62
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), ginjal dan hipertropi ventrikel kiri/left ventrice hypertrophy (untuk otot jantung). Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, E., 2009). Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Depkes, 2010). Di Provinsi Bali, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat sebesar 29,1%, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran saja sebesar 26,4%, dan prevalensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat sebesar 5,7% (Rahajeng, E., 2009). Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, didapatkan besarnya prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di Kabupaten Jembrana adalah sebesar 25% (Riskesdas Bali, 2007).

Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan

berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

(untuk pembuluh darah jantung), ginjal dan hipertropi ventrikel kiri/left ventrice

hypertrophy (untuk otot jantung). Menurut WHO dan the International Society of

Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan

3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut

tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, E., 2009). Hipertensi

merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan

darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai

31,7% (Depkes, 2010). Di Provinsi Bali, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran

termasuk kasus yang sedang minum obat sebesar 29,1%, prevalensi hipertensi

berdasarkan pengukuran saja sebesar 26,4%, dan prevalensi berdasarkan diagnosis oleh

tenaga kesehatan dan/atau minum obat sebesar 5,7% (Rahajeng, E., 2009). Berdasarkan

hasil Riskesdas 2007, didapatkan besarnya prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran tekanan darah di Kabupaten Jembrana adalah sebesar 25% (Riskesdas Bali,

2007).

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kebiasaan

merokok dan konsumsi alkohol. Kebiasaan merokok dengan jumlah rokok 10-20

perhari dapat mempengaruhi tekanan darah dan peningkatan resiko terjadinya penyakit

kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Hal ini memaksa jantung bekerja lebih keras

sehingga mendorong naiknya tekanan darah (Martin, 2011). Diperkirakan sekitar 45,3

juta orang, atau 19,3% dari seluruh orang dewasa (di atas 18 tahun) merokok di

Amerika Serikat. Perokok lebih banyak pada pria (21,5%) daripada wanita (17,3%).

Merokok adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah di Amerika Serikat,

diperkirakan sekitar 443.000 kematian, atau 1 dari setiap 5 kematian di Amerika Serikat

setiap tahun (CDC, 2010). Hasil laporan WHO tahun 2008 dengan statistik jumlah

perokok 1,35 miliar orang, Indonesia menempati peringkat ke-3 dalam daftar 10 negara

Page 2: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

2

perokok terbesar di dunia dengan jumlah 65 juta perokok atau 28% per penduduk, di

bawah Cina (390 juta perokok atau 29% per penduduk) dan India (144 juta perokok

atau 12,5% per penduduk) (Nusantaraku, 2009). Berdasarkan Riskesdas tahun 2007,

persentase penduduk umur 10 tahun ke atas 23,7% merokok setiap hari, 5,5% merokok

kadang-kadang, 3,0% adalah mantan perokok, dan 67,8% bukan perokok. Di samping

itu hampir separuh penduduk laki-laki yang merokok setiap hari (45,8%) (Profil

Kesehatan Indonesia, 2008). Secara umum di provinsi Bali persentase penduduk umur

10 tahun ke atas yang merokok tiap hari 20,2%, dengan persentase tertinggi pada

kelompok usia 75 tahun ke atas (33,5%). Persentase perokok tertinggi ditemukan di

Jembrana (24,5%), dengan rata-rata jumlah rokok yang dihisap 9,3 batang per hari

(Riskesdas Bali, 2007).

Kebiasaan konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

hipertensi. Berdasarkan Riskesdas 2007, secara nasional prevalensi penduduk umur 10

tahun ke atas yang minum minuman beralkohol sebesar 4,6% dan di Provinsi Bali

sebesar 6,4% (Profil Kesehatan Indonesia, 2008). Untuk Kabupaten Jembrana,

persentase peminum minuman beralkohol sebesar 3,9% (Riskesdas Bali, 2007).

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, persentase prevalensi penyakit akibat

hipertensi seperti stroke dan penyakit jantung di Kabupaten Jembrana sebesar 0,3%

untuk stroke dan 0,9% untuk penyakit jantung (Riskesdas Bali, 2007). Hasil

pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan tahun 2012 di Puskesmas Pekutatan I,

Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana menunjukkan bahwa terdapat 1.213

kunjungan hipertensi dan menempati peringkat ke-2 pada sepuluh besar penyakit tahun

2012. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 290 kunjungan pasien hipertensi dan pada

tahun 2010 terdapat 264 kunjungan pasien hipertensi (Data dari Puskesmas Pekutatan I

Kabupaten Jembrana). Melihat hal tersebut diatas, maka perlu ditelusuri tentang

gambaran kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkol, dan kejadian hipertensi

pada masyarakat dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I tersebut. Dengan

mengetahui hal tersebut maka diharapkan dapat memberikan sumbangan data kepada

puskesmas, sehingga dapat menentukan prioritas untuk pencegahan hipertensi. Dengan

demikian program menuju Bali sehat yang telah dicanangkan untuk meningkatkan

kesadaran dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang dapat terwujud terutama dalam

rangka menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi.

Page 3: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian adalah:

Bagaimanakah gambaran kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan

kejadian hipertensi pada masyarakat dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I,

Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok, konsumsi

minuman beralkohol, dan kejadian hipertensi pada masyarakat dewasa di wilayah kerja

Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada masyarakat dewasa di

wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

2. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan konsumsi minuman beralkohol pada

masyarakat dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan,

Kabupaten Jembrana.

3. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi pada masyarakat dewasa di wilayah

kerja Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

4. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan kebiasaan merokok dan

konsumsi minuman beralkohol pada masyarakat dewasa di wilayah kerja Puskesmas

Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas Pekutatan I

Dengan mengetahui gambaran kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan

angka kejadian hipertensi pada masyarakat dewasa di wilayah kerja Puskesmas

Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana diharapkan dapat dijadikan

masukan dalam mensukseskan program pencegahan bahaya merokok dan minuman

beralkohol, serta penanggulangan hipertensi pada masyarakat.

Page 4: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

4

1.4.2 Bagi Peneliti

1. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang

didapat selama pendidikan di bagian IKK/IKP Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian

ilmiah.

2. Menambah pengetahuan peneliti tentang gambaran kebiasaan merokok, konsumsi

minuman beralkohol, dan angka kejadian hipertensi pada masyarakat dewasa di

wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

yang lebih luas di masa yang akan datang.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi mengenai hasil penelitian ini kepada masyarakat sehingga

mereka mengetahui kecenderungan kejadian hipertensi pada orang yang memiliki

kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Page 5: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Kebiasaan Merokok

Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok

dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit

yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak

langsung. Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok

secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rata- rata

merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis

meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan,

mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga

dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung

rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin (Sitepoe, M., 2007).

2.1.2 Jenis Rokok

Menurut Sitepoe, M. (1997), rokok berdasarkan bahan baku atau isi dibagi tiga jenis:

1. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi

saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan

cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,

cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis:

1. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

2. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

2.1.3 Kandungan Rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya,

misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan

komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap

oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel (15%).

Page 6: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

6

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis di

antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 200

diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan

karbon monoksida (CO). Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-

bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (David E, 2003). Zat-zat beracun yang

terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut:

1. Nikotin

Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat

racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau

susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif.

Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami

kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang

semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya.

2. Karbon monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini

dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.

Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam

transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat

mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah

400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin

dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, M., 1997).

3. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air

diasingkan. Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat

karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat

merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru

sehingga mengakibatkan terjadinya kanker. Pada saat rokok dihisap, tar masuk

kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi

padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran

pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang

rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang

menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi

Page 7: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

7

filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat

merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang

digunakan bertambah banyak (Sitepoe, M., 1997).

4. Timah hitam (Pb)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus

rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug.

Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20

ug per hari (Sitepoe, M., 1997).

5. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan

hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang

ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan

mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

6. Hidrogen sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan

sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan.

Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya.

Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan

kematian.

7. Nitrous oxide

Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat

menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.

8. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat

organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan

membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.

9. Hidrogen sulfida

Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan

bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).

Page 8: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

8

2.1.4 Kategori Perokok

1. Perokok aktif

Menurut Bustan (2000), rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari hisapan

perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan

langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri

sendiri maupun lingkungan sekitar.

2. Perokok pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok.

Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap

rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok

yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali

lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung

tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).

2.1.5 Jumlah Rokok yang Dihisap

Menurut Bustan (2000), jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang,

bungkus, pak per hari. Jenis perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:

1. Perokok ringan: apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

2. Perokok sedang: apabila merokok 10 – 20 batang per hari.

3. Perokok berat: apabila merokok lebih dari 20 batang per hari.

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam

tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan

mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya

bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai

titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Sitepoe, M, 1997).

2.1.6 Lama Menghisap Rokok

Menurut Bustan (2000), merokok dimulai sejak umur kurang dari 10 tahun atau lebih

dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok.

Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok, akan

semakin besar pengaruhnya. Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja,

merokok dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Resiko kematian

Page 9: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

9

bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih

dini (Smet, B., 1994). Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik

10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit. Dampak rokok akan

terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. dampak rokok bukan hanya untuk perokok

aktif tetapi juga perokok pasif. Walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun, tetapi terbukti

merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung,

impotensi dan gangguan kesuburan (Sitepoe, M., 1997).

2.2 Minuman Beralkohol

2.2.1 Pengertian Minuman Beralkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol.

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol, bahan psikoaktif dan

mengkonsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.

2.2.2 Jenis Minuman Beralkohol

1. Anggur (wine)

Minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya

hanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan selatan.

2. Bir

Segala minuman beralkohol yang diproduksi melalui proses fermentasi bahan

berpati tanpa melalui proses penyulingan setelah fermentasi.

3. Rum

Minuman beralkohol hasil fermentasi dan distilasi dari molase (tetes tebu) atau air

tebu yang merupakan produk samping industry gula.

4. Sake

Sebuah minuman beralkohol dari Jepang yang berasal dari hasil fermentasi beras.

5. Tuak

Sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang

mengandung gula. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang

diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal,

atau sumber lain.

6. Vodka

Page 10: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

10

Sejenis minuman beralkohol berkadar tinggi, bening, dan tidak berwarna, yang biasa

disuling dari gandum yang difermentasi.

7. Wiski

Merujuk secara luas kepada kategori minuman beralkohol dari fermentasi serealita

yang mengalami proses mashing (dihaluskan, dicampur air serta dipanaskan), dan

hasilnya melalui proses distilasi sebelum dimatangkan dengan cara disimpan di

dalam tong kecil dari kayu (biasanya kayu ek).

2.2.3 Bahaya Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol tidak akan menimulkan bahaya jika dikonsumsi dalam jumlah

yang sangat terbatas seperti di dalam acara keluarga, upacara keagamaan seperti pesta

perkawinan, syukuran, atau penyambutan tamu keluarga dalam santap malam.

Minuman beralkohol akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi

dalam jumlah yang berlebihan.

Kandungan alkohol di atas 40 gram per hari untuk pria atau di atas 30 gram per

hari untuk wanita dapat berakibat kerusakan pada organ, seperti kerusakan jaringan

lunak yang ada di dalam rongga mulut, tenggorokan, dan di dalam sistem pencernaan

(Levine, MD., 2012). Organ tubuh manusia yang paling rawan akibat minuman keras

adalah hati atau lever. Seseorang yang sudah terbiasa meminum minuman beralkohol,

apalagi dengan jumlah yang melebihi batas akan meningkatkan kadar lemak di dalam

hati, mengakibatkan hati harus bekerja lebih berat untuk mengatasi kelebihan lemak

yang tidak larut di dalam darah. Jika tidak cepat diobati akan terjadi sirosis atau

pembentukan jaringan parut yang akan menyebabkan fungsi hati berkurang dan

menghalangi aliran darah ke dalam hati (Mukherjee, S., 2012).

Kadar alkohol di dalam darah yang tinggi menyebabkan kerusakan sel-sel saraf.

Kandungan alkohol di dalam otak lebih dari 0,5% menyebabkan seseorang akan mudah

dan cepat terkena stroke, kemudian menyebabkan koma dan berakhir dengan kematian.

Meskipun tidak berakhir dengan kematian, minimal kelumpuhan akan terjadi dan sukar

untuk disembuhkan karena sel-sel otak sudah rusak. Selain itu juga bisa terjadi

osteoporosis atau pengeroposan tulang (Laker, SR., 2011).

Dampak yang sangat membahayakan bagi peminum alkohol adalah

mempercepat fase menopause pada wanita dan gangguan nyeri atau gejala

membahayakan lainnya pada saat datang bulan (haid). Sementara bagi wanita hamil

Page 11: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

11

yang banyak minum alkohol, salah satu akibat yang mengerikan adalah fetal alcohol

syndrome dimana bayi yang akan dilahirkannya mengalami retardasi mental (Vaux,

KK.,2012). Minuman keras tradisional seperti tuak, arak, dan sebagainya, bisa lebih

berbahaya karena pembuatannya tidak terkontrol secara baik, serta penggunaan bahan

baku yang tidak murni dan tidak benar. Di dalamnya bukan saja akan terkandung etil-

alkohol (etanol) yang sesuai dengan persyaratan, tetapi juga metil-alkohol (metanol)

yang berbahaya bagi kesehatan.

2.3 Hipertensi

2.3.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price, S.A. and Wilson, L.M.,

2006). Menurut Basha, A. (2004), hipertensi merupakan suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi seringkali

disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang

mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi

korbannya (Sustrani, L., et al., 2004).

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu

hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian besar terjadi pada 90-95% masyarakat.

Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh kelainan dari organ lain, seperti

gangguan ginjal, penyempitan pembuluh darah terutama di ginjal, pengaruh obat-

obatan, tumor tertentu atau gangguan hormon, yang terjadi pada 5-10% masyarakat.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII, 2004), klasifikasi tekanan

darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi

derajat 1, dan hipertensi derajat 2.

Page 12: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

12

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal

Prahipertensi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

< 120 dan

120-139 atau

140-159 atau

≥ 160 atau

< 80

80-89

90-99

≥ 100

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Sumber: JNC VII 2004

2.2.3 Patofisiologi Hipertensi

Menurut Corwin (2000) tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung,

volume sekuncup atau curah jantung dan total peripheral resistance (TPR), maka

peningkatan salah satu dari ketiga variabel tersebut dapat menyebabkan hipertensi.

1. Peningkatan kecepatan denyut jantung.

Terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus sinoatrium (SA).

Peningkatan denyut jantung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme,

biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau total peripheral

resistance (TPR).

2. Peningkatan volume sekuncup atau curah jantung yang berlangsung lama.

Terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat

gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi yang berlebihan

yang dapat meningkatkan volume diastolik akhir, biasa disebut preload jantung.

Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.

3. Peningkatan total peripheral resistance (TPR) yang berlangsung lama

Terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau

responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal

tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh. Pada peningkatan total peripheral

resistance, jantung harus memompa lebih kuat supaya menghasilkan tekanan yang

lebih besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit.

Hal ini disebut afterload jantung biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan

diastolik. Apabila afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai

Page 13: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

13

mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi kebutuhan ventrikel akan

oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus memompa darah lebih keras

lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serat-serat otot jantung juga mulai

teregang melebihi panjang normalnya yang akhirnya menyebabkan penurunan

kontraktilitas dan volume sekuncup atau curah jantung.

Menurut Guyton and Hall (2006) hipertensi dibedakan atas 2 golongan besar:

1. Hipertensi beban volume

Terjadi akibat kenaikan volume cairan ekstra seluler yang berlebihan dalam tubuh.

Hal ini menyebabkan kenaikan volume darah diikuti dengan peningkatan curah

jantung. Kenaikan curah jantung inilah yang menyebabkan hipertensi.

2. Hipertensi vasokonstriksi

Terjadi akibat peningkatan bahan-bahan yang secara khusus cenderung

meningkatkan hipertensi yaitu angiotensin II, norepinephrin dan epinephrin. Bahan

ini menyebabkan kenaikan tekanan perifer total yang menyebabkan penyempitan

diameter arteriol dan terjadilah hipertensi.

2.3.4 Gejala Hipertensi

Menurut Corwin (2000) sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami

hipertensi bertahun-tahun, dan berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan intrakranium.

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada

hipertensi essensial, gejala seperti sakit kepala, epistaktis, pusing, migran. Gejala-gejala

yang lain seperti sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk (Mansjoer, 2000).

2.4 Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan stetoskop.

Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau

merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer yang

Page 14: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

14

paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah

tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan

diastolik. Sphygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu menyeimbangkan

tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara

didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur tekanan darah terbaru

dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa

tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Sustrani, L., et al., 2004). Sebelum mengukur

tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu:

1. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.

2. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar

dengan jantung (istirahat).

3. Pakailah baju lengan pendek.

4. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh dapat

mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, L., et al., 2004).

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah istirahat yang

cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit. Pengukuran dilakukan pada

posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih dengan interval 2 menit.

Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling

sedikit 80% lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2 atau 3 kali panjang lengan

atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk mencegah kontak

dengan stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak

dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan

darah diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung.

Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama (korotkoff I)

sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar lagi (korotkoff V).

Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan, pada posisi

berbaring, duduk dan berdiri (Arjatmo, T., Hendra, U., 2001).

2.5 Hubungan Merokok dan Konsumsi Minuman Beralkohol dengan Tekanan

Darah

Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu utama yang

mempengaruhi tekanan darah. Maka berbagai faktor yang terlibat dalam mempengaruhi

Page 15: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

15

curah jantung dan resistensi perifer total akan mempengaruhi tekanan darah (Sherwood,

L., 2001). Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok

akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali

per menit (Sitepoe, M., 1997).

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar

terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena

merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap CO (karbon monoksida)

yang bersifat merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan

pasokan jaringan berkurang. Ini karena, gas CO mempunyai kemampuan mengikat

hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding

oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah

berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh

karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Seharusnya, hemoglobin ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi

karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di

hemoglobin. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha

meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau

spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila proses spasme

berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan

terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).

Selain itu, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin merupakan dadah yang

kuat. Nikotin bertindak terhadap pusat kepuasan di otak yang menyebabkan perokok

terangsang pada peringkat awal, tetapi keadaan ini kemudiannya disusuli oleh

kemurungan. Nikotin meningkatkan penghasilan bahan kimia yang dinamai dopamine

dan berhubung rapat dengan pusat-pusat emosi di otak. Nikotin mengganggu sistem

saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain

menyebabkan ketagihan merokok. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap

hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut

jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama

Page 16: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

16

jantung. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin

meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak,

dan banyak bagian tubuh lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang berkelompoknya

trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan

menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas CO

yang berasal dari rokok. Dari gambaran diatas baik gas CO maupun nikotin berpacu

menyempitkan pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus. Menurut kajian, resiko

merokok menyebabkan hipertensi berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari,

dan bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok

sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi. Zat-zat kimia dalam rokok bersifat

kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga

mulai kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Price and Wilson, 2006).

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme

peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga

peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan

darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan

hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya

melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi

alkohol sekitar 2 − 3 gelas ukuran standar setiap harinya. Konsumsi alkohol yang

berlebihan, 2 ons atau lebih sehari, telah ditemukan berhubungan dengan prevalens

hipertensi yang tinggi. Berbagai peneltian telah dilakukan misalnya oleh Hull (1996)

yang menyatakan bahwa orang yang minum minuman beralkohol 1,4 liter/hari sangat

tinggi resikonya menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak

mengkonsumsi alkohol sama sekali. Peminum alkohol juga dapat meningkatkan risiko

menderita penyakit stroke. Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyadin (2005), tentang

studi faktor risiko kejadian hipertensi yang berobat di Puskesmas Wawonii Kabupaten

Konawe menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi

alkohol lebih dari satu gelas per hari, memberikan risiko sebesar 1,2 kali lebih besar

menderita hipertensi dibandingkan responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi

alkohol kurang dari satu gelas per hari. Pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2

gelas per hari untuk pria dan tidak lebih dari 1 gelas per hari untuk wanita dan orang-

Page 17: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

17

orang dengan berat badan lebih ringan, dapat menurunkan tekanan darah sebesar 2 − 4

mmHg.

Page 18: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

18

BAB III

KERANGKA KONSEP TEORI

Berdasarkan teori Bloom, hipertensi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu genetik, pelayanan

kesehatan, lingkungan, dan perilaku. Faktor genetik seperti jenis kelamin, usia,

keturunan, dan obesitas. Faktor pelayanan kesehatan seperti penyuluhan dan penyakit

lain yang dialami. Faktor lingkungan seperti stres. Faktor perilaku seperti gaya hidup

dan pola makan. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana gambaran kebiasaan

merokok dan konsumsi minuman beralkohol serta angka kejadian hipertensi (Madhur,

MS., 2013).

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Teori

HIPERTENSI

GENETIK Jenis kelamin Usia Keturunan Obesitas

PERILAKU Merokok Alkohol Kopi Garam Kolesterol Olahraga

LINGKUNGAN Stres

PELAYANAN KESEHATAN Penyuluhan Kelainan ginjal DM

Page 19: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

19

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan,

Kabupaten Jembrana. Penelitian ini dilakukan mulai 30 Maret sampai 4 April 2013.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif cross-sectional untuk mengetahui

tentang gambaran kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan kejadian

hipertensi pada masyarakat dewasa di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan

Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua masyarakat berusia ≥ 25 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana.

4.4 Besar dan Cara Pengambilan Sampel

4.4.1 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n : besar sampel

Zα : 1,96 (α=0,05)

p : 20% (kunjungan pasien hipertensi di Puskesmas Pekutatan I tahun 2012)

q : 1-p (80%)

d : 10% (penyimpangan absolut)

f : 10% (perkiraan drop out)

n=1

1−f×

Zα2 ( pq )

d2

Page 20: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

20

Jadi:

n

=

11 − 10 %

x(1 ,96)2 (0,2 ) (0,8 )10 %2

= 68,3

Dari hasil perhitungan berdasarkan angka-angka tersebut di atas, diperoleh sampel

minimal sebesar 68,3 orang. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mengambil total

sampel sebesar 70 orang.

4.4.2 Cara pengambilan sampel

Wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I terdiri dari 4 desa, yaitu Desa Medewi, Desa

Pulukan, Desa Pekutatan, dan Desa Asah Duren. Sampel penelitian adalah semua

masyarakat yang berada di dusun yang dipilih dalam dua tahap. Langkah-langkah

pemilihan sampel:

1. Tahap pertama adalah pemilihan desa dan dusun.

Dari 4 desa yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I, akan dipilih 1 desa

secara purposive sampling, dipilih Desa Pekutatan dengan alasan: 7 dari 10 kunjungan

pasien hipertensi bulan Januari 2013 berasal dari Desa Pekutatan, memiliki jumlah

penduduk paling banyak (5.393 jiwa), kepadatan penduduk paling tinggi (324,49

jiwa/km2), jarak antar rumah penduduk tidak berjauhan, dan dekat dengan jalan raya

Denpasar-Gilimanuk. Kemudian dipilih 4 dusun (semua dusun) dari 4 dusun yang ada

di Desa Pekutatan.

2. Tahap kedua adalah pemilihan individu sebagai sampel.

Dari 4 dusun sebagai wilayah sampel kemudian dipilih sampel secara proporsional

sesuai dengan jumlah penduduk di setiap dusun.

Tabel 4.1. Jumlah Sampel pada Setiap Dusun

Dusun Jumlah Penduduk Persentase Jumlah Sampel

Pasar 2.355 42,21% 30

Dauh Pangkung 1.271 22,79% 16

Dangin Pangkung 798 14,3% 10

Yeh Kuning 1.155 20,7% 14

Jumlah 5.579 100% 70

Sumber: Data di Kantor Kepala Desa Pekutatan

Page 21: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

21

Individu sebagai sampel didapatkan dengan cara mengunjungi rumah-rumah yang ada

pada setiap dusun sampai diperoleh jumlah sampel sesuai dengan Tabel 4.1.

4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.5.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah sampel terpilih yang berusia ≥ 25 tahun yang

berdomisili di 4 dusun yang terpilih.

4.5.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Sampel terpilih tidak bisa melakukan wawancara karena menderita penyakit tertentu

seperti kelainan mental.

2. Sampel terpilih yang berdomisili di daerah lain.

3. Sampel yang menolak untuk dijadikan subjek penelitian.

4.6 Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah semua sampel yang terpilih dan memenuhi

kriteria inklusi. Responden diwawancarai di rumahnya untuk menjawab kuesioner yang

telah disiapkan.

4.7 Variabel penelitian

1. Jenis kelamin

2. Umur

3. Alamat

4. Pekerjaan

5. Kebiasaan merokok

6. Konsumsi minuman beralkohol

7. Diagnosis hipertensi

Page 22: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

22

4.8 Definisi Operasional Variabel

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin responden sesuai dengan kategori yang telah disediakan. Jenis

kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan.

2. Umur

Usia yang ditanyakan pada responden/berdasarkan KTP dan dinyatakan dalam

tahun.

3. Alamat

Alamat tempat tinggal yang ditanyakan pada responden/berdasarkan KTP. Alamat

dikelompokkan menjadi empat, yaitu Dusun Pasar, Dusun Dauh Pangkung, Dusun

Dangin Pangkung, dan Dusun Yeh Kuning.

4. Pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan responden saat ini untuk mendapatkan penghasilan.

Pekerjaan yang ditanyakan pada responden, dikelompokkan menjadi pegawai

negeri, pegawai swasta, wiraswasta/dagang, petani, buruh, tidak bekerja, dan

pekerjaan lainnya. Yang digolongkan tidak bekerja disini adalah pensiunan, ibu

rumah tangga, dan penganguran.

5. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok yang ditanyakan pada responden, seperti riwayat mulai

merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari (dalam satuan batang), dan jenis rokok

(kretek, filter, linting, atau cerutu).

6. Konsumsi minuman beralkohol

Kebiasaan konsumsi minuman beralkohol yang ditanyakan pada responden, seperti

riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol dalam 1 bulan terakhir, intensitas

minum (berapa kali per minggu atau per bulan), jenis minuman (bir, whiskey, wine,

tuak, arak, atau yang lain), dan jumlah takaran setiap mengkonsumsi minuman

beralkohol (gelas 200 cc).

7. Diagnosis hipertensi

Diagnosis hipertensi didasarkan pada hasil pemeriksaan tekanan darah

menggunakan sphygmomanometer air raksa merk Riester dan stetoskop merk

Littmann. Diagnosis dan stadium hipertensi yang didapatkan dari hasil pengukuran

tekanan darah berdasarkan JNC VII tahun 2004. Dikatakan prahipertensi bila

Page 23: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

23

didapatkan tekanan systole 120-139 mmHg, atau tekanan diastole 80-89 mmHg.

Dikatakan hipertensi stadium satu bila didapatkan tekanan systole 140-159 mmHg,

atau tekanan diastole 90-99 mmHg. Dikatakan hipertensi stadium dua bila

didapatkan tekanan sistolik ≥ 160mmHg, atau tekanan diastolik ≥ 100 mmHg.

4.9 Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tekanan darah menggunakan

sphygmomanometer air raksa merk Riester dan stetoskop merk Littmann untuk

mendapatkan keakuratan hasil pengukuran sesuai dengan standar, serta wawancara

menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan variabel-

variabel yang diteliliti kepada responden. Pertanyaan dalam kuesioner mudah

dimengerti oleh responden sehingga kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai

instrumen pada penelitian ini.

4.10 Prosedur Pengumpulan Data

Persiapan pengumpulan data dari responden:

1. Menghubungi kepala dusun dari dusun setempat untuk memperoleh izin penelitian

di wilayahnya.

2. Mengunjungi rumah-rumah di dusun tersebut dan melakukan pengukuran tekanan

darah dan wawancara di rumah masing-masing sampel.

3. Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah responden duduk dan rileks selama 5 –

10 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan dua kali dengan jarak 5 menit. Dari

dua hasil pengukuran tersebut, selanjutnya dicari rata-rata tekanan darah responden.

4. Wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.

4.11 Analisis data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan bantuan komputer menggunakan

perangkat lunak komputer, kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif

kuantitatif.

Page 24: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

24

4.11.1 Analisis Univariat

Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi persentase dari tiap-tiap

variabel. Hasil analisis univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

4.11.2 Analisis Bivariat

Merupakan analisis yang dilakukan terhadap beberapa variabel dalam hasil penelitian.

Analisis dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang, yaitu variabel jenis kelamin

dan kelompok umur terhadap variabel diagnosis hipertensi, kebiasaan merokok, dan

konsumsi minuman beralkohol, serta variabel kebiasaan merokok dan konsumsi

minuman beralkohol terhadap variable diagnosis hipertensi.

Page 25: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

25

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Demografis Responden

Responden penelitian ini berasal dari kelompok penduduk berusia 25 tahun ke atas yang

telah memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian. Responden berasal dari empat

dusun yang diambil dari satu desa di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I yaitu Desa

Pekutatan. Responden diambil sebanyak 70 orang dari total empat dusun. Sebagian

besar responden diwawancarai di rumah masing-masing mulai tanggal 2 April sampai

dengan 4 April 2013. Berdasarkan wawancara dan pemeriksaan yang dikerjakan

diperoleh karakteristik demografis responden meliputi jenis kelamin, umur, alamat, dan

pekerjaan.

Tabel 5.1. Karakteristik Demografis Responden meliputi Jenis Kelamin, Umur, Alamat,

dan Pekerjaan

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

1 Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

42

38

60,0%

40,0%

Total 70 100,0%

2 Kelompok Umur

25 – 44 tahun

45 – 64 tahun

≥ 65 tahun

20

35

15

28,6%

50,0%

21,4%

Total 70 100,0%

3 Alamat

Dusun Pasar

Dusun Dauh Pangkung

Dusun Dangin Pangkung

Dusun Yeh Kuning

30

16

10

14

42,9%

22,9%

14,3%

20,0%

Total 70 100,0%

Page 26: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

26

Lanjutan Tabel 5.1

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

4 Pekerjaan

Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

Wiraswasta/Dagang

Petani

Buruh

Tidak Bekerja

4

5

18

9

14

20

5,7%

7,1%

25,7%

12,9%

20,0%

28,6%

Total 70 100,0%

Dari data di atas didapatkan bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dari

responden perempuan. Dari kelompok umur, sebagian responden berumur 45 – 64

tahun. Responden paling banyak berasal dari Dusun Pasar dan dari Dusun Dangin

Pangkung berjumlah paling sedikit. Sedangkan dari pekerjaan, responden paling banyak

digolongkan tidak bekerja, dimana yang termasuk tidak bekerja disini adalah para

pensiunan, ibu rumah tangga, dan pengangguran.

5.2 Status Hipertensi Responden

Pada penelitian ini, diagnosis hipertensi didasarkan pada hasil pemeriksaan tekanan

darah menggunakan sphygmomanometer air raksa merk Riester dan stetoskop merk

Littmann. Diagnosis dan stadium hipertensi yang didapatkan dari hasil pengukuran

tekanan darah berdasarkan JNC VII tahun 2004.

Tabel 5.2. Status Hipertensi Responden

No. Status Hipertensi Frekuensi Persentase

1 Klasifikasi Tekanan Darah

Normal

Prahipertensi

Hipertensi Derajat 1

Hipertensi Derajat 2

25

20

14

11

35,7%

28,6%

20,0%

15,7%

Total 70 100%

Page 27: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

27

Lanjutan Tabel 5.2

No. Status Hipertensi Frekuensi Persentase

2 Diagnosis Hipertensi

Hipertensi

Tidak Hipertensi

25

45

35,7%

64,3%

Total 70 100,0%

Dari data yang diperoleh dalam status hipertensi, didapatkan sebagian besar

responden tidak menderita hipertensi, dengan klasifikasi tekanan darah normal lebih

banyak daripada prahipertensi. Sedangkan pada responden yang menderita hipertensi

lebih banyak yang hipertensi derajat 1 daripada hipertensi derajat 2.

5.3 Kebiasaan Merokok Responden

Pada penelitian ini, kebiasaan merokok responden didapatkan melalui wawancara

menggunakan kuesioner. Kebiasaan merokok yang ditanyakan pada responden, seperti

riwayat mulai merokok, jenis rokok, dan jumlah rokok yang dihisap per hari.

Tabel 5.3. Kebiasaan Merokok Responden

No. Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase

1 Status Merokok

Ya

Tidak

23

47

32,9%

67,1%

Total 70 100,0%

2 Usia Mulai Merokok

10 – 19 tahun

20 – 29 tahun

≥ 30 tahun

8

12

3

34,8%

52,2%

13,0%

Total 23 100,0%

3 Jenis Rokok yang Dihisap

Rokok dengan filter

Rokok tanpa filter

14

9

60,9%

39,1%

Total 23 100,0%

Page 28: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

28

Lanjutan Tabel 5.3

No. Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase

4 Jumlah Batang per Hari

Perokok ringan (< 10 batang per hari)

Perokok sedang (10 – 20 batang per hari)

Perokok berat (> 20 batang per hari)

16

7

0

69,6%

30,4%

0,0%

Total 23 100,0%

Rata-rata Jumlah Batang per Hari 6,52

Dari data yang diperoleh dalam status merokok, didapatkan sebagian besar

responden tidak merokok. Pada responden yang merokok, sebagian besar mulai

merokok antara umur 20 – 29 tahun dan jenis rokok yang dihisap sebagian besar rokok

dengan filter. Sebagian besar responden yang merokok merupakan perokok ringan yang

menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari dengan rata-rata 6,52 batang per hari.

5.4 Kebiasaan Konsumsi Minuman Beralkohol Responden

Pada penelitian ini, kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol responden

didapatkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Kebiasaan konsumsi minuman

beralkohol yang ditanyakan pada responden, seperti riwayat mengkonsumsi minuman

beralkohol dalam 1 bulan terakhir, intensitas minum (berapa kali per minggu atau per

bulan), jenis minuman, dan jumlah takaran setiap mengkonsumsi minuman beralkohol.

Tabel 5.4. Kebiasaan Konsumsi Minuman Beralkohol Responden

No. Kebiasaan Konsumsi Alkohol Frekuensi Persentase

1 Konsumsi Alkohol 1 Bulan Terakhir

Ya

Tidak

9

61

12,9%

87,1%

Total 70 100,0%

Page 29: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

29

Lanjutan Tabel 5.4

No. Kebiasaan Konsumsi Alkohol Frekuensi Persentase

2 Frekuensi Minum Alkohol

≥ 5 kali per minggu

1 – 4 kali per minggu

1 – 3 kali per bulan

< 1 kali per bulan

0

2

4

3

0,0%

22,2%

44,4%

33,3%

Total 9 100,0%

3 Jenis Minuman

Bir

Whiskey/Vodka

Wine

Minuman tradisional (tuak, arak)

7

0

0

2

77,8%

0,0%

0,0%

22,2%

Total 9 100,0%

4 Jumlah Gelas (200 cc) setiap Minum

1 – 2

3 – 4

7

2

77,8%

22,2%

Total 9 100,0%

Dari data yang diperoleh, didapatkan sebagian besar responden tidak

mengkonsumsi minuman beralkohol dalam 1 bulan terakhir. Pada responden yang

mengkonsumsi minuman beralkohol dalam 1 bulan terakhir, didapatkan bahwa sebagian

besar mengkonsumsi minuman beralkohol 1 – 3 kali per bulan, sebagian besar

mengkonsumsi bir, dan dengan jumlah 1 – 2 gelas sekali minum.

5.5 Gambaran Jenis Kelamin dan Kelompok Umur berdasarkan Diagnosis

Hipertensi, Kebiasaan Merokok, dan Konsumsi Minuman Beralkohol

Dalam melihat variabel jenis kelamin dan kelompok umur dengan variabel diagnosis

hipertensi, kebiasaan merokok, dan konsumsi minuman beralkohol dilakukan analisis

bivariat dengan tabulai silang.

Page 30: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

30

Tabel 5.5.1. Distribusi Jenis Kelamin dan Kelompok Umur berdasarkan Diagnosis

Hipertensi

Karakteristik Hipertensi Total

Ya Tidak

f % f % f %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

16

9

38,1%

32,1%

26

19

61,9%

67,9%

42

28

100,0%

100,0%

Total 25 35,7% 45 64,3% 70 100,0%

Kelompok Umur

25 – 44 tahun

45 – 64 tahun

≥ 65 tahun

0

14

11

0,0%

40,0%

73,3%

20

21

4

100,0%

60,0%

26,7%

20

35

15

100,0%

100,0%

100,0%

Total 25 35,7% 45 64,3% 70 100,0%

Dari data di atas didapatkan bahwa prevalensi responden laki-laki yang

mengalami hipertensi lebih besar daripada responden perempuan. Didapatkan

kecenderungan semakin bertambah usia, persentase angka kejadian hipertensi semakin

meningkat.

Tabel 5.5.2. Distribusi Jenis Kelamin dan Kelompok Umur berdasarkan Kebiasaan

Merokok

Karakteristik Merokok Total

Ya Tidak

f % f % f %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

23

0

54,8

0,0

19

28

45,2

100,0

42

38

100,0

100,0

Total 23 32,9 47 67,1 70 100,0

Lanjutan Tabel 5.5.2

Page 31: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

31

Karakteristik Merokok Total

Ya Tidak

f % f % f %

Kelompok Umur

25 – 44 tahun

45 – 64 tahun

≥ 65 tahun

5

13

5

25,0%

37,1%

33,3%

15

22

10

75,0%

62,9%

66,7%

20

35

15

100,0%

100,0%

100,0%

Total 23 32,9% 47 67,1% 70 100,0%

Dari data di atas didapatkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan

merokok semuanya berjenis kelamin laki-laki. Pada responden yang memiliki kebiasaan

merokok paling banyak pada kelompok umur 45 – 64 tahun.

Tabel 5.5.3. Distribusi Jenis Kelamin dan Kelompok Umur berdasarkan Kebiasaan

Konsumsi Minuman Beralkohol

Karakteristik Konsumsi Alkohol Total

Ya Tidak

f % f % f %

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

9

0

21,4%

0,0%

33

28

78,6%

100,0%

42

38

100,0

100,0

Total 9 12,9% 61 87,1% 70 100,0

Kelompok Umur

25 – 44 tahun

45 – 64 tahun

≥ 65 tahun

4

3

2

20,0%

8,6%

13,3%

16

32

13

80,0%

91,4%

86,7%

20

35

15

100,0%

100,0%

100,0%

Total 9 12,9% 61 87,1% 70 100,0%

Dari data di atas didapatkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi minuman berlakohol semuanya berjenis kelamin laki-laki. Pada

responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman berlakohol paling banyak

pada kelompok umur 25 – 44 tahun.

Page 32: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

32

5.6 Gambaran Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Minuman Beralkohol

berdasarkan Diagnosis Hipertensi

Dalam melihat variabel kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol dengan

variabel diagnosis hipertensi dilakukan analisis bivariat dengan tabulai silang.

Tabel 5.6.1. Distribusi Kebiasaan Merokok berdasarakan Diagnosis Hipertensi

Pola Hidup Hipertensi Total

Ya Tidak

f % f % f %

Merokok

Ya

Tidak

12

13

52,2%

27,7%

11

34

47,8%

72,3%

23

47

100,0%

100,0%

Total 25 35,7% 45 64,3% 70 100,0%

Dari data yang diperoleh, didapatkan responden yang memiliki kebiasaan

merokok memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami hipertensi daripada yang

tidak merokok.

Tabel 5.6.2. Distribusi Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol berdasarkan

Diagnosis Hipertensi

Pola Hidup Hipertensi Total

Ya Tidak

f % f % f %

Konsumsi Alkohol

Ya

Tidak

4

21

44,4%

34,4%

5

40

55,6%

65,6%

9

61

100,0%

100,0%

Total 25 35,7% 45 64,3% 70 100,0%

Dari data yang diperoleh, didapatkan responden yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami

hipertensi daripada yang tidak mengkonsumsi alkohol.

Page 33: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

33

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Kebiasaan Merokok

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 23 responden (32,9%) mengaku

memiliki kebiasaan merokok setiap hari. Hasil ini lebih besar daripada hasil Riskesdas

Bali 2007, dimana didapatkan 24,5% perokok di Kabupaten Jembrana (Riskesdas Bali,

2007). Berdasarkan jenis kelamin, sebesar 54,8% responden laki-laki memiliki

kebiasaan merokok sedangkan semua responden perempuan tidak ada yang memilki

kebiasaan merokok. Hasil ini lebih besar dari Riskesdas Bali 2007 dimana proporsi laki-

laki yang merokok sebesar 35,5% (Riskesdas Bali, 2007). Pada distribusi berdasarkan

kelompok umur didapatkan responden yang berumur 45 – 64 tahun mempunyai

proporsi terbesar yang memiliki kebiasaan merokok yaitu sebesar 37,1%, diikuti

kelompok umur 65 tahun ke atas dengan proporsi sebesar 33,3%. Hasil penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian Riskesdas Bali 2007 dimana proporsi terbesar perokok

didapatkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebesar 31,4% (Riskesdas Bali,

2007).

Pada penelitian ini didapatkan bahwa 12 dari 23 responden (52,2%) yang

merokok mengaku mulai merokok sekitar umur 20 – 29 tahun. Hasil ini berbeda dengan

hasil Riskesdas Bali 2007 dimana 52,8% perokok di Kabupaten Jembrana mulai

merokok sekitar umur 10 – 19 tahun (Riskesdas Bali, 2007). Berdasarkan jenis rokok

yang dihisap, sebesar 60,9% responden yang merokok mengaku mengisap rokok

dengan filter dan 39,1% mengisap rokok tanpa filter. Hasil ini mendekati hasil

Riskesdas Bali 2007 dimana sebesar 59,5% perokok di Kabupaten Jembrana mengisap

rokok dengan filter, 23,4% mengisap rokok tanpa filter, dan sisanya mengisap rokok

jenis lainnya (Riskesdas Bali, 2007). Dari hasil penelitian ini didapatkan 16 dari 23

responden (69,6%) yang merokok merupakan perokok ringan yaitu orang yang merokok

kurang dari 10 batang per hari, dan 7 dari 23 responden (30,4%) yang merokok

merupakan perokok sedang yaitu orang yang merokok antara 10 – 20 batang per hari.

Didapatkan pula rata-rata jumlah rokok yang dihisap responden sebanyak 6,52 batang

atau jika dibulatkan menjadi 7 batang per hari. Hasil ini lebih kecil daripada hasil

Riskesdas Bali 2007 dimana didapatkan rata-rata jumlah rokok yang dihisap orang di

Page 34: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

34

Kabupaten Jembrana sebanyak 9,3 batang atau jika dibulatkan menjadi 9 batang per hari

(Riskesdas Bali, 2007).

6.2 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 9 responden (12,9%) mengaku

memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol. Hasil ini lebih besar daripada

hasil Riskesdas Bali 2007, dimana didapatkan 3,9% orang yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi minuman beralkohol di Kabupaten Jembrana (Riskesdas Bali, 2007).

Berdasarkan jenis kelamin, sebesar 21,4% responden laki-laki memiliki kebiasaan

mengkonsumsi minuman beralkohol sedangkan semua responden perempuan tidak ada

yang memilki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol. Hasil ini lebih besar dari

Riskesdas Bali 2007 dimana proporsi laki-laki yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi

minuman beralkohol sebesar 12,5% (Riskesdas Bali, 2007). Pada distribusi berdasarkan

kelompok umur didapatkan responden yang berumur 25 – 44 tahun mempunyai

proporsi terbesar yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu

sebesar 20%, diikuti kelompok umur 65 tahun ke atas dengan proporsi sebesar 13,3%.

Hasil penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian Riskesdas Bali 2007 dimana

proporsi terbesar orang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol

didapatkan pada kelompok umur 25 – 44 sebesar 8,1% (Riskesdas Bali, 2007).

Pada penelitian ini didapatkan bahwa 4 dari 9 responden (44,4%) yang memilki

kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol mengaku minum alkohol 1 – 3 kali per

bulan, 3 responden mengaku minum alkohol kurang dari 1 kali per bulan, dan 2

responden mengaku minum alkohol 1 – 4 kali per minggu. Hasil ini mendekati hasil

Riskesdas Bali 2007 dimana 50% orang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi

minuman beralkohol di Kabupaten Jembrana minum alkohol 1 – 3 kali per bulan

(Riskesdas Bali, 2007). Berdasarkan jenis minuman yang dikonsumsi, 77,8% responden

yang memilki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol mengaku minum bir dan

22,2% mengaku minum minuman tradisional seperti tuak dan arak. Hasil ini mendekati

hasil Riskesdas Bali 2007 dimana 71,4% peminum alkohol di Kabupaten Jembrana

mengkonsumsi minuman jenis bir dan 28,6% mengkonsumsi minuman tradisional

(Riskesdas Bali, 2007). Dalam satu kali mengkonsumsi minuman beralkohol sebesar

77,8% responden yang memilki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol

Page 35: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

35

mengaku minum 1 – 2 gelas. Hasil ini mendekat hasil Riskesdas Bali 2007 dimana 75%

peminum alkohol di Kabupaten Jembrana minum 1 – 2 gelas setiap mengkonsumsi

minuman beralkohol (Riskesdas Bali, 2007).

6.3 Gambaran Kejadian Hipertensi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang mengalami hipertensi sebesar

35,7%. Hasil ini lebih besar daripada hasil Riskesdas Bali 2007, dimana didapatkan

25% penduduk yang mengalami hipertensi di Kabupaten Jembrana (Riskesdas Bali,

2007). Berdasarkan klasifikasi tekanan darah, 35,7% responden memiliki tekanan darah

normal, 28,6% prahipertensi, 20% menderita hipertensi derajat 1, dan 15,7% menderita

hipertensi derajat 2. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa kejadian hipertensi lebih

banyak terjadi pada laki-laki dengan proporsi sebesar 16 dari 42 responden (38,1%)

dibandingkan pada perempuan dengan proporsi sebesar 9 dari 28 responden (32,1%).

Hasil penelitian ini mendekati hasil penelitian Riskesdas Bali 2007 dimana hipertensi

lebih sering pada laki-laki dengan persentase 30,3% dan pada perempuan sebesar

27,9%, sedangkan data dari WHO tahun 2005 dan SKRT tahun 2004 menunjukkan

bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan (Riskesdas Bali, 2007). WHO

menyatakan bahwa sebesar 37% perempuan di dunia menderita hipertensi, sedangkan

pria hanya sebesar 28% (Madhur, MS., 2013). Sedangkan hasil SKRT tahun 2004

menunjukkan kejadian hipertensi di Indonesia pada perempuan sebesar 15,5%

sedangkan pada laki-laki sebesar 12,2% (Profil Kesehatan Indonesia, 2008). Hal ini

mungkin disebabkan karena faktor stres lebih besar dialami oleh perempuan, khususnya

faktor yang mempengaruhi pikiran ataupun perasaan (Madhur, MS., 2013).

Pada distribusi berdasarkan kelompok umur didapatkan responden yang

berumur 65 tahun ke atas menempati proporsi terbesar menderita hipertensi yaitu

sebesar 73,3%, diikuti oleh kelompok umur antara 45 – 64 tahun sebesar 40%, dan pada

kelompok umur 25 – 44 tahun tidak didapatkan yang mengalami hipertensi. Hasil ini

jauh lebih besar daripada hasil Riskesdas Bali 2007 dimana pada kelompok umur 65

tahun ke atas didapatkan 55,4% yang mengalami hipertensi, sedangkan pada pada

kelompok umur 45 – 64 tahun mendekati hasil Riskesdas Bali 2007 yaitu sebesar 41,7%

(Riskesdas Bali, 2007). Jika diperhatikan didapatkan suatu kecenderungan bahwa

kejadian hipertensi akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur

Page 36: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

36

seseorang. Dari angka hasil penelitian kami dan angka hasil penelitian Riskesdas Bali

2007 juga dapat diketahui bahwa hipertensi mulai sering terjadi pada umur 65 tahun ke

atas

Menurut analisa peneliti, kejadian hipertensi lebih sering terjadi pada umur 65

tahun ke atas karena proses degenerasi yang pasti terjadi pada setiap orang. Proses

degenerasi ini di antaranya terjadi pada sistem kardiovaskular. Jadi, meskipun besarnya

angka kejadian hipertensi pada penelitian ini hanya 35,7% tapi hipertensi ini adalah

kasus kronis yang akan meningkat seiring bertambahnya umur. Dalam penelitian ini

meskipun jumlah responden yang termasuk kriteria normal lebih dari setengah jumlah

sampel total, namun kejadian hipertensi tetap harus diwaspadai karena jumlah

responden dengan tekanan darah yang tergolong prahipertensi juga cukup banyak yaitu

sebanyak 20 responden (28,6%).

6.4 Gambaran Kejadian Hipertensi berdasarkan Kebiasaan Merokok dan

Konsumsi Minuman Beralkohol

Pada responden yang memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman

beralkohol didapatkan kecenderungan menderita hipertensi. Dari hasil penelitian ini

didapatkan bahwa 52,2% responden yang memiliki kebiasaan merokok menderita

hipertensi, sedangkan pada responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok hanya

27,7% yang menderita hipertensi. Hasil penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian

Riskesdas 2007, dimana didapatkan 29,4% penduduk yang memiliki kebiasaan merokok

di Indonesia menderita hipertensi, sedangkan 27,4% penduduk yang tidak merokok

menderita hipertensi (Rahajeng, E., 2009).

Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa 44,4% responden yang memiliki

kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol menderita hipertensi, sedangkan pada

responden yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol hanya

34,4% yang menderita hipertensi. Hasil penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian

Riskesdas 2007, dimana didapatkan 30,8% penduduk yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi minuman beralkohol di Indonesia menderita hipertensi, sedangkan 28%

penduduk yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol

menderita hipertensi (Rahajeng, E., 2009).

Page 37: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

37

6.5 Kelemahan Penelitian

Penelitian yang kami lakukan memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:

1. Hasil pengukuran tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, pengaruh emosi,

maupun karena faktor makanan atau minuman yang dikonsumsi sebelum

pengukuran.

2. Beberapa responden kurang terbuka dalam menjawab pertanyaan saat diwawancara

mengenai kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.

3. Sampel kurang menggambarkan kondisi di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I

karena hanya diambil dari satu desa saja.

Page 38: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

38

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari penelitian tentang gambaran kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol,

dan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan I, Kecamatan Pekutatan,

Kabupaten Jembrana tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa:

1. Dilihat dari kebiasaan merokok, 32,9% responden memiliki kebiasaan merokok,

dimana semuanya berjenis kelamin laki-laki, dan paling banyak pada kelompok

umur 45 – 64 tahun. Sebagian besar mengaku mulai merokok antara umur 20 – 29

tahun, lebih banyak yang menghisap rokok dengan filter, dan rata-rata menghisap 7

batang rokok setiap hari.

2. Dilihat dari kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol, 12,9% responden

mengaku mengkonsumsi minuman beralkohol dalam satu bulan terakhir, dimana

semuanya berjenis kelamin laki-laki, dan paling banyak pada kelompok umur 25 –

44 tahun. Sebagian besar mengaku mengkonsumsi minuman beralkohol 1 – 3 kali

dalam satu bulan, hampir semua mengkonsumsi minuman jenis bir, dan rata-rata

mengkonsumsi 1 – 2 gelas setiap kali minum.

3. Pada penelitian ini didapatkan 35,7% responden menderita hipertensi. Prevalensi

hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki dan pada kelompok umur 65 tahun ke

atas (73,3%). Penelitian ini juga mendapatkan bahwa sebagian besar responden

termasuk kriteria tekanan darah normal dan prahipertensi.

4. Pada responden yang memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman

beralkohol didapatkan kecenderungan menderita hipertensi.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat penulis sampaikan antara lain

sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah rutin setiap bulan terutama ditujukan

pada umur 45 tahun ke atas.

Page 39: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

39

2. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa orang yang memiliki kebiasaan

merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki kecenderungan untuk

menderita hipertensi.

3. Dapat dipertimbangkan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kebiasaan

merokok terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat.

4. Dapat dipertimbangkan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kebiasaan

mengkonsumsi minuman beralkohol terhadap kejadian hipertensi pada masyarakat.

Page 40: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

40

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Dampak dan Bahaya Minuman Keras Bagi Kesehatan. (online).

(http://www.sehatpangkalkaya.com/makanan-minuman/36-dampak-dan-bahaya-

minuman-keras-bagi-kesehatan) diakses 17 Maret 2013.

Arjatmo, T., Hendra, U., (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Bustan, M.N., (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), (2010). Adult Cigarette Smoking in

the United States: Current Estimate. (online).

(http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/adult_data/

cig_smoking) diakses 17 Maret 2013.

Corwin, E.J., (2000). Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2009). Hipertensi Faktor Resiko Utama

Penyakit Kardiovaskuler. (online).

(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/157-hipertensi-faktor-

resiko-utama-penyakit-kardiovaskular.htm) diakses 13 Maret 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2009). Rokok Membunuh Lima Juta Orang

Setiap Tahun. (online). (http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-

release/458-rokok-membunuh-lima-juta-orang-setiap-tahun.html) diakses 17

Maret 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2010). Hipertensi Penyebab Kematian

Nomor Tiga. (online).

(http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertansi-

penyebab-kematian-nomor-tiga.html) diakses 13 Maret 2013.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2012). Masalah Hipertensi di Indonesia.

(online). (http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-

hipertensi-di-indonesia.html) diakses 13 Maret 2013.

Guyton, A.C. and Hall, J.E., (2006). Textbook of Medical Physiology. Pennsylvania:

Elsevier.

Page 41: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

41

Laker, SR., (2011). Medscape Reference: Alcoholic Neuropathy. (online).

(http://emedicine.medscape.com/article/315159-overview) diakses 17 Maret

2013.

Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 Provinsi Bali, (2008). Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Larson, David E., (2003). Mayo Clinic Family Health Book: The Ultimate Home

Medical Reference. 3rd ed. USA: Mayo Clinic.

Levine, MD., (2012). Medscape Reference: Alcohol Toxicity. (online).

(http://emedicine.medscape.com/article/812411-overview) diakses 17 Maret

2013.

Madhur, MS., (2013). Medscape Reference: Hypertension. (online).

(http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview) diakses 13 Maret

2013.

Mansjoer, A., et al., (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media

Aesculapius.

Martin, T., (2011). Smoking and Atherosclerosis. (online).

(http://quitsmoking.about.com/od/heartdisease/a/atherosclerosis.htm) diakses 17

Maret 2013.

Mukherjee, S., (2012). Medscape Reference: Alcoholic Hepatitis. (online).

(http://emedicine.medscape.com/article/170539-overview) diakses 17 Maret

2013.

Natanews, (2012). Merokok di Bali Meningkat Tajam. (online).

(http://www.natanews.com/669/perokok-di-bali-melonjak-tajam) diakses 17

Maret 2013.

National Cancer Institute, (2012). Tobacco Statistics Snapshot. (online).

(http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/adult_data/

cig_smoking) diakses 17 Maret 2013.

Nusantaraku, (2009). 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia. (online).

(http://nusantaranews.wordpress.com/2009/05/31/10-negara-jumlah-perokok-

terbesar-di-dunia) diakses 17 Maret 2013.

Page 42: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

42

Price, S.A. and Wilson L.M., (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Perjalanan Penyakit, 6th ed. Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 517-688.

Profil Kesehatan Indonesia 2008, (2009). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Rahajeng, E. dan Tuminah, S., (2009). Prevalensi dan Determinannya di Indonesia.

Jakarta: Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 12.

Sherwood, L., (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Pembuluh Darah dan

Tekanan Darah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 297-340.

Sitepoe, M., (1997). Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Cetakan I. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Smet, B., (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Pt Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sustrani, L., et al., (2004). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Utama.

The Seventh Report of the Joint National Committee, (2004). Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S: Department of Health

and Human Services.

Vaux, KK., (2012). Medscape Reference: Fetal Alcohol Syndrome. (online).

(http://emedicine.medscape.com/article/974016-overview) diakses 17 Maret

2013.

Wardoyo, (1996). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku Agency.

Page 43: Laporan Penelitian Pekutatan Revisi

43

LAMPIRAN