50
[Type text] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan industri dunia yang semakin pesat sekarang ini, masalah-masalah yang muncul juga semakin kompleks. Agar industri dapat menyelesaikan masalah yang muncul di industry, perlu ketersediaan peralatan pengukuran yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu mengoperasikan peralatan pengukuran dengan baik dan sesuai standard penggunaan alat. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum pengukuran teknik ini untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa agar mampu menggunakan dan melakukan pengukuran pada beberapa alat ukur, seperti mikrometer, jangka sorong, dial indikator, dan bevel protektor. 1.2 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dari praktikum ini, antara lain : 1. Peralatan atau alat ukur sudah dikalibrasi dengan baik. 2. Suhu ruangan dianggap sesuai dan tidak mempengaruhi hasil pengamatan. 3. Spesimen yang diukur permukaannya dianggap rata. [Type text]

laporan pengutek

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan pengutek

[Type text]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan industri dunia yang semakin pesat sekarang ini,

masalah-masalah yang muncul juga semakin kompleks. Agar industri dapat

menyelesaikan masalah yang muncul di industry, perlu ketersediaan peralatan

pengukuran yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu mengoperasikan

peralatan pengukuran dengan baik dan sesuai standard penggunaan alat.

Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum pengukuran teknik ini untuk

memberikan pengetahuan kepada mahasiswa agar mampu menggunakan dan

melakukan pengukuran pada beberapa alat ukur, seperti mikrometer, jangka

sorong, dial indikator, dan bevel protektor.

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari praktikum ini, antara lain :

1. Peralatan atau alat ukur sudah dikalibrasi dengan baik.

2. Suhu ruangan dianggap sesuai dan tidak mempengaruhi hasil pengamatan.

3. Spesimen yang diukur permukaannya dianggap rata.

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur, yaitu mikrometer, jangka

sorong, dial indikator, dan bevel protektor.

2. Mampu menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan hasil pengukuran

dengan berbagai jenis alat ukur, seperti mikrometer, jangka sorong, dial

indikator, dan bevel protektor.

[Type text]

Page 2: laporan pengutek

[Type text]

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengukuran

2.1.1 Mikrometer

Pada pengukuran micrometer, hasil pengukuran dengan menggunakan alat ini

biasanya lebih presisi daripada menggunakan jangka sorong. Akan tetapi,

jangkauan ukuran micrometer jauh lebih kecil, yaitu sekitar 25 mm. Mirometer

memiliki ketelitian samapai 0,01 mm. Jangkauan ukuran micrometer adalah 0-25

mm, 25-0 mm, 50-75 mm, dan seterusnya. Cara membaca skala micrometer

adalah sebagai berikut :

- Membaca angka skala utama/ barrel scale

- Membaca angka skala timbel

- Jumlahkan angka yang diperoleh

Gambar 2.1 Mikrometer

2.1.2 Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai

seperseratus millimeter.Terdiri dari 2 bagian.Bagian diam dan bagian pembacaan

hasil pengukuran.Bagian diam dan bagian pembacaan hasil pengukuran sangat

bergantung pada keahlian dan ketelitian dari pengguna maupun alat. Sebagian

produk baru dari jangka sorong sudah dilengkapi dengan display digital pada

[Type text]

Page 3: laporan pengutek

[Type text]

versianalog. Umumnya tingkat ketelitian adalah 0,05 mm untuk jangka sorong di

bawah 30 cm dan 0,01 mm untuk jangka sorong diatas 30 cm.

Gambar 2.2 Jangka Sorong

2.1.3 Dial Indicator

Dial indicator adalah sebuah perangkat yang digunakan unutk

mengukur increment sangat kecil. Hal ini digunakan dalam proses permesinan

untuk mengukur bagian logam presisi. Pada umumnya ada 3 jenis pengukuran.

Incremental digunakan oleh dial indicator dengan kenaikan terbesar 0,001 dan

pengukuran paling akurat adalah 0,001 inch.

Gambar 2.3 Dial Indicator

Di dalam sebuah dial indicator terdapat komponen sebuah tali

sederhana dan peralatan sistem sayap terhubung kepinggir gigi pinion.

[Type text]

Page 4: laporan pengutek

[Type text]

Pembebanan pegas pluger adalah bagian dari mekanisme yang melawan

dan bereaksi dari dalam sistem gearing.Mekanisme ini tidak efektif pada batas

perjalanan pluger indicator di setiap kualitas pada tempat semua berjalan di luar

batas-batas tentangpengukuran yang ditentukan.

2.1.4 Bevel Protactor

Bevel Protactor adalah perkembangan dari protactor dengan sebuah

atau dua buah logam yang bisa berputar. Alat ini digunakan untuk mengukur

sudut, berbeda dengan busur derajat yang mengukursudut antara 2 garis yang

berhubungan dan dibatasi oleh sudut maksimum 180. Bevel protactor ini dapat

mengukur benda kerja tanpa harus diketahui titik potongnya. Bevel protactor ini

juga dapat mengukur obyek dengan sudut maksimum 360, karena alat ukur ini

dilengkapi dengan lengan penggerak 360.

Bevel protactor ini banyak dipakai pada gambar arsitektur dan

mesin sebelum perangkat lunak CAD. Bentuk lain dari bevel protactor adalah

bevel protactor yang banyak dipakai dalam proses permesinan

Gambar 2.4 Bevel Protactor

[Type text]

Page 5: laporan pengutek

[Type text]

2.2 Sifat-Sifat Alat Ukur

1. Rantai Kalibrasi (Chain Calibration)

Kalibrasi (peneraan) pada dasarnya serupa dengan pengukuran yaitu

membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Dlama kalibrasi

yang diukur adalah yang objek ukur yang diketahui ‘ harga sebenarnya”

yang menjadi acuan kalibrasi. Harga sebenarnya adalah harga yang

dianggap benar dalam kaitannya dengan “tingkat kebenaran” yang

diperlukan oleh alat ukur yang dikalibrasi.

2. Keterlacakan(Traceability)

Dengan menjalankan system kalibrasi berantai, setiap alat ukur

akan memiliki keterlacakan (Traceability) yaitu sampai sejauh mana mata

rantai kalibrasi dirangkai. Jika secara meyakinkan seorang dapat

menyatakan bahwa keterlacakan suatu alat ukur (misalnya alat ukur kerja)

adalah sampai mata rantai ke 2 berarti alat ukur tersebut pernah dikalibrasi

dengan memakai acuan standar kerja yang mana acuan standar kerja ini

pernah dikalibrasi dengan alat ukur standar.

3. Kecermatan (Resolution)

Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan

cara pembacaannya. Bagi skala yang dibaca melalui garis indeks atau

jarum penunjuk kecermatan alat ukur sama dengan kecermatan skala yaitu

arti jarak antar garis skala.

4. Kepekaan (Sensitivity)

Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah,

sesuai dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya. Dalam hal ini,

kepekaan alat ukur adalah kemampuan alat ukur untuk menerima,

mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian

penunjuk, pencatat atau pengolah data pengukuran).Secara matematis,

[Type text]

Page 6: laporan pengutek

[Type text]

kepekaan didefinisikan sebagai kemiringan grafik antara keluaran(output)

sebagai fungsi masukan (input), yaitu : kepekaan = dy/dx.

5. Keterbacaan (Readability)

hasil pengukuran, maka secara umum keterbacaan penunjuk digital

dikatakan lebih tinggi daripada keterbacaan skala dengan jarum penunjuk,

garis indeks, atau garis indeks dengan skala nonius. Istilah keterbacaan

dalam metrology secara khusus lebih dikaitkan pada bagian penunjuk

dengan skala.

6. Histerisis

Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul

sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah

secara berlawanan (mulai dari 0 hingga skala maksimum kemudian

diulang dari skala maksimum sampai skala nol).Histerisis muncul karena

adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur.

7. Kepasifan (Passivity)

Kepasifan dikaitkan dengan waktu yang digunakan “perjalanan isyarat”

mulai dari sensor sampai pada penunjuk.Suatu alat ukur dapat memiliki

kepekaan tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau sebaliknya, sebab

antara kepekaan dan kepasifan tidak ada kaitannya. Kepasifan yang rendah

sangat menguntungkan sebab alat ukur akan cepat reaksinya, terutama

pada bagian pengubahnya yang dirancang dengan memperhatikan hal itu.

8. Pergeseran (Shifting)

Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk atau pena pencatat

bergeser dari posisi semestinya. Proses pergeseran biasanya berjalan

lambat dan pengamat tak menyadari gara-gara jarum penunjuk atau pena

pencatat berfungsi secara dinamik mengikuti perubahan isyarat sensor.

[Type text]

Page 7: laporan pengutek

[Type text]

Jadi, pergeseran merupakan suatu penyimpangan yang membesar dengan

berjalannya waktu.

9. Kestabilan Nol (Zero Stability)

Jika pergeseran merupakan perubahan yang menyebabkan penyimpangan

yang membesar dengan berjalannya waktu, kestabilan nol juga menjadi

penyebab penyimpangan tetapi dengan harga yang tetap atau berubah-

ubah secara rambang (Acak) tak stabil.

10. Pengambangan (Floating)

Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya

atau angka terakhir penunjuk digital berubah-ubah.Hal ini disebabkan oleh

adanya gangguan (noise) yang menyebabkan perubahan kecil

yang”dirasakan sensor” yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah

alat ukur.

[Type text]

Page 8: laporan pengutek

[Type text]

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

1. Mikrometer

2. Jangka sorong

3. Dial Indicator

4. Bevel protactor

5. Benda – benda yang akan diukur

3.2 Langkah – Langkah Percobaan

3.2.1 Mikrometer

Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran

menggunakan mikrometer adalah

1. Tentukan ketelitian alat ukur yang dipakai.

2. Permukaan benda ukur dan mulut ukur harus dibersihkan terlebih dahulu

menggunakan alkohol dan tisu halus.

3. Periksa kedudukan titik nol dari mikrometer, bila tidak segaris maka harus

disetel terlebih dahulu.

4. Buka mulut ukur sampai melebihi dimensi ukur. Gunakan poros ukur

untuk membuka mulut ukur, jangan sekali – kali menggunakan rahang

mikrometer.

5. Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur pada benda ukur

jangan terlalu keras. Gunakan pembatas momen putar ketika poros ukur

hampir mencapai permukaan benda ukur.

6. Lakukan pengukuran dan catat pada lembar data.

7. Ulangi pengukuran hingga 5 kali pengambilan data.

[Type text]

Page 9: laporan pengutek

[Type text]

3.2.2 Jangka Sorong

Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran

menggunakan jangka sorong adalah:

1. Tentukan kecermatan dan jangka sorong yang digunakan.

2. Bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukur sebelum dilakukan

pengukuran.

3. Sebelum jangka sorong yang digunakan, pastikan skala nonius dapat

bergeser dengan bebas.

4. Pastikan angka nol pada kedua skala bertemu dengan tepat.

5. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan

skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan

pengukuran yang kurang akurat.

6. Tempatkan jangka sorong tegal lurus dengan benda yang diukur.

7. Tekanan pengukuran jangan terlalu kuat, karena akan menyebabkan

terjadinya pembengkokkan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur

kedalaman.

8. Kencangkan baut pengunci agar rahang rahang tidak bergeser, tetapi

jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut pengunci.

9. Dalam membaca skala nonius upayakan setelah jangka sororng diangkat

keluar dengan hati – hati dari benda ukur.

10. Lakukan pengukuran diameter luar, diamter dalam dan kedalaman.

11. Catat hasi pengukuran pada lembar data.

12. Ulangi langkah 10 sampai 11 sebanyak 5 kali untuk masing – masing

pengukuran.

3.2.3 Dial Indicator

Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran

menggunakan dial indicator adalah

1. Set alat ukur seperti gambar 3.1

2. Lakukan pengukuran ketinggian benda ukur pada suatu titik.

3. Catat hasil pengukuran pada lembar data. [Type text]

Page 10: laporan pengutek

[Type text]

4. Lakukan langkah 2 dan 3 sebanyak 5 kali

3.1 Set Alat Ukur untuk Pengukuran dengan Dial Indicator

3.2.4 Bevel Protactor

Langkah – langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran

menggunakan bevel protactor adalah

1. Lakukan pengukuran terhadap sudut α pada benda seperti pada gambar 3.2

2. Catat hasil pengukuran pada lembar data.

3. Ulangi langkah 1 dan 2 sebanyak 5 kali.

Gambar 3.2 Benda Ukur untuk Pengukuran Bevel

[Type text]

Page 11: laporan pengutek

[Type text]

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Acuan

No Alat Ukur Pengukuran

1 Jangka Sorong Diameter luar 58,70 mm

Diameter dalam 54 mm

Kedalaman 40,9 mm

2 Mikrometer Diameter luar 5,46 mm

3 Bevel Protactor Sudut 140˚50

4 Dial Indicator 680 µm

4.2 Data Praktikan

4.2.1 Jangka Sorong (mm)

a. D luar

Pengukuran ke-

Rangga

Adityas

Bondan Selly Dani Nava

Data acuan

1 58.50 58.75 59.60 58.60 58.45 58.65 58.702 58.50 58.70 58.30 58.55 58.50 58.45 58.703 58.45 58.70 58.40 58.65 58.60 58.60 58.704 58.45 58.70 58.45 58.75 58.45 58.50 58.705 58.45 58.70 58.45 58.60 58.40 58.60 58.70

Tabel 4.1 Data Pengukuran D Luar

b. D Dalam

Pengukuran ke-

Rangga

Adityas

Bondan Selly Dani Nava

Data acuan

1 54.00 54.00 54.85 54.20 54.05 54.10 54.002 53.55 53.95 54.65 54.80 54.20 54.10 54.003 53.65 54.05 54.45 54.90 54.05 53.80 54.004 53.90 54.00 54.80 54.10 54.10 54.10 54.005 53.75 54.05 54.90 54.10 54.20 53.70 54.00

Tabel 4.2 Data Pengukuran D Dalam

[Type text]

Page 12: laporan pengutek

[Type text]

c. Kedalaman

Pengukuran ke- Rangga

Adityas Bondan Selly Dani Nava

Data acuan

1 41.00 41.50 41.20 40.10 41.05 40.80 40.902 40.10 41.00 40.95 40.50 41.20 41.55 40.903 41.05 41.05 40.90 40.40 41.10 40.90 40.904 40.95 41.00 41.00 40.50 41.00 40.90 40.905 40.95 41.00 40.95 40.40 41.05 40.65 40.90

Tabel 4.3 Data Pengukuran Kedalaman

4.2.2 Mikrometer (mm)

Pengukuran ke-

Rangga

Adityas

Bondan Selly Dani Nava

Data acuan

1 5.41 5.41 5.42 5.40 5.43 5.42 5.462 5.41 5.40 5.41 5.40 5.42 5.42 5.463 5.39 5.41 5.42 5.40 5.41 5.41 5.464 5.40 5.41 5.41 5.42 5.42 5.41 5.465 5.41 5.40 5.41 5.41 5.42 5.40 5.46

Tabel 4.4 Data Pengukuran Mikrometer

4.2.3 Bevel Protactor

Pengukuran ke- Rangga Adityas Bondan Selly Dani Nava

Data acuan

1 140.30 140.45 140.00 139.30 140.40 139.45 140.502 140.35 140.10 140.30 139.45 140.45 139.15 140.503 140.00 140.15 140.00 139.40 140.35 139.30 140.504 140.30 139.55 140.30 139.45 140.30 139.10 140.505 140.35 140.20 140.00 139.35 140.45 139.35 140.50

Tabel 4.5 Data Pengukuran Bevel Protactor

4.2.4 Dial indicator (µm)

Pengukuran ke-

Rangga

Adityas

Bondan Selly Dani Nava

Data acuan

1 689 692 699 684 686 698 6832 691 689 690 692 681 692 6833 688 693 688 692 685 690 6834 690 690 691 697 691 686 6835 692 691 692 698 693 686 683

Tabel 4.6 Data Pengukuran Dial Indicato

[Type text]

Page 13: laporan pengutek

[Type text]

4.3 Contoh Perhitungan

Rata-Rata

Jangka Sorong

a. D Luar

Mean=x=∑i=1

n x in=58.7+58.7+58.8+58.75+58.7

5=58.73

StDev=s=√∑i=1

n

( xi−x)2

n−1=√(58.7−58.73)2+(58.7+58.73)2+(58.8+58.73)2+(58.75+58.73)2+(58.7+58.73)2

5−1=0.0447

b. D Dalam

Mean=x=∑i=1

n x in=53.7+53.8+53.8+53.7+53.9

5=53.78

StDev=s=√∑i=1

n

( xi−x)2

n−1=√(53.7−53.78)2+(53.8+53.78)2+(53.8+53.78)2+(53.7+53.78)2+(53.9+53.78)2

5−1=0.0837

c. D Kedalaman

Rata-Rata

x¿

=∑n=1

k

x i

n=40 .9+40 . 8+40 .9+40 .9+40 . 95

5=40 .89

Standar Deviasi

S=[∑n=1

k

(xi−x¿

)2

n−1]1/2=√ (40 . 9−40 . 89 )2+( 40 .8−40 .89 )2+ (40 .9−40. 89 )2+(40 . 9−40 .89 )2+( 40.95−40 . 89 )2

5−1= 0.05

Mikrometer

Mean=x=∑i=1

n x in=5.46+5.45+5.46+5.45+5.45

5=5.454

StDev=s=√∑i=1

n

( xi−x)2

n−1=√(5.46−5.454)2+(5.45+5.454)2+(5.46+5.454)2+(5.45+5.454 )2+(5.45+5.454)2

5−1=0.0837

[Type text]

Page 14: laporan pengutek

[Type text]

Bevel Protector

Mean=x=∑i=1

n x in=140.25+140.08+140.08+140.17+140.17

5=140.15

StDev=s=√∑i=1

n

( xi−x)2

n−1=√(140.25−140.15)2+(140.08+140.15)2+(140.08+140.15)2+(140.17+140.15)2+(140.17+140.15)2

5−1=0.07

Dial Indicator

Mean=x=∑i=1

n x in=673+672+673+674+672

5=672.8

StDev=s=√∑i=1

n

( xi−x)2

n−1=√(673−672.8)2+(672+672.8)2+(673+672.8)2+(674+672.8)2+(672+672.8)2

5−1=0.0837

4.4 Pembahasan

4.4.1 Jangka Sorong

4.4.1.1. Jangka sorong diameter luar

a. Grafik

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.558

58.1

58.2

58.3

58.4

58.5

58.6

58.7

58.8

RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan

[Type text]

Page 15: laporan pengutek

[Type text]

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran D luar dengan Jangka Sorong

b. One-Sample T

One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava

Test of mu = 58.7 vs not = 58.7

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 58.4700 0.0274 0.0122 (58.4360, 58.5040) -18.78 0.000Adityas 5 58.7100 0.0224 0.0100 (58.6822, 58.7378) 1.00 0.374Bondan 5 58.4400 0.1084 0.0485 (58.3054, 58.5746) -5.36 0.006Selly 5 58.6300 0.0758 0.0339 (58.5358, 58.7242) -2.06 0.108Dani 5 58.4800 0.0758 0.0339 (58.3858, 58.5742) -6.49 0.003Nava 5 58.5600 0.0822 0.0367 (58.4580, 58.6620) -3.81 0.019

c. One-way ANOVA

One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan

Source DF SS MS F PFactor 6 0.37600 0.06267 14.04 0.000Error 28 0.12500 0.00446Total 34 0.50100

S = 0.06682 R-Sq = 75.05% R-Sq(adj) = 69.70%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev --+---------+---------+---------+-------Rangga 5 58.4700 0.0274 (-----*-----)Adityas 5 58.7100 0.0224 (-----*-----)Bondan 5 58.4400 0.1084 (-----*-----)Selly 5 58.6300 0.0758 (-----*-----)Dani 5 58.4800 0.0758 (-----*-----)Nava 5 58.5600 0.0822 (-----*-----)Data acuan 5 58.7000 0.0000 (-----*-----) --+---------+---------+---------+------- 58.40 58.50 58.60 58.70

Pooled StDev = 0.0668

d. Pembahasan

Pada grafik pengukuran diameter luar pada jangka sorong, tren grafik

pengukuran Mela mendekati data acuan terlihat dari titik percobaan 2,3 dan 5

sesuai dengan titik acuan sedangkan titik yang lainnya tidak terlalu jauh dengan

titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Ruri mendekati data acuan terlihat dati

[Type text]

Page 16: laporan pengutek

[Type text]

titik percobaan 2 dan 5 sesuai dengan data acuan, sedangkan titik lainnya tidak

terlalu jauh dari titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Rudi titik percobaan

yang didapat tidak sesuai dengan data acuan, hanya titik percobaan 5 saja yang

sesuai dengan data acuan. Grafik pengukuran Ari mendekati data acuan terlihat

pada titik percobaan 1, 2, 4 dan 5. Sedangkan titik percobaan 3 tidak terlalu jauh

dari titik acuan. Pada grafik pengukuran Midun mendekati data acuan terlihat

pada titik percobaan 1 dan 5. Sedangkan titik percobaan lainnnya tidak terlalu

jauh dari titik acuan. Sedangkan grafik percobaan Anas tidak ada yang sesuai

dengan data acuan.

Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter luar diatas

pengukuran paling teliti adalah Ari, terlihat dari tren grafik pengukurannya sesuai

dengan titik acuan sedangkan pengukuran yang tidak teliti adalah Anas, terlihat

dari tren grafik pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan titik acuan. Untuk

pengukuran paling tepat adalah Ruri, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari

5 kali percobaan tidak banyak yang mengalami perubahan nilai sedangkan

pengukuran yang tidak tepat adalah Rudi, terlihat dari tren grafik pengukurannya

dari 5 kali percobaannya selalu berubah – ubah.

Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter luar jangka sorong

disebabkan adanya kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan, pembacaan

yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.

4.4.1.2 Jangka sorong diameter dalam

a. Grafik

[Type text]

Page 17: laporan pengutek

[Type text]

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.552.5

53

53.5

54

54.5

55

55.5

RanggaAdityasBondanSellyDaniNavaData acuan

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran D dalam dengan Jangka Sorong

b. One-Sample T

One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava

Test of mu = 54 vs not = 54

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 53.7700 0.1823 0.0815 (53.5436, 53.9964) -2.82 0.048Adityas 5 54.0100 0.0418 0.0187 (53.9581, 54.0619) 0.53 0.621Bondan 5 54.7300 0.1823 0.0815 (54.5036, 54.9564) 8.95 0.001Selly 5 54.420 0.396 0.177 ( 53.928, 54.912) 2.37 0.077Dani 5 54.1200 0.0758 0.0339 (54.0258, 54.2142) 3.54 0.024Nava 5 53.9600 0.1949 0.0872 (53.7180, 54.2020) -0.46 0.670

c. One-way ANOVA

One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan

Source DF SS MS F PFactor 6 3.1629 0.5271 13.72 0.000Error 28 1.0760 0.0384Total 34 4.2389

S = 0.1960 R-Sq = 74.62% R-Sq(adj) = 69.18%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+

[Type text]

Page 18: laporan pengutek

[Type text]

Rangga 5 53.770 0.182 (----*----)Adityas 5 54.010 0.042 (----*----)Bondan 5 54.730 0.182 (----*----)Selly 5 54.420 0.396 (----*----)Dani 5 54.120 0.076 (----*----)Nava 5 53.960 0.195 (----*----)Data acuan 5 54.000 0.000 (----*----) ---------+---------+---------+---------+ 53.90 54.25 54.60 54.95

Pooled StDev = 0.196

d. Pembahasan

Pada grafik pengukuran diameter dalam pada jangka sorong, tren

grafik pengukuran Alby selalu naik mulai dari pengukuran 1-5 dan tidak ada

hasil pengukuran yang sesuai dengan nilai titik acuan.Untuk tren grafik

pengukuran Tony membentuk grafik naik turun seperti gelombang mulai

dari pengukuran 1-5 serta tidak ada hasi pengukuran yang sesuai dengan

titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Fungki membentuk grafik naik

turun seperti gelombang mulai dari pengukuran 1-5 dengan titik pengukuran

3 mengalami penurunan yang paling tajam serta tidak ada hasil pengukuran

yang sesuai dengan titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Guntur

membentuk grafik yang lurus untuk pengukuran yang 1 – 4, setelah itu

mengalami penurunan yang sangat tajam dari pengukuran 4 menuju 5 serta

tidak ada hasil pengukuran yang sesuai dengan titik acuan. Untuk tren grafik

pengukuran Ahmad membentuk grafik yang lurus mulai dari pengukuran 1 –

5 akan tetapi dari setiap titik pengukuran tidak ada hasil pengukuran yang

sesuai dengan titik acuan. Untuk tren grafik pengukuran Sofyan membentuk

grafik naik turun seperti gelombang mulai dari pengukuran 1-5 serta tidak

ada hasi pengukuran yang sesuai dengan titik acuan.

Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter dalam dari

ke 6 praktikan diatas tidak ada yang teliti karena dari 6 grafik praktikan

tidak ada yang sesuai dengan hasil titik acuan.Untuk pengukuran paling

tepat adalah Ahmad, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali

percobaanya tidak banyak yang berubah sedangkan pengukuran yang tidak

[Type text]

Page 19: laporan pengutek

[Type text]

tepat adalah Fungki, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali

percobaannya selalu berubah – ubah dengan signifikan.

Berdasarkandata pada minitab One sample T perhitungan rata-rata,

pengukuran Albydan Tony yang mendekati data acuan dengan nilai data

acuan sebesar 53.78 mm. Sehingga data pengukuran Alby dan Tony (53.78

mm) yang paling teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata Ahmad jauh dari

data acuan,sehingga data pengukuran Guntur (53.94 mm) yang paling tidak

teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran Ahmad (S= 0.022)

yang paling kecil dan data pengukuran Fungki (S= 0.219) yang paling

besar .nilainya, sehingga data pengukuran Ahmad paling tepat dan data

pengukuran Fungki paling tidak tepat. Sedangkan untuk nilai P value Alby,

Tony, Fungki, Guntur, Ahmad, dan Sofyan < α, maka Ho ditolak,sehingga

hasil pengukuran Alby, Tony, Fungki, Guntur, Ahmad, dan Sofyanmenjauhi

nilai acuan. . Untuk nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror adalah

Guntur dengan nilai 0.116 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror

adalah Ahmad dengan 0,01

Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter dalam jangka

sorong disebabkan kesalahan pemegangan yang benar oleh praktikan,

pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.

4.4.1.3 Jangka Sorong (Kedalaman)

a. Grafik

[Type text]

Page 20: laporan pengutek

[Type text]

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.539

39.5

40

40.5

41

41.5

42

RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kedalaman dengan Jangka Sorong

b. One-Sample T

One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava

Test of mu = 40.9 vs not = 40.9

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 40.810 0.399 0.178 ( 40.314, 41.306) -0.50 0.641Adityas 5 41.1100 0.2191 0.0980 (40.8380, 41.3820) 2.14 0.099Bondan 5 41.0000 0.1173 0.0524 (40.8544, 41.1456) 1.91 0.129Selly 5 40.3800 0.1643 0.0735 (40.1760, 40.5840) -7.08 0.002Dani 5 41.0800 0.0758 0.0339 (40.9858, 41.1742) 5.31 0.006Nava 5 40.960 0.345 0.154 ( 40.531, 41.389) 0.39 0.717

c. One-way ANOVA

One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan

Source DF SS MS F PFactor 6 1.8404 0.3067 5.76 0.001Error 28 1.4920 0.0533Total 34 3.3324

S = 0.2308 R-Sq = 55.23% R-Sq(adj) = 45.63%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------Rangga 5 40.810 0.399 (------*------)Adityas 5 41.110 0.219 (------*------)Bondan 5 41.000 0.117 (------*------)Selly 5 40.380 0.164 (------*------)

[Type text]

Page 21: laporan pengutek

[Type text]

Dani 5 41.080 0.076 (------*------)Nava 5 40.960 0.345 (------*------)Data acuan 5 40.900 0.000 (------*------) -+---------+---------+---------+-------- 40.20 40.50 40.80 41.10

Pooled StDev = 0.231

d. Pembahasan

Pada grafik pengukuran kedalaman pada jangka sorong, tren grafik

pengukuran Alby membentuk grafik cekung.Dengan mengalami kenaikan

mulai pada titik pengukuran 1 sampai ke 3 kemudian mengalami penurunan

mulai dari titik 3 samapi pengukuran 5. Dan pada pengukuran titik 5

nilainya sesuai dengan titik acuan Untuk tren grafik pengukuran Tony

mendekati data acuan terlihat dati titik percobaan 2 dan pengukuran 4 sesuai

dengan titik acuan sedangkan titik yang lainnya tidak terlalu jauh dengan

titik acuan serta tren grafiknya membentuk sebuah gelombang. Untuk tren

grafik Fungki membentuk tren grafik yang bergelombang mulai dari titik

pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya nilai

pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan.Untuk tren

grafik Guntur juga membentuk tren grafik yang bergelombang mulai dari

titik pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya nilai

pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan.Untuk tren

grafik Ahmad juga membentuk tren grafik yang bergelombang mulai dari

titik pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya nilai

pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan. Sedangkan

untuk tren grafik Sofyan juga membentuk tren grafik yang bergelombang

mulai dari titik pengukuran 1 sampai pengukran 5 dan dalam tren grafiknya

nilai pengukurannya tidak ada yang sesuai dengan grafik titik acuan.

Berdasarkan grafik pengukuran Jangka Sorong diameter

kedalaman diatas pengukuran paling teliti adalah Tony, terlihat dari tren

grafik pengukurannya sesuai dengan titik acuan sedangkan pengukuran yang

paling tidak teliti adalah Fungki, terlihat dari tren grafik pengukurannya

tidak ada yang sesuai dengan titik acuan dan nilai pengukuaran terlalu jauh

[Type text]

Page 22: laporan pengutek

[Type text]

dari nilai titik acuan. Untuk pengukuran paling tepat adalah Tony, terlihat

dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali percobaan tidak banyak yang

mengalami perubahan nilai sedangkan pengukuran yang tidak tepat adalah

Guntur, terlihat dari tren grafik pengukurannya dari 5 kali percobaannya

selalu berubah – ubah.

Berdasarkandata pada minitab One sample T perhitungan rata-rata,

pengukuran Alby yang mendekati data acuan dengan nilai data acuan

sebesar 40.75 mm. Sehingga data pengukuran Alby (40.78 mm) yang paling

teliti. Karena hasil perhitungan rata-rata Fungki dan Sofyan jauh dari data

acuan,sehingga data pengukuran Fungki dan Sofyan (40.89 mm) yang paling

tidak teliti. Dari perhitungan standar deviasi,data pengukuran Tony dan

Sofyan (S= 0.0418) yang paling kecil dan data pengukuran Guntur (S=

0.164) yang paling besar nilainya, sehingga data pengukuran Tony dan

Sofyan yang paling tepat dan data pengukuran Guntur yang paling tidak

tepat. Sedangkan untuk nilai P value Ahma, Guntur dan Tony >Ho gagal

ditolak,sehingga hasil pengukuran Ahmad, Guntur dan Tony mendekati nilai

acuan. Sedangkan nilai P value Alby Fungki, dan Sofyan< α, maka Ho

ditolak, sehingga hasil pengukuran Alby Fungki, dan Sofyan menjauhi data

acuan. . Untuk nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror adalah Alby

dengan nilai 1.99 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror adalah Tony

dan Tony dengan 0,0187

Kesalahan yang terjadi pada pengukuran diameter luar jangka

sorong disebabkan adanya kesalahan pemegangan yang benar oleh

praktikan, pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan

pengukuran.

4.4.2 Mikrometer

a. Grafik

[Type text]

Page 23: laporan pengutek

[Type text]

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.55.34

5.36

5.38

5.4

5.42

5.44

5.46

5.48

RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran D luar dengan Mikrometer

b. One-Sample T

One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava

Test of mu = 5.46 vs not = 5.46

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 5.40400 0.00894 0.00400 (5.39289, 5.41511) -14.00 0.000Adityas 5 5.40600 0.00548 0.00245 (5.39920, 5.41280) -22.05 0.000Bondan 5 5.41400 0.00548 0.00245 (5.40720, 5.42080) -18.78 0.000Selly 5 5.40600 0.00894 0.00400 (5.39489, 5.41711) -13.50 0.000Dani 5 5.42000 0.00707 0.00316 (5.41122, 5.42878) -12.65 0.000Nava 5 5.41200 0.00837 0.00374 (5.40161, 5.42239) -12.83 0.000

c. One-way ANOVA

One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan

Source DF SS MS F PFactor 6 0.0115086 0.0019181 39.49 0.000Error 28 0.0013600 0.0000486Total 34 0.0128686

S = 0.006969 R-Sq = 89.43% R-Sq(adj) = 87.17%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------Rangga 5 5.40400 0.00894 (--*--)Adityas 5 5.40600 0.00548 (--*--)Bondan 5 5.41400 0.00548 (--*--)

[Type text]

Page 24: laporan pengutek

[Type text]

Selly 5 5.40600 0.00894 (--*--)Dani 5 5.42000 0.00707 (--*--)Nava 5 5.41200 0.00837 (--*--)Data acuan 5 5.46000 0.00000 (--*--) -+---------+---------+---------+-------- 5.400 5.420 5.440 5.460

Pooled StDev = 0.00697

d. Pembahasan

Dari grafik di atas, grafik Guntur berhimpit dengan grafik Ahmad.

Grafik menunjukkan nilai yang sama 5,45 dari awal hingga akhir. Grafik

tersebut masih jauh dari nilai sebenarnya yaitu 5,46. Grafik Sofyan awalnya

berhimpit dengan grafik sebenarnya, namun kemudian turun jauh hingga di

bawah nilai 5,45. Untuk grafik Tony dan Fungki berhimpitan dan terus

fluktuatif antara nilai 5,45 dan 5,46. Sedangkan grafik Alby juga fluktuatif

dari 5,45 hingga di atas 5,46.

Dari grafik di atas, diantara kelima praktikan data yang paling

mendekati hasil sebenarnya adalah milik Sofyan sedangkan yang paling

jauh dari nilai sebenarnya adalah milik Ahmad dan Guntur.. Untuk grafik

yang paling teliti adalah grafik adalah milik Ahmad dan Guntur.Terlihat

tidak terjadi perubahan pada setiap pengambilan datanya.Sedangkan grafik

yang paling tidak teliti adalah grafik milik Tony, Fungky, dan Alby dimana

terjadi perubahan nilai pada setiap pengambilan datanya.

Berdasarkan hasil One Sample T, nilai mean yang paling

mendekati adalah milik Sofyan dengan 5,458 sedangkan untuk yang paling

jauh dari sebenarnya adalah milik Ahmad dan Guntur dengan nilai 5,450.

Untuk pengukuran yang paling presisi yang ditunjukkan oleh nilai S.

Deviasi paling kecil adalah milik Guntur dan Ahmad dengan 0,000

sedangkan yang paling tidak presisi adalah milik Tony, Fungky, dan Alby

dengan nilai 0,00245. Sedangkan untuk nilai P value, semua praktikan

kecuali Guntur dan Ahmad >Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran

praktikan kecuali milik Ahmad dan Guntur mendekati nilai acuan. Untuk

[Type text]

Page 25: laporan pengutek

[Type text]

nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror adalah Alby, Fungky, dan

Tony dengan nilai 0,00245 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror

adalah Ahmad dan Guntur dengan 0,00.

Kesalahan yang terjadi pada pengukuran mikrometer disebabkan

adanya kesalahan dalam penguncian saat mengukur, pembacaan yang tidak

lurus sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran.

4.4.3 Bevel Protactor

a. Grafik

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5138

138.5

139

139.5

140

140.5

141

RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Sudut dengan Bevel Protaktor

b. One-Sample T

One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava

Test of mu = 140.5 vs not = 140.5

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 140.260 0.147 0.066 (140.077, 140.443) -3.64 0.022Adityas 5 140.090 0.331 0.148 (139.680, 140.500) -2.77 0.050Bondan 5 140.120 0.164 0.073 (139.916, 140.324) -5.17 0.007Selly 5 139.390 0.065 0.029 (139.309, 139.471) -38.07 0.000Dani 5 140.390 0.065 0.029 (140.309, 140.471) -3.77 0.020Nava 5 139.270 0.144 0.064 (139.091, 139.449) -19.09 0.000

[Type text]

Page 26: laporan pengutek

[Type text]

c. One-way ANOVA

One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan

Source DF SS MS F PFactor 6 6.9857 1.1643 43.52 0.000Error 28 0.7490 0.0267Total 34 7.7347

S = 0.1636 R-Sq = 90.32% R-Sq(adj) = 88.24%

Level N Mean StDevRangga 5 140.260 0.147Adityas 5 140.090 0.331Bondan 5 140.120 0.164Selly 5 139.390 0.065Dani 5 140.390 0.065Nava 5 139.270 0.144Data acuan 5 140.500 0.000

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel --+---------+---------+---------+-------Rangga (--*---)Adityas (--*---)Bondan (---*---)Selly (---*--)Dani (---*--)Nava (---*--)Data acuan (--*---) --+---------+---------+---------+------- 139.20 139.60 140.00 140.40

Pooled StDev = 0.164

d. Pembahasan

Grafik diatas adalah visualisasi hasil pengukuran sudut dengan

menggunakan Bevel Protaktor.Tren grafik yang dihasilkan relatif lurus

dengan penyimpangan yang sedikit kecuali pada data Sofyan yang salah satu

datanya mencapai 145.25 derajat sehingga mengakibatkan trennya semakin

jauh dari linier dan memiliki perbedaan yang mencolok dengan praktikan

lainnya.

Suatu percobaan dikatakan teliti apabila data-data percobaan yang

didapatkan mendekati nilai sebenarnya sedangkan dikatakan presisi apabila

data-data yang didapatkan tidak memiliki perbedaan yang besar. Dari grafik

diatas dapat dilihat bahwa ternyata data yang paling teliti ialah data Tony

karena memiliki jarak terendah dengan garis data acuan dan yang paling

[Type text]

Page 27: laporan pengutek

[Type text]

presisi ialah data Tony juga karena kurva yang dibentuk paling mendekati

garis lurus.

Pada pengujian one sample T diatas ada 4 kriteria yang akan

dibandingkan diantara masing – masing praktikan yaitu harga mean, standar

deviasi (StDev), standard of error (SEmean), dan P value. Harga mean

paling baik, yaitu yang paling mendekati data acuan ialah data Tony karena

selisihnya dengan data acuan paling kecil yaitu 0,067. Untuk praktikan

dengan StDev terbaik adalah Alby, Sofyan dan Tony yaitu 0,070.Praktikan

yang mempunyai SEmean yang terkecil sehingga error yang terjadi paling

kecil yaitu Alby, Sofyan dan Tony sebesar 0,031.Sedangkan praktikan yang

paling baik/paling besar P value-nya sehingga dapat dikatakan yang terbaik

yaitu Tony dengan P value sebesar 0,098. Namun ternyata ada 2 data

praktikan yang ditolak karena harga P value-nya lebih kecil dari harga alfa

(0,05) yaitu Alby dan Sofyan.

Adapun beberapa kesalahan yang terjadi di dalam pengambilan

data percobaan Bevel Protaktor (BP) ini yaitu pertama, praktikan tidak

menempelkan dengan tepat/pas BP ke benda kerja sehingga masih ada

rongga yang terbentuk sehingga mengakibatkan harga data yang didapatkan

lebih kecil dari data acuan (tidak akurat). Kedua, kemungkinan suhu

ruangan berpengaruh terhadap dimensi BP sehingga BP memuai/menyusut

yang mengakibatkan pembacaan kurang teliti.Ketiga, garis skala yang

terdapat pada BP sangat kecil sehingga mengakibatkan kesalahan

interpretasi dari praktikan yang mengakibatkan pembacaan yang kurang

teliti pula.

4.4.4 Dial Indicatora. Grafik

[Type text]

Page 28: laporan pengutek

[Type text]

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5670

675

680

685

690

695

700

705

RanggaAdityas BondanSellyDaniNavaData acuan

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Kerataan dengan Dial Indikator

b. One-Sample T

One-Sample T: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava

Test of mu = 683 vs not = 683

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T PRangga 5 690.000 1.581 0.707 (688.037, 691.963) 9.90 0.001Adityas 5 691.000 1.581 0.707 (689.037, 692.963) 11.31 0.000Bondan 5 692.00 4.18 1.87 ( 686.81, 697.19) 4.81 0.009Selly 5 692.60 5.55 2.48 ( 685.71, 699.49) 3.87 0.018Dani 5 687.20 4.82 2.15 ( 681.22, 693.18) 1.95 0.123Nava 5 690.40 4.98 2.23 ( 684.22, 696.58) 3.32 0.029

c. One-way ANOVA

One-way ANOVA: Rangga, Adityas, Bondan, Selly, Dani, Nava, Data acuan

Source DF SS MS F PFactor 6 333.5 55.6 3.84 0.006Error 28 405.2 14.5Total 34 738.7

S = 3.804 R-Sq = 45.15% R-Sq(adj) = 33.39%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDevLevel N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------Rangga 5 690.00 1.58 (------*------)Adityas 5 691.00 1.58 (------*------)Bondan 5 692.00 4.18 (------*------)Selly 5 692.60 5.55 (------*------)

[Type text]

Page 29: laporan pengutek

[Type text]

Dani 5 687.20 4.82 (------*------)Nava 5 690.40 4.98 (------*------)Data acuan 5 683.00 0.00 (------*------) -+---------+---------+---------+-------- 680.0 685.0 690.0 695.0

Pooled StDev = 3.80

d. Pembahasan

Dari grafik di atas, data Alby menghasilkan grafik yang mendekati

garis lurus dimana namun nilainya masih jauh dari hasil pengukuran, berada

di bawah 675.Sedangkan data Tony naik turun secara fluktuatif dan juga

masih jauh dari hasil pengukuran, berada di bawah 675.Untuk grafik

Fungki, sudah mulai mendekati garis lurus dan berada di atas nilai 675.

Grafik Guntur terlihat fluktuatif, beberapa nilai sudah berada di atas 675,

namun yang lain masih jauh di bawah 675. Data Ahmad sudah mendekati

680, namun terjadi penurunan yang sangat signfikan hingga hanya 665

saja.Terakhir, grafik Sofyan justru berada jauh di bawah tepatnya dibawah

670, kemudian naik hingga mendekati 680.

Dari grafik di atas, diantara kelima praktikan yang datanya paling

mendekati hasil sebenarnya atau bisa disebut paling akurat adalah grafik

Fungki.Sedangkan yang paling jauh dari hasil sebenarnya adalah grafik

Sofyan yang nilainya berada di bawah 670.Untuk grafik yang paling teliti

adalah grafik adalah milik Fungki.Terlihat tidak terjadi perubahan yang

cukup signifikan pada setiap pengambilan datanya.Sedangkan grafik yang

paling tidak teliti adalah grafik milik Guntur dimana terjadi perubahan nilai

pada setiap pengambilan datanya.

Berdasarkan hasil One Sample T, nilai mean yang paling

mendekati adalah milik Fungki dengan 676,4 sedangkan untuk yang paling

jauh dari sebenarnya adalah milik Sofyan dengan nilai 671. Untuk

pengukuran yang paling presisi yang ditunjukkan oleh nilai S. Deviasi

paling kecil adalah milik Tony dengan 0,837 sedangkan yang paling tidak

presisi adalah milik Ahmad dengan nilai 5,5. Sedangkan untuk nilai P value,

tidak ada yang >Ho gagal ditolak,sehingga hasil pengukuran tidak ada yang

[Type text]

Page 30: laporan pengutek

[Type text]

mendekati nilai acuan. Untuk nilai SE Mean, yang paling besar terdapat eror

adalah Ahmad dengan nilai 2,46 sedangkan yang paling sedikit terdapat eror

adalah Tony dengan 0,374.

Kesalahan yang terjadi pada pengukuran dial indicator disebabkan

adanya kesalahan dalam menggeser benda ukur (terlalu cepat dalam

menggeser), pembacaan yang tidak lurus sehingga menyebabkan kesalahan

pengukuran.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

1. Jangka Sorong

a. D luar

Pengukuran D luar yang paling akurat adalah Alby, paling tidak

akurat ialah Guntur. Paling teliti adalah Alby, sedangkan paling

tidak teliti adalah Ahmad. Nilai mean yang mendekati nilai acuan

adalah Alby, paling jauh adalah Guntur. Standar deviasi terkecil

adalah Alby, paling besar yaitu Ahmad. Untuk P-Value, semua

jauh dari nilai acuan. SE Mean yang paling error adalah Ahmad,

sedangkan Alby yang paling kecil.

b. D dalam

Pengukuran D dalam semua praktikan tidak ada yang akurat..

Paling teliti adalah Ahmad, sedangkan paling tidak teliti adalah

Fungki. Nilai mean yang mendekati nilai acuan adalah Alby dan

Tony, paling jauh adalah Guntur. Standar deviasi terkecil adalah

Ahmad, paling besar yaitu Fungky. Untuk P-Value, semua jauh [Type text]

Page 31: laporan pengutek

[Type text]

dari nilai acuan. SE Mean yang paling error adalah Guntur,

sedangkan Ahmad yang paling kecil.

c. Kedalaman

Pengukuran kedalaman yang paling akurat adalah Tony, yang

paling tidak akurat adalah Fungky. Paling teliti adalah Tony,

sedangkan paling tidak teliti adalah Guntur. Nilai mean yang

mendekati nilai acuan adalah Alby, paling jauh adalah Fungky dan

Sofyan. Standar deviasi terkecil adalah Tony dan Sofyan, paling

besar yaitu Guntur. Untuk P-Value, Alby, Fungky, dan Sofyan

jauh dari nilai acuan. SE Mean yang paling error adalah Alby,

sedangkan Tony yang paling kecil.

2. Mikrometer

Pengukuran dengan mikrometer Sofyan yang paling akurat, Ahmad

dan Guntur yang paling tidak akurat. Paling teliti adalah Ahmad

dan Guntur, sedangkan paling tidak teliti adalah Alby, Fungki, dan

Tony. Nilai mean yang mendekati nilai acuan adalah Sofyan,

paling jauh adalah Ahmad dan Guntur. Standar deviasi terkecil

adalah Ahmad dan Guntur, paling besar yaitu Alby, Fungki, dan

Tony. Untuk P-Value, Ahmad dan Guntur jauh dari nilai acuan. SE

Mean yang paling error adalah Alby, Fungky, dan Tony, sedangkan

Ahmad dan Guntur yang paling kecil.

3. Bevel Protactor

Pengukuran dengan Bevel Protactor yang paling akurat adalah

Tony. Paling teliti adalah Tony. Nilai mean yang mendekati nilai

acuan adalah Tony. Standar deviasi terkecil adalah Alby, Tony, dan

Sofyan. Untuk P-Value, Alby dan Sofyan jauh dari nilai acuan. SE

Mean yang paling kecil error adalah Alby, Sofyan, dan Tony.

4. Dial Indicator

[Type text]

Page 32: laporan pengutek

[Type text]

Pengukuran dengan Dial Indicator yang paling akurat adalah

Fungky, yang paling tidak akurat adalah Sofyan. Paling teliti

adalah Fungky, sedangkan paling tidak teliti adalah Guntur. Nilai

mean yang mendekati nilai acuan adalah Fungky, paling jauh

adalah Sofyan. Standar deviasi terkecil adalah Tony, paling besar

yaitu Ahmad. Untuk P-Value, semua praktikan jauh dari nilai

acuan. SE Mean yang paling error adalah Ahmad, sedangkan Tony

yang paling kecil.

1. Kesalahan pengukuran pada praktikum ini disebabkan oleh beberapa

hal, yaitu untuk pengukuran dengan jangka sorong, pemegangan yang

tidak tepat dan pembacaan yang tidak lurus mengakibatkan terjadinya

kesalahan pembacaan. Untuk pengukuran dengan mikrometer,

kesalahan penguncian saat mengukur dan pembacaan yang tidak cermat

yang menjadi penyebab kesalahan. Untuk pengukuran dengan bevel

protactor, penempelan benda ukur dan alat ukur yang tidak teliti

sehingga terdapat rongga diantara keduanya serta garis-garis pada alat

ukur yang terlalu kecil membuat terjadi kesalahan pengukuran.

Sedangkan, untuk pengukuran dengan dial indicator, cara menggeser

benda ukur yang terlalu cepat serta adanya goncangan pada meja

membuat terjadinya kesalahan pengukuran.

V.2 SARAN

1. Jadwal praktikum dibuat lebih fleksibel agar tidak mengganggu

kuliah praktikan maupun asisten.

2. Dijadwalkan dengan baik asisten yang hadir waktu praktikum

agar tidak terjadi penundaan praktikum dengan alasan tidak ada

asisten.

[Type text]

Page 33: laporan pengutek

[Type text]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mikrometer…………………………...………………………………3

Gambar 2.2 Jangka Sorong……………...………...………………………………4

Gambar 2.3 Dial Indicator……………...………...…………………………..……5

Gambar 2.4 Bevel Protaktor…………...………...…………………………..……6

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran D luar dengan Jangka Sorong…………………...18

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran D dalam dengan Jangka Sorong…………………

21

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kedalaman dengan Jangka Sorong……………...24

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran D luar dengan Mikrometer….…………………...27

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran sudut dengan Bevel Protaktor…………………...30

Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Kerataan dengan Dial Indikator………………...33

[Type text]

Page 34: laporan pengutek

[Type text]

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Pengukuran D Luar………………………………………………14

Tabel 4.2 Data Pengukuran D dalam…………………………………………….14

Tabel 4.3 Data Pengukuran Kedalaman………………………………………….15

Tabel 4.4 Data Pengukuran Mikrometer…………………………………………15

Tabel 4.5 Data Pengukuran Bevel Protaktor…………..…………………………15

Tabel 4.6 Data Pengukuran Dial Indikator……….………………………………

15

[Type text]

Page 35: laporan pengutek

[Type text]

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISIABSTRAKBAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...….1I.1. Latar Belakang………………………………………………………………...1I.2. Rumusan Masalah………...…………………………………………………...11.3.Tujuan Percobaan……………………………………………………………...11.4. Batasan Masalah………………………………………………………………21.5. Manfaat……………………………………………………………….............21.6. Sistematika Laporan…………………………………………………………..2

BAB II DASAR TEORI…………………………………………………………...3II.1. Pengukuran……………………………………………………………….......3II.1.1. Mikrometer…………………………………………………………………3II.1.2. Jangka Sorong………………………………………………………………3II.1.3. Dial Indikator……………………………………………………………….3II.1.4. Bevel Protaktor……………………………………………………………..5II.2. Sifat – Sifat Alat Ukur………………………………………………………..6II.3. Faktor Kesalahan Pengukuran………………………………………………..9

BAB III METODOLOGI PERCOBAANIII.1. Mikrometer………………………………………………………………...11III.2. Jangka Sorong……………………………………………………………...11III.3. Dial Indikator………………………………………………………………12III.4. Bevel Protaktor……………………………………………………………..12III.5. Height Gauge……………………………………………………………….12[Type text]

Page 36: laporan pengutek

[Type text]

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN………………………….....14IV.1. Data Acuan………………………………………………….……………...14IV.2. Data Praktikan……………………………………………………………...14IV.2.1. Jangka Sorong……………………………………….…………………...14IV.2.2.Mikrometer……………………………………………………………......15IV.2.3.Bevel Protaktor……………………………………………………….......15IV.2.4.Dial Indikator…………………………………………………………......15IV.3. Contoh Perhitungan………………………………………………………...15IV.4. Pembahasan………………………………………………………………...18IV.4.1. Jangka Sorong(Diameter Luar )……………………………………......18IV.4.1.a. Grafik………………………………………………………………......18IV.4.1.b. One sample T ………………………………………………………....18IV.4.1.c. One-way ANOVA: D luar versus nama……………………………….18IV.4.1.d. Pembahasan D luar…………………………………………………….19IV.4.2. Jangka Sorong(Diameter Dalam )……………………………………..21IV.4.2.a. Grafik…………………………………………………..………………21IV.4.2.b. One sample T ………………………………………………….…..…21IV.4.2.c. One-way ANOVA: D dalam versus nama…………………………..22IV.4.2.d. Pembahasan D dalam………………………………………………….22IV.4.3. Jangka Sorong(Kedalaman )………………………………………..…24IV.4.3.a. Grafik………………………………………………………………….24IV.4.3.b. One sample T ………………………………………………………..24IV.4.3.c. One-way ANOVA: Kedalaman versus nama…………………………25IV.4.3.d. Pembahasan Kedalaman……………………………………………….25IV.4.4.Mikrometer………………………………………………………………27IV.4.4.a. Grafik…………………………………………………………………..27IV.4.4.b. One sample T …………………………………………………...28IV.4.4.c. One-way ANOVA: Mikrometer versus nama…………………………28IV.4.4.d. Pembahasan Mikrometer………………………………………………29IV.4.5.Bevel Protaktor…………………………………………………………..30IV.4.5.a. Grafik…………………………………………………………………..30IV.4.5.b. One sample T ………………………………………………………...30IV.4.5.c. One-way ANOVA: Bevel Protaktor versus nama…………………….31IV.4.5.d. Pembahasan Bevel Protaktor…………………………………………..31IV.4.6.Dial Indikator…………………………………………………………….33IV.4.6.a. Grafik…………………………………………………………………..33IV.4.6.b. One sample T ………………………………………………………...33IV.4.6.c. One-way ANOVA: Dial Indikator versus nama………………………34IV.4.6.d. Pembahasan Dial Indikator…………………………………………….34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………36V.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..36

[Type text]

Page 37: laporan pengutek

[Type text]

V.2. Saran………………………………………………………………………...38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

[Type text]