Upload
ardi-artana
View
23
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia.Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan terletak di bawah dasar tengkorak serta berhubungann dengan banyak daerah penting di dalam tengkorak dan ke lateral maupun ke posterior leher. Tumor ganas adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal dimana sel abnormal timbul dari sel normal, berkembang dengan cepat dan menginfiltrasi jaringan, limfe dan pembuluh darah.
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR CA. NASOFARING
1. Pengertian
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma
nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak
ditemukan di Indonesia.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia. Nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-
langit dan terletak di bawah dasar tengkorak serta berhubungann dengan banyak
daerah penting di dalam tengkorak dan ke lateral maupun ke posterior leher. Tumor
ganas adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal dimana sel abnormal timbul
dari sel normal, berkembang dengan cepat dan menginfiltrasi jaringan, limfe dan
pembuluh darah.
2. Etiologi
- Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya kanker nasofaring
- Virus Epstein-Barr, karena pada semua penderita nasofaring di dapat titer anti
virus Epstein-Barr yang cukup tinggi
- Letak geografis
- Rasial
- Jenis kelamin : laki-laki lebih sering dari wanita (70% laki-laki : 30% wanita)
- Genetik
- Kebiasaan hidup
- Pekerjaan
- Lingkungan : iritasi bahan kimia, asap kayu bakar, kebiasaan masak dengan
bumbu masak tertentu, kebiasaan makan makanan terlalu panas
- Kebudayaan
- Sosial ekonomi1
- Infeksi kuman atau parasit
3. Patofisiologi
Jaringan yang normal terdiri dari sel-sel yang dewasa yang beraneka ragam
besar dan bentuknya. Tiap sel mempunyai nukleus yang besarnya sama. Di dalam
tiap nukleus terdapat kromosom yang mempunyai jumlah tertentu untuk tiap tempat
dan pada tiap kromosom terdapat deoxyribonuclei acid (DNA). Bila ovum dan
sperma menyatu, DNA dan RNA di dalam kromosom dari masing-masing akan
menentukan perjalanan selanjutnya dari trilyunan sel yang akhirnya membentuk
organ-organ orang dewasa dalam perkembangan berbagai macam organ tubuh dan
bagian-bagian tubuh sel mengalami diferensiasi dalam ukuran besar. Penampakan
dan susunan sehingga histologi dapat dilihat pada bahan jaringan melalui mikroskop
dan dapat diketahui dari bagian tubuh yang mana jaringan berasal.
Perubahan pertumbuhan sel yang abnormal adalah pertumbuhan malignan.
Pertumbuhan sel yang lain adalah benigna. Neoplasma yang jinak memperlihatkan
bentuk sel dewasa bertumbuh lamban dalam cara yang teratur di dalam kapsul.
Tumor jinak tetap berada pada suatu tempat, tidak menimbulkan anak sebar atau
metastase. Sel-sel yang maligna diyakini bahwa adanya gangguan proses yang
terletak pada pengaturan fungsi DNA.
4. Tanda dan Gejala
Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu
antara lain :
a. Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala
belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah
mukosa (creeping tumor)
2
b. Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba
Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli, rasa tidak
nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
c. Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran
melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI
sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa
gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII
jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson.
Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral. Prognosis jelek bila
sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
d. Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus
sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit
mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau
LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti
pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat
pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun – tahun akan menjadi
karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)
5. Klasifikasi Ca. Nasofaring
a. Stadium I
T1 N0 M0
b. Stadium II
T2 N0 M0
c. Stadium III3
T1/T2/T3 N1 M0
d. Stadium IV
T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3 M0
T1/T2/T3/T4 N0/N1/N2/N3 M1
Keterangan :
T : Tumor primer
T0 : Tidak tampak tumor
T1 : Tumor terbatas pada satu lokalisasi saja
T2 : Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas di
dalam rongga nasofaring
T3 : Tumor telah keluar dari nasofaring
T4 : Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak
atau mengenai saraf-saraf otak
Bentuk karsinoma yaitu :
a. Karsinoma sel skuamosa
b. Karsinoma tidak beralinisasi
c. Karsinoma tidak berdiferensiasi
6. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan CT Scan daerah kepala dan leher
- Pemeriksaan serologi Ig A anti EA dan IgA anti VCA untuk virus Epstein Barr
- Biopsi nasofaring dari hidung atau dari mulut
7. Therapi Ca. Nasofaring yaitu :
- Radiotherapi
- Diseksi leher
- Pembesaran terasiklin
- Faktor transfer
- Interfiran
- Kemotherapi4
- Serotherapi
- Vaksin
- Antivirus
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan darah,
epistaksis/perdarahan hidung.
Integritas ego
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis,
perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
perubahan bising usus, distensi abdomen.
Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk (rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan,
kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di
daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
Pernapasan5
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan
Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama /
berlebihan, demam, ruam kulit.
Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.
Interaksi sosial
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
2. Data penunjang
- Pemeriksaan CT Scan daerah kepala dan leher
- Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA Anti VCA untuk infeksi virus
Epstein Barr
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Ca. Nasofaring
b. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake makanan yang kurang
c. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada
kepala.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
6
4. Intervensi Keperawatan
NoDiagnosa
Keperawatan
Rencana Tujuan Rencana TindakanRasional
1. Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
berhubungan
dengan Ca.
Nasofaring
Setelah diberi
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 rasa
nyaman terpenuhi
dengan kriteria :
- Nyeri berkurang
- Pasien tidak
meringis lagi
- Pasien menyatakan
tidak sakit jika
menelan
- Pusing berkurang
- Observasi keadaan
umum pasien
- Observasi vital sign
- Anjurkan tehnik
distraksi (mengajak
ngobrol)
- Ciptakan suasana
tenang dan membatasi
pengunjung
- Delegatif dalam
pemberian analgetik
- Dengan mengobservasi keadaan
umum pasien kita dapat mengetahui
perkembangan keadaan pasien
- Dengan mengobservasi vital sign
kita dapat mengidentifikasi skala
nyeri dari nadi pasien sehingga lebih
mudah untuk menanganinya
- Dengan tehnik distraksi diharapkan
perhatian pasien tidak terfokus pada
penyakitnya sehingga pasien dapat
melupakan rasa nyerinya
- Dengan menciptakan suasana tenang
dan membatasi pengunjung
diharapkan pasien dapat lebih
nyaman.
- Dengan pemberian analgetik
diharapkan rasa nyeri pasien
7
berkurang
2. Gangguan
pemenuhan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan intake
makanan yang
kurang
Setelah diberi
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
pasien dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisinya dengan
kriteria :
- Nafsu makan baik
- Pasien tidak mual
- Makan habis 1 porsi
- Bibir tidak kering
- Hindarkan makanan
yang merangsang
mual
- Beri makanan lunak
sedikit tapi sering dan
hidangkan dalam
keadaan hangat
- Beri penyuluhan
tentang pentingnya
memenuhi kebutuhan
nutrisi
- Anjurkan pasien
untuk makan dengan
banyak kuah dan
banyak minum
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
- Dengan menghindarkan pasien dari
makanan yang merangsang mual
maka diharapkan dapat
meningkatkan nafsu makan pasien
- Dengan memberi makanan lunak
sedikit-sedikit tapi sering dan dalam
keadaan hangat diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi secara bertahap
- Dengan memberi penyuluhan
tentang pentingnya memenuhi
kebutuhan nutrisi diharapkan pasien
mengerti dan mau berusaha untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya
- Diharapkan pasien dapat mengatasi
rasa kering pada mulut karena
kerusakan kelenjar liur
- Dengan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian Vit B Complex
8
pemberian Vit B
Complex
diharapkan nafsu makan pasien
bertambah
3. Gangguan
pemenuhan
istirahat tidur
berhubungan
dengan rasa nyeri
pada kepala.
Tujuan: Gangguan
pola tidur pasien akan
teratasi.
Kriteria hasil:
- Pasien mudah tidur
dalam waktu 30 – 40
menit.
- Pasien tenang dan
wajah segar.
- Pasien
mengungkapkan
dapat beristirahat
dengan cukup.
- Ciptakan lingkungan
yang nyaman dan
tenang.
- Kaji tentang
kebiasaan tidur pasien
di rumah.
- Kaji adanya faktor
penyebab gangguan
pola tidur yang lain
seperti cemas, efek
obat-obatan dan
suasana ramai.
- Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pengantar tidur dan
teknik relaksasi.
- Kaji tanda-tanda
- Lingkungan yang nyaman dapat
membantu meningkatkan
tidur/istirahat.
- Mengetahui perubahan dari hal-hal
yang merupakan kebiasaan pasien
ketika tidur akan mempengaruhi
pola tidur pasien.
- Mengetahui faktor penyebab
gangguan pola tidur yang lain
dialami dan dirasakan pasien.
- Pengantar tidur akan memudahkan
pasien dalam jatuh dalam tidur,
teknik relaksasi akan mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri.
- Untuk mengetahui terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan tidur pasien
9
kurangnya
pemenuhan
kebutuhan tidur
pasien.
akibat gangguan pola tidur sehingga
dapat diambil tindakan yang tepat
4. Cemas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakitnya.
Tujuan: rasa cemas
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :- Pasien dapat
mengidentifikasikan
sebab kecemasan.
- Emosi stabil., pasien
tenang.
- Istirahat cukup
- Kaji tingkat
kecemasan yang
dialami oleh pasien.
- Beri kesempatan pada
pasien untuk
mengungkapkan rasa
cemasnya.
- Gunakan komunikasi
terapeutik.
- Beri informasi yang
akurat tentang proses
penyakit dan anjurkan
pasien untuk ikut
- Untuk menentukan tingkat
kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa memberikan
intervensi yang cepat dan tepat.
- Dapat meringankan beban pikiran
pasien.
- Agar terbina rasa saling percaya
antar perawat-pasien sehingga
pasien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
- Informasi yang akurat tentang
penyakitnya dan keikutsertaan
pasien dalam melakukan tindakan
dapat mengurangi beban pikiran
10
serta dalam tindakan
keperawatan.
- Berikan keyakinan
pada pasien bahwa
perawat, dokter, dan
tim kesehatan lain
selalu berusaha
memberikan
pertolongan yang
terbaik dan seoptimal
mungkin.
- Berikan kesempatan
pada keluarga untuk
mendampingi pasien
secara bergantian.
- Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
nyaman.
pasien.
- Sikap positif dari timkesehatan akan
membantu menurunkan kecemasan
yang dirasakan pasien.
- Pasien akan merasa lebih tenang bila
ada anggota keluarga yang
menunggu.
- Lingkung yang tenang dan nyaman
dapat membantu mengurangi rasa
cemas pasien.
5. Kurangnya
pengetahuan
Tujuan: Pasien
memperoleh informasi
- Kaji tingkat
pengetahuan
- Untuk memberikan informasi pada
pasien/keluarga, perawat perlu
11
tentang proses
penyakit, diet,
perawatan, dan
pengobatan
berhubungan
dengan kurangnya
informasi.
yang jelas dan benar
tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :- Pasien mengetahui
tentang proses
penyakit, diet,
perawatan dan
pengobatannya dan
dapat menjelaskan
kembali bila
ditanya.
- Pasien dapat
melakukan
perawatan diri
sendiri berdasarkan
pengetahuan yang
diperoleh.
pasien/keluarga
tentang penyakit Ca.
Nasofaring.
- Kaji latar belakang
pendidikan pasien.
- Jelaskan tentang
proses penyakit, diet,
perawatan dan
pengobatan pada
pasien dengan bahasa
dan kata-kata yang
mudah dimengerti.
- Jelasakan prosedur
yang kan dilakukan,
manfaatnya bagi
pasien dan libatkan
mengetahui sejauh mana informasi
atau pengetahuan yang diketahui
pasien/keluarga.
- Agar perawat dapat memberikan
penjelasan dengan menggunakan
kata-kata dan kalimat yang dapat
dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
- Agar informasi dapat diterima
dengan mudah dan tepat sehingga
tidak menimbulkan kesalahpahaman.
- Dengan penjelasdan yang ada dan
ikut secra langsung dalam tindakan
yang dilakukan, pasien akan lebih
kooperatif dan cemasnya berkurang.
12
pasien didalamnya.
- Gunakan gambar-
gambar dalam
memberikan
penjelasan (jika ada /
memungkinkan).
- Gambar-gambar dapat membantu
mengingat penjelasan yang telah
diberikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
Mansjoer Arief., dkk, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Penerbit Media
Aeusculapius FKUI.
Smeltzer, Suzanne C. dan brend G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner dan Suddarth). Jakarta: EGC
Sylvia, A Price, dkk. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6, Volume 1 Dan 2. EGC. Jakarta
14