Upload
chika-olviani
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan industri dunia yang semakin pesat sekarang ini,
masalah-masalah yang muncul juga semakin kompleks. Agar industri dapat
menyelesaikan masalah yang muncul di industry, perlu ketersediaan peralatan
pengukuran yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu mengoperasikan
peralatan pengukuran dengan baik dan sesuai standard penggunaan alat.
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum pengukuran teknik ini untuk
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa agar mampu menggunakan dan
melakukan pengukuran pada beberapa alat ukur, seperti mikrometer, jangka
sorong, dial indikator, dan bevel protektor.
1.2 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari praktikum ini, antara lain :
1. Peralatan atau alat ukur sudah dikalibrasi dengan baik.
2. Suhu ruangan dianggap sesuai dan tidak mempengaruhi hasil pengamatan.
3. Spesimen yang diukur permukaannya dianggap rata.
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur, yaitu mikrometer, jangka
sorong, dial indikator, dan bevel protektor.
2. Mampu menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan hasil pengukuran
dengan berbagai jenis alat ukur, seperti mikrometer, jangka sorong, dial
indikator, dan bevel protektor.
[Type text]
[Type text]
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran
2.1.1 Mikrometer
Pada pengukuran micrometer, hasil pengukuran dengan menggunakan alat ini
biasanya lebih presisi daripada menggunakan jangka sorong. Akan tetapi,
jangkauan ukuran micrometer jauh lebih kecil, yaitu sekitar 25 mm. Mirometer
memiliki ketelitian samapai 0,01 mm. Jangkauan ukuran micrometer adalah 0-25
mm, 25-0 mm, 50-75 mm, dan seterusnya. Cara membaca skala micrometer
adalah sebagai berikut :
- Membaca angka skala utama/ barrel scale
- Membaca angka skala timbel
- Jumlahkan angka yang diperoleh
Gambar 2.1 Mikrometer
2.1.2 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus millimeter.Terdiri dari 2 bagian.Bagian diam dan bagian pembacaan
hasil pengukuran.Bagian diam dan bagian pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian dari pengguna maupun alat. Sebagian
produk baru dari jangka sorong sudah dilengkapi dengan display digital pada
[Type text]
[Type text]
versianalog. Umumnya tingkat ketelitian adalah 0,05 mm untuk jangka sorong di
bawah 30 cm dan 0,01 mm untuk jangka sorong diatas 30 cm.
Gambar 2.2 Jangka Sorong
2.1.3 Dial Indicator
Dial indicator adalah sebuah perangkat yang digunakan unutk
mengukur increment sangat kecil. Hal ini digunakan dalam proses permesinan
untuk mengukur bagian logam presisi. Pada umumnya ada 3 jenis pengukuran.
Incremental digunakan oleh dial indicator dengan kenaikan terbesar 0,001 dan
pengukuran paling akurat adalah 0,001 inch.
Gambar 2.3 Dial Indicator
Di dalam sebuah dial indicator terdapat komponen sebuah tali
sederhana dan peralatan sistem sayap terhubung kepinggir gigi pinion.
[Type text]
[Type text]
Pembebanan pegas pluger adalah bagian dari mekanisme yang melawan
dan bereaksi dari dalam sistem gearing.Mekanisme ini tidak efektif pada batas
perjalanan pluger indicator di setiap kualitas pada tempat semua berjalan di luar
batas-batas tentangpengukuran yang ditentukan.
2.1.4 Bevel Protactor
Bevel Protactor adalah perkembangan dari protactor dengan sebuah
atau dua buah logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan untuk mengukur
sudut, berbeda dengan busur derajat yang mengukursudut antara 2 garis yang
berhubungan dan dibatasi oleh sudut maksimum 180. Bevel protactor ini dapat
mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya. Bevel protactor ini
juga dapat mengukur obyek dengan sudut maksimum 360, karena alat ukur ini
dilengkapi dengan lengan penggerak 360.
Bevel protactor ini banyak dipakai pada gambar arsitektur dan
mesin sebelum perangkat lunak CAD. Bentuk lain dari bevel protactor adalah
bevel protactor yang banyak dipakai dalam proses permesinan
Gambar 2.4 Bevel Protactor
[Type text]
[Type text]
2.2 Sifat-Sifat Alat Ukur
1. Rantai Kalibrasi (Chain Calibration)
Kalibrasi (peneraan) pada dasarnya serupa dengan pengukuran yaitu
membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Dlama kalibrasi
yang diukur adalah yang objek ukur yang diketahui ‘ harga sebenarnya”
yang menjadi acuan kalibrasi. Harga sebenarnya adalah harga yang
dianggap benar dalam kaitannya dengan “tingkat kebenaran” yang
diperlukan oleh alat ukur yang dikalibrasi.
2. Keterlacakan(Traceability)
Dengan menjalankan system kalibrasi berantai, setiap alat ukur
akan memiliki keterlacakan (Traceability) yaitu sampai sejauh mana mata
rantai kalibrasi dirangkai. Jika secara meyakinkan seorang dapat
menyatakan bahwa keterlacakan suatu alat ukur (misalnya alat ukur kerja)
adalah sampai mata rantai ke 2 berarti alat ukur tersebut pernah dikalibrasi
dengan memakai acuan standar kerja yang mana acuan standar kerja ini
pernah dikalibrasi dengan alat ukur standar.
3. Kecermatan (Resolution)
Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan
cara pembacaannya. Bagi skala yang dibaca melalui garis indeks atau
jarum penunjuk kecermatan alat ukur sama dengan kecermatan skala yaitu
arti jarak antar garis skala.
4. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah,
sesuai dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya. Dalam hal ini,
kepekaan alat ukur adalah kemampuan alat ukur untuk menerima,
mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian
penunjuk, pencatat atau pengolah data pengukuran).Secara matematis,
[Type text]
[Type text]
kepekaan didefinisikan sebagai kemiringan grafik antara keluaran(output)
sebagai fungsi masukan (input), yaitu : kepekaan = dy/dx.
5. Keterbacaan (Readability)
hasil pengukuran, maka secara umum keterbacaan penunjuk digital
dikatakan lebih tinggi daripada keterbacaan skala dengan jarum penunjuk,
garis indeks, atau garis indeks dengan skala nonius. Istilah keterbacaan
dalam metrology secara khusus lebih dikaitkan pada bagian penunjuk
dengan skala.
6. Histerisis
Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul
sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah
secara berlawanan (mulai dari 0 hingga skala maksimum kemudian
diulang dari skala maksimum sampai skala nol).Histerisis muncul karena
adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur.
7. Kepasifan (Passivity)
Kepasifan dikaitkan dengan waktu yang digunakan “perjalanan isyarat”
mulai dari sensor sampai pada penunjuk.Suatu alat ukur dapat memiliki
kepekaan tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau sebaliknya, sebab
antara kepekaan dan kepasifan tidak ada kaitannya. Kepasifan yang rendah
sangat menguntungkan sebab alat ukur akan cepat reaksinya, terutama
pada bagian pengubahnya yang dirancang dengan memperhatikan hal itu.
8. Pergeseran (Shifting)
Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk atau pena pencatat
bergeser dari posisi semestinya. Proses pergeseran biasanya berjalan
lambat dan pengamat tak menyadari gara-gara jarum penunjuk atau pena
pencatat berfungsi secara dinamik mengikuti perubahan isyarat sensor.
[Type text]
[Type text]
Jadi, pergeseran merupakan suatu penyimpangan yang membesar dengan
berjalannya waktu.
9. Kestabilan Nol (Zero Stability)
Jika pergeseran merupakan perubahan yang menyebabkan penyimpangan
yang membesar dengan berjalannya waktu, kestabilan nol juga menjadi
penyebab penyimpangan tetapi dengan harga yang tetap atau berubah-
ubah secara rambang (Acak) tak stabil.
10. Pengambangan (Floating)
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya
atau angka terakhir penunjuk digital berubah-ubah.Hal ini disebabkan oleh
adanya gangguan (noise) yang menyebabkan perubahan kecil
yang”dirasakan sensor” yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah
alat ukur.
[Type text]
[Type text]
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Mikrometer
2. Jangka sorong
3. Dial Indicator
4. Bevel protactor
5. Benda – benda yang akan diukur
3.2 Langkah – Langkah Percobaan
3.2.1 Mikrometer
Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan mikrometer adalah
1. Tentukan ketelitian alat ukur yang dipakai.
2. Permukaan benda ukur dan mulut ukur harus dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan alkohol dan tisu halus.
3. Periksa kedudukan titik nol dari mikrometer, bila tidak segaris maka harus
disetel terlebih dahulu.
4. Buka mulut ukur sampai melebihi dimensi ukur. Gunakan poros ukur
untuk membuka mulut ukur, jangan sekali – kali menggunakan rahang
mikrometer.
5. Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur pada benda ukur
jangan terlalu keras. Gunakan pembatas momen putar ketika poros ukur
hampir mencapai permukaan benda ukur.
6. Lakukan pengukuran dan catat pada lembar data.
7. Ulangi pengukuran hingga 5 kali pengambilan data.
[Type text]
[Type text]
3.2.2 Jangka Sorong
Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan jangka sorong adalah:
1. Tentukan kecermatan dan jangka sorong yang digunakan.
2. Bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukur sebelum dilakukan
pengukuran.
3. Sebelum jangka sorong yang digunakan, pastikan skala nonius dapat
bergeser dengan bebas.
4. Pastikan angka nol pada kedua skala bertemu dengan tepat.
5. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan
skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan
pengukuran yang kurang akurat.
6. Tempatkan jangka sorong tegal lurus dengan benda yang diukur.
7. Tekanan pengukuran jangan terlalu kuat, karena akan menyebabkan
terjadinya pembengkokkan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur
kedalaman.
8. Kencangkan baut pengunci agar rahang rahang tidak bergeser, tetapi
jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut pengunci.
9. Dalam membaca skala nonius upayakan setelah jangka sororng diangkat
keluar dengan hati – hati dari benda ukur.
10. Lakukan pengukuran diameter luar, diamter dalam dan kedalaman.
11. Catat hasi pengukuran pada lembar data.
12. Ulangi langkah 10 sampai 11 sebanyak 5 kali untuk masing – masing
pengukuran.
3.2.3 Dial Indicator
Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan dial indicator adalah
1. Set alat ukur seperti gambar 3.1
2. Lakukan pengukuran ketinggian benda ukur pada suatu titik.
3. Catat hasil pengukuran pada lembar data. [Type text]
[Type text]
4. Lakukan langkah 2 dan 3 sebanyak 5 kali
3.1 Set Alat Ukur untuk Pengukuran dengan Dial Indicator
3.2.4 Bevel Protactor
Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan bevel protactor adalah
1. Lakukan pengukuran terhadap sudut α pada benda seperti pada gambar 3.2
2. Catat hasil pengukuran pada lembar data.
3. Ulangi langkah 1 dan 2 sebanyak 5 kali.
Gambar 3.2 Benda Ukur untuk Pengukuran Bevel
[Type text]
[Type text]
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Acuan
No Alat Ukur Pengukuran
1 Jangka Sorong Diameter luar 58,70 mm
Diameter dalam 54 mm
Kedalaman 40,9 mm
2 Mikrometer Diameter luar 5,46 mm
3 Bevel Protactor Sudut 140˚50
4 Dial Indicator 680 µm
4.2 Data Praktikan
4.2.1 Jangka Sorong (mm)
a. D luar
Pengukuran ke-
Rangga
Adityas
Bondan Selly Dani Nava
Data acuan
1 58.50 58.75 59.60 58.60 58.45 58.65 58.702 58.50 58.70 58.30 58.55 58.50 58.45 58.703 58.45 58.70 58.40 58.65 58.60 58.60 58.704 58.45 58.70 58.45 58.75 58.45 58.50 58.705 58.45 58.70 58.45 58.60 58.40 58.60 58.70
Tabel 4.1 Data Pengukuran D Luar
b. D Dalam
Pengukuran ke-
Rangga
Adityas
Bondan Selly Dani Nava
Data acuan
1 54.00 54.00 54.85 54.20 54.05 54.10 54.002 53.55 53.95 54.65 54.80 54.20 54.10 54.003 53.65 54.05 54.45 54.90 54.05 53.80 54.004 53.90 54.00 54.80 54.10 54.10 54.10 54.005 53.75 54.05 54.90 54.10 54.20 53.70 54.00
Tabel 4.2 Data Pengukuran D Dalam
[Type text]
[Type text]
c. Kedalaman
Pengukuran ke- Rangga
Adityas Bondan Selly Dani Nava
Data acuan
1 41.00 41.50 41.20 40.10 41.05 40.80 40.902 40.10 41.00 40.95 40.50 41.20 41.55 40.903 41.05 41.05 40.90 40.40 41.10 40.90 40.904 40.95 41.00 41.00 40.50 41.00 40.90 40.905 40.95 41.00 40.95 40.40 41.05 40.65 40.90
Tabel 4.3 Data Pengukuran Kedalaman
4.2.2 Mikrometer (mm)
Pengukuran ke-
Rangga
Adityas
Bondan Selly Dani Nava
Data acuan
1 5.41 5.41 5.42 5.40 5.43 5.42 5.462 5.41 5.40 5.41 5.40 5.42 5.42 5.463 5.39 5.41 5.42 5.40 5.41 5.41 5.464 5.40 5.41 5.41 5.42 5.42 5.41 5.465 5.41 5.40 5.41 5.41 5.42 5.40 5.46
Tabel 4.4 Data Pengukuran Mikrometer
4.2.3 Bevel Protactor
Pengukuran ke- Rangga Adityas Bondan Selly Dani Nava
Data acuan
1 140.30 140.45 140.00 139.30 140.40 139.45 140.502 140.35 140.10 140.30 139.45 140.45 139.15 140.503 140.00 140.15 140.00 139.40 140.35 139.30 140.504 140.30 139.55 140.30 139.45 140.30 139.10 140.505 140.35 140.20 140.00 139.35 140.45 139.35 140.50
Tabel 4.5 Data Pengukuran Bevel Protactor
4.2.4 Dial indicator (µm)
Pengukuran ke-
Rangga
Adityas
Bondan Selly Dani Nava
Data acuan
1 689 692 699 684 686 698 6832 691 689 690 692 681 692 6833 688 693 688 692 685 690 6834 690 690 691 697 691 686 6835 692 691 692 698 693 686 683
Tabel 4.6 Data Pengukuran Dial Indicato
[Type text]
[Type text]
4.3 Contoh Perhitungan
Rata-Rata
Jangka Sorong
a. D Luar
Mean=x=∑i=1
n x in=58.7+58.7+58.8+58.75+58.7
5=58.73
StDev=s=√∑i=1
n
( xi−x)2
n−1=√(58.7−58.73)2+(58.7+58.73)2+(58.8+58.73)2+(58.75+58.73)2+(58.7+58.73)2
5−1=0.0447
b. D Dalam
Mean=x=∑i=1
n x in=53.7+53.8+53.8+53.7+53.9
5=53.78
StDev=s=√∑i=1
n
( xi−x)2
n−1=√(53.7−53.78)2+(53.8+53.78)2+(53.8+53.78)2+(53.7+53.78)2+(53.9+53.78)2
5−1=0.0837
c. D Kedalaman
Rata-Rata
x¿
=∑n=1
k
x i
n=40 .9+40 . 8+40 .9+40 .9+40 . 95
5=40 .89
Standar Deviasi
S=[∑n=1
k
(xi−x¿
)2
n−1]1/2=√ (40 . 9−40 . 89 )2+( 40 .8−40 .89 )2+ (40 .9−40. 89 )2+(40 . 9−40 .89 )2+( 40.95−40 . 89 )2
5−1= 0.05
Mikrometer
Mean=x=∑i=1
n x in=5.46+5.45+5.46+5.45+5.45
5=5.454
StDev=s=√∑i=1
n
( xi−x)2
n−1=√(5.46−5.454)2+(5.45+5.454)2+(5.46+5.454)2+(5.45+5.454 )2+(5.45+5.454)2
5−1=0.0837
[Type text]
[Type text]
Bevel Protector
Mean=x=∑i=1
n x in=140.25+140.08+140.08+140.17+140.17
5=140.15
StDev=s=√∑i=1
n
( xi−x)2
n−1=√(140.25−140.15)2+(140.08+140.15)2+(140.08+140.15)2+(140.17+140.15)2+(140.17+140.15)2
5−1=0.07
Dial Indicator
Mean=x=∑i=1
n x in=673+672+673+674+672
5=672.8
StDev=s=√∑i=1
n
( xi−x)2
n−1=√(673−672.8)2+(672+672.8)2+(673+672.8)2+(674+672.8)2+(672+672.8)2
5−1=0.0837
4.4 Pembahasan
4.4.1 Jangka Sorong
4.4.1.1. Jangka sorong diameter luar
a. Grafik
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.558
58.1
58.2
58.3
58.4
58.5
58.6
58.7
58.8
RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan
[Type text]
[Type text]
Gambar 4.1 Hasil Pengukuran D luar dengan Jangka Sorong
b. One-Sample T
One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava
Test of mu = 58.7 vs not = 58.7
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 58.4700 0.0274 0.0122 (58.4360, 58.5040) -18.78 0.000Adityas 5 58.7100 0.0224 0.0100 (58.6822, 58.7378) 1.00 0.374Bondan 5 58.4400 0.1084 0.0485 (58.3054, 58.5746) -5.36 0.006Selly 5 58.6300 0.0758 0.0339 (58.5358, 58.7242) -2.06 0.108Dani 5 58.4800 0.0758 0.0339 (58.3858, 58.5742) -6.49 0.003Nava 5 58.5600 0.0822 0.0367 (58.4580, 58.6620) -3.81 0.019
c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan
Source DF SS MS F PFactor 6 0.37600 0.06267 14.04 0.000Error 28 0.12500 0.00446Total 34 0.50100
S = 0.06682 R-Sq = 75.05% R-Sq(adj) = 69.70%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev --+---------+---------+---------+-------Rangga 5 58.4700 0.0274 (-----*-----)Adityas 5 58.7100 0.0224 (-----*-----)Bondan 5 58.4400 0.1084 (-----*-----)Selly 5 58.6300 0.0758 (-----*-----)Dani 5 58.4800 0.0758 (-----*-----)Nava 5 58.5600 0.0822 (-----*-----)Data acuan 5 58.7000 0.0000 (-----*-----) --+---------+---------+---------+------- 58.40 58.50 58.60 58.70
Pooled StDev = 0.0668
d. Pembahasan
Pada grafik pengukuran diameter luar pada jangka sorong, tren grafik
pengukuran Mela mendekati data acuan terlihat dari titik percobaan 2,3 dan 5
sesuai dengan titik acuan sedangkan titik yang lainnya tidak terlalu jauh dengan
titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Ruri mendekati data acuan terlihat dati
[Type text]
[Type text]
titik percobaan 2 dan 5 sesuai dengan data acuan, sedangkan titik lainnya tidak
terlalu jauh dari titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Rudi titik percobaan
yang didapat tidak sesuai dengan data acuan, hanya titik percobaan 5 saja yang
sesuai dengan data acuan. Grafik pengukuran Ari mendekati data acuan terlihat
pada titik percobaan 1, 2, 4 dan 5. Sedangkan titik percobaan 3 tidak terlalu jauh
dari titik acuan. Pada grafik pengukuran Midun mendekati data acuan terlihat
pada titik percobaan 1 dan 5. Sedangkan titik percobaan lainnnya tidak terlalu
jauh dari titik acuan. Sedangkan grafik percobaan Anas tidak ada yang sesuai
dengan data acuan.
Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter luar diatas
pengukuran paling teliti adalah Ari, terlihat dari tren grafik pengukurannya sesuai
dengan titik acuan sedangkan pengukuran yang tidak teliti adalah Anas, terlihat
dari tren grafik pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan titik acuan. Untuk
pengukuran paling tepat adalah Ruri, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari
5 kali percobaan tidak banyak yang mengalami perubahan nilai sedangkan
pengukuran yang tidak tepat adalah Rudi, terlihat dari tren grafik pengukurannya
dari 5 kali percobaannya selalu berubah – ubah.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter luar jangka sorong
disebabkan adanya kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan, pembacaan
yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.
4.4.1.2 Jangka sorong diameter dalam
a. Grafik
[Type text]
[Type text]
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.552.5
53
53.5
54
54.5
55
55.5
RanggaAdityasBondanSellyDaniNavaData acuan
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran D dalam dengan Jangka Sorong
b. One-Sample T
One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava
Test of mu = 54 vs not = 54
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 53.7700 0.1823 0.0815 (53.5436, 53.9964) -2.82 0.048Adityas 5 54.0100 0.0418 0.0187 (53.9581, 54.0619) 0.53 0.621Bondan 5 54.7300 0.1823 0.0815 (54.5036, 54.9564) 8.95 0.001Selly 5 54.420 0.396 0.177 ( 53.928, 54.912) 2.37 0.077Dani 5 54.1200 0.0758 0.0339 (54.0258, 54.2142) 3.54 0.024Nava 5 53.9600 0.1949 0.0872 (53.7180, 54.2020) -0.46 0.670
c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan
Source DF SS MS F PFactor 6 3.1629 0.5271 13.72 0.000Error 28 1.0760 0.0384Total 34 4.2389
S = 0.1960 R-Sq = 74.62% R-Sq(adj) = 69.18%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+
[Type text]
[Type text]
Rangga 5 53.770 0.182 (----*----)Adityas 5 54.010 0.042 (----*----)Bondan 5 54.730 0.182 (----*----)Selly 5 54.420 0.396 (----*----)Dani 5 54.120 0.076 (----*----)Nava 5 53.960 0.195 (----*----)Data acuan 5 54.000 0.000 (----*----) ---------+---------+---------+---------+ 53.90 54.25 54.60 54.95
Pooled StDev = 0.196
d. Pembahasan
Pada grafik pengukuran diameter dalam pada jangka sorong, tren
grafik pengukuran Alby selalu naik mulai dari pengukuran 1-5 dan tidak ada
hasil pengukuran yang sesuai dengan nilai titik acuan.Untuk tren grafik
pengukuran Tony membentuk grafik naik turun seperti gelombang mulai
dari pengukuran 1-5 serta tidak ada hasi pengukuran yang sesuai dengan
titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Fungki membentuk grafik naik
turun seperti gelombang mulai dari pengukuran 1-5 dengan titik pengukuran
3 mengalami penurunan yang paling tajam serta tidak ada hasil pengukuran
yang sesuai dengan titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Guntur
membentuk grafik yang lurus untuk pengukuran yang 1 – 4, setelah itu
mengalami penurunan yang sangat tajam dari pengukuran 4 menuju 5 serta
tidak ada hasil pengukuran yang sesuai dengan titik acuan. Untuk tren grafik
pengukuran Ahmad membentuk grafik yang lurus mulai dari pengukuran 1 –
5 akan tetapi dari setiap titik pengukuran tidak ada hasil pengukuran yang
sesuai dengan titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Sofyan membentuk
grafik naik turun seperti gelombang mulai dari pengukuran 1-5 serta tidak
ada hasi pengukuran yang sesuai dengan titik acuan.
Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter dalam dari
ke 6 praktikan diatas tidak ada yang teliti karena dari 6 grafik praktikan
tidak ada yang sesuai dengan hasil titik acuan.Untuk pengukuran paling
tepat adalah Ahmad, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali
percobaanya tidak banyak yang berubah sedangkan pengukuran yang tidak
[Type text]
[Type text]
tepat adalah Fungki, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali
percobaannya selalu berubah – ubah dengan signifikan.
Berdasarkandata pada minitab One sample T perhitungan rata-rata,
pengukuran Albydan Tony yang mendekati data acuan dengan nilai data
acuan sebesar 53.78 mm. Sehingga data pengukuran Alby dan Tony (53.78
mm) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata Ahmad jauh dari
data acuan,sehingga data pengukuran Guntur (53.94 mm) yang paling tidak
teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran Ahmad (S= 0.022)
yang paling kecil dan data pengukuran Fungki (S= 0.219) yang paling
besar .nilainya, sehingga data pengukuran Ahmad paling tepat dan data
pengukuran Fungki paling tidak tepat. Sedangkan untuk nilai P value Alby,
Tony, Fungki, Guntur, Ahmad, dan Sofyan < α, maka Ho ditolak,sehingga
hasil pengukuran Alby, Tony, Fungki, Guntur, Ahmad, dan Sofyanmenjauhi
nilai acuan. . Untuk nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror adalah
Guntur dengan nilai 0.116 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror
adalah Ahmad dengan 0,01
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter dalam jangka
sorong disebabkan kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan,
pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.
4.4.1.3 Jangka Sorong (Kedalaman)
a. Grafik
[Type text]
[Type text]
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.539
39.5
40
40.5
41
41.5
42
RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kedalaman dengan Jangka Sorong
b. One-Sample T
One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava
Test of mu = 40.9 vs not = 40.9
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 40.810 0.399 0.178 ( 40.314, 41.306) -0.50 0.641Adityas 5 41.1100 0.2191 0.0980 (40.8380, 41.3820) 2.14 0.099Bondan 5 41.0000 0.1173 0.0524 (40.8544, 41.1456) 1.91 0.129Selly 5 40.3800 0.1643 0.0735 (40.1760, 40.5840) -7.08 0.002Dani 5 41.0800 0.0758 0.0339 (40.9858, 41.1742) 5.31 0.006Nava 5 40.960 0.345 0.154 ( 40.531, 41.389) 0.39 0.717
c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan
Source DF SS MS F PFactor 6 1.8404 0.3067 5.76 0.001Error 28 1.4920 0.0533Total 34 3.3324
S = 0.2308 R-Sq = 55.23% R-Sq(adj) = 45.63%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------Rangga 5 40.810 0.399 (------*------)Adityas 5 41.110 0.219 (------*------)Bondan 5 41.000 0.117 (------*------)Selly 5 40.380 0.164 (------*------)
[Type text]
[Type text]
Dani 5 41.080 0.076 (------*------)Nava 5 40.960 0.345 (------*------)Data acuan 5 40.900 0.000 (------*------) -+---------+---------+---------+-------- 40.20 40.50 40.80 41.10
Pooled StDev = 0.231
d. Pembahasan
Pada grafik pengukuran kedalaman pada jangka sorong, tren grafik
pengukuran Alby membentuk grafik cekung.Dengan mengalami kenaikan
mulai pada titik pengukuran 1 sampai ke 3 kemudian mengalami penurunan
mulai dari titik 3 samapi pengukuran 5. Dan pada pengukuran titik 5
nilainya sesuai dengan titik acuan Untuk tren grafik pengukuran Tony
mendekati data acuan terlihat dati titik percobaan 2 dan pengukuran 4 sesuai
dengan titik acuan sedangkan titik yang lainnya tidak terlalu jauh dengan
titik acuan serta tren grafiknya membentuk sebuah gelombang. Untuk tren
grafik Fungki membentuk tren grafik yang bergelombang mulai dari titik
pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya nilai
pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan.Untuk tren
grafik Guntur juga membentuk tren grafik yang bergelombang mulai dari
titik pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya nilai
pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan.Untuk tren
grafik Ahmad juga membentuk tren grafik yang bergelombang mulai dari
titik pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya nilai
pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan. Sedangkan
untuk tren grafik Sofyan juga membentuk tren grafik yang bergelombang
mulai dari titik pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya
nilai pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan.
Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter
kedalaman diatas pengukuran paling teliti adalah Tony, terlihat dari tren
grafik pengukurannya sesuai dengan titik acuan sedangkan pengukuran yang
paling tidak teliti adalah Fungki, terlihat dari tren grafik pengukurannya
tidak ada yang sesuai dengan titik acuan dan nilai pengukuaran terlalu jauh
[Type text]
[Type text]
dari nilai titik acuan. Untuk pengukuran paling tepat adalah Tony, terlihat
dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali percobaan tidak banyak yang
mengalami perubahan nilai sedangkan pengukuran yang tidak tepat adalah
Guntur, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali percobaannya
selalu berubah – ubah.
Berdasarkandata pada minitab One sample T perhitungan rata-rata,
pengukuran Alby yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan
sebesar 40.75 mm. Sehingga data pengukuran Alby (40.78 mm) yang paling
teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata Fungki dan Sofyan jauh dari data
acuan,sehingga data pengukuran Fungki dan Sofyan (40.89 mm) yang paling
tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran Tony dan
Sofyan (S= 0.0418) yang paling kecil dan data pengukuran Guntur (S=
0.164) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran Tony dan
Sofyan yang paling tepat dan data pengukuran Guntur yang paling tidak
tepat. Sedangkan untuk nilai P value Ahma, Guntur dan Tony >Ho gagal
ditolak,sehingga hasil pengukuran Ahmad, Guntur dan Tony mendekati nilai
acuan. Sedangkan nilai P value Alby Fungki, dan Sofyan< α, maka Ho
ditolak, sehingga hasil pengukuran Alby Fungki, dan Sofyan menjauhi data
acuan. . Untuk nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror adalah Alby
dengan nilai 1.99 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror adalah Tony
dan Tony dengan 0,0187
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter luar jangka
sorong disebabkan adanya kesalahan pemegangan yang benar oleh
praktikan, pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan
pengukuran.
4.4.2 Mikrometer
a. Grafik
[Type text]
[Type text]
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.55.34
5.36
5.38
5.4
5.42
5.44
5.46
5.48
RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran D luar dengan Mikrometer
b. One-Sample T
One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava
Test of mu = 5.46 vs not = 5.46
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 5.40400 0.00894 0.00400 (5.39289, 5.41511) -14.00 0.000Adityas 5 5.40600 0.00548 0.00245 (5.39920, 5.41280) -22.05 0.000Bondan 5 5.41400 0.00548 0.00245 (5.40720, 5.42080) -18.78 0.000Selly 5 5.40600 0.00894 0.00400 (5.39489, 5.41711) -13.50 0.000Dani 5 5.42000 0.00707 0.00316 (5.41122, 5.42878) -12.65 0.000Nava 5 5.41200 0.00837 0.00374 (5.40161, 5.42239) -12.83 0.000
c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan
Source DF SS MS F PFactor 6 0.0115086 0.0019181 39.49 0.000Error 28 0.0013600 0.0000486Total 34 0.0128686
S = 0.006969 R-Sq = 89.43% R-Sq(adj) = 87.17%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------Rangga 5 5.40400 0.00894 (--*--)Adityas 5 5.40600 0.00548 (--*--)Bondan 5 5.41400 0.00548 (--*--)
[Type text]
[Type text]
Selly 5 5.40600 0.00894 (--*--)Dani 5 5.42000 0.00707 (--*--)Nava 5 5.41200 0.00837 (--*--)Data acuan 5 5.46000 0.00000 (--*--) -+---------+---------+---------+-------- 5.400 5.420 5.440 5.460
Pooled StDev = 0.00697
d. Pembahasan
Dari grafik di atas, grafik Guntur berhimpit dengan grafik Ahmad.
Grafik menunjukkan nilai yang sama 5,45 dari awal hingga akhir. Grafik
tersebut masih jauh dari nilai sebenarnya yaitu 5,46. Grafik Sofyan awalnya
berhimpit dengan grafik sebenarnya, namun kemudian turun jauh hingga di
bawah nilai 5,45. Untuk grafik Tony dan Fungki berhimpitan dan terus
fluktuatif antara nilai 5,45 dan 5,46. Sedangkan grafik Alby juga fluktuatif
dari 5,45 hingga di atas 5,46.
Dari grafik di atas, diantara kelima praktikan data yang paling
mendekati hasil sebenarnya adalah milik Sofyan sedangkan yang paling
jauh dari nilai sebenarnya adalah milik Ahmad dan Guntur.. Untuk grafik
yang paling teliti adalah grafik adalah milik Ahmad dan Guntur.Terlihat
tidak terjadi perubahan pada setiap pengambilan datanya.Sedangkan grafik
yang paling tidak teliti adalah grafik milik Tony, Fungky, dan Alby dimana
terjadi perubahan nilai pada setiap pengambilan datanya.
Berdasarkan hasil One Sample T, nilai mean yang paling
mendekati adalah milik Sofyan dengan 5,458 sedangkan untuk yang paling
jauh dari sebenarnya adalah milik Ahmad dan Guntur dengan nilai 5,450.
Untuk pengukuran yang paling presisi yang ditunjukkan oleh nilai S.
Deviasi paling kecil adalah milik Guntur dan Ahmad dengan 0,000
sedangkan yang paling tidak presisi adalah milik Tony, Fungky, dan Alby
dengan nilai 0,00245. Sedangkan untuk nilai P value, semua praktikan
kecuali Guntur dan Ahmad >Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran
praktikan kecuali milik Ahmad dan Guntur mendekati nilai acuan. Untuk
[Type text]
[Type text]
nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror adalah Alby, Fungky, dan
Tony dengan nilai 0,00245 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror
adalah Ahmad dan Guntur dengan 0,00.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran mikrometer disebabkan
adanya kesalahan dalam penguncian saat mengukur, pembacaan yang tidak
lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.
4.4.3 Bevel Protactor
a. Grafik
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5138
138.5
139
139.5
140
140.5
141
RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Sudut dengan Bevel Protaktor
b. One-Sample T
One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava
Test of mu = 140.5 vs not = 140.5
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 140.260 0.147 0.066 (140.077, 140.443) -3.64 0.022Adityas 5 140.090 0.331 0.148 (139.680, 140.500) -2.77 0.050Bondan 5 140.120 0.164 0.073 (139.916, 140.324) -5.17 0.007Selly 5 139.390 0.065 0.029 (139.309, 139.471) -38.07 0.000Dani 5 140.390 0.065 0.029 (140.309, 140.471) -3.77 0.020Nava 5 139.270 0.144 0.064 (139.091, 139.449) -19.09 0.000
[Type text]
[Type text]
c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan
Source DF SS MS F PFactor 6 6.9857 1.1643 43.52 0.000Error 28 0.7490 0.0267Total 34 7.7347
S = 0.1636 R-Sq = 90.32% R-Sq(adj) = 88.24%
Level N Mean StDevRangga 5 140.260 0.147Adityas 5 140.090 0.331Bondan 5 140.120 0.164Selly 5 139.390 0.065Dani 5 140.390 0.065Nava 5 139.270 0.144Data acuan 5 140.500 0.000
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel --+---------+---------+---------+-------Rangga (--*---)Adityas (--*---)Bondan (---*---)Selly (---*--)Dani (---*--)Nava (---*--)Data acuan (--*---) --+---------+---------+---------+------- 139.20 139.60 140.00 140.40
Pooled StDev = 0.164
d. Pembahasan
Grafik diatas adalah visualisasi hasil pengukuran sudut dengan
menggunakan Bevel Protaktor.Tren grafik yang dihasilkan relatif lurus
dengan penyimpangan yang sedikit kecuali pada data Sofyan yang salah satu
datanya mencapai 145.25 derajat sehingga mengakibatkan trennya semakin
jauh dari linier dan memiliki perbedaan yang mencolok dengan praktikan
lainnya.
Suatu percobaan dikatakan teliti apabila data-data percobaan yang
didapatkan mendekati nilai sebenarnya sedangkan dikatakan presisi apabila
data-data yang didapatkan tidak memiliki perbedaan yang besar. Dari grafik
diatas dapat dilihat bahwa ternyata data yang paling teliti ialah data Tony
karena memiliki jarak terendah dengan garis data acuan dan yang paling
[Type text]
[Type text]
presisi ialah data Tony juga karena kurva yang dibentuk paling mendekati
garis lurus.
Pada pengujian one sample T diatas ada 4 kriteria yang akan
dibandingkan diantara masing – masing praktikan yaitu harga mean, standar
deviasi (StDev), standard of error (SEmean), dan P value. Harga mean
paling baik, yaitu yang paling mendekati data acuan ialah data Tony karena
selisihnya dengan data acuan paling kecil yaitu 0,067. Untuk praktikan
dengan StDev terbaik adalah Alby, Sofyan dan Tony yaitu 0,070.Praktikan
yang mempunyai SEmean yang terkecil sehingga error yang terjadi paling
kecil yaitu Alby, Sofyan dan Tony sebesar 0,031.Sedangkan praktikan yang
paling baik/paling besar P value-nya sehingga dapat dikatakan yang terbaik
yaitu Tony dengan P value sebesar 0,098. Namun ternyata ada 2 data
praktikan yang ditolak karena harga P value-nya lebih kecil dari harga alfa
(0,05) yaitu Alby dan Sofyan.
Adapun beberapa kesalahan yang terjadi di dalam pengambilan
data percobaan Bevel Protaktor (BP) ini yaitu pertama, praktikan tidak
menempelkan dengan tepat/pas BP ke benda kerja sehingga masih ada
rongga yang terbentuk sehingga mengakibatkan harga data yang didapatkan
lebih kecil dari data acuan (tidak akurat). Kedua, kemungkinan suhu
ruangan berpengaruh terhadap dimensi BP sehingga BP memuai/menyusut
yang mengakibatkan pembacaan kurang teliti.Ketiga, garis skala yang
terdapat pada BP sangat kecil sehingga mengakibatkan kesalahan
interpretasi dari praktikan yang mengakibatkan pembacaan yang kurang
teliti pula.
4.4.4 Dial Indicatora. Grafik
[Type text]
[Type text]
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5670
675
680
685
690
695
700
705
RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Kerataan dengan Dial Indikator
b. One-Sample T
One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava
Test of mu = 683 vs not = 683
Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 690.000 1.581 0.707 (688.037, 691.963) 9.90 0.001Adityas 5 691.000 1.581 0.707 (689.037, 692.963) 11.31 0.000Bondan 5 692.00 4.18 1.87 ( 686.81, 697.19) 4.81 0.009Selly 5 692.60 5.55 2.48 ( 685.71, 699.49) 3.87 0.018Dani 5 687.20 4.82 2.15 ( 681.22, 693.18) 1.95 0.123Nava 5 690.40 4.98 2.23 ( 684.22, 696.58) 3.32 0.029
c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan
Source DF SS MS F PFactor 6 333.5 55.6 3.84 0.006Error 28 405.2 14.5Total 34 738.7
S = 3.804 R-Sq = 45.15% R-Sq(adj) = 33.39%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------Rangga 5 690.00 1.58 (------*------)Adityas 5 691.00 1.58 (------*------)Bondan 5 692.00 4.18 (------*------)Selly 5 692.60 5.55 (------*------)
[Type text]
[Type text]
Dani 5 687.20 4.82 (------*------)Nava 5 690.40 4.98 (------*------)Data acuan 5 683.00 0.00 (------*------) -+---------+---------+---------+-------- 680.0 685.0 690.0 695.0
Pooled StDev = 3.80
d. Pembahasan
Dari grafik di atas, data Alby menghasilkan grafik yang mendekati
garis lurus dimana namun nilainya masih jauh dari hasil pengukuran, berada
di bawah 675.Sedangkan data Tony naik turun secara fluktuatif dan juga
masih jauh dari hasil pengukuran, berada di bawah 675.Untuk grafik
Fungki, sudah mulai mendekati garis lurus dan berada di atas nilai 675.
Grafik Guntur terlihat fluktuatif, beberapa nilai sudah berada di atas 675,
namun yang lain masih jauh di bawah 675. Data Ahmad sudah mendekati
680, namun terjadi penurunan yang sangat signfikan hingga hanya 665
saja.Terakhir, grafik Sofyan justru berada jauh di bawah tepatnya dibawah
670, kemudian naik hingga mendekati 680.
Dari grafik di atas, diantara kelima praktikan yang datanya paling
mendekati hasil sebenarnya atau bisa disebut paling akurat adalah grafik
Fungki.Sedangkan yang paling jauh dari hasil sebenarnya adalah grafik
Sofyan yang nilainya berada di bawah 670.Untuk grafik yang paling teliti
adalah grafik adalah milik Fungki.Terlihat tidak terjadi perubahan yang
cukup signifikan pada setiap pengambilan datanya.Sedangkan grafik yang
paling tidak teliti adalah grafik milik Guntur dimana terjadi perubahan nilai
pada setiap pengambilan datanya.
Berdasarkan hasil One Sample T, nilai mean yang paling
mendekati adalah milik Fungki dengan 676,4 sedangkan untuk yang paling
jauh dari sebenarnya adalah milik Sofyan dengan nilai 671. Untuk
pengukuran yang paling presisi yang ditunjukkan oleh nilai S. Deviasi
paling kecil adalah milik Tony dengan 0,837 sedangkan yang paling tidak
presisi adalah milik Ahmad dengan nilai 5,5. Sedangkan untuk nilai P value,
tidak ada yang >Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran tidak ada yang
[Type text]
[Type text]
mendekati nilai acuan. Untuk nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror
adalah Ahmad dengan nilai 2,46 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror
adalah Tony dengan 0,374.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran dial indicator disebabkan
adanya kesalahan dalam menggeser benda ukur (terlalu cepat dalam
menggeser), pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan
pengukuran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 KESIMPULAN
1. Jangka Sorong
a. D luar
Pengukuran D luar yang paling akurat adalah Alby, paling tidak
akurat ialah Guntur. Paling teliti adalah Alby, sedangkan paling
tidak teliti adalah Ahmad. Nilai mean yang mendekati nilai acuan
adalah Alby, paling jauh adalah Guntur. Standar deviasi terkecil
adalah Alby, paling besar yaitu Ahmad. Untuk P-Value, semua
jauh dari nilai acuan. SE Mean yang paling error adalah Ahmad,
sedangkan Alby yang paling kecil.
b. D dalam
Pengukuran D dalam semua praktikan tidak ada yang akurat..
Paling teliti adalah Ahmad, sedangkan paling tidak teliti adalah
Fungki. Nilai mean yang mendekati nilai acuan adalah Alby dan
Tony, paling jauh adalah Guntur. Standar deviasi terkecil adalah
Ahmad, paling besar yaitu Fungky. Untuk P-Value, semua jauh [Type text]
[Type text]
dari nilai acuan. SE Mean yang paling error adalah Guntur,
sedangkan Ahmad yang paling kecil.
c. Kedalaman
Pengukuran kedalaman yang paling akurat adalah Tony, yang
paling tidak akurat adalah Fungky. Paling teliti adalah Tony,
sedangkan paling tidak teliti adalah Guntur. Nilai mean yang
mendekati nilai acuan adalah Alby, paling jauh adalah Fungky dan
Sofyan. Standar deviasi terkecil adalah Tony dan Sofyan, paling
besar yaitu Guntur. Untuk P-Value, Alby, Fungky, dan Sofyan
jauh dari nilai acuan. SE Mean yang paling error adalah Alby,
sedangkan Tony yang paling kecil.
2. Mikrometer
Pengukuran dengan mikrometer Sofyan yang paling akurat, Ahmad
dan Guntur yang paling tidak akurat. Paling teliti adalah Ahmad
dan Guntur, sedangkan paling tidak teliti adalah Alby, Fungki, dan
Tony. Nilai mean yang mendekati nilai acuan adalah Sofyan,
paling jauh adalah Ahmad dan Guntur. Standar deviasi terkecil
adalah Ahmad dan Guntur, paling besar yaitu Alby, Fungki, dan
Tony. Untuk P-Value, Ahmad dan Guntur jauh dari nilai acuan. SE
Mean yang paling error adalah Alby, Fungky, dan Tony, sedangkan
Ahmad dan Guntur yang paling kecil.
3. Bevel Protactor
Pengukuran dengan Bevel Protactor yang paling akurat adalah
Tony. Paling teliti adalah Tony. Nilai mean yang mendekati nilai
acuan adalah Tony. Standar deviasi terkecil adalah Alby, Tony, dan
Sofyan. Untuk P-Value, Alby dan Sofyan jauh dari nilai acuan. SE
Mean yang paling kecil error adalah Alby, Sofyan, dan Tony.
4. Dial Indicator
[Type text]
[Type text]
Pengukuran dengan Dial Indicator yang paling akurat adalah
Fungky, yang paling tidak akurat adalah Sofyan. Paling teliti
adalah Fungky, sedangkan paling tidak teliti adalah Guntur. Nilai
mean yang mendekati nilai acuan adalah Fungky, paling jauh
adalah Sofyan. Standar deviasi terkecil adalah Tony, paling besar
yaitu Ahmad. Untuk P-Value, semua praktikan jauh dari nilai
acuan. SE Mean yang paling error adalah Ahmad, sedangkan Tony
yang paling kecil.
1. Kesalahan pengukuran pada praktikum ini disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu untuk pengukuran dengan jangka sorong, pemegangan yang
tidak tepat dan pembacaan yang tidak lurus mengakibatkan terjadinya
kesalahan pembacaan. Untuk pengukuran dengan mikrometer,
kesalahan penguncian saat mengukur dan pembacaan yang tidak cermat
yang menjadi penyebab kesalahan. Untuk pengukuran dengan bevel
protactor, penempelan benda ukur dan alat ukur yang tidak teliti
sehingga terdapat rongga diantara keduanya serta garis-garis pada alat
ukur yang terlalu kecil membuat terjadi kesalahan pengukuran.
Sedangkan, untuk pengukuran dengan dial indicator, cara menggeser
benda ukur yang terlalu cepat serta adanya goncangan pada meja
membuat terjadinya kesalahan pengukuran.
V.2 SARAN
1. Jadwal praktikum dibuat lebih fleksibel agar tidak mengganggu
kuliah praktikan maupun asisten.
2. Dijadwalkan dengan baik asisten yang hadir waktu praktikum
agar tidak terjadi penundaan praktikum dengan alasan tidak ada
asisten.
[Type text]
[Type text]
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mikrometer…………………………...………………………………3
Gambar 2.2 Jangka Sorong……………...………...………………………………4
Gambar 2.3 Dial Indicator……………...………...…………………………..……5
Gambar 2.4 Bevel Protaktor…………...………...…………………………..……6
Gambar 4.1 Hasil Pengukuran D luar dengan Jangka Sorong…………………...18
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran D dalam dengan Jangka Sorong…………………
21
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kedalaman dengan Jangka Sorong……………...24
Gambar 4.4 Hasil Pengukuran D luar dengan Mikrometer….…………………...27
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran sudut dengan Bevel Protaktor…………………...30
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Kerataan dengan Dial Indikator………………...33
[Type text]
[Type text]
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Pengukuran D Luar………………………………………………14
Tabel 4.2 Data Pengukuran D dalam…………………………………………….14
Tabel 4.3 Data Pengukuran Kedalaman………………………………………….15
Tabel 4.4 Data Pengukuran Mikrometer…………………………………………15
Tabel 4.5 Data Pengukuran Bevel Protaktor…………..…………………………15
Tabel 4.6 Data Pengukuran Dial Indikator……….………………………………
15
[Type text]
[Type text]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISIABSTRAKBAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...….1I.1. Latar Belakang………………………………………………………………...1I.2. Rumusan Masalah………...…………………………………………………...11.3.Tujuan Percobaan……………………………………………………………...11.4. Batasan Masalah………………………………………………………………21.5. Manfaat……………………………………………………………….............21.6. Sistematika Laporan…………………………………………………………..2
BAB II DASAR TEORI…………………………………………………………...3II.1. Pengukuran……………………………………………………………….......3II.1.1. Mikrometer…………………………………………………………………3II.1.2. Jangka Sorong………………………………………………………………3II.1.3. Dial Indikator……………………………………………………………….3II.1.4. Bevel Protaktor……………………………………………………………..5II.2. Sifat – Sifat Alat Ukur………………………………………………………..6II.3. Faktor Kesalahan Pengukuran………………………………………………..9
BAB III METODOLOGI PERCOBAANIII.1. Mikrometer………………………………………………………………...11III.2. Jangka Sorong……………………………………………………………...11III.3. Dial Indikator………………………………………………………………12III.4. Bevel Protaktor……………………………………………………………..12III.5. Height Gauge……………………………………………………………….12[Type text]
[Type text]
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN………………………….....14IV.1. Data Acuan………………………………………………….……………...14IV.2. Data Praktikan……………………………………………………………...14IV.2.1. Jangka Sorong……………………………………….…………………...14IV.2.2.Mikrometer……………………………………………………………......15IV.2.3.Bevel Protaktor……………………………………………………….......15IV.2.4.Dial Indikator…………………………………………………………......15IV.3. Contoh Perhitungan………………………………………………………...15IV.4. Pembahasan………………………………………………………………...18IV.4.1. Jangka Sorong(Diameter Luar )……………………………………......18IV.4.1.a. Grafik………………………………………………………………......18IV.4.1.b. One sample T ………………………………………………………....18IV.4.1.c. One-way ANOVA: D luar versus nama……………………………….18IV.4.1.d. Pembahasan D luar…………………………………………………….19IV.4.2. Jangka Sorong(Diameter Dalam )……………………………………..21IV.4.2.a. Grafik…………………………………………………..………………21IV.4.2.b. One sample T ………………………………………………….…..…21IV.4.2.c. One-way ANOVA: D dalam versus nama…………………………..22IV.4.2.d. Pembahasan D dalam………………………………………………….22IV.4.3. Jangka Sorong(Kedalaman )………………………………………..…24IV.4.3.a. Grafik………………………………………………………………….24IV.4.3.b. One sample T ………………………………………………………..24IV.4.3.c. One-way ANOVA: Kedalaman versus nama…………………………25IV.4.3.d. Pembahasan Kedalaman……………………………………………….25IV.4.4.Mikrometer………………………………………………………………27IV.4.4.a. Grafik…………………………………………………………………..27IV.4.4.b. One sample T …………………………………………………...28IV.4.4.c. One-way ANOVA: Mikrometer versus nama…………………………28IV.4.4.d. Pembahasan Mikrometer………………………………………………29IV.4.5.Bevel Protaktor…………………………………………………………..30IV.4.5.a. Grafik…………………………………………………………………..30IV.4.5.b. One sample T ………………………………………………………...30IV.4.5.c. One-way ANOVA: Bevel Protaktor versus nama…………………….31IV.4.5.d. Pembahasan Bevel Protaktor…………………………………………..31IV.4.6.Dial Indikator…………………………………………………………….33IV.4.6.a. Grafik…………………………………………………………………..33IV.4.6.b. One sample T ………………………………………………………...33IV.4.6.c. One-way ANOVA: Dial Indikator versus nama………………………34IV.4.6.d. Pembahasan Dial Indikator…………………………………………….34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………36V.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..36
[Type text]
[Type text]
V.2. Saran………………………………………………………………………...38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
[Type text]