24
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR MEDIS A. Pengertian Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 38 0 C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium ( Mansjoer, 1999 ). Kejang demam atau convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih diatas 38 0 C ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium ( Ngastiyah, 1997: 229 ). Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu ( Hardiono, 2004: 11 ). Kejang ( konfulsi ) merupakan akibat dari pembebasan lostrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktifitas motorik dan atau atas gangguan fenomena sensori ( Doegoes, 2000: 476 ). Menurut pengertian di atas maka dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu lebih dari 38 0 C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium atau akibat dari pembesaran listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral. B. ANATOMI DAN FISIOLOGI Penerapan dan proses keperawatan pada pasien dengan masalah neurologi memerlukan pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem persarafan. Sistem saraf bekerja sebagai konduktor sistem listrik, saraf mengatur dan mengendalikan seluruh aktifitas tubuh. Aktifitas dapat dikelompokkan dalam 4 fungsi berikut: menerima informasi (stimulus) dari lingkungan internal dan eksternal melalui jalur sensori (af- ferent), menghubungkan informasi yang diterima pada berbagai tingkat refleks (medulla spinalis) dan mengingatkan (otak yang lebih tinggi) untuk menentukan respon yang sesuai dengan situasi, menghubungkan informasi antara sistem saraf perifer

Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kmb

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR MEDISA. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 380 C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium ( Mansjoer, 1999 ).

Kejang demam atau convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh ( suhu rectal lebih diatas 380 C ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium ( Ngastiyah, 1997: 229 ).

Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu ( Hardiono, 2004: 11 ).

Kejang ( konfulsi ) merupakan akibat dari pembebasan lostrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba terjadi gangguan kesadaran ringan aktifitas motorik dan atau atas gangguan fenomena sensori ( Doegoes, 2000: 476 ).

Menurut pengertian di atas maka dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu lebih dari 380C yang disebabkan oleh proses ekstrakranium atau akibat dari pembesaran listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGIPenerapan dan proses keperawatan pada pasien dengan masalah

neurologi memerlukan pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem persarafan. Sistem saraf bekerja sebagai konduktor sistem listrik, saraf mengatur dan mengendalikan seluruh aktifitas tubuh. Aktifitas dapat dikelompokkan dalam 4 fungsi berikut: menerima informasi (stimulus) dari lingkungan internal dan eksternal melalui jalur sensori (af-ferent), menghubungkan informasi yang diterima pada berbagai tingkat refleks (medulla spinalis) dan mengingatkan (otak yang lebih tinggi) untuk menentukan respon yang sesuai dengan situasi, menghubungkan informasi antara sistem saraf perifer dan pusat, menyalurkan informasi dengan cepat melalui berbagai jalur motorik (efferent) ke organ tubuh. Dalam pembahasan kejang demam ini akan diuraikan sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.1. Saraf Pusat

a. OtakOtak dibagi menjadi tiga bagian: Serebrum, Batang otak dan serebelum. Semua berada dalam satu bagian struktur tulang yang di sebut tengkorak, yang juga melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak: tulang frontal, parietal, temporal dan oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa anterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer: bagian tengah fosa berisi lobus parietal, temporal dan okspital dan bagian fossa posterior berisi batang dan medula.1) Serebrum.

Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus Subtansia grisen terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan Subtansia alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnyakomposisi subtansia gisea yang terbentuk dari badan- badan sel saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basl ganglia.

Page 2: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Subtansia alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak dengan yang lain.a) Frontal Lobus terbesar, terletak pada fossa anterior. Area ini

mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.

b) Parietal lobus sensori. Area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhya. Kerusakan pada daerah ini menyebabkan sindrom hemineglect.

c) Temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini.

d) Okspital terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian ini bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.

Gambar otak terlihat dari luar yang memperlihatkan bagian penting dan lobus

(Brunner, 2002)

2) Batang OtakBatang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongata. Otak tengah (midbrain atau mesensefalon) menghubungkan pons dan serebelum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan. Pons terletak di depan serebelum antara otak tengah dan medula dan merupakan jembatan antara dua bagian serebelum dan juga antara medula dan serebrum. Pons berisi jaras sensorik dan motorik. Medula oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari otak ke medulla spinalis dan serabut-serabut sensorik dari medulla spinalis ke otak. Dan serabut-serabut tersebut menyilang pada daerah ini. Pons juga berisi pusat-pusat terpenting dalam mengontrol jantung, pernafasan dan tekanan darah dan sebagai asal-usul saraf otak kelima sampai kedelapan.

Page 3: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

3) SerebelumSerebelum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer serebral, lipatan durameter, tentorium serebelum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakkan halus. Ditambah mengontrol gerakkan yang benar, keseimbangan, posisi dan mengitegrasikan input sensorik.

Gambar 2.2

Diagram yang memperlihatkan talamus, hipotalamus dan hipofisis(Brunner, 2002)

Fosa bagian tengah atau diensefalon berisi talmus, hipotalamus dan kelenjar hipofisis.a) Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel

dan aktifitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.

b) Hipotalamus terletak pada anterior dan inferiro talamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur sistem saraf autonom. Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasolidasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sabagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional (misal ras malu, marah, depresi, panik dan takut).

c) Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah hormon-hormon dan fungsinya diatur oleh

Page 4: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

kelenjar ini. Dengan hormon-hormonnya hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas, organ-organ lain. Hipofisis merupakan bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada orang dewasa, biasanya terdeteksi dengan tanda dan gejala fisik yang dapat menyebar ke hipofisis.

d) Medulla spinalisMedulla spinalis merupakan sambungan medulla oblongata yang turun ke bawah. Di mulai dari foramen magnum dan berakhir pada L 2. Cairan cerebro spinalis (Cerebro Spinalis Fluid/CSF) didapati dalam ventrikel otak, di dalam kanalis sentralis medula spinalis, dan di dalam ruangan-ruangan subarachnoid. Liquor bekerja sebagai bantalan pada sistem saraf dan menunjang bobot otak. CSf dibuat pada ventrikel-ventrikel di pleksus khoroideus. Di dalam 24 jam plexux choridu mensekresi 500 sampai 570 ml CSf. Namun hanya 125 ml sampai 150 ml saja yang bersirkulasi pada setiap saat. Setelah bersirkulasi diseputar otak dan medula spinalis, cairan kembali ke otak dan diabsorbsi villi. Kemudian CSF terus masuk ke dalam sistem venous dan mengalir ke vena jugularis ke vena cafasuperior masuk ke dalam sirkulasi dalam sistemik.Dalam keadan normal terdapat sampai 8 limfosit / ml dari cairan CSF. Peningkatan jumlah sel-sel menunjukkan adanya infeksi, seperti tuberculosis atau infeksi virus. Infeksi oleh bakteri seperti meningitis tuberculosa menyebabkan berkurangnya kadar gula dan kadar khlorida, protein cairan CSF meningkat pada penyakit degeneratif dan pada tumor otak. Terdapatnya darah dalam CSF menunjukkan terjadinya hemoragi pada salah satu ventrikel. Lihat karakteristik normal dari CSF berikut dibawah ini, yaitu: BD:1.007, pH: 7.35 sampai 7.45, chloride: 120 sampai 130 mEq/L, glucose: 50 sampai 80/100ml, tekanan: 50 sampai 200 mm air, volume total: 80 sampai 200 ml (15 ml dalam ventrikel), total protein: 15 samopai 45 mg/100 ml ( lumbal ), 10 sampai 15 mg/100 ml (cisterna), 5 samapi 15 mg/100 ml (ventrikel), gamma globulin:6% sampai 13 % dari total protein. Jumlah sel darah: eritrosit:negatif, lekosit: 0 – 5, 0 -10 sel-sel (semua limfosit dan monosit).

4) Sistem saraf periferSistem saraf perifer merupakan seperangkat saluran biasa yang terletak di luar sistem saraf pusat. Saraf perifer merupakan saraf tunggal, yaitu saraf motorik, sensorik atau “campuran” (serabut sensorik dan motorik). Saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf kranial, yang membawa impuls dari neuron ke otak yang terdiri dari:a) Nervus Olfaktorius: Sifatnya sensorik menyuplai hidung

membawa rangsangan aroma ( bau-bauan ) dari rongga hidung ke otak. Fungsinya saraf pembau yang keluar dari otak di bawah dahi yang disebut lobus olfaktorius, kemudian saraf ini melalui lubang yang ada di dalam tulang tapis akan menuju rongga hidung selanjutnya menuju sel-sel panca indera.

b) Nervus Optikus: Sifatnya sensoris, mensarafi bola mata membawa rangsangan penglihatan ke otak.

c) Nervus Mandibularis: Sifatnya majemuk (sensori dan

Page 5: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

motoris), serabut-serabut motorisnya mensarafi otot-otot pengunyah, serabut- serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu. Serabut rongga mulut dan lidah dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak. Fungsinya sebagai saraf kembar 3 di mana saraf ini merupakan saraf otak terbesar yang mempunyai 2 buah akar saraf besar yang mengandung serabut saraf penggerak. Dan di ujung tulang belakang yang terkecil mengandung serabut saraf penggerak. Di ujung tulang karang bagian perasa membentuk sebuah ganglion yang dinamakan simpul saraf serta meninggalkan rongga tengkorak.

d) Nervus Abdusen: Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata di mana saraf ini keluar di sebelah bawah jembatan pontis menembus selaput otak sela tursika. Sesudah sampai di lekuk mata lalu menuju ke otot lurus sisi mata.

e) Nervus Fasialis: Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut- serabut motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya: sebagai mimik wajah dan meghantarkan rasa pengecap, yang mana saraf ini keluar sebelah belakang dan beriringan dengan saraf pendengar.

f) Nervus Auditorius: Sifatnya sensoris, mensarafi alat pendengar membawa rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf perasa, di mana saraf ini keluar dari sumsum penyambung dan terdapat di bawah saraf lidah tekak.

g) Saraf Assesorius: Sifatnya motoris, ia mensarafi muskulus sternokloide mastoid dan muskulus trapezius. Fungsinya, sebagai saraf tambahan, terbagi atas 2 bagaian, bagian yang berasal dari otak dan bagian yang berasal dari sumsum tulang belakang.

h) Nervus Hipoglosus: Sifatnya motoris, ia mensarafi otot-otot lidah. Fungsinya: sebagai saraf lidah di mana ini terdapat di dalam sumsum penyambung. Akhirnya bersatu dan melewati lubang yang terdapat di sisi foramen oksipital. Saraf ini juga memberikan ranting-ranting pada otot yang melekat pada tulang lidah dan otot lidah.

i) Nervus Vagus: Sifatnya sensorik dan motorik mensarafi faring, tosil dan lidah, rangsangan cita rasa.

j) Nervus Vagus: Sifatnya sensorik dan motorik mensarafi faring, laring, paru-paru dan esofagus.

k) Nervus Okulomotoris: Sifatnya motorik mensarafi penggerak bola mata dan mengangkat kelopak mata.

l) Nervus Troklearis: Sifatnya motorik mensarafi mata, memutar mata dan penggerak mata.

C. Etiologi.Sebesar 10% – 20% tidak dapat ditemukan etiologinya dan sebaliknya tidak jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada neonotus.1. Gangguan vaskuler.

Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi intraserbal atau antraventrikel, sedangkan Perdarahan

Page 6: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di subaraknoidal atau subdural, terjadiTrombosis, adanya penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K, Sindrom hiperviskositas disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan dapat diketahui dari peninggian kadar hematokrit. Gejala klinisnya antara lain pletora, sianosis, letargi dan kejang.

2. Gangguan metabolismeGangguan metabolisme meliputi Hipokalsemia, hipomagnesia, hipoglikemia, defisiensi dan ketergantungan akan piridoksin, aminoasiduria, hiponatremia, hipernatremia, hiperbilirubinemia.

3. InfeksiKejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi : Meningitis sapsis, ensefalitis, toksoplasma kongenital, penyakit-penyakit cytomegalic inclusion,

4. Kelainan kongenital5. Kelainan kongenital meliputi : Porensetali, hidransefali, agnesis

(sebagian dari otak)6. Lain-lain: disebabkan oleh Narcotic withdrawal, neoplasma.(dr.

Rusepto, 2005:1141)

D. Patofisiologi.Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadan normal membran sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium ( K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+ ) dan eletrolit lainnya, kecuali ion klorida (CL-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrsi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh: perubahan konsentrasi ion diruang ekstravaskuler, rangsangan tang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Dalam keadaan demam kenaikkan suhu 1

0C akan

mengakibatkan kenaikkan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “neurotransmitter” dan terjadi kejang.

Page 7: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikkan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380C sebab anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjai hipoksemia, hiperkapnia, asidosis lakta disebabkan oleh metabolisme anaerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya keruskan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting dalam gangguan peredaran darah yang mngakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakkan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ngastiyah, 1997).

E. Manifestasi KlinisTanda dan gejala terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikkan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat misalnya tosilitis, otitis ade akut, bronkitis, furunkolosis dan lain-lain (Ngastiyah, 1997:231).Kejang demam dikelompokkan menjadi dua: kejang demam sederhana (simple febrile seizur ), kejang demam komplek (complec febrile seizure).1. Kejang demam sederhana.

Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun, kejang demam yang berlangsung singkat, kejang berlangsung kurang dari 15 menit, sifat bangkitan dapat berbentuk tonik, klnik, tonik dan klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam

2. Kejang demam kompleks.Kejang demam dengan ciri: kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahulai kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dari 24 jam. Kejang berulang adalah kejang 2 kali / lebih daalm 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.

F. Penatalaksanaan.1. Keperawatan

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah resiko terjadi kerusakkan sel otak akibat kejang, suhu yang

Page 8: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

meningkat di atas suhu normal, resiko terjadi bahaya/komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.a. Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang

Setiap kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan mengakibatkan peredaran O2

terganggu. Kekurrangan O2 (anoksia) pada otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila kerusakannya berat. Jika kejang hanya sebentar tidak banyak menimbulkan kerusakan, tetapi jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit biasanya berakhir dengan apnea yang akan menimbulkan kerusakan otak yang makin berat (pada keadaan demam, kenaikkan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikkan metabolisme basal 10-15%., kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Pada kejang demam yang berlangsung lama kebutuhan O2 lebih banyak karena selain diperlukan untuk metabolisme basal diperlukan juga untuk kontraksi otot-otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan metabolisme anaerobik, disertai hipotensi arterial dan kelainan denyut jantung yang menyebabkan metabolisme otak meningkat dan mengakibtakan kerusakan nueron otak selama berlangsungnya kejang. Oleh karena itu, kejang harus segera dihentikan dan apnea dihindarkan.

b. Suhu yang meningkat di atas normalMasing-masing pasien mempunyai ambang kejang yang berbeda, tidak selalu dalam keadaan hipirpireksia tetapi yang jelas bahwa pada kejang demam selalu didahului kenaikkan suhu sebelum bangkitan kejang terjadi. Pada anak dengan ambang kejang rendah, bila suhu naik menjadi 380C atau lebih sedikit saja sudah timbul kejang. Oleh karena itu, jika sudah diketahui suhu anak di atas normal anak akan menderita kejang maka setelah diketahui suhu mulai naik di atas normal anak akan menderita piretrik (pemberian antipiretik dan petunjuk bahwa anak menderita kejang demam didapat setelah berobat ke dokter dan biasanya kejang sudah lebih dari 1 kali).

c. Risiko terjadi bahaya/komplikasiSeperti pasien lain yang kejang, akibatnya dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekkan dengan gigi; akibat terkena benda tajam atau keras yang ada disekitar anak, serta dapat juga terjatuh. Oleh karena itu, setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya.Selain bahaya akibat kejang, risiko komplikasi dapat terjadi akibat pemberian obat antikonvulsan ( dapat terjadi di rumah sakit ), misalnya karena kejang tidak segera berheti padahal telah mendapat fenobarbital kemudian diberikan diazepam maka dapat berakibat apnea. Begitu pula jika memberikan diazepam secara intravena terlalu cepat juga dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan. Oleh karena itu, bila memberikan diazepam IV harus pelan sekali 1 ml selam 1 menit. Jika keadaan memungkinkan dapat digunakan mikrodip untuk pemberian diazepam pada bayi.

d. Gangguan rasa aman dan nyaman.Gangguan ini juga dapat terjadi seperti pasien lain sebagai akibat penyakitnya sendiri dan tindakan-tindakan pertolongan selama

Page 9: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

kejang atau tindakan pengobatan jika di rumah sakit misalnya pungsi lumbal, pemasangan infus, pengisapan lendir,dan sebagainya. Walupun pasien ketika kejang tidak sadar perlakuan lemah-lembut dan kasih sayang perlu dilaksanakan ( misalnya pada waktu mengisap lendir harus dengan hati-hati sehingga tidak melukai selaput lendir tenggorokan ).

e. Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakitPasien kejang tidak di rawat di rumah sakit; kecuali apabila ia menderita komplikasi atau dalam keadaan status konvulsivus. Jika pasien telah didiagnosis kejang demam, orangtuanya perlu dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama yang berhubungan dengan kenaikkan suhu tubuh, kenaikkan suhu tubuh tersebut disebabkan oleh infeksi. Orangtua perlu diajari bagaimana cara menolong pada saat anak kejang (tidak boleh panik) dan yang penting adalah mencegah jangan sampai timbul kejang. Yang perlu dijelaskan adalah : harus selalu tersedia obat penurun panas yang didapatkan atas resep dokter yang telah mengandung antikonvulsan, agar anak segera diberikan obat antipiretik bila orangtua mengetahui anak mulai demam (jangan menunggu suhu meningkat lagi) dan pemberian obat diteruskan sampai suhu sudah turun selama 24 jam berikutnya, jika terjadi kejang, anak harus dibaringkan di tempat yang rata, kepalanya dimiringkan, apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama walapun telah diberikan obat, segera bawa pasien tersebut ke rumah sakit karena hanya rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan pada pasien yang menderita status kovulsivus, apabila orangtua telah diberi obat persediaan diazepam rektal berikan petunjuk cara meberikannya, yaitu ujung rektiol yang akan dimasukkan ke dalam anus dioles pakai minyak sayur atau vaselin kemudian dimasukkan ke dalam anus sambil dipencet sampai habis (tetapi dengan pelan-pelan memencetnya) setelah kosong dan masih dipencet rektiol dicabut kemudian anus dirapatkan (jika tidak sambil masih dipencet retktiol dicabut sebagian isinya akan ikut terisap kembali), beritahukan orangtua jika anak akan mendapatkan immunisasi agar memberitahukan kepada dokter/petugas imunisasi bahwa anaknya penderita kejang demam (agar tidak diberikan pertusis).

2. Non Keperawatan.Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu: memberantas kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat, dan mencari dan mengobati penyebab.a. Memberantas kejang secepat mungkin.

Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus, obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Keampuhan diazepam yang diberikan secara intravena ini tidak perlu dipersoalkan lagi karena keberhasilan untuk menekan kejang sekitar 80 – 90%. Efek terapeutiknya sangat cepat, yaitu kira-kira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksik yang serius hampir tidak dijumpai apabila diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg per suntikan. Dosis sesuai dengan berat badan; kurang dari 10 kg 0,5 – 0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg, dan di atas 20 kg 0,5 mg/kgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg/kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar. Setelah

Page 10: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

suntikan pertama secara intravena ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga intravena. Setelah 15 menit suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis sama akan tetapi pemberiannya secara intramuskular; diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4% secara intravena. Akibat samping diazepam adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernafasan, laringospasme dan henti jantung.

b. Pengobatan penunjangSebelum memberantas kejang tidak dilupakan perlunya pengobatan penunjang. Semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakuakn intubasi atau traketomi, pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Bila terdapat tekanan intrakranial yang meninggi jangan diberikan cairan degan kadar natrium yang terlalu tinggi. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazin 2 – 4 mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis; prometazon 4 – 6 mg/kg/BB/hari dibagi 3 dosis secara suntikan.

G. Komplikasi1. Kerusakkan neurotransmiter.

Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel ataupun ke membran sel yang menyebabkan kerusakkan pada neuron.

2. Epilepsi.Kerusakkan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.

3. Kelainan anatomis di otak.Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan sampai 5 tahun.

4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejang yang disertai demam.

5. Kemungkinan mengalami kematian.(PP.IDAI, 2005: 6)

H. Pemeriksaan Penunjanga. Uji laboratorium

1) Fungsi lumbal untuk menganalisis cairan serebrosppinal, terutama dipakai untuk menyingkir kemungkinan infeksi.

2) Hitung darah lenglkap untuk menyingkirkan infeksi sebagai penyebab dan pada kasus yang diduga disebabkan trauma, dapat mengevaluasi hematokrit dan jumlah trombosit.

3) Panel elektrolit serum elektrolit, Ca total dan magnesium serum sering diperiksa pada sat pertama kali terjadi kejang.

4) Skrining toksik dari serum dan urin digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan keracunan.

Page 11: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

5) Pemantauan kadar obat antiepileptik digunakan pada fase awal penatalaksanaan.

b. Elektroensefalografi.Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang atau memperlihatkan gambaran interektal EEG. Pemeriksaan Eeg segera setelah kejang dalam 24 – 48 jam atau sleep deprivation dapat memperlihatkan berbagai macam tekanan

c. Neuroimaging.1) Pemeriksaan fotorontgen kepala dapat memperlihatkan adanya

fraktur tulang kepala, tetapi mempunyai nilai diagnostik yang minimal. Kenaikkan jaringan otak pada trauma kepala dapat dilihat dengan menggunakan gambaran Computed Tomagraphy Scan ( CT Scan ) kepala.

2) Magnetic Resonange Imaging ( MRI )Lebih superior dibanding CT Scan dalam mengevaluasi lesi epileptogenik atau tumor kecil di daerah temporal atau daerah yang tertutup oleh struktur tulang, misal: sereblum atau batang otak ( Erny, Darto, 2007:6 ).

KONSEP DASAR KEPERAWATANA. Pengkajian Keperawatan

Dalam melakukan Asuhan Keperawatan pengkajian merupakan dasar utma dan hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk Rumah Sakit maupun selama klien dalam masa perawatan. Data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu data dasar dan data khusus1. Data Dasar.

a. Pola Nutrisi dan MetabolikGejala: penurunan nafsu makan, mual muntah, haus.Tanda: BB turun, mata cekung, turgor lambat, bibir kering. b.

b. Pola EliminasiGejala: sering defekasi.Tanda: penurunan berkemih, iritasi rektal

c. Pola Istirahat dan TidurGejala: kelemahan, kesulitan tidur.Tanda: nadi cepat

d. Aktifitas dan istirahatGejala: keletihan,kelemahan umum,keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.Tanda: perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter atau kontraksi otot ataupun sekelompok otot.

e. SirkulasiGejala : Iktal, hipertensi, peningkatan nadi, sianosisTanda : tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.

f. Nyeri atau kenyamananGejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominalTanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah laku distraksi atau gelisah.

g. PernafasanGejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat peningkatan sekresi mucus.

Page 12: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

h. KeamananGejala : riwayat terjatuh atau trauma, frakturTanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

i. Pemeriksaan Fisik1) Keadaan umum pasien: lemah.2) Kesadaran: komposmetis, apatis, samnolen, soporo, koma,

reflek, sensibilitas, nilai gasglow coma scale ( GCS ).3) Tanda–tanda vital: tekanan darah ( hipotensi ), suhu (

meningkat ), nadi ( takikardi ).4) Keadaan: mata cekung, mulut ( mukusa kering ).5) Abdomen: bentuk cembung, kembung.

2. Data KhususData khusus digolongkan menjadi 2 yaitu: data subjektif dan data objektif:a. Data Subjektif: lemah, panas atau demam, anoreksia (tidak nafsu

makan, mual, muntah ), defekasi.b. Data Objektif: suhu tinggi, mukosa kering, BB turun, urin kurang, mata

cekung.

3. Tumbuh Kembang Anak:a. Perkembangan Motorik Halus dan Kasar

Perkembangan motorik halus adalah keadaan anak yang sadar mampu mengontrol dan mengendalikan diri serta tubuhnya, sehingga memungkinkan untuk melakukan gerakan-gerakan yang lebih halus dengan otot-otot yang kecil. Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi, mencoba memegang dan memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar.Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak menggerakan otot-otot besar untuk melakukan sebuah gerakan “kasar”. Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring telentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha merangkak.

b. Perkembangan Kognitif (Kecerdasan)Dalam periode perkembangan otak ada istilah yang dikenal sebagai fase cepat tumbuh otak, yaitu fase pada saat otak berkembang sangat cepat. Pada fase ini otak harus mendapat prioritas utama dalam hal pemenuhan zat gizi sebagai bahan-bahan pembentuknya. Kurangnya gizi pada fase cepat tumbuh otak anak dibawah usia 18 bulan akan bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Artinya, kecerdasan anak tersebut tidak bisa lagi berkembang secara optimal pada tahun-tahun kedepannya.

c. Perkembangan Sosial dan EmosiSalah satu bagian perkembangan sosial dan emosi yang terjadi pada anak usia 1-2 tahun adalah perubahan mood. Pada usia tersebut, anak mulai belajar untuk merespon segala sesuatu yang diterima atau keadaan yang dihadapi sesuai dengan perasaan hatinya. Misalnya anak akan menggelengkan kepala sebagai tanda tidak mau makan atau akan tersenyum gembira untuk menandakan hatinya senang saat diajak

Page 13: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

bercanda dengan orang-orang disekitarnya.d. Perkembangan Berbahasa dan berbicara

Kemampuan ini akan senantiasa berkembang sehingga memungkinkannya untuk memahami sekaligus menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Umumnya, kemampuan ini akan muncul ketika anak sudah berusia sekitar satu tahun. Pada usia ini, anak mulai belajar berbicara dari kata-kata sederhana yang hanya terdiri dari satu dua suku kata. Umumnya, kata pertama yang dapat diucapkan adalah kata-kata yang sering kali didengar setiap hari dari orang-orang di selitarnya. Misalnya adalah mama, papa dan sebagainya (Ali, 2008).

B. Diagnosa Keperawatan1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi2. Resiko terjadi kerusaskan sel otak berhubungan dengan kejang3. Resiko trauma atau penghentian pernafasan atau penghentian pernafasan

berhubungan dengan kesulitan keseimbangan perubahan kesadaran4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai

proses penyakitnya5. Kecemasan berhubungan dengan dampak haspitalisasi6. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan suhu tubuh7. Resiko kejang berulang b.d riwayat kejang8. Resiko injury b.d kelemahan, perubahan kesadaran dan kehilangan

koordinasi otot9. Resiko kekurangan nutrisi b.d anoreksia

C. Intervensi Keperawatan1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi (

Carpenito,Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria hasil: Suhu tubuh 36 – 37,5oC, badan tidak teraba panas

Intervensi:a. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.

R/mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.

b. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekaliR/pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya

c. Pertahankan suhu tubuh normalR/suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh

d. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres hangat pada kepala / ketiake. R/proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan

perantara.f. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun

R/proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.

g. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan klien banyak minumR/kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat. g.

h. Batasi aktivitas fisik

Page 14: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

R/aktivitas meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas h.i. Kolaborasi dokter untuk menentukan therapi

R/mempercepat proses penyembuhan

2. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan suhu tubuhTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan volume cairan terpenuhiKriteria hasil: Tanda-tanda vital stabil, menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adukuat, turgor kulit baik, membrane mukosa mulut lembabIntervensi:a. Ukur dan catat tanda-tanda vital

R/peningkatan suhu tubuh dapat mempangaruhi volume cairanb. Berikan makanan dan cairan

R/ memenuhi kebutuhan makan dan minumc. Berikan support verbal dalam pemberian cairan

R/ meningkatkan konsumsi cairan kliend. Kolaborasi berikan pengobatan seperti penurun panas

R/menurunkan suhu tubuh

D. Implementasi KeperawatanImplementasi merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah disusun yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dan dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri maupun perawat secara mandiri dan dapat juga bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.

E. Evaluasi KeperawatanEvaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan rencana atau perlu diubah dan membantu asuhan keperawatan yang baru atau masalah yang baru. Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir yang menggambarkan apakah tujuan tercapai atau tidak, sesuai dengan rencana atau hanya akan timbul masalah. Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil dari kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi formatif terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, interview dan observasi dengan klien dan menggunakan sistem SOAP atau model dokumentasi lainnya.

Page 15: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,LJ.2010.Buku Saku Keperawatan Ed.VIII.Jakarta.EGC

Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.

Mansjoer, A. dkk. 2002, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus. Jakarta.

NANDA, 2005.Nursing Diagnosis: Definition And Klasification 2005-2006.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor: Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG

Page 16: Laporan Pendahuluan Kejang Demam

Jtptuminimus-gdl-isnaenibay-6190-2-babii.pdfJtptuminimus-gdl-s1-2007-maryatung0-114-2-bab2.pdf