dengan :Agitasi atau sentrifugasi

(mekanik)

6. Isi minimum

7. Penentuan tipe emulsi

Uji kelarutan zat warna

Uji pengenceran

8. Penetapan pH

9. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan

10. Uji kebocoran tube

B. Evaluasi Kimia

Identifikasi (tergantung monografi).

Uji penetapan kadar (Tergantung monografi).

C. Evaluasi Biologi

Penetapan potensi antibiotik

12

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

C. GEL

I. DEFINISI

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel

kadang – kadang disebut jeli. Gel pada umumnya memiliki karakteristik yaitu strukturnya

yang kaku. Gel dapat berupa sediaan yang jernih atau buram, polar, atau non polar, dan

hidroalkoholik tergantung konstituennya (Ansel, 1989).

II. TEORI

A. Penggolongan

Gel berdasarkan sifat fase koloid memiliki 2 jenis , ada anorganik dan organic,

yang pertama adalah gel anorganik, contohnya adalah bentonit magma. Selanjutnya

adalah gel organik, pembentuk gel berupa polimer. Sedangkan bila berdasarkan sifat

pelarut gel memiliki berbagai macam antara lain :

Hidrogel (pelarut air).

Hidrogel (sering disebut juga aquagel)merupakan bentuk jaringan tiga

dimensi dari rantai polimer hidrofilik yang tidak larut dalam air tapi dapat

mengembang di dalam air. Karena sifat hidrofil dari rantai polimer,hidrogel

dapat menahan air dalam jumlah banyak di dalam struktur gelnya

(superabsorbent)

Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).

Organogel merupakan bahan padatan non kristalin dan thermoplastic

yang terdapat dalam fase cairan organik yang tertahan dalam jaringan cross-

linked tiga dimensi. Cairan dapat berupa pelarut organik, minyak mineral,

atau minyak sayur.

Xerogel.

Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara

penyusutan.Xerogel biasanya mempertahankan porositas yang tinggi

(25%),luas permukaan yang besar (150-900 m2/g), dan ukuran porinya kecil

(1-10 nm). Saat pelarutnya dihilangkan di bawah kondisi superkritikal,

jaringannya tidak menyusut dan porous, dan terbentuk aerogel.

13

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

1. Berdasarkan bentuk struktur gel

Kumparan acak

Heliks

Batang

Bangunan kartu

2. Berdasarkan jenis fase terdispersi

Gel fase tunggal

Gel sistem dua fasa

B. Kegunaan

Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam

bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan

untuk bentuk sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara intramuskular.

Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet,

bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral,

dan basis suppositoria.

Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik,termasuk

pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan rambut.

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau

dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril)

C. Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel.

Keuntungan sediaan gel :

Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan

yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film

tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga

pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya

baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

Kekurangan sediaan gel :

14

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga

diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih

pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau

hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan

iritasi dan harga lebih mahal.

Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk

mencapai kejernihan yang tinggi.

Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat

menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit

bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat

dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua

area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.

D. Komponen Gel

1. Gelling Agents

Termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan

karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu

ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar.

2. Bahan tambahan

a. Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi

semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai

antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan

inkompatibilitasnya dengan gelling agent.

b. Penambahan Bahan higroskopis

Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol,

propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %

c. Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam

berat. Contohnya EDTA

15

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

III. FORMULA

a. Formula Umum

R/ Zat aktif

Basis gel

Zat tambahan

b. Proses pembuatan

Timbang sejumlah gelling agent sesuai yang dibutuhkan

Gelling agent dikembangkan sesuai dengan cara masing-masing

Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya

Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke dalam campuran tersebut

atau sebaliknya sambil diaduk terus-menerus hingga homogentapi jangna terlalu kuat

karena akan menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung udara

dalam sediaan yang dapat mempengaruhi pH

Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan diisikan ke dalam

tube sebanyak yang dibutuhkan

Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang dilengkapi

brosur dan etiket

16

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

IV. EVALUASI GEL

a. Evaluasi Fisik

1. Penampilan

Yang dilihat penampilan, warna, dan bau

2. Homogenitas

Caranya : oleskan sedikit gel yang di atas kaca objek dan diamati susunan partikel

yang terbentuk atau ketidakhomogenan

3. Viskositas/rheologi

Menggunakan viscometer Stromer dan viscometer Brookfield

Prinsip kerja :

4. Distribusi ukuran partikel

Prosedur :

Sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop

Lihat di bawah mikroskop

Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati sumber

cahaya

Untuk cahaya putih, suatu mikroskop dapat mengukur partikel 0,4-0,5 mm.

Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat diperluas

sampai 0,1.

5. Uji kebocoran

6. Isi minimum

7. Penetapan pH

8. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan gel

Prinsip : mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan atau gel dengan

cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu tertentu

9. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel

Prinsip :

Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan suatu sel difusi dengan

cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu

tertentu

17

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

10.Stabilitas gel

b. Evaluasi Kimia

Identifikasi zat aktif

Penetapan kadar zat aktif

c. Evaluasi Biologi

Uji penetapan potensi antibiotik

ALAT DAN BAHAN

Alat

Mortir stamper, cawan porselen, gelas arloji, botol timbang, gelas ukur 10 mL, sudip, spatula,

beker glass, kertas saring, alat daya sebar, milimeter blok, alat daya lekat (5 alat), perlengkapan

uji disolusi, spektrofotometer, kuvet.

Bahan

Parafin padat/cair, setil alkohol, vaselin, propilen glikol, PEG 4000, PEG 400, CMC Na, HPMC,

Tween 80, Span 80, gliserin, asam salisilat, FeCl3,liquid, penolftalein, KOH 0,1 N (NaOH),

kertas saring, kantong dialisis (selulosa asetat hidrofil), pot salep, alkohol 96%, akuades.

RANCANGAN FORMULA

Formula 3 Formula 10

18

Asam salisilat 5

Etanol qs

CMC Na 2,5

Aqua add 50

Asam salisilat 5

Etanol qs

Vaselin 5

Cetil alkohol 0,25

Propilen Glikol 5

CMC Na 0,5

Aqua add 50

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

CARA KERJA

Formula dan Uji Fisik Sediaan Topikal

Formula dengan berbagai jenis basis :

Basis lemak/minyak : Vaselin, setil alkohol

Basis hidrofil/gel : PEG, Propelin glikol, CMC Na, HPMC

Basis krim (O/W) : Parafin, setil alkohol, vaselin/gliserin, propilen glikol,

aqua/emulsifier tween, span, CMC Na.

Tujuan : Dapat membandingkan antar jenis basisi

Metode pembuatan triturasi dan pelelehan (700C)

Tiap formula dibuat sebanyak 50 gram (salep)

Zat aktif : Asam salisilat 10%

Cara pembuatan basis lemak : Triturasi

Asam salisilat dimasukkan ke dalam mortir

Ditambah alkohol secukupnya

Digerus hingga halus (hilang bentuk kristal jarum)

Masukkan basis secara geometris (vaselin)

Gerus (homogenkan)

19

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Cara pembuatan basis hidrofil

1. PEG 4000 dilelehkan (waterbath)

Dicampurkan sorbitol

Asam salisilat + etanol digerus

Masukkan lelelhan basis secara geometris

Homogenkan

2. CMC Na / HPMC dilarutkan dengan jumlah air yng ada

Asam salisilat + etanol gerus

Masukkan lelehan basis secara geometris

Homogenkan

20

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Cara pembuatan basis krim : pelelehan

Basis minyak, setil alkohol/parefin/vaselin, dilelehkan (water bath)

Fase hidrofil : gliserin, air, dipanaskan, 700C

Emulsifier dicampurkan ke dalam fase minyak 700C, homogenkan

Asam salisilat + etanol

Masukkan campuran minyak-emulgator, gerus

Masukkan fase air sambil terus digerus

Uji Fisik Sediaan Semisolid

1. Uji daya sebar

Salep 0,5 gram

Timbang kaca tak berskala

Salep diletakkan di tengan kaca berskala

Ditimpa kaca 1 menit

Hitung diameter sebar

+ beban mulai 50 gram

1 menit

+ beban ... hingga 500 gram

Replikasi 3x

Hitung luas sebaran rata-rata

21

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

2. Uji daya rekat

Oleskan salep pada area 2x2 cm

Letakkan objek glas lain (sedikit bergeser)

Timpa dengan beban 1 kg (5 menit)

Pasang alat uji

Lepaskan beban 80 gram

Hitung waktu hingga rekatan terlepas

Replikasi 3x

3. Uji daya proteksi

4. Uji homogenitas fisik

Dioleskan pada gelas objek dan dilihat secara fisik

22

Ambil selembar kertas saring Pada kertas saring lain, buat area di 2,5 cm

Basahi fenolftalein Tutup pinggirnya dengan parafin yang dicairkan

Keringkan Tempelkan

Oleskan dengan salep Basahi area dengan KOH 0,1 N

Amati pada detik/menit ke berapa muncul warna

pink (maks 5 menit)

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

5. Uji disolusi salep

Hangatkan aquades 370C

Timbang salep 2,5 gram

Masukkan ke dalam kantong dialisis (sel disolusi)

Masukkan ke dalam beker berisi 500,00 mL aqua 370C

Stirer skala 4

Ambil sampel 5 mL pada menit ke 5, 10, 15, 25, 35, dan 45 (tukar jumlah medium

yang diambil dengan aquades 370C)

Sampel ditambah 1 tetes FeCl3, baca pada spektrofotometer 525 nm

Hitung kadar dengan kurva baku : y = 8,25.10-4 x + 0,082

HASIL PENGAMATAN

1. Uji Fisik Sediaan Gel dan Krim

GEL

a. Uji Daya Sebar

Berat

Gel

Diameter (cm)

0 g 50 g 100 g 150 g 200 g 250 g 300 g 500 g

I 3,225 cm 3,725 cm 4,05 cm 4,4 cm 4,5 cm 4,575 cm 4,625 cm 4,724 cm

II 3,2 cm 3,6 cm 3,975 cm 4,075 cm 4,125 cm 4,1 cm 4,375 cm 4,5 cm

III 3,2 cm 3,6 cm 3,975 cm 4,075 cm 4 cm 4,1 cm 4,375 cm 4,5 cm

X 3,208 cm 3,641 cm 4 cm 4,075 cm 4,208 cm 4,258 cm 4,458 cm 4,612 cm

SD 0,014 cm 0,072 cm 0,043 cm 0,229 cm 0,260 cm 0,274 cm 0,014 cm 0,158 cm

CV (%) 0,0043% 0,019% 0,010% 0,056% 0,061% 0,064% 0,032% 0,034%

23

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

b. Uji Data Rekat (satuannya apa?)

Replikasi Waktu Rekat (detik)

I 3,52

II 3,58

II 5,50

X 4,2

SD 1,126

CV 0,268

c. Uji Daya Proteksi

Muncul warna pink pada 0 detik

d. Uji Homogenitas

Homogen, warna gel putih.

e. Uji Pemerian

Halus, berwarna putih, tidak berbau

KRIM

a. Uji Daya Sebar

Berat

Krim

Diameter (cm)

0 kg 50 kg 100 kg 150 kg 200 kg 250 kg 300 kg 500 kg

I 1,425 cm 1,65 cm 1,775 cm 1,95 cm 2,1 cm 2,175 cm 2,425 cm 2,65 cm

II 1,42 cm 1,7 cm 1,625 cm 1,8 cm 2,15 cm 2,25 cm 2,45 cm 2,45 cm

III 1,43 cm 1,75 cm 1,7 cm 1,875 cm 2,1 cm 2,32 cm 2,4 cm 2,40 cm

X 1,425 cm 1,7 cm 1,7 cm 1,875 cm 2,112 cm 2,248 cm 2,425 cm 2,5 cm

SD 0,005 cm 0,05 cm 0,075 cm 0,075 cm 0,029 cm 0,072 cm 0,025 cm 0,132 cm

CV(%) 0,0035% 0,029% 0,044% 0,04% 0,014% 0,030% 0,010% 0,052%

24

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

b. Uji daya Rekat

c. Uji Daya Proteksi

Muncul warna pink pada 0 detik

d. Uji Homogenitas

Tidak homogen dikarenakan fase minyak dan fase air tidak campur

e. Uji Pemerian

Halus, berbau khas

2. Uji Disolusi Gel dan Krim

A. Gel

Menit AbsorbansiFaktor

Pengenceran

Kadar

(µg/ ml)

Kadar

terkoreksi

%

TerlarutAUC

0 0 - 0 0 0 -

5 0,000 - 0 0 0 -

10 0,014 - 0 0 0 -

15 0,041 - 0 0 0 -

25 0,076 - 0 0 0 -

35 0.097 - 18,18 18,18 3,64 18,2

45 0,112 - 36,36 36,54 7,31 54,65

25

Replikasi Waktu Rekat (detik)

I 5,54

II 5,56

II 5,58

X 5,56

SD 0,02

CV 0,0036

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

B. Krim

Menit AbsorbansiFaktor

Pengenceran

Kadar

(µg/ ml)

Kadar

terkoreksi

%

TerlarutAUC

0 0 - 0 0 0 -

5 0 - 0 0 0 -

10 0,035 - 0 0 0 -

15 0,084 - 2,42 2,42 0,48 -

25 0,182 - 121,21 121,23 24,25 121,25

35 0,198 - 140,60 141,81 28,36 263,05

45 0,200 - 143,03 144,45 28,89 286,25

26

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

PERHITUNGAN

EVALUASI FISIK GEL

Mean 0 kg = 3,208 Mean 50 kg = 3,641

SD = 0.014 SD = 0,072

CV = SD/ Mean CV = SD/ Mean

= 0,014/3,208 x 100% = 0,072/3,641 x 100%

= 4,36 x 10-3 = 0,019

Mean 100 kg = 4 Mean 150 kg = 4,075

SD = 0,043 SD = 0,029

CV = SD/ Mean CV = SD/ Mean

= 0,043/4 x 100% = 0,229/ 4,075 x 100%

= 0,010 = 0,056

Mean 200 kg = 4,208 Mean 250 kg = 4,258

SD = 0,260 SD = 0,274

CV = SD/ Mean CV = SD/ Mean

= 0,260/ 4,208 x 100% = 0,274/4,258 x 100%

= 0,061 = 0,064

Mean 300 kg = 4,458 Mean 500 kg = 4,612

SD = 0,144 SD = 0,158

CV = SD/ Mean CV = SD/Mean

= 0,144/ 4,458 x 100% = 0,158/ 4,612 x 100%

= 0,032 = 0,034

EVALUASI FISIK KRIM

Mean 0 kg = 1,425 Mean 50 kg = 1,7

SD = 0,005 SD = 0,05

27

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

CV = SD/ Mean CV = SD/ Mean

= 0,005/ 1,425 = 0,05/1,7

= 3,51 x 10-3 = 0,029

Mean 100 kg = 1,7 Mean 150 kg = 1,875

SD = 0,075 SD = 0,075

CV = SD/ mean CV = SD/ Mean

= 0,075/1,7 = 0.075/ 1,875

= 0,044 = 0,04

Mean 200 kg = 2,112 Mean 250 kg = 2,248

SD = 0,029 SD = 0,072

CV = SD/ mean CV = SD/ Mean

= 0,029/2,112 = 0.072/ 2,248

= 0,014 = 0,030

Mean 300 kg = 2,425 Mean 500 kg = 2,5

SD = 0,025 SD = 0,132

CV = SD/ mean CV = SD/ Mean

= 0,025/2,112 = 0.132/ 2,248

= 0,010 = 0,052

28

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

UJI DISOLUSI GEL DAN KRIM

1. Kadar

a. Kadar Gel

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

Menit 0, Absorbansi = -0,053

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

- 0,053 = 8,25 x 10-4x + 0,082

- 0,053 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,135

0,000825

x = - 163,6 µg/ ml

= 0

Menit 5, Absorbansi = 0,000

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,000 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,000 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,082

0,000825

x = - 99,39 µg/ ml

= 0

Menit 10, Absorbansi = 0,014

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,014 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,014 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,068

0,000825

x = - 82,42 µg/ ml

= 0

29

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Menit 15, Absorbansi = 0,041

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,041 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,041 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,041

0,000825

x = - 49,69 µg/ ml

Menit 25, Absorbansi = 0,076

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,076 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,076 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,006

0,000825

x = - 7,27 µg/ ml

Menit 35, Absorbansi = 0,097

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,097 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,097 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,015

0,000825

x = 18,18 µg/ ml

Menit 45, Absorbansi = 0,112

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,112 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,112 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

30

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

x = 0,030

0,000825

x = 36,36 µg/ ml

b. Kadar Krim

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

Menit 0, Absorbansi = - 0,060

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

- 0,060 = 8,25 x 10-4x + 0,082

- 0,060 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,142

0,000825

x = - 172,12 µg/ ml

Menit 5, Absorbansi = - 0,005

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

- 0,005 = 8,25 x 10-4x + 0,082

- 0,005 - 0,082= 8,25 x 10-4x

x = −0,087

0,000825

x = - 105,45 µg/ ml

Menit 10, Absorbansi = 0,035

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,035 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,035 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = −0,047

0,000825

31

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

x = - 56,96 µg/ ml

Menit 15, Absorbansi = 0,084

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,084 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,084 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = 0,002

0,000825

x = 2,42µg/ ml

Menit 25, Absorbansi = 0,182

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,182 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,182 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = 0,1

0,000825

x = 121,21 µg/ ml

Menit 35, Absorbansi = 0,198

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,198 = 8,25 x 10-4x + 0,082

0,198 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = 0,116

0,000825

x = 140,60 µg/ ml

Menit 45, Absorbansi = 0,200

y = 8,25 x 10-4 + 0,082

0,200 = 8,25 x 10-4x + 0,082

32

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

0,200 - 0,082 = 8,25 x 10-4x

x = 0,118

0,000825

x = 143,03 µg/ ml

2. Kadar Terkoreksi

Kadar Terkoreksi = Kadar pada waktu T + ( Vol. SampelVol .Total

x Kadar Terkoreksi T –

1)

a. Gel

Menit 0

Kadar Terkoreksi = - 163,6 + ( 5

500 x 0)

= - 163,6 (dianggap 0)

Menit 5

Kadar Terkoreksi = - 99,39 + ( 5

500 x - 163,6)

= - 101,03 (dianggap 0)

Menit 10

Kadar Terkoreksi = - 82,42 + ( 5

500 x - 101,03)

= - 83,43 (dianggap 0)

Menit 15

Kadar Terkoreksi = - 49,69 + ( 5

500 x - 83,43)

= - 50,52 (dianggap 0)

Menit 25

Kadar Terkoreksi = - 7,27 + ( 5

500 x - 50,52)

33

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

= - 7,78 (dianggap 0)

Menit 35

Kadar Terkoreksi = 18,18 + ( 5

500 x 0)

= 18,18

Menit 45

Kadar Terkoreksi = 36,36 + ( 5

500 x 18,18)

= 36,54

b. Krim

Menit 0

Kadar Terkoreksi = - 172,12 + ( 5

500 x 0)

= - 172,12 (dianggap 0)

Menit 5

Kadar Terkoreksi = - 105,45 + ( 5

500 x - 172,12)

= - 107,17 (dianggap 0)

Menit 10

Kadar Terkoreksi = - 56,96 + ( 5

500 x - 107,17)

= - 58,03 (dianggap 0)

Menit 15

Kadar Terkoreksi = 2,42 + ( 5

500 x 0)

34

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

= 2,42

Menit 25

Kadar Terkoreksi = 121,21 + ( 5

500 x 2,42)

= 121,23

Menit 35

Kadar Terkoreksi = 140,60 + ( 5

500 x 121,23)

= 141,81

Menit 45

Kadar Terkoreksi = 143,03 + ( 5

500 x 141,81)

= 144,45

3. % Terlarut

% Terlarut = Kadar terkoreksi pada waktu t

Kadar total salisilat x 100%

a. Gel

Menit 35

% Terlarut = 18,18500

x 100%

= 3,64%

Menit 45

% Terlarut = 36,54

0,5 x 100%

= 7,31%

b. Krim

Menit 15

35

Page 36: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

% Terlarut = 2,42500

x 100%

= 0,48%

Menit 25

% Terlarut = 121,23

500 x 100%

= 24,25%

Menit 35

% Terlarut = 141,81

500 x 100%

= 28,36%

Menit 45

% Terlarut = 144,45

500 x 100%

= 28,89%

4. AUC

a. Gel

36

I II

% Terlarut

t

Page 37: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Luas I = 12

x 3,64 x 10

= 12

x 36,2

= 18,1

Luas II = 12

x ( sisi A + sisi B ) x t

= 12

x ( 3,62 + 7,31 ) x 10

= 12

x 10,93 x 10

= 54,65

AUC = Luas I + Luas II

= 18,1 + 54,65

= 72,75

b. Krim

Luas I = 12

x 10 x 24,25

37

III

II

I

% Terlarut

t

Page 38: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

= 12

x 36,2

= 121,25

Luas II = 12

x ( sisi A + sisi B ) x t

= 12

x ( 24,25 + 28,36 ) x 10

= 12

x 52,61 x 10

= 263,05

Luas III = 12

x ( sisi A + sisi B ) x t

= 12

x ( 28,36 + 28,89 ) x 10

= 12

x 57,25 x 10

= 286,25

AUC = Luas I + Luas II + Luas III

= 121,25 + 263,05 + 286,25

= 670,55

5. DE45

DE45 = Luas AUC 45 menit

Luas AUC Total x 100%

a. Gel

DE45 = 54,6572,75

x 100%

= 75,12 %

38

Page 39: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

b. Krim

DE45 = 286,25670,55

x 100%

= 42,69 %

39

Page 40: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

PEMBAHASAN

Uji Fisik Sediaan Semisolida

Pada pembuatan sediaan semisolida zat aktif yang digunakan adalah asam salisilat.

Asam salisilat merupakan zat yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik yang dapat melarutkan

lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5 -10 %. Sediaan semisolid yang akan dibuat adalah gel

dan krim.

Formula 3 dibuat sediaan gel dengan basis hidrofil, karena basis yang digunakan adalah

CMC Na, dimana CMC Na merupakan basis yang larut air. Komposisi formula 3 terdiri dari

asam salisilat, etanol, CMC Na, dan aquadest. Hal yang pertama dilakukan mengembangkan

gelling agent yaitu CMC Na menggunakan air mendidih, lalu melakukan pembasahan asam

salisilat dengan etanol secukupnya dengan digerus perlahan hingga tidak terlihat kristal asam

salisilat. Penambahan etanol berfungsi untuk menghilangkan kristal jarum dari asam salisilat.

Penghilangan kristal asam salisilat dikarenakan sediaan gel ini akan digunakan pada kulit, jika

bentuk asam salisilat masih dalam bentuk kristal dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Selanjutnya gelling agent dicampur ke dalam zat aktif yakni asam salisilat dengan teknik

geometri. Teknik geometri adalah teknik pencampuran bahan secara sedikit demi sedikit.

Campuran basis dan zat aktif harus diaduk hingga homogen dan tidak terlalu kuat karena akan

menyerap udara sehingga menyebakan timbul gelembung udara yang bisa mempengaruhi pH

pada sediaan.

Formula 10 dibuat sediian krim. Basis yang digunakan pada krim adalah CMC Na. Metode

pembuatan yang digunakan adalah metode pelelehan mengapa?. Hal pertama yang dilakukan

adalah mengembangkan basis CMC Na dengan air mendidih sampai terbentuk muschilago ,lalu

melelehkan fase air dan fase minyak dengan suhu 70˚C. Dalam pembuatan krim komponen yang

tidak bercampur dengan minyak (cetil alkohol dan vaselin) di penangas air pada temperatur 70˚C

karena suhu ini ………….

Sementara komponen yang larut air (fase air) juga dipanaskan secara terpisah pada

temperatur yang sama. Fase air dicampur dalam komponen fase minyak dalam keadaan hangat

pada suhu yang sama dengan pengadukan secara kontinu sampai campuran mengental karena

apabila fase air tidak sama temperaturnya dengan fase minyak maka fase minyak menjadi padat.

Basis dicampukan dengan fase minyak hingga homogen. Setelah homogen asam salisilat yang

telah diberi etanol dicampur dengan campuran fase minyak dan basis tersebut. Setelah campuran

40

Page 41: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

homogen, fase air ditambahkan dengan teknik geometri. Sediaaan yang telah dibuat dilakukan uji

evaluasi sediaan yaitu uji fisik antara lain uji daya sebar, uji daya rekat, uji daya proteksi, uji

homogenitas fisik, dan uji disolusi.

1. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa luas sebaran dari

unguenta yang dibuat. Semakin besar daya sebar semakin bagus sediaan yang dibuat. Karena

dengan adanya daya sebar yang tinggi, sediaan dapat mencakup daerah aplikasi sehingga zat

aktif dapat tersebar merata. Dilihat hasil daya sebar dari kedua formula menunjukkan daya

sebar krim dan gel tidak memenuhi parameter daya sebar yang baik dimana daya sebar krim

dan gel masing-masing berkisar untuk krim hanya berkisar 1,425-2,5 cm dan gel berkisar

antara 3-4,612 cm. Menurut Garg et al (2002) daya sebar sediaan yang baik antara 5-7 cm.

Daya sebar krim dan gel tidak terlalu besar disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti

viskositas dan karakteristik basis yang digunakan. Sediaan krim dan gel yang dibuat

memiliki konsistensi yang kental sehingga lebih sulit mengalir hal ini dapat terjadi

disebabkan karena viskositas CMC Na. Saat CMC Na dimasukkan ke dalam air. Na+ lepas

dan diganti dengan ion H+ dan membentuk HCMC yang akan meningkatkan viskositas

(Bochek et al., 2002).

Berbeda jika sediaan yang memiliki viskositas rendah (lebih encer) menghasilkan

diameter penyebaran yang lebih besar karena lebih mudah mengalir. Pada dispersi polimer

turunan selulosa, molekul polimer masuk ke dalam rongga (cavities) yang dibentuk oleh

molekul air menyebabkan terjadinya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (-OH) dari

polimer dengan molekul air. Ikatan hidrogen ini yang berperan dalam hidrasi pada proses

swelling dari suatu polimer. Dilihat dari struktur monomernya, CMC-Na memiliki gugus

hidroksil yang banyak sehingga memiliki ikatan hidrogen banyak pula yang menyebabkan

gel dan krim CMC-Na menjadi lebih kental. Selain itu, CMC-Na juga diduga memiliki gaya

kohesi yang besar karena interaksi antar molekul sejenis lebih besar.Gaya kohesi antar

molekul basis krim dank krim yang besar menyebabkan sediaan cenderung mengumpul dan

sulit menyebar (Erawati,et al, 2005).

41

Page 42: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas berfungsi untuk melihat krim dan gel yang dibuat sudah

homogen atau tercampur merata antara zat aktif dengan zat tambahan atau belum, selain itu

berfunsi untuk melihat adanya penggumpalan atau adanya partikel yang dapat mengiritasi

kulit. Hasil pengujian pada sediaan gel menunjukkan sediaan yang homogen hal ini

menunjukan bahwa zat aktif telah tersebar merata dalam gel, dikarenakan sediaan gel yang

menggunakan basis CMC Na menunjukkan sediaan yang homogen ditandai dengan tidak

adanya butiran kasar (Ditjen POM, 2000).

Sedangkan krim menunjukkan hasil yang tidak homogen.dimana fase minyak dan air

tidak menyatu. Hal ini bisa dikarenakan, untuk mendapatkan kestabilan krim yang tepat

dengan formula yang mengandung komposisi minyak lebih dari 10% (dalam formula 10

mengandung minyak 10,5%) perlunya penggunaan pembantu emulsi contohnya setil

alkohol. Dimana penambahan zat-zat polar yang bersifat lemak seperti setil alkohol sebagai

pembantu pengemulsi cenderung dapat menstabilkan emulsi minyak dalam air dari sediaan

semisolid (Lachman, 1989). Dalam pembuatan emulsi minyak dalam air, setil alkohol

dilaporkan memperbaiki stabilitas jika dikombinasi dengan agen pengemulsi larut air.

pembuatannya mortir dan stemper dipanaskan terlebih dahulu dengan air panas. Hasilnya

bgmn?

3. Uji Daya Lekat

42

0100

200300

00.5

11.5

22.5

33.5

44.5

5

Uji Daya Sebar

Replikasi 1Replikasi 2Replikasi 3

Dia

met

er P

enye

bara

n (c

m)

Page 43: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh sediaan untuk

melekat pada kulit. Hal ini juga berhubungan dengan lama daya kerja obat. Semakin lama

waktu yang dibutuhkan maka semakin lama daya kerja obat (Voight, 1994). Pengujian daya

lekat sediaan dilakukan dengan cara krim dan gel masing-masing diletakkan pada satu sisi

kaca objek (ukuran 2x2) yang pada sisi bawahnya telah dipasangkan tali untuk mengikat

beban, kemudian ditempelkan pada kaca objek yang lain. Beban yang digunakan adalah 80

gram lalu direplikasi. Replikasi bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam memperoleh

data. Pada formula ke 3 rekatan terlepas pada detik ke 3 sedangkan formula 10 terlepas

pada detik 5. Semakin lama waktu yang diperlukan hingga kedua obyek glass terlepas, maka

makin baik daya melekat sediaan krim tersebut. Semakin lama krim melekat pada kulit maka

efek yang ditimbulkan juga semakin besar (Levin dan Miller, 2011). Faktor yang

mempengaruhui perubahan daya lekat seperti konsentrasi yang digunakan, pengadukan,

ukuran partikel, viskositas, suhu. Hasil percobaan dan dibandingkan dengan litelatur???

4. Uji Daya Proteksi

Daya proteksi dilakukan untuk mengetahui kemampuan proteksi atau perlindungan

terhadap pengaruh asing dari luar yang mengurangi efektifitas dari krim. Semakin lama

waktu yang dibutuhkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan. Uji ini dilakukan

dengan dengan menggunakan kertas saring berdiameter 6 cm dibasahi dengan

indikator  phenolphthalein kemudian dikeringkan, olesi kertas dengan sediaan yang akan

dicoba kemudian kertas saring lain berukuran 2.5cm x2.5 cm ditaruh diatas kertas saring

dengan pembatas / pada pinggir kertas saring yang kedua diberi paraffin cair. Kemudian

kertas saring yang kecil ditetesi dengan KOH 0.1N. Larutan KOH sebagai agen intervensi.

KOH ini akan mengubah warna indikator phenolptalein menjadi pink. Jika terjadi perubahan

warna tersebut maka sediaan tidak dapat memproteksi kestabilannya. Maka semakin lama

perubahan warna yang terjadi, semakin besar kemampuan proteksi suatu sediaan. Amati

kapan timbulnya noda berwarna pink pada kertas saring, dari pengamatan menunjukkan

noda pink gel dan krim muncul pada detik ke 0 menandakan bahwa krim dan gel ini tidak

mampu memberikan daya proteksi terhadap suatu cairan.

5. Uji Disolusi Sediaan Semisolida

43

Page 44: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

Uji disolusi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil disolusi krim dan gel

asam salisilat. Pada uji disolusi perlakuan pertama adalah melapisi sediaan gel/krim dengan

kain kasa sebagai membran difusi (sel disolusi), lalu sediaan gel/krim yang telah dilapisi

dengan kain kasa dicelupkan ke dalam beker gelas yang berisi medium aquadest sebanyak

500mL, kemudian suhu dipertahankan pada 37oC, agar menyesuaikan dengan suhu tubuh.

Lalu stirer diatur pada kecepatan konstan 5 rpm. Setelah itu cairan sample diambil pada

selang waktu menit ke 5, menit ke 10, menit ke 15 , menit ke 25, menit ke 35, dan menit ke

45 untuk menentukan jumlah obat dalam cairan itu. Dan setiap pengambilan cuplikan 5 ml

harus ada penambahan 5 ml aquadest juga dari tabung satunya supaya jumlah air sama

dalam tabung pada menit pengukuran pertama sampai pada pengukuran terakhir atau 45

menit. Sebelum pengukuran, cuplikan dibiarkan dahulu beberapa menit supaya pengotor

lainnya dapat mengendap sehingga faktor kesalahan dalam pengukuran seminimal mungkin

dan pada pengambilan cuplikan tempat pengambilan cuplikan harus di tempat yang sama

supaya kondisi juga sama karena jika kita ketika diambil di tempat yang berbeda

kemungkinan akan menghasilkan konsentrasi yang berbeda pula sehingga pada pengukuran

ini tidak akurat hasil yang didapat. Dan pada pemipetan juga sebaiknya pengambilan sampel

dengan pipet harus tegak lurus karena dengan tegak lurus akan dihasilkan pemipetan yang

baik karena cara pemipetan yang baik adalah tegak lurus tidak boleh miring.

Setelah itu tentukan absorbansinya pada panjang gelombang 525 nm. Untuk

menentukan kadar obat maka digunakan alat spektrofotometer vis dengan penambahan

FeCl3 untuk pembentukan kompleks dengan besi (III) klorida dengan apa?. Penambahan

FeCl3 pada larutan asam salisilat akan merubah warna larutan menjadi ungu. Hal ini terjadi

karena adanya reaksi antara asam salisilat dengan ion Fe(H2O)6 3+ . bagaimana reaksinya?

Atom oksigen baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat dari asam salisilat akan

berikatan dengan ion kompleks tersebut.

Dari hasil pengukuran absorbansi didapatkan hasil dimana terlihat bahwa absorbansi

yang dihasilkan semakin lama semakin meningkat begitu juga dengan kadar obat

(konsentrasi obat), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa absorbansi berbanding lurus

dengan konsentrasi. Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa nilai % terlarut pada

sediaan gel baru terjadi disolusi pada menit ke 35. Hal ini berbeda dengan sediaan krim yang

terjadi disolusi pada menit ke 15. Hal ini dapat disebabkan karena afinitas asam salisilat

44

Page 45: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

pada sediaan gel tinggi sehingga sulit terlepas dari basisnya, karena asam salisilat memiliki

kecenderungan sifat lebih lipofil sedangkan basis gel (Na CMC) bersifat hidrofil. Oleh sebab

itu maka asam salisilat akan terperangkap didalam basis gel sehingga afinitas asam salisilat

menjadi tinggi terhadap basis gel sehingga sulit terlepas dari basisnya. Sedangkan pada

sediaan krim yang seharusnya menjadi krim tipe w/o karena ada basis vaselin dan cetil

alcohol sebagai basis minyak dengan perbandingan Na CMC sebagai basis air, memiliki

disolusi lebih cepat daripada sediaan gel, padahal semestinya stabilitas dari krim w/o yang

bersifat hidrofobik, ketika dicampurkan ke dalam basis gel yang bersifat hidrofilik mungkin

tidak stabil tetapi karena mungkin sediaan krimnya kurang baik disebabkan lebih banyak

fase air yang terlihat sehingga disolusi yang tercipta menjadi cepat karena cepat terlarutnya

dan sudah muncul pada menit ke 15.

Tetapi dilihat dari sediaan gel dan krim ini, keduanya tidak sesuai persyaratan uji

disolusi yang menyatakan % terlarut meningkat seiring bertambahnya waktu dan mencapai

75% di menit 45. Hal ini dapat terjadi karena mungkin formulasi dari sediaan gel dan krim

yang kurang baik.  Faktor lain yang menyebabkan hasil percobaan tidak akurat adalah

kecepatan pengadukan saat uji. Pengadukan mempengaruhi penyebaran partikel-partikel dan

tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut.

Semakin lama kecepatan pengadukan maka laju disolusi akan semakin tinggi. Pada

percobaan ini kecepatan pengadukannya rendah sehingga % terlarut yang dihasilkan pun

rendah.

Selain itu, faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang diperoleh

antara lain :

Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.

Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml.

Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel menggunakan pipet

volume.

Terdapat kontaminasi pada larutan sampel.

Suhu yang dipakai tidak tepat.

Untuk mengukur besarnya luas AUC zat aktif terlarut dapat digunakan dua metode,

yaitu metode timbang dan metode trapezium, dimana pada percobaan ini menggunakan

metode trapezium untuk menghitung DE. Dan hasil dari perhitungan DE45 yaitu pada

45

Page 46: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

sediaan gel sebesar 75,12% dan pada krim sebesar 42,69%. Hal ini menunjukkan bahwa

pada menit ke 45, sediaan gel kecepatan disolusinya lebih baik daripada sediaan krim. Hal

ini dapat terjadi karena sediaan krim tidak terbentuk sempurna.

KESIMPULAN

1. Formula mengandung zat aktif asam salisilat yang berkhasiat sebagai agen keratolitik

yang pada proses pembuatannya perlu ditambahkan etanol untuk menghilangkan kristal

jarum dari asam salisilat

2. Fase minyak dan fase air dipanaskan secara terpisah pada temperatur yang sama

pembuatannya mortir dan stemper dipanaskan terlebih dahulu dengan air panas dan

setelah fase minyak dan fase air dicampurkan  harus diaduk dengan cepat hingga

terbentuk cream.

3. Krim yang dibuat tidak homogen dimana fase minyak dan fase air memisah, daya

lekatnya adalah 5,56 detik, krim tidak dapat memberikan proteksi pada suatu cairan, krim

mampu menyebar hingga 2,5 cm pada permukaan.

4. Gel yang dibuat homogen dan berwarna putih, daya lekatnya adalah 4,2 detik, gel tidak

dapat memberikan proteksi pada suatu cairan, gel mampu menyebar hingga 4,5 cm pada

permukaan.

5. Perhitungan DE45 pada sediaan gel sebesar 75,12% dan pada krim sebesar 42,69%. Hal

ini menunjukkan bahwa pada menit ke 45, sediaan gel kecepatan disolusinya lebih baik

daripada sediaan krim. Hal ini dapat terjadi karena sediaan krim tidak terbentuk

sempurna.

46

Page 47: LAPORAN PRAKTIKUM 20.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed IV, UI Press, Jakarta

Bochek, A.M., Yusupova, L.D.,Zabivalova, N.M., Petropavlovskii, G.A. 2002. Rheological

Properties of Aqueous H-Carboxymethyl Cellulose Solutions with Various

Additives.Russian Journal ofApplied Chemistry.75: 4–7

Ditjen POM. (2000). Metode Analisis PPOM. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg, and A. K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid Formulation:

An Update. Pharmaceutical Tecnology. September: 84-102.

Lachman L, LiebermanHA, Kanig jl. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III, jilid 2. UI

Press. Jakarta. 1986.

Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.

47