47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pokok program kesehatan adalah pemberantasan penyakit menular dengan salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah menurunnya angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi kurang dari 20 per 100.000 penduduk di suatu wilayah dan secara nasional 5 per 100.000 penduduk dengan angka kematian (CFR) di Rumah Sakit menjadi di bawah 1% (Depkes RI, 2004). Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan di DKI Jakarta pada Tahun 1968 kemudian menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Sejak Tahun 1998 setiap tahun rata- rata 18.000 orang dirawat di Rumah Sakit. Dari jumlah itu tercatat 700-750 orang penderita meninggal dunia dan Crude Fayality Rate (CFR) 4,16 % (Depkes RI, 2004). Penyakit DBD di provinsi bali pertama kali di laporkan pada tahun 1973 di Kabupaten Badung dan selanjutnya menyebar ke daerah kabupaten lainnya. Demam berdarah dengue di RSUD kabupaten Badung pada tahun 2008 sebanyak 360 orang atau 11,62%. Berdasarkan data Depkes RI, penderita DBD di Bali sampai dengan bulan Maret 2010 sebanyak 9 orang 1

Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Embed Size (px)

DESCRIPTION

monev

Citation preview

Page 1: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu pokok program kesehatan adalah pemberantasan penyakit

menular dengan salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah menurunnya

angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi kurang dari 20 per

100.000 penduduk di suatu wilayah dan secara nasional 5 per 100.000

penduduk dengan angka kematian (CFR) di Rumah Sakit menjadi di bawah

1% (Depkes RI, 2004).

Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan di

DKI Jakarta pada Tahun 1968 kemudian menyebar ke seluruh provinsi

di Indonesia. Sejak Tahun 1998 setiap tahun rata-rata 18.000 orang dirawat di

Rumah Sakit. Dari jumlah itu tercatat 700-750 orang penderita meninggal

dunia dan Crude Fayality Rate (CFR) 4,16 % (Depkes RI, 2004).

Penyakit DBD di provinsi bali pertama kali di laporkan pada tahun

1973 di Kabupaten Badung dan selanjutnya menyebar ke daerah kabupaten

lainnya. Demam berdarah dengue di RSUD kabupaten Badung pada tahun

2008 sebanyak 360 orang atau 11,62%. Berdasarkan data Depkes RI,

penderita DBD di Bali sampai dengan bulan Maret 2010 sebanyak 9 orang

dengan CFR sebesar 0,41%. Dibandingkan dengan kejadian kejadian pada

bulan januari s/d Maret 2009, terdapat penederita DBD sebanyak 1443 orang

dengan jumlah penderita yang meninggal dunia sebanyak 2 orang dengan

CFR sebesar 0,15% (Depkes RI, 2010).

Perjalanan penyakit Demam Berdara Dengue (DBD) cepat dan dapat

mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan

penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di

Indonesia.

Kota Badung merupakan daerah endemis DBD baik tingkat desanya

maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut-turut selalu dilaporkan

adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis criteria kejadian luar biasa (KLB)

1

Page 2: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus

secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya.

Jumlah kasus DBD pada tahun 2012 adalah 1009 kasus, terdiri dari

565 penderita laki-laki dan 444 perempuan. Kematian akibat DBD pada tahun

2012 sebanyak 3 orang (CFR=2,4%). Incidence rate DBD pada tahun 2012

adalah 142,8 per 100.000 penduduk.

Tingginya kasus DBD di Kota Badung disebabkan oleh faktor

lingkungan dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan

penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi,

serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang

nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kota Badung untuk

menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah

melalui Fogging massal maupun focus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

melalui program 3M plus, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta

peningkatan sanitasi lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, saya mengambil Program Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah (DBD) untuk dilakukan

monitoring agar program ini dapat berjalan lebih baik lagi di tahun yang akan

datang.

1.1.1 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui masalah yang belum diketahui pada Program

Penaggulangan Penyakit Menular DBD di Puskesmas Tahun 2012.

1.1.2 Tujuan Monitoring

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit Menular di Puskesmas Mengwi I Tahun 2012.

2. Tujuan Kusus

2

Page 3: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

a. Diketahuinya masalah yang ada dalam pelaksanaan Program

Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I.

b. Diketahuinya prioritas masalah pada Program Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I.

c. Diketahuinya kemungkinan penyebab masalah yang ada dalam pelaksanaan

Program Pemberantasan DBD di Puskesmas Mengwi I.

d. Diketahuinya alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan Program

Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I.

1.1.3 Mamfaat

1. Bagi Puskesmas

a. Mendapat masukan mengenai masalah yang terdapat pada pelaksanaan

Program Pencegahan dan Pemberantasan DBD.

b. Mendapat masukan mengenai alternatif penyelesaian masalah pelaksanaan

program di Puskesmas.

2. Bagi Mahasiswa

a. Dapat menerapkan ilmu dan pengalaman belajar yang dimiliki untuk

melakukan monitoring/evaluasi program di Puskesmas.

b. Dapat mengetahui masalah yang terjadi pada pelaksanaan program di

Puskesmas dan membuat alternatif penyelesaiannya.

c. Dapat menentukan prioritas terhadap masalah yang ditemukan dalam

melakukan monitoring/evaluasi program.

d. Dapat memberikan saran-saran untuk perbaikan program di puskesmas.

3. Bagi Universitas

Merealisasikan Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan fungsi dan

tugasnya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian masyarakat.

1.2 Diskripsi Program

Dewasa ini, pembangunan kesehatan kesehatan di Indonesia

dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat

terjadinya perubahan social ekonomi dan perubahan lingkungan strategis, baik

3

Page 4: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

secara nasional maupun global. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan

dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan

contoh masalah dan tantangan yang perlu menjadi perhatian seluruh

stakeholder bidang kesehatan, khususnya para pengelola program, dalam

menyusun kebijakan dan strategi agar pelaksanaanya menjadi lebih efisien dan

efektif.

Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular telah

mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit menular infeksi menular

masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menonjol terutama

TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angka kesakitan DBD masih

tinggi, yaitu sebesar 65,57 per 100.000 penduduk pada tahun 2010, sedangkan

angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,87 persen.

Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan

sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi

kasus DBD tahun 2011 sampai dengan juni dilaporkan sebanyak 16.612 orang

dengan kematian sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus

tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-

laki sebesar 49,67%. Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan

lebih tinggi di banding laki-laki.

Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementrian Kesehatan

2010-2014 dan KEMENKES 1457 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan

Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di

Indonesia hingga ketingkat Kabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melaui

pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat

berkontribusi menurunkan angka kesakitan, dan kematian akibat penyakit

menular di Indonesia.

Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indicator kinerja/target

pengendalian DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada

tahun 2014 adalah 51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar ≥ 95% dapat

tercapai.

4

Page 5: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

1.2.1 Tujuan Program

Menurut pedoman pemberantasan DBD dari Direktorat Jendral

pemberantasan penyakit menular dan peyehatan lingkungan pemukiman

(Dirjen P2M PLP), program pemberantasan DBD memiliki tujuan:

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap masyarakat agar terhindar dari penyakit DBD melalui terciptanya

masyarakat yang hidup dari perilaku dan lingkungan yang sehat dan

terbatas dari penyakit DBD serta memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata.

2. Tujuan Khusus

a. Menurunkan angka kesakitan DBD 53 per 100.000 penduduk tahun

2012.

b. Tercapainya angka bebas jentik (ABJ) ≥ 95%.

c. Menurunnya angka kesakitan DBD < 1%.

d. Daerah KLB < 5%.

5

Page 6: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

BAB II

TINJAUAN TEORI

 

2.1.Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah satu elemen yang sangat penting

dalam sistem penanggulangan DBD yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini

bertujuan untuk mencatat, menilai dan melaporkan hasil kegiatan

penanggulangan DBD yang telah dicapai. Pencatatan dan pelaporan dibakukan

berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita. Semua unit pelaksana harus

melakukan sistem dan pencatatan yang baku. Pencatatan dan pelaporan

dilakukan berjenjang dalam kurun waktu secara harian, bulanan, triwulan,

semester dan tahunan.

2. 2. Penyelidikan epidemiologi (PE)

Penyelidikan Epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita

panasatau yang 1 minggu yang lalu menderita panas dan pemeriksaan jentik

dirumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam radius 100 m atau lebih

kurang 20 rumah, serta di sekolah jika kasus DBD adalah anak sekolah. Hasil

penyelidikan epidemiologi ada 2 yaitu PE (+) atau PE (-) digunakan

untuk menentukan penanggulangan kasus. Penyelidikan epidemiologi positif yaitu

ditemukan 3 atau lebih kasus demam tanpa sebab yang jelas dan atau ditemukan

1 kasus yang meninggal   karena sakit DBD dalam radius 100 m atau lebih

kurang 20 rumah disekitarnya, sedangkan PE negatif adalah kecuali tersebut

pada PE positif. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah untuk mengetahui

ada/tidaknya kasusDBD tambahan dan luasnya penyebaran serta mengetahui

kemungkinanterjadinya penyebarluasan penyebaran penyakit DBD lebih lanjut

di lokasitersebut.Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh petugas Puskesmas

yang telahdilatih meliputi pencarian kasus tersangka DBD lainnya dan

pemeriksaan jentik Aedes Aegypti. Kegiatan ini segera dilaksanakan setelah

menerima laporankasus dalam waktu maksimal 3x24 jam. Hasilnya kemudian

dicatat pada form PE untuk digunakan sebagai dasar tindak lanjut

penanggulangan kasus.

6

Page 7: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Langkah-langkah pelaksanaan PE adalah sebagai berikut:

a. Setelah menerima laporan adanya kasus/tersangka DBD, petugas

Puskesmas/koordinator DBD segera mencatat dalam buku catatan

harianpenderita penyakit DBD dan menyiapkan peralatan survei

(tensimeter,senter dan formulir PE) serta menyiapkan surat tugas;

b. Petugas Puskesmas melapor kepada lurah dan ketua RT/RW

setempatbahwa di wilayahnya terdapat penderita/tersangka penderita DBD

danakan dilaksanakan PE. Lurah/kader akan memerintahkan ketua RW

agarpelaksanaan PE dapat didampingi oleh ketua RT, kader atau

tenagamasyarakat lainnya. Keluarga penderita/tersangka penderita DBD

sertakeluarga lainnya juga membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan PE;

c. Petugas Puskesmas melakukan wawancara dengan keluarga

untuk mengetahui ada/tidaknya penderita panas saat itu dan dalam kurun

waktu1 minggu sebelumnya. Bila terdapat penderita panas tanpa sebab

yang jelas, saat itu akan dilakukan pemeriksaan terhadap adanya

tandaperdarahan di kulit dan uji tourniquet. Selanjutnya petugas

melakukanpemeriksaan jentik pada tempat penampungan air dan benda-

benda lainyang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes

Aegypti, baik di dalam maupun di luar rumah. Hasil seluruh pemeriksaan

tersebut dicatat dalam formulir PE;

d. Hasil PE dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan selanjutnya

kepalaPuskesmas akan melaporkan hasil PE dan rencana penanggulangan

seperlunya kepada lurah melalui camat. Berdasarkan hasil PE inidilakukan

pelaksanaan penanggulangan seperlunya.

2. 3. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-

prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok

ataumasyarakat secara keseluruhan dapat bebas dari penyakit DBD dengan

caramemelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan

praktek mengenai pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Penyuluhan

7

Page 8: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

dapat diberikan oleh dokter, paramedis, atau kader terlatih mengenai penyakit

DBD. Materinya meliputi pemberantasan sarang nyamuk, abatisasi selektif,

tanda dangejala penyakit DBD serta penanggulangan penyakit DBD di rumah.

Walaupun 3-M adalah cara yang mudah dan bisa kita lakukan

karenatidak memerlukan biaya, pada kenyataannya cara ini tidak terlaksana

denganbaik. Ini sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih

dankesadaran masyarakat terhadap bahaya demam berdarah dengue ini.

Kurangnyakesadaran masyarakat mungkin disebabkan beberapa hal, di

antaranya adalah faktor ekonomi. Susahnya masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan ekonomimembuat masyarakat hanya memikirkan 'makan' tanpa

peduli terhadapkebersihan dan sanitasi.

Selain itu, budanya hidup bersih, sedikit banyaknya juga berpengaruh

terhadap pelaksanaan 3-M ini.Lebih dari itu, penyuluhan dari pemerintah sangat

memengaruhi pelaksanaan 3-M ini. Pelaksanaan 3-M sangatdipengaruhi oleh

kesadaran masyarakat akan bahaya deman berdarah dengueitu sendiri. Artinya,

tidak terlaksananya 3-M juga berarti bahwa penyuluhanpemerintah kepada

masyarakat tentang demam berdarah dengue ini masihkurang. Karena itu,

pemerintah harus lebih aktif lagi memberikan pengertiandan penyuluhan kepada

masyarakat dengan menggunakan berbagai media seperti surat kabar dan

televisi. Jika tidak, kasus dengue tidak akan pernahteratasi, bahkan akan

bertambah parah.

2. 4. Kemitraan

Kemitraan adalah suatu proses kerjasama yang melibatkan berbagai

pihak dan sektor dalam masyarakat termasuk kalangan swasta, organisasi

profesi dan organisasi sosial kemasyarakatan serta lembaga swadaya

masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD dalam rangka sosialisasi dan

advokasi program untuk memperoleh dukungan dalam rangka penanggulangan

DBD. Pemerintah dan masyarakat menunjukkan kepedulian terhadap

penanggulangan DBD di bawah koordinasi Pokja/Pokjanal DBD.

2.5. Foggingfokus dan fogging masal

Merupakan serangkaian kegiatan dalam pemberantasan

nyamuk Aedes Aegyptidewasa untuk memutus rantai penularan. Fogging

8

Page 9: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

dilakukan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif atau lebih,

ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat tinggal

penderita DBD positif atau ada 1 penderita DBD meninggal. Fogging fokus

dilaksanakan 2 siklus dengan radius 200 m dalam selang waktu 1 minggu,

sedangkan fogging masal dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah tersangka

KLB dengan selangwaktu 1 bulan. Obat yang dipakai adalah Malathion 96 EC

atau Fendona 30EC.

2.6. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Sudah tidak diragukan lagi bahwa penyebaran wabah dengue

disebabkanoleh nyamuk  Aedes Aegypti, terutama nyamuk betina. Nyamuk ini

sangatpintar menyembunyikan suaranya dengan membuat gerakan sayap yang

halussehingga nyaris tak terdengar. Nyamuk betina ini menghisap darah

manusia sebagai bahan untuk mematangkan telurnya. Hingga kini belum

diketahui mengapa hanya darah manusia yang dikonsumsi nyamuk ini, tidak

darah makhluk hidup lainnya. Bila nyamuk jenis lain bertelur dan

menetaskannya pada sarangnya, Aedes Aegypti betina melakukannya di atas

permukaan air. Karena dengan demikianlah, telur-telurnya itu berpotensi

menetas dan hidup.Telur menjadi larva yang kemudian mencari makan dengan

memangsa bakteri yang ada di air tersebut. Karena itu tidak heran bila nyamuk

penyebab demam berdarah ini berkembang biak pada genangan air, terutama

yang kotor.

Penyebaran wabah dengue dipengaruhi oleh ada tidaknya

nyamuk  Aedesaegypti yang dipengaruhi lagi oleh ada tidaknya genangan air

yang kotor.Pemberantasan sarang nyamuk merupakan serangkaian kegiatan

untuk meningkatkan peran serta dan swadaya masyarakat dalam rangka

memberantasnyamuk Aedes aegypty. Tujuan kegiatan PSN adalah

memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan menghilangkan tempat-tempat

perindukan/sarang nyamuk sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah

atau dibatasi. Pelaksana PSN-DBD adalah individu, keluarga atau masyarakat.

Kegiatandilakukan secara berkesinambungan dan bisa secara massal/serentak.

Pertama adalah membunuh nyamuk, baik dengan pestisida maupun

dengan ovitrap, yakni dengan bak perangkap yang ditutup kasa. Penggunaan

pestisida, selain memerlukan biaya dan berbahaya pada manusia, juga

9

Page 10: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

akanmemicu munculnya nyamuk yang resistan, sehingga cara ini bukanlah

carayang efektif untuk jangka panjang. Untuk jangka pendek, cara ini masih

bias digunakan. Cara kedua adalah membuat nyamuk transgenik supaya

tidak terinfeksi oleh virus dengue. Jika nyamuk tidak bisa diinfeksi oleh

virusdengue, otomatis manusia tidak akan pernah terinfeksi oleh virus dengue.

Caraini digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengatasi masalah malaria.

Namun, pengembangan cara ini masih memerlukan puluhan tahun untuk bias

diaplikasikan. Cara yang ketiga adalah pemberantasan sarang nyamuk yang

efektif dan efisien melalui kegiatan 3-M, yaitu menguras,

menutup/menaburabate di tempat penampungan air, dan

mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang memungkinkan dijadikan

tempat perindukan danperkembangbiakan jentik nyamuk Aedes Aegypti. Cara

inilah yang efektif yang bisa kita lakukan dengan kondisi kita saat ini.

Sasaran PSN-DBD adalah semua tempat yang dapat menjadi

sarangnyamuk, alami ataupun buatan, baik di dalam maupun di luar rumah,

sertatempat-tempat umum (termasuk bangunan kosong dan lahan tidur).

Pada dasarnya PSN-DBD adalah kegiatan dari, oleh, dan

untuk masyarakat, sehingga jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan

merupakankesepakatan masyarakat setempat yang diorganisasikan oleh

kelompok kerjapemberantasan dan pencegahan DBD (POKJA DBD) dalam

wadah LKMD.

Penggerakan masyarakat dalam kegiatan PSN-DBD dilakukan

dengankerja sama lintas sektoral yang dikoordinasikan oleh kepala

wilayah/daerahsetempat melalui wadah Pokjanal/Pokja DBD. Kegiatan ini

dilakukan selama 1bulan, pada saat sebelum perkiraan peningkatan jumlah

kasus yang ditentukanberdasarkan data kasus bulanan DBD dalam 3-5 tahun

terakhir.Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan seminggu sekali,

alasannyadaur hidup nyamuk Aedes aegypti adalah 8-10 hari. Jika PSN

dilakukanseminggu sekali maka rantai pertumbuhan dari mulai telur menjadi

jentik ataudari jentik menjadi kepompong dan dari kepompong menjadi

dewasa atau daridewasa kembali bertelur akan terputus sebelu nyamuk dapat

menyelesaikan daur hidupnya.

10

Page 11: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Sasaran penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahan adalahsemua rumah

keluarga, sehingga dilaksanakan PSN-DBD di rumah secaraterus-menerus.

Kegiatan rutin penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahanmeliputi :

Pokok-Pokok Kegiatan Penggerakan PSN-DBD adalah:

1. Penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahan;

a) Penyuluhan kelompok masyarakat oleh kader dan tokoh

masyarakatantara lain di Posyandu, tempat ibadah dan dalam pertemuan

wargamasyarakat,

b) Kerja bakti PSN-DBD secara serentak dan berkala untuk membersihkan

lingkungan termasuk tempat-tempat penampungan airuntuk keperluan

sehari-hari,

c) Kunjungan rumah berkala sekurang-kurangnya setiap 3 bulan

(untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik) oleh tenaga yang telah

dibimbingdan dilatih. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan

keluargaagar selalu melaksanakan PSN-DBD.

2. Penggerakan PSN-DBD di sekolah dan tempat umum lainnya;

Pembinaan kegiatan PSN-DBD di sekolah diintegrasikan

dalamproses belajar-mengajar, baik melalui intra maupun ekstra

kurikulertermasuk program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Kegiatanpenggerakan PSN-DBD di sekolah dilaksanakan sesuai petunjuk

teknispelaksanaan PSN-DBD di sekolah melalui UKS yang telah diedarkan.

Dirjen Dikdasmen Depdikbud melalui surat edaran No.

81/TPUKS00/X/1993 tanggal 14 Oktober 1993.

Pembinaan kegiatan PSN-DBD di tempat umum lainnya

dipadukandalam program pemeliharaan kesehatan lingkungan antara lain

melaluipemeriksaan sanitasi tempat umum.

3. Penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat luas

Penyuluhan kepada masyarakat luas dilaksanakan melalui

mediamassa seperti televisi, radio, bioskop, poster, surat kabar, majalah

dansebagainya. Motivasi tentang PSN-DBD dilakukan antara lain

melaluiberbagai lomba, misalnya lomba PSN desa, lomba sekolah atau

tempatumum.Penggerakan PSN-DBD di tempat umum lainnya dipadukan

dalamprogram pemeliharaan kesehatan lingkungan.

11

Page 12: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Pemantauan gerakan PSN-DBD dilakukan secara berkala minimal

setiap 3 bulan. Pemantauan dilaksanakan antara lain dengan

pemeriksaan jentik berkala (PJB) pada sejumlah sampel rumah, sekolah dan

tempatumum lainnya. Indikator keberhasilan PSN-DBD adalah angka

bebas jentik (ABJ), yaitu persentase rumah/bangunan yang tidak

ditemukan jentik sebesar 95%.

Mengenai kegiatan PSN tersebut. Hasil pemeriksaan jentik

dicatatdalam formulir PJB-1. Kemudian minta tandatangan

kepalakeluarga/anggota keluarga pada formulir tersebut. Formulir PJB-1

yangtelah diisi disampaikan kepada pihak puskesmas setiap hari.

Dibuatrekapitulasi untuk memperoleh angka bebas jentik (ABJ) tiap

kelurahan.Untuk evaluasi/penilaian kualitas kegiatan pemeriksaan jentik

berkaladigunakan format penilaian kualitas kegiatan PJB.

 2.7. Peningkatan profesionalisme SDM

Dilakukan dengan pelatihan tatalaksana kasus, petugas laboratorium,

penanggung jawab program, supervisor, dan penyemprot.Selain itu juga

dilakukan survey vektor dan PSP (sosial budaya).

2.8. Tolok Ukur yang Digunakan.

Untuk membuat pertanyaan dalam monitoring pada Program

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

seebagai langkah awal, akan ditetapkan indicator untuk mengukur keluaran

sebagai keberhasilan dari suatu program, kemudian membandingkan hasil

pencapaian tiap-tiap indicator keluaran dengan tolok ukur masing-masing. Hal

ini berguna untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada pelaksanaan

program. Sumber rujukan tolok ukur penilaian yang digunakan adalah:

1. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Kemenkes RI Tahun

2011.

2. Standard Penanggulangan Penyakit DBD. Volume 2 Edisi I Tahun 2002.

3. Kebijakan Program P2-DBD Depkes RI Tahun 2004.

4. Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I Tahun 1999.

5. Stratifikasi Puskesmas.

12

Page 13: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Tabel 2.1 Perbandingan Tolok Ukur Unsur Masukan dan Pencapaian

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. INPUT

a. Tenaga Dokter:

Perawat:

Kader:

Analis:

b. Sarana

Medis 1. Tempat pelayanan

pengobatan.

2. Tersedia sarana medis

(stetoskop, senter,

timbangan,

termometer).

Nonmedis 3. Bubuk abate.

4. Formulir jentik berkala.

5. Formulir Penyelidikan

Epidemiologi.

6. Daftar kepala keluarga

RT dan RW.

7. Tersedianya bahan

penyuluhan (leaflet,

buku, dll.)

8. Tersedianya insiktesida

sesuai kebutuhan.

9. Tersedianya alat

semprot minimal 4

buah.

10. Tersedianya alat

komunikasi minimal 1

buah faksimili dan

telp/PKC.

1.

2.

3.

4.

5.

c. Metode Medis 1. Pendataan, anamnesa,

13

Page 14: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

pemeriksaan fisik.

2. Ditekankan pada upaya

penemuan kasus DBD.

Non Medis Pelaksanaan strategi

penyuluhan dan

penjaringan suspek secara

fasif.

d. Dana Adanya dana yang

diperlukan untuk program

yang berasal dari:

a. APBN menyediakan

seluruh buffer stock.

b. APBD menyediakan

anggaran dan pelatihan,

supervisi, dan

monitoring, jaminan

laboratorium, kegiatan

pemecahan masalah

serta pengembangan

SDM. Menyediakan

anggaran untuk

pengawasan dan

monitoring, buffer obat,

sarana diagnosa, bahan

cetakan, kegiatan

pemecahan masalah di

Kota Madya.

c. Swadana Puskesmas

menyediakan anggaran

operasional, reagen,

pemeliharaan,

pelaksanaan

pencegahan dan

14

Page 15: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

penanggulangan DBD.

d. Swadana masyarakat.

No. Variabel Tolok Ukur Pencaapaian Masalah

PROSESPerencanaan Terdapat rencana kerja

yang tertulis dan jadwal

sesuai dengan program

kerja puskesmas.

Pengorganisasian a. Terkait dalam

penanggulangan DB.

b. Adanya tugas dan

wewenang dari unsur-

unsur yang adanya

struktur organisasi

staffing pelaksana

program.

c. Adanya pembagian

tugas yang tanggung

jawab yang jelas.

Dokter Umum sebagai

pemeriksa di

Puskesmas.

Perawat sebagai wasor

program DB di

Puskesmas.

Kader sebagai panutan

penggerak di

masyarakat dalam

pelaksanaan

penanggulangan DBD.

Analis sebagai

pemeriksa

15

Page 16: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Laboratorium DB.

Pelaksanaan 1. Pemeriksaan Jentik

Berkala (PJB)

dilaksanakan dengan

memeriksa seluruh

rumah pada tiap-tiap

RW.

2. Penyelidikan

Epidemiologi segera

dilaksanakan setelah

menerima laporan kasus

dalam waktu maksimal

3x24 jam.

3. Fogging focus

dilakukan 2 siklus

dengan radius 200

meter selang waktu 1

minggu.

4. Fogging masal

dilakukan 2 siklus di

seluruh wilayah KLB

dengan selang waktu.

5. Penyuluhan dapat

diberikan oleh dokter,

para medis atau kader

terlatih mengenai

penyakit DBD.

6. Para pemimpin

pemerintah, tokoh

masyarakatat baik

formal maupun

informal

16

Page 17: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

mengkomunikasikan

dan memotivasi

masyarakat umum

untuk melaksanakan

penanggulangn DBD

dalam pertemuan yang

dilaksanakan secara

rutin.

7. Gerakan PSN seluruh

RW.

8. Pertemuan lintas

sektoral tingkat

kelurahan minimal per

3 bulan.

Penilaian a. Penilaian kegiatan

dalam bentuk laporan

tertulis secara periodic

(bulanan, triwulan,

semsteran, tahunan).

b. Pengisian laporan

tertulis yang lengkap.

c. Penyimpanan laporan

tertulis yang benar.

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

3. LINGKUNGAN

Lingkungan Fisik 1. Lokasi pemeriksaan

mudah dikerjakan.

2. Fasilitas yang tersedia.

Lingkungan Non

Fisik

Pendidikan minimal SMA

4. Umpan Balik

Pencatatan, penilaian, dan

pelaporan tahun

17

Page 18: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

sebelumnya dan setiap

bulannya dapat digunakan

sebagai bahan masukan

dalam upaya perbaikan

program berikutnya.

5. DAMPAK

1. Turunnya angka kesakitan (53 per 100.000 penduduk) pada tahun 2012.

2. Turunnya angka kematian DBD < 1%.

3. Turunnya angka kejadian (jumlah kasus) DBD.

4. ABJ > 95%. 2.9. Analisa Sistem

Dalam melakukan evaluasi Program Pemberantasan Demam

BerdarahDengue di Puskesmas, digunakan pendekatan sistem. Dengan

memandangorganisasi sebagai suatu sistem, tercipta suatu cara dalam

memahamipermasalahan manajemen organisasi yang dikenal sebagai

pendekatan sistem.

2.10. Pengertian Sistem

Apabila kita menyebut perkataan sistem kesehatan, ada dua

pengertianyang akan kita dapat. Pertama pengertian sistem, kedua pengertian

kesehatan.Sistem itu sendiri adalah suatu rangkaian komponen yang

berhubungan satu samalain dan mempunyai tujuan yang jelas (Widjono, 2004;

Azwar, 1996).

2.11. Ciri-ciri Sistem

1. Terdapat bagian yang satu sama lain saling berhubungan danmempengaruhi

yang kesemuanya membentuk satu kesatuan.

2. Fungsi masing-masing bagian tersebut adalah dalam rangka

mengubahmasukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3. Dalam melaksanakan fungsi, semuanya bekerja sama secara bebas

namunterkait.

18

Page 19: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

4. Tidak tertutup terhadap lingkungan.Menurut sumber lain ciri-ciri sistem

yang lengkap adalah:

a) Mempunyai elemen/komponen; b)Mempunyai batas; c) Mempunyai

lingkungan; d) Masukan; e) Proses; f) Keluaran; h)Tujuan.

2.12 Unsur Sistem

Bagian dari unsur tersebut memiliki banyak macamnya yang

jikadisederhanakan dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

1. Masukan (input);

Yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan dari bagianatau unsur

yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya

sistem tersebut. Yang termasuk dalam elemen masukanadalah yang biasa

dikenal dengan 6M yaitu : Manusia (Man), uang (Money), sarana (Material),

metode (Method), pasar (Market), serta mesin (Machinery).

2.Proses

Proses adalah kumpulan bagian atau unsur yang terdapat dalam sistemdan

yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran

yangdirencanakan.

3.Keluaran (output)

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau unsur yang dihasilkandari

berlangsungnya proses dalam sistem.

4. Umpan balik (feedback)

Umpan balik (Feedback ) adalah kumpulan bagian atau unsur yangmerupakan

keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagisistem.

5. Dampak (impact)

Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatusistem.

6. Lingkungan (environment)

Lingkungan (enviroment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelolaoleh

sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.(Muninjaya, 2004;

Azwar, 1996).

Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi

yangsecara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

19

Page 20: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

2.9 Pendekatan sistem

Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu

tujuantertentu yang telah ditetapkan bersama. Untuk terbentuknya sistem

tersebut perludirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga

secarakeseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama

berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila prinsip pokok atau cara

kerja sistem iniditerapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan

administrasi, maka prinsippokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama

pendekatan sistem (approach).

Pada saat ini batasan tentang pendekatan sistem banyak

macamnya,beberapa yang terpenting adalah:

1) Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis danrasional

dalam merancang suatu rangkaian komponen yangberhubungan sehingga

dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapaitujuan yang telah ditetapkan

(L.James Harvey, 2003).

2) Pendekatan sistem adalah suatu strategi yang menggunakan metodeanalisis,

desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan secara

efektif dan efisien;

20

Masukan Proses Keluaran Dampak

Umpan Balik

Lingkungan

Page 21: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

3) Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berpikir yang sistematisdan

logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalahatau keadaan

yang dihadapi.

Dengan dilakukannya pendekatan sistem kita akan dapat

memperhitungkanberbagai kemungkinan yang tersedia sehingga dengan

demikian nantinya tidak ada sesuatu yang sebenarnya amat penting sampai luput

dari perhatian. Daribatasan tentang pendekatan sistem ini, dengan mudah

dipahamibahwa prinsippokok pendekatan sistem dalam pekerjaan administrasi

dapat dimanfaatkan duatujuan. Pertama, untuk membentuk sesuatu, sebagai hasil

dari pekerjaanadministrasi. Kedua, untuk menguraikan sesuatu, sebagai hasil

dariadministrasi.untuk tujuan terakhir ini, biasanya dikaitkan dengan kehendak

untuk menemukan masalah yang dihadapi.Untuk kemudian diupayakan mencari

jalan keluar yang sesuai. Sedangkan kelemahan yang dipandang penting ialah

dapat terjebak ke dalam perhitungan yang terlalu rinci sehingga menyulitkan

pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan

dapat diselesaikan.

2.10Penilaian/Evaluasi

Batasan penilaian banyak macamnya.

Pengertian penilaian/evaluasi yangcukup penting antara lain:

1) Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari

dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telahdi tetapkan

(Ricken);

2) Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam

membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yangtelah

ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan sertapenyusunan

saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap daripelaksanaan

program (The International Clearing House on Adolescent Fertility Control

for Population Options);

3) Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang

dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaansuatu

program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinanyang

tersedia guna penerapan selanjutnya (WHO);

21

Page 22: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

4) Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau

jumlahkeberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai

tujuanyang telah ditetapkan (The American Public Health Association).

Penilaian / evaluasi secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :

a) Penilaian pada tahap awal program; Penilaian dilakukan saat merencanakan

suatu program ( formative evaluation). Ini bertujuan untuk meyakinkan

bahwa rencana yang akandisusun benar-benar telah sesuai dengan masalah

yang ditemukan, dalamarti dapat menyelesaikan masalah tersebut.

b) Penilaian pada tahap pelaksanaan program; Penilaian dilakukan saat program

sedang dilaksanakan (promotive evaluation), Tujuannya ialah untuk

mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai

dengan rencana atau tidak. Umumnya ada dua bentuk penilaian yaitu

pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation).

c) Penilaian pada tahap akhir program. Penilaian dilakukan saat program telah

selesai dilaksanakan (summative evaluation). Tujuan mengukur keluaran dan

mengukur dampak yangdihasilkan. Penilaian dampak lebih sulit dilakukan

karena membutuhkanwaktu yang lebih lama.

Ruang lingkup penilaian secara sederhana dapat dibedakan atas

empatkelompok yaitu penilaian terhadap masukan, proses, keluaran dan

dampak.

Langkah-langkah yang ditempuh pada waktu melaksanakan

penilaianmeliputi:

1) Pemahaman terhadap program yang akan dinilai;

2) Penentuan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan;

3) Penyusunan rencana penilaian;

4) Pelaksanaan penilaian;

5) Penarikan kesimpulan;

6) Penyusunan saran-saran.

\

22

Page 23: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Pengumpulan Data

Data yang dipakai pada evaluasi program P2D meliputi:

a. Data Primer

Diperoleh melalui wawancara dengan koordinator pelaksana

P2D di Puskesmas I Mengwi.

Analisis situasi khusus adalah Program penanggungalan

penyakit menular (P2M) terdiri dari Imunisasi, surveillance, P2 ISPA,

P2 TB Paru, P2 Kusta, P2 DBD, P2 Malaria , P2 HIV/AIDS dan IMS.

Struktur Organisasinya adalah Kepala PuskesmasKordinator

Penanggulangan Penyakit Menular Bagian P2 DBDKordinator

dan JumantikJumatik. Bagian P2 DBD dipegangoleh 1 orang,

kordinator jumantik terdiridari 4 orang yang masing-masing

bertanggung jawabterhadap 1 Desa dan umantik terdiri dari 29

yangmasing-masing bertanggung jawab terdapat 1 Banjar.

Pengorganisasian Kordinator P2M bertugas mengkordinasi

pelaksanaanprogram penanggulangan penyakit menular secara

umumyang program pokoknya adalah imunisasi,

survelance,penanggulangan ISPA, diare, TBC, Kusta, DBD,

malaria,dan HIV/AIDS. P2 DBD bertanggung jawab terdapat

pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD. Kordinator

jumantik bertugas mengawasi kinerja jumantik. Jumantik bertanggung

jawab terhadap kordinator untukpelaksanaan program jumantik dan

terhadap puskesmasuntuk ABJ dan absensi.

Pelaksanaan Program Pelaporan dan Pendataankunjungan

pasien/laporan warga dilakukan pengobatan ataurujukan ke RS

pengobatan &pendataan pasien diRS kemudian Feedback

olehpuskesmas Pendataan diPuskesmas 1 Mengwi pengumpulan

(rekap) data oleh dinkes.

23

Page 24: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Mengenai hasil wawancara akan dilampirkan dalam bentuk

Power Point.

Logical Framework Program

Tabel 2.1 Perbandingan Tolok Ukur Unsur Masukan dan Pencapaian

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. INPUT

a. Tenaga Dokter:

Perawat:

Kader:

Analis:

b. Sarana

Medis 11. Tempat pelayanan

pengobatan.

12. Tersedia sarana medis

(stetoskop, senter,

timbangan,

termometer).

Nonmedis 13. Bubuk abate.

14. Formulir jentik berkala.

15. Formulir Penyelidikan

Epidemiologi.

16. Daftar kepala keluarga

RT dan RW.

17. Tersedianya bahan

penyuluhan (leaflet,

buku, dll.)

18. Tersedianya insiktesida

sesuai kebutuhan.

19. Tersedianya alat

semprot minimal 4

buah.

20. Tersedianya alat

6.

7.

8.

9.

10.

24

Page 25: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

komunikasi minimal 1

buah faksimili dan

telp/PKC.

c. Metode Medis 3. Pendataan, anamnesa,

pemeriksaan fisik.

4. Ditekankan pada upaya

penemuan kasus DBD.

Non Medis Pelaksanaan strategi

penyuluhan dan

penjaringan suspek secara

fasif.

d. Dana Adanya dana yang

diperlukan untuk program

yang berasal dari:

e. APBN menyediakan

seluruh buffer stock.

f. APBD menyediakan

anggaran dan pelatihan,

supervisi, dan

monitoring, jaminan

laboratorium, kegiatan

pemecahan masalah

serta pengembangan

SDM. Menyediakan

anggaran untuk

pengawasan dan

monitoring, buffer obat,

sarana diagnosa, bahan

cetakan, kegiatan

pemecahan masalah di

Kota Madya.

g. Swadana Puskesmas

menyediakan anggaran

25

Page 26: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

operasional, reagen,

pemeliharaan,

pelaksanaan

pencegahan dan

penanggulangan DBD.

h. Swadana masyarakat.

No. Variabel Tolok Ukur Pencaapaian Masalah

PROSESPerencanaan Terdapat rencana kerja

yang tertulis dan jadwal

sesuai dengan program

kerja puskesmas.

Pengorganisasian d. Terkait dalam

penanggulangan DB.

e. Adanya tugas dan

wewenang dari unsur-

unsur yang adanya

struktur organisasi

staffing pelaksana

program.

f. Adanya pembagian

tugas yang tanggung

jawab yang jelas.

Dokter Umum sebagai

pemeriksa di

Puskesmas.

Perawat sebagai wasor

program DB di

Puskesmas.

Kader sebagai panutan

penggerak di

masyarakat dalam

pelaksanaan

penanggulangan DBD.

26

Page 27: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Analis sebagai

pemeriksa

Laboratorium DB.

Pelaksanaan 9. Pemeriksaan Jentik

Berkala (PJB)

dilaksanakan dengan

memeriksa seluruh

rumah pada tiap-tiap

RW.

10. Penyelidikan

Epidemiologi segera

dilaksanakan setelah

menerima laporan kasus

dalam waktu maksimal

3x24 jam.

11. Fogging focus

dilakukan 2 siklus

dengan radius 200

meter selang waktu 1

minggu.

12. Fogging masal

dilakukan 2 siklus di

seluruh wilayah KLB

dengan selang waktu.

13. Penyuluhan dapat

diberikan oleh dokter,

para medis atau kader

terlatih mengenai

penyakit DBD.

14. Para pemimpin

pemerintah, tokoh

masyarakatat baik

27

Page 28: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

formal maupun

informal

mengkomunikasikan

dan memotivasi

masyarakat umum

untuk melaksanakan

penanggulangn DBD

dalam pertemuan yang

dilaksanakan secara

rutin.

15. Gerakan PSN seluruh

RW.

16. Pertemuan lintas

sektoral tingkat

kelurahan minimal per

3 bulan.

Penilaian d. Penilaian kegiatan

dalam bentuk laporan

tertulis secara periodic

(bulanan, triwulan,

semsteran, tahunan).

e. Pengisian laporan

tertulis yang lengkap.

f. Penyimpanan laporan

tertulis yang benar.

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

3. LINGKUNGAN

Lingkungan Fisik 3. Lokasi pemeriksaan

mudah dikerjakan.

4. Fasilitas yang tersedia.

Lingkungan Non

Fisik

Pendidikan minimal SMA

4. Umpan Balik

28

Page 29: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Pencatatan, penilaian, dan

pelaporan tahun

sebelumnya dan setiap

bulannya dapat digunakan

sebagai bahan masukan

dalam upaya perbaikan

program berikutnya.

5. DAMPAK

5. Turunnya angka kesakitan (53 per 100.000 penduduk) pada tahun 2012.

6. Turunnya angka kematian DBD < 1%.

7. Turunnya angka kejadian (jumlah kasus) DBD.

8. ABJ > 95%.3.1.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan tabel-tabel yang sudah

ada dipersiapkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan secara

elektronik.

3.1.3 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tabular, Interpretasi

data dilakuakan dengan bantuan kepustakaan.

3.14. Rancangan Monitoring

Menggunakan deskriptif dan audit untuk dapat melihat gambaran dari

kegiatan program sebelumnya dan mengetahui kelebihan dan kelemahan

dari program Penanggulangan DBD.

3.1.4. Pertimbangan Etika

Dalam melakukan Pengumpulan data telah menggunakan surat Ijin Dari

Pemerintah Kota Badung DINAS KESEHATAN KOTA BADUNG. No.

29

Page 30: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

433.33/1616/Dikes. Disampaing itu juga dalam membuat tinjauan teori

telah meakai referensi dari buku-buka yang telah ada.

3.1.6 Lokasi

Pengumpulan data dikukan di Puskesmas I Mengwi

3.1.7 Waktu/Time Line

Pengumpulan Data Dilakukan pada Minggu ke tiga pada bualan Mei 2013.

3.1.8 Budjet

Transportasi = 50.000,-

Bahan Tulis = 40. 000,-

30

Page 31: Laporan Monitoring Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue: Jakarta.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Kemenkes R.I: Jakarta.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan Depkes RI. 2007. Profile Pengendalian Penyakit dan penyehatan Linkungan. Depkes RI: Jakarta.

Ditjen P2M dan PL Depkes RI. 2004. Buletin Harian. Perilaku dan Siklus Nyamuk Aedes Aegypty dalam Melakukan Kegiatan Pemantauan Jentik Berkala. Depkes RI: Jakarta.

Word Health Organization. 1999. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian/Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): Yasmin Asih. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

31