31
1 MODUL DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu sistem kerja terdapat empat komponen yaitu mesin, manusia, material dan lingkungan kerja. Masing-masing dari komponen saling berinteraksi dalam sistem kerja yang ada. Komponen yang paling utama adalah manusia, selain sebagai komponen yang menggerakkan jalannya sistem, manusia juga berperan sebagai pengontrol dari mesin yang ada hingga dihasilkannya output dari sistem tersebut. Selain manusia komponen-komponen lain harus diperhatikan dan dirancang serta disesuaikan dengan operator. Hal ini dikarenakan komponen-komponen tersebut adalah pendukung kegiatan yang berjalan dalam sistem dan secara langsung berinteraksi dengan operator. Kesesuaian ini berguna dalam meminimalisir terjadinya cidera pada saat bekerja. Potensi cidera yang mungkin terjadi pada suatu workstation dapat di analisis dengan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dan REBA (Rapid Entire Body Assesment). RULA adalah suatu metode perhitungan rating beban muskoloskeletal dalam suatu pekerjaan dimana seseorang akan memiliki resiko dari pembebanan bagian atas tubuh dan leher. Ini memberikan suatu nilai yang menjelaskan suatu pekerjaan dimana nilai tersebut mencerminkan keadaan postur tubuh, gaya dan pergerakan yang dilakukan. Sedangkan, REBA adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara umum dan cepat untuk menilai posisi kerja (postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki ) seorang pekerja. Hasil dari kedua metode tersebut berupa skor akhir yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kondisi kerja dari workstation yang di teliti. Setelah perbaikan dilakukan maka diharapkan operator dapat bekerja secara optimal dengan kemungkinan terjadinya cidera yang minim, dan performansi kerja meningkat sehingga output yang dihasilkan maksimal. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari mengenai pengukuran dimensi tubuh manusia. Dalam perancangan suatu workstation, layout suatu perusahaan, equipment, pakaian dan lain lain, maka diperlukan ilmu antropometri. Tak hanya itu, ilmu antropometri harus didampingi oleh ilmu ergonomi untuk menghasilkan suatu rancangan komponen sistem yang optimal dengan memanfaatkan data dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan fasilitas dan workstation tersebut. Dalam praktikum antropometri kali ini studi kasus yang di teliti

Laporan Modul 1.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam suatu sistem kerja terdapat empat komponen yaitu mesin, manusia, material dan

    lingkungan kerja. Masing-masing dari komponen saling berinteraksi dalam sistem kerja yang

    ada. Komponen yang paling utama adalah manusia, selain sebagai komponen yang

    menggerakkan jalannya sistem, manusia juga berperan sebagai pengontrol dari mesin yang

    ada hingga dihasilkannya output dari sistem tersebut. Selain manusia komponen-komponen

    lain harus diperhatikan dan dirancang serta disesuaikan dengan operator. Hal ini dikarenakan

    komponen-komponen tersebut adalah pendukung kegiatan yang berjalan dalam sistem dan

    secara langsung berinteraksi dengan operator. Kesesuaian ini berguna dalam meminimalisir

    terjadinya cidera pada saat bekerja.

    Potensi cidera yang mungkin terjadi pada suatu workstation dapat di analisis dengan

    menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dan REBA (Rapid Entire Body

    Assesment). RULA adalah suatu metode perhitungan rating beban muskoloskeletal dalam

    suatu pekerjaan dimana seseorang akan memiliki resiko dari pembebanan bagian atas tubuh

    dan leher. Ini memberikan suatu nilai yang menjelaskan suatu pekerjaan dimana nilai tersebut

    mencerminkan keadaan postur tubuh, gaya dan pergerakan yang dilakukan. Sedangkan,

    REBA adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat

    digunakan secara umum dan cepat untuk menilai posisi kerja (postur leher, punggung,

    lengan, pergelangan tangan dan kaki ) seorang pekerja. Hasil dari kedua metode tersebut

    berupa skor akhir yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kondisi kerja dari

    workstation yang di teliti. Setelah perbaikan dilakukan maka diharapkan operator dapat

    bekerja secara optimal dengan kemungkinan terjadinya cidera yang minim, dan performansi

    kerja meningkat sehingga output yang dihasilkan maksimal.

    Antropometri adalah ilmu yang mempelajari mengenai pengukuran dimensi tubuh

    manusia. Dalam perancangan suatu workstation, layout suatu perusahaan, equipment, pakaian

    dan lain lain, maka diperlukan ilmu antropometri. Tak hanya itu, ilmu antropometri harus

    didampingi oleh ilmu ergonomi untuk menghasilkan suatu rancangan komponen sistem yang

    optimal dengan memanfaatkan data dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan fasilitas

    dan workstation tersebut. Dalam praktikum antropometri kali ini studi kasus yang di teliti

  • 2

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    adalah postur kerja pada stasiun penggorengan kerupuk. Pada stasiun ini akan di analisis

    postur kerja operator penggorengan kerupuk, dan dilakukan re-design pada stasiun kerja

    tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko cidera yang mungkin terjadi.

    1.2 Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran tubuh manusia sesuai dengan data

    antropometri Indonesia.

    2. Mampu mengevaluasi desain stasiun kerja melalui analisis postur kerja dengan metode

    RULA (Rapid Upper Limb Assesment).

    3. Mampu merancang ulang desain stasiun kerja penggorengan kerupuk menggunakan

    persentil dan data antropometri sehingga menghasilkan stasiun kerja penggorengan

    kerupuk yang lebih ergonomis.

  • 3

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    1.3 Diagram Alir Praktikum

    Berikut adalah diagram alir praktikum modul desain ergonomi.

    Mulai

    Identifikasi masalah

    Tinjauan pustaka

    Pengambilan data

    Data

    antropometri

    Data desain

    perbaikan

    lingkungan kerja

    Uji kenormalan data pria dan

    wanita

    Hitung percentile pria dan

    wanita

    Perbaikan stasiun

    kerja

    Desain

    stasiun

    kerja

    Kesimpulan dan

    saran

    Selesai

    Analisis stasiun kerja

    Analisis dan

    interpretasi data

    Gambar 1.1 Diagram alir praktikum desain ergonomi

  • 4

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    1.4 Alat dan Bahan Praktikum

    Berikut ini merupakan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum desain ergonomi.

    1. Kursi Antropometri

    Digunakan untuk mengukur dimensi tubuh manusia.

    2. Staturemeter

    Digunakan untuk mengukur dimensi tubuh manusia dalam keadaan berdiri tegak

    3. Pita Meteran

    Alat yang pada umumnya digunakan untuk mengukur segala lingkar atau lengkung.

    4. Alat Ukur Bantu

    Digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran dimensi tubuh manusia.

    5. Lembar Pengamatan

    Digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dimensi tubuh antropometri dan

    analisis postur.

    6. Stasiun Kerja Penggorengan Kerupuk

    Digunakan sebagai objek pengamatan.

    1.5 Prosedur Praktikum

    Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum desain ergonomi:

    1. Membagi praktikan menjadi dua kelompok. Pengukur dan objek yang diukur harus

    sesama jenis dalam kelompok tersebut.

    2. Membagi tugas dalam masing-masing kelompok yang telah dibagi menjadi pengukur,

    pencatat hasil ukuran, dan operator yang diukur sesuai dengan dimensi pada

    antropometri Indonesia.

    3. Melakukan persiapan pengukuran antropometri dengan alat ukur yang tersedia.

    4. Mengukur dimensi tubuh sesuai dengan dimensi antropometri.

    5. Mencatat hasil pengukuran tersebut pada lembar pengamatan.

    6. Mengolah data dengan menghitung persentil.

    7. Melakukan pengumpulan data desain produk.

    8. Melakukan analisis dan interpretasi data.

    9. Merancang ulang desain produk.

    10. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran pada praktikum yang telah dilakukan.

  • 5

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    BAB II

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    2.1 Gambaran Umum Stasiun Kerja

    Stasiun kerja yang menjadi pengamatan dalam studi kasus adalah tempat penggorengan

    kerupuk pada perusahaan kerupuk Rukun Jaya yang berlokasi di sekitar Jalan Jupri. Pada

    stasiun kerja ini dapat dilihat operator yang sedang menggoreng kerupuk di sebuah

    penggorengan besar yang terlihat tidak ergonomis yang lebih jelasnya dapat dilihat pada

    gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Stasiun kerja penggorengan kerupuk

    Sumber: Dokumentasi pribadi (2015)

    Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa stasiun kerja tempat penggorengan kerupuk yang

    terlalu besar dan dangkal dapat menyebabkan pekerja terciprat oleh minyak panas saat

    melakukan aktivitas penggorengan. Penggorengan juga terlalu pendek dan menyebabkan

    pekerja kesulitan dalam menjangkau sehingga pekerja harus membungkukkan badan. Tempat

    meniriskan minyak untuk kerupuk yang sudah matang terlalu sempit dan tempat kerupuk

    mentah terlalu jauh dari jangkauan pekerja. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perbaikan

    stasiun kerja yang ergonomis yang dibuat dengan memerhatikan data antropometri tubuh

    operator.

  • 6

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    2.1.1 Analisa Postur Tubuh dengan Metode RULA

    Analisa postur kerja yang dilakukan terhadap kegiatan pada stasiun kerja penggorengan

    kerupuk menggunakan analisis metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment). Posisi tubuh

    yang akan dianalisis dengan menggunakan metode RULA dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Analisis sudut dimensi tubuh operator

    Sumber: Dokumentasi pribadi (2015)

  • 7

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Gambar 2.3 Tabel RULA hasil perhitungan analisis postur kerja

    Sumber: Sapto Adi Nugroho (2013)

  • 8

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Berikut merupakan langkah-langkah untuk menganalisis stasiun kerja dengan metode

    RULA (Rapid Upper Limb Assessment).

    1. Untuk segmen upper arm mendapat skor +3 karena lengan atas mengalami fleksi 76,39

    karena bahu operator terangkat ke atas ketika melakukan pekerjaan maka skor upper arm

    ditambahkan +1 dan karena upper arm bergerak menjauhi tubuh maka skor ditambah +1

    sehingga total skor pada kolom upper arm adalah +5.

    2. Untuk segmen lower arm mendapat skor +2 karena lengan bawah mengalami sudut

    94,62, dan karena posisi lengan bawah bekerja menyilang di depan tubuh atau keluar

    kesamping tubuh maka skor ditambah +1, sehingga di kolom lower arm skor total yang

    dilingkari adalah angka 3.

    3. Untuk segmen wrist position mendapat skor +3 karena pergelangan tangan mengalami

    sudut lebih dari 15 yaitu 94,65 sehingga pada kolom wrist position skor dilingkari

    angka 3. Untuk segmen wrist twist mendapat skor +1 karena pergelangan tangan berputar

    dalam jangkauan tengah, sehingga di kolom wrist twist dilingkari angka 1.

    4. Untuk segmen posture skor, perhatikan dari langkah 1 - 3 kemudian liat hasil pada tabel

    A bernilai = 7.

    5. Setelah nilai tabel A selesai, analisislah tabel B. Untuk segmen muscle use skor

    mendapat skor +1 karena badan cenderung diam lebih dari 10 menit atau jika bergerak

    berulang yang terjadi 4x per menit.

    6. Untuk segmen force/load skor mendapat skor +0 karena beban kurang dari 4.4 lbs

    (sebentar-sebentar). Maka total skor wrist & arm di atas adalah 7+1+0 = 8.

    7. Untuk segmen neck position mendapat skor +3 karena leher mengalami sudut 27,10 dan

    posisi leher sering menoleh ke kiri atau kanan mendapat tambahan skor +1, sehingga

    pada kolom neck position skor dilingkari angka 4.

    8. Untuk segmen trunk position mendapat skor +2 karena punggung mengalami sudut

    17,90, serta ditambahkan +1 karena trunk terpuntir ke kiri sehingga di kolom trunk

    position dilingkari angka 3.

    9. Untuk segmen legs mendapat skor +1 karena kaki menopang tubuh ketika operator

    melakukan pekerjaan, sehingga di kolom legs dilingkari angka 1.

    10. Untuk segmen posture skor, lihat langkah 5 sampai 9 kemudian identifikasi hasil pada

    tabel B bernilai = 6.

  • 9

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    11. Untuk segmen muscle use skor mendapat skor +1 karena badan cenderung diam lebih

    dari 10 menit atau jika bergerak berulang yang terjadi 4 kali per menit.

    12. Untuk segmen force/load skor mendapat skor 0 karena beban kurang dari 4.4 lbs. Maka

    total neck, trunk and leg skor di atas adalah 6+1+0 = 7.

    13. Hasil tabel C adalah 7, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dibutuhkan pemeriksaan

    dan perubahan penerapan pada stasiun kerja tersebut.

    Dari pengamatan dan pengolahan dengan metode RULA didapatkan nilai RULA

    terhadap posisi pengangkatan adalah 7 yang menunjukkan level aksi 4. Artinya, posisi yang

    dilakukan beresiko menimbulkan cidera dan perlu dilakukan perbaikan-perbaikan ke posisi

    yang lebih aman untuk menghindari cidera dalam beraktivitas.

    2.2 Pengolahan Data Antropometri

    Data antropometri manusia sangat dibutuhkan dalam perancangan suatu sistem kerja.

    Karena jika terjadi ketidak sesuaian antara ukuran stasiun kerja dengan dimensi operator

    maka dapat menyebabkan postur kerja yang salah yang mengakibatkan besarnya tingkat

    kelelahan pada operator. Kenyamanan maupun performansi kerja dari pekerja pun dapat

    menurun.

    Data antropometri didapat dari hasil pengukuran dimensi tubuh manusia. Dengan

    menggunakan data antropometri, dalam perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain

    produk akan diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh

    manusia yang akan menggunakannnya.

    2.2.1 Dimensi Tubuh Manusia

    Pada tabel 2.1 berikut ini merupakan penjabaran mengenai dimensi tubuh manusia serta

    bagaimana cara mengukurnya.

  • 10

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia

    No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi

    1

    Dimensi tinggi

    tubuh

    Jarak vertikal dari

    lantai ke bagian

    paling atas kepala.

    2

    Dimensi tinggi

    mata

    Jarak vertikal dari

    lantai ke bagian paling

    atas kepala.

    3

    Dimensi tinggi

    bahu

    Jarak vertikal dari

    lantai ke bagian atas

    bahu kanan

    (acromion) atau

    ujung tulang bahu

    kanan.

    4

    Dimensi tinggi

    siku

    Jarak vertikal dari

    lantai ke titik

    terbawah di sudut siku

    bagian kanan.

    5

    Dimensi tinggi

    pinggul

    Jarak vertikal dari

    lantai ke bagian

    pinggul kanan.

    6

    Dimensi tinggi

    tulang ruas

    Jarak vertikal dari

    lantai ke bagian

    tulang ruas atau buku

    jari tangan kanan

    (metacartals).

    7

    Dimensi tinggi

    ujung jari

    Jarak vertikal dari

    lantai ke ujung jari

    tengah tangan kanan

    (dactylion).

    8

    Dimensi tinggi

    dalam posisi

    duduk

    Jarak vertikal dari alas

    duduk ke bagian

    paling atas kepala

  • 11

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)

    No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi

    9

    Dimensi tinggi

    mata dalam posisi

    duduk

    Jarak vertikal dari

    alas duduk ke

    bagian luar sudut

    mata kanan

    10

    Dimensi tinggi bahu

    dalam posisi duduk

    Jarak vertikal dari

    alas duduk ke

    bagian atas bahu

    kanan

    11

    Dimensi tinggi siku

    dalam posisi duduk

    Jarak vertikal dari

    alas duduk ke

    bagian bawah

    lengan bawah

    tangan kanan

    12

    Dimensi tebal paha

    Jarak vertikal dari

    alas duduk ke

    bagian atas paha

    kanan

    13

    Dimensi panjang

    lutut

    Jarak horizontal

    dari bagian

    belakang pantat

    (pinggul) ke

    bagian depan

    lutut kanan

    14

    Dimensi panjang

    popliteal

    Jarak horizontal dari

    bagian belakang

    pantat (pinggul) ke

    bagian belakang

    lutut kanan

    15

    Dimensi tinggi lutut

    Jarak vertikal dari

    lantai ke

    tempurung lutut

    kanan.

    16

    Dimensi tinggi

    popliteal

    Jarak vertikal

    darilantai ke sudut

    popliteal yang

    terletak di bawah

    paha, tepat di

    bagian belakang

    lutut kaki kanan

  • 12

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)

    No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi

    17

    Dimensi lebar sisi

    bahu

    Jarak horizontal

    antara sisi

    paling luar bahu

    kiri dan bahu

    atas kanan

    18

    Dimensi lebar bahu

    bagian atas

    Jarak horizontal

    antara bahu kiri

    dan bahu atas

    kanan

    19 Dimensi lebar pinggul

    Jarak

    horizontal

    antara sisi

    paling luar

    pinggul kiri

    dan pinggul

    kanan.

    20 Dimensi tebal dada

    Jarak horizontal

    dari bagian

    belakang tubuh ke

    bagian dada untuk

    subyek laki-laki

    atau bagian buah

    dada untuk subyek

    peremuan.

    21 Dimensi tebal perut

    Jarak horizontal

    dari bagian

    belakang tubuh

    ke bagian tubuh

    yang paling

    menonjol di

    bagian perut.

    22 Dimensi panjang

    lengan atas

    Jarak vertikal dari

    bagian bawah

    lengan bawah

    kanan ke bagian

    atas bahu kanan.

    23 Dimensi panjang

    lengan bawah

    Jarak horizontal

    dari lengan

    bawah diukur

    dari bagian

    belakang siku

    kanan ke

    bagian ujung

    jari tengah

    24 Dimensi panjang

    rentang tangan ke

    depan

    Jarak dari bagian

    atas bahu kanan

    (acromion) ke

    ujung jari tengah

    tangan kanan

    dengan siku dan

    pergelangan

    tangan lurus.

  • 13

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)

    No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi

    25 Dimensi panjang

    bahu genggaman

    tangan ke depan

    Jarak dari bagian

    atas bahu kanan

    (acromion) ke

    pusat batang

    silinder yang di

    genggam oleh

    tangan kanan

    dengan siku dan

    pergelangan

    tangan lurus.

    26 Dimensi panjang kepala

    Jarak horizontal

    dari bagian

    kepala paling

    depan dahi

    (bagian tengah

    atara dua alis) ke

    bagian tengah

    kepala paling

    belakang.

    27 Dimensi lebar kepala

    Jarak horizontal

    dari sisi kepala

    bagian kanan,

    tepat diatas

    telinga.

    28 Dimensi panjang tangan

    Jaraklipatan

    pergelangan

    tangan ke ujung

    jari tengah

    tangankanan

    dengan posisi

    tangan dan

    seluruh jari

    lurus.

    29

    Dimensi lebar tangan

    Jarak antara kedua

    sisi luar empat

    buku jari tangan

    kanan yang

    diposisikan lurus

    dan rapat.

    30

    Dimensi panjang kaki

    Jarak horizontal

    dari bagian

    belakang kaki

    (tumit) ke depan

    paling ujung

    dari kaki kanan.

    31

    Dimensi lebar kaki

    Jarak antara kedua

    sisi paling luar

    kaki.

    32

    Dimensi panjang

    rentangan tangan ke

    samping

    Jarak

    maksimum

    ujungjari tengah

    tanan kanan ke

    ujung jari

    tengah tangan

    kiri.

  • 14

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.1 Dimensi Tubuh Antropometri Indonesia (Lanjutan)

    No. Dimensi tubuh Definisi No. Dimensi tubuh Definisi

    33 Dimensi panjang

    rentangan siku

    Jarak yang

    diukur dari

    ujung siku

    tangan kanan ke

    ujung siku

    tangan kiri.

    34 Dimensi tinggi

    genggaman tangan ke

    atas dalam posisi

    berdiri

    Jarak vertikal

    dari lantai ke

    pusat batang

    silinder (center

    of a cylindrical

    rod) yang

    digenggam oleh

    telapak tangan

    kanan.

    35 Dimensi tinggi

    genggaman tangan ke atas

    dalam posisi duduk

    Jarak vertikal

    dari alas duduk

    ke pusat batang

    silinder.

    36 Dimensi panjang

    genggaman tangan ke

    depan

    Jarak yang

    diukur dari

    bagian belakang

    bahu kanan

    (tulang belikat)

    ke pusat batang

    silinder yang

    digenggam oleh

    telapak tangan

    kanan.

    Sumber : Antropometri Indonesia (2014)

    2.2.2 Rekap Data Antropometri

    Rekap data antropometri berupa dimensi tubuh yang telah diukur kemudian

    dikumpulkan dan direkap disajikan dalam lampiran.

    (Lampiran)

    2.2.3 Pengolahan dan Analisis Data

    Pengolahan dan analisis data adalah salah satu cara untuk mengetahui apakah data

    antropometri yang ada telah memenuhi kriteria untuk diolah. Salah satu analisis yang dapat

    digunakan adalah uji normalitas data menggunakan software SPSS. Uji ini berguna untuk

    mengetahui apakah data telah terdistribusi normal dan dapat mewakili populasi yang ada

    untuk digunakan atau tidak.

  • 15

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    2.2.3.1 Uji Kenormalan Data

    Uji kenormalan data berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan

    berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam pengujian

    normalitas suatu data tidak begitu rumit. Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar

    statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan

    berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar.

    Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki berdistribusi normal atau

    tidak, sebaiknya digunakan uji statistik normalitas karena belum tentu data yang lebih dari 30

    bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya data yang banyaknya kurang dari

    30 belum tentu tidak berdistribusi normal, untuk itu perlu suatu pembuktian. Uji statistik

    normalitas yang dapat digunakan diantaranya Chi-Square, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors,

    Shapiro-Wilk, Jarque Bera.

    2.2.3.1.1 Uji Kenormalan Data Antropometri Pria

    Berikut ini merupakan tabel uji kenormalan data antropometri pria dengan menggunakan

    software SPSS 21.

    Tabel 2.2 Uji Normalitas Data Antropometri Pria

    Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

    Statistic df Sig. Statistic df Sig.

    D1 ,136 20 ,200* ,926 20 ,128

    D2 ,106 20 ,200* ,964 20 ,622

    D3 ,175 20 ,110 ,936 20 ,200

    D4 ,126 20 ,200* ,959 20 ,520

    D5 ,131 20 ,200* ,935 20 ,193

    D6 ,144 20 ,200* ,967 20 ,691

    D7 ,120 20 ,200* ,974 20 ,833

    D8 ,167 20 ,147 ,959 20 ,531

    D9 ,135 20 ,200* ,947 20 ,323

    D10 ,108 20 ,200* ,986 20 ,985

    D11 ,178 20 ,098 ,861 20 ,008

    D12 ,121 20 ,200* ,928 20 ,140

    D13 ,156 20 ,200* ,872 20 ,013

    D14 ,170 20 ,131 ,942 20 ,258

    D15 ,151 20 ,200* ,949 20 ,348

    D16 ,137 20 ,200* ,944 20 ,291

    D17 ,094 20 ,200* ,983 20 ,965

    D18 ,143 20 ,200* ,976 20 ,876

  • 16

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.2 Uji Normalitas Data Antropometri Pria (Lanjutan) Kolmogorov-Smirnov

    a Shapiro-Wilk

    Statistic df Sig. Statistic df Sig.

    D19 ,099 20 ,200* ,979 20 ,917

    D20 ,186 20 ,069 ,958 20 ,510

    D21 ,152 20 ,200* ,941 20 ,250

    D22 ,103 20 ,200* ,974 20 ,831

    D23 ,091 20 ,200* ,980 20 ,932

    D24 ,154 20 ,200* ,921 20 ,102

    D25 ,112 20 ,200* ,937 20 ,215

    D26 ,147 20 ,200* ,948 20 ,334

    D27 ,112 20 ,200* ,964 20 ,630

    D28 ,176 20 ,106 ,887 20 ,024

    D29 ,169 20 ,138 ,942 20 ,256

    D30 ,159 20 ,199 ,965 20 ,637

    D31 ,155 20 ,200* ,958 20 ,511

    D32 ,162 20 ,176 ,956 20 ,468

    D33 ,113 20 ,200* ,947 20 ,327

    D34 ,151 20 ,200* ,948 20 ,341

    D35 ,117 20 ,200* ,983 20 ,966

    D36 ,165 20 ,154 ,922 20 ,107

    *. Thisis a lowerbound of thetruesignificance.

    a. LillieforsSignificanceCorrection

    Sumber: Output SPSS 21.

    Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai sig. yang terdapat pada tabel

    Kolmogorov-Smirnov > 0,05. Karena pada tabel 2.2 nilai sig pada uji Kolmogorov-Smirnov

    seluruh dimensi lebih dari 0,05, maka data seluruh dimensi tubuh pria berdistribusi normal.

    2.2.3.1.2 Uji Kenormalan Data Antropometri Wanita

    Pada tabel 2.3 berikut ini merupakan uji kenormalan data antropometri pria dengan

    menggunakan software SPSS 21.

    Tabel 2.3 Uji Normalitas Data Antropometri Wanita

    Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

    Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

    D1 ,166 20 ,149 ,923 20 ,112

    D2 ,155 20 ,200* ,909 20 ,060

    D3 ,149 20 ,200* ,943 20 ,278

    D4 ,133 20 ,200* ,973 20 ,819

  • 17

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.3 Uji Normalitas Data Antropometri Wanita (lanjutan) Kolmogorov-Smirnov

    a Shapiro-Wilk

    Statistic df Statistic df

    D5 ,099 20 ,200* ,980 20 ,932

    D6 ,175 20 ,111 ,929 20 ,147

    D7 ,158 20 ,200* ,948 20 ,332

    D8 ,135 20 ,200* ,939 20 ,232

    D9 ,177 20 ,100 ,914 20 ,075

    D10 ,141 20 ,200* ,929 20 ,150

    D11 ,128 20 ,200* ,967 20 ,689

    D12 ,149 20 ,200* ,932 20 ,171

    D13 ,126 20 ,200* ,955 20 ,450

    D14 ,109 20 ,200* ,956 20 ,475

    D15 ,105 20 ,200* ,958 20 ,512

    D16 ,101 20 ,200* ,970 20 ,754

    D17 ,134 20 ,200* ,968 20 ,709

    D18 ,133 20 ,200* ,976 20 ,868

    D19 ,118 20 ,200* ,969 20 ,726

    D20 ,149 20 ,200* ,914 20 ,077

    D21 ,124 20 ,200* ,962 20 ,576

    D22 ,092 20 ,200* ,983 20 ,968

    D23 ,138 20 ,200* ,984 20 ,975

    D24 ,112 20 ,200* ,934 20 ,184

    D25 ,104 20 ,200* ,976 20 ,874

    D26 ,117 20 ,200* ,976 20 ,875

    D27 ,185 20 ,071 ,949 20 ,356

    D28 ,203 20 ,029 ,898 20 ,038

    D29 ,157 20 ,200* ,946 20 ,312

    D30 ,154 20 ,200* ,928 20 ,143

    D31 ,154 20 ,200* ,906 20 ,054

    D32 ,105 20 ,200* ,968 20 ,707

    D33 ,141 20 ,200* ,926 20 ,131

    D34 ,163 20 ,171 ,925 20 ,123

    D35 ,130 20 ,200* ,956 20 ,469

    D36 ,183 20 ,077 ,938 20 ,218

    *. Thisis a lowerbound of thetruesignificance.

    a. LillieforsSignificanceCorrection

    Sumber: Output SPSS 21.

    Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai sig. yang terdapat pada tabel

    Kolmogorov-Smirnov > 0,05. Pada tabel 2.3 tidak seluruh dimensi tubuh wanita memiliki

    nilai sig. > 0,05. Dimensi yang tidak berdistribusi normal adalah D28 (Dimensi Panjang

  • 18

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tangan) karena memiliki nilai sig. < 0,05, sedangkan dimensi selain D28 berdistribusi

    normal, karena memiliki nilai sig. > 0,05.

    2.2.4 Perhitungan Persentil

    Dari data antropometri yang ada, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan persentil.

    Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari

    orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Berikut adalah rumus-rumus

    yang digunakan dalam melakukan perhitungan persentil.

    1. Rata-rata: (2-1)

    Sumber: Weirs (2008:91)

    dengan:

    = jumlah nilai dari data

    n = banyaknya data x dalam suatu sampel

    2. Standar deviasi : (2-2)

    Sumber: Bluman (2012:128)

    dengan:

    = rata-rata

    xi = nilai dari data

    n = banyaknya data x dalam suatu sampel

    3. Persentil

    Berikut adalah rumus persentil yang dapat digunakan untuk data yang berdistribusi

    normal.

    Tabel 2.4 Rumus Persentil

    Nama Persentil Rumus

    Persentil 5th

    Persentil 10th

    Persentil 50th

    Persentil 90th

    Persentil 95th

    Sumber: Wignjosoebroto (2000:67)

  • 19

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Dengan: = Rata-rata sampel

    = Standar deviasi

    Contoh perhitungan persentil pria dengan cara manual adalah sebagai berikut:

    1. Rata-rata ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 167,255167,23

    2. Standar Deviasi ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 5,2155,22

    3. Persentil 5th dimensi tinggi tubuh (D1)

    158,6431158,64

    4. Persentil 10thdimensi tinggi tubuh (D1)

    160,55

    5. Persentil 50th dimensi tinggi tubuh (D1)

    6. Persentil 90th dimensi tinggi tubuh (D1)

    173,91

    7. Persentil 95th dimensi tinggi tubuh (D1)

    175,82

    Contoh perhitungan persentil wanita dengan cara manual adalah sebagai berikut:

    1. Rata-rata ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 156,79

    2. Standar Deviasi ( ) dimensi tinggi tubuh (D1) = = 3,35683,36

  • 20

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    3. Persentil 5th dimensi tinggi tubuh (D1)

    151,2628151,26

    4. Persentil 10thdimensi tinggi tubuh (D1)

    152,49

    5. Persentil 50th dimensi tinggi tubuh (D1)

    6. Persentil 90th dimensi tinggi tubuh (D1)

    161,09

    7. Persentil 95th dimensi tinggi tubuh (D1)

    162,32

    Berikut adalah rumus perhitungan persentil untuk data tunggal yang tidak berdistribusi

    normal.

    (2-3)

    i+1 - xi) (2-4)

    Sumber: J. Supranto (2000:117)

    Dengan:

    Pi = persentil ke-i

    N = jumlah data

    Xi = nilai data ke-i

    = pecahan hasil letak persentil yang dicari

  • 21

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Perhitungan persentil dimensi tubuh pria dan wanita dari berbagai dimensi dapat dilihat

    pada Tabel 2.5.

    Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Persentil Dimensi Tubuh Pria

    Dimensi

    Tubuh

    Rata-

    rata

    Standar

    Deviasi

    Pengolahan Data Persentil

    5 10 50 90 95

    D1 167,26 5,22 158,68 160,58 167,26 173,93 175,83

    D2 155,93 5,46 146,94 148,94 155,93 162,91 164,91

    D3 139,46 5,52 130,37 132,38 139,46 146,53 148,54

    D4 102,48 5,20 93,92 95,82 102,48 109,13 111,03

    D5 93,80 4,68 86,10 87,81 93,80 99,78 101,49

    D6 70,15 4,01 63,55 65,01 70,15 75,28 76,74

    D7 60,50 3,64 54,52 55,85 60,50 65,15 66,48

    D8 87,13 4,16 80,28 81,80 87,13 92,45 93,97

    D9 75,72 3,58 69,82 71,13 75,72 80,30 81,61

    D10 59,34 4,09 52,60 54,09 59,34 64,58 66,07

    D11 21,79 2,65 17,42 18,39 21,79 25,18 26,15

    D12 14,49 3,06 9,45 10,57 14,49 18,41 19,53

    D13 59,24 3,45 53,56 54,82 59,24 63,65 64,91

    D14 48,21 3,00 43,27 44,36 48,21 52,05 53,14

    D15 52,72 3,36 47,19 48,41 52,72 57,02 58,24

    D16 42,53 2,08 39,11 39,87 42,53 45,19 45,95

    D17 45,68 6,11 35,63 37,86 45,68 53,50 55,73

    D18 39,74 3,45 34,06 35,32 39,74 44,15 45,41

    D19 39,14 5,53 30,05 32,06 39,14 46,21 48,22

    D20 22,71 3,16 17,51 18,66 22,71 26,75 27,90

    D21 24,64 4,50 17,23 18,88 24,64 30,39 32,04

    D22 37,33 3,20 32,07 33,23 37,33 41,42 42,58

    D23 45,06 4,12 38,28 39,79 45,06 50,32 51,83

    D24 73,25 5,14 64,79 66,67 73,25 79,83 81,71

    D25 63,55 6,16 53,42 55,67 63,55 71,43 73,68

    D26 20,19 1,58 17,58 18,16 20,19 22,21 22,79

    D27 17,04 2,30 13,26 14,10 17,04 19,97 20,81

    D28 18,47 1,15 16,57 16,99 18,47 19,95 20,37

    D29 8,48 0,57 7,54 7,75 8,48 9,21 9,42

    D30 25,14 1,73 22,30 22,93 25,14 27,35 27,98

    D31 10,32 1,57 7,74 8,31 10,32 12,33 12,90

    D32 171,34 8,18 157,88 160,87 171,34 181,80 184,79

    D33 87,94 4,14 81,13 82,64 87,94 93,23 94,74

    D34 213,44 16,86 185,71 191,86 213,44 235,01 241,16

    D35 119,94 5,53 110,85 112,86 119,94 127,01 129,02

    D36 71,55 5,19 63,01 64,90 71,55 78,20 80,09

  • 22

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Persentil Dimensi Tubuh Wanita

    Dimensi

    Tubuh

    Rata-

    rata

    Standar

    Deviasi

    Pengolahan Data Persentil

    5 10 50 90 95

    D1 156,79 3,36 151,27 152,49 156,79 161,09 162,31

    D2 145,52 3,72 139,39 140,75 145,52 150,28 151,64

    D3 124,82 4,81 116,90 118,66 124,82 130,98 132,74

    D4 97,82 4,47 90,46 92,09 97,82 103,54 105,17

    D5 90,02 4,32 82,90 84,48 90,02 95,55 97,13

    D6 67,29 3,05 62,27 63,38 67,29 71,20 72,31

    D7 59,50 2,87 54,77 55,82 59,50 63,18 64,23

    D8 78,95 4,25 71,95 73,51 78,95 84,39 85,95

    D9 70,45 2,45 66,42 67,31 70,45 73,59 74,48

    D10 56,58 2,12 53,09 53,87 56,58 59,29 60,07

    D11 21,44 3,07 16,40 17,52 21,44 25,36 26,48

    D12 13,42 1,70 10,63 11,25 13,42 15,59 16,21

    D13 57,14 2,28 53,38 54,22 57,14 60,06 60,90

    D14 47,63 2,21 43,99 44,80 47,63 50,45 51,26

    D15 50,62 3,07 45,56 46,68 50,62 54,55 55,67

    D16 40,33 2,62 36,01 36,97 40,33 43,68 44,64

    D17 41,22 2,10 37,77 38,54 41,22 43,90 44,67

    D18 35,18 3,50 29,42 30,70 35,18 39,66 40,94

    D19 39,52 3,13 34,37 35,51 39,52 43,53 44,67

    D20 24,02 3,84 17,70 19,10 24,02 28,93 30,33

    D21 22,22 3,64 16,23 17,56 22,22 26,88 28,21

    D22 34,30 2,81 29,68 30,70 34,30 37,89 38,91

    D23 41,02 3,45 35,34 36,60 41,02 45,43 46,69

    D24 66,86 3,67 60,81 62,15 66,86 71,56 72,90

    D25 58,38 3,77 52,18 53,56 58,38 63,20 64,58

    D26 18,77 1,35 16,54 17,04 18,77 20,50 21,00

    D27 17,06 1,59 14,45 15,03 17,06 19,09 19,67

    D29 7,71 0,82 6,36 6,66 7,71 8,76 9,06

    D30 24,03 2,58 19,78 20,72 24,03 27,33 28,27

    D31 9,57 1,42 7,24 7,75 9,57 11,39 11,90

    D32 157,97 4,39 150,74 152,35 157,97 163,59 165,20

    D33 81,02 4,70 73,28 75,00 81,02 87,04 88,76

    D34 193,17 6,33 182,75 185,06 193,17 201,27 203,58

    D35 110,98 5,54 101,87 103,89 110,98 118,07 120,09

    D36 68,85 3,67 62,81 64,15 68,85 73,54 74,88

    Karena dimensi panjang tangan (D28) antropometri wanita tidak berdistribusi normal,

    maka perhitungan nilai persentil untuk dimensi tersebut dapat dilakukan seperti berikut:

  • 23

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.7 Data Antropometri Wanita Dimensi 28 Setelah Diurutkan

    D28

    No. Data No. Data No. Data No. Data

    1 16,5 6 17 11 17,2 16 18

    2 16,5 7 17 12 17,3 17 18

    3 16,5 8 17 13 17,5 18 18,5

    4 16,9 9 17 14 17,5 19 18,5

    5 16,9 10 17 15 18 20 19,3

    1. Persentil 5th dimensi panjang tangan (D28)

    2. Persentil 10th dimensi panjang tangan (D28)

    3. Persentil 50th dimensi panjang tangan (D28)

    4. Persentil 90th dimensi panjang tangan (D28)

    5. Persentil 95th dimensi panjang tangan (D28)

    2.3 Analisis Desain Stasiun Kerja

    Pada praktikum ini, studi kasus yang digunakan adalah stasiun kerja bagian

    penggorengan kerupuk, dimana masih terdapat beberapa kesalahan pada postur kerja

    operator, sehingga diperlukan adanya perbaikan untuk mengurangi resiko cidera yang

    mungkin terjadi. Pada bagian ini dilakukan penggorengan kerupuk dengan menggunakan

    sutil. Proses penggorengan ini dilakukan setelah kerupuk dijemur. Oleh karena itu, perlu

  • 24

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    dilakukan perancangan ulang pada stasiun kerja penggorengan kerupuk ini, agar kenyamanan

    dan produktivitas dari pekerja meningkat. Contoh gambar stasiun kerja penggorengan

    kerupuk dapat dilihat pada Gambar 1.2.

    Posisi tubuh pekerja pada saat melakukan penggorengan kerupuk adalah berdiri dengan

    posisi badan agak membungkuk, dengan gerakan tangan membolak-balik kerupuk yang

    sedang digoreng. Dimensi tubuh pekerja yang berinteraksi dengan stasiun disajikan dalam

    Tabel 1.5.

    Tabel 2.8 Tabel Interaksi Operator dengan Stasiun

    No. Interaksi Keterangan Penggunaan

    Dimensi Penggunaan

    1. Antara manusia dengan stasiun

    penggorengan

    D32 Menentukan panjang stasiun

    penggorengan

    D5 Menentukan tinggi meja penggorengan

    D25 Menentukan lebar dari stasiun

    penggorengan

    2. Antara manusia dengan sutil D28 Menentukan diameter holder sutil

    3. Antara manusia dengan gantungan sutil D7 Menentukan tinggi dari gantungan sutil

    Tabel 2.9 Tabel Evaluasi Dimensi

    No Interaksi Keterangan Penggunaan Alasan Perbaikan

    1. Operator melakukan

    aktivitas dengan

    posisi berdiri

    Panjang

    rentangan

    tangan ke

    samping (D32)

    Panjang dari

    stasiun

    penggorengan

    kerupuk

    Kegiatan menggoreng kerupuk

    merupakan kegiatan yang repetitive,

    sehingga jika dalam melakukan

    pengambilan kerupuk mentah dan

    peletakkan kerupuk matang

    menggunakan jangkauan yang tidak

    normal maka akan menyebabkan

    kelelahan pada lengan dan bersifat

    boros pada penggunaan energi.

    2. Operator melakukan

    aktivitas

    penggorengan

    dengan posisi

    berdiri

    Tinggi pinggul

    (D5)

    Tinggi stasiun

    penggorengan

    Kegiatan penggorengan ini

    merupakan kegiatan repetitive

    dengan posisi statis, dan berdiri jika

    tinggi meja terlalu tinggi atau

    pendek maka akan meningkatkan

    kelelahan pada operator, karena

    operator harus melakukan usaha

    lebih dalam aktivitas penggorengan

    ini.

  • 25

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.9 Tabel Evaluasi Dimensi (Lanjutan)

    No Interaksi Keterangan Penggunaan Alasan Perbaikan

    3. Operator menggunakan

    sutil untuk menggoreng

    kerupuk

    Panjang

    tangan

    (D28)

    Diameter holder

    sutil

    Kegiatan penggorengan kerupuk

    merupakan kegiatan yang bersifat

    repetitive, jika diameter holder

    tidak pas dengan panjang tangan

    operator, maka operator akan

    kesulitan dalam menggenggam

    sutil dan merasa tidak nyaman.

    4. Operator menggunakan

    gantungan sutil untuk

    meletakkan sutil

    Tinggi

    ujung jari

    (D7)

    Tinggi

    gantungan sutil

    Kegiatan penggorengan kerupuk

    merupakan kegiatan yang bersifat

    repetitive dengan adanya posisi

    yang statis, apabila gantungan

    terlalu tinggi atau pendek maka

    mengharuskan operator untuk

    mengangkat lengan atau

    membungkukkan badan.

    5. Operator melakukan

    penggorengan dengan

    menggunakan sutil

    Panjang

    bahu

    genggaman

    tangan

    kedepan

    (D25)

    Lebar stasiun

    penggorengan

    Kegiatan penggorengan kerupuk

    merupakan kegiatan yang bersifat

    repetitive dengan adanya posisi

    yang statis, jika lebar stasiun

    terlalu kecil atau besar, operator

    sulit untuk melakukan

    penggorengan.

    2.4 Perbaikan Desain Stasiun Kerja

    Perbaikan dimensi dilakukan untuk memperbaiki beberapa dimensi dari desain stasiun

    kerja yang dirasa kurang sesuai atau beresiko menyebabkan cidera bagi operator. Adapun

    perbaikan-perbaikan dimensi desain stasiun kerja dapat dilihat pada Tabel 2.10.

    Tabel 2.10 Tabel Perbaikan Dimensi Stasiun Kerja

    No. Interaksi Dimensi Penggunaan Persentil Ukuran Allowance Total

    Ukuran

    1

    Antara manusia

    dengan meja

    penggorengan

    D32

    Menentukan

    panjang stasiun

    penggorengan

    5 157,88 - 157,88

    2

    Antara manusia

    dengan meja

    penggorengan

    D5

    Menentukan

    tinggi meja

    penggorengan

    50 93,80

    Ditambah

    tebal alas

    kaki

    (+ 2 cm)

    95,80

  • 26

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Tabel 2.10 Tabel Perbaikan Dimensi Stasiun Kerja (Lanjutan)

    No. Interaksi Dimensi Penggunaan Persentil Ukuran Allowance Total

    Ukuran

    3 Antara manusia

    dengan sutil D28

    Menentukan

    diameter holder

    sutil

    5 16,57 - 16,57

    4 Antara manusia

    gantungan sutil D7

    Menentukan

    tinggi dari

    gantungan sutil

    50 60,50 - 60,50

    5

    Antara manusia

    dengan stasiun

    penggorengan

    D25

    Menentukan

    lebar dari stasiun

    penggorengan

    5 53,42 - 53,42

    Pada perbaikan dimensi stasiun kerja penggorengan kerupuk ada dua hal yang harus

    diperhatikan yaitu penentuan persentil dan allowance. Berdasarkan pada Tabel 1.6, terdapat

    lima dimensi yang harus diperbaiki pada stasiun kerja penggorengan kerupuk, yaitu:

    1. Pada D32 atau dimensi rentangan tangan kesamping digunakan untuk menentukan

    panjang dari stasiun penggorengan. Hal ini perlu didesain secara benar, dikarenakan

    penggorengan dilakukan berulang-ulang dengan penambahan aktivitas pengambilan

    kerupuk yang siap digoreng dan peletakkan kerupuk yang telah digoreng. Untuk

    menghindari cedera pada tangan dan pengefisiensian ekonomi gerakan, diperlukan jarak

    jangkauan yang normal.Persentil ke-5 (ekstrim bawah) dipilih dikarenakan agar operator

    yang memiliki panjang lengan rendah tetap dapat menjangkau stasiun kerja secara

    keseluruhan yaitu sebesar 157,88 cm.

    2. Untuk menentukan tinggi stasiun penggorengan, digunakan dimensi tinggi pinggul (D5).

    Hal ini perlu didesain secara benar agar operator yang menggunakan dapat merasa

    nyaman. Ketika operator merasa nyaman terhadap stasiun kerjanya tentu kinerja akan

    semakin membaik. Allowance yang diberikan adalah sebesar 2 cm , dikarenakan

    operator memakai alas kaki dalam aktivitas penggorengan ini. Dalam perbaikan tinggi

    stasiun penggorengan, persentil ke-50 dipilih agar operator yang memiliki tinggi rata-

    rata, dapat menggunakannya yaitu sebesar 93,80 cm.

    3. Pada D28 atau dimensi panjang tangan digunakan untuk menentukan diameter dari

    holder sutil. Hal ini perlu didesain secara benar agar operator yang menggunakan dapat

    merasa nyaman ketika menggenggam sutil. Ketika operator merasa nyaman terhadap

  • 27

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    fasilitas kerjanya tentu kinerja akan semakin membaik. Dalam merancang desain ini.

    Dalam perbaikan holder sutil, persentil ke-5 dipilih agar operator yang memiliki panjang

    tangan yang pendek tetap dapat menggenggam sutil, yaitu sebesar 16,57 cm.

    4. Pada D7 atau dimensi tinggi ujung jari digunakan untuk menetapkan tinggi dari

    gantungan sutil. Hal ini perlu didesain secara benar agar operator yang menggunakan

    dapat merasa nyaman. Ketika operator merasa nyaman terhadap stasiun kerjanya tentu

    kinerja akan semakin membaik.Dalam perbaikan ini, persentil ke-50 dipilih agar operator

    yang memiliki tinggi jari rata-rata dapat menggunakan gantungan sutil ini yaitu sebesar

    60,50 cm.

    5. Pada D25 atau dimensi panjang bahu genggaman tangan kedepan, digunakan untuk

    menentukan lebar dari stasiun penggorengan. Hal ini perlu didesain secara benar agar

    operator yang menggunakan dapat merasa nyaman.Dalam perbaikan lebar stasiun

    penggorengan, digunakan persentil ke-5 dipilih dikarenakan agar operator yang memiliki

    panjang bahu genggaman tangan ke depan yang lebih besar tetap dapat menggoreng

    kerupuk dengan nyaman yaitu sebesar 53,42 cm.

    2.5 Desain Baru Stasiun Kerja

    Berikut ini merupakan gambar dari desain baru stasiun kerja penggorengan kerupuk yang

    dibuat dengan menggunakan software sketch up.

    Gambar 2.4 Desain baru stasiun kerja tampak keseluruhan

    Sumber: Interface SketchUp (2015)

  • 28

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Dari gambar di atas dapat dilihat secara keseluruhan layout dari desain stasiun kerja yang

    akan dibuat beserta dimensi-dimensi yang digunakan untuk pengaplikasian ukuran dari

    stasiun kerja tersebut. Stasiun kerja yang baru terdiri dari tempat menaruh kerupuk yang

    masih mentah, tempat penggorengan kerupuk, dan tempat untuk meniriskan minyak kerupuk.

    Tempat kerupuk yang masih mentah didesain untuk memudahkan operator dalam mengambil

    kerupuk dengan cepat agar gerakan dapat diminimalisir dengan memperkecil jarak. Tempat

    untuk menggoreng kerupuk didesain terdiri atas wajan silinder dengan kedalaman tertentu

    yang dibuat untuk memperkecil kemungkinan operator terkena percikan minyak panas saat

    menggoreng kerupuk. Sedangkan tempat meniriskan minyak kerupuk juga didesain dengan

    kedalaman tertentu agar mampu menampung kerupuk dalam jumlah besar. Minyak hasil

    penirisan nantinya akan ditampung oleh suatu laci penampungan yang akan memudahkan

    operator dalam membuang minyak tersebut. Stasiun kerja juga didesain agar memiliki

    gantungan sutil untuk memudahkan penyimpanan sutil ketika operator selesai bekerja. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini.

    Gambar 2.5 Desain baru stasiun kerja tampak atas

    Sumber: Interface SketchUp (2015)

  • 29

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    Selain desain baru terhadap stasiun kerja, pendesainan ulang juga dilakukan terhadap

    sutil yang dipakai untuk mengangkat kerupuk dalam jumlah besar yang kemudian akan

    ditaruh di tempat penirisan. Sutil dibuat seperti jaring-jaring agar saat mengangkat kerupuk

    minyak dari wajan tidak boros terbuang begitu saja ke tempat penirisan. Pembuatan sutil ini

    disesuaikan dengan ukuran persentil 5th

    untuk dimensi panjang tangan, yaitu D28. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah ini.

    Gambar 2.6 Desain baru sutil tampak keseluruhan

    Sumber: Interface SketchUp (2015)

  • 30

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Berikut adalah kesimpulan dari laporan praktikum.

    1. Pengukuran tubuh manusia yang sesuai dengan kaidah antropometri berkaitan dengan 36

    dimensi tubuh, yang meliputi tubuh, tangan, dan kepala. Dalam perancangan stasiun

    kerja, fasilitas kerja, dan desain produk digunakan data antropometri sehingga akan

    diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dengan dimensi anggota tubuh operator yang akan

    menggunakannnya. Pengukuran dimensi antropometri itu sendiri menggunakan kursi

    antropometri, penggaris, staturimeter, dan meteran. Setelah proses pengambilan data

    selesai, lalu dihitung rata-rata, standar deviasi dari 40 data yang terdiri dari 20 data pria

    dan 20 data wanita. Selanjutnya langkah yang terakhir dilakukan adalah menghitung

    persentil. Data persentil itulah yang nantinya akan menjadi acuan dalam perancangan

    desain stasiun kerja yang baru.

    2. Pada studi kasus kali ini yang menjadi objek pengamatan adalah stasiun kerja

    penggorengan kerupuk. Dalam analisis data digunakan metode RULA (Rapid Upper

    Limb Assessment) yaitu metode yang menitikberatkan perhitungan dan analisis pada

    tubuh bagian atas dengan kaki operator sebagai penopang. Dengan menggunakan metode

    RULA didapatkan total skor terhadap posisi pengangkatan adalah 7 yang menunjukkan

    level aksi 4. Artinya, posisi yang dilakukan beresiko menimbulkan cidera dan perlu

    dilakukan perbaikan-perbaikan ke posisi yang lebih aman untuk menghindari cidera

    dalam beraktivitas. Perbaikan yang diberikan pada stasiun kerja penggorengan kerupuk

    yaitu dengan membuat stasiun kerja sesuai dengan antropometri operator sehingga

    operator dapat bekerja dalam posisi normal dan meminimalkan resiko terjadinya cidera,

    dilakukan juga penambahan wadah kerupuk mentah pada sisi kanan stasiun dan juga

    penambahan wadah penirisan kerupuk pada sisi kiri stasiun penggorengan. Hal ini

    dilakukan agar operator lebih mudah dalam melakukan penggorengan, terutama dalam

    melakukan pengambilan kerupuk mentah, dan peletakkan kerupuk yang telah matang.

    Karena pada stasiun kerja yang lama jangkauan yang diberikan kepada operator untuk

    mengambil kerupuk mentah sangat jauh sehingga tidak ergonomis dan tidak sesuai

    dengan kaidah ekonomi gerakan.

  • 31

    MODUL DESAIN ERGONOMI

    3. Pada studi kasus penggorengan kerupuk, masih terdapat beberapa kesalahan pada postur

    kerja operator, sehingga diperlukan adanya perbaikan untuk mengurangi resiko cedera

    yang mungkin terjadi. Perbaikan stasiun kerja dilakukan pada 5 dimensi yaitu dimensi

    panjang rentangan tangan ke samping dengan penggunaan persentil ke-5 yaitu sebesar

    157,88 cm, dimensi tinggi pinggul dengan persentil ke-50 yaitu sebesar 93,8 cm dengan

    penambahan allowance sebesar 2 cm karena operator menggunakan alas kaki, sehingga

    ukuran tinggi stasiun penggorengan kerupuk menjadi 95,8 cm, dimensi panjang tangan

    dengan persentil ke-5 yaitu sebesar 16,57 cm, dimensi tinggi ujung jari dengan persentil

    ke-50 yaitu sebesar 60,50 cm, dan dimensi panjang bahu genggaman tangan ke depan

    dengan penggunaan persentil ke-5 yaitu sebesar 73,68 cm.

    3.2 Saran

    Berikut merupakan saran yang dapat diberikan bagi studi kasus stasiun kerja

    penggorengan kerupuk.

    1. Sebaiknya operator menggunakan alat pengaman berupa pakaian dan masker agar wajah

    dan tubuh operator tidak terkena percikan minyak panas saat menggoreng.

    2. Operator sebaiknya diberikan waktu istirahat yang cukup untuk mengumpulkan energi

    guna adanya peningkatan performansi pada pekerjaan yang dilakukan.

    3. Stasiun kerja perlu dilakukan perbaikan dengan mendesain ulang berdasarkan

    antropometri dimensi tubuh operator.