15
Metoda – Metoda Lapangan Metoda lapangan merupakan metoda, langkah-langkah, cara ataupun teknik yang diperlukan dalam melakukan pengamatan ataupun pengoleksian pada suatu hewan vertebrata di lapangan. Metoda lapangan terbagi atas dua, yaitu metoda aktif dan pasif. Metoda aktif merupakan metoda yang digunakan penangkap untuk menangkap dan mengamati objek dengan berinteraksi langsung akan objek yang ditangkap atau diamati. Sedangkan metoda pasif merupakan metoda yang digunakan penangkap untuk menangkap dan mengamati objek dengan tidak berinteraksi langsung dengan objek dan biasanya menggunakan alat bantu khusus yang dapat mempermudah kerja dari penangkap tersebut. Metoda – metoda yang digunakan untuk menangkap dan mengamati pada hewan vertebrata berbeda setiap kelasnya. Dalam pengoleksian di lapangan ada beberapa hal yang perlu diketahui seperti pengenalan tentang berbagai macam metoda pengoleksian hewan vertebrata di alam, alat-alat yang digunakan, serta keterampilan memakai alat bantu tersebut. Dalam pengoleksian di lapangan terdapat beberapa metoda yang dapat kita lakukan dalam penangkapan atau pengoleksian hewan vertebrata di lapangan, diantaranya adalah : Metoda aktif seperti penggunaan insect net, auditory cencus, night visual encounter dan metoda pasif seperti

Laporan Metoda Lapangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

metoda-metoda yang digunakan dalam pengamatan dan penangkapan hewan dilapangan

Citation preview

Page 1: Laporan Metoda Lapangan

Metoda – Metoda Lapangan

Metoda lapangan merupakan metoda, langkah-langkah, cara ataupun teknik yang

diperlukan dalam melakukan pengamatan ataupun pengoleksian pada suatu hewan

vertebrata di lapangan. Metoda lapangan terbagi atas dua, yaitu metoda aktif dan

pasif. Metoda aktif merupakan metoda yang digunakan penangkap untuk menangkap

dan mengamati objek dengan berinteraksi langsung akan objek yang ditangkap atau

diamati. Sedangkan metoda pasif merupakan metoda yang digunakan penangkap

untuk menangkap dan mengamati objek dengan tidak berinteraksi langsung dengan

objek dan biasanya menggunakan alat bantu khusus yang dapat mempermudah kerja

dari penangkap tersebut. Metoda – metoda yang digunakan untuk menangkap dan

mengamati pada hewan vertebrata berbeda setiap kelasnya.

Dalam pengoleksian di lapangan ada beberapa hal yang perlu diketahui seperti

pengenalan tentang berbagai macam metoda pengoleksian hewan vertebrata di alam,

alat-alat yang digunakan, serta keterampilan memakai alat bantu tersebut. Dalam

pengoleksian di lapangan terdapat beberapa metoda yang dapat kita lakukan dalam

penangkapan atau pengoleksian hewan vertebrata di lapangan, diantaranya adalah :

Metoda aktif seperti penggunaan insect net, auditory cencus, night visual encounter

dan metoda pasif seperti penggunaan fish trap, pitfall trap, mist net, digiscoping,

harpa trap, camera trap, small mamal trap, medium mammal trap, dan snap trap.

Metoda tersebut merupakan suatu metoda yang pada umumnya peneliti gunakan pada

saat di lapangan.

I. Kelas Pisces

1.1. Metoda Aktif

a. Tangguk Ikan

Metoda penangkapan ikan ini merupakan metoda aktif tradisional. Tangguk terbuat

dari jala yang dipasangkan pada sebuah bambu yang dibentuk melingkar dan diberi

tangkai. Penggunaan alat ini sendiri yaitu dengan cara memperangkap ikan dengan

jaring tersebut secara langsung.

Page 2: Laporan Metoda Lapangan

Gambar 1. Tangguk Ikan

a. Jaring b. Tangkai

1.2. Metoda Pasif

a. Fish trap

Fish Trap merupakan salah satu metoda penangkapan ikan secara pasif modern. Fish

Trap terbuat dari rajutan dan besi yang berbentuk segiempat.Alat ini menggunakan

prinsip agar ikan dapat mudah masuk namun tidak mudah keluar dari perangkap. Fish

Trap biasanya menggunakan umpan seperti pelet yang dibungkus dengan kain kassa

dan diikat pada sisi bawah perangkap. Hal ini dilakukan agar umpan tidak terbawa

arus dan serat - serat yang hanyut dari pelet dapat memancing ikan ke perangkap.

Cara kerja dari Fish Trap yaitu pertama tutup dibuka, kemudian diikatkan pelet

sebagai umpan ikan pada bagian sisi bawahnya agar ikan mau mendekat ke fish trap.

Celah tempat masuk ikan dipasangkan menghadap mengarah kearah datangnya arus,

agar ikan dengan mudah masuk ke dalam fish trap. Alat ini diletakkan dalam perairan

yang agak dalam dan agar tidak hanyut dapat dengan mengikat dengan tali pada

pohon serta bisa dengan member batu sebagai pemberatnya. Alat ini bisa dicek

sekitar satu kali satu jam.

ab

c

a

b

Page 3: Laporan Metoda Lapangan

Gambar 2. Fish Trap

a. Jaring, b. Umpan, c.Besi

b. Bubu

Metoda penangkapan ikan ini merupakan metoda pasif tradisional yaitu dengan

menggunakan alat yang disebut bubu atau dikenal juga dengan istilah lukah. Bubu

terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk seperti botol yang melengkung. Prinsip

kerja bubu sama dengan fish net yaitu agar ikan dapat mudah masuk namun tidak

mudah keluar dari perangkap. Cara kerja bubu hampir sama dengan Fish Trap, hanya

saja pada bubu umpan yang digunakan yaitu cacing yang ditusukan pada sebuah lidi

dan dimasukan kebagian dalam bubu. Bubu biasanya hanya bisa menangkap ikan

berukuran kecil.

Gambar 3. Bubu

a. Bambu, b. Tali Pengikat

II. Kelas Amphibi dan Reptil

2.1. Metoda Aktif

a. Night Visual Ecounter

Night visual ecounter merupakan metoda penangkapan secara aktif. Pada metoda ini

penangkapan dilakukan dengan menyisiri sungai atau perairan yang memungkinkan

ditemukan amphibi dan reptil. Pada metoda ini digunakan alat bantu seperi snake

hook, snake tang, sumpit, dan senter. Snake Hook digunakan untuk menahan ular saat

ditangkap. Snake Tang digunakan untuk menjepit ular yang akan ditangkap namun

alat ini dapat melukai objek jika menjepit terlalu keras. Sumpit digunakan untuk

a

b

Page 4: Laporan Metoda Lapangan

menangkap reptile atau amphibi yang berada diatas pohon, cara kerjanya yaitu

dengan membidik objek dengan lem yang telah disiapkan pada sumpit sehingga objek

terjebak dan tinggal dilepaskan dari lem dengan menggunakan minyak. Senter

digunakan untuk membutakan sementara amphibi karena jika cahaya langsung

diarahkan kemata amphibi maka secara langsung amphibi tersebut akan buta

sementara. Penangkapan juga bisa digunakan tanpa alat bantu namun akan ada resiko

digigit oleh objek yang akan ditangkap.

2.2 Metoda Pasif

2.2.1 Pitfall Trap – Drift Fences Methods

Metoda penangkapan amphibi ini merupakan gabungan dari dua metoda yaitu Pitfall

Trap yang berarti perangkap jatuh dan Drift Fences Methods yaitu pagar pengarah.

Pada metoda ini alat yang diperlukan yaitu sebuah terpal, bambu, ember serta tali.

Cara kerjanya sendiri yaitu dengan menggali tanah seukuran ember untuk

membenamkan ember, lalu tancapkan bambu ke tanah dan dipasangkan terpal dengan

posisi membagi dua ember agar perangkap dapat bekerja pada dua sisi. Pada

permukaan bawah ember tersebut sebaiknya dilubangi supaya air yang masuk bisa

keluar dengan mudah dan tidak tergenang dalam ember. Pada sisi mulut ember

diberikan oli atau sabun agar licin sehingga hewan yang terperangkap tidak bisa

kabur. Untuk pemasangan perangkap sebaiknya dilakukan pada sore hari dan dapat di

lakukan pengecekan pada pagi hari. Hal ini dikarenakan sifat herpetofauna yang

nokturnal yaitu aktif pada malam hari.

Gambar 4. Pitfall Trap – Drift Fences Methods

a.Ember, b.Pancang, c.Terpal

a

b

c

Page 5: Laporan Metoda Lapangan

III. Kelas Aves

3.1 Metoda Aktif

a. Digiscoping

Metoda ini merupakan metoda aktif untuk mengamati aves dengan menggunakan

teropong yang dapat dipasangkan pada tripod. Tripod berguna sebagai penegak bagi

teropong agar pengamatan lebih mudah. Disini juga digunakan buku MacKinnon

(identifikasi) dan buku catatan. Teropong yang digunakan juga terbagi dua yaitu

teropong monokuler dan teropong binokuler.

Teropong Monokuler

Teropong monokuler mempunyai satu lensa dan dapat dihubungkan dengan kamera

sehingga dapat dilakukan pengambilan gambar maupun video. Ukurannya lebih besar

dika dibandingkan dengan teropong binokuler.

Gambar 5. Teropong Monokuler

a. Lensa Okuler, b. Lensa Objektif, c. Tripod

Teropong Binokuler

Teropong monokuler mempunyai dua lensa dan tidak dapat dihubungkan dengan

kamera. Cara pemakaianya yaitu dengan memposisikan teropong pada kedua mata

dan memegang langsung terpong dengan kedua tangan.

a

b

c

Page 6: Laporan Metoda Lapangan

Gambar 6.Teropong Binokuler

a. Lensa Okuler, b. Lensa Objektif

3.2 Metoda Pasif

a. Mist net

Mist net merupakan sebuah perangkap jebak untuk menangkap berbagai jenis burung.

Mist net terbuat dari benang nilon yang sangat halus bewarna gelap. Mist net

memiliki panjang 6 m hingga 18 m, lebar 2,5 m, jarak dari permukan tanah ke jarring

± 1 m. Mist net ini diikatkan pada bambu – bambu yang ditancapkan ketanah serta

diperkokoh dengan tali penyangga. Mist net dipasang di tempat- tempat yang

memungkin burung untuk terbang seperti sungai, gua, dan hutan yang vegetasinya

tidak terlalu rapat. Mist net dipasang dari pukul 06.00 sampai 18.00 dan diperiksa 2

jam sekali atau 1 jam sekali tergantung pada banyak burung yang didapat. Burung

yang didapat dilepaskan secara hati- hati pada bagian kaki terlebih dahulu, kemudian

dilanjutkan dengan mengeluarkan sayap, kepala dan ekor.

Gambar 7.Mist Net

a. Bambu, b. Net, c. Tali Pengikat

a

b

a

b

c

Page 7: Laporan Metoda Lapangan

IV. Mamalia

4.1 Metoda Aktif

a. Audytory Census

Auditory census merupakan metoda aktif yaitu dengan pengambilan data hewan

penelitian menggunakan suara khas hewan tersebut terutama hewan primata yang

bersuara nyaring. Data yang diamati pada metoda ini adalah perbedaan jenis suara.

Pada pengamatan menggunakan auditory census hewan yang umumnya diamati

adalah ungko atau siamang. Untuk penelitiannya dapat berupa perhitungan jumlah

populasi dalam kelompok, perbedaan hewan jantan dan hewan betina, jarak mencari

makan antara 2 kelompok, perbedaan suara beda jenis.

Ungko dan siamang merupakan kelompok hewan primata, beda morfologi

dari ungko dan siamang adalah pada siamang rambut berwarna hitam, sedangkan

ungko mempunyai alis putih dan jambang putih bagi yang jantan dan tidak

mempunyai jambang bagi yang betina. Suara ungko jantan lebih pendek jika

dibandingkan dengan suara ungko betina. Aktivitas hidup ungko dihabiskan diatas

pohon. Suara ungko ini nyaring sedangkan suara siamang lebih bulat. Ungko

biasanya melakukan mornig call pada pukul 5 – 9 ini dilakukan untuk

mempertahankan daerah teritorinya. Ungko bersifat monogami, yaitu hanya

berpasangan dengan satu lawan jenis. Jika jarak antar suara satu dengan suara lainnya

kurang dari 50 meter, maka di golongkan masih dalam satu kelompok. Namun jika

suara satu dengan suara lain lebih dari 50 meter maka digolongkan lebih dari satu

kelompok. Ungko maupun siamang dalam satu kelompok umumnya terdiri dari

empat atau lima anggota.

Peralatan yang digunakan adalah GPS, kompas dan datasheet. GPS digunakan

untuk menentukan titik posisi pengamat. Sedangkan kompas digunakan untuk

menentukan arah posisi sumber suara hewan tersebut dari pengamat. Dan datasheet

digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.

Sebelum melakukan sensus, suara hewan tersebut harus dikenali dengan baik.

Pengamat berada pada suatu tempat yang diperkirakan dapat mendengarkan suara

hewan dengan cukup jelas. Pengamatan dilakukan pada saat hewan banyak

Page 8: Laporan Metoda Lapangan

melakukan aktifitas bersuara yaitu antara pukul 06.00-08.00. Lalu ditentukan  setiap

arah datangnya suara dari pengamat dan iperkirakan jarak masing-masing dari

sumber suara.

Gambar 8. GPS

a. Tombol GPS, b. Menu GPS

4.2 Metoda Aktif

a. Camera Trap

Metoda ini merupakan metoda pasif dengan menggunakan kamera yang menangkap

gambar dengan prinsip sensor gerak. Gambar hewan akan diambil jika adanya

pergerakan yang dilakukan oleh hewan tersebut tertangkap oleh sensor. Metoda ini

digunakan apabila hewan mamalia yang akan diamati tidak memungkinkan untuk

diamati secara langsung misalnya seperti harimau, beruang dan rusa. Camera Trap

bisa mengambil gambar dan juga video dalam jangka waktu yang bisa diatur. Camera

Trap yang tersedia yaitu versi lama serta versi baru. Camera Trap versi baru lebih

kecil, modis dari model yang lama, dengan hasil yang lebih bagus dan durasi

pengambilan video yang lebih lama dan juga dilengkapi oleh remote. Bagian-bagian

kamera terdiri dari flash (cahaya), kamera, sensor pergerakan dan tombol- tombol

pengaturan kamera. Daya kamera menggunakan baterai yang biasanya tahan hampir 1

bulan. Untuk keamanan dilapangan biasanya dibuatkan atap untuk menghindari basah

karena hujan dan gangguan hewan lainnya. Dan juga penggunaan gembok untuk

menghindari terjadinya pencurian pada kamera. Untuk pengaplikasiannya dengan

diikatkan pada pohon dengan tinggi yang sesuai dengan jenis mamalia yang akan

diamati.

a

b

Page 9: Laporan Metoda Lapangan

Gambar 8.Camera Trap versi lama

a. Lampu Flash, b. Lensa Kamera, c. Sensor

Gambar 9.Camera Trap versi baru

a. Remot, b. Lampus Flash, c. Lensa Kamera, d. Sensor

4.2.2 Mammals trap

Mammal trap merupakan metoda yang digunakan untuk menangkap hewan mamalia.

Berdasarkan hasil tangkapannya dibagi atas dua macam yaitu life trap dan kill trap.

Life trap merupakan jebakan yang hasil tangkapannya. hewan dalam keadaan hidup

sedangkan Kill trap merupakan jebakan yang hasil tangkapannya hewan dalam

keadaan mati misalnya racun atau snap trap. Kill trap biasanya digunakan untuk

jebakan mamalia ordo rodentia.

Berdasarkan ukuran alatnya life trap terbagi dua yaitu small mammal trap dan

medium mammal trap. Small mammal trap digunakan untuk menangkap hewan kecil

seperti tikus, bajing dan tupai. Sedangkan medium mammal trap digunakan untuk

menangkap hewan ukuran sedang, seperti berang-berang, kucing hutan, babi dan

a

b

c

a

bc

d

Page 10: Laporan Metoda Lapangan

mamalia lain. Umpan yang biasanya digunakan seperti bungkil kelapa yang dibakar

dan selai kacang yaitu umpan yang berbau menyengat sehingga dapat menarik

perhatian hewan mamalia. Pengecekan dapat dilakuakan 1 kali per dua jam.

Gambar 10.Medium mammal trap

a. Kawat, b. Besi

Gambar 11. Small mammal trap

a. Kawat

Gambar 12.Snap Trap

a. Besi, b. Tempat Umpan

a

b

a

a

b

Page 11: Laporan Metoda Lapangan

4.2.3 Harpa trap

Harpa trap merupakan metoda pasif yang digunakan untuk menangkap mamalia jenis

kelelawar. Harpa trap terbuat dari besi yang dibentuk sesuai yang diikatkan benang

nilon sebagai jaring perangkap serta mempunyai kantung penampung untuk hewan

yang terperangkap. Harpa trap di letakkan di mulut goa, untuk memperangkap

kelelawar. Alat ini menggunakan benang nilon sebagai jaring sehingga kelelawar

tidak mengetahui keberadaan alat ini dikarenakan sifat benang nilon yang menyerap

suara. Setelah kelelawar menabrak jaring benang maka ia akan terjatuh menuju

kantung penampung pada bagian bawah yang licin sehingga tidak memungkinkan

bagi kelelawar melarikan diri. Metoda harpa trap ini biasanya di pasang dari jam 4

pagi hingga jam 6 pagi. Hal ini dikarenakan kelelawar itu tergolong jenis hewan

hidup nokturnal yaitu nya jenis hewan yang aktif pada malam hari. Untuk pengecekan

biasanya dilakukan satu jam sekali.

Gambar 14.Harpa Trap

a. Besi Penopang, b. Jaring Benang Nilon, c. Kantung Penampung

a

b

c