Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE PT ANGKASA PURA I (PERSERO)
DI PROVINSI BALI
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum
Pasal 67 dan 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3), sebagaimana diubah
terkahir kali dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MD3,
diatur bahwa DPR RI memilki 3 (tiga) fungsi, yakni Fungsi Legislasi, Fungsi
Anggaran dan Fungsi Pengawasan. Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut,
dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan kunjungan kerja, baik di dalam
maupun ke luar negeri, sebagaimana diatur dalam Pasal 98 UU MD3.
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Ke PT. Petrokimia Gresik (Persero)
didasarkan pada aturan pada undang-undang tersebut. Selain itu, pelaksanaan
kunjungan ini juga didasarkan pada Keputusan Pimpinan DPR RI tentang
Penugasan Anggota Komisi I s.d. XI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja
dalam Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020. Dan Keputusan Rapat
Intern Komisi VI DPR RI mengenai Sasaran dan Objek Kunjungan Kerja
Spesifik Komisi VI dalam Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019–2020.
B. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI
II. INFORMASI DAN TEMUAN KUNJUNGAN KERJA
II.1 INFORMASI PT. ANGKASA PURA I (PERSERO)
a. Profil Perusahaan
Saat ini, PT Angkasa Pura I (Persero) mengelola 14 (empat) bandara di
Indonesia, yang terletak di area pusat bisnis (Surabaya, Makassar,
Balikpapan, Banjarmasin, Semarang, dan Jayapura) serta tujuan wisata utama
(Bali, Yogyakarta, Surakarta, Manado, Lombok, Ambon, dan Kupang) di
Indonesia. Selain pengelolaan bandara, PT. Angkasa Pura I (Persero) juga
memiliki 5 (lima) anak perusahaan, yakni PT Angkasa Pura Logistik, PT
Angkasa Pura Properti, PT Angkasa Pura Suport, PT Angkasa Pura Hotel, dan
PT Angkasa Pura Retail. Saat ini, perusahaan mempekerjakan 8.875 orang
dimana 3.374 tenaga organik dan 5.501 orang tenaga outsourcing.
b. Trafik Bandara di Bawah Pengelolaan PT. Angkasa Pura I
Bidang usaha PT. Angkasa Pura I (Persero) meliputi 2 (jenis) bidang usaha,
yakni:
a. Bidang usaha Aeronautika, yang meliputi Pelayanan jasa pendaratan,
penempatan, dan penyimpanan pesawat udara, Pelayanan penumpang
pesawat udara, Garbarata, Kargo, dan Check-in Counter
b. Bidang usaha Non-Aeronautika, yang meliputi Sewa ruangan dan
konsensi, Periklanan, dan Jasa parkir kendaraan
Dalam operasionalnya, layanan lalu lintas angkutan udara baik pergerakan
punumpang, pergerakan pesawat, maupun pergerakan kargo mengalami tren
meningkat dari tahun ke tahun pada periode 2014-2018 (gambar 1).
Gambar 1. Trafik Tahun 2014-2018
Secara rata-rata, 70 (tujuh puluh) persen trafik pesawat, penumpang dan
kargo berasal dari 5 (lima) bandara utama di Denpasar, Surabaya, Ujung
Pandang, Yogjakarta dan Balikpapan.
c. Kinerja Keuangan PT. Angkasa Pura I
Dalam kurun waktu 2013-2019, kinerja keuangan perusahaan cenderung
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari total pendapatan dan total aset
yang mengalami peningkatan tiap tahunnya, serta laba perusahaan yang juga
mengalami tren meningkat (gambar 2). Secara rata-rata, 59 (lima puluh
sembilan) persen bersumber dari bidang usaha aeronautika dan sekitar 50
(lima puluh) persen pendapatan Non-Aeronautika bersumber dari pendapatan
di bandara I Gusti Ngurah Rai.
Gambar 2. Kinerja Keuangan Tahun 2014 – 2019
II.2 INFORMASI BANDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI
a. Profil Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (IGN)
Luas Lahan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai saat ini seluas 285,6
Ha. Dari sisi kapasitas, Bandara IGN memiliki Kapasitas Runway sebesar 32
pergerakan/jam, Kapasitas Terminal Domestik sebesar 9,7 juta pax/tahun dan
Kapasitas Terminal Internasional sebesar 14,3 juta pax/tahun.
Gambar 3. Layout Bandara IGN
Untuk saat ini, Bandara IGN melayani 8 (delapan) maskapai nasional dengan
26 (dua puluh enam) rute penerbangan domestik dan 34 (tiga puluh empat)
masakapai internasional dengan 48 (empat puluh delapan) rute penerbangan
internasional.
b. Kinerja Operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (IGN)
Secara umum, pergerakan penumpang, pesawat dan kargo di Bandara I
Gusti Ngurah Rai pada periode 2014-2019 mengalami tren meningkat dari
tahun ke tahun (gambar 4).
Gambar 4. Trafik Bandara IGN 2014-2019
c. Peran PT.Angkasa Pura I (Persero) sebagai agent of development
Salah satu bentuk peran agent of development adalah pelaksanaan
corporate social responsibility (CSR) atau Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL). Untuk program kemitraan, dana CSR yang telah
disalurkan sebesar Rp16,125 miliar kepada Usaha Kecil dan Koperasi dalam
kurun waktu 2015 hingga oktober 2019. Sedangkan untuk Bina Lingkungan,
dana yang disalurkan sebesar Rp20,27 miliar. Untuk kontribusi perusahaan
kepada lingkungan di sekitar bandara IGN antara lain dalam bentuk bantuan
motor sampak kepada desat adat kelan dan tuban, bantuan mobil operasional
desa adat tuban, layanan ground transport dari desa adat di sekitar bandara
sebanyak 375 minivan yang disediakan oleh KSU Lohnijinawi, Koperasi Trans
Tuban, Koperasi Sapta Pesona dan Koperasi Bali Segara, Bantuan beasiswa
kepada SDN 1 – SDN 6 Tuban, Transplatasi karang di Nusa Dua, Bantuan
sembako kepada desa adat Tuba dan Kedonganan, serta pembangunan
MCK.
II.3 ROADMAP PENGEMBANGAN BANDARA INTERNASIONAL I GUSTI
NGURAH RAI
a. Pengembangan Bandara
Rencana pengembangan yang dilaksanakan oleh perusahaan saat ini
dilatarbelakangi oleh persoalan utama yang dihadapi dalam pengelolaan
bandara. Persoalan utama tersebut adalah lack of capacity bandara baik dari
sisi fasilitas check-in, parking stand, dan fasilitas lain yang sudah tidak
sesuai dengan jumlah penumpang/konsumen. Pengembangan Bandara
IGN terdiri dari 2 (dua) tahap. Tahap Pertama terdiri dari pengembangan
kapasitas terminal internasional seluas 189.000 meter persegi dengan
peningkatan kapasitas menjadi 13,9 juta pax per tahun, pembangunan
gedung parkir 4 (empat) lantai dengan luas 63.000 meter persegi dan
kapasitas 2.000 kenderaan, penambahan 19 (sembilan belas) PS wide body,
pembangunan fly over ke terminal internasional, serta pembangunan 2 (dua)
stasiun LRT. Melalui pengembangan tahap pertama, diharapkan kapasitas
Bandara IGN dapat mencapai 28,2 juta pax per tahun hingga pada tahun
2022.
Gambar 5. Sketsa Pengembangan Bandara IGN Tahap I
Untuk tahap kedua, pengembangan terdiri dari perluasaan terminal
internasional menjadi 265.891 meter persegi dengan kapasitas menjadi 18,6
juta pax per tahun, pemindahan DPPU, perpanjangan runway sepanjang
400 meter (sehingga total panjang runway menjadi 3.400 meter x 45 meter),
pembangunan pararel taxiway selatan, serta penambahan 1 PS wide body
dan 6 PS narrow body.
Gambar 6. Sketsa Pengembangan Bandara IGN Tahap II
Proses pengembangan tahap I memerlukan reklamasi lahan seluas 47
(empat puluh tujuh) hektare, dan saat ini sudah direklamasi seluas 35 (tiga
puluh lima). Sedangkan sisanya masih dalam proses perizinan dan
ditargetkan selesai perizinan pada pertengahan desember 2018. Untuk
proses pengembangan Tahap II akan membutuhkan reklamasi lahan seluas
71 (tujuh puluh satu) hektare.
Dalam proses penggembangan, ada beberapa permasalahan yang
dihadapi saat ini, yakni : perijinan reklamasi masih membutuhkan
pengesahan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP3K) oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali, masih
perlunya dukungan dari masyarakat setempat utamanya dari desa adat,
pengembangan bandara dilakukan saat bandara sedang beroperasi
sehingga membutuhkan waktu konstruksi yang lebih lama, serta banyaknya
kepentingan dalam pengembangan bandara IGN.
Pengembangan Bandara IGN dilaksanakan dengan melakukan
sinergitas antara BUMN dan BUMD. Bentuk sinergitas tersebut adalah
antara lain sebagai berikut:
a. Pekerjaan pengembangan Bandara IGN Paket I, II dan II, Manajemen
Kosntruksi, dan MLCP Terminal Domestik dikerjakan oleh PT
Pembangunan Perumahan, Tbk, PT. Nindya Karya, PT. Amka (Persero),
PT. Virama Karya (Persero), PT. Yodya Karya (Persero), PT JAYA CM,
serta PT Waskita Karya.
b. Kajian reklamasi pantai sisi barat Bandara IGN dikerjakan oleh PT
Superintending Company of Indonesia (Sucofindo).
c. Pembangunan kantor Bandara IGN dikerjakan oleh PT. Indra Karya.
d. Pengawas pekerjaan dikerjakan oleh PT Surveyor Indonesia.
b. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Proses Pengembangan
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai
Dalam proses rapat yang dilaksanakan oleh Komisi VI DPR RI dengan
Direksi PT. Angkasa Pura I (Persero), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh perusahan dalam proses pengembangan Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai secara khusus dan Bandara lain yang
berada dibawah pengelolaan PT. Angkasa Pura I (Persero). Hal-hal tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Dalam proses pengembangan Bandara, terkait dengan captive market
diutamakan diberikan atau dikerjasamakan dengan pengusaha
lokal/domestik atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), tidak
harus kaku dengan paradigma brand internasional tapi tetap dengan
menggunakan standar internasional.
b. Dalam proses pengembangan, pengelolaan dan pengusahaan bandara,
perusahaan lebih mendahulukan atau mengutamakan resources
lokal/domestik.
c. Proses pengembangangan bandara harus memperhatikan isu-isu
lingkungan baik terkait dengan proses reklamasi, analisis dampak
lingkungan (amdal), pengelolaan sampah maupun fasilitas yang ramah
lingkungan.
d. Proses pengembangan bandara harus mampu meningkatkan
pendapatan pengelolaan bandara.
e. Jika dimungkinkan, lahan tanah jineng yang berada di sunset road dan
dimiliki oleh perusahaan dapat diutilitasi menjadi tempat early checkin
dan fasilitas tunggu laiinya agar mampu memgurangi kepadatan di
bandara IGN dan menciptakan kenyamanan bagi konsumen.
f. Pengembangan bandara ini akan mampu meningkatkan kapasitas dan
jumlah penumpang sesuai dengan yang ditargetkan, apabila persoalan
akses dari dan ke bandara juga juga diselesaikan. Solusi kemudahan
aksebilitas dari dan ke bandara ini harus menjadi perhatian seluruh
stakeholder, khsusunya pemerintah daerah.
g. Perlu diadakan rapat khusus antara Komisi VI DPR RI dengan
Kementerian BUMN, Kementerian PUPR dan Kementerian Koperasi dan
UMKM terkait dengan pembangunan dan sinergitas Bandara di Bali
Utara agar target kedatangan wisatawan di Bali dapat diwujudkan dan
UMKM dilibatkan dalam proses pengembangan bandara di Provinsi Bali.
h. Dalam konteks pembiayaan pengembangan, keterlibatan swasta perlu
dipertimbangkan dalam proses pengembangan, jika kapasitas
perbankan dalam negeri terbatas.
i. Dalam proses pengembangan bandara, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu keaslian/ketulenan daerah setiap bandara (otentik),
kenyamanan dan kemudahaan bagi konsumen, menciptakan memori
(experience) yang menyenangkan bagi konsumen, culture experience,
local wisdom, serta keberpihakan kepada UMKM.
j. Proses pengembangan bandara juga harus memperhatikan aspek
keamanan, tapi tanpa mengorbankan kenyamanan pelayanan kepada
konsumen.
k. Dalam mengarustamakan UMKM dalam pengusahaan bandara,
sinergitas antara PT. Angkasa Pura I dengan Sarinah agar penguatan
dan pengutamaan UMKM dapat melalui Sarinah salah satunya.
II.4 ROADMAP PENGEMBANGAN BANDARA LAIN
Di tahun 2018, hampir seluruh bandara di bawah pengelolaan PT. Angkasa
Pura I (Persero) mengalami over capacity (gambar 7).
Gambar 7. Utilitas Bandara Di Bawah Pengelolaan PT. Angkasa Pura I (Persero)
Kelebihan kapasitas ini berdampak langsung kepada penurunan produksi,
efisiensi operasi, hilangnya pendapatan non-aeronautika dan penurunan
kualitas layanan. Perluasan infrastruktur bandara dan upaya merealokasi aliran
penumpang di terminal bandara merupakan hal yang menjadi pertimbangan
perusahaan untuk dilakukan.
Dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) periode 2019—2023,
PT. Angkasa Pura I (Persero) akan meningkatkan kapasitas 14 bandara yang
dikelola menjadi 156,2 (seratus lima puluh enam koma dua) juta penumpang
hingga 2023 dari 89 (delapan puluh sembilan) juta penumpang pada saat ini
(tabel 1).
Tabel 1. Roadmap Pengembangan Bandara
2018 2023
DPS 20 35 2024
UPG 7 15 2020
SUB 14,5 20 2020
JOG 1,8 - -
YIA 0 20 2020
SRG 0,8 6,8 2022
soc 1,5 4,1 2019
BPN 10 30 -
BDJ 1,3 7 2019
MDC 2,6 5,7 2020
LOP 1,7 4,7 2020
AMQ 9,8 2,1 2020
KOE 1,5 2,8 2020
BIK 0,6 1 2021
TOTAL 64,1 156,2
Kapasitas Bandara (juta)Bandara Waktu Penyelesaian
Dalam RJPP 2019-2023, perusahaan menetapkan “Connecting The World
Beyond Airport Operator With Indonesian Experience” sebagai visi baru
perusahaan. Melalui visi ini, PT. Angkasa Pura I (Persero) ingin menjadi
perusahaan. angkasa pura i ingin menjadi perusahaan pengelola bandar udara
kelas dunia dengan menjadikan keramahtamahan khas indonesia sebagai
standar pelayanan di seluruh bandara yang dikelolanya.Visi ini diwujudkan
melalui 6 (enam) misi yang akan dikerjakan perusahaan, yakni:
a. Memberikan layanan berskala global dalam standar keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan.
b. Meningkatkan nilai pemangku kepentingan.
c. Menjadi mitra pemerintah dan penggerak pertumbuhan ekonomi.
d. Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreativitas dan inovasi.
e. Memberikan kinerja pelayanan bandar udara yang prima dalam memenuhi
harapan stakeholders melalui pengelolaan sumber daya manusia yang
unggul.
f. Memberikan kontribusi positif pada kelestarian lingkungan.
III. CATATAN DAN REKOMENDASI
Dari berbagai data dan informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan
kunjungan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Komisi VI DPR RI,
antara lain:
1. Dalam proses pengembangan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (IGN)
dan 13 (tiga belas) bandara lain yang berada di bawah pengelolaan PT.
Angkasa Pura I (Persero), Komisi VI DPR RI meminta kepada Kementerian
BUMN dan PT. Angkasa Pura I (Persero) agar memperhatikan dan
mengarusutamakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Lebih mendahulukan atau mengutamakan resources lokal/domestik dan
UMKM dalam proses pengembangan, pengelolaan dan pengusahaan
bandara.
b. Memperhatikan isu-isu lingkungan baik terkait dengan proses reklamasi,
analisis dampak lingkungan (amdal), pengelolaan sampah maupun fasilitas
yang ramah lingkungan.
c. Memperhatikan aspek keaslian/ketulenan daerah di setiap bandara
(otentik); kenyamanan dan kemudahaan; memori (experience) yang
menyenangkan bagi konsumen; culture experience; local wisdom;
keberpihakan kepada UMKM; serta keamanan (tanpa mengorbankan
kenyamanan pelayanan kepada konsumen).
2. Untuk memastikan aspek-aspek sebagaimana dimaksud dalam poin (1)
diterapkan dalam proses pengembangan bandara, Komisi VI DPR RI perlu
terus melakukan pengawasan proses pelaksanaan pengembangan Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai dan 13 (tiga belas) bandara lain yang berada
di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura I (Persero).
3. Dalam rangka mengarusutamakan UMKM dalam pengelolaan dan
pengusahaan bandara, serta mengurangi kepadatan penerbangan di Bali
Selatan, Komisi VI DPR RI perlu mengadakan rapat khusus dengan
Kementerian BUMN, Kementerian PUPR dan Kementerian Koperasi dan
UMKM terkait dengan penguatan UMKM dalam pengelolaan dan
pengusahaan bandara, penguatan dukungan infrastruktur dari dan ke bandara
IGN, serta pembangunan bandara di Bali Utara agar dapat mengurangi
kepadatan di bandara IGN.
IV. PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ke PT.
Angkasa Pura I (Persero) di Provinsi Bali pada masa Persidangan I Tahun Sidang
2019-2020. Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh
dalam laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam
rapat-rapat Komisi VI DPR RI.
Jakarta, November 2019
Ketua Tim Kunker Spesifik Komisi VI DPR RI
Ke PT. Angkasa Pura I (Persero)
di Provinsi Bali
Gde Sumarjaya Linggih, S.E., M.AP.
A – 327