19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit cerebrovaskuler adalah penyakit yang menyerang sistem persarafan, yang merupakan bagian penting dan kompleks dari sistem tubuh. Sistem persarafan terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Struktur ini bertanggungjawab untuk mengontrol aktivitas sel tubuh. Jika sistem persarafan ini mendapat gangguan maka akan mempengaruhi sistem tubuh yang lain, sebagaimana yang terjadi pada penyakit stroke yang merupakan salah satu penyebab kematian dan penyebab utama kecacatan. Stroke masih merupakan suatu perhatian mayoritas dalam kesehatan masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dankanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Terdapat variasi angkainsidensi dan outcome stroke diberbagai negara. Insidensi stroke di Asia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan juga lebih banyak terjadi pada negara Eropa bagian timur dibandingkan bagian barat. Angka Insidensinya bervariasi dari 660 dari 100.000 pria di Rusia sampai 303 dari 100.000 pria di Swedia (Ali dkk,2009;Carandang dkk, 2006; Goldstein dkk, 2006).

laporan pendahuluan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp

Citation preview

13

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyakit cerebrovaskuler adalah penyakit yang menyerang sistem persarafan, yang merupakan bagian penting dan kompleks dari sistem tubuh. Sistem persarafan terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Struktur ini bertanggungjawab untuk mengontrol aktivitas sel tubuh. Jika sistem persarafan ini mendapat gangguan maka akan mempengaruhi sistem tubuh yang lain, sebagaimana yang terjadi pada penyakit stroke yang merupakan salah satu penyebab kematian dan penyebab utama kecacatan.Stroke masih merupakan suatu perhatian mayoritas dalam kesehatan masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dankanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Terdapat variasi angkainsidensi dan outcome stroke diberbagai negara. Insidensi stroke di Asia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan juga lebih banyak terjadi pada negara Eropa bagian timur dibandingkan bagian barat. Angka Insidensinya bervariasi dari 660 dari 100.000 pria di Rusia sampai 303 dari 100.000 pria di Swedia (Ali dkk,2009;Carandang dkk, 2006; Goldstein dkk, 2006). Stroke telah menjadi penyebab kematian kedua di dunia, setiap tahunnya tidak kurang dari 5 juta orang meninggal akibat Stroke dan lebih dari 50 juta penderita Stroke yang bertahan hidup menjadi cacat. Di Indonesia penyakit Stroke merupakan penyebab kematian nomor satu pada kelompok usia lanjut diikuti oleh penyakit gagal ginjal dan jantung. (Profil Indonesia Sehat 2000)

1Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap karena stroke jumlahnya sekitar 23.000 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau pasien stroke yang tidak dibawa ke dokter atau rumah sakit jumlah pastinya tidak diketahui. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan.(http://data-stroke.blogspot.com/2010/03/data-stroke.html diakses pada 9 Juli 2012)Sementara itu angka kejadian stroke di Kalimantan Tengah khususnya kabupaten Kapuas berdasarkan data rekam medis pada tahun 2011 ada 69 orang yang dirawat di rumah sakit akibat stroke. (rekam medis RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas)Berdasarkan hal diatas maka penulis merasa tertarik untuk membuat sebuah karya tulis dan berusaha menggali permasalahan klien sehingga penulis termotivasi untuk mengembangkan diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional. Melihat dari angka kejadian Stroke yang sangat tinggi dan angka kematian yang cukup tinggi serta kompleks dan besarnya akibat yang ditimbulkan, hal ini melatarbelakangi penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke infark dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dituangkan dalam sebuah karya tulis dengan judul Asuhan Keperawatan keluarga pada Tn. H dengan salah satu anggota keluarga menderita stroke.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah keperawatan, maka rumusan masalah yang diangkat oleh penulis yaitu "Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga pada Tn. H dengan salah satu anggota keluarga menderita stroke ?.

C. Ruang LingkupRuang lingkup studi kasus stroke ini termasuk dalam bidang studi mata kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) konteks keluarga. Lingkup kasus stroke berfokus pada asuhan keperawatan pada satu orang klien stroke dengan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilakukan dalam waktu 3 hari mulai dari tanggal 19 sampai 21 Juli 2012.D. TujuanAdapun tujuan umum dan khusus dari penulisan laporan studi kasus ini adalah :1. Tujuan UmumAdapun tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. H dengan stroke di Desa Pulau Telo Kuala Kapuas.2. Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk :a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada klien dengan Stroke.b. Dapat menegakan diagnosa keperawatan keluarga atau masalah kolaboratif pada klien Stroke.c. Dapat menyusun intervensi keperawatan keluarga pada klien dengan Stroke.d. Dapat melakukan implementasi keperawatan keluarga pada klien dengan Stroke.e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada klien dengan Stroke.

E. Manfaat1. Bagi Institusi Pendidikana. Memperoleh gambaran pelaksanaan studi kasus secara nyata,mengidentifikasikan keterbatasan dalam mengambil langkah perbaikan jika diperlukan untuk kesempurnaan di masa yang akan datang.b. Menambah koleksi rujukan bacaan bagi mahasiswa khususnya asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Stroke.2. Bagi Pengambil Kebijakan PuskesmasMemperoleh gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga secara khusus pada kasus Stroke dan lebih mengetahui kendala dan hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus tersebut sehingga dapat membantu dalam mengambil kebijakan strategis di masa yang akan datang.

3.Bagi Perawat PelaksanaMemperoleh bahan perbandingan antara teori dan praktek serta melaksanakan asuhan keperawatan keluarga yang lebih baik dan komprehensif pada kasus penyakit Stroke.

F. Metode Metode yang digunakan dalam membuat laporan studi kasus keperawatan keluarga pada klien dengan penyakit Stroke adalah metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan suatu keadaan objektif dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan yang selanjutnya disajikan dalam bentuk naratif.1. Kerangka kerja Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur. Penulisan kerangka kerja dalam studi kasus ini sesuai dengan pendekatan proses keperawatan komponen yang menurut Jauron (1975) dan Griffith (1982). Meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan/masalah kolaboratif perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Diagram berikut ini menunjukan hubungan masing-masing tahapan dalam proses keperawatanPengkajian

Diagnosa

Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

Gambar 1. Diagram Proses Keperawatan(Sumber : Nursalam, 2001)2. Subjek/responden Sebagai subjek/responden dalam studi kasus ini adalah Tn. H dengan penyakit Stroke.3.Cara Pengumpulan Data Adapun cara yang digunakan dalam pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini dilakukan dengan cara :a. Wawancara/anamnesa yaitu auto anamnesa (bertanya atau mencari informasi pada klien sebagai responden) atau allo anamnesa (bertanya pada orang terdekat klien atau keluarga klien)b. Observasi : karakteristik rumah.c. Pemeriksaan fisik melalui auskultasi, inspeksi, perkusi, palpasi.

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN SNH (Stroke Non Hemoragik)A. Definisi

Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).

B. Klasifikasi stroke non hemoragik

Menurut Tarwoto, dkk (2007, hlm. 69) Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu:a. TIA (Trans Ischemic Attack)Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.c. Stroke in Volution (progresif)Perkembangan stroke terjadi perlahan lahan sampai akut, munculnya gejala makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.d. Stroke Komplitneurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent, dari sejak awal serangan dan sedikit tidak ada perbaikan.

C. Anatomi dan Fisiologi

Patofisiologi

Stroke adalah penyakit gangguan peredaran darah ke otak, disebabkan oleh karena penyumbatan yang dapat mengakibatkan terputusnya aliran darah ke otak sehingga menghentikan suplay oksigen, glukosa dan nutrisi lainya kedalam sel otak yang mengalami serangan pada gejala gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran, jika kekurangan oksigen berlanjut lebih dari beberapa menit dapat meyebabkan nekrosis mikroskopis neuron neuron, area nekrotik disebut infak.(Arif Muttaqin, 2008, hlm. 131)Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di Pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut stroke iskemik.

Stroke iskemikStroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan timbunan lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam pembuluh darah besar (ateri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh batu. Darah yang kental akan tertahan dan menggumpal (trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika bangun tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlajut akan menyebabkan kelumpuhan.Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau arena konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka kemudian tertutup oleh endapan yang kaya kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah yang menyumbat dan mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi mengantar pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :1. Stroke TrombotikPada stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang bertrombus. Trombosis merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher dan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberal menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbatan fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.2. Stroke EmbolikTertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebral berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya akan menyumbat bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberal adalah arteria serebral media, terutama bagian atas.D. EtiologiPenyebab-penyebabnya antara lain:1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

E. Faktor resiko pada stroke1. Hipertensi2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)3. Kolesterol tinggi4. Obesitas5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)8. Penyalahgunaan obat ( kokain)9. Konsumsi alkohol(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

F. Manifestasi Klinis

Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2133-2134) menjelaskan ada enam tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:1) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.2) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.3) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatand. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.f. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik.G. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan diagnosticPemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 139) yaitu:1) CT Scan (Computer Tomografi Scan)Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.2) Angiografi serebralMembantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur.3) Pungsi LumbalMenunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.4) Magnatik Resonan Imaging (MRI):Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.5) Ultrasonografi Dopler :Mengidentifikasi penyakit arteriovena.6) Sinar X Tengkorak:Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.7) Elektro Encephalografi (EEG)Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.b. Pemeriksaan Laboratorium1) Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal sewaktu hari hari pertama.2) Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg didalam serum.

H. PenatalaksanaanTindakan medis terhadap pasien stroke meliputi:a. Pengobatan KonservatifMenurut Suzzane C. Smelzzer, dkk. (2001, hlm. 2137) pengobatan konservatif meliputi:1) Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.2) Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi dari tempat lain dalam kardiovaskuler.3) Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.b. Pengobatan pembedahanMenurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 142) tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral1) Endosteroktomi karotis (lihat pada gambar 2.7)membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA

I. KomplikasiKomplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cidera (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2137)a. Hipoksia serebralOtak bergantung pada ketersedian oksigen yang dikirimkan ke jaringan.b. Penurunan darah serebralAliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.c. Luasnya area cideraEmbolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibralsi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal.