Upload
taufik-akbar
View
28
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
MODUL DESAIN ERGONOMI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu sistem kerja terdapat empat komponen yaitu mesin, manusia, material dan
lingkungan kerja. Masing-masing dari komponen saling berinteraksi dalam sistem kerja yang
ada. Komponen yang paling utama adalah manusia, selain sebagai komponen yang
menggerakkan jalannya sistem, manusia juga berperan sebagai pengontrol dari mesin yang
ada hingga dihasilkannya output dari sistem tersebut. Selain manusia komponen-komponen
lain harus diperhatikan dan dirancang serta disesuaikan dengan operator. Hal ini dikarenakan
komponen-komponen tersebut adalah pendukung kegiatan yang berjalan dalam sistem dan
secara langsung berinteraksi dengan operator. Kesesuaian ini berguna dalam meminimalisir
terjadinya cidera pada saat bekerja.
Potensi cidera yang mungkin terjadi pada suatu workstation dapat di analisis dengan
menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dan REBA (Rapid Entire Body
Assesment). RULA adalah suatu metode perhitungan rating beban muskoloskeletal dalam
suatu pekerjaan dimana seseorang akan memiliki resiko dari pembebanan bagian atas tubuh
dan leher. Ini memberikan suatu nilai yang menjelaskan suatu pekerjaan dimana nilai tersebut
mencerminkan keadaan postur tubuh, gaya dan pergerakan yang dilakukan. Sedangkan,
REBA adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat
digunakan secara umum dan cepat untuk menilai posisi kerja (postur leher, punggung,
lengan, pergelangan tangan dan kaki ) seorang pekerja. Hasil dari kedua metode tersebut
berupa skor akhir yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kondisi kerja dari
workstation yang di teliti. Setelah perbaikan dilakukan maka diharapkan operator dapat
bekerja secara optimal dengan kemungkinan terjadinya cidera yang minim, dan performansi
kerja meningkat sehingga output yang dihasilkan maksimal.
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari mengenai pengukuran dimensi tubuh
manusia. Dalam perancangan suatu workstation, layout suatu perusahaan, equipment, pakaian
dan lain lain, maka diperlukan ilmu antropometri. Tak hanya itu, ilmu antropometri harus
didampingi oleh ilmu ergonomi untuk menghasilkan suatu rancangan komponen sistem yang
optimal dengan memanfaatkan data dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan fasilitas
dan workstation tersebut. Dalam praktikum antropometri kali ini studi kasus yang di teliti
2
MODUL DESAIN ERGONOMI
adalah postur kerja pada stasiun penggorengan kerupuk. Pada stasiun ini akan di analisis
postur kerja operator penggorengan kerupuk, dan dilakukan re-design pada stasiun kerja
tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko cidera yang mungkin terjadi.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran tubuh manusia sesuai dengan data
antropometri Indonesia.
2. Mampu mengevaluasi desain stasiun kerja melalui analisis postur kerja dengan metode
RULA (Rapid Upper Limb Assesment).
3. Mampu merancang ulang desain stasiun kerja penggorengan kerupuk menggunakan
persentil dan data antropometri sehingga menghasilkan stasiun kerja penggorengan
kerupuk yang lebih ergonomis.
3
MODUL DESAIN ERGONOMI
1.3 Diagram Alir Praktikum
Berikut adalah diagram alir praktikum modul desain ergonomi.
Mulai
Identifikasi masalah
Tinjauan pustaka
Pengambilan data
Data
antropometri
Data desain
perbaikan
lingkungan kerja
Uji kenormalan data pria dan
wanita
Hitung percentile pria dan
wanita
Perbaikan stasiun
kerja
Desain
stasiun
kerja
Kesimpulan dan
saran
Selesai
Analisis stasiun kerja
Analisis dan
interpretasi data
Gambar 1.1 Diagram alir praktikum desain ergonomi
4
MODUL DESAIN ERGONOMI
1.4 Alat dan Bahan Praktikum
Berikut ini merupakan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum desain ergonomi.
1. Kursi Antropometri
Digunakan untuk mengukur dimensi tubuh manusia.
2. Staturemeter
Digunakan untuk mengukur dimensi tubuh manusia dalam keadaan berdiri tegak
3. Pita Meteran
Alat yang pada umumnya digunakan untuk mengukur segala lingkar atau lengkung.
4. Alat Ukur Bantu
Digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran dimensi tubuh manusia.
5. Lembar Pengamatan
Digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dimensi tubuh antropometri dan
analisis postur.
6. Stasiun Kerja Penggorengan Kerupuk
Digunakan sebagai objek pengamatan.
1.5 Prosedur Praktikum
Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum desain ergonomi:
1. Membagi praktikan menjadi dua kelompok. Pengukur dan objek yang diukur harus
sesama jenis dalam kelompok tersebut.
2. Membagi tugas dalam masing-masing kelompok yang telah dibagi menjadi pengukur,
pencatat hasil ukuran, dan operator yang diukur sesuai dengan dimensi pada
antropometri Indonesia.
3. Melakukan persiapan pengukuran antropometri dengan alat ukur yang tersedia.
4. Mengukur dimensi tubuh sesuai dengan dimensi antropometri.
5. Mencatat hasil pengukuran tersebut pada lembar pengamatan.
6. Mengolah data dengan menghitung persentil.
7. Melakukan pengumpulan data desain produk.
8. Melakukan analisis dan interpretasi data.
9. Merancang ulang desain produk.
10. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran pada praktikum yang telah dilakukan.
5
MODUL DESAIN ERGONOMI
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Stasiun Kerja
Stasiun kerja yang menjadi pengamatan dalam studi kasus adalah tempat penggorengan
kerupuk pada perusahaan kerupuk Rukun Jaya yang berlokasi di sekitar Jalan Jupri. Pada
stasiun kerja ini dapat dilihat operator yang sedang menggoreng kerupuk di sebuah
penggorengan besar yang terlihat tidak ergonomis yang lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1 Stasiun kerja penggorengan kerupuk
Sumber: Dokumentasi pribadi (2015)
Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa stasiun kerja tempat penggorengan kerupuk yang
terlalu besar dan dangkal dapat menyebabkan pekerja terciprat oleh minyak panas saat
melakukan aktivitas penggorengan. Penggorengan juga terlalu pendek dan menyebabkan
pekerja kesulitan dalam menjangkau sehingga pekerja harus membungkukkan badan. Tempat
meniriskan minyak untuk kerupuk yang sudah matang terlalu sempit dan tempat kerupuk
mentah terlalu jauh dari jangkauan pekerja. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perbaikan
stasiun kerja yang ergonomis yang dibuat dengan memerhatikan data antropometri tubuh
operator.
6
MODUL DESAIN ERGONOMI
2.1.1 Analisa Postur Tubuh dengan Metode RULA
Analisa postur kerja yang dilakukan terhadap kegiatan pada stasiun kerja penggorengan
kerupuk menggunakan analisis metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment). Posisi tubuh
yang akan dianalisis dengan menggunakan metode RULA dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Analisis sudut dimensi tubuh operator
Sumber: Dokumentasi pribadi (2015)
7
MODUL DESAIN ERGONOMI
Gambar 2.3 Tabel RULA hasil perhitungan analisis postur kerja
Sumber: Sapto Adi Nugroho (2013)
8
MODUL DESAIN ERGONOMI
Berikut merupakan langkah-langkah untuk menganalisis stasiun kerja dengan metode
RULA (Rapid Upper Limb Assessment).
1. Untuk segmen upper arm mendapat skor +3 karena lengan atas mengalami fleksi 76,39
karena bahu operator terangkat ke atas ketika melakukan pekerjaan maka skor upper arm
ditambahkan +1 dan karena upper arm bergerak menjauhi tubuh maka skor ditambah +1
sehingga total skor pada kolom upper arm adalah +5.
2. Untuk segmen lower arm mendapat skor +2 karena lengan bawah mengalami sudut
94,62, dan karena posisi lengan bawah bekerja menyilang di depan tubuh atau keluar
kesamping tubuh maka skor ditambah +1, sehingga di kolom lower arm skor total yang
dilingkari adalah angka 3.
3. Untuk segmen wrist position mendapat skor +3 karena pergelangan tangan mengalami
sudut lebih dari 15 yaitu 94,65 sehingga pada kolom wrist position skor dilingkari
angka 3. Untuk segmen wrist twist mendapat skor +1 karena pergelangan tangan berputar
dalam jangkauan tengah, sehingga di kolom wrist twist dilingkari angka 1.
4. Untuk segmen posture skor, perhatikan dari langkah 1 - 3 kemudian liat hasil pada tabel
A bernilai = 7.
5. Setelah nilai tabel A selesai, analisislah tabel B. Untuk segmen muscle use skor
mendapat skor +1 karena badan cenderung diam lebih dari 10 menit atau jika bergerak
berulang yang terjadi 4x per menit.
6. Untuk segmen force/load skor mendapat skor +0 karena beban kurang dari 4.4 lbs
(sebentar-sebentar). Maka total skor wrist & arm di atas adalah 7+1+0 = 8.
7. Untuk segmen neck position mendapat skor +3 karena leher mengalami sudut 27,10 dan
posisi leher sering menoleh ke kiri atau kanan mendapat tambahan skor +1, sehingga
pada kolom neck position skor dilingkari angka 4.
8. Untuk segmen trunk position mendapat skor +2 karena punggung mengalami sudut
17,90, serta ditambahkan +1 karena trunk terpuntir ke kiri sehingga di kolom trunk
position dilingkari angka 3.
9. Untuk segmen legs mendapat skor +1 karena kaki menopang tubuh ketika operator
melakukan pekerjaan, sehingga di kolom legs dilingkari angka 1.
10. Untuk segmen posture skor, lihat langkah 5 sampai 9 kemudian identifikasi hasil pada
tabel B bernilai = 6.
9
MODUL DESAIN ERGONOMI
11. Untuk segmen muscle use skor mendapat skor +1 karena badan cenderung diam lebih
dari 10 menit atau jika bergerak berulang yang terjadi 4 kali per menit.
12. Untuk segmen force/load skor mendapat skor 0 karena beban kurang dari 4.4 lbs. Maka
total neck, trunk and leg skor di atas adalah 6+1+0 = 7.
13. Hasil tabel C adalah 7, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dibutuhkan pemeriksaan
dan perubahan penerapan pada stasiun kerja tersebut.
Dari pengamatan dan pengolahan dengan metode RULA didapatkan nilai RULA
terhadap posisi pengangkatan adalah 7 yang menunjukkan level aksi 4. Artinya, posisi yang
dilakukan beresiko menimbulkan cidera dan perlu dilakukan perbaikan-perbaikan ke posisi
yang lebih aman untuk menghindari cidera dalam beraktivitas.
2.2 Pengolahan Data Antropometri
Data antropometri manusia sangat dibutuhkan dalam perancangan suatu sistem kerja.
Karena jika terjadi ketidak sesuaian antara ukuran stasiun kerja dengan dimensi operator
maka dapat menyebabkan postur kerja yang salah yang mengakibatkan besarnya tingkat
kelelahan pada operator. Kenyamanan maupun performansi kerja dari pekerja pun dapat
menurun.
Data antropometri didapat dari hasil pengukuran dimensi tubuh manusia. Dengan
menggunakan data antropometri, dalam perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain
produk akan diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh
manusia yang akan menggunakannnya.
2.2.1 Dimensi Tubuh Manusia
Pada tabel 2.1 berikut ini merupakan penjabaran mengenai dimensi tubuh manusia serta
bagaimana cara mengukurnya.
10
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia
No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi
1
Dimensi tinggi
tubuh
Jarak vertikal dari
lantai ke bagian
paling atas kepala.
2
Dimensi tinggi
mata
Jarak vertikal dari
lantai ke bagian paling
atas kepala.
3
Dimensi tinggi
bahu
Jarak vertikal dari
lantai ke bagian atas
bahu kanan
(acromion) atau
ujung tulang bahu
kanan.
4
Dimensi tinggi
siku
Jarak vertikal dari
lantai ke titik
terbawah di sudut siku
bagian kanan.
5
Dimensi tinggi
pinggul
Jarak vertikal dari
lantai ke bagian
pinggul kanan.
6
Dimensi tinggi
tulang ruas
Jarak vertikal dari
lantai ke bagian
tulang ruas atau buku
jari tangan kanan
(metacartals).
7
Dimensi tinggi
ujung jari
Jarak vertikal dari
lantai ke ujung jari
tengah tangan kanan
(dactylion).
8
Dimensi tinggi
dalam posisi
duduk
Jarak vertikal dari alas
duduk ke bagian
paling atas kepala
11
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)
No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi
9
Dimensi tinggi
mata dalam posisi
duduk
Jarak vertikal dari
alas duduk ke
bagian luar sudut
mata kanan
10
Dimensi tinggi bahu
dalam posisi duduk
Jarak vertikal dari
alas duduk ke
bagian atas bahu
kanan
11
Dimensi tinggi siku
dalam posisi duduk
Jarak vertikal dari
alas duduk ke
bagian bawah
lengan bawah
tangan kanan
12
Dimensi tebal paha
Jarak vertikal dari
alas duduk ke
bagian atas paha
kanan
13
Dimensi panjang
lutut
Jarak horizontal
dari bagian
belakang pantat
(pinggul) ke
bagian depan
lutut kanan
14
Dimensi panjang
popliteal
Jarak horizontal dari
bagian belakang
pantat (pinggul) ke
bagian belakang
lutut kanan
15
Dimensi tinggi lutut
Jarak vertikal dari
lantai ke
tempurung lutut
kanan.
16
Dimensi tinggi
popliteal
Jarak vertikal
darilantai ke sudut
popliteal yang
terletak di bawah
paha, tepat di
bagian belakang
lutut kaki kanan
12
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)
No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi
17
Dimensi lebar sisi
bahu
Jarak horizontal
antara sisi
paling luar bahu
kiri dan bahu
atas kanan
18
Dimensi lebar bahu
bagian atas
Jarak horizontal
antara bahu kiri
dan bahu atas
kanan
19 Dimensi lebar pinggul
Jarak
horizontal
antara sisi
paling luar
pinggul kiri
dan pinggul
kanan.
20 Dimensi tebal dada
Jarak horizontal
dari bagian
belakang tubuh ke
bagian dada untuk
subyek laki-laki
atau bagian buah
dada untuk subyek
peremuan.
21 Dimensi tebal perut
Jarak horizontal
dari bagian
belakang tubuh
ke bagian tubuh
yang paling
menonjol di
bagian perut.
22 Dimensi panjang
lengan atas
Jarak vertikal dari
bagian bawah
lengan bawah
kanan ke bagian
atas bahu kanan.
23 Dimensi panjang
lengan bawah
Jarak horizontal
dari lengan
bawah diukur
dari bagian
belakang siku
kanan ke
bagian ujung
jari tengah
24 Dimensi panjang
rentang tangan ke
depan
Jarak dari bagian
atas bahu kanan
(acromion) ke
ujung jari tengah
tangan kanan
dengan siku dan
pergelangan
tangan lurus.
13
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)
No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi
25 Dimensi panjang
bahu genggaman
tangan ke depan
Jarak dari bagian
atas bahu kanan
(acromion) ke
pusat batang
silinder yang di
genggam oleh
tangan kanan
dengan siku dan
pergelangan
tangan lurus.
26 Dimensi panjang kepala
Jarak horizontal
dari bagian
kepala paling
depan dahi
(bagian tengah
atara dua alis) ke
bagian tengah
kepala paling
belakang.
27 Dimensi lebar kepala
Jarak horizontal
dari sisi kepala
bagian kanan,
tepat diatas
telinga.
28 Dimensi panjang tangan
Jaraklipatan
pergelangan
tangan ke ujung
jari tengah
tangankanan
dengan posisi
tangan dan
seluruh jari
lurus.
29
Dimensi lebar tangan
Jarak antara kedua
sisi luar empat
buku jari tangan
kanan yang
diposisikan lurus
dan rapat.
30
Dimensi panjang kaki
Jarak horizontal
dari bagian
belakang kaki
(tumit) ke depan
paling ujung
dari kaki kanan.
31
Dimensi lebar kaki
Jarak antara kedua
sisi paling luar
kaki.
32
Dimensi panjang
rentangan tangan ke
samping
Jarak
maksimum
ujungjari tengah
tanan kanan ke
ujung jari
tengah tangan
kiri.
14
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)
No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi
33 Dimensi panjang
rentangan siku
Jarak yang
diukur dari
ujung siku
tangan kanan ke
ujung siku
tangan kiri.
34 Dimensi tinggi
genggaman tangan ke
atas dalam posisi
berdiri
Jarak vertikal
dari lantai ke
pusat batang
silinder (center
of a cylindrical
rod) yang
digenggam oleh
telapak tangan
kanan.
35 Dimensi tinggi
genggaman tangan ke atas
dalam posisi duduk
Jarak vertikal
dari alas duduk
ke pusat batang
silinder.
36 Dimensi panjang
genggaman tangan ke
depan
Jarak yang
diukur dari
bagian belakang
bahu kanan
(tulang belikat)
ke pusat batang
silinder yang
digenggam oleh
telapak tangan
kanan.
Sumber : Antropometri Indonesia (2014)
2.2.2 Rekap Data Antropometri
Rekap data antropometri berupa dimensi tubuh yang telah diukur kemudian
dikumpulkan dan direkap disajikan dalam lampiran.
(Lampiran)
2.2.3 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data adalah salah satu cara untuk mengetahui apakah data
antropometri yang ada telah memenuhi kriteria untuk diolah. Salah satu analisis yang dapat
digunakan adalah uji normalitas data menggunakan software SPSS. Uji ini berguna untuk
mengetahui apakah data telah terdistribusi normal dan dapat mewakili populasi yang ada
untuk digunakan atau tidak.
15
MODUL DESAIN ERGONOMI
2.2.3.1 Uji Kenormalan Data
Uji kenormalan data berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan
berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam pengujian
normalitas suatu data tidak begitu rumit. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar
statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan
berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar.
Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki berdistribusi normal atau
tidak, sebaiknya digunakan uji statistik normalitas karena belum tentu data yang lebih dari 30
bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya data yang banyaknya kurang dari
30 belum tentu tidak berdistribusi normal, untuk itu perlu suatu pembuktian. Uji statistik
normalitas yang dapat digunakan diantaranya Chi-Square, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors,
Shapiro-Wilk, Jarque Bera.
2.2.3.1.1 Uji Kenormalan Data Antropometri Pria
Berikut ini merupakan tabel uji kenormalan data antropometri pria dengan menggunakan
software SPSS 21.
Tabel 2.2 Uji Normalitas Data Antropometri Pria
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
D1 ,136 20 ,200* ,926 20 ,128
D2 ,106 20 ,200* ,964 20 ,622
D3 ,175 20 ,110 ,936 20 ,200
D4 ,126 20 ,200* ,959 20 ,520
D5 ,131 20 ,200* ,935 20 ,193
D6 ,144 20 ,200* ,967 20 ,691
D7 ,120 20 ,200* ,974 20 ,833
D8 ,167 20 ,147 ,959 20 ,531
D9 ,135 20 ,200* ,947 20 ,323
D10 ,108 20 ,200* ,986 20 ,985
D11 ,178 20 ,098 ,861 20 ,008
D12 ,121 20 ,200* ,928 20 ,140
D13 ,156 20 ,200* ,872 20 ,013
D14 ,170 20 ,131 ,942 20 ,258
D15 ,151 20 ,200* ,949 20 ,348
D16 ,137 20 ,200* ,944 20 ,291
D17 ,094 20 ,200* ,983 20 ,965
D18 ,143 20 ,200* ,976 20 ,876
16
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.2 Uji Normalitas Data Antropometri Pria (Lanjutan) Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
D19 ,099 20 ,200* ,979 20 ,917
D20 ,186 20 ,069 ,958 20 ,510
D21 ,152 20 ,200* ,941 20 ,250
D22 ,103 20 ,200* ,974 20 ,831
D23 ,091 20 ,200* ,980 20 ,932
D24 ,154 20 ,200* ,921 20 ,102
D25 ,112 20 ,200* ,937 20 ,215
D26 ,147 20 ,200* ,948 20 ,334
D27 ,112 20 ,200* ,964 20 ,630
D28 ,176 20 ,106 ,887 20 ,024
D29 ,169 20 ,138 ,942 20 ,256
D30 ,159 20 ,199 ,965 20 ,637
D31 ,155 20 ,200* ,958 20 ,511
D32 ,162 20 ,176 ,956 20 ,468
D33 ,113 20 ,200* ,947 20 ,327
D34 ,151 20 ,200* ,948 20 ,341
D35 ,117 20 ,200* ,983 20 ,966
D36 ,165 20 ,154 ,922 20 ,107
*. Thisis a lowerbound of thetruesignificance.
a. LillieforsSignificanceCorrection
Sumber: Output SPSS 21.
Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai sig. yang terdapat pada tabel
Kolmogorov-Smirnov > 0,05. Karena pada tabel 2.2 nilai sig pada uji Kolmogorov-Smirnov
seluruh dimensi lebih dari 0,05, maka data seluruh dimensi tubuh pria berdistribusi normal.
2.2.3.1.2 Uji Kenormalan Data Antropometri Wanita
Pada tabel 2.3 berikut ini merupakan uji kenormalan data antropometri pria dengan
menggunakan software SPSS 21.
Tabel 2.3 Uji Normalitas Data Antropometri Wanita
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
D1 ,166 20 ,149 ,923 20 ,112
D2 ,155 20 ,200* ,909 20 ,060
D3 ,149 20 ,200* ,943 20 ,278
D4 ,133 20 ,200* ,973 20 ,819
17
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.3 Uji Normalitas Data Antropometri Wanita (lanjutan) Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Statistic df
D5 ,099 20 ,200* ,980 20 ,932
D6 ,175 20 ,111 ,929 20 ,147
D7 ,158 20 ,200* ,948 20 ,332
D8 ,135 20 ,200* ,939 20 ,232
D9 ,177 20 ,100 ,914 20 ,075
D10 ,141 20 ,200* ,929 20 ,150
D11 ,128 20 ,200* ,967 20 ,689
D12 ,149 20 ,200* ,932 20 ,171
D13 ,126 20 ,200* ,955 20 ,450
D14 ,109 20 ,200* ,956 20 ,475
D15 ,105 20 ,200* ,958 20 ,512
D16 ,101 20 ,200* ,970 20 ,754
D17 ,134 20 ,200* ,968 20 ,709
D18 ,133 20 ,200* ,976 20 ,868
D19 ,118 20 ,200* ,969 20 ,726
D20 ,149 20 ,200* ,914 20 ,077
D21 ,124 20 ,200* ,962 20 ,576
D22 ,092 20 ,200* ,983 20 ,968
D23 ,138 20 ,200* ,984 20 ,975
D24 ,112 20 ,200* ,934 20 ,184
D25 ,104 20 ,200* ,976 20 ,874
D26 ,117 20 ,200* ,976 20 ,875
D27 ,185 20 ,071 ,949 20 ,356
D28 ,203 20 ,029 ,898 20 ,038
D29 ,157 20 ,200* ,946 20 ,312
D30 ,154 20 ,200* ,928 20 ,143
D31 ,154 20 ,200* ,906 20 ,054
D32 ,105 20 ,200* ,968 20 ,707
D33 ,141 20 ,200* ,926 20 ,131
D34 ,163 20 ,171 ,925 20 ,123
D35 ,130 20 ,200* ,956 20 ,469
D36 ,183 20 ,077 ,938 20 ,218
*. Thisis a lowerbound of thetruesignificance.
a. LillieforsSignificanceCorrection
Sumber: Output SPSS 21.
Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai sig. yang terdapat pada tabel
Kolmogorov-Smirnov > 0,05. Pada tabel 2.3 tidak seluruh dimensi tubuh wanita memiliki
nilai sig. > 0,05. Dimensi yang tidak berdistribusi normal adalah D28 (Dimensi Panjang
18
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tangan) karena memiliki nilai sig. < 0,05, sedangkan dimensi selain D28 berdistribusi
normal, karena memiliki nilai sig. > 0,05.
2.2.4 Perhitungan Persentil
Dari data antropometri yang ada, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan persentil.
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari
orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Berikut adalah rumus-rumus
yang digunakan dalam melakukan perhitungan persentil.
1. Rata-rata: (2-1)
Sumber: Weirs (2008:91)
dengan:
= jumlah nilai dari data
n = banyaknya data x dalam suatu sampel
2. Standar deviasi : (2-2)
Sumber: Bluman (2012:128)
dengan:
= rata-rata
xi = nilai dari data
n = banyaknya data x dalam suatu sampel
3. Persentil
Berikut adalah rumus persentil yang dapat digunakan untuk data yang berdistribusi
normal.
Tabel 2.4 Rumus Persentil
Nama Persentil Rumus
Persentil 5th
Persentil 10th
Persentil 50th
Persentil 90th
Persentil 95th
Sumber: Wignjosoebroto (2000:67)
19
MODUL DESAIN ERGONOMI
Dengan: = Rata-rata sampel
= Standar deviasi
Contoh perhitungan persentil pria dengan cara manual adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 167,255167,23
2. Standar Deviasi ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 5,2155,22
3. Persentil 5th dimensi tinggi tubuh (D1)
158,6431158,64
4. Persentil 10thdimensi tinggi tubuh (D1)
160,55
5. Persentil 50th dimensi tinggi tubuh (D1)
6. Persentil 90th dimensi tinggi tubuh (D1)
173,91
7. Persentil 95th dimensi tinggi tubuh (D1)
175,82
Contoh perhitungan persentil wanita dengan cara manual adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 156,79
2. Standar Deviasi ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 3,35683,36
20
MODUL DESAIN ERGONOMI
3. Persentil 5th dimensi tinggi tubuh (D1)
151,2628151,26
4. Persentil 10thdimensi tinggi tubuh (D1)
152,49
5. Persentil 50th dimensi tinggi tubuh (D1)
6. Persentil 90th dimensi tinggi tubuh (D1)
161,09
7. Persentil 95th dimensi tinggi tubuh (D1)
162,32
Berikut adalah rumus perhitungan persentil untuk data tunggal yang tidak berdistribusi
normal.
(2-3)
i+1 - xi) (2-4)
Sumber: J. Supranto (2000:117)
Dengan:
Pi = persentil ke-i
N = jumlah data
Xi = nilai data ke-i
= pecahan hasil letak persentil yang dicari
21
MODUL DESAIN ERGONOMI
Perhitungan persentil dimensi tubuh pria dan wanita dari berbagai dimensi dapat dilihat
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Persentil Dimensi Tubuh Pria
Dimensi
Tubuh
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Pengolahan Data Persentil
5 10 50 90 95
D1 167,26 5,22 158,68 160,58 167,26 173,93 175,83
D2 155,93 5,46 146,94 148,94 155,93 162,91 164,91
D3 139,46 5,52 130,37 132,38 139,46 146,53 148,54
D4 102,48 5,20 93,92 95,82 102,48 109,13 111,03
D5 93,80 4,68 86,10 87,81 93,80 99,78 101,49
D6 70,15 4,01 63,55 65,01 70,15 75,28 76,74
D7 60,50 3,64 54,52 55,85 60,50 65,15 66,48
D8 87,13 4,16 80,28 81,80 87,13 92,45 93,97
D9 75,72 3,58 69,82 71,13 75,72 80,30 81,61
D10 59,34 4,09 52,60 54,09 59,34 64,58 66,07
D11 21,79 2,65 17,42 18,39 21,79 25,18 26,15
D12 14,49 3,06 9,45 10,57 14,49 18,41 19,53
D13 59,24 3,45 53,56 54,82 59,24 63,65 64,91
D14 48,21 3,00 43,27 44,36 48,21 52,05 53,14
D15 52,72 3,36 47,19 48,41 52,72 57,02 58,24
D16 42,53 2,08 39,11 39,87 42,53 45,19 45,95
D17 45,68 6,11 35,63 37,86 45,68 53,50 55,73
D18 39,74 3,45 34,06 35,32 39,74 44,15 45,41
D19 39,14 5,53 30,05 32,06 39,14 46,21 48,22
D20 22,71 3,16 17,51 18,66 22,71 26,75 27,90
D21 24,64 4,50 17,23 18,88 24,64 30,39 32,04
D22 37,33 3,20 32,07 33,23 37,33 41,42 42,58
D23 45,06 4,12 38,28 39,79 45,06 50,32 51,83
D24 73,25 5,14 64,79 66,67 73,25 79,83 81,71
D25 63,55 6,16 53,42 55,67 63,55 71,43 73,68
D26 20,19 1,58 17,58 18,16 20,19 22,21 22,79
D27 17,04 2,30 13,26 14,10 17,04 19,97 20,81
D28 18,47 1,15 16,57 16,99 18,47 19,95 20,37
D29 8,48 0,57 7,54 7,75 8,48 9,21 9,42
D30 25,14 1,73 22,30 22,93 25,14 27,35 27,98
D31 10,32 1,57 7,74 8,31 10,32 12,33 12,90
D32 171,34 8,18 157,88 160,87 171,34 181,80 184,79
D33 87,94 4,14 81,13 82,64 87,94 93,23 94,74
D34 213,44 16,86 185,71 191,86 213,44 235,01 241,16
D35 119,94 5,53 110,85 112,86 119,94 127,01 129,02
D36 71,55 5,19 63,01 64,90 71,55 78,20 80,09
22
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Persentil Dimensi Tubuh Wanita
Dimensi
Tubuh
Rata-
rata
Standar
Deviasi
Pengolahan Data Persentil
5 10 50 90 95
D1 156,79 3,36 151,27 152,49 156,79 161,09 162,31
D2 145,52 3,72 139,39 140,75 145,52 150,28 151,64
D3 124,82 4,81 116,90 118,66 124,82 130,98 132,74
D4 97,82 4,47 90,46 92,09 97,82 103,54 105,17
D5 90,02 4,32 82,90 84,48 90,02 95,55 97,13
D6 67,29 3,05 62,27 63,38 67,29 71,20 72,31
D7 59,50 2,87 54,77 55,82 59,50 63,18 64,23
D8 78,95 4,25 71,95 73,51 78,95 84,39 85,95
D9 70,45 2,45 66,42 67,31 70,45 73,59 74,48
D10 56,58 2,12 53,09 53,87 56,58 59,29 60,07
D11 21,44 3,07 16,40 17,52 21,44 25,36 26,48
D12 13,42 1,70 10,63 11,25 13,42 15,59 16,21
D13 57,14 2,28 53,38 54,22 57,14 60,06 60,90
D14 47,63 2,21 43,99 44,80 47,63 50,45 51,26
D15 50,62 3,07 45,56 46,68 50,62 54,55 55,67
D16 40,33 2,62 36,01 36,97 40,33 43,68 44,64
D17 41,22 2,10 37,77 38,54 41,22 43,90 44,67
D18 35,18 3,50 29,42 30,70 35,18 39,66 40,94
D19 39,52 3,13 34,37 35,51 39,52 43,53 44,67
D20 24,02 3,84 17,70 19,10 24,02 28,93 30,33
D21 22,22 3,64 16,23 17,56 22,22 26,88 28,21
D22 34,30 2,81 29,68 30,70 34,30 37,89 38,91
D23 41,02 3,45 35,34 36,60 41,02 45,43 46,69
D24 66,86 3,67 60,81 62,15 66,86 71,56 72,90
D25 58,38 3,77 52,18 53,56 58,38 63,20 64,58
D26 18,77 1,35 16,54 17,04 18,77 20,50 21,00
D27 17,06 1,59 14,45 15,03 17,06 19,09 19,67
D29 7,71 0,82 6,36 6,66 7,71 8,76 9,06
D30 24,03 2,58 19,78 20,72 24,03 27,33 28,27
D31 9,57 1,42 7,24 7,75 9,57 11,39 11,90
D32 157,97 4,39 150,74 152,35 157,97 163,59 165,20
D33 81,02 4,70 73,28 75,00 81,02 87,04 88,76
D34 193,17 6,33 182,75 185,06 193,17 201,27 203,58
D35 110,98 5,54 101,87 103,89 110,98 118,07 120,09
D36 68,85 3,67 62,81 64,15 68,85 73,54 74,88
Karena dimensi panjang tangan (D28) antropometri wanita tidak berdistribusi normal,
maka perhitungan nilai persentil untuk dimensi tersebut dapat dilakukan seperti berikut:
23
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.7 Data Antropometri Wanita Dimensi 28 Setelah Diurutkan
D28
No. Data No. Data No. Data No. Data
1 16,5 6 17 11 17,2 16 18
2 16,5 7 17 12 17,3 17 18
3 16,5 8 17 13 17,5 18 18,5
4 16,9 9 17 14 17,5 19 18,5
5 16,9 10 17 15 18 20 19,3
1. Persentil 5th dimensi panjang tangan (D28)
2. Persentil 10th dimensi panjang tangan (D28)
3. Persentil 50th dimensi panjang tangan (D28)
4. Persentil 90th dimensi panjang tangan (D28)
5. Persentil 95th dimensi panjang tangan (D28)
2.3 Analisis Desain Stasiun Kerja
Pada praktikum ini, studi kasus yang digunakan adalah stasiun kerja bagian
penggorengan kerupuk, dimana masih terdapat beberapa kesalahan pada postur kerja
operator, sehingga diperlukan adanya perbaikan untuk mengurangi resiko cidera yang
mungkin terjadi. Pada bagian ini dilakukan penggorengan kerupuk dengan menggunakan
sutil. Proses penggorengan ini dilakukan setelah kerupuk dijemur. Oleh karena itu, perlu
24
MODUL DESAIN ERGONOMI
dilakukan perancangan ulang pada stasiun kerja penggorengan kerupuk ini, agar kenyamanan
dan produktivitas dari pekerja meningkat. Contoh gambar stasiun kerja penggorengan
kerupuk dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Posisi tubuh pekerja pada saat melakukan penggorengan kerupuk adalah berdiri dengan
posisi badan agak membungkuk, dengan gerakan tangan membolak-balik kerupuk yang
sedang digoreng. Dimensi tubuh pekerja yang berinteraksi dengan stasiun disajikan dalam
Tabel 1.5.
Tabel 2.8 Tabel Interaksi Operator dengan Stasiun
No. Interaksi Keterangan Penggunaan
Dimensi Penggunaan
1. Antara manusia dengan stasiun
penggorengan
D32 Menentukan panjang stasiun
penggorengan
D5 Menentukan tinggi meja penggorengan
D25 Menentukan lebar dari stasiun
penggorengan
2. Antara manusia dengan sutil D28 Menentukan diameter holder sutil
3. Antara manusia dengan gantungan sutil D7 Menentukan tinggi dari gantungan sutil
Tabel 2.9 Tabel Evaluasi Dimensi
No Interaksi Keterangan Penggunaan Alasan Perbaikan
1. Operator melakukan
aktivitas dengan
posisi berdiri
Panjang
rentangan
tangan ke
samping (D32)
Panjang dari
stasiun
penggorengan
kerupuk
Kegiatan menggoreng kerupuk
merupakan kegiatan yang repetitive,
sehingga jika dalam melakukan
pengambilan kerupuk mentah dan
peletakkan kerupuk matang
menggunakan jangkauan yang tidak
normal maka akan menyebabkan
kelelahan pada lengan dan bersifat
boros pada penggunaan energi.
2. Operator melakukan
aktivitas
penggorengan
dengan posisi
berdiri
Tinggi pinggul
(D5)
Tinggi stasiun
penggorengan
Kegiatan penggorengan ini
merupakan kegiatan repetitive
dengan posisi statis, dan berdiri jika
tinggi meja terlalu tinggi atau
pendek maka akan meningkatkan
kelelahan pada operator, karena
operator harus melakukan usaha
lebih dalam aktivitas penggorengan
ini.
25
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.9 Tabel Evaluasi Dimensi (Lanjutan)
No Interaksi Keterangan Penggunaan Alasan Perbaikan
3. Operator menggunakan
sutil untuk menggoreng
kerupuk
Panjang
tangan
(D28)
Diameter holder
sutil
Kegiatan penggorengan kerupuk
merupakan kegiatan yang bersifat
repetitive, jika diameter holder
tidak pas dengan panjang tangan
operator, maka operator akan
kesulitan dalam menggenggam
sutil dan merasa tidak nyaman.
4. Operator menggunakan
gantungan sutil untuk
meletakkan sutil
Tinggi
ujung jari
(D7)
Tinggi
gantungan sutil
Kegiatan penggorengan kerupuk
merupakan kegiatan yang bersifat
repetitive dengan adanya posisi
yang statis, apabila gantungan
terlalu tinggi atau pendek maka
mengharuskan operator untuk
mengangkat lengan atau
membungkukkan badan.
5. Operator melakukan
penggorengan dengan
menggunakan sutil
Panjang
bahu
genggaman
tangan
kedepan
(D25)
Lebar stasiun
penggorengan
Kegiatan penggorengan kerupuk
merupakan kegiatan yang bersifat
repetitive dengan adanya posisi
yang statis, jika lebar stasiun
terlalu kecil atau besar, operator
sulit untuk melakukan
penggorengan.
2.4 Perbaikan Desain Stasiun Kerja
Perbaikan dimensi dilakukan untuk memperbaiki beberapa dimensi dari desain stasiun
kerja yang dirasa kurang sesuai atau beresiko menyebabkan cidera bagi operator. Adapun
perbaikan-perbaikan dimensi desain stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Tabel Perbaikan Dimensi Stasiun Kerja
No. Interaksi Dimensi Penggunaan Persentil Ukuran Allowance Total
Ukuran
1
Antara manusia
dengan meja
penggorengan
D32
Menentukan
panjang stasiun
penggorengan
5 157,88 - 157,88
2
Antara manusia
dengan meja
penggorengan
D5
Menentukan
tinggi meja
penggorengan
50 93,80
Ditambah
tebal alas
kaki
(+ 2 cm)
95,80
26
MODUL DESAIN ERGONOMI
Tabel 2.10 Tabel Perbaikan Dimensi Stasiun Kerja (Lanjutan)
No. Interaksi Dimensi Penggunaan Persentil Ukuran Allowance Total
Ukuran
3 Antara manusia
dengan sutil D28
Menentukan
diameter holder
sutil
5 16,57 - 16,57
4 Antara manusia
gantungan sutil D7
Menentukan
tinggi dari
gantungan sutil
50 60,50 - 60,50
5
Antara manusia
dengan stasiun
penggorengan
D25
Menentukan
lebar dari stasiun
penggorengan
5 53,42 - 53,42
Pada perbaikan dimensi stasiun kerja penggorengan kerupuk ada dua hal yang harus
diperhatikan yaitu penentuan persentil dan allowance. Berdasarkan pada Tabel 1.6, terdapat
lima dimensi yang harus diperbaiki pada stasiun kerja penggorengan kerupuk, yaitu:
1. Pada D32 atau dimensi rentangan tangan kesamping digunakan untuk menentukan
panjang dari stasiun penggorengan. Hal ini perlu didesain secara benar, dikarenakan
penggorengan dilakukan berulang-ulang dengan penambahan aktivitas pengambilan
kerupuk yang siap digoreng dan peletakkan kerupuk yang telah digoreng. Untuk
menghindari cedera pada tangan dan pengefisiensian ekonomi gerakan, diperlukan jarak
jangkauan yang normal.Persentil ke-5 (ekstrim bawah) dipilih dikarenakan agar operator
yang memiliki panjang lengan rendah tetap dapat menjangkau stasiun kerja secara
keseluruhan yaitu sebesar 157,88 cm.
2. Untuk menentukan tinggi stasiun penggorengan, digunakan dimensi tinggi pinggul (D5).
Hal ini perlu didesain secara benar agar operator yang menggunakan dapat merasa
nyaman. Ketika operator merasa nyaman terhadap stasiun kerjanya tentu kinerja akan
semakin membaik. Allowance yang diberikan adalah sebesar 2 cm , dikarenakan
operator memakai alas kaki dalam aktivitas penggorengan ini. Dalam perbaikan tinggi
stasiun penggorengan, persentil ke-50 dipilih agar operator yang memiliki tinggi rata-
rata, dapat menggunakannya yaitu sebesar 93,80 cm.
3. Pada D28 atau dimensi panjang tangan digunakan untuk menentukan diameter dari
holder sutil. Hal ini perlu didesain secara benar agar operator yang menggunakan dapat
merasa nyaman ketika menggenggam sutil. Ketika operator merasa nyaman terhadap
27
MODUL DESAIN ERGONOMI
fasilitas kerjanya tentu kinerja akan semakin membaik. Dalam merancang desain ini.
Dalam perbaikan holder sutil, persentil ke-5 dipilih agar operator yang memiliki panjang
tangan yang pendek tetap dapat menggenggam sutil, yaitu sebesar 16,57 cm.
4. Pada D7 atau dimensi tinggi ujung jari digunakan untuk menetapkan tinggi dari
gantungan sutil. Hal ini perlu didesain secara benar agar operator yang menggunakan
dapat merasa nyaman. Ketika operator merasa nyaman terhadap stasiun kerjanya tentu
kinerja akan semakin membaik.Dalam perbaikan ini, persentil ke-50 dipilih agar operator
yang memiliki tinggi jari rata-rata dapat menggunakan gantungan sutil ini yaitu sebesar
60,50 cm.
5. Pada D25 atau dimensi panjang bahu genggaman tangan kedepan, digunakan untuk
menentukan lebar dari stasiun penggorengan. Hal ini perlu didesain secara benar agar
operator yang menggunakan dapat merasa nyaman.Dalam perbaikan lebar stasiun
penggorengan, digunakan persentil ke-5 dipilih dikarenakan agar operator yang memiliki
panjang bahu genggaman tangan ke depan yang lebih besar tetap dapat menggoreng
kerupuk dengan nyaman yaitu sebesar 53,42 cm.
2.5 Desain Baru Stasiun Kerja
Berikut ini merupakan gambar dari desain baru stasiun kerja penggorengan kerupuk yang
dibuat dengan menggunakan software sketch up.
Gambar 2.4 Desain baru stasiun kerja tampak keseluruhan
Sumber: Interface SketchUp (2015)
28
MODUL DESAIN ERGONOMI
Dari gambar di atas dapat dilihat secara keseluruhan layout dari desain stasiun kerja yang
akan dibuat beserta dimensi-dimensi yang digunakan untuk pengaplikasian ukuran dari
stasiun kerja tersebut. Stasiun kerja yang baru terdiri dari tempat menaruh kerupuk yang
masih mentah, tempat penggorengan kerupuk, dan tempat untuk meniriskan minyak kerupuk.
Tempat kerupuk yang masih mentah didesain untuk memudahkan operator dalam mengambil
kerupuk dengan cepat agar gerakan dapat diminimalisir dengan memperkecil jarak. Tempat
untuk menggoreng kerupuk didesain terdiri atas wajan silinder dengan kedalaman tertentu
yang dibuat untuk memperkecil kemungkinan operator terkena percikan minyak panas saat
menggoreng kerupuk. Sedangkan tempat meniriskan minyak kerupuk juga didesain dengan
kedalaman tertentu agar mampu menampung kerupuk dalam jumlah besar. Minyak hasil
penirisan nantinya akan ditampung oleh suatu laci penampungan yang akan memudahkan
operator dalam membuang minyak tersebut. Stasiun kerja juga didesain agar memiliki
gantungan sutil untuk memudahkan penyimpanan sutil ketika operator selesai bekerja. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2.5 Desain baru stasiun kerja tampak atas
Sumber: Interface SketchUp (2015)
29
MODUL DESAIN ERGONOMI
Selain desain baru terhadap stasiun kerja, pendesainan ulang juga dilakukan terhadap
sutil yang dipakai untuk mengangkat kerupuk dalam jumlah besar yang kemudian akan
ditaruh di tempat penirisan. Sutil dibuat seperti jaring-jaring agar saat mengangkat kerupuk
minyak dari wajan tidak boros terbuang begitu saja ke tempat penirisan. Pembuatan sutil ini
disesuaikan dengan ukuran persentil 5th
untuk dimensi panjang tangan, yaitu D28. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini.
Gambar 2.6 Desain baru sutil tampak keseluruhan
Sumber: Interface SketchUp (2015)
30
MODUL DESAIN ERGONOMI
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan dari laporan praktikum.
1. Pengukuran tubuh manusia yang sesuai dengan kaidah antropometri berkaitan dengan 36
dimensi tubuh, yang meliputi tubuh, tangan, dan kepala. Dalam perancangan stasiun
kerja, fasilitas kerja, dan desain produk digunakan data antropometri sehingga akan
diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dengan dimensi anggota tubuh operator yang akan
menggunakannnya. Pengukuran dimensi antropometri itu sendiri menggunakan kursi
antropometri, penggaris, staturimeter, dan meteran. Setelah proses pengambilan data
selesai, lalu dihitung rata-rata, standar deviasi dari 40 data yang terdiri dari 20 data pria
dan 20 data wanita. Selanjutnya langkah yang terakhir dilakukan adalah menghitung
persentil. Data persentil itulah yang nantinya akan menjadi acuan dalam perancangan
desain stasiun kerja yang baru.
2. Pada studi kasus kali ini yang menjadi objek pengamatan adalah stasiun kerja
penggorengan kerupuk. Dalam analisis data digunakan metode RULA (Rapid Upper
Limb Assessment) yaitu metode yang menitikberatkan perhitungan dan analisis pada
tubuh bagian atas dengan kaki operator sebagai penopang. Dengan menggunakan metode
RULA didapatkan total skor terhadap posisi pengangkatan adalah 7 yang menunjukkan
level aksi 4. Artinya, posisi yang dilakukan beresiko menimbulkan cidera dan perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan ke posisi yang lebih aman untuk menghindari cidera
dalam beraktivitas. Perbaikan yang diberikan pada stasiun kerja penggorengan kerupuk
yaitu dengan membuat stasiun kerja sesuai dengan antropometri operator sehingga
operator dapat bekerja dalam posisi normal dan meminimalkan resiko terjadinya cidera,
dilakukan juga penambahan wadah kerupuk mentah pada sisi kanan stasiun dan juga
penambahan wadah penirisan kerupuk pada sisi kiri stasiun penggorengan. Hal ini
dilakukan agar operator lebih mudah dalam melakukan penggorengan, terutama dalam
melakukan pengambilan kerupuk mentah, dan peletakkan kerupuk yang telah matang.
Karena pada stasiun kerja yang lama jangkauan yang diberikan kepada operator untuk
mengambil kerupuk mentah sangat jauh sehingga tidak ergonomis dan tidak sesuai
dengan kaidah ekonomi gerakan.
31
MODUL DESAIN ERGONOMI
3. Pada studi kasus penggorengan kerupuk, masih terdapat beberapa kesalahan pada postur
kerja operator, sehingga diperlukan adanya perbaikan untuk mengurangi resiko cedera
yang mungkin terjadi. Perbaikan stasiun kerja dilakukan pada 5 dimensi yaitu dimensi
panjang rentangan tangan ke samping dengan penggunaan persentil ke-5 yaitu sebesar
157,88 cm, dimensi tinggi pinggul dengan persentil ke-50 yaitu sebesar 93,8 cm dengan
penambahan allowance sebesar 2 cm karena operator menggunakan alas kaki, sehingga
ukuran tinggi stasiun penggorengan kerupuk menjadi 95,8 cm, dimensi panjang tangan
dengan persentil ke-5 yaitu sebesar 16,57 cm, dimensi tinggi ujung jari dengan persentil
ke-50 yaitu sebesar 60,50 cm, dan dimensi panjang bahu genggaman tangan ke depan
dengan penggunaan persentil ke-5 yaitu sebesar 73,68 cm.
3.2 Saran
Berikut merupakan saran yang dapat diberikan bagi studi kasus stasiun kerja
penggorengan kerupuk.
1. Sebaiknya operator menggunakan alat pengaman berupa pakaian dan masker agar wajah
dan tubuh operator tidak terkena percikan minyak panas saat menggoreng.
2. Operator sebaiknya diberikan waktu istirahat yang cukup untuk mengumpulkan energi
guna adanya peningkatan performansi pada pekerjaan yang dilakukan.
3. Stasiun kerja perlu dilakukan perbaikan dengan mendesain ulang berdasarkan
antropometri dimensi tubuh operator.