14
LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM A. Definisi Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38 o C. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >380C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC- NOC, 2013). Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak- anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008) B. Etiologi Kejang Demam 1. Faktor-faktor prenatal 2. Malformasi otak congenital 3. Faktor genetika 4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis) 5. Demam 6. Gangguan metabolisme

Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

A. Definisi Kejang DemamKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >380C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013). Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)

B. Etiologi Kejang Demam1. Faktor-faktor prenatal2. Malformasi otak congenital3. Faktor genetika4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)5. Demam6. Gangguan metabolisme7. Trauma8. Neoplasma, toksin9. Gangguan sirkulasi10. Penyakit degeneratif susunan saraf.11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

C. Patofisiologi Kejang Demam

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit

Page 2: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselularb. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi

atau aliran listrik dari sekitarnyac. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

Page 3: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Penurunan kesadaran

Resiko tinggi cedra

KEJANG

Pola nafas tidak efektif

Kekakuan otot pernafas

Spasme Bronkus

Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh

Spasme otot ekstermitas

Toksik ,trauma Penyakit infeksi ekstracranial dll

Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan prostaglandin

HIPERTERMI

Merangsang perpindah ion K+ dan ion N+ secara cepat dari luar sel menuju ke dalam sel

Merangsang peningkatan potensi aksi pada neuron

Meningkatkan fase depolarisasi neuron dengan cepat

D. Nursing Pathway

Page 4: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

E. Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :

a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menitb. Kejang umum tonik dan atau klonikc. Umumnya berhenti sendirid. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut :

a. Kejang lama > 15 menitb. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului

kejang parsialc. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang Demam1. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan –

6 tahun4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit5) Kejang tidak bersifat tonik klonik6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau

abnormalitas perkembangan8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha,

2014)2. Kejang demam kompleks

Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat

Page 5: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002)

G. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

3. Daraha.  Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N

< 200 mq/dl)b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan

merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.c.  Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejangKalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4. Cairan Cerebo Spinal   : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.

5.  Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

6. Tansiluminasi    : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

Page 6: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

H. Penaktalaksanaan Medis1. Pengobatan

a. Pengobatan fase akutObat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.

b. Turunkan panasAnti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.Kompres air PAM / Os

c. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. 

d. Pengobatan profilaksis Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.

e. Penanganan sportif1) Bebaskan jalan napas2) Beri zat asam3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit4) Pertahankan tekanan darah

2. Pencegahana.  Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.

Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.

b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata

Page 7: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Dapat digunakan :

–  Fero barbital–  Fenitorri–  Klonazepam

:::

5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis(indikasi khusus)

Page 8: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAMA. Pengkajian Keperawatan

1.  Anamnesaa. Aktivitas atau Istirahat Keletihan, kelemahan umum Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lainb. Sirkulasi

Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosisPosiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan

c. Intergritas EgoStressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penangananPeka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan dalam berhubungan

d. Eliminasi1) Inkontinensia epirodik2) Makanan atau cairan3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang

berhubungan dengan aktivitas kejange. Neurosensori

1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal

2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis

f. Kenyamanan1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)2) Nyeri abnormal proksimal  selama fase iktal

g. Pernafasan1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat

peningkatan sekresi mulus2) Fase posektal : Apnea

h. Keamanan1) Riwayat terjatuh2) Adanya alergi

i. Interaksi SosialMasalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya

2. Pemeriksaan Fisika. Aktivitas

1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot

Page 9: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

b. Integritas Ego1) Pelebaran rentang respon emosional

c. EleminasiIktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinterPosiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia

d. Makanan atau cairan1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)2) Hyperplasia ginginal

e. Neurosensori (karakteristik kejang)1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau

respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.

2) Kejang umum Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag

peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,

lemah kalau mental dan anesia4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau

makanan5) Kejang parsial Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,

berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif

f. KenyamananSikap atau tingkah laku yang berhati-hatiPerubahan pada tonus ototTingkah laku distraksi atau gelisah 

g. Keamanan Trauma pada jaringan lunak Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

B. Diagnosa Keperawatan1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot

pernafasan3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas

Page 10: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

C. Rencana Keperawatan

No

Dx Tujuan dan kriteria hasil

Rencana

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi hipertermi atau peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil:a. Suhu tubuh dalam

rentan normal (36,5-37oC)

b. Nadi dalam rentan normal 80-120x/menit

c. RR dalam rentan normal 18-24x/menit

d. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin

2. Monitor warna kulit3. Monitor tekanan darah, nadi

dan RR4. Monitor penurunan tingkat

kesadaran5. Tingkatkan sirkulasi udara

dengan membatasi pengunjung6. Berikan cairan dan elektrolit

sesuai kebutuhan7. Menganjurkan menggunakan

pakaian yang tipis dan menyerap keringat

8. Berikan edukasi pada keluarga tentang kompres hangat dilanjutkan dengan kompres dingin saat anak demam

9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot pernafasan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil:a. RR dalam batas

normal 18-24x/menit

b. Menunjukkan jalan nafas yang paten

c. Tidak ada sianosisd. Tanda-tanda vital

dalam rentan normal

1. Monitor frekuensi nafas2. Auskultasi suara nafas3. Atur posisi pasien untuk

mengoptimalkan ventilasi4. Monitor warna kulit5. Monitor tekanan darah dan

nadi6. Berikan Edukasi keluarga

tentang hal yang dapat memicu serangan kejang

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan bronkodilator atau pemberian oksigen.

3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah tidak menjadi aktual

1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

2. Identifikasi kebutuhan dan keamanan pasien

3. Menghindarkan

Page 11: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

spasme otot ekstermitas

dengan kriteria hasil:a. Tidak terjadi

kejangb. Tidak terjadi

cedra

lingkungan yang berbahaya

4. Memasang side rail tempat tidur

5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

6. Membatasi pengunjung7. Memberikan penerangan

yang cukup8. Menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien9. Mengontrol lingkungan

dari kebisingan10. Edukasi tentang penyakit

kepada keluarga.