12
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI DESA MON ARA UJONG RIMBA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 JAMALINAH Mahasiswi Pada Program Studi Diploma III Kebidanan StiKes U’Budiyah Banda Aceh Abstrak Tingginya peran keluarga dan masyarakat dalam perawatan Lansia serta adanya pergeseran pelayanan kesehatan di rumah sakit ke pelayanan di komunitas, memberi tantangan tersendiri kepada bidan dalam rangka memberikan pelayanan yang komprehensif kepada Lansia (Meilani, 2009). Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yang tujuan utama untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang, dan yang menjadi sampel adalah total sampling, yaitu sebanyak 60 responden. Cara pengumpulan data adalah dengan mewawancarai responden dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pemanfaatan posyandu lansia. berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia, ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia. Dari 60 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba. diharapkan lansia dapat mengetahui atau memahami masalah yang terjadi pada lansia terutama kemampuannya dalam melakukan kegiatan posyandu dan aktifitas kehidupan sehari – hari yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri dan berusaha mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin. Kata kunci : Pemanfaatan Posyandu Lansia, pengetahuan, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga PENDAHULUAN Dunia mengalami penuaan dengan cepat. Diperkirakan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas menjadi dua kali lipat dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi. Negara-negara berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara-negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia, di negara ber- kembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator meningkatnya kesehatan global (Depkes, RI, 2012). Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk (Depkes, RI, 2012). Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi 70,6 pada tahun 2009. Meningkatnya UHH menye-babkan peningkatan jumlah lanjut usia, dimana pada tahun 2020 di- perkirakan mencapai 28,8 juta jiwa (Komnas Lansia, 2010). Kebidanan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam menangani masalah kesehatan Lansia dengan menitik beratkan pada penanganan di bidang pelayanan kesehatan. Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan Lansia di masyarakat. Spesialisasi kebidanan ini terkait dengan mengkaji status kesehatan dan fungsional Lansia, merencanakan dan melaksanakan

Laporan Pendahuluan Sdki 2012

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SDKI 2012

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI DESA MON ARA UJONG RIMBA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN

PIDIE JAYA TAHUN 2013

JAMALINAH Mahasiswi Pada Program Studi Diploma III Kebidanan StiKes U’Budiyah Banda Aceh

Abstrak

Tingginya peran keluarga dan masyarakat dalam perawatan Lansia serta adanya pergeseran pelayanan kesehatan di rumah sakit ke pelayanan di komunitas, memberi tantangan tersendiri kepada bidan dalam rangka memberikan pelayanan yang komprehensif kepada Lansia (Meilani, 2009). Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yang tujuan utama untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang, dan yang menjadi sampel adalah total sampling, yaitu sebanyak 60 responden. Cara pengumpulan data adalah dengan mewawancarai responden dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pemanfaatan posyandu lansia. berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia, ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia. Dari 60 responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba. diharapkan lansia dapat mengetahui atau memahami masalah yang terjadi pada lansia terutama kemampuannya dalam melakukan kegiatan posyandu dan aktifitas kehidupan sehari – hari yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri dan berusaha mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin. Kata kunci : Pemanfaatan Posyandu Lansia, pengetahuan, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga

PENDAHULUAN

Dunia mengalami penuaan dengan cepat. Diperkirakan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas menjadi dua kali lipat dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi. Negara-negara berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara-negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia, di negara ber-kembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator meningkatnya kesehatan global (Depkes, RI, 2012).

Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%)

meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk (Depkes, RI, 2012).

Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi 70,6 pada tahun 2009. Meningkatnya UHH menye-babkan peningkatan jumlah lanjut usia, dimana pada tahun 2020 di-perkirakan mencapai 28,8 juta jiwa (Komnas Lansia, 2010).

Kebidanan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam menangani masalah kesehatan Lansia dengan menitik beratkan pada penanganan di bidang pelayanan kesehatan. Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan Lansia di masyarakat. Spesialisasi kebidanan ini terkait dengan mengkaji status kesehatan dan fungsional Lansia, merencanakan dan melaksanakan

Page 2: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

asuhan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasi serta mengevaluasi keberhasilan asuhan (Meilani, 2009).

Kesehatan lansia yang baik difokuskan pada bagaimana upaya untuk dapat menambah usia dan memperpanjang kehidupan, sehingga memungkinkan mereka tidak hanya hidup lebih lama, tetapi juga dapat memperluas keterlibatannya secara aktif dalam semua kegiatan di masyarakat. Seiring dengan kecenderungan yang positif tersebut dalam arti meningkatnya kesehatan global, akan muncul tantangan khusus dalam bidang kesehatan pada abad ke-21 karena bertambahnya jumlah lansia. Berbagai dampak dari peningkatan jumlah lansia antara lain adalah masalah penyakit degeneratif yang sering menyertai para lansia, bersifat kronis dan multifatologis, serta dalam penanganannya memer-lukan waktu lama dan membutuhkan biaya cukup besar (Depkes, RI, 2012).

Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga menimbulkan berbagai perma-salahan, sehingga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sector untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Salah satu bentuk perhatian yang serius terhadap lanjut usia adalah terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui kelompok (posyandu) lanjut usia yang melibat-kan semua lintas sektor terkait, swasta, LSM dan masyarakat. Oleh karenanya menyiapkan petugas kesehatan dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kelompok lansia seperti: pelatihan perawatan lansia; mencegah dan mengelola penyakit kronis dan penyakit tidak menular, merancang kebijakan pengaturan perawatan jangka panjang dan paliatif yang berkelanjutan bagi lansia dan mengembangkan pela-yanan ramah lansia menjadi sangat penting (Depkes, RI, 2012).

Ketidaktahuan masyarakat, baik keluarga maupun lanjut usia itu sendiri serta para pembuat keputusan dan pemberi pelayanan terhadap permasalahan kelanjut usiaan, akan menghambat pencapaian lanjut usia sehat sejahtera dan produktif. Akibat lain dari stigma masyarakat terhadap lanjut usia ini adalah terhambatnya pemenuhan kebutuhan diri mereka untuk berkembang serta berpartisi-pasi di dalam pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah wajib men-jamin ketersediaan

fasilitas pelaya-nan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat terlaksana dan berkembang dengan baik dalam mencapai tujuan lanjut usia yang mandiri dan produktif (Komnas lansia, 2010).

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan pembentukan posyandu lansia adalah meningkatkan jang-kauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pela-yanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Adapun kegiatan-nya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk meningkatkan kebugaran, pengemba-ngan keterampilan, bimbingan pen-dalaman agama, dan pengelolaan dana sehat (Fatma, 2008).

Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi kemudahan bagi lansia dalam men-dapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda. Posyandu lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang memanfaatkan posyandu semakin berkurang. Hal ini dibuktikan pemanfaatan posyandu lansia sangat minim. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan pemanfaatan pelaya-nan kesehatan di posyandu lansia sangat minim, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu-pun juga sangat rendah (Komnas Lansia, 2010).

Adapun jenis pelayanan kese-hatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, peme-riksaan status mental, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tam-

Page 3: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

bahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Wijaya, 2009).

Pembinaan lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai landa-san dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kese-hatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan, penyem-buhan dan pengembangan lembaga. Secara kualitas, perkembangan jum-lah posyandu di Indonesia sangat menggembirakan, karena disetiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Posyandu dirancang pada tahun 1986, jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699 posyandu, tahun 2005 menjadi 315.921 posyandu dan pada tahun 2009 menurun menjadi 269.202 posyandu. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan masalah, seperti kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2012).

Transisi demografi ke arah menua akan diikuti oleh transisi epidemiologi ke arah penyakit degeneratif seperti rematik, diabetes, hipertensi, jantung koroner, neo-plasma. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2011 sebesar 30,46% artinya bahwa setiap 100 orang lanjut usia, sekitar 30 orang diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan 27,20% lebih rendah dibandingkan lanjut usia pedesaan 32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lanjut usia di perkotaan relatif lebih baik dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Bila dilihat perkemba-ngannya, derajat kesehatan penduduk lanjut usia relatif tidak berbeda. Angka kesakitan penduduk lanjut usia pada tahun 2007 sebesar 29, 98%, tahun 2009 sebesar 31,11%, dan tahun 2011 sebesar 30,46 %. Pola yang serupa terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kebiasaan berobat serta cara berobat yang dilakukan seseorang, merupa-kan salah satu faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah orang yang bersangkutan telah memiliki perilaku hidup sehat. Berdasarkan Profil Penduduk Lanjut Usia 2011, ternyata 32,24% lanjut usia

mencari pengobatan di puskesmas, Namun masih ada yang mengobati sendiri dengan menggunakan obat modern 60,47% dan obat tradisional 10,87% (Depkes RI, 2012).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2012 mencatat jumlah lansia yaitu 37.743 jiwa diantaranya laki-laki 17.354 dan perempuan 20.389 dari 23 Kecamatan. Sedangkan untuk Keca-matan Ujong Rimba jumlah lansia 1.497 diantaranya laki-laki 677 orang dan perempuan 820 orang. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie mem-punyai kebijakan yang bertujuan agar puskesmas atau desa termotivasi untuk menggalakkan program pem-binaan kesehatan lansia di wilayah masing-masing. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lansia ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat posyandu lansia, pela-yanan kesehatan di tingkat dasar puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut rumah sakit (Dinas Kesehatan Pidie, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis diwilayah kerja puskesmas Ujong Rimba di-dapatkan jumlah lansia yang berumur dari 70 tahun keatas adalah 345, umur 58-65 tahun berjumlah 509 orang dan umur 66 sampai 70 tahun berjumlah 261 orang dimana total kese-luruhannya berjumlah 1115 jiwa, data lansia di Kemukiman Ujong Rimba total keseluruhannya adalah 345 jiwa sedangkan di Desa Mon Ara ber-jumlah 60 jiwa lansia dan dari hasil wawancara pada beberapa lansia mengatakan program posyandu lansia sudah pernah dilakukan di beberapa desa tapi tidak berjalan lancar, ini disebabakan tidak datangnya lansia ke posyandu tersebut karena berbagai alasan. Hal tersebut ditunjukkan dengan yang datang ke posyandu lansia hanya berkisar 107 orang dengan distribusi kelompok berdasarkan umur. Umur 45-59 tahun sebanyak 34 orang, umur 60 – 69 tahun sebanyak 45 0rang, umur diatas 70 tahun sebanyak 28 orang (Puskesmas Ujong Rimba, 2013). Hal ini membuktikan

Page 4: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

bahwa pemanfaatan posyandu lansia masih sangat jauh dari target yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Faktor-Faktor Apa Saja Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie”. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

2. Tujuan Khusus a. Untuk Mengetahui Hubungan

Pengetahuan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

b. Untuk Mengetahui Hubungan Pelayanan Petugas Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

c. Untuk Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

Manfaat Penelitian 1. Dapat menjadi bahan pertimba-ngan dan

informasi bagi dinas kesehatan untuk dapat digalakkan program posyandu lansia dengan baik.

2. Diharapkan lansia dapat mengetahui masalah yang terjadi pada lansia terutama kemam-puannya dalam melakukan kegia-tan posyandu dan aktifitas ke-hidupan

sehari-hari yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri untuk mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin.

3. Dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai gambaran kemandirian lansia dalam kegia-tan posyandu dan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari.

4. Dapat menambah pengalaman, pembelajaran bagi penulis dibi-dang penelitian, dan mengem-bangkan ilmu yang telah di pelajari selama perkuliahan.

METODELOGI PENELITIAN Kerangka Konsep

Berbagai faktor yang mempe-ngaruhi partisipasi lansia dalam kegiatan Posyandu Plus sesuai prog-ram yang telah direncanakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat lanjut usia. Pengetahuan lansia tentang Posyandu Plus erat kaitannya dengan penyuluhan kesehatan juga bentuk dukungan dan partisipasi dari berbagai kalangan dan sikap yang dilakukan oleh kader kesehatan dan tenaga kesehatan Puskesmas baik dalam bentuk pengumuman, seleba-ran, undangan ataupun penyuluhan. Pengetahuan tentang posyandu lansia akan dapat menumbuhkan kesediaan lansia mengikuti kegiatan posyandu. Kesediaan lansia mengikuti posyan-du harus diiringi dengan pelayanan posyandu yang baik (Purnama 2010). Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang diteliti yaitu :

1. Pengetahuan : Segala sesuatu yang diketahui lanjut usia ten-tang pelaksanaan posyandu lansia

2. Pelayanan Petugas Kesehatan : Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada saat posyandu lansia

3. Dukungan Keluarga : Motivasi atau dorongan dari keluarga dalam pelaksanaan posyandu lansia

Hipotesa 1. Ada hubungan antara pengetahuan

Wanita Usia subur dengan penggunaan Akseptor KB

2. Ada hubungan antara duku-ngan keluarga dengan penggunaan Akseptor KB

Page 5: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

3. Ada hubungan antara informasi dengan penggunaan Akseptor KB

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba berjumlah 60 orang dan Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba. Proses pengumpulan data dilapangan menggunakan teknik total sampling yaitu 60 orang. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berupa sejum-lah pertanyaan tertulis yang digu-nakan untuk memperoleh data yang perlu diketahui. Kuesioner dibuat sendiri berdasarkan telaah kepustaka-an yang terdiri dari 40 diantaranya, 20 pertanyaan untuk pengetahuan, 10 pertanyaan untuk pelayanan petugas kesehatan, 1 pertanyaan untuk pe-manfaatan posyandu dan 10 per-tanyaan untuk dukungan keluarga.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Desa Mon Ara Ujong Rimba. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2013. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh Puskes-mas Ujong Rimba, Dinas Kesehatan dan buku-buku yang menjadi referensi.

Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Menurut Burdiarto (2004) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut: a. Editing : yaitu melakukan pengecekan

kembali apakah semua item pertanyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya.

b. Coding : yaitu memberi kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk memudahkan pengolahan data.

c. Transfering : yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

d. Tabulating : yaitu pengelom-pokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat : Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya mengguna-kan perhitungan-perhitungan statistik secara sederhana ber-dasarkan hasil penyebaran data menurut frekuensi antar kategori. Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umum-nya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Kemu-dian ditentukan persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto, 2005).

b. Analisa Bivariat : merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan 1. Jika p value < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima

2. Jika p value >0,05, maka disimpulkan H0 diterima dan ha ditolak,

Page 6: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang menjadi target penelitian, maka dapat dilihat hasil sebagai berikut: 1. Analisa Univariat

Analisa univariat untuk melihat distribusi variabel dependent (terikat) dan variabel independet (bebas) yang meliputi: posyandu, pengetahuan, pelayanan petugas dan dukungan keluarga.

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara

Timur Kabupaten Pidie Tahun 2

No Pemanfaatan Posyandu Lansia Frekuensi (F)

1 Memanfaatkan 48

2 Tidak Memanfaatkan 12

60Jumlah

Dari tabel 5.1 di atas dapat didari 60 responden, mayoritas memanfaatkan Posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (80%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi (F)

1 Baik

2 Cukup

3 KurangJumlah

Dari tabel 5.2 di atas dapat di

dari 60 responden, mayoritas responden berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 48 responden (80%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang menjadi target penelitian, maka dapat dilihat hasil

Analisa univariat untuk melihat distribusi terikat) dan variabel

independet (bebas) yang meliputi: pemanfaatan posyandu, pengetahuan, pelayanan petugas dan

Pemanfaatan Posyandu

Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

Frekuensi (F) Persentase (% )

80.00

20.00

100

di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas memanfaatkan Posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (80%).

Pengetahuan Lansia di

Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

Frekuensi (F) Persentase (%)

48 80.0

9 15.0

3 5.0

60 100

di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas responden berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 48

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pelayanan Petugas di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten

Pidie Tahun 2013

No Pelayanan Petugas Frekuensi (F)

1 Baik

2 Tidak

Jumlah

Dari tabel 5.3 di atas dapat di

bahwa dari 60 responden, mayoritas responden mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas sudah baik, yaitu sebanyak 56 responden (93,3%).

Tabel 5.

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara

Timur Kabupaten Pidi

No Dukungan Keluarga Frekuensi (F)

1 Mendukung

2 Tidak Mendukung

Jumlah

Dari tabel 5.4 di atas dapat di

bahwa dari 60 responden, mayoritas responden mengatakan mereka mendapatkan dukungan keluarga, yaitu sebanyak 56 res(93,3%). 2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada tingkat kepercayaan 95% 0,05%).

Tabel 5. 3 Pelayanan Petugas di Desa

Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

Frekuensi (F) Persentase (%)

56 93.3

4 6.7

60 100

di atas dapat dilihat dari 60 responden, mayoritas responden

mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas sudah baik, yaitu sebanyak 56

Tabel 5. 4 Dukungan Keluarga

Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

Frekuensi (F) Persentase (%)

56 93.3

4 6.7

60 100

di atas dapat dilihat dari 60 responden, mayoritas responden

mengatakan mereka mendapatkan dukungan keluarga, yaitu sebanyak 56 res-ponden

Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: chi square ( ) pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada tingkat kepercayaan 95% (α =

Page 7: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

Tabel 5. 5 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan

Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

Uji

Statistik

Memanfaatkan %Tidak

Memanfaatkan % F % P

1 Baik 44 91.7 4 8.3 48 100

2 Cukup 4 44.4 5 55.6 9 100

3 Kurang 0 0 3 100 3 10048 12 60 100

0.000

Jumlah

Pemanfaatan Posyandu Lansia

No Pengetahuan

Jumlah

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat dari

48 responden yang berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44 responden (91,7%). Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 5 responden (55,6%) dan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 3 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.000 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Tabel 5. 6 Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan

dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur

Kabupaten Pidie Tahun 2013

Uji Statistik

Memanfaatkan %Tidak

Memanfaatkan % F % P

1 Baik 48 85.7 8 14.3 56 100

2 Tidak 0 0 4 100 4 10048 12 60 100

0.001

Jumlah

Pemanfaatan Posyandu Lansia

NoPelayanan Petugas

Jumlah

Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat

bahwa dari 56 responden yang mendapatkan pelayanan petugas secara baik, mayoritas

memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan pelayanan petugas mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0,05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia

Tabel 5. 7 Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013

Uji

Statistik

Memanfaatkan %Tidak

Memanfaatkan % F % P

1 Mendukung 48 85.7 8 14.3 56 1002 Tidak

Mendukung 0 0 4 100 4 100

48 12 60 100

0.001

Jumlah

Pemanfaatan Posyandu Lansia

NoDukungan Keluarga

Jumlah

Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat

bahwa dari 56 responden yang mendapatkan dukungan keluarga, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan dukungan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia. PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan de-ngan

Pemanfaatan Posyandu Lansia Hasil penelitian menun-jukkan

bahwa dari 48 responden yang berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyan-du, yaitu sebanyak 44 responden (91,7%). Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 5 responden (55,6%) dan respon-den yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan posyandu, yaitu

Page 8: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

sebanyak 3 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.000 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khotimah (2010) tentang Faktor-faktor yang ber-hubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi Tahun 2010 didapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan secara signi-fikan dengan pemanfaatan pos-yandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,001), dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader (p=0,009). Sedang-kan variabel yang tidak berhu-bungan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, jenis kelamin, status tinggal, status perkawinan, pendidikan, pekerja-an dan pendapatan.

Berdasaran hasil peneliti-an, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan yang diperoleh oleh responden sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh lansia. Karena semakin tinggi pengetahuan yang di-peroleh maka akan semakin timbul kesadaran terhadap pemanfaatan posyandu sebagai sarana untuk mengecek kondisi kesehatan. Selain itu, penge-tahuan dari keluarga membuat lansia lebih mudah untuk berinteraksi dengan petugas kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan peng-inderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tin-dakan seseorang. Menurut Azwar (2006) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan peng-inderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.

2. Hubungan Pelayanan Petugas dengan

Pemanfaatan Posyandu Lansia Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat

bahwa dari 56 responden yang

mendapatkan pelayanan petugas secara baik, mayoritas memanfaatkan posyan-du, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan pelayanan petugas mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pelayanan petugas kese-hatan dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pujiono (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaat-an posyandu lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabu-paten Grobogan didapatkan hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berumur 60-69 tahun, berjenis kelamin perempuan sedangkan pendapat-an, pengetahuan, sikap, praktik, peranan petugas kesehatan dan peranan keluarga termasuk kategori kurang. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, peran petu-gas kesehatan dan peran keluarga. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu jenis kelamin. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik pemanfaatan posyandu lansia adalah peranan petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil pene-litian, peneliti berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia, karena pelayanan yang diberikan akan turut memberikan pengaruh terhadap pandangan masyarakat, responden yang mendapatkan pelayanan yang baik tentunya akan mengunjungi lagi posyandu tersebut.

Berbagai faktor atau determinan yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya hidup, faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam system kesehatan itu sendiri, menurut Sistem Kesehatan Nasional (Depkes, 2004), paling tidak terdapat enam subsistem yang turut

Page 9: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

menentukan kinerja sistem kesehatan nasional yaitu subsistem upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan (BPPN, 2005).

Menurut Nasrul (2010) pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan konsu-men. Pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masya-rakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu.

Pohan (2006, dalam Henniwati, 2008) juga menje-laskan beberapa aspek pelayanan kesehatan yang dapat mempe-ngaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah ke-giatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan seperti faktor dari petugas yang melaksanakan pelayanan keseha-tan yang digunakan dalam pelayanan pengobatan dan perawatan, penegakan diagnosa sampai tindakan pengobatan.

3. Hubungan Dukungan Keluar-ga dengan

Pemanfaatan Pos-yandu Lansia Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat

bahwa dari 56 responden yang mendapatkan dukungan keluarga, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan dukungan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0,05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Indragiri Tahun 2010 di dapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan

pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan dan peran keluarga.

Peneliti berasumsi bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu oleh lansia. Keluarga yang peduli tentang kesehatan lansia tentunya akan membuat lansia lebih termotivasi untuk memanfaatkan posyandu lansia.

Dukungan keluarga dide-finisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontra-diksi. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai Significant Other, misalnya sebagai seorang istri Significant Other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara (Notoatmodjo, 2007).

Dukungan keluarga meru-pakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimba-ngan mental dan kepuasan psikologis (Notoatmodjo, 2007).

Purnama (2010) menje-laskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menye-diakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,

Page 10: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

Dari hasil penelitian peneliti juga berasumsi bahwa petugas kesehatan memberikan penyuluhan secara jelas kepada lansia karena pelayanan kesehatan yang diberikan bisa memuaskan para lansia, dan j uga sikap yang ramah, dan sopan dari petugas kesehatan dapat membuat lansia menjadi senang.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

Kesimpulan 1. Ada hubungan antara pengetahuan lansia

dengan pe-manfaatan posyandu lansia. 2. Ada hubungan antara pelayanan petugas

kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia

3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia.

Saran-saran 1. Bagi Dinas Kesehatan

Dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi dinas kesehatan untuk dapat digalakkan program posyandu lansia dengan baik.

2. Bagi Klien (Lansia) Penelitian ini diharapkan lansia dapat mengetahui atau memaha-mi masalah yang terjadi pada lansia terutama kemampuannya dalam melakukan kegiatan posyandu dan aktifitas kehi-dupan sehari – hari yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri dan berusaha mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin.

3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai gambaran kemandirian lansia dalam kegia-tan posyandu dan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, serta aplikasi lapangan bagi teori yang didapatkan.

4. Bagi Penulis Agar dapat menambah pengalaman pembelajaran dibi-dang penelitian, dan mengem-bangkan ilmu yang telah di pelajari selama perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA Azwar, Anas. 2006. Menjaga Kesehatan sejak

Dini. Toha Putra: Semarang BPPN, 2005, Laporan Kajian Kebijakan Dan

Perencanaan Tenaga Kesehatan, Deputi Bidang SDM Dan Kebudayaan, BPPN, Jakarta.

Budiarto, E. 2005. Biostatistika Untuk

Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Depkes RI, 2012. Menuju Tua Sehat, Mandiri

Dan Produktif. Jakarta Dinkes Pidie, 2012, Data Lansia Kabupaten

Pidie. Fatma, 2008, Keperawatan Komunitas Upaya

Memandirikan Masyarakat Untuk Hidup Sehat, Trans Info Media, Jakarta

Henniwati, 2008, Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia, Tesis, USU, Medan.

Komnas Lansia, 2010, Pedoman Pelaksanaan

Posyandu Lanjut Usia, Komnas Lansia, Jakarta.

Nasrul, 2010, Pelayanan Kesehatan Masyarakat, http://referensiparamedis. blogspot.com/2013/02/pelayanan-kesehatan-masyarakat.html, dikutip tanggal 4 Februari 2013.

Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat,

Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.

Pujiono, 2009. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Pemanfaatan

Page 11: Laporan Pendahuluan Sdki 2012

Posyandu Lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan (tidak diterbitkan)

Wijayanti dkk, 2009, Hubungan Antara

Dukungan Keluarga Melalui Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial dan

Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon Kehilangan Pada Lansia, Jornal Of Nursing, Vol. 2 No.1, FKM-UI, Jakarta.

Page 12: Laporan Pendahuluan Sdki 2012