29
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM SPT B A. Pengertian Masa nifas ( postpartum/puerperium ) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “ Puer “ yang artinya bayi dan “ Parous “ yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia secara keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan- perubahan penting lainnya, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini terjadi karena pengaruh Lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mamma. 1. Involusi uterus Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retrasi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implanmtasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat

Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

  • Upload
    vselalu

  • View
    522

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM SPT B

A. Pengertian

Masa nifas ( postpartum/puerperium ) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “

Puer “ yang artinya bayi dan “ Parous “ yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai

setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-

angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia

secara keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-

perubahan penting lainnya, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir

ini terjadi karena pengaruh Lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar

mamma.

1. Involusi uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan

retrasi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara

pada bekas implanmtasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk

anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar

dari pendarahan post partum. Pada involusi uteri,jaringan ikat dan jaringan otot

mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur dapat mengecil sehingga pada akhir masa

nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan

protein yang akan dikelurakan melalui urin. Dengan penimbunan air saat hamil akan

terjadi pengeluaran urin setelah persalinan sehingga hasil pemecahan protein dapat

dikeluarkan.

Page 2: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

Proses Involusi Uteri

Involusi Tinggi fundus Berat uterus

Plasenta lahir Sepusat 1000 gram

7 hari ( 1 minggu ) Pertengahan pusat ke simfisis 500 gram

14 hari ( 2 minggu ) Tak teraba 350 gram

42 hari ( 6 minggu ) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram

56 hari ( 8 minggu ) Normal 30 gram

( Sumber: Rustam 1998)

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah

plasenta lahir, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai seperti buah

avokat gepeng berukuran panjang 15 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm. Dinding uterus

sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada

bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simfisis

atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas

simfisis, bagian bekas plasenta merupakan suatu bekas luka yang kasar dan menonjol ke

dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut 7,5 cm, sering

disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya

menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.

2. Perubahan pada serviks dan vagina

Perubahan-perubahan yang terdapat pada servik ialah segera postpartum bentuk

servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik sendiri

berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak.

Segera setelah janian lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum

uteri. Setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 2- 3 jari dan setelah 1 minggu, hanya dapat

dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. Hal ini baik diperhatikan dalam menangani kala

uri.

Page 3: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

3. Dinding perut

Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya

thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama

endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm ini mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata

akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian besar

endometrium terlepas. Regenerasi endometrum terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis,

yang memakan waktu 2-3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta

mengalami proses yang sama ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan

yang berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan

jaringan perut pada bekas implantasi plasenta. Bila yang terakhir ini terjadi, maka ini

dapat menimbulkan kelinan pada kehamilan berikutnya.

Ligament-ligament dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali seperti sedia

kala.tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh

ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandungannya turun “ setelah

melahirkan karena ligamentum , fasia, alat penunjang alat genitalia menjadi agak kendor.

Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-

otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.

Luka –luka jalan lahir seperti episiotomy yang telah dijahit, luka pada vagina dan

servik umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh per primam, kecuali bila terdapat

infeksi. Infeksi mungkin akan menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai

mencapai keadaan sepsis.

(Sumber: Sarwono 2008 )

Page 4: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

B. Gambaran klinis masa nifas

Keadaan umum ibu

- Suhu

Beberapa hari sesudah persalinan suhu agak naik sedikit 37,2 OC sampai 37,5 OC karena proses involusi awal rahim. Sesudah 12 jam dari melahirkan,

umumnya suhu badan akan kembali normal.

Bila suhu melebihi 38,0OC mungkin ada infeksi.

- Nadi

Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan per menit. Segera setelah

partus dapat terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak

panas mungkin ada perdarahan berlebihan pada penderita.

Setelah persalinan mungkin lebih lambat karena ibu dalam keadaan istirahat

penuh.

- Tinggi fundus uteri

Dengan mengecilnya rahim, tinggi dasar rahim makin hari makin rendah.

Pada hari pertama dan kedua postpartum persalinan tinggi dasar rahim adalah

satu jari di bawah pusat.

Pada hari kelima pasca persalinan di pertengahan antara simfisis pusat.

Pada hari ke 10 pasca persalinan rahim tidak teraba lagi.

- Tekanan darah

Biasanya tidak berubah

Tekanan darah rendah akan menyebabkan perdarahan

Tekanan darah tinggi akan menyebabkan preeklamsi post partum.

- Lokhia

Lokhia adalah kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari jaringan-

jaringan mati dari lendir berasal dari rahim dan liangg senggama.

Menurut warnanya lokhia disebut:

Page 5: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

Lokia rubra:

Berwarna merah

Terdiri dari lendir,darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.

Terdapat pada hari ke 1-2

Lokhia sanguinolenta:

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir.

Terdapat pada hari ke 3-7

Lokhia serosa:

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.

Mengandung serum, leukosit, dan robekan/ laserasi plasenta.

Terdapat pada hari ke 7-14

Lokhia alba:

Berwarna putih

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik, dan serabut

jaringan yang mati.

Berlangsung 2-6 minggu.

Perubahan pengeluaran lochea yang menunjukkan keadaan yang abnormal seperti

Perdarahan yang berkepanjangan

Pengeluaran lochea yang tertahan

Lokhea purulenta, berbentuk nanah

Rasa nyeri yang berlebihan

Dengan memperhatikan bentuk perubahan dapat diduga terdapat sisa plasenta

yang merupakan sumber perdarahan.

( Sumber: Rustam 1998)

Page 6: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS

Perubahan psikologis pada masa nifas ada 3 tahapan yaitu :

1. Periode taking in

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari setelah persalinan. Ibu masih pasif dan sangat

tergantung, focus perhatianterhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman

melahirkan dan persalinan yang di alami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan

meningkat.

2. Periode taking hold

Berlangsung pada hari ke 3-4 post partum. Ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada

masa ibu menjadi sangat sensitive sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan

perawat dalam menghadapi kritikan yang di hadapkan pada ibu.

3. Periode letting Go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Secara penuh merupakan pengaturan bersama

keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa

kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

D. Pemeliharaan kesehatan ibu dalam masa nifas

Mobilisasi

Kini perawatan puerperium lebuh aktif dengan dianjurkan untuk melakukan

mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan:

Melancarkan pengeluaran lokhea sehingga mengurangi infeksi puerperium

Mempercepat involusi alat kandungan

Melancarkan fungsi alat gastro intensial dan alat perkemihan

Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI

dan pengeluaran metabolisme

Istirahat

Istirahat

Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

Page 7: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

Dalam kurang lebih 6 minggu setelah melahirkan ibu tidak boleh bekerja berat

dan harus cukup waktu untuk istirahat.

Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara

perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

- Mengurangi jumlah ASI yang dikonsumsi

- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan

- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

Gizi

Masalah gizi perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan

kesehatan dan pemberian ASI. Penjabaran empat sehat lima sempurna perlu

diperhatikan dan diterjemahkan untuk masyarakat. Diantaranya penjabaran dapat

dinasehatkan makanan yang sehat yaitu terdapat nasi, lauk, sayur secukupnya dan

ditambah satu telur sehari. Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.

Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, , sayur-sayuran dan buah-

buahan. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap

kali menyusui)

Pakaian

Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan.

Daerah perut tidak perlu di ikat dengan kencang karena tidak akan mempengaruhi

involusi. Pakaian dalam sebaiknya sangat menyerap sehingga lokhia tidak

memberikan iritasi pada sekitarnya.

Miksi

Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat.

Meskipun demikian ibu sering mengalami kesukaran dalam buang air kecil karena :

Perasaan untuk ingin buang air kecil ibu kurang, meskipun kandung seni penuh.

Page 8: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

Uretra mungkin agak tersumbat karena perlukaan atau odem dari dindingnya akibat

tekanan oleh kepala bayi.

Ibu tidak bisa buang air kecil dengan berbaring.

Sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m. sphincter ani

selama persalinan,

Sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai terjadi

infeksi, oleh karena mudah sekali timbul uretritiis, sistitis, dan juga pielitis.

Umumnya partus lama, yang kemudian di akhiri dengan ekstraksi vakum, dapat

mengakibatkan hal-hal yang demikian sampai terjadi retensio urine. Bila perlu

dipasang dauer catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing.

Defekasi

Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi

apalagi agak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Dengan

diadakannya mobilisasi sedini-dininya, tidak jarang terjadi retensio urine et alvi

dapat di atasi. Disini dapat di tekankan bahwa wanita baru bersalin memang

memerlukan istirahat berjam-jam pertama postpartum, akan tetapi jika ibu bersalin

dengan normal tanpa kelainan.

E. PERAWATAN MASA NIFAS

1. Perawatan Luka Perineum

Tujuan perawatan pada masa nifas menurut Hamilton (2002) adalah mencegah

terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Perawatan luka

perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang

dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai

dengan kembalinya organ genetic seperti pada waktu sebelum hamil.

Waktu perawatan:

1. Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepaskan pembalut, setelah terbuka maka

ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada

Page 9: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

pembalut, maka perlu di lakukan penggantian pembalut , demikian pula pada

perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

2. Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada

rectum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum, untuk itu

diperlukan pembersihan perineum.

3. Setelah buang air besar

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran di sekitar anus,

untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari usus ke perineum yang letaknya

bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara

keseluruhan.

Penatalaksanaan

1. Persiapan

a. Ibu post partum

Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu

jongkok jika ibu mampu,atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.

b. Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan adalah botol, baskom, gayung atau shower air hangat

dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut

nifas baru dan antiseptic.

2. Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wnaita adalah setelah melahirkan anak mengurangi

rasa tidak nyaman, kebersihan, mencegah infeksi dan meningkatkan penyembuhan

dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangan

b. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum

dan letakkan pembalut tersebut ke kantong plastic.

c. Berkemih dan BAB ke toilet

d. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air biasa ( jangan air hangat )

Page 10: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

e. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang

f. Pasang pembalut dari depan ke belakang

g. Cuci kembali tangan

3. Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:

a. Perineum tidak lembab

b. Posisi pembalut tepat

c. Ibu merasa nyaman

2. Perawatan payudara post partum

a. Pengertian

Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas,

tidak keras dan kering sebagai persiapan menyususi bayinya..

b. Tujuan

Tujuan dari perawatan payudara adalah memelihara kebersihan payudara,

melancarkan pengeluaran ASI, serta mencegah bendungan atau pembengkakan

payudara.

c. Waktu dari pelaksanaan perawatan payudara adalah:

Pertama kali dilakukan pada hari ke-2 setelah melahirkan.

Dilakukan minimal dua kali sehari

d. Persyaratan untuk mencapai hasil terbaik

1. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali

dalam sehari.

2. Memperhatikan kebersihan sehari-hari

3. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara

4. Memperhatikan makanan dengan menu seimbang

5. Menghindari rokok dan minuman beralkohol

6. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang

e. Alat-alat yang digunakan

1. Baby oil secukupnya

Page 11: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

2. Dua buah kom sedang

a. Berisi air hangat

b. Berisi air ddingin

3. Dua buah washlap

4. Handuk

f. Langkah-langkah

1. Tuangkan minyak/lotion/baby oil secukupnya

2. Frinction

Sokongan payudara kiri dengan kiri, kanan dengan tangan kanan , kedua jari

tangan yang berlawanan membuat gerakan memutar sambil menekan dari

pangkal payudara dan berakhir pada putting susu, setiap bagian payudara

minimal dua kali gerakan.

3. Massage

Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara. Urut payudara dari

tengan ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan, lakukan

gerakan ini 30 kali.

4. Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut

payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah putting susu. Lakukan

gerakan ini 30 kali gerakan.

3. Pemberian ASI

ASI eksklusif merupakan makanan dan minuman untuk bayi sampai umur 6 bulan

tanpa tambahan makanan pendamping lainnya. Bayi normal sudah dapat disusui segera

setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu dua menit pada setiap payudara. Dengan

mengisapnya bayi terjadi perangsangan terhadap pembentukan ASI dan secara tidak

langsung rangsangan isapan membantu mempercepat pengecilan uterus.

Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 15-20 menit pada mammae

ibu dengan jarak waktu tiap 3-4 jam. Akan tetapi, apabila diantara waktu itu bayi

menangis karena lapar, bayi dapat disusui pada satu mammae secara bergantian.

Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh karena:

Page 12: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

- Asi yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa benda penagkis ( anti-body)

yang dapat mencegah infeksi pada bayi.

- Bayi yang minum asi jarang menderita gastroenteritis

- Lemak dan protein asi mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran

pencernaan, asi merupakan susu yang paling baik untuk pertumbuhan dan tidak

mungkin bayi akan berlebihan dengan asi.

- Pemberian asi merupakan jalan satu-satunya yang paling baik untuk mengeratkan

hubungan ibu dan bayinya, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi

yang normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.

- Asi merupakan susu buatan alam yang lebih baik daripada susu buatan mana pun

oleh kerena mengandung antibody, segar, murah, tersedia setiap waktu, dengan

susu yang sebaik-baiknya untuk diminum.

(Sumber : Sarwono 2008)

Cara meneteki bayi:

Bayi dapat ditetekkan dengan cara ibu tertidur miring atau duduk.

Pada cara duduk, ibu harus duduk dikursi dengan punggung bersandar tegak. Agar

kaki tidak menggantung, kaki harus mencapai lantai atau kaki diletakkkan di atas

suatu papan dingklik.

Sebelum meneteki, tangan ibu, buah dada dan putting susu harus dibersihkan lebih

dahulu.

Mendekap tubuh bayi ke tubuh ibu, kepala,tubuh dan pantat bayi sejajar dengan

putting susu Bayi dibaringkan, kemudian putting susu dimasukkan ke dalam mulut

bayi sampai daerah gelap disekitar putting susu untuk menghindari lecet pada

payudara.

Supaya bayi dapat longgar bernafas, maka ibu jari dan jari telunjuk ibu menekan

bagian atas buah dada yang ditetekkan.

Menetekkan bayi tidak dianjurkan bilamana ibu dalam keadaan sakit menular, ibu

dalam keadaan panas yang tinggi, ibu sakit jiwa, epilepsi, dan bila ada sumbing pada

langit-langit mulut bayi.

Page 13: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

( Sumber: Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat 2005)

4. Memandikan bayi

Pertama lengan kiri menghimpit badan bayi, dan lengan kanan menahan kepala.

Bersihkan kepala dan muka dengan kain yang cukup halus.

Kepala bayi dipergelangan ibu, ibu jari kiri ibu memegang bahu bayi yang terjauh

(bahu kiri). Ke empat jari kiri lainnya pada ketiak bayi. Tangan kanan ibu

menahan pantat bayi.

Kemudian bersihkan bagian leher bayi, lipatan-lipatan kaki serta tangan,sampai

kaki bayi.

Balikkan badan bayi sehingga anak tengkurap. Tangan kiri ibu memegang bahu

yang terjauh (bahu kanan)

( Sumber: Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat 2005)

5. Perawatan tali pusat

Sebelum perawatan tali pusat siapkan alat-alat yang diperlukan seperti kasa

steril,alcohol.

Sesudah bayi dimandikan, tali pusat dikeringkan.

Kemudian tali pusat dibungkus dengan kasa steril yang sebelumnya telah

dibersihkan dengan menggunakan alcohol dan dikeringkan.

( Sumber: Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat 2005 )

6. Pemberian imunisasi kepada bayi

usia Vaksin

0-7 hari Hepatitis B

1 bulan BCG, Polio

2 bulan Hepatitis B, DPT, Polio

3 bulan DPT II, Polio III

4 bulan DPT III, Polio IV

7 bulan Hepatitis B

9 bulan Campak

Page 14: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

F. Infeksi kala nifas

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin

maningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadinya

penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi

peningkatan suhu sekitar 0,5 0C yang bukan merupakan keadaan yang patologis atau

menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat

masuknya kuman ke dalam tubuh,sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi

kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh

sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 OC tanpa

menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 ( dua ) hari.

Faktor predisposisi infeksi kala nifas diantaranya:

Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.

Tindakan operasi persalinan

Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.

Ketuban pecah dini atau pada pembekuan masih kecil melebihi enam jam.

Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum

dan postpartum, anemi pada masa kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil

dengan penyakit infeksi.

( Sumber: Sarwono 2008 )

1. Mekanisme terjadinya infeksi kala nifas

Terjadinya infeksi kala nifas adalah sebagai berikut:

Manipulasi penolong: terlalu sering malakukan pemeriksaan dalam, alat yang

dipakai kurang steril.

Infeksi yang di dapat di rumah sakit (nosokomial)

Hubungan seks menjelang persalinan

Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih

dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh ( local infeksi )

Bentuk infeksi kala nifas dari yang bersifat local sampai terjadi sepsis dan kematian

puerperium. Bentuk infeksi dapat dijabarkan sebagai berikut:

Page 15: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

1. Bentuk infeksi local.

Infeksi pada luka episiotomy

Infeksi pada vagina

Infeksi pada serviks yang luka

2. Bentuk infeksi general

Parametritis

Peritonitis

Sepsikemia dan piemi

3. Penyebaran infeksi kala nifas dapat melalui:

Berkelanjutan- perkontinuitatum

Melalui pembuluh darah

Melalui pembuluh limfa

Penyebaran melalui bekas inplantasi plasenta.

Gambaran klinis infeksi kala nifas dapat dalam bentuk:

a. Infeksi local

Pembengkakan luka episiotomy

Terjadi pernanahan

Perubahan warna local

Pengeluaran lokia bercampur nanah

Mobilisasi terbatas karena rasa sakit

Temperature badan dapat meningkat.

b. Infeksi umum

Tampak sakit dan lemah

Temperature meningkat di atas 390C

Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.

Pernafasan dapat meningkatkan dan terasa sesak

Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma

Terjadi gangguan involusi uterus

Page 16: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

Lokia: berbau dan bernanah serta kotor.

Dengan gambaran klinik seperti itu bidan dapat menegakkan diagnosis infeksi

kala nifas. Pada kasus dengan infeksi ringan, bidan dapat memberikan pengobatan,

sedangkan infeksi kala nifas yang berat sebaiknya bidan berkonsultasi atau merujuk

penderita.

Persalinan normal yang ditolong dengan baik, tidak terlalu banyak terjadi infeksi

kala nifas. Dalam upaya menurunkan infeksi kala nifas dapat dilakukan pencegahan

sebagai berikut:

1. Pencegahan pada waktu hamil

Meningkatkan keadaan umum penderita

Mengurangi factor predisposisi infeksi kala nifas

2. Saat persalinan

Perlukaan dikurangi sebanyak mungkin.

Perlukaan yang terjadi dirawat sebaik-baiknya.

Mencegah terjadinya perdarahan postpartum

Kurangi melakukan pemeriksaan dalam

Hindari persalinan yang berlangsung lama.

3. Kala nifas

Lakukan mobilisasi dini sehingga darah lokia keluar dengan lancar.

Perlukaan dirawat dengan baik

Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial

2. Keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas

Beberapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas:

1. Keadaan abnormal dalam rahim

a. Subinvolusi uteri

Segera setelah persalinan berat rahim sekitar 1.000 gr dan selanjutnya

mengalami masa proteolitik, sehingga otot rahim menjadi kecil ke bentuknya

semula. Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak

berkeadaan demikian disebut subinvolusi uteri. Penyebab terjadinya involusi

Page 17: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan

selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri.

Bidan sebaiknya melakukan konsultasi ke puskesmas, dokter, dan rumah sakit

sehingga penderita mendapatkan pengobatan yang tepat.

Dengan petunjuk dokter selanjutnya bidan dapat melakukan perawatan

setempat.

b. Perdarahan kala nifas sekunder

Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam

pertama. Kejadian tidak terlalu besar, apalagi dengan makin gencarnya

penerimaan gerakan keluarga berencana. Penyebab utama perdarahan kala

nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban ( pada

grandemultipara dan kelainan bentuk implantasi plasenta ), infeksi pada

endometrium dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan

dengan kehamilan dan inversio uteri.

c. Flegmasia alba dolens

Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang

mengenai pembuluh darah vena femoralis. Vena femoralisa yang terinfeksi

dan disertai pembentukan trombosit dapat menimbulkan gejala klinik sebagai

berikut:

Terjadi pembengkakan pada tungkai

Berwarna putih

Terasa sangat nyeri

Tampak bendungan pembuluh darah

Temperature badan dapat meningkat.

Infeksi vena femoralis dapat dijumpai dengan predisposisi pada penderita usia

lanjut, multiparitas, dan persalinan dengan tindakan operasi.

2. Keadaan abnormal pada payudara

Page 18: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

Payudara telah dipersiapkan sejak mulai terlambat datang bulan sehingga pada waktunya

dapat memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI

dilakukan persiapan sejak awal halmil dengan melakukan massae, menghilangkan kerak pada

putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Putting susu saat mandi perlu ditarik-tarik

sehingga menonjol untuk memudahkan menghisap ASI.

Berbagai variasi putting susu sudah dapat terjadi diantaranya terlalu kecil, putting susu

mendatar, dan putting susu masuk ke dalam. Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi seperti

tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit ( oligolaksia), terlalu banyak poligalaksia,

dan pengeluaran berkepanjangan ( galaktorea ).

Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi :

1. Bendungan ASI

Karena ada sumbatan pada saluran ASI

Keluhan : mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan

meningkat.

Penangananya: pengosongan ASI dengan masase atau pompa, memberikan

estradiol sememtara menghentikan pembuatan ASI dan pengobatan

simtomatis sehingga keluhan berkurang.

2. Mastitis dan abses mamae

Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi

mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae adalah stafilokokus

aureus yang masuk melalui luka putting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri

local pada mamae, terjadi pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit

mamae. Penderita dengan mastisis perlu mendapatkan pengobatan yang baik

dengan antibiotic dan obat simptomisis.

Infeksi mamae ( mastisis ) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan

criteria warna kulit menjadi merah, terdapat nyeri dan pada pemeriksaan terdapat

pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses mamae perlu

dilakukan inisis agar nanahnya dapat keluar dan mempercepat kesembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

Doenges, M.E.2001. Rencana Asuhan Keperwatan Maternal Edisi 3. Jakarta. EGC

Manuaba ,IBG>Ilmu Kebidana,Penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

Pendidikan Bidan.Jakarta :Penerbit Buku kedokteran EGC.1998

Prawiroharjo,sarwono,Ilmu Kandungan.Jakarta:Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.2005

Prawiroharjo,sarwono,Ilmu Kebidanan.Jakarta:Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.2007

Denpasar,

Mengetahui Mahasiswa ,

Pembimbing Praktek,

Page 20: Laporan Pendahuluan Vian Yeeekkkk

( R.R. Rahmawati, S.SiT ) ( Kadek Avian Julianto )

NIP. NIM.

Mengetahui

Pembimbing Akademik

( )

NIP.