Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN
KE NEGARA ITALIA
Oleh :
DR. IR. H. DJOKO UDJIANTO. MM
TANGGAL KEGIATAN : 2 - 8 SEPTEMBER 2019
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN
DR. IR. H. DJOKO UDJIANTO. MM
KE NEGARA ITALIA
TANGGAL 2 SAMPAI DENGAN 8 SEPTEMBER 2019
A. Pertemuan Dengan Ibu Duta Besar Italia Ibu Esti Andayani
I. Definisi
Ekonomi kreatif Italia. didefinisikan sebagai Budaya dan Industi Kreatif (Culture
and Creative Industry-CCI). Secara umum, pemahaman produk atau hasil dari
ekonomi kreatif di ltalia dimaknai sebagai karya yang dibuat di Italia (Made in
Italy) menggunakan kreativitas, keahlian pengrajin (handcrafting) dengan
standardisasi kualitas Italia. lnilah yang menjadi alasan produk Made in Italy
memiliki karakter tersendiri, kualitas tinggi dan Iebih diakui.
Menurut Iaporan ‘I am Culture” (Yayasan Symbola, Edisi ke-8, 2018), sistem
produksi budaya di Italia dibagi ke dalam 5 (lima) sektor makro, yaitu industri
kreatif (arsitektur. Komunikasi, desain), industri budaya yang telah didefinitifkan
(perfilman, penerbitan, video game, software, music, dan pers), seni warisan
sejarah (museum, perpustakaan, arsip, situs arkeologi dan monumen sejarah),
seni pertunjukan dan seni visual di samping creative-driven enterprises
(perusahaan yang tidak terkait secara langsung dengan sektor ini tetapi yang
menggunakan profesi budaya dan kreatif secara structural, seperti manufaktur
dan pengerjaan seni kerajinan).
“Cultural and Creative Production System“(SPCC) yang dilakukan oleh
perusahaan, instansi Pemerintah dan organisasi non proft menghasilkan
pendapatan langsung € 92 miliar, and menggerakan sektor ekonomi yang lain.
Jika industri berbasis kreatif dimasukkan juga, mencapai € 255,5 miliar (16,6%
nilai tambah nasional). Pada akhir tahun 2018, terdapat total 416.080
perusahaan SPCC (6.8% aktivitas ekonomi nasional (laporan “Lo Sono Cultura",
2019).
II. Goografis dari Ekonomi Kreatif Italia
Ekonomi kreatif di Italia memiliki dua sisi geografis yang sangat kuat. Sisi
geografis pertama adalah sisi yang mengedepankan proses desain dan inovasi.
Kegiatan ekonomi kreatif yang berbasis layanan jasa cenderung berada di area
kota metropolitan. Hal ini dikarenakan besarnya kebutuhan untuk jasa kreatif di
perkotaan (misal: agen periklanan dan komunikasi).
Di sisi geografis yang kedua adalah ekonomi kreatif yang mengutamakan
kekuatan manufaktur. Kegiatan ekonomi kreatif inilah yang barbasis industri dan
umumnya tersebar di lokasi geografis yang lebih beragam. Hal ini berkaitan
dengan latar belakang historis dan kemudahan penyediaan tenaga ahli serta
ketersediaan bahan mentah. Kedua sisi desain dan manufaktur ini memberikan
gambaran geografis yang berbeda, namun sinergi antar koduanya adalah bagian
utama dari ekonomi kreatif di Italia.
III. Hambatan
Proses produksi ekonomi kreatif melibatkan potensi industri yang berasal dari
dalam negeri Italia untuk menghasilkan produk berkualitas standar tinggi dari
Italia. Label Made In Italy sejak 1980 sudah terstandar untuk mengindikasikan
hasil produk industri kerajinan tradisional ltalia yang dalam istilah lebih dikenal
dengan Empat A, yaitu:
Abbigliamento (pakaian)
Agroalimentare (makanan)
Arredamento (furnitur)
Automotive (otomotif)
Standardisasi yang dikenal dengan Made in Italy terdefiniisi sebagai label produk
yang mengindikasi bahwa produk tersebut seluruhnya merupakan hasil desain,
perencanaan, manufaktur dan dikemas di dalam negeri Italia. Pada tahun 2009
pemerintah Italia mengeluarkan hukum regulasi akan standardisasi Made in Italy
(Law 135, September 25th, 2009 - Chamber of Deputies, Parliament of Italy).
Hal tersebut dapat menjadi hambatan untuk produk ekspor barang jadi (finish
goods) dari Indonesia untuk masuk ke sektor ekonomi kreatif Italia. Sekalipun
barang jadi dari karya pengrajin di Indonesia memiliki desain seni dan kualitas
yang tinggi maka akan menemukan hambatan apabila masuk ke pasar Italia
sebagai produk jadi dengan label Made in Indonesia.
IV. Peluang
Menyikapi hambatan untuk memasukkan produk made in Indonesia pada
ekonomi kreatif di Italia, maka berikut ini adalah beberapa peluang yang dapat
dipertimbangkan agar produk dan jasa dari Indonesia dapat menciptakan jalan
masuk ke ekonomi kreatif Italia.
Dijelaskan sebelumnya bahwa produk dari ekonomi kreatif adalah berlabel Made
in Italy yang diproteksi oleh pemerintah Italia. Namun produk Indonesia masih
berpeluang untuk dapat masuk melalui penyediaan bahan mentah semi-
processed dan alih daya desain:
1. Bahan Semi-Processed
Italia menerapkan kebijakan yang secara umum mengacu pads garis besar
ketentuan impor yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa. Kebijakan impor serta
regulasi ekspor yang perlu dipenuhi terkait syarat ketentuan secara detail dapat
dilihat pada portal EU Help Desk (http:www.exporthelp.europa.eu) dengan
memasukkan kode HS pada kolom yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan ekonomi kreatif, Indonesia dapat mencoba memasuki pasar
ekonomi kreatif dengan mengekspor beberapa jenis bahan semi-processed
seperti Tekstil (HS 50 sampai dengan HS 63) dan Bahan Kulit (HS 42).
Melalui ekspor bahan semi processed Indonesia ke ltalia maka produk dalam
negeri Indonesia berkesempatan menunjukkan kualitas yang terbaik untuk dapat
masuk ke dalam ekonomi kreatif Italia.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah dalam pengemasan, pemberian merk
dan labeling yang diberlakukan oleh Uni Eropa. Secara keseluruhan, produk
yang di ekspor ke ltalia harus memenuhi standard keamanan dan material kimia
berbahaya seperti tertuang dalam REACH (Registration, Evaluation and
Authorization of Chemical). REACH terdiri dari beberapa aspek yaitu:
a. Registration
Perusahaan memiliki kewajiban untuk mengumpulkan informasi
mengenai: identitas substansi; bahan fisikokemikal; ekotoksisitas;
degradai abiotik dan biotik; informasi pembuatan dan penggunaan beserta
resikonya.
b. Evaluation
lnformasi yang telah dikumpulkan oleh perusahaan akan dinilai
kualitasnya dan diklarifikasi substansi yang beresiko terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan.
c. Authorization
Tahap ini adalah untuk menguji bahwa bahan-bahan yang beresiko dapat
dikontrol atau diganti dengan alternatif yang lebih bisa diterima pasar
Eropa. Substansi yang mendapat perhatian utama adalah:
- Substansi yang bersifat karsinogenik, mutagenik atau toksikuntuk
reproduksi.
- Substansi yang persisten, bioakumulatif dan toksik.
- Substansi yang secara bukti sains memiliki efek yang serius pada manusia
dan lingkungan.
d. Chemical
Tahap ini adalah menguji bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
produksi apakah aman baik bagi lingkungan.
Berkaitan dengan eskpor bahan semi-processed kulit binatang, maka perlu
diperhatikan juga regulasi yang menjaga kelangsungan hewan dilindungi. Setiap
ekspor berkaitan dengan produk berasal dari hewan maka perlu memperhatikan
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora (CITES). Berdasarkan CITES, dapat dilihat daftar hewan dilindungi dan
produk hasilnya yang diijinkan atau dilarang untuk diekspor ke Uni Eropa,
termasuk Italia.
2. Alih Daya Tenaga Desain Indonesia
Bagi Italia, Ekonomi Kreatif tidak lepas dari konsep memadukan unsur desain
dan bisnis yang murni bersifat “Made in Italy’. Namun demikian, dalam hal
pengembangan kreasi, Italia tidak membatasi diri dan bahkan menarik kontribusi
para desainer dari luar Italia, termasuk dari Indonesia, dalam merancang desain
berbagai produk unggulannya.
Contoh dari Indonesia yang berhasil adalah desainer Indonesia, Amelia Rachim,
berdomisili di Desenzano del Garda, Italia. Setelah mendapatkan gelar Master of
Jewellery Engineering dari Politecnico di Torino pada tahun 2009, Amelia terpilih
sebagai salah satu dari 3 (tiga) pemenang the Design Time, sebuah kompetisi
yang diorganisir oleh produsen jam tangan, perhiasan dan aksesoris kulit
ternama Italia, Breil (Binda Group) di tahun 2011 dengan menyisihkan sekitar
3037 desainer dari 96 negara, dan kemudian kembali menjadi pemenang utama
pada kompetisi the Enchanted Emerald Design Challenge di tahun 2013.
Kini Amelia Rachim bekerja sebagai freelancer dan berkolaborasi dengan
perusahaan online retailer untuk memasarkan hasil karyanya. Beberapa produk
perhiasan yang didesainnya seperti cincin dan gelang “Zamrud Khatulistiwa”
ataupun cincin dan anting “Mondrian” merepresentasikan desain dan kualitas
berstandar internasional dengan sentuhan budaya Indonesia.
B. Pertemuan Dengan Mahasiswa PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia)
Italia
Sistem belajar mengajar di Italia mayoritas menggunakan bahasa pengantar
Italia, terutama untuk program strata satu (S1). Namun ada beberapa jurusan di
beberapa Universitas Negeri yang menawarkan program Internasional dengan
bahasa pengantar English. Begitu pula dengan program master dan doctoral.
Program yang menggunakan Bahasa pengantar Bahasa English terbatas.
Untuk program master, mahasiswa diharapkan untuk menuntaskan 120 ECTS
selama 2 tahun (4 semester). Tiap semesternya, lebih kurang mahasiswa
menuntaskan 30 ECTS yang terbagi dari Fundamental Course (10-12 ECTS per
matakuliah) dan Elective Course (3-6 ECTS per matakuliah). Untuk 6 ECTS
matakuliah, waktu tatap muka di ruang kelas adalah lebih kurang 5 jam
seminggu, yang kemudian didistribusikan dalam beberapa hari.
Beberapa program master seperti Arkeologi memiliki program field trip di akhir
minggu mengunjungi situs-situs bersejarah di Italia. Serta bobot dari teori dan
praktek nyaris seimbang.
Beasiswa yang tersedia untuk kuliah di Italy secara umum yakni, LPDP dan
Kementerian (Bagi Pegawainya). Jumlah mahasiswa dengan beasiswa ini tidak
lebih dari 10% jumlah mahasiswa di Italia.
Sebagian besar beasiswa yang didapat mahasiswa Indonesia merupakan
beasiswa dari Pemerintah Italia, yang terbagi atas MAECI, Invest Your Talent,
beasiswa pemerintah regional (provinsi), dan beasiswa universitas. Namun tidak
sedikit juga yang studi dengan biaya pribadi secara menyeluruh.
Untuk beasiswa dari pemerintah Italia, jumlahnya mulai dari 4000 per tahunnya
sampai 8000 euro per tahunnya. Berdasarkan pengalaman dari teman-teman
mahasiswa, untuk biaya hidup di Italia, per bulannya diantara 600-700 euro,
sehingga untuk menutupi kekurangan, beberapa mahasiswa menggunakan dana
pribadinya. Untuk kerja part time di Italia sangat susah karena kendala Bahasa
(mahasiswa yang hendak kuliah ke Italia tidak diwajibkan untuk fasih berbahasa
Italia), sehingga pendapatan dari part time tidak bisa diharapkan dapat
menyokong kehidupan selama studi.
Sebagai kegiatan diluar perkuliahan, PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia)
sebagai sarana utama untuk melepas penat selama perkuliahan. Berkumpul
bersama teman-teman, sharing, dibarengi dengan makan dan masak-masak
bersama, menjadi kegiatan yang mengasyikan. Olahraga bareng dan nonton
bola bareng juga menjadi opsi dalam upaya melepas beban.
Selain komunitas mahasiswa, komunitas keagamaan juga menjadi sarana untuk
mengisi waktu luang. Selain bisa beribadah dan beramal, mahasiswa juga dapat
bersilaturahmi dengan masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di kota
yang sama.
Dalam upaya adaptasi, kembali Bahasa menjadi kendala utama. Namun sisi
baiknya adalah mahasiswa dituntut untuk dapat berbahasa Italia yang nantinya
dapat menjadi nilai tambah. Budaya masyarakat Italia yang considerate
membuat upaya belajar Bahasa menjadi lebih menyenangkan. Untuk mahasiswa
muslim juga tidak sulit mencari bahan baku yang halal karena terdapat pasar
tradisional yang menjual bahan halal.
Semakin lama, jumlah mahasiswa Indonesia yang memilih untuk studi di Italia
semakin bertambah. Namun, beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah RI
jumlahnya menurun (LPDP), sehingga mahasiswa harus berusaha ekstra untuk
memenuhi mimpinya.
Kendala lainnya adalah, banyak mahasiswa yang ingin mengabdi di Indonesia
namun tidak memilik sarana dan informasi mengenai bagaimana peluang dan
pathway untuk mengabdi di Indonesia, sehingga lebih memilih untuk mencari
peluang di Eropa.
V. Kesimpulan
Ekonomi kreatif Italia melalui berbagai sektor industrinya mampu menyerap
hampir sebanyak 1.5 Juta individu, dengan kata Iain mempekerjakan 5.7% dari
total tenagakerja Italia. Kebutuhan akan tenaga kerja dalam ekonomi kreatif Italia
terus bertambah dengan peningkatan sebesar 05% per tahun, angka
peningkatan ini bahkan lebih tinggi bila dibanding dengan angka pengangguran
Itali yang meningkat O,3% per tahun.
Melihat banyaknya serapan tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan akan
kebutuhan tenaga kerja yang makin tinggi pada ekonomi kreatif Italia, maka
Indonesia berpeluang untuk bisa memasuki pasar ekonomi kreatif. Namun sedikit
hambatan pada standaridisasi dan peraturan berkaitan dengan produk berlabel
Made in Italy serta ketatnya regulasi ketenagakerjaan di Italia maka opsi yang
dapat dipertimbangkan dan berpeluang adalah dengan alih daya tenaga desain
Indonesia. Melalui alih daya tenaga desain, Indonesia dapat berkontribusi ke
ekonomi kreatif Italia. Alih daya memungkinkan tenaga kerja tetap berada di
Indonesia namun keahlian dan profesionalitas mereka dapat ditawarkan ke
perusahaan-perusahaan desain ternama di Italia, hal ini dapat mengurangi
hambatan regulasi ketenagakerjaan di Italia.
Ke depannya, apabila kualitas bahan semi processed dan hasil karya alih daya
tenaga desain Indonesia dapat diakui oleh berbagai perusahaan ekonomi kreatif
Italia maka akan menjadi jembatan untuk secara kesuluruhan berkontribusi
penuh melalui produksi dari Indonesia “Made in Indonesia”.
Terima Kasih
DR. IR. H. DJOKO UDJIANTO. MM
Nomor Anggota 424
Ibu Esti Andayani Duta Besar
Italia ( Di Roma ) Sebagai
Moderator dalam Diskusi
Diskusi Bersama Pejabat Kedutaan
Besar Italia ( di Roma ) dan
Mahasiswa Indonesia yg ada di
Italia, Dihadiri juga oleh Duta
Besar Negara Republik Indonesia
Untuk Negara Vatikan
Bertukar Cindera Mata Antara
Bapak Djoko Udjianto ( Anggota
DPR RI Dengan Ibu Duta Besar
Italia Ibu Esti Andayani
FOTO FOTO
Foto Bersama Dengan Duta Besar
Negara Republik Indonesia Untuk
Negara Vatikan
Foto Bersama Dengan Mahasiswa
Pengurus Persatuan Pelajar
Indonesia Di Italia
Foto Bersama di depan Kantor
KBRI Roma, Italia