23
Laporan Pengobatan Dasar LUKA BAKAR DERAJAT I Disusun Oleh: dr. Duhita Ganes P. Pendamping: dr. Ign. Adhi Pujo Astowo

Laporan Pengobatan dasar; Luka Bakar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan internship

Citation preview

Laporan Pengobatan DasarLUKA BAKAR DERAJAT I

Disusun Oleh:dr. Duhita Ganes P.

Pendamping:dr. Ign. Adhi Pujo Astowo

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIAPUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN BREBES2013LEMBAR PENGESAHANLAPORAN F. 6PENGOBATAN DASARLUKA BAKAR DERAJAT I

Brebes, Oktober 2013

Peserta Program Internsip Dokter Indonesia

dr. Duhita Ganes PrabaningswastiPendamping Program Internsip Dokter Indonesia

dr. Ign. Adhi Pujo AstowoNIP: 19720229 200212 1 002

BAB ILATAR BELAKANG

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.1Luka bakar juga sering dijumpai pada lingkungan rumah tangga. Luka bakar yang sering terjadi di lingkungan rumah tangga biasanya disebabkan oleh api kompor, minyak goreng, air panas dan peralatan memasak seperti panci atau wajan panas, dan luka bakar karena setrika panas. Luka bakar yang terjadi dalam rumah tangga bisa bersifat ringan sampai berat. Penanganan awal luka bakar sangat penting dalam menentukan proses kesembuhan dan prognosis.

BAB IIPERMASALAHAN

Tanggal: 23 Oktober 2013I. IDENTITAS PENDERITANama: Ny. WJenis Kelamin: perempuanUmur: 50 tahunAgama: IslamAlamat: PangaradanPekerjaan: Ibu rumah tanggaII. ANAMNESISAnamnesis didapat berdasarkan autoanamnesisKeluhan utama: Jari tangan kanan terkena panci panasRiwayat penyakit sekarangPasien datang ke puskesmas pembantu Tanjung tanggal 23 Oktober 2013 dengan keluhan jari manis tangan kanan terkena panci panas saat memasak pada pagi hari. Saat ini jari manis dirasakan nyeri dan panas. Pasien juga merasa kesulitan untuk menekuk jari kelingkingnya karena bengkak dan nyeri. Pasien tidak mengoleskan pasta gigi maupun salep pada jarinya.Riwayat penyakit dahulu Riwayat hipertensi: disangkal Riwayat DM: disangkal Riwayat alergi: disangkalRiwayat sosial ekonomiPasien tinggal di rumah bersama anak, menantu, dan seorang cucunya. Kesan ekonomi kurang.

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: tampak sakit sedangKesadaran: komposmentisNadi: 88x/menitRR: 20x/menitSuhu: 36,70CTD: 110/70 mmHgStatus generalis: dalam batas normalStatus lokalis: digiti 4 regio manus dekstra Inspeksi: tampak hiperemis, edem, bulla (-)Palpasi: nyeri tekan (+), kalor (+)ROM: terbatas, nyeri (+)

IV. DIAGNOSIS KERJALuka bakar derajat I

V. PENATALAKSANAANA. Medika Mentosa Paracetamol 3x500 mg Vitamin C 3 x 50 mgB. Edukasi Kompres air dingin Jaga higiene tangan Jangan oleskan pasta gigi/parem pada luka

VI. PROGNOSISAd vitam: dubia ad bonamAd fungsionam: dubia ad bonamAd sanam: dubia ad bonamAd kosmetikam: dubia ad bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

A. ETIOLOGI Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan emutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1B. DERAJAT LUKA BAKARKedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis, seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehigga memperberat kedalaman luka bakar.Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari; misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagau eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat.Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.1C. PENATALAKSANAAN Non medikamentosa Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram panas.Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi. Yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril.Pada luka bakar ringan prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen murni.Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam hidrofluorida mengendapkan kalsium pada luka bakar.Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut sterila untuk perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu.Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (airway, breathing, Circulation)Medikamentosa Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi.Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup.Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedemikian rupa sehingga masih cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dan lebih banyak pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri.1D. INDIKASI RAWAT INAPPasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman dari American Burn Association.1. Pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami luka bakar parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 10%.2. Luka bakar parsial atau luka bakar sampai lebih dari 20% pada usia lainnya.3. Khusus daerah, termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah, mata, atau telinga.3. Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5%. 4. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh.5. Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko tinggi.3

BAB IVINTERVENSI

Laporan ini disusun berdasarkan data yang diperoleh dari pasien penderita luka bakar derajat 1 yang memeriksakan diri ke Puskesmas Pembantu Tanjung dengan keluhan jari manis tangan kanan nyeri dan bengkak setelah terkena panci pada tanggal 23 Oktober 2013.Intervensi yang dilakukan yaitu melakukan anamnesis dan pemeriksaan pada pasien, pengobatan, dan memberikan edukasi mengenai luka bakar yang dialami pasien. Pasien dianjurkan untuk mengompres luka dengan air dingin dan dilarang untuk mengoles pasta gigi atau parem agar tidak menghambat proses penyembuhan luka.

BAB VPELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada:Hari/tanggal: Rabu, 23 Oktober 2013Tempat: Puskesmas Pembantu TanjungSasaran: PasienPelaksana: dr. Duhita Ganes P.Kegiatan: Anamnesis, pemeriksaan fisik, pengobatan dan edukasi

BAB VIKESIMPULAN

1. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi, dan gesekan. 2. Derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu derajat 1 (permukaan epidermis), derajat 2 superfisial (epidermis dalam), derajat 2 dalam (epidermis dan sebagian dermis), dan derajat 3 (seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya).3. Penanganan luka bakar tergantung derajat dan luas luka bakar. Penanganan pertama luka bakar sangat menentukan proses penyembuhan dan prognosis luka bakar.4. Komplikasi yang biasa terjadi akibat luka bakar adalah syok, infeksi, sepsis, skar, dan kontraktur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.2007. Hlm: 103-110.2. Robert. H, Demling. MD. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Doherty, Gerard M, Way, Lawrence W (editor). 2006. Hlm: 2483. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm: 418-425.4. Perawatan luka bakar. Diunduh dari : http://www.zimbio.com/member/bedahumum/articles/3869708/PERAWATAN+LUKA+BAKAR5. Luka bakar. Diunduh dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-luka-bakar/