39
BAB 1 PEBDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi bangunan gedung, konstruksi jalan, maupun konstruksi yang lainnya. Dalam pengertian teknik, tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Sifat-sifat tanah yang kurang baik, tidak menguntungkan bagi berdirinya suatu struktur. Sifat- sifat tersebut antara lain plastisitas yang tinggi, kekuatan geser yang rendah, kemampuan atau perubahan volume yang besar potensi kembang susut yang besar, yang terdapat pada tanah berbutir halus seperti lempung. Mengingat sifat tanah lempung sangat dipengaruhi lingkungan, untuk dapat berfungsi sebagai perletakan bangunan yang aman, juga jalan maka secara keseluruhan perlu dilakukan stabilisasi tanahnya. 1.2 Tujuan Umum 1 Pengujian Tanah Lapangan

Laporan Pengujian Tanah Lapangan Pak Pram

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nama harry ismunandar jurusan teknik sipil diploma 3 politeknik negeri pontianak

Citation preview

BAB 1PEBDAHULUAN1.1 Latar BelakangTanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi bangunan gedung, konstruksi jalan, maupun konstruksi yang lainnya. Dalam pengertian teknik, tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain yang terbentuk karena pelapukan dari batuan.Sifat-sifat tanah yang kurang baik, tidak menguntungkan bagi berdirinya suatu struktur. Sifat-sifat tersebut antara lain plastisitas yang tinggi, kekuatan geser yang rendah, kemampuan atau perubahan volume yang besar potensi kembang susut yang besar, yang terdapat pada tanah berbutir halus seperti lempung.Mengingat sifat tanah lempung sangat dipengaruhi lingkungan, untuk dapat berfungsi sebagai perletakan bangunan yang aman, juga jalan maka secara keseluruhan perlu dilakukan stabilisasi tanahnya.1.2 Tujuan UmumAdapun tujuan yang harus dilakukan dalam pengujian tanah lapangan adalah :1. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan metode Sand Cone2. Melakukan pengujian dengan alat DCP3. Melakukan pengujian dengan alat sondir4. Melakukan pengujian dan pengambilan sampel tanah dengan alat Hand Bor1.3 Waktu dan TempatTempat yang digunakan untuk praktikum pengujian tanah lapangan berlokasi di Politeknik Negeri Pontianak dengan waktu dari jam 07.00-12.00 WIB selama 3 hari.

BAB 2DASAR TEORI2.1 Tanah2.1.1 Pembentukan TanahTanah berasal dari pelapukan batuan dengan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedegenesis . Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.2.1.2 KarakteristikTubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah nonorganik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol).Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentukan utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki kesamaan tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukuc air namun karena memiliki keasamam cukup air namun kerena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.Tanah nonorganik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah : pasir, lanau dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi: warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antaran agregat (butir) tanah dan ruang antar agregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fasa padatan, fasa cair dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antar agregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur(sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.

BAB 3PEMBAHASAN 3.1 PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN KERUCUT PASIR (SAND CONE) Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat : 1. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan metoda Sand Cone dengan baik dan benar 2. Menentukan nilai kepadatan lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Dasar Teori Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kepadatan tanah di lapangan dari lapisan yang telah dipadatkan dengan mengetahui berat volume kering secara langsung dari lapisan tanah yang diuji. Sementara nilai derajat kepadatan lapangan adalah dengan membuat perbandingan berat volume kering di lapangan terhadap berat volume kering maksimum hasil pengujian pemadatan di laboratorium.

Peralatan dan Bahan Botol pasir kapasitas + 4,5 kg Corong pasir dengan diameter 16,5 cm Plat dasar untuk corong pasir dengan ukuran 30,48 x 30,48 cm dengan lubang di tengah berdiameter 16,5 cm Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 1,0 gram Timbangan kapasitas 500 gram ketelitian 0,1 gram Mistar perata (Straight Edge) Alat bantu lain seperti ; centong, talam/kaleng, paku, cawan buat pemeriksaan kadar air, kantong plastik, pahat, dan lain-lain. Pasir ottawa/kwarsa yang bersih dan kering lolos saringan no.10 (2mm) dan tertahan saringan no. 200 (0,075 mm).

Keterangan :

1. Botol Pasir 6. Plat Berlubang

2. Pasir Ottawa/Kwarsa 7. Pahat

3. Keran Corong 8. Sendok

4. Kaleng/Talam Kosong 9. Palu Karet

5. Corong Sand Cone 10. Cawan

Langkah Kerja Pemeriksaan Berat Isi Pasir (p) 1. Timbang berat botol dan corong (W1) 2. Isi botol dengan pasir secara perlahan-lahan sampai penuh (W3) 3. Kosongkan botol, kemudian isi dengan air sampai penuh (W2) 4. Volume botol (V) adalah (Berat botol + corong + air) dikurangi dengan (Berat botol + corong) ; V = W2-W1 5. Berat Isi pasir adalah (Berat botol + corong + pasir) dikurangi (Berat Botol + corong), kemudian dibagi dengan Volume botol ; p =

Pemeriksaan Berat Pasir dalam Corong1. Masukkan pasir ke dalam botol dan corong sampai kurang lebih 2/3 tinggi botol dan kunci keran corong, Timbang berat botol + corong + pasir (W4) 2. Balikkan posisi botol sehingga corong berada di bawah, dan letakkan di atas sebuah plat yang rata, kemudian buka keran corong hingga pasir turun mengisi corong.3. Setelah pasir berhenti turun, kunci kembali keran corong, kemudian timbang berat botol + corong + sisa pasir (W5)4. Berat pasir dalam corong (W6) adalah (berat botol + corong + pasir) dikurangi dengan (berat botol + corong + sisa pasir) ; W6 = W4 W5Pemeriksaan Berat Isi Kering Tanah (d) 1. Timbang berat talam kosong (W7) 2. Isi botol dan corong dengan pasir secukupnya (kurang lebih tinggi botol) dan timbang beratnya (W10) 3. Ratakan permukaan tanah yang akan diuji, letakkan plat berlubang dan jepit atau paku keempat ujung plat supaya plat tidak bergeser. 4. Buat lubang pada tanah dengan ukuran diameter lubang sama dengan diameter lubang pada plat, dan dalam + 10 cm (tidak melebihi satu hamparan padat). 5. Masukkan seluruh tanah hasil galian ke dalam talam, kemudian timbang beratnya (W8) 6. Hitung Berat Tanah Basah (W9) yaitu (berat talam + tanah) dikurangi (berat talam kosong) ; W9 = W8 W7 7. Balikkan posisi botol dan corong yang berisi pasir di atas plat berlubang, kemudian buka keran corong sehingga pasir mengalir turun mengisi lubang dan corong, biarkan sampai pasir berhenti mengalir. 8. Kunci keran setelah pasir berhenti mengalir, kemudian timbang berat botol + corong + sisa pasir (W11) 9. Hitung Berat Pasir dalam Lubang (W12) yaitu (berat botol + corong + pasir) dikurangi (berat botol + corong + sisa pasir) dikurangi (berat pasir dalam corong) ; W12 = W10 W11 W6 10. Hitung volume pasir dalam lubang yaitu (berat pasir dalam lubang) dibagi dengan (berat isi pasir) ; V = 11. Hitung Berat Isi Tanah Basah (b) yaitu (berat tanah basah) dibagi dengan (volume pasir dalam lubang) ; b = 12. Periksa kadar air tanah (w %) 13. Hitung Berat Isi Tanah Kering Tanah (d) ; d = 14. Hitung Derajat Kepadatan (D) ; D = x 100 Keselamatan Kerja Hindarkan getaran ketika mengadakan pengujian ini, terutama ketika pasir mengalir memenuhi lubang dan corong

Perawatan Lumasi keran corong secara berkala dengan minyak untuk mencegah karat dan macet saat pengoperasian. Jemur pasir bila sudah lembab, dan bersihkan dari unsur-unsur lain seperti tanah, kerikil dll.

3.2 PENGUJIAN NILAI CBR LAPANGAN DENGAN DCP (DYNAMIC CONE PENETROMETER) Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat : 1. Melakukan pengujian dengan alat DCP secara baik dan benar 2. Menentukan nilai CBR lapangan dari hasil pengujian DCP Dasar Teori Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRLL (Transport and Road Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1985 / 1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman + 70 cm di bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.

Peralatan dan Bahan Satu set alat DCP Palu/hammer geser dengan berat 10 kg dan tinggi jatuh 46 cm Batang baja berdiameter 16 mm primer dan sekunder Konus bersudut 60 0 atau 300 dengan diameter tengah sebesar 2cm Batang baja berskala 1 100 cm

Keterangan :

1. Pemegang 5. Stang Penetrasi

2. Penumbuk 6. Konus

3. Stang Penghantar 7. Mistar Skala Penetrasi

4. Kepala Penumbuk 8. Mur Pengatur Skala Mistar

Langkah Kerja 1. Pilih titik pengujian yang akan dilakukan pengujian. Biasanya dilakukan secara zig zag pada arah dan jarak tertentu. 2. Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertikal tegak lurus terhadap permukaan tanah. Bila terjadi penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang relatif besar. 3. Atur batang berskala sehingga menunjukkan angka 0 dan catat dalam centi meter. 4. Naikkan palu geser sampai menyentuh bagian bawah pegangan, lalu lepaskan sehingga palu jatuh secara bebas menumbuk anvil atau landasan penumbuk sambil menjaga agar posisi alat tidak menjadi miring. Tumbukan ini akan menyebabkan konus menembus lapisan yang akan diuji. 5. Catat jumlah pukulan dan kedalaman penetrasinya ke dalam formulir/blanko percobaan. 6. Hentikan pengujian jika jumlah pukulan telah mencapai 40 kali atau kedalaman penetrasi antara 70 s/d 90 cm. 7. Cabut batang dan konus yang telah masuk ke dalam tanah dengan cara menumbukkan palu geser ke atas hingga menyentuh plat alas pemegang alat. Data Percobaan dan Perhitungan Catat jumlah tumbukan pada kolom n (tumbukan ke n), dan bacaan penetrasi pada kolom D (dalam mm). Plotkan bacaan tersebut pada grafik Kedalaman (D) terhadap Jumlah Tumbukan Kumulatif (n) Hitung D, yaitu selisih pembacaan penetrasi dalam mm, dan SPP yaitu Skala Penetrasi dalam cm/tumbukan Tarik garis antara titik-titik pada grafik, dan dengan bantuan penggaris segitiga, sejajarkan garis yang didapat dengan garis-garis nilai CBR pada pojok kanan bawah form pengisian Keselamatan Kerja Jaga posisi alat saat melakukan tumbukan agar selalu tetap pada posisi vertikal tegak lurus terhadap permukaan tanah. Pastikan posisi tangan tidak berada di dekat anvil/landasan penumbuk Perawatan Bersihkan peralatan (terutama pada batang baja dan konus) setiap kali selesai digunakan. Masukkan kembali peralatan ke dalam kantongnya setelah selesai digunakan agar terhindar dari air dan cuaca yang dapat menyebabkan karat.

3.3 PENGUJIAN TANAH DENGAN ALAT SONDIR (DUTCH CONE PENETROMETER)

Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat : 1. Melakukan pengujian sondir dengan benar.2. Menentukan nilai perlawanan tanah terhadap tekanan ujung konus (perlawanan konus) dan perlawanan geser terhadap selimut bikonus (jumlah hambatan lekat) suatu tanah.3. Menggambar hasil percobaan dalam bentuk grafik . Dasar Teori Metode pengujian penetrometer konus menerus semi statis seringkali disebut dengan istilah Dutch Cone Test atau Cone Penetration Test atau disingkat dengan CPT. Sedangkan di Indonesia dikenal dengan nama Penyondiran. Metoda ini banyak digunakan di Eropa dan telah diterima baik di Amerika Serikat. Dengan metoda ini dimungkinkan eksplorasi yang cepat dan ekonomis pada tanah yang cukup dalam (dari lunak sampai sedang) dan untuk menentukan daya dukung lapisan tanah secara rinci. Penggunaan alat sondir untuk semua perlawanan penetrasi menerus termasuk hambatan lekat dan tahanan konus di darat atau di air, kecuali tanah yang sangat keras. Pengujian penetrometer konus pada pendugaan daya dukung tanah, berupa perlawanan konus (cone resistance) pada saat penetrometer (alat ukur penetrasi) ditekan, dan gesekan sisi (side friction) yang ditimbulkan akibat adhesi antara bidang atau permukaan mantel konus dengan tanah.

Peralatan dan Bahan Alat Sondir kapasitas 2,5 ton, 5,0 ton atau 10,0 ton Batang sondir terdiri dari batang luar dan batang dalam dengan panjang masing-masing 1 meter. Konus (mantle cone) / Bikonus (friction cone) Manometer dengan kapasitas 0 - 60 kg/cm2 dan 0 - 250 kg/cm2 Angker spiral + kunci sayap Perlengkapan lain seperti : Kunci-kunci pipa, minyak hidrolik (castor oil), oli, kain pemebersih, sikat kawat, water pass, kunci penarik dan penekan, kunci plunyer (piston), dan lain-lain.

Keterangan1. Gigi Penekan 14. Kunci Tiang

2. Gigi Cepat 15. Kaki Sondir

3. Gigi Lambat 16. Jangkar Spiral

4. Tiang Pelurus 17. Stang Dalam

5. Rantai 18. Konus

6. Setelan Rantai 19. Lubang Pengisian Oli

7. Engkol Pemutar 20. Piston

8. Ruang Oli 21. Oli Seal

9. Kunci Tiang 22. Ring Penahan Seal

10. Treker 23. Mur Penjepit Seal

11. Manometer 24. Kunci Piston

12. Kaki Ruang Oli 25. Kop Penarik

13. Stang Sondir 26. Bikonus

Langkah Kerja 1. Bersihkan lokasi pengujian lalu pasanglah dua atau empat jangkar spiral (angkur) sesuai dengan kondisi tanah dengan jarak tertentu agar cocok dengan kaki sondir.2. Jepitlah rangka sondir pada jangkar tersebut, lalu atur posisi sondir agar tegak lurus dengan cara mengendurkan kunci tiang samping lalu gunakan waterpass untuk mengontrolnya.3. Buka baut penutup lubang pengisian oli dan buka kedua keran manometer, lalu pasang kunci piston pada ujung piston.4. Tekan berkali-kali kunci piston ke atas sampai oli keluar semua.5. Setelah oli yang lama habis, isilah oli (castor oil) dari lubang pengisian sampai penuh, gerakkan kunci piston naik turun secara perlahan untuk menghilangkan gelembung udara. Setelah tidak ada gelembung udara tutup kembali lubang pengisian tadi.6. Tutup salah satu keran manometer, tekan kunci piston pada alas rangka, perhatikan kenaikan jarum manometer hentikan penekanan dan tahan (kunci) stang pemutar apabila jarum akan mencapai 25% ke maksimal manometer. Bila terjadi penurunan pada jarum manometer berarti ada kebocoran antara lain pada sambungan, buat penutup oli atau pada seal piston. Lakukan hal yang sama untuk manometer lainnya.7. Pasang friction cone/mantle cone pada draad batang sondir berikut batang dalamnya.8. Dorong treker pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai menyentuh ujung atas batang dalam sondir. Percobaan dan pembacaan sudah siap dilakukan. 9. Beri tanda pada tiang sondir tiap 20 cm dengan mengunakan spidol atau kapur untuk mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer.10. Engkol pemutar kembali diputar sehingga friction cone atau mantle cone masuk ke dalam tanah. Setelah mencapai batas 20 cm (lihat tanda spidol/kapur), engkol pemutar sedikit ke arah berlawanan. Treker ditarik ke depan dalam posisi lubang bulat. 11. Buka keran manometer. 12. Engkol pemutar diputar kembali sehingga batang dalam tertekan ke dalam tanah dengan kecepatan kurang lebih 2 cm/detik. Batang dalam akan menekan piston lalu akan menekan oli di dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca di manometer. Mantle cone atau konus hanya akan mengukur tahanan ujung konus (PK ; Perlawanan Konus) sedangkan friction cone atau bikonus akan mengukur tahanan ujung konus dan gesekan selimut konus terhadap tanah. 13. Tekan batang sondir, catat angka penunjukkan pertama pada manometer sebagai nilai perlawanan ujung konus. Teruskan sampai jarum manometer bergerak untuk yang kedua kalinya. Catat pembacaan kedua ini sebagai jumlah perlawanan (JP ; Jumlah Perlawanan) yaitu Perlawanan Konus dan Hambatan Lekat.

14. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer. Bila diperkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup keran manometer dan buka kran manometer yang berkapasitas besar.

15. Batang sondir jangan menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan secara drastis dan akan merusak manometer.

16. Putar kembali engkol pemutar berlawanan arah lalu pindahkan kembali posisi treker ke posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali pada jarak 20 cm berikutnya.

17. Setelah mencapai kedalaman 1 meter, batang sondir perlu ditambah. Caranya terlebih dahulu naikkan piston penekan supaya batang sondir dapat disambung. Gunakan kunci pipa untuk mengencangkannya.

18. Setelah mencapai kedalaman tanah keras, tahanan ujung konus telah menunjukkan angka yang lebih besar dari 150 kg/cm2 tiga kali berturut-turut (untuk sondir kapasitas 2,5 ton) atau lebih besar dari 500 kg/cm2 (untuk sondir kapasitas 10 ton) penyelidikan boleh dihentikan.

Posisi A Stang Sondir menekan bikonus sampai kedalaman tertentu, stang dalam belum ditekan (belum ada pengukuran) Posisi B Stang dalam ditekan masuk sedalam 4 cm. ujung bikonus menembus lapisan tanah. Tahanan konus diukur ole manometer Posisi C Stang dalam ditekan terus, ujung bikonus dan dinding gesek bergerak bersama-sama menembus lapisan tanah. Jumlah tahanan konus dan hambatan lekat diukur oleh manometer Posisi D Stang sondir ditekan kembali, ujung bikonus dan dinding gesek bergabung kembali. Bikonus siap melakukan penetrasi untuk pengukuran pada kedalaman selanjutnya

Data Percobaan dan Perhitungan Kolom (1) berisikan kedalaman lapisan yang diuji (m) Kolom (2) berisikan bacaan nilai PK ; Perlawanan Konus (kg/cm2) Kolom (3) berisikan nilai JP ; Jumlah Perlawanan yaitu nilai Perlawanan Konus ditambah hambatan setempat (local friction) (kg/cm2) Kolom (4) berisikan nilai Hambatan Lekat (HL); HL = , dimana B adalah faktor alat yaituB = , biasa nilai B dipakai 10 (kg/cm2) Kolom (5) berisikan nilai Hambatan Lekat sedalam tahap pembacaan (biasanya tiap 20 cm); Kolom (5) = Kolom (4) x 20 cm (kg/cm) Kolom (6) berisikan Jumlah Hambatan Lekat (JHL) ;JHL = ; i adalah kedalaman yang dicapai Kolom (7) berisikan Rasio Gesekan (FR) adalah Nilai Hambatan Lekat dibagi dengan nilai Perlawanan Konus dikali 100% ; Kolom (7) = x 100 % Buat grafik yang terdiri dari : Grafik Perlawanan Konus terhadap Kedalaman Penetrasi Grafik Jumlah Hambatan Lekat Kumulatif terhadap Kedalaman Penetrasi Grafik Rasio Gesekan terhadap Kedalaman Penetrasi

Keselamatan Kerja Pasang Konus atau Bikonus dengan baik benar. Pasang kunci pipa dengan benar pada batang sondir yang akan dicabut saat membuka kop penarik.

Perawatan Batang sondir yang telah dipakai harus segera dibersihkan dari kotoran/tanah yang melekat. Setelah dibersihkan, lumurjan oli secukupnya agar tidak berkarat. Konus atau bikonus yang telah dipakai harus segera dibersihkan. Setelah dibersihkan coba digerak-gerakkan untuk memastikan tidak terjadi kemacetan. Apabila terjadi kemacetan, buka rangkaian alat tersebut dan rendam dalam minyak tanah lalu disikat dengan hati-hati. Lumuri oli yang masih baru, kemudian dirangkai kembali dan simpan di suatu tempat tertutup. Tambahkan grease/stempet pada gigi penggerak alat sondir bagian atas bila kondisinya sudah mengering. Jika terjadi kebocoran oli yang diakibatkan seal oli yang sudah robek, segera ganti dengan seal yang baru.

3.4 PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN SAMPEL TANAH DENGAN BOR TANGAN (HAND BOR)

Tujuan Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan dapat : 1. Melakukan pengujian dan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan alat bor tangan / hand bor dengan benar.2. Melakukan penamaan / pendeskripsian tanah secara visual Dasar Teori Metoda pemboran tangan (hand auger boring) termasuk metoda pengamatan yang banyak digunakan untuk eksplorasi geoteknik dangkal dari jenis tanah lunak dan kenyal. Dengan pemboran tangan dapat dilakukan pengambilan sampel tanah terganggu (disturbed sample = DS) maupun sampel tanah tak terganggu (undisturbed sample = UDS). Selain itu dengan pemboran tangan dapat diketahui kedalaman muka air tanah (M.A.T) yang diperlukan dalam perencanaan pondasi, serta dapat membantu dalam penentuan jenis tanah/lapisan.

Peralatan dan Bahan Mata bor (tipe Iwan Auger, spiral atau helical) Stang bor (rod), umumnya terdiri dari 10 batang yang masing-masing panjangnya 1 meter Kunci T pemutar bor Stang pemutar

Kepala (head) pengambil contoh atau stick apparatus Kunci-kunci untuk menyambung dan melepaskan sambungan stang Hammer / palu untuk mengambil sampel Tabung sampel Parafin atau lilin Meteran Kain pembersih, kantong plastik dan lain-lain

Keterangan :

1. Stang Engkol Pemutar 5. Palu / Hammer

2. Kunci T - Pemutar 6. Kepala(Head)Pengambil Contoh

3. Stang Bor 7. Stick Apparatus

4. Iwan Auger 8. Tabung Contoh / Sampel

Langkah Kerja 1. Bersihkan lokasi di sekitar lubang yang akan dibor.2. Pasang mata bor pada stang bor lalu pasang pemutarnya.3. Tekan mata bor ke dalam tanah sambil diputar. Setelah tanah mengisi mata bor sampai penuh (kurang lebih 20 cm) lakukan pengangkatan secara perlahan dan hati-hati.4. Keluarkan contoh tanah dari mata bor, lakukan pengamatan dan buat deskripsi secara visual (jenis, warna dan keadaannya), catat pula nomot titik bor, kedalaman dan tanggal pengeboran.5. Masukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik. Ini adalah sampel tanah terganggu (DS : Disturbed Sample) hanya digunakan untuk keperluan klasifikasi dan deskripsi tanah.6. Ulangi percobaan 3 dan 4 sampai pada kedalaman yang diinginkan untuk mendapatkan sampel tanah asli/tak terganggu (UDS : Undisturbed Sample).7. Ganti mata bor dengan stick apparatus.8. Pasang tabung sampel untuk mengambil sampel tanah dan masukkan ke dalam lubang bor yang telah terbentuk.9. Tekan stang bor sedalam panjang tabung. Jika tanah lunak, tekan secara perlahan-lahan, kemudian diputar satu kali untuk melepaskan/memotong sampel tanah pada dasar tabung. Sedangkan bila tanah cukup keras sehingga tabung tidak dapat ditekan, gunakan palu/hammer untuk memukulnya secara perlahan-lahan dengan terlebih dahulu memasang kop penahan.10. Setelah didapatkan sampel tanah asli dalam tabung, lepaskan stick apparatus lalu bersihkan dinding luar tabung. Potong kedua bagian ujung tanah pada tabung setebal 1 cm kemudian segera tutup dengan parafin. 11. Tuliskan label yang berisi nomor titik bor, kedalaman, bagian atas/ bagian bawah, tanggal pengambilan sampel di bagian luar tabung. 12. Sampel tanah asli ini sebaiknya dimasukkan ke dalam peti pelindung terutama jika tempat pemeriksaan/laboratorium cukup jauh dari lokasi pengujian. Keselamatan Kerja Lindungi sampel tanah pada waktu pengangkutan atau dari pengaruh yang dapat merusak atau mengubah sampel tanah tersebut. Tutup kembali lubang bor bila tidak diperlukan Perawatan Bersihkan mata bor dan stang bor setiap kali selesai digunakan. Lumuri dengan oli secukupnya untuk menghindari karat Sebelum digunakan, tabung sampel harus dalam keadaan bersih dan bagian dalamnya diberi pelumas sehingga tanah dapat masuk dan keluar dengan mudah.

GAMBAR

BAB .4PENUTUP

4.1 KesimpulanDari praktek ini kami mahasisawa/i teknik sipil D3 dapat mengetahui bagaimana cara melakukan pengujian kepadatan lapangan dengan alat Sand Cone, pengujian daya dukung lapisan tanah dengan alat DCP, pengujian Sondir dan pengujian dengan alat Hand Bor. Kami juga mengetahui bagaimana cara mengolah data-data dari hasil pengujian tersebut.Pengujian tanah lapangan ini merupakan hal pertama yang dilakukan untuk membuat perencanaan sebuah konstruksi bangunan, konstruksi jalan, dan lainnya.

2 Pengujian Tanah Lapangan