12
 Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’  Disusun Oleh:  Dwi Halima Sari  Muh. Kautsar Ashari  Kamelia Malik  Husni Syam  Fardiana Fatha   Aswin Syam  Muh. Yusuf Hadriah   Arfah Hasti  Hidayah Rahman   A. Rahmayanti   Agustina  Fitriah Amalia  Syamriani Fakultas Ilmu Sosial Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Makassar

Laporan Penelitian 'LeMo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dwi Halima Sari, ATROPOLOGI UNM

Citation preview

Page 1: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 1/12

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’  

Disusun Oleh:

 Dwi Halima Sari

 Muh. Kautsar Ashari

 Kamelia Malik

 Husni Syam

 Fardiana Fatha

  Aswin Syam

 Muh. Yusuf Hadriah

  Arfah Hasti

 Hidayah Rahman

  A. Rahmayanti

  Agustina

 Fitriah Amalia

 Syamriani

Fakultas Ilmu Sosial

Pendidikan Antropologi

Universitas Negeri Makassar

Page 2: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 2/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   2

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufik dan

Hidayah-Nya kepada kami sehingga Makalah Penelitian di Situs Lemo ini dapat terselesaikan

dengan baik dan insya allah dapat dipahami dengan mudah.

Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan pengetahuan dan pemahaman

serta pengaplikasian dalam bangunan bersejarah peninggalan nenk moyang orang Toraja

“Lemo”. 

Seandainya didalam Makalah ini, masih terdapat kekhilafan atau kekurang sempurnaan,

maka saya dengan segala kerendahan hati menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-

besarnya. Saran yang konstruktif sangat kami hargai demi penyempurnaan dimasa depan.

Dengan demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan Allah SWT

memberikan Rahmat-Nya berupa pengetahuan. Amin.

Makassar, 25 Desember 2011

Penulis

KATA PENGANTAR

Page 3: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 3/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   3

Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A.  Latar Belakang

B.  Rumusan Masalah

C.  Tujuan Penelitian

D.  Manfaat Penelitian

Bab II Pembahasan

A.  Latar Belakang Situs Lemo

B.  ……… 

C.  ……….. 

Bab III Penutup

A.  Kesimpulan

B. 

Saran

Daftar Isi

Page 4: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 4/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   4

A. Latar Belakang

Nama Toraja, semua orang pasti bakal terlintas dibenaknya kuburan-kuburan di lereng

bukit batu. di Toraja mereka mempunyai kepercayaan dimana masih ada kehidupan setelah mati.

Sehingga mereka akan mengadakan pesta sebesar-besarnya untuk mengantarkan seseorang yang

telah meninggal dunia ke keburannya

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, 

Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 600.000 jiwa. Mereka juga menetap di sebagian

dataran Luwu dan Sulawesi Barat. 

Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan dari Luwu. Orang

Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang mengandung arti

"Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan", sedang orang Luwu menyebutnya To

Riajang yang artinya adalah "orang yang berdiam di sebelah barat". Ada juga versi lain bahwa

Kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang

besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti

negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja.

Wilayah Tanah Toraja juga digelar Tondok Lili'na Lapongan Bulan Tana Matari'allo arti

harfiahnya adalah "Negri yang bulat seperti bulan dan matahari". Wilayah ini dihuni oleh satu

etnis (Etnis Toraja).

Menurut mitos, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana, mitos

yang tetap melegenda turun temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja ini

menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan "tangga dari

langit" untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan

Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa - dalam bahasa Toraja).

Lain lagi versi dari DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya

menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara

penduduk lokal yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene

adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Tiongkok). Proses akulturasi antara kedua

Bab I

Pendahuluan

P

Page 5: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 5/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   5

masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indochina dengan jumlah yang cukup

banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para

imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut.

Di wilayah Kab. Tana Toraja terdapat dua upacara adat yang amat terkenal , yaitu

upacara adat Rambu Solo' (upacara untuk pemakaman) dengan acara Sapu Randanan, dan Tombi

Saratu', serta Ma'nene', dan upacara adat Rambu Tuka. Upacara-upacara adat tersebut di atas

baik Rambu Tuka' maupun Rambu Solo' diikuti oleh seni tari dan seni musik khas Toraja yang

bermacam-macam ragamnya.

Page 6: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 6/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   6

A. Latar Belakang Situs Lemo

Kuburan Batu Lemo (Foto: 22 Maret 2012)

Tepatnya di Sulawesi Selatan di Kabupaten Toraja berbagai budaya, tradisi, kepercayaa,

serta wisata yang ada di daerah tersebut. Lemo yang hanya 15 menit ditempuh perjalanan darat

dari kota Rantepao ini berkhas kampung dengan jalan akses yang belum beraspal mulus tetapi

hanya masih tanah yang dilapisi batu-batu sungai, kemudian kita serasa masuk ke kaki-kaki bukit

dan bertemu desa ini.

Nama Kampung dari situs lemo' yaitu kampung Bunten. objek wisata yang ada di lemo'

yaitu kuburan pahat atau biasa disebut tau-tau, berkaitan dengan kuburan pahat itu bahwa sudah

18 generasi dan pemilik pertama lemo' dari generasi pertama yang dikuburkan bernama Songgi

Pattalo.

Bab II

Pembahasan

Page 7: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 7/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   7

Lemo adalah salah satu kuburan leluhur Toraja, yang merupakan kuburan alam yang

dipahat pada abad XVI atau setempat disebut dengan Liang Paa'. Jumlah liang batu kuno ada 75

buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah Diberi nama Lemo oleh karena model

liang batu ini ada yang menyerupai jeruk bundar dan berbintik-bintik. Adat masyarakat Toraja

adalah menyimpan jenazah pada tebing/liang gua, atau dibuatkan sebuah rumah (Pa'tane).

Kuburan Batu Lemo yang terletak di Toraja, Sulawesi Selatan, merupakan kuburan tertua

nomor dua di Toraja setelah Songgi Patalo. Di situs yang dibangun sekitar abad ke-16 tersebut,

terdapat sekitar 75 lubang kuburan dan 40 patung orang yang telah meninggal, semakin tinggi

lubang kuburan maka semakin dekat dengan Tuhannya atau sebagai lambang-lambang prestise,

status, peran dan kedudukan para bangsawan di Desa Lemo. Tiap-tiap lubang merupakan

kuburan satu keluarga dan setiap orang yang meninggal dikuburkan bersama harta bendanya

seperti uang, emas, dll.

Di pemakaman Lemo kita dapat melihat mayat yanng disimpan di udara terbuka, di

tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian,

seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan

melalui upacara Ma Nene.

kuburan untuk yang meninggal dunia juga lain dari yang lain, kuburannya ada di lereng

bukit dimana dinding bukit dibuat lubang yang bisa dimasukkan peti mati. Proses sebelum

memasukkan peti mati inilah yang dipestakan besar-besaran oleh masyarakat Toraja. Karenapesta besar-besaran, maka tidak heran jika jarak antara pesta dan waktunya yang meninggal

dunia itu bisa jauh sekali bahkan sampai ada yang bertahun-tahun.

karena jika belum dipestakan si peti mati belum bisa dimasukkan ke lerangbukit, maka si

peti mati dismpan dulu sementara di Tongkonan yang berkaki empat seperti di foto dibawah ini:

Page 8: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 8/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   8

Lemo adalah tempat pekuburan dinding berbatu. Letaknya di Desa Lemo. Disebut Lemo,

karena pekuburan batu utama memiliki dinding yang berkerut-kerut seperti kulit jeruk atau lemo

dalam bahasa setempat.

Di dalam lubang-lubang batu tersebut juga ditemui patung-patung dari mereka yang

sudah meninggal dan dimakamkan di sini (tau-tau). Tidak semua orang bisa dibuatkan tau-tau.Biasanya yang dari kalangan bangsawan sajalah yang dibuatkan tau-tau sesudah memenuhi

persyaratan tertentu.

Di lereng bukit setelah peti mati dimasukkan di depan lobangnya akan dipasang patung

ukiran dari kayu yang mirip dengan wajah yang meninggal dunia. Patung ini disebut juga Tau

Tau oleh orang Toraja.

Tau-tau adalah patung yang menggambarkan almarhum. Pada pemakaman golongan

bangsawan atau penguasa/pemimpin masyarakat salah satu unsur Rapasan (pelengkap upacara

acara adat), ialah pembuatann Tau-tau. Tau-tau dibuat dari kayu nangka yang kuat dan pada saat

penebangannya dilakukan secara adat. Mata dari Tau-tau terbuat dari tulang dan tanduk kerbau.

Pada jaman dahulu kala, Tau-tau dipahat tidak persis menggambarkan roman muka

almarhum namun akhir-akhir ini keahlian pengrajin pahat semakin berkembang hingga mampu

membuat persis roman muka almarhum.

Page 9: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 9/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   9

Tau-Tau di Lemo (Foto: 22 Maret 2012) 

Deretan Tau-Tau (Foto: 22 Maret 2012) 

Di sisi pekuburan batu Lemo, dijumpai beberapa pintu yang fungsinya untuk 

memasukkan jenazah ke dalam kubur batu tersebut. Pintu tersebut ada yang ditutupi dengan

kayu, ada pula dengan bambu.

Page 10: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 10/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   1

Pintu Kayu di Dinding Lemo (Foto: 22 Maret 2012)

Pintu Bambu di Kubur Batu Lemo (Foto: 22 Maret 2012) 

Page 11: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 11/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   1

B. Nilai Tradisi Vs Keagamaan

Dalam kepercayaan asli masyarakat Tana Toraja yang disebut Aluk Todolo, kesadaran

bahwa manusia hidup di Bumi ini hanya untuk sementara begitu kuat. Prinsipnya, selama tidak 

ada orang yang bisa menahan Matahari terbenam di ufuk barat, kematian pun tak mungkin bisa

ditunda.

Sesuai mitos yang hidup di kalangan pemeluk kepercayaan Aluk Todolo, seseorang yang

telah meninggal dunia pada akhirnya akan menuju ke suatu tempat yang disebut puyo; dunia

arwah, tempat berkumpulnya semua roh. Letaknya di bagian selatan tempat tinggal manusia.

Hanya saja tidak setiap arwah atau roh orang yang meninggal itu dengan sendirinya bisa

langsung masuk ke puyo. Untuk sampai ke sana perlu didahului upacara penguburan sesuai

status sosial semasa ia hidup. Jika tidak diupacarakan atau upacara yang dilangsungkan tidak 

sempurna sesuai aluk, yang bersangkutan tidak dapat mencapai puyo dan jiwanya akan tersesat.

"Agar jiwa orang yang ’bepergian’ itu tidak tersesat, tetapi sampai ke tujuan, upacara

yang dilakukan harus sesuai aluk dan mengingat pamali. Ini yang disebut sangka’ atau darma,

yakni mengikuti aturan yang sebenarnya. Kalau ada yang salah atau biasa dikatakan salah aluk 

(tomma’ liong-liong), jiwa orang yang ’bepergian’ itu akan tersendat menuju siruga (surga),"

kata Tato’ Denna’, salah satu tokoh adat setempat, yang dalam stratifikasi penganut keperca yaan

Aluk Todolo mendapat sebutan Ne’ Sando. 

Selama orang yang meninggal dunia itu belum diupacarakan, ia akan menjadi arwah

dalam wujud setengah dewa. Roh yang merupakan penjelmaan dari jiwa manusia yang telah

meninggal dunia ini mereka sebut tomebali puang. Sambil menunggu korban persembahan

untuknya dari keluarga dan kerabatnya lewat upacara pemakaman, arwah tadi dipercaya tetap

akan memperhatikan dari dekat kehidupan keturunannya.

Oleh karena itu, upacara kematian menjadi penting dan semua aluk yang berkaitan

dengan kematian sedapat mungkin harus dijalankan sesuai ketentuan. Sebelum menetapkan

kapan dan di mana jenazah dimakamkan, pihak keluarga harus berkumpul semua, hewan korban

pun harus disiapkan sesuai ketentuan. Pelaksanaannya pun harus dilangsungkan sebaik mungkin

agar kegiatan tersebut dapat diterima sebagai upacara persembahan bagi tomebali puang mereka

agar bisa mencapai puyo alias surga

Jika ada bagian-bagian yang dilanggar, katakanlah bila yang meninggal dunia itu dari

kaum bangsawan namun diupacarakan tidak sesuai dengan tingkatannya, yang bersangkutan

Page 12: Laporan Penelitian 'LeMo

5/16/2018 Laporan Penelitian 'LeMo' - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-penelitian-lemo 12/12

 

 

Situs Bersejarah di Toraja ‘Lemo’   1

dipercaya tidak akan sampai ke puyo. Rohnya akan tersesat. Sementara bagi yang diupacarakan

sesuai aluk dan berhasil mencapai puyo, dikatakan pula bahwa keberadaannya di sana juga

sangat ditentukan oleh kualitas upacara pemakamannya. Dengan kata lain, semakin sempurna

upacara pemakaman seseorang, maka semakin sempurnalah hidupnya di dunia keabadian yang

mereka sebut puyo tadi.

To na indanriki’ lino 

To na pake sangattu’ 

Kunbai lau’ ri puyo 

Pa’ Tondokkan marendeng

Kita ini hanyalah pinjaman dunia yang dipakai untuk sesaat. Sebab, di puyo-lah negeri

kita yang kekal. Di sana pula akhir dari perjalanan hidup yang sesungguhnya.

Bisa dimaklumi bila dalam setiap upacara kematian di Tana Toraja pihak keluarga dan

kerabat almarhum berusaha untuk memberikan yang terbaik. Caranya adalah dengan membekali

 jiwa yang akan bepergian itu dengan pemotongan hewan-biasanya berupa kerbau dan babi-

sebanyak mungkin. Para penganut kepercayaan Aluk Todolo percaya bahwa roh binatang yang

ikut dikorbankan dalam upacara kematian tersebut akan mengikuti arwah orang yang meninggal

dunia tadi menuju ke puyo.

Kepercayaan pada Aluk Todolo pada hakikatnya berintikan pada dua hal, yaitu padangan

terhadap kosmos dan kesetiaan pada leluhur. Masing-masing memiliki fungsi dan pengaturannyadalam kehidupan bermasyarakat. Jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, sebutlah seperti

dalam hal "mengurus dan merawat" arwah para leluhur, bencana pun tak dapat dihindari.

Berbagai bentuk tradisi yang dilakukan secara turun-temurun oleh para penganut

kepercayaan Aluk Todolo-termasuk ritus upacara kematian adat Tana Toraja yang sangat dikenal

luas itu-kini pun masih bisa disaksikan. Meski terjadi perubahan di sana-sini, kebiasaan itu kini

tak hanya dijalankan oleh para pemeluk Aluk Todolo, masyarakat Tana Toraja yang sudah

beragama Kristen dan Katolik  pun umumnya masih melaksanakannya. Bahkan, dalam tradisi

penyimpanan mayat dan upacara kematian, terjadi semacam "penambahan" dari yang semula

lebih sederhana menjadi kompleks dan terkadang berlebihan.