Upload
vokhuong
View
230
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA
KOMISI V DPR RI KE PROVINSI PAPUA BARAT
RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2009 - 2010
TANGGAL 11-14 MARET 2010
I. PENDAHULUAN
A Dasar Hukum
1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan
Pertama Pasal 20, Perubahan Kedua Pasal 20 A, perubahan Ketiga
Pasal 23;
2. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
3. Keputusan DPR RI Nomor 01/DPR RI/I/2009-2014 tentang Peraturan
Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
4. Surat Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 107/PIMP/II/2009-2010
tanggal 18 Februari 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi I
sampai dengan Komisi XI, Badan Legislasi, Badan Anggaran dan
Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR-RI untuk melakukan
Kunjungan Kerja Kelompok pada Reses Masa Persidangan II Tahun
Sidang 2009-2010;
5. Keputusan Rapat Intern Komisi V DPR-RI tanggal 12 November 2009
tentang Penyusunan Program Kerja dan Pembentukan Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI serta Rapat Dengar Pendapat
tanggal Februari 2010 tentang persiapan kunjungan kerja dengan
semua mitra Komisi V, Kepala Kantor Perwakilan Provinsi Papua,
Papua Barat, dan Maluku.
PROVINSI PAPUA BARAT 2
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI adalah:
a. Untuk melakukan pengawasan dengan melihat secara
langsung hasil-hasil pembangunan di Provinsi Papua Barat
khususnya Bidang Pekerjaan Umum, Bidang Perhubungan,
Bidang Perumahan Rakyat, Bidang Pembangunan Daerah
Tertinggal, serta Bidang Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika yang menjadi tanggung jawab Komisi V DPR RI.
b. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan di Provinsi
Papua Barat, utamanya pembangunan Infrastruktur dan
pembiayaannya melalui APBN 2009.
c. Untuk menyerap aspirasi di masyarakat Provinsi Papua Barat
terkait pembangunan infrastruktur dan pembiayaannya
melalui APBN 2010 dan APBN 2011.
2. Tujuan dilaksanakannya Kunjungan Kerja adalah dalam rangka
melaksanakan Fungsi dan Tugas Dewan. Berdasarkan Keputusan
DPR RI Nomor 01/DPR-RI/I/2009-2014 tentang Peraturan Tata Tertib
DPR RI, pada Pasal 53 tentang Tugas Komisi, dimana disebutkan
bahwa:
1. Tugas Komisi dalam pembentukan undang-undang
(legislasi)
2. Tugas Komisi di Bidang Anggaran (Budgeting)
3. Tugas Komisi di bidang Pengawasan
Utamanya terkait dengan Tata Tertib DPR RI Pasal 53 ayat (3)
tentang Tugas Komisi antara lain pada:
butir a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
undang-undang, termasuk anggaran pendapatan dan
belanja negara serta peraturan pelaksanaannya yang
termasuk dalam ruang lingkup tugasnya;
butir c. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pemerintah.
PROVINSI PAPUA BARAT 3
Selain itu, terkait pula dalam Tata Tertib DPR RI Pasal 54 ayat (3)
huruf f tentang ”Komisi dalam menjalankan tugas sebagaimana
dalam pasal 53 ayat (3), dan tindak lanjut pengaduan masyarakat,
dapat”:
”Mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses, atau apabila
dipandang perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan
pimpinan DPR yang hasilnya dilaporkan dalam rapat komisi untuk
ditentukan tindak lanjutnya”.
C. Lokasi dan Waktu
Dalam Reses Masa Sidang II Tahun Sidang 2009 - 2010, Komisi V DPR RI
melakukan Kunjungan Kerja ke Provinsi Papua Barat pada tanggal 11 -
14 Maret 2010. Dalam masa kunjungan yang dilakukan selama 4 hari
itu, Komisi V DPR RI melakukan peninjauan, pertemuan, penyerapan
aspirasi, dialog, dan melakukan komunikasi intensif dengan
pemerintah daerah, serta masyarakat luas.
Agenda kunjungan di Provinsi Papua Barat adalah:
1. Ekspose dan Peninjauan Bandara Rendani Sorong.
2. Peninjauan Proyek Pembangunan Jalan Manokwari-Kebar
3. Peninjauan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Rendani Manokwari.
4. Ekspose dan Peninjauan Rusunawa Mahasiswa Universitas Negeri
Papua, Manokwari.
5. Ekspose dan Peninjauan PT. Pelabuhan Indonesia IV Manokwari
6. Pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat didampingi
Pimpinan DPRD, Muspida, dan Dinas-dinas terkait.
7. Ekspose dan Peninjauan Bandara Domine Eduard Osok Sorong.
8. Ekspose dan Peninjauan Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Domine Eduard Osok Sorong
9. Peninjauan Pelabuhan Rakyat Sorong
10. Peninjauan Pelabuhan Indonesia IV Sorong
11. Ekspose dan Peninjauan Balai Diklat dan Pelatihan Ilmu Pelayaran
(BP2IP) Sorong
12. Peninjauan Pembangunan Bendung Mariyat di Kabupaten Sorong.
PROVINSI PAPUA BARAT 4
13. Pertemuan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw
didampingi Pimpinan DPRD, Muspida, dan Dinas-dinas terkait.
14. Pertemuan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat
didampingi Pimpinan DPRD, Muspida, dan Dinas-dinas terkait.
15. Peninjauan Proyek Pembangunan Jalan Dorong-Klamono-
Ayamaru.
16. Pertemuan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong
didampingi Pimpinan DPRD, Muspida, dan Dinas-dinas terkait.
Tim Komisi V DPR RI yang ikut serta dalam Kunjungan Kerja ke Provinsi
Papua Barat yang dilakukan pada Hari Kamis sampai dengan Minggu,
11-14 Maret 2010 adalah sebagai berikut:
1. Ir. Mulyadi Ketua/ F-Demokrat
2. Agung Budi Santoso SH. Anggota/ F - P.Demokrat
3. Agus Bastian, SE, MM Anggota/ F - P.Demokrat
4. Ir. H. Roestanto Wahidi D, MM Anggota/ F - P.Demokrat
5. Ir. Sutarip Tulis Widodo Anggota/ F - P.Demokrat
6. Michael Wattimena, SE, MM Anggota/ F - P.Demokrat
7. Drs. Umar Arsal Anggota/ F - P.Demokrat
8. Ir. Ali Wongso Halomoan S. Anggota/ F - P.Golkar
9. Drs. H. Hikmat Tomet, MM Anggota/ F - P.Golkar
10. Ir. H. Eko Sarjono Putro, MM Anggota/ F - P.Golkar
11. Ian Siagian Anggota/ F - PDIP
12. Lasarus, S.Sos, Msi Anggota/ F – PDIP
13. Ir. H. Yudi Widiana Adia, M.Si Anggota/ F - PKS
14. A. Taufan Tiro, ST Anggota/ F - PAN
15. H. Usman Ja’far Anggota/ F - PPP
16. Drs. Mohammad Toha, S.Sos, M.Si Anggota/ F - PKB
17. Nur Iswanto, SH, MM Anggota/ F - P. Gerindra
18. Sartomo, SS. Sekretariat Komisi V DPR RI
19. Odi Sugarli SE. Sekretariat Komisi V DPR RI
20. Rudy Haryanta Sekretariat Komisi V DPR RI
PROVINSI PAPUA BARAT 5
21. Luki Kusumawardhani, ST. MT. Staf Ahli Komisi V
Sedangkan mitra kerja Komisi V DPR-RI yang ikut serta dalam kegiatan
Kunjungan Kerja Ke Provinsi Papua Barat sebagai Tim Pendamping,
adalah sebagai berikut:
A. Kementerian Pekerjaan Umum:
1. Ir. Tamin M Zakaria Amin, M.Sc Direktur Pengembangan Air
Minum Ditjen Cipta Karya
2. Ir. Gultom Kepala Balai Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah X
3. Matius Baba P, BE Kepala Balai Wilayah Sungai
Papua
4. Ir. Maruasas Panjaitan, ST Kasubdit Wilayah Timur Bina
Marga
5. Ir. Sugiharto Kasubdit Pembinaan Wilayah
Timur Ditjen Irigasi S.D.A
6. Ir. Djoko Harjono Kasie Bali, Mataram & Nusa
Tenggara, Dit. PAM
7. Ir. Sri Leksono Warisunu Kasubdit Penataan Ruang
Kota Metropolitan
8. Romeo, AH Penghubung P.U.
B. Kementerian Perhubungan
1. Wiratno Direktur ASDP
2. Capt. Sato Bisri Direktur KPLP, Ditjen Hubla
3. Djoko Pramono Kepala Pusdiklat Perhubungan
Laut
4. Capt. Marihot Simanjuntak Kabid Program Pusdiklat Laut
5. Pandu Yunianto, Meng. Sc Kasubdit Pengendalian
Operasional Ditjen Hubdat
6. Hadi Sukarliyanto Kasubdit Pelb ASDP, Ditjen
Hubdat
PROVINSI PAPUA BARAT 6
7. Nahduddin Kabag Analisa Evaluasi Biro
Perencanaan
8. Bintang Hidayat Kabagren Ditjen Hubud
9. Bambang Susapto Kasubdit Penyelenggaraan
Bandara Ditjen Hubud
10. Doddy Hendrawijaya Staf Ditjen Hubud
11. Untung Kasubdit Patroli Dan
Pengamanan Ditjen Hubla
12. Erwin Nurhasan Staf Ditjen Hubud
13. Ronald Simanungkalit Staf Ditjen Hubla
14. Eddy Kuncoro Biro Umum
C. Kementerian Perumahan Rakyat
1. Rinza Ekoyanto Kabid Tata Rumah Dan Lingkungan
Asdep Rusun
2. Wahyu Staf Pengembangan Perumahan
D. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)
1. Conrita Ermanto Kementerian PDT
E. Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika:
1. Drs. Yuswanto Kapus. Meteorologi Penerbangan Dan
Maritim
2. Drs. Yusuf Supriadi, Mt Kabag Program Bmkg
F. Badan SAR Nasional:
1. Agus Sukarno Kapus. Datim Basarnas
PROVINSI PAPUA BARAT 7
II. GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT
Papua Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat disingkat Irjabar) adalah
sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua.
Ibukotanya adalah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah
Irian Jaya Barat, yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45
Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007
tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat.
Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status
otonomi khusus.
Berdasarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Provinsi Papua Juncto Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia No 1 Tahun 2008, yang dimaksud dengan Otonomi
Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada
Provinsi Papua, termasuk Provinsi Barat yang merupakan hasil pemekaran
Provinsi Papua, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak
dasar masyarakat Papua.
Dalam rangka otonomi khusus, Provinsi Papua dan Papua Barat
mendapat bagi hasil dari pajak dan sumber daya alam sebagai berikut:
1. Pajak Bumi dan Bangunan sebesar 90% (sembilan puluh persen)
2. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar 80% (delapan
puluh persen)
3. Pajak Penghasilan Orang Pribadi sebesar 20% (dua puluh persen)
4. Kehutanan sebesar 80% (delapan puluh persen)
5. Perikanan sebesar 80% (delapan puluh persen)
6. Pertambangan umum sebesar 80% (delapan puluh persen)
7. Pertambangan minyak bumi 70% (tujuh puluh persen) selama 25 tahun
terhitung dari tahun 2001. Mulai tahun ke-26 menjadi 50% (lima puluh
persen)
8. Pertambangan gas alam 70% (tujuh puluh persen) selama 25 tahun
terhitung dari tahun 2001. Mulai tahun ke-26 menjadi 50% (lima puluh
persen).
PROVINSI PAPUA BARAT 8
Kemudian Sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) penerimaan
Pertambangan minyak bumi dan gas alam dialokasikan untuk biaya
pendidikan, dan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) untuk
kesehatan dan perbaikan gizi.
Masih terkait dengan kebijakan otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan
Papua Barat, Dana Alokasi Khusus yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan harus dapat memberikan prioritas
kepada Provinsi Papua Barat. Penerimaan khusus dalam rangka
pelaksanaan Otonomi Khusus yang besarnya setara dengan 2% (dua
persen) dari plafon Dana Alokasi Umum Nasional, yang terutama
ditujukan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan yang berlaku
selama 20 (dua puluh) tahun. Dana tambahan dalam rangka
pelaksanaan Otonomi Khusus yang besarnya ditetapkan antara
Pemerintah dengan DPR berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun
anggaran, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan
infrastruktur.
A. Kondisi Fisik dan Geografis
Provinsi Papua Barat terletak tepat di sebelah Selatan garis
khatulistiwa, yakni antara 0 - 4 derajat Lintang Selatan dan 124 - 132
derajat Bujur Timur, tepat dibawah garis katulistiwa dengan ketinggian
0 - 100 meter dari permukaan laut. Kabupaten Fakfak merupakan
kabupaten tertinggi dengan ketinggian 10 - 100 meter diatas
permukaan laut, sedangkan kota-kota lainnnya berkisar antara 10 - 50
meter diatas permukaan laut.
Iklim di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu Letak
Geografis Provinsi Papua Barat yang menyebabkan iklim Provinsi ini
berjenis tropika humida (tropis Lembab), kemudian kondisi topografi
daerahnya yang bergunung-gunung, menyebabkan iklim di Provinsi
Papua Barat sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya. Pola
umum iklim dan cuaca sangat dipengaruhi oleh topografinya yang
kasar. Suhu sangat bergantung dari ketinggian, sedangkan ketinggian
PROVINSI PAPUA BARAT 9
dan kejajaran barisan pegunungan mempengaruhi pola angin dan
presipitasi dalam setiap daerah.
Secara geografis Wilayah Provinsi Papua Barat mencakup kawasan
kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di
sekelilingnya. Di sebelah Utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudera
Pasifik, bagian Barat berbatasan dengan Laut Seram dan Laut Banda,
bagian Timur dibatasi oleh Provinsi Papua, selatan dengan Laut Banda
Provinsi Maluku.
Luas wilayah Provinsi Papua Barat sebesar 115.363,50 kilometer persegi
ini memiliki, hingga Tahun 2007, terbagi atas sebanyak 8 (delapan)
Kabupaten dan 1 (satu) Kota, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRATIF MENURUT KABUPATEN / KOTA
DI PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN 2005 - 2007
KABUPATEN/ KOTA IBUKOTA JML
KECAMATAN
JUMLAH
KAMPUNG KELURAHAN
1. Kab. Fakfak Fakfak 9 104 5
2. Kab. Kaimana Kaimana 7 84 2
3. Kab. Teluk Wondama Wasior 7 56 -
4. Kab. Teluk Bintuni Bintuni 24 113 2
5. Kab. Manokwari Manokwari 29 412 9
6. Kab. Sorong Selatan Teminabuan 14 214 3
7. Kab. Sorong Aimas 16 105 5
8. Kab. Raja Ampat Waisai 13 85 -
9. Kota Sorong Sorong 5 - 22
Total 124 1173 48
Sumber : Papua Barat Dalam Angka Tahun 2008
Pembagian Wilayah Administratif Provinsi Papua Barat pada Bulan
Oktober Tahun 2008 berubah menjadi 10 (sepuluh) kabupaten dan 1
(Satu) kota, sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah
Kabupaten Sorong Selatan dengan terbentuknya 2 (dua) Kabupaten
Baru, yaitu Provinsi Maybrat dan Provinsi Tambrauw.
Wilayah yang paling luas di Provinsi Papua Barat adalah Kabupaten
Sorong Selatan dengan luas wilayah 29.810,00 Km², kemudian
PROVINSI PAPUA BARAT 10
Kabupaten Sorong dengan luas 28.894 Km² dan Kabupaten Teluk
Bintuni dengan luas 18.637 km², sedangkan wilayah yang paling sempit
adalah Kota Sorong dengan luas 1.105 Km².
Wilayah Provinsi Papua Barat dialiri oleh 3 (tiga) Wilayah Sungai yang
terdiri atas Wilayah Sungao Kamundan dengan luas wilayah sungai
sebesar 7.232,378 Km2, Wilayah Sungai Sebyar dengan luas wilayah
sungai sebesar 6.476,106 Km2, dan Wilayah Sungai Omba dengan luas
wilayah sungai sebesar 4.489,626 Km2.
B. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat
B.1 Kependudukan
Pada Tahun 1990 jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat tercatat
sebanyak 385.509 jiwa, sedangkan pada Tahun 2006 dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 4,46%, maka jumlah penduduk di
Provinsi Papua Barat adalah sebesar 702.202 jiwa, dan dengan
kepadatan sebesar 22 jiwa per km2. Pada Tahun 2008 Jumlah
penduduk telah mencapai angka 729.962 jiwa dan per Bulan Februari
2009 Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat mencapai 762.914 Jiwa.
Adapun komposisi Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat pada Tahun
2009 berdasarkan jenis kelamin terdiri atas penduduk laki-laki 400.034
jiwa, dan 362.879 jiwa penduduk perempuan.
TABEL
JUMLAH PENDUDUK
PER KILOMETER PERSEGI DAN PER RUMAH TANGGA PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN 2004 – 2009
TAHUN JUMLAH
PENDUDUK RUMAH TANGGA
2009 762.914 179.509
2008 729.962 171.756
2007 715.999 168.075
2006 702.202 167.609
2005 651.958 162.990
2004 642.472 156052 Sumber: BPS Papua Barat, 2009
PROVINSI PAPUA BARAT 11
Berdasarkan data Tahun 2008, jumlah penduduk Provinsi Papua Barat
jika dilihat menurut daerah kabupaten/kota, maka yang jumlah
penduduk terbanyak adalah Kabupaten Manokwari 172.855 jiwa, atau
21,96%, disusul Kota Sorong yaitu 169.278 jiwa atau 21,51%, dan
Kabupaten Sorong 98.691 jiwa atau sebesar 12,54% dari penduduk
total Provinsi Papua Barat. Sedangkan wilayah yang memiliki jumlah
penduduk paling sedikit adalah Kabupaten Tambrauw, yaitu sebesar
5.179 jiwa atau sebesar 3,55%.
Kepadatan dapat dilihat dari beberapa pendekatan yaitu kepadatan
bruto, netto dan kepadatan agraris. Karena tidak adanya data lahan
terbangun, maka kepadatan penduduk yang dijelaskan ini adalah
kepadatan bruto. Kepadatan bruto penduduk di Provinsi Papua Barat
tidak terdistribusi secara merata. Karakter pola pemukiman loncat
katak, dari kota/kabupaten satu ke kota/kabupaten lainnya. Secara
umum, kepadatan penduduk di Provinsi Papua Barat relatif sangat
rendah dengan kepadatan berkisar antara 2-12 jiwa per Km2.
Tingkat kepadatan tertinggi terdapat di Kota Sorong yaitu 153 Jiwa per
Km2 , hal ini dikarenakan Kota ini memiliki luasan tak lebih dari 1105
km2 dan di kota ini terdapat banyak fasilitas sosial perekonomian
sehingga terjadi pemusatan penduduk. Kabupaten Manokwari
meripakan Kabupaten berikutnya yang memilki tingkat kepadatan
terringgi dibanding dengan kabupaten lainnya, namun perbedaan
kepadatan penduduk dengan Kota Sorong sangat jauh, adapun
tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Manokwari adalah sebesar
12 orang per km2.
Wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di
beberapa Kabupaten yaitu Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk
Wondama dan Kabupaten Sorong selatan, sebesar 2 jiwa per Km2.
Rendahnya tingkat kepadatan penduduk di sebagian besar wilayah
Provinsi Papua Barat, dikarenakan seluruh kabupaten di Provinsi Papua
Barat memiliki wilayah yang luas dibanding wilayah kabupaten
PROVINSI PAPUA BARAT 12
provinsi-provinsi lain di Indonesia, namun jumlah penduduknya masih
sangat rendah.
Tidak meratanya distribusi penduduk karena kondisi geografis yang
berbeda. Kondisi geografis beberapa wilayah kabupaten didominasi
oleh karakter kelerengan 8% sehingga mempengaruhi terbentuknya
pola permukiman penduduk. Pada umumnya, konsentrasi penduduk
akan lebih tinggi di dataran rendah daripada di dataran tinggi. Selain
itu, faktor ketersediaan fasilitas pelayanan sosial ekonomi juga
mempengaruhi sebaran penduduk di suatu wilayah. Wilayah yang
sedangmengalami perkembangan tentunya akan memiliki konsentrasi
penduduk yang lebih tinggi.
TABEL
JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK
PER KILOMETER PERSEGI DAN PER RUMAHTANGGA MENURUT KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2004 – 2008
KABUPATEN/KOTA
LUAS
WILAYAH R)
KM2
JUMLAH KEPADATAN
PENDUDUK
PENDUDUK RUMAH
TANGGA PER KM2 PER RT
Kab. Fakfak 14 320,00 66.864 15.733 5 4
Kab. Kaimana 18 500,00 41.973 9 876 2 4
Kab. Teluk
Wondama 12.146,62 23.140 5.445 2 4
Kab. Teluk Bintuni 18.637,00 54.528 12.830 3 4
Kab. Manokwari 14.448,50 172.855 40.672 12 4
Kab. Sorong
Selatan 29.810,00 61.463 14.462 2 4
Kab. Sorong 28.894,00 98.691 23.221 3 4
Kab. Raja Ampat 6.084,50 41.170 9.687 7 4
Kota Sorong 1.105,00 169.278 39.830 153 4
Kab. Maybrat 5.179,65 29.119 7.279 6 4
Kab. Tambrauw 5.461,69 27.919 6.979 5 4
Sumber: Hasil Kompilasi Data 2008
PROVINSI PAPUA BARAT 13
B.2 Tanah dalam Adat Masyarakat Papua Barat
Suku-suku yang mendiami di Provinsi Papua Barat tercatat ada 67
suku, Dalam pandangan suku-suku asli Papua pada umumnya, tanah
adat adalah satu hal yang sangat penting. Bagi mereka, tanah ibarat
seorang ibu yang memberikan kehidupan bagi anaknya. Dengan
demikian, fungsi tanah terintegrasi ke dalam keseluruhan aktivitas
kehidupan. Tanah adat dalam konsep orang Papua adalah hak milik
sekaligus hak atas penguasaannya.
Tanah merupakan modal awal kehidupan. Dengan demikian, dalam
tanah terkandung dan terkait berbagai nilai di antaranya nilai
ekonomi, politis, pertahanan dan religius magis. Kepemilikan tanah
bagi suku Papua bersifat komunal. sehingga, jika terjadi perpindahan
kepemilikan atas tanah, perpindahan itu menjadi urusan komunal atau
urusan semua anggota suku bukan urusan individu semata.
Hak yang melekat sebagai kompetensi khas pada masyarakat hukum
adat berupa wewenang/kekuasaan mengurus dan mengatur tanah
seisinya dengan daya laku ke dalam dan ke luar disebut sebagai hak
ulayat. Hak ulayat tersebut berisi wewenang untuk:
1. Mengatur dan menyelenggarakan penggunaan tanah (untuk
mengatur pemukiman, bercocok tanam, dan lain-lain),
persediaan (pembuatan pemukiman/persawahan baru dan
lain-lain) dan pemeliharaan tanah.
2. Mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang
dengan tanah (memberikan hak tertentu pada subyek
tertentu).
3. Mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan hukum yang berkenaan dengan tanah
(jual-beli, warisan dan lain-lain)
PROVINSI PAPUA BARAT 14
B.2 Ekonomi Makro
Sektor Pertanian merupakan sektor yang paling unggul di Papua Barat.
Sektor ini merupakan sektor basis dan memiliki keunggulan komparatif.
Meski demikian, pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan
sektor lain dan efek pengganda yang dimilikinya lebih kecil
dibandingkan dengan sektor basis lainnya.
Sektor bangunan menjadi sektor basis di Papua Barat. Kontribusi sektor
ini memang termasuk kecil. Meski demikian, sektor ini memiliki dampak
multiplier yang tinggi. Sektor bangunan adalah sektor yang dapat
menjadi generator perekonomian di Papua Barat. Dari segi tenaga
kerja, sektor ini akan dapat menciptakan banyak tenaga kerja baru.
Pada tahun 2005, nilai PDRB Provinsi Papua Barat menempati ranking
ke 29 dari 33 Provinsi di Indonesia dan menyumbang sekitar 0,29%
PDRB Nasional. Angka ini menunjukkan, orientasi untuk meningkatkan
perekonomian dapat dikatakan masih sebatas untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi wilayah ini. Meskipun demikian, Provinsi Papua
Barat mengalami pertumbuhan ekonomi diatas pertumbuhan
ekonomi nasional, secara konsisten selama 5 (lima) tahun hingga
Tahun 2008. PDRB Provinsi Papua Barat pada Tahun 2008 atas harga
berlaku mencapai Rp 12.640,51 Milyar dengan pertumbuhan tertinggi
di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar
26,10%.
Pertumbuhan Ekonomi Papua Barat tahun 2009 yang diukur dari
kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar
6,26 persen terhadap tahun 2008. Sebagian besar sektor ekonomi
mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15,98 persen dan terendah di
Sektor Pertambangan dan Penggalian minus 0,44 persen.
Nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai
Rp6.768,20 milyar, sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp6.369,37
milyar. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB tahun 2009 naik
PROVINSI PAPUA BARAT 15
sebesar Rp2.078,70 milyar, dari Rp12.469,03 milyar pada tahun 2008
menjadi sebesar Rp14.547,73 milyar pada tahun 2009. Besaran PDRB
Papua Barat pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku mencapai
Rp14.547,73 milyar, sedangkan atas dasar harga konstan 2000
mencapai Rp6.768,20 milyar.
Kondisi makro perekonomian Provinsi Papua Barat berdasarkan
perkembangan PDRB perkapita dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL
KONTRIBUSI SEKTOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
BERDASRKAN HARGA BERLAKU
TAHUN 2004-2008
SEKTOR PDRB 2008
PROSENTASE KONTRIBUSI SEKTOR
TERHADAP PDRB
2004 2005 2006 2007x 2008xx
1. Pertanian 3 107 119,13 29,45 27,20 27,15 26,64 24,91
2. Pertambangan &
Penggalian 1 846 593,70 18,50 19,31 17,36 15,98 14,81
3. Industri Pengolahan 2 835 994,38 18,90 19,97 19,47 20,10 22,74
4. Listrik dan Air Bersih 66 030,34 0,47 0,50 0,54 0,56 0,53
5. Bangunan 1 150 834,65 6,67 7,15 8,00 8,61 9,23
6. Perdagangan, Hotel &
Restoran 1 290 421,32 9,80 9,72 10,35 10,58 10,35
7. Pengangkutan dan
Komunikasi 866 875,56 6,28 6,42 7,22 7,44 6,95
8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan 302 327,09 1,91 1,81 1,69 2,07 2,42
9. Jasa-jasa 1 005 409,58 8,02 7,93 8,21 8,03 8,06
Produk Domestik Regional
Bruto 12 471 605,76 100 100 100 100 100
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor yang memberikan
kontribusi tertinggi adalah sektor pertanian, dan sub sektor yang
memberikan kontribusi tertinggi terhadap sektor pertanian adalah sub
sektor perikanan. Namun dalam rentang waktu 5 (lima) tahun, dari
Tahun 2004-2008, dapat diketahui bahwa struktur perekonomian di
Provinsi Papua Barat mulai bergeser, dari sektor primer ke sektor
sekunder, terutama akibat dari sektor Industri Pengolahan.
PROVINSI PAPUA BARAT 16
Dalam Kurun 5 tahun, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tetap
paling tinggi dibanding dengan sektor lainnya, namun selalu
mengalami penurunan kontribusi, sedangkan sektor Industri
pengolahan dalam rentang waktu yang sama, justeru mengalami
peningkatan yang signifikan, bahkan pada Tahun 2008 besaran
kontribusi sektor mendekati besaran kontribusi sektor pertanian.
Membaiknya perekonomian daerah secara makro seiring pula
dengan perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah yang
semakin pesat serta makin berkembangnya sarana perdagangan dan
semakin lengkapnya prasarana infrastruktur yang tersedia seperti
prasarana transportasi udara seperti bandara, transportasi laut
berupa pelabuhan laut dan transportasi darat seperti jalan raya.
Isu globalisasi melanda pada semua aspek kehidupan, sehingga tidak
ada aspek kehidupan yang berdiri sendiri. Seluruh aspek kehidupan
saling berkait baik dari ideologi politik, ekonomi, perdagangan, sosial
budaya dan ekologi. Semua negara yang ada di dunia menjadi
bagian dari proses globalisasi. Isu yang dihadapi dalam pelaksanaan
globalisasi adalah perdagangan bebas.
Posisi geografis Wilayah Republik Indonesia yang berada diantara dua
benua dan dua samudera merupakan posisi strategis dalam
percaturan dunia. Dampak posisi strategis ini berakibat Indonesia ikut
menentukan percaturan politik, ekonomi, perdagangan, pertahanan
dan keamanan di dunia khususnya ASEAN. Potensi sumberdaya alam
Indonesia merupakan daya tarik bagi negara luar yang dapat
menjadi ancaman bagi keutuhan negara. Ancaman tersebut dapat
berupa usaha-usaha dari pihak luar yang tidak menginginkan
kemajuan Indonesia dengan melakukan berbagai upaya yang
berdampak pada terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Hal ini dilatarbelakangi pula oleh kelemahan dalam pengelolaan
negara pada masa lalu.
PROVINSI PAPUA BARAT 17
Untuk menghadapi isu globalisasi, Provinsi Papua Barat memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya Pulau Papua secara geografis
berada di sebelah Timur kepulauan Nusantara yang diapit oleh
Negara Papua Nugini dan Benua Australia. Selain itu Potensi Sumber
Daya Alam, Sumber Daya Laut, serta potensi mineral gas bumi,
pertambangan dan keragaman budaya yang dimiliki provinsi ini
merupakan keunggulan komperatif dan kompetitif untuk akselerasi
pembangunan Papua Barat ke depan. Beberapa potensi di Provinsi
Papua Barat adalah sebagai berikut:
a. Pariwisata
Provinsi Papua Barat merupakan daerah yang memiliki
kekayaan hayati berupa keanekaragaman flora dan fauna
yang melimpah dan dapat dijadikan potensi wisata yang patut
untuk diperhatikan dan dikembangkan. Koordinasi antara
Pemerintah Daerah dengan melibatkan pemuka adat dan
masyarakat setempat dalam mengelola kekayaan alam demi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Secara umum obyek wisata
yang ada di Provinsi Papua Barat terdiri dari:
1. Obyek Wisata Alam
2. Obyek Wisata Tirta / Bahari
3. Obyek Wisata Budaya
4. Obyek Wisata Agro
Obyek Wisata tersebut tersebar di seluruh wilayah kabupaten-
kabupaten di Provinsi Papua Barat. Hampir seluruh kabupaten
memiliki empat jenis obyek wisata tersebut.
b. Kehutanan
Luas kawasan hutan di Provinsi Papua Barat Tahun 2007 tercatat
seluas 9.769.686,81 ha yang terdiri dari :
1. hutan lindung (1.648.277,57 ha)
2. hutan PPA/KSA (1.751.648,35 ha);
PROVINSI PAPUA BARAT 18
3. hutan produksi terbatas (1.847.243,96 ha);
4. hutan produksi tetap (1.866.284,39 ha);
5. hutan produksi yang dikonversi (2.314.144,79 ha);
6. areal penggunaan lainnya (342.087,75 ha).
Hutan terluas ada di Kabupaten Manokwari dengan luasan
total kawasan hutan sebesar 1.943.439,02 Ha, kemudian
Kabupaten Kaimana dengan luasan total kawasan hutan
sebesar 1.623.957,43 Ha.
TABEL
LUAS KAWASAN HUTAN DAN PERAIRAN YANG TELAH DITUNJUK BERDASARKAN
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN MENURUT KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI
PAPUA BARAT TAHUN 2005 - 2007 (HA)
KABUPATEN /
KOTA
HUTAN
LINDUNG
HUTAN
KAWASAN
SUAKA ALAM
HUTAN
PRODUKSI
TOTAL
HUTAN
KAWASAN
SUAKA ALAM
JUMLAH
1. Fakfak 39.565,14 44.174,92 809.702,80 55.345,04 984.787,90
2. Kaimana 327.046,10 113.101,10 1.093.565,10 92.245,13 1.623.957,43
3. Teluk
Wondama 79.054,50 95.240,87
309.294,59 5.669,59 489.259,55
4. Teluk Bintuni 66.558,10 86.794,95 982.985,00 31.147,20 1.167.485,25
5. Manokwari 395.893,20 591.681,30 862.355,60 93.508,92 1.943.439,02
6. Sorong
Selatan 248.057,30 65.941,16
934.145,16 6.385,44 1.290.529,06
7. Sorong 302.364,90 310.509,50 854.622,50 20.052,05 1.487.548,95
8. Raja Ampat 149.337,70 442.865,40 288.555,17 39.018,41 785.816,19
9. Kota Sorong 4.400,63 1.339,15 26.407,71 715,97 32.863,46
Total 1.648.277,57 1.751.648,35 6.027.673,14 342.087,75 9.769.686,81
Sumber : Papua Barat Dalam Angka Tahun 2008
Dari seluruh hutan produksi yang tersebar di Kabupaten/Kota
Provinsi Papua Barat, jumlah produksi hasil hutan tertinggi pada
kisaran Tahun 2003 - 2005 terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni
dengan jumlah produksi sebesar 101.733,60 m3, dan Kabupaten
berikutnya adalah Kabupaten Fakfak dengan jumlah produksi
sebesar 38.912,00 m3. Meskipun Kawasan Hutan Produksi
tersebar di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat, namun ada
beberapa wilayah yang tidak memproduksi hasil hutan
tersebut, diantaranya Kabupaten Teluk Wondoma, Kabupaten
Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan dan Kota Sorong.
PROVINSI PAPUA BARAT 19
c. Perikanan dan Kelautan
Wilayah Papua Barat dikelilingi oleh wilayah perairan yang luas.
Papua Barat juga memiliki areal kepulauan seperti Kepulauan
Raja Ampat dan Kepulauan Kaimana. Perikanan selama ini
menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi perekonomian
Papua Barat. Sektor pariwisata kelautan juga menjadi salah
satu aspek yang potensial. Kelautan bagi Papua Barat
merupakan salah satu bagian yang krusial.
Produksi perikanan laut di Tahun 2006 adalah sebanyak
56.756,40 ton. Bila dilihat rincian kuartalnya, produksi perikanan
laut pada kuartal I sebanyak 3.710,60 ton, kuartal II sebanyak
25.067,50 ton, kuartal III sebanyak 2.512,00 ton, sedangkan
kuartal IV sebanyak 25.466,30 ton. Sedangkan nilai produksi
perikanan laut pada tahun 2005 sebesar 14 Milyar Lebih.
Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk berbagai
jenis ikan masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi
yang tersedia. Potensi ikan yang tersedia dan tersebar di Laut
Arafuru khususnya di perairan dekat Kabupaten Teluk Bintuni,
Fak-Fak dan Kaimana mencapai 799.566 ton, sedangkan yang
baru dimanfaatkan sebanyak 273.756 ton atau baru mencapai
35,87 %.
d. Pertambangan
Provinsi Papua Barat kaya akan kandungan mineral. Beberapa
mineral yang terkandung di seluruh wilayah provinsi ini antara
lain: Minyak dan Gas Bumi, Emas, Belerang, Pasir dan Batu, Batu
Gamping, Pasir Felspar/Kuarsa, Lempung dan Lanau, Nikel, dan
Uranium.
PROVINSI PAPUA BARAT 20
C. Kondisi Infrastruktur Transportasi
Pembangunan infrastruktur transportasi mempunyai peran penting
dalam pengembangan suatu wilayah serta mendukung pertumbuhan
sektor-sektor lain. Ketersediaan aksesibilitas ataupun keterjangkauan
pelayanan infrastruktur transportasi dapat lebih mempererat
dukungan antar wilayah maupun pemerataan pembangunan antar
wilayah. Provinsi Papua Barat merupakan wilayah strategis di bagian
Timur Indonesia serta mempunyai potensi sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia yang perlu dikembangkan secara terpadu dan
didukung oleh tersedianya pelayanan infrastrukturtransportasi yang
dapat menjangkau keseluruh wilayah provinsi.
Masih terbatasnya ketersediaan pelayanan infrastruktur transportasi di
Provinsi Papua Barat merupakan kendala terbesar bagi
pembangunan tersebut sehingga diperlukan suatu komitmen dan
rencana aksi pembangunan infrastruktur transportasi yang diharapkan
mempercepat pembangunan wilayah tersebut secara terpadu.
D. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Barat
Kondisi fisik wilayah Provinsi Papua Barat yang terdiri dari wilayah
daratan yang membentang luas yang terdiri dari daratan tinggi
pegunungan, dataran rendah yang terdiri dari ekosistem lahan basah
dan kering dan pesisir pantai serta gugusan pulau-pulau kecil
menyebabkan wilayah ini membutuhkan konsep struktur tata ruang
dengan pendekatan yang bersifat geografis. Mengingat kondisi
morfologi wilayah demikian, maka pengembangan struktur tata ruang
wilayah Provinsi Papua Barat dilakukan dengan konsep pendekatan
berdasarkan kesamaan kondisi geografis, morfologi wilayah, ekosistem
sungai, ekosistem pulau dan lautan, sosial budaya (kependudukan),
transportasi, potensi sumberdaya alam, dan perekonomian.
Pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengoptimalkan
pengembangan wilayah-wilayah di Provinsi Papua Barat sesuai
dengan karakteristik geografis wilayah.
PROVINSI PAPUA BARAT 21
Pendekatan wilayah pulau dan pesisir beorientasi pada
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdapat
di bagian pesisir Utara, Selatan dan Barat Provinsi Papua Barat serta
Samudera Pasifik, Laut Seram, Laut Arafuru, Teluk Bintuni, dan Teluk
Cendrawasih. Wilayah pesisir dan pulau-pulau ini juga memiliki peran
yang penting dan keterkaitan dengan kegiatan fungsional lain seperti
budidaya perikanan (tambak, rumput laut), penangkapan ikan,
lindung pantai dan laut (mangrove, terumbu karang, ikan hias),
pariwisata, pelabuhan dan lainnya. Dalam pendekatan ini dapat
dilakukan penetapan fungsi kawasan (zonasi) pada daerah pesisir dan
laut untuk fungsi budidaya maupun fungsi lindung di tingkat
kabupaten dan kota.
Berdasarkan RTRW Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2028, Sistem
perkotaan di Provinsi ini terbagi atas tiga hirarki, yaitu PKN (Pusat
Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat
Kegiatan Lokal). Adapun wilayah yang memiliki hirarki sebagai PKN
adalah Kota Sorong, Sedangkan Kabupaten yang memiliki fungsi
sebagai PKW adalah Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fakfak dan
Ayamaru. Pusat Permukiman yang akan menjadi PKL adalah
Terminabuan (Kabupaten Sorong Selatan), Aimas (Kabupaten
Sorong), Fak-fak, Kaimana, Teluk Bintuni, Waisai (Kabupaten Raja
Ampat), dan Raisei (Kabupaten Teluk Wondama).
Dari total luas wilayah daratan Provinsi Papua Barat yaitu kurang lebih
seluas 4.521.996Ha, pemanfaatan ruang Provinsi Papua Barat dibagi
dalam 2 (dua) kelompok, yaitu sebagai Kawasan Lindung seluas
1.395.336 Ha (30,86%) dan Kawasan Budidaya seluas 3.126.661 Ha
(64,14%). Secara rinci Rencana pemanfaatan lahan di Provinsi Papua
Barat dapat dilihat pada Tabel berikut:
PROVINSI PAPUA BARAT 22
TABEL
RENCANA POLA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN 2008-2028
NO JENIS KAWASAN LUAS % LOKASI
KAWASAN LINDUNG
1 Cagar alam 335,31 13,47% Kabupaten Manokwari,
Kabupaten Sorong, Kabupaten
Raja Ampat, Kabupaten Sorong
Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni,
Kabupaten Fak-Fak,Kabupaten
Kaimana, dan Kabupaten Teluk
Wondama
2 Hutan Lindung 499,32 20,06% Kabupaten Manokwari, Kota
Sorong, Kabupaten Sorong,
Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Sorong Selatan,
Kabupaten Teluk Bintuni,
Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten
Kaimana, dan Kabupaten Teluk
Wondama
KAWASAN BUDIDAYA
1 Permukiman 10,03 0,40% tersebar pada ibukota
kabupaten dan provinsi serta
permukiman pedesaan
2 Tambang (BP
Tangguh)
46,65 1,87% Kabupaten Teluk Bintuni
3 Hutan produksi tetap 488,26 19,61% tersebar di seluruh Kabupaten/
Kota di Provinsi Papua Barat
4 Hutan produksi
terbatas
538,98 21,65% tersebar di seluruh Kabupaten/
Kota di Provinsi Papua Barat
5 Hutan produksi yang
dapat dikonversi
520,95 20,93% tersebar di seluruh Kabupaten/
Kota di Provinsi Papua Barat
6 Pertanian 50,05 2,01% tersebar di seluruh Kabupaten/
Kota di Provinsi Papua Barat
Total 2.489,54 100,00%
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat , 2008-2028
III. HASIL PENINJAUAN DAN PERMASALAHAN PROVINSI PAPUA BARAT
A. Sektor Pekerjaan Umum
Kegiatan Depertemen Pekerjaan Umum di Provinsi Papua Barat pada
Tahun Anggaran 2009 adalah sebesar Rp 516,35 Milyar, ditambah
dengan Dana Alokasi Khusus sebesar Rp 174,122 Milyar. Besaran
alokasi dana pelaksanaan kegiatan Depertemen Pekerjaan Umun
PROVINSI PAPUA BARAT 23
untuk Provinsi Papua Barat TA 2009, berdasarkan kegiatan ke PU-an
adalah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Air Sebesar Rp 66,82 Milyar
2. Bina Marga sebesar 382,89 Milyar
3. Cipta Karya sebesar Rp 65,44 Milyar
4. Penataan Ruang sebesar Rp 1,2 Milyar
Total anggaran TA 2010 untuk seluruh kegiatan di Depertemen
Pekerjaan Umum di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 693,19
Milyar, ditambah dengan Dana Alokasi Khusus sebesar Rp 121,032
Milyar. Alokasi anggaran Tahun 2010 untuk kegiatan ke PU-an adalah
sebagai berikut:
1. Sumber Daya Air Sebesar Rp 55,19 Milyar
2. Bina Marga sebesar 560,24 Milyar
3. Cipta Karya sebesar Rp 74,66 Milyar
4. Penataan Ruang sebesar Rp 3.10 Milyar
1. Subsektor Sumber Daya Air
Program utama Direktorat Sumber Daya Air terdiri dari 4 (tiga),
yaitu:
1. Program pengembangan, pengelolaan, dan konservasi sungai,
danau dan sumber air
2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,
Rawa, dan Jaringan penga.
3. iran Lainnya.
4. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.
5. Program Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai.
Program pendayagunaan konservasi sungai, danau, dan sumber
air lainnya di Provisi Papua Barat harus secara dini dan maksimal
dikelola dengan baik untuk menjaga pasokan air dan kualitas air
baku di Provinsi Papua Barat untuk masa sekarang dan yang akan
datang. Papua Barat telah menetapkan 14 Daerah Irigasi (D.I)
PROVINSI PAPUA BARAT 24
yang memanfaatkan air sungai (Air permukaan), salah satunya
adalah Bendung Mariyat pada daerah Irigasi Salawati.
Pembangunan Daerah Irigasi (D.I.) Mariyat merupakan upaya
untuk mewujudkan kemanfaatan air secara menyeluruh, terpadu,
dan berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk menunjang
peningkatan produksi pertanian untuk kesejahteraan masyarakat.
Bendung Mariyat yang berada di Wilayah Distrik Aimas,
Kabupaten Sorong, dengan sumber air dari Sungai Mariyat,
diharapkan dapat mengaliri lahan persawahan seluas ± 1500 Ha,
serta mampu menyediakan kebutuhan air baku sekitar ± 500 KK.
Adapun data teknis Bendung Mariyat adalah sebagai berikut:
Type Bendung : Bendung Tetap
Elevasi Lantai Hulu Bendung : + 12.00
Elevasi Hilir Bendung : + 12.00
Elevasi Olakan Mercu I : + 13.00
Elevasi Olakan Mercu II : + 8
Lebar Bendung : 25.00 M’
Panjang Bendung : 98.00 M’
Elevasi Mercu I : + 18.15 M
Elevasi Mercu II : + 15.00 M
Tinggi Mercu I : 6.15 M
Tinggi Mercu II : 2.00 M
Pintu Pembilas : 2 x 2.00 M
Lebar Intake : 2 x 1.50 M
Elevasi Intake : +16,50 M
Debit Intake : 2,40 M3/ Detik
Elevasi Top Bendung : +22.00 M
Panjang Kantong Lumpur : 160.00 M’
Luas Areal Layanan : 1.500 Ha
PROVINSI PAPUA BARAT 25
Anggaran
Alokasi dana APBN Tahun 2009 diperuntukan bagi pembangunan
jaringan irigasi Bendung Mariyat Tahap III. Dalam Program
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan lainnya, Tahun Anggaran 2010, dana yang
dialokasikan untuk Bendung Mariyat adalah sebesar Rp 450 Juta
bagi kegiatan supervisi konstruksi dan Rp 17,284 Milyar bagi
kegiatan lanjutan pembangunan jaringan irigasi Bendung Mariyat
Tahap IV. Adapun kebutuhan anggaran untuk membangun
Bendung Mariyat hingga selesai, yaitu sekitar Tahun 2012, adalah
sebesar ± Rp 50,00 Milyar.
TABEL
ALOKASI ANGGARAN BENDUNG MARIYAT
TAHUN
ANGGARAN ALOKASI DANA KEGIATAN
2006 1.174.000,00 Galian Lantai hulu, Konstruksi beton
lantai hulu, jalan inspeksi
2007 6.142.874,00 Galian sayap hulu, steel sheet pile, land
clearing
2008 7.005.094,00 Galian tubuh dan sayap bendung,
konstruksi beton lantai hulu
2009 21.000.000,00 Galian tubuh bendung, konstruksi tubuh
bendung, konstruksi sayap bendung
2010
18.225.700,00 Konstruksi sayap hulu & hilir bendung,
konstruksi beton intake/ pengambilan,
pemancangan steel sheet pile
2011 13.975.332,00
(APBN-P) 15.000.000,00
Konstruksi sandtrap, timbunan tanggul
penutup sungai
Jaringan Irigasi
2012 15.000.000,00 Lanjutan jaringan irigasi (1.500 Ha)
Keterangan: Dalam Ribuan Rupiah
Secara sekilas anggaran yang telah diperoleh dari APBN 2010
untuk subsektor Sumber Daya Air di Propinsi Papua Barat adalah:
PROVINSI PAPUA BARAT 26
TABEL
ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR SUMBER DAYA AIR
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2010
NO PROGRAM/KEGIATAN/SUB KEGIATAN
T O T A L
RP. MURNI PLN JUMLAH
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
697.656 -
697.656
0001 Pengelolaan Gaji, Honorarium Dan
Tunjangan
290.766 -
290.766
0002 Penyelenggaraan Operasional Dan
Pemeliharaan Perkantoran
406.890 -
406.890
04.04.03 Program Pengembangan dan
Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa
dan Jaringan Pengairan lainnya
38.590.000 -
38.590.000
4422 Pembangunan/Peningkatan
Jaringan Irigasi
38.090.000 -
38.090.000
4429 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi
500.000 -
500.000
05.04.04 Program Pengendalian Banjir dan
Pengamanan Pantai
15.900.000 -
15.900.000
4432 Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengendali Banjir
8.700.000 -
8.700.000
4433 Pembangunan Sarana/Prasarana
Pengaman Pantai
5.700.000 -
5.700.000
4440 Operasi dan Pemeliharaan
Prasarana Pengamanan Pantai
1.500.000 -
1.500.000
T O T A L 55.187.656 - 55.187.656
Keterangan: Dalam Ribuan Rupiah
Permasalahan
Permasalahan pokok mengenai sumber daya air Provinsi Papua
Barat diantaranya:
1. Masyarakat sulit mendapatkan air bersih akibat rendahnya
kualitas dan kuantitas sumber air baku untuk air minum dan
untuk keperluan domestik;
PROVINSI PAPUA BARAT 27
2. Pemeliharaan daerah tangkapan air yang belum optimal,
jika hal ini berlanjut akan menyebabkan kritisnya kondisi
daerah aliran sungai (DAS) pada wilayah sungai (WS).
3. Meskipun Papua Barat merupakan daerah otonomi khusus,
namun untuk melakukan pembangunan yang maksimal di
sektor infrastruktur masih membutuhkan dukungan dana
dari Pemerintah Pusat (APBN).
Khusus terkait dengan D.I. Mariyat, terdapat kendala dan
permasalahan yang dihadapi, antara lain:
1) Keterlambatan pekerjaan TA. 2009 disebabkan oleh adanya
review design bendungan, kekurangan dana pada alokasi
DIPA per tahun, dan proses pembebasan lahan yang
berlarut-larut (ganti rugi lahan pada masyarakat belum
selesai);
2) Sharing pendanaan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah belum diatur secara optimal
3) Ijin perpanjangan pembangunan bendungan secara multi
years masih dalam proses.
2. SubSektor Bina Marga
Provinsi Papua Barat memiliki wilayah daratan yang sangat luas
dan kondisi infrastruktur khususnya jalan yang belum memuaskan.
Semua kota/ kabupaten belum terhubung dengan jalan yang
baik, ruas jalan yang ada dan jembatan masih membutuhkan
peningkatan kondisi, perawatan dan perbaikan. Pembangunan
jalan yang terintergrasi dan sistemaatis akan meningkatkan
mobilitas barang dan jasa dari dan ke wilayah di Provinsi Papua
Barat, sehingga dapat mendorong dan mendukung pertumbuhan
ekonomi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat.
PROVINSI PAPUA BARAT 28
Anggaran
Dalam alokasi Tahun Anggaran 2010, Provinsi Papua Barat
mendapatkan paket pembangunan jalan dengan panjang total
1.038 Km dengan total anggaran sebesar Rp 460,21 Milyar. Salah
satu paket pembangunan jalan di Provinsi Papua Barat adalah
paket Pembangunan Jalan Sorong-Klamono-Ayamaru-Kebar-
Manokwari dengan panjang 536 Kilometer, Paket tersebut terbagi
dalam beberapa paket diantaranya adalah Paket Pembangunan
Jalan Sorong-Klamono- Ayamaru yang pada Tahun 2010 jalan
dibangun sepanjang 116, Km dan Jembatan sepanjang 145,5Meq.
Pembangunan Jalan Sorong-Klamono-Ayamaru-Kebar-Manokwari
hingga Tahun 2010 sudah menggunakan anggaran sebesar Rp
992,515 Milyar. Dengan Total anggaran yang dialokasikan untuk
Kabupaten Sorong pada Tahun 2009 sebesar Rp 269,260 Milyar.
Rincian Alokasi dana Tahun Anggaran 2009 untuk Provinsi Papua
Barat dengan total alokasi sebesar 439, 268 Milyar adalah sebagai
berikut:
1. Program Pembangunan Rp 382,407 Milyar
a) Penerapan Kepemerintahan yang baik : Rp 2,085 Milyar
b) Administrasi Kegiatan : Rp 4,082 Milyar
c) Pembangunan Jalan
APBN : Rp 270,534 Milyar
STIMULUS : Rp 84,022 Milyar
d) Pembangunan Jembatan : Rp 21,681 Milyar
2. Program Pemeliharaan Rp 56,861 Milyar
a) Penerapan Kepemerintahan yang baik : Rp 2,438 Milyar
b) Administrasi Kegiatan : Rp 1,942 Milyar
c) Pemeliharaan Rutin Jalan : Rp 7,679 Milyar
d) Pemeliharaan Berkala Jalan : Rp 31,285 Milyar
e) Pemeliharaan Berkala Jembatan : Rp 13,515 Milyar
PROVINSI PAPUA BARAT 29
Secara umum anggaran yang dialokasikan pada APBN Tahun 2010
pada sektor Bina Marga Provinsi Papua Barat adalah sebagai
berikut:
TABEL
ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR SUMBER DAYA AIR
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2010
KODE NAMA PROVINSI/ SATKER /
KEGIATAN / SUBKEGIATAN / ITEM
RENCANA ALOKASI ( X 1000 )
TOTAL MURNI PDP PLN
04.08.01
Program
Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan
Dan Jembatan
5.000.000
-
-
5.000.000
4326 Rehabilitasi Jalan Nasional
2.620.000
-
-
2.620.000
4327 Pemeliharaan Jalan Nasional
2.380.000
-
-
2.380.000
485480 Perencanaan Dan Pengawasan
Jalan Dan Jembatan Papua Barat
40.087.210
-
-
40.087.210
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
307.089
-
-
307.089
04.08.02
Program
Peningkatan/Pembangunan
Jalan Dan Jembatan
39.780.121
-
-
39.780.121
487681 Pembangunan Jalan Dan
Jembatan Papua Barat
170.773.497
-
-
170.773.497
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
1.154.777
-
-
1.154.777
04.08.02
Program
Peningkatan/Pembangunan
Jalan Dan Jembatan
169.618.720
-
-
169.618.720
501246 Pembangunan Jalan Dan
Jembatan Sorong
103.142.557
4.139.106
12.597.288
119.878.951
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
712.794
-
-
712.794
04.08.02
Program
Peningkatan/Pembangunan
Jalan Dan Jembatan
102.429.763
4.139.106
12.597.288
119.166.157
501277 Pembangunan Jalan Dan
Jembatan Fakfak
79.919.851
-
-
79.919.851
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
693.182
-
-
693.182
04.08.02
Program
Peningkatan/Pembangunan
Jalan Dan Jembatan
79.226.669
-
-
79.226.669
902459 Preservasi Jalan Dan Jembatan
Papua Barat
99.762.384
-
-
99.762.384
PROVINSI PAPUA BARAT 30
KODE NAMA PROVINSI/ SATKER /
KEGIATAN / SUBKEGIATAN / ITEM
RENCANA ALOKASI ( X 1000 )
TOTAL MURNI PDP PLN
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
1.599.524
-
-
1.599.524
04.08.01
Program
Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan
Dan Jembatan
98.162.860
-
-
98.162.860
902462 Preservasi Jalan Dan Jembatan
Fakfak
44.817.062
-
-
44.817.062
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
704.666
-
-
704.666
04.08.01
Program
Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan
Dan Jembatan
44.112.396
-
-
44.112.396
Total
543.502.561
4.139.106
12.597.288
560.238.955
Permasalahan
Secara umum permasalahan yang dihadapai pada subsektor Bina
Marga di Provinsi Papua Barat adalah;
a. Kondisi jalan yang ada belum memadai, dimana dari 1.816 Km
Jalan strategis, kondisi jalan yang beraspal baru sebesar 26,21%,
sedangkan sisanya merupakan jalan kerikil, tanah dan hutan,
sehingga pada musim hujan sebagian ruas jalan tertutup.
b. Dari data ruas jalan nasional dan provinsi 2009 sepanjang 1.212
Km, jalan dengan tipe perkerasan berupa Aspal dan rigid
adalah sepanjang 343 Km atau sebesar 28,3%.
c. Kondisi 4 (empat ruas stsrategis), yaitu Sorong-Manokwari,
Manokwari-Bintuni, Fakfak-Hurimber-Bomberay dan Sorong-
Mega, sampai dengan akhir Desember 2009 dalam Kondisi
Tidak Mantap sepanjang 419.600 Km atau sebesar 39,18% dari
total panjang jalan tersebut.
d. Gerakan tanah yang tinggi di beberapa wilayah Provinsi Papua
Barat menyebabkan jalan yang dibangun mudah rusak
sebelum umur teknis jalan tersebut tercapai, hal ini
menyebabkan biaya perawatan jalan semakin tinggi.
PROVINSI PAPUA BARAT 31
e. Untuk meningkatkan kualitas dan percepatan pembangunan
jalan dengan tipe perkerasan beton, yang saat ini dilakukan
pada ruas jalan Sorong-Klamono-Ayamaru, seharusnya
dilakukan dalam multiyears
f. Diperlukannya penanganan prioritas jalan dan jembatan
mengingat sarana transportasi udara (alternatif) selain mahal
juga resiko tinggi, mengingat life time pesawat sudah tua.
Adapun pembangunan jalan yang ingin diprioritaskan di
Provinsi Papua Barat adalah percepatan pembangunan fak-
fak-kaimana, Susapor sebagai ibukota Kabupaten Tambrauw,
dan bagian dari ruas trans trans Papua Barat yang
menghubungkan Kabupaten Teluk Wondama.
Secara khusus permasalahan yang dihadapi dalam
pembangunan koridor jalan Sorong-Klamono-Ayamaru adalah
sebagai berikut:
1) Topografi kurang mendukung
2) Lemahnya daya dukung tanah
3) Tanah bersifat ekspansif
4) Ruas jalan sebagian berada pada zona patahan
5) Terbatasnya peralatan
6) Kurangnya dana pendukung
7) Kurangnya penelitian
3. Subsektor Cipta Karya
Pembangunan Infrastruktur Sektor Cipta Karya merupakan
kegiatan terpadu antara pemerintah pusat, propinsi dan
kabupaten/kota. Secara umum penduduk Provinsi Papua Barat
mayoritas berada di pedesaan. Oleh karena itu pembangunan di
subsektor Cipta Karya harus dimaksimalkan mengingat mayoritas
penduduk masih belum sadar sepenuhnya mengenai pentingnya
air bersih, sanitasi lingkungan, persampahan, perumahan yang
layak dan lain-lain.
PROVINSI PAPUA BARAT 32
Anggaran
Secara umum gambaran anggaran yang telah dialokasikan di
Provinsi Papua Barat pada APBN 2009 untuk sektor Cipta Karya
dengan program berupa Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air
Minum adalah sebesar Rp 62.397.945.000 dengan rincian:
APBN (Satker AM Prov) : Rp 23.756.184.000,-
APBN (Stimulus) : Rp 16.515.761.000,-
Dana Alokasi Khusus (DAK) : Rp 22.126.000.000,-
Anggaran tersebut dipergunakan di Provinsi Papua Barat untuk
program:
1) Peningkatan Prasarana dan sarana Air Minum
2) Peningkatan SPAM di Desa Rawan Air
3) Penyediaan Prasarana Air Minum pada Kawasan Kumuh/
Nelayan
4) Pengembangan SPAM IKK
5) Peningkatan Cakupan Layanan Air Minum Perpipaan
Sedangkan anggaran bagi rencana kegiatan APBN pada Tahun
2010 adalah sebagai berikut.
TABEL
ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR CIPTA KARYA
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2010
KODE PROGRAM, KEGIATAN, SUB
KEGIATAN
TOTAL
RUPIAH
MURNI PLN JUMLAH
506038 Pembangunan Infrastruktur
Permukiman Prov Papua Barat
1.439.000
-
1.439.000
010109 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
330.000
-
330.000
069010 Program Pengembangan Kota-
Kota Kecil Dan Menengah
1.109.000
-
1.109.000
505560 Pembangunan Infrastruktur
Permukiman Kota Sorong
4.290.000
4.290.000
060202 Program Pemberdayaan
Komunitas Perumahan
4.290.000
-
4.290.000
PROVINSI PAPUA BARAT 33
KODE PROGRAM, KEGIATAN, SUB
KEGIATAN
TOTAL
RUPIAH
MURNI PLN JUMLAH
505523 Pembangunan Infrastruktur
Permukiman Kab. Manokwari
1.050.000
2.310.000
3.360.000
060202 Program Pemberdayaan
Komunitas Perumahan
1.050.000
-
1.050.000
060302
Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan Air Minum
Dan Air Limbah
-
2.310.000
2.310.000
033.05.496834
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman Papua
Barat
6.100.000
-
7.368.385
01.01.09 Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
-
-
518.385
05.01.01
Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan
Persampahan Dan Drainase
5.000.000
-
5.500.000
00169 Peningkatan Prasarana Dan
Sarana Persampahan
5.000.000
-
5.000.000
04679 Pembinaan Dan Bimbingan
Teknik
-
-
500.000
06.03.02
Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan Air Minum
Dan Air Limbah
1.100.000
-
1.350.000
00200 Pembangunan Jaringan
Pembuangan Air Limbah
1.100.000
-
1.100.000
04679 Pembinaan Dan Bimbingan
Teknik
033.05.496834
Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Air Minum Papua
Barat
29.791.900
-
29.791.900
Program Penerapan
Kepemerintahan Yang Baik
263.900
-
263.900
Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan Air Minum
dan Air Limbah
1. Pembinaan Teknik Air Minum
2. Pembangunan Sarana Dan
Prasarana Air Minum Dan
Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat
3. Penyediaan Sarana Dan
Prasarana Air Minum Bagi
MBR
4. Penyediaan Sarana Dan
Prasarana Air Minum Pada
Kawasan Strategis Nasional
5. Bantuan Teknis/Bantuan
Program Penyehatan Pdam
(PDAM Sakit)
29.528.000
-
29.528.000
Keterangan: Dalam Ribuan Rupiah
PROVINSI PAPUA BARAT 34
Permasalahan
Permasalahan khusus yang di hadapi pada pembangunan
subsektor Cipta Karya di Provinsi Papua Barat antara lain;
1. Perlunya pembangunan jalan bagi permukiman kawasan
permukiman kumuh, nelayan dan tradisional untuk
meningkatkan akses lingkungan.
2. Rendahnya mutu fasilitas, sarana, dan lingkungan
permukiman, terutama permukiman kumuh dan nelayan.
3. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
4. Rendahnya perhatian penanganan lingkungan permukiman
di kawasan perbatasan dan pulau terpencil.
5. Masih rendahnya tingkat pelayanan air minum di perkotaan
maupun pedesaan sehingga perlu dipersiapkan RPJM.
6. Perlunya dukungan pendanaan dari pemerintah untuk
mempercepat pembagunan subsektor cipta karya di
Provinsi Papua Barat.
4. Subsektor Tata Ruang
RTRWP Papua Barat saat ini sedang dalam proses revisi dan sudah
mendapatkan surat persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan
Umum No. HK.01.03-Mn/304 Pada tanggal 29 Mei 2009. Proses revisi
ini dilaksanakan karena terjadinya perubahan struktur dan pola
ruang sesuai dengan dinamika pengembangan wilayah di
antaranya terjadinya pembentukan kabupaten baru, yaitu
Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat sehingga Provinsi
Papua Barat terdiri dari 10 Kabupaten dan 1 kota, dan selain itu
RTRWP Papua Barat juga harus juga menyesuaikan muatannya
dengan substansi materi teknis yang diamanatkan dalam Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Sebagian besar kabupaten/ kota se Papua Barat sedang
melaksanakan proses revisi dan juga menunggu selesainya revisi
PROVINSI PAPUA BARAT 35
RTRWP Papua Barat sebagai acuan dasarnya. Pada saat ini revisi
RTRW Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat telah diajukan ke
Pemerintah Provinsi untuk mendapatkan rekomendasi dari
Gubernur Provinsi Papua Barat.
Permasalahan
Beberapa permasalahan terkait dengan revisi tata ruang
diantaranya :
1. RTRW Provinsi Papua Barat belum memiliki kekuatan hukum
walau sudah mendapatkan persetujuan substansi dari
Menteri Pekerjaan Umum. Hal ini dikarenakan RTRW Provinsi
tersebut belum disahkan dalam bentuk Perda oleh
Pemerintah Provinsi.
2. Belum adanya satu pun RTRW Kabupaten/ Kota yang
disahkan dalam bentuk perda, karena pada saat ini seluruh
RTRW Kabupaten/ Kota (Kecuali untuk Kabupaten
Tambrauw dan Kabupaten Maybrat) masih berada di
Pemerintah Provinsi Papua Barat untuk mendapat
rekomendasi dari gubernur.
3. Belum dimulainya penyusunan RTRW Kabupaten Tambrauw
dan Kabupaten Maybrat sebagai Kabupaten yang baru
mekar, sehingga amanat UU No.26 Tahun 2007 mengenai
batas waktu maksimal penyelesaian RTRW yang akan
berakhir pada Bulan April Tahun 2010, tidak dapat tercapai.
B. Sektor Perhubungan
1. Subsektor Perhubungan Darat
Pembangunan Dermaga Penyeberangan dilakukan untuk
mobilitas pergerakan penumpang dan barang antar pulau, serta
meningkatkan percepatan hasil-hasil pembangunan di wilayah
Papua Barat.
PROVINSI PAPUA BARAT 36
Pelabuhan Penyeberangan Sorong
Pelabuhan Sorong yang dikelola oleh PT. Pelabuhan Indonesia
IV (Persero) merupakan pelabuhan yang fungsi utamanya
adalah untuk mempermudah aliran barang dari dan ke Provinsi
Papua Barat, khususnya Kota Sorong.
Pelabuhan ini memiliki rencana pengembangan hingga Tahun
2015, untuk meningkatkan pelayanan dengan melakukan
ekspansi pelabuhan seluas 3 Hektar, membangun lapangan
peti kemas, penambahan dermaga baru sepanjang 60 Meter
(menjadi 200 Meter) melakukan reklamasi pantai.
Saat ini pembangunan trestle dan perpanjangan dermaga dari
rencana 60 Meter seudah terlaksana sepanjang 30 Meter, dan
bersisa 30 Meter yang rencananya akan dilaksanakan pada
Tahun 2010 dengan bantuan dana dari APBN. Adapun
kebutuhan anggaran untuk kegiatan pengembangan
Pelabuhan Sorong adalah sebagai berikut:
TABEL
KEBUTUHAN ANGGARAN PENGEMBANGAN
PELABUHAN SORONG
TAHUN 2009-2015
PELAKSANAAN KEGIATAN KEBUTUHAN
ANGGARAN SUMBER DANA
Tahap I
Tahun 2009-2010
- Peningkatan Lapangan
Penumpukan dengan
Makadam dan Paving Block
- Pengadaan dan Pemasangan
1 (satu) Unit Luffing Crane
Rp 11,655 Milyar Pelindo IV
Tahap II
Tahun 2010-2015
- Pembebasan Lahan Expansi
- Pembebasan Bangunan
- Pembangunan Lapangan ICD
- Pembelian Peralatan
Rp 58,150 Milyar Pelindo IV,
APBD, APBN
Tahap III
Tahun 2011-2012
- Pembebasan Bangunan 15
Unit
- Pembangunan Lapangan
Penumpukan
Rp 17,500 Milyar Pelindo IV,
APBD, APBN
Tahap IV
Tahun 2013-2015
- Pembangunan Dermaga
- Pembangunan Trestel 2 Unit
- Pengadaan 1 Unit Container
Crane
Rp 104,000Milyar Pelindo IV,
APBD, APBN
TOTAL Rp 191,305 Milyar
PROVINSI PAPUA BARAT 37
Pelabuhan Arar Kabupaten Sorong
Pelabuhan Penyeberangan Sorong berada di Kabupaten
Sorong Provinsi Papua Barat. Pelabuhan penyeberangan
sorong direncanakan akan melayani lintas penyeberangan
Seram Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku-Waigeo,
Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat-Fakfak (Provinsi
Papua Barat) – Wahai (P.Seram, Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku). Sarana yang direncanakan akan digunakan
adalah Kapal 500 GT.
Pelabuhan penyeberangan sorong mulai dilaksanakan
pembangunannya (tahap I) pada Tahun Anggaran 2005 dan
akan selesai pembangunan pada Tahun Anggaran 2011.
Adapun Besaran APBN TA 2009 (pembangunan tahap V)
adalah sebesar Rp 3 Miliyar dan pada APBN Tahun Anggaran
2010 adalah sebesar Rp 12,857 Miliyar.
Tahap VII yang akan dilaksanakan pada Tahun 2011, yang
merupakan tahap akhir pembangunan pelabuhan
penyeberangan Sorong, membutuhkan dana sebesar Rp
12,355 Milyar.
Permasalahan
Pelabuhan Kota sorong saat ini membutuhkan anggaran untuk
pembangunan perpanjangan dermaga sepanjang 15 Meter dari
total 30 Meter yang alokasi anggarannya direncanakan akan
dimasukan dalam APBN-P 2010 dan diteruskan dalam APBN 2011.
Anggaran Subsektor Perhubungan Darat
Anggaran bagi rencana kegiatan APBN pada Tahun 2010 adalah
sebagai berikut.
PROVINSI PAPUA BARAT 38
TABEL
ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR PERHUBUNGAN DARAT
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2010
KODE KEGIATAN/SUB KEGIATAN/JENIS BELANJA /
RINCIAN BELANJA
JUMLAH
BELANJA
BARANG
JUMLAH
BELANJA
MODAL
JUMLAH
TOTAL
A SATKER PENGEMBANGAN LLAJ PAPUA BARAT
3.229.928
4.782.000
8.011.928
04.08.03 Program Pembangunan Prasarana & Fasilitas
Llaj
-
4.757.000
4.757.000
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Kes.
LLAJ, termasuk supervisi
04.08.04 Program Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan
Angkutan Llaj
2.796.600
-
2.796.600
1 Subsidi Operasi Bus Perintis (8 trayek)
2.763.600
2.763.600
2 Belanja Uang Honor Tidak Tetap
33.000
33.000
04.08.10 Program Restrukturisasi Kelembagaan Dan
Prasarana Llaj
104.500
-
104.500
1 Sosialisasi Keselamatan LLAJ
4.500
4.500
2 Belanja Barang Operasional Lainnya
50.000
50.000
3 Pengembangan Data Kinerja Perhubungan
Darat Prop.Papua Barat
50.000
50.000
04.90.19 Program Penerapan Kepemerintahan Yang
Baik
328.828
25.000
353.828
B SATKER PENGEMBANGAN LLASDP PAPUA
BARAT
397.395
26.857.977
27.255.372
04.08.08 Program Pembangunan Prasarana Dan
Sarana ASDP
-
26.857.977
26.857.977
0992 Pembangunan Dermaga Penyeberangan
1 Pemb. Der. Penyeb Sorong Tahap VI
(Termasuk Supervisi)
12.857.977
12.857.977
2 Pemb. Der. Penyeb Fak-Fak Tahap IV
(Termasuk Supervisi)
7.000.000
7.000.000
3 Pemb. Der. Penyeb Bintuni Thp. I (Termasuk
Supervisi)
-
-
4 Pemb. Der. Penyeb Waigeo (Raja Ampat)
Thp. II (Termasuk Supervisi)
7.000.000
7.000.000
04.90.19 Program Penyelenggaraan Pimpinan
Kenegaraan Dan Kepemerintahan
397.395
-
397.395
TOTAL PAPUA BARAT
3.627.323
31.639.977
35.267.300
Keterangan: Dalam Ribuan Rupiah
PROVINSI PAPUA BARAT 39
2. Subsektor Perhubungan Laut
Perhubungan Laut juga memiliki penting dan strategis bagi Provinsi
Papua Barat karena angkutan laut menjadi alternatif angkutan
yang banyak diminati untuk antar Pulau. Untuk itu pembangunan
pelayanan terus ditingkatkan dan diperluas termasuk
penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan.
Pelabuhan Laut Manokwari
Banyaknya kunjungan kapal pelayaran dalam negeri pada tahun
2007 menurun dari 2.579 unit menjadi 2.465 unit, sedangkan untuk
kunjungan kapal luar negeri naik menjadi 70 unit menjadi 90 unit.
Jumlah arus penumpang kapal laut untuk pelayaran antar pulau
tercatat pada tahun 2007 menurun 1,99 persen dari 315.519 orang
menjadi 309.232 orang.
Pelabuhan Laut Manokwari saat ini memiliki panjang 163 m dan
akan diperpanjang kearah barat sejauh 50 m. Pelabuhan laut
Manokwari yang saat ini disinggahi kapal type 2000 maupun kapal
cargo memiliki kedalaman laut yang cukup untuk penambahan
pembangunan pelabuhan Peti Kemas. Manokwari kini memiliki
lahan perkebunan kelapa sawit, dengan adanya pembangunan
pelabuhan peti kemas, diharapkan akan meningkatkan volume
ekspor dan impor pelabuhan tersebut. Berdasarkan rencana kerja
Ditjen Perhubungan Laut Tahun 2010, besaran dana Adpel
Manokwari adalah sebesar Rp 21,174, Milyar.
Anggaran
Anggaran bagi rencana kegiatan APBN pada Tahun 2010 adalah
sebagai berikut.
PROVINSI PAPUA BARAT 40
TABEL
ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR PERHUBUNGAN LAUT
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2010
NO/
KODE
SUB SEKTOR/PROGRAM/
KEGIATAN
BELANJA
PEGAWAI
BELANJA
BARANG MODAL
JUMLAH
RAYA
1 Adpel Sorong 4.648.373 14.377.201 10.072.000 29.097.574
1.a Satker Sementara
Pembangunan Fasilitas
Pelabuhan Arar/Sorong
- - - -
2 Adpel Manokwari 1.555.841 19.583.172 35.289 21.174.302
3 Satker Sementara
Pembangunan Fasilitas
Pelabuhan Manokwari -
Manokwari
- - - -
4 Adpel Fak-Fak 1.046.963 2.417.415 36.600 3.500.978
5 Satker Sementara
Pengembangan
Pelabuhan Fak Fak
- - - -
6 Kanpel Kaimana 923.647 1.819.407 20.037.300 22.780.354
7 Kanpel Bintuni 655.688 531.982 3.002.700 4.190.370
8 Kanpel Teminabuan 680.601 1.047.915 4.700 1.733.216
9 Kanpel Wasior 383.174 640.016 1.800 1.024.990
10 Kanpel Saunek 487.193 692.627 2.101.800 3.281.620
11 Kanpel Kokas 475.295 310.586 607.680 1.393.561
12 Kanpel Oransbari 482.458 386.917 9.005.400 9.874.775
14 Disnav Sorong 10.133.136 10.563.584 11.887.221 32.583.941
15 Satker Sementara
Pembangunan Pelabuhan
Raja Ampat
- - 60.000.000 60.000.000
TOTAL 21.472.369 52.370.822 116.792.490 190.635.681
Keterangan: Dalam Ribuan Rupiah
Permasalahan
Permasahan yang ada Subsektor Perhubungan Laut antara lain;
a. Pelabuhan Laut Manokwari saat ini membutuhkan anggaran
untuk pembangunan perpanjangan dermaga sepanjang 40
Meter, yang alokasi anggarannya direncanakan akan
dimasukan dalam APBN-P 2010 dan diteruskan dalam APBN
2011.
b. Kegiatan bongkar muat di Pelabuhan semakin meningkat,
namun fasilitas pelayanannya masih terbatas
PROVINSI PAPUA BARAT 41
c. Masih terbatasnya fasilitas keselamatan pelayaran, penjagaan
laut dan pantai di wilayah perairan laut Papua Barat;
d. Masih terbatasnya ketersediaan SDM bidang perkapalan dan
kepelautan.
3. Subsektor Perhubungan Udara
Perhubungan udara memegang peranan penting dalam
menghubungkan antar daerah di Provinsi Papua Barat, mengingat
kondisi topografinya masih belum memungkinkan untuk
pembangunan infrastruktur jalan secara optimal. Untuk itu
angkutan penerbangan menjadi alat transportasi yang utama
dalam mengatasi kesenjangan pembangunan.
a) Bandar Udara Rendani Manokwari
Total Alokasi Anggaran Tahun 2009 untuk Bandar Udara Rendani
Manokwari adalah sebesar Rp 14,756 Milyar dan pada
Anggaran Tahun 2010 adalah sebesar Rp 42,343 Milyar. Adapun
spesifikasi bandar udara untuk saat ini adalah sebagai berikut:
Nama Bandara : Rendani
Kelas : III
Kemampuan : DHC-6/CASA/B-737
Koordinat/ Elevasi : 00.53’37 S – 134.03’01 E/ -
Pelayanan LLU : AFIS
Panjang Landasan/Arah/ PCN : 2.000 m x 30 m/ 17-35/ 112.500
Lbs
Taxiway : 87 m x 15 m x 2
Apron : 124 m x 66,8 m
Strip : 2.060 m x 120 m
Shoulder : 25 m x 2.060 m Kiri
25 m x 2.060 m Kanan
Overrun : 60 m x 30 m
Terminal (dom) : 740 m2
PROVINSI PAPUA BARAT 42
b) Spesifikasi Bandar Domine Eduard Osok – Sorong Daratan
Total Alokasi Anggaran Tahun 2009 untuk Bandar Udara Rendani
Manokwari adalah sebesar Rp 45,082 Milyar dan pada
Anggaran Tahun 2010 adalah sebesar Rp 57,466 Milyar. Adapun
spesifikasi bandar udara untuk saat ini adalah sebagai berikut:
Nama Bandara : Domine Eduard Osok
Kelas : II
Kemampuan : B737-300
Koordinat/ Elevasi : S0053522E13117441/10 FEET
MSL
Pelayanan LLU : AFIS
Panjang Landasan/Arah/ PCN : 1.850 m x 30 m/ 09-27/ -
Taxiway : 212.5 m x 23m x 2
Apron : 295 m x 68 m
Strip : 1.970 m x 150 m
Shoulder : (1.970 m x 30 m) x 2
Overrun : (60 m x 30) x 2
Terminal (dom) : 740 m2
Ruang Tunggu Keberangkatan 350 m2
Ruang Tunggu Kedatangan 420 m2
Anggaran
Secara umum gambaran anggaran yang telah dialokasikan di
Provinsi Papua Barat pada APBN 2009 untuk sektor Perhubungan
Udara adalah sebagai berikut:
PROVINSI PAPUA BARAT 43
TABEL
ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR PERHUBUNGAN UDARA
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2009
NO. UNIT ORGANISASI, PROVINSI DAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS JUMLAH RAYA
1 Rendani-Manokwari 14.756.208
2 Merdey 1.508.500
3 Kebar 8.278.500
4 Wasior 2.811.620
5 Bintuni 1.849.000
6 Torea-Fak Fak 2.897.000
7 Kaimana 16.966.000
8 Domine Eduar Osok-Sorong 45.082.492
9 Teminabuan 1.222.000
10 Inanwatan 2.324.000
11 Kambuaya 1.864.000
12 Ayawasi 7.412.000
13 Babo 5.763.000
TOTAL 112.734.320
Anggaran bagi rencana kegiatan APBN pada Tahun 2010 adalah
sebagai berikut.
TABEL
ALOKASI ANGGARAN SUB SEKTOR PERHUBUNGAN UDARA
PROVINSI PAPUA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2010
NO.
UNIT ORGANISASI,
PROVINSI DAN
UNIT PELAKSANA
TEKNIS
PENERAPAN
PEMRTHN
YANG BAIK
RESTRUKTURISASI
KELEMBAGAAN
& PERATURAN
TRANSUD
REHAB &
PEM.
TRANSUD
PEMBANG.
TRANSP.
UDARA
JUMLAH
RAYA
1 Rendani-
Manokwari 4.201.024 1.163.004 2.010.000 34.969.903 42.343.931
2 Merdey 1.107.913 143.967 540.000 533.000 2.324.880
3 Kebar 1.224.271 95.723 127.700 6.079.800 7.527.494
4 Wasior 1.043.831 75.653 1.146.380 1.717.200 3.983.064
5 Bintuni 899.250 92.320 0 350.400 1.341.970
6 Torea-Fak Fak 3.094.849 158.720 5.380.344 1.853.000 10.486.913
PROVINSI PAPUA BARAT 44
NO.
UNIT ORGANISASI,
PROVINSI DAN
UNIT PELAKSANA
TEKNIS
PENERAPAN
PEMRTHN
YANG BAIK
RESTRUKTURISASI
KELEMBAGAAN
& PERATURAN
TRANSUD
REHAB &
PEM.
TRANSUD
PEMBANG.
TRANSP.
UDARA
JUMLAH
RAYA
7 Kaimana 2.378.762 202.620 2.652.780 2.452.600 7.686.762
8 Domine Eduar
Osok-Sorong 10.537.025 1.158.770 7.607.000 38.163.421 57.466.216
9 Teminabuan 942.001 94.827 1.755.000 319.000 3.110.828
10 Inanwatan 1.335.164 87.390 0 1.932.000 3.354.554
11 Kambuaya 1.293.198 108.727 0 5.304.000 6.705.925
12 Ayawasi 1.423.169 87.390 0 3.572.800 5.083.359
13 Babo 940.222 92.640 0 2.241.000 3.273.862
TOTAL 30.420.679 3.561.751 21.219.204 99.488.124 154.689.758
Keterangan: Dalam Ribuan Rupiah
Permasalahan
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Subsektor
Perhubungan Udara Bandara Rendani Manokwari adalah sebagai
berikut;
a. Jumlah penerbangan dan penumpang yang terus meningkat,
sementara daya tampung terminal dan panjang landasan
masih sangat terbatas.
b. Arah pendaratan dan keberangkatan pesawat baru
memungkinkan dari satu arah
c. Belum adanya Master Plan untuk Bandara Rendani Manokwari
disisi Utara, dimana penggunaan lahan di bagian tersebut saat
ini berupa bukit, sedangkan sebelah selatan adalah laut.
Sehingga jika kelas bandara dan pelayanan akan ditingkatkan
alternatif yang paling memungkinkan adalah ke arah bukit.
d. Perlu waktu untuk studi (Master Plan & AMDAL) untuk
meningkatkan pelayanan bandara ke arah utara.
e. Pembangunan gedung kargo, ruang tunggu dan apron saat ini
masih sangat terbatas sehingga harus ditingkatkan
f. Kerjasama Pemerintah daerah dalam hal pembebasan lahan
harus ditingkatkan
PROVINSI PAPUA BARAT 45
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan Subsektor
Perhubungan Udara Bandara Domine Eduard Osok Sorong adalah
sebagai berikut;
a. Terlalu dekatnya permukiman dengan Bandar udara, dimana
permukiman tersebut masuk ke dalam Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan (KKOP). Hal ini dapat
membahayakan keselamatan penerbangan dan masyarakat
tersebut.
b. Tingkat keamanan bandara yang masih rendah, dikarenakan
jalur pesawat masih digunakan sebagai akses dari permukiman
ke pusat kota.
c. Belum adanya Pagar di areal Bandar udara, untuk itu perlu
adanya alokasi anggaran untuk pemasangan pagar di
sekeliling bandara. Namun untuk mengurangi konflik yang
mungkin akan terjadi dengan masyarakat setempat, maka
harus dibangunnya jalan alternatif terlebih dahulu oleh
pemerintah daerah setempat.
d. Jumlah penerbangan dan penumpang yang terus meningkat,
sementara daya tampung terminal dan panjang landasan
masih sangat terbatas untuk jenis pesawat B 747-300.
e. Perlunya peningkatan luasan (Panjang dan Lebar) untuk
mendukung pelayanan penerbangan yang lebih baik.
f. Proses pembebasan tanah warga setempat sangat sulit,
terutama terkait dengan hak ulayat
4. Subsektor Badan Diklat
Pemerintah (Dephub) bertanggungjawab terhadap penyediaan
dan pengembangan sumber daya manusia sesuai amanat
Undang-undang No.27 Tahun 2008 tentang pelayaran. Sumber
Daya Manusia yang berkualitas yang diamanatkan undang-
undang tersebut adalah di bidang angkutan perairan,
PROVINSI PAPUA BARAT 46
kepelabuhan, keselamatan dan keamanan pelayaran,
perlindungan lingkungan maritim.
Pembangunan diklat pelayaran (BP2IP) di Kota Sorong memiliki
tujuan untuk membangun kawasan perbatasan di wilayah timur
Indonesia dengan sarana prasarana edukatif; memenuhi
kebutuhan tenaga pelaut tingkat dasar di pasar Nasional dan
Internasional; serta sebagai sarana pengembangan wilayah dan
menciptakan efek multiplier terhadap sektor pembangunan
lainnya termasuk mengembangkan sektor riil. Jumlah total lulusan
hingga Tahun 2010 adalah sebanyak 1280 lulusan, dengan jenis
diklat terbagi dua, yaitu Diklat Pelaut dan Basic Savety Trainning
(BST). Adapun lingkup pembangunannya adalah sebagai berikut:
1. pembangunan gedung utama/ kantor, kelas dan fasilitas
belajar mengajar, gedung laboratorium, asrama, gedung
praktek, serta prasarana olah raga
2. pengadaan peralatan labiratorium dan peralatan simulator
Pembangunan Diklat Pelayaran Sorong dimulai (Tahap I) pada
Tahun 2007 dengan anggaran sebesar Rp 51,3 Milyar, kemudian
Tahun 2008 (Tahap II) Rp 51,5 Milyar, Tahun 2009 (Tahap III) Dana
Babun Rp 12,85 Milyar dan pada Tahun 2010 memiliki Rencana ABT
sebesar Rp 100 Milyar. Rencana pembangunan yang dilakukan
pada Tahun Anggaran 2010 adalah:
1. Pembangunan asrama, ruang makan, kolam latih dan
perumahan pegawai
2. pembagunan jaringan listrik dan saluran ait bersih
3. peningkatan peralatan dan perlengkapan gedung
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh BP2IP dalam proses
pembangunan dan pelaksanaan kegiatan di BP2IP adalah
sebagai berikut:
PROVINSI PAPUA BARAT 47
1. Pada Tahun 2009 Dana Babun sebesar Rp 12,85 Milyar tidak
dapat diturunkan dikarenakan waktu yang tidak mencukupi
2. Pada Tahun 2010 ada program yang tanda bintang, yaitu untuk
pengadaan Jenset.
3. Simulator yang ada dirasa masih kurang, sehingga perlu ada
penambahan simulator untuk meingkatkan kompetensi para
peserta didik.
C. Sektor Perumahan Rakyat
Bertambahnya jumlah penduduk berdampak pada tuntutan
kebutuhan papan (rumah) yang sehat dengan lingkungan yang baik.
Kebutuhan rumah di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu
program prioritas yang harus secepatnya dipenuhi. Salah satu
program Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan
tersebut adalah pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(Rusunawa) menggunakan dana APBN yang diharapkan dapat
menyediakan rumah yang layak bagi masyarakat khusunya
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Pada APBN Tahun Anggaran 2009, dialokasikan Dana Stimulus untuk
pembangunan Rusunawa Mahasiswa di Lingkungan Universitas Negeri
Papua (UNIPA) Manokwari. Permasalahan dasar yang menyebabkan
adanya permintaan terhadap Rusunawa Mahasiswa UNIPA, adalah
sebagian besar mahasiswa UNIPA berasal dari luar kota Manokwari
dan termasuk kategori tidak mampu (58,65%). Berikut data detail
mengenai Proyek Rusunawa UNIPA:
Nama Proyek : Pembangunan Rusunawa di Universitas
Negeri Papua, Manokwari
Lokasi : Universitas Negeri Papua, Manokwari
Nilai Kontrak : Rp. 9.780.800.000
Luas Area : ± 4.138 m2
Luas lantai total : ± 2.654,64 m2
Luas dasar bangunan : ± 684,72 m2
PROVINSI PAPUA BARAT 48
Jumlah lantai : 4 Lantai
Jumlah Sarusun : 86 Unit Sarusun
Ukuran unit : Tipe 21
Kapasitas : 4 Mahasiswa per sarusun
Fasilitas
Kamar mandi & Toilet: Komunal 2 per lantai
Ruang Bersama : 2 unit di lantai dasar
Struktur Bangunan : Sistem pracetak (precest)
Data Pembangunan Tahap I
Konsultan Perencana : PT. Esya Megah Perkasa
Konsultan Supervisi : PT. Wahanacipta Bangunwisma
Kontraktor Pelaksana : PT. Waskita karya (Persero)
Mulai Pelaksanaan : 12 Desember 2008
Selesai Waktu Pelaksanaan : 10 Desember 2009
Waktu Pemeliharaan : 180 Hari Kalender
Kontrak Tahap I : Pekerjaan Struktur dan Atap
Permasalahan
Permasalahan perumahan yang dihadapi dalam melayani
masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
antara lain meliputi;
1. Kurangnya akses MBR ke berbagai sumber daya yang diperlukan
untuk membangun/menghuni rumah layak.
2. Belum adanya pusat informasi perumahan yang dapat
membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
berguna terkait dengan pembangunan perumahan
3. Belum terintegrasinya fasilitas pendukung dalam perjanjian
kontrak pembangunan Rusunawa diantaranya terkait dengan
penyediaan Listrik dan Air bersih.
Permasalahan Khusus terkait pembangunan Rusunawa UNIPA
Manowari, Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut:
PROVINSI PAPUA BARAT 49
1. Terjadinya keterlambatan pembangunan Rusunawa TA.2009
akibat adanya per ubahan desain struktur dari zone 4 ke zone 5
untuk menghadapi bencana gempa, dan adanya perhitungan
ulang anggaran terkait dengan struktur baru tersebut.
2. Terjadinya keterlambatan pembangunan karena pengiriman alat
berat (crane) mengalami keterlambatan dan waktunya tidak
dapat diprediksi karena kapal yang khusus mengangkut alat
berat sangat jarang ke Manokwari dan juga akibat cuaca yang
kurang baik.
3. Perlu adanya pembangunan rusunawa bagi 432 dosen dan staf
administrasi yang belum memiliki perumahan
D. Sektor Pembangunan Daerah Tertinggal
Pembangunan daerah tertinggal di Indonesia diprioritaskan pada tiga
aspek, yaitu pembangunan infrastruktur pedesaan, pengembangan
ekonomi lokal, serta pemberdayaan masyarakat.
Permasalahan-permasalahan di dalam pelaksanaan pembangunan
Proyek daerah tertinggal/desa tertinggal sesuai dengan Renstra
Nasional dan Rentrada yaitu keterbatasan dana DAU dan PAD yang
masih kecil, sehingga Provinsi Papua Barat masih sangat tergantung
mengandalkan P2KPDT, P2DTK dan lain-lainnya dari APBN
Anggaran
Adapun program-program pembangunan (proyek) tahun 2009,
menyangkut daerah tertinggal khususnya terkait dengan Desa
Tertinggal di Provinsi Papua Barat adalah Sebagai Berikut:
TABEL
DISTRIBUSU ALOKASI ANGGARAN KE DAERAH TERTINGGAL TAHUN 2009
MENURUT KEGIATAN PRIORITAS/ BA 999
PROGRAM/ KEGIATAN JUMLAH
Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah
Tertinggal (P2KPDT) Rp 4.000.000.000
Percepatan Pembangunan Pusat Pertumbuhan Daerah
Tertinggal (P4DT) Rp 2.000.000.000
PROVINSI PAPUA BARAT 50
PROGRAM/ KEGIATAN JUMLAH
Percepatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Daerah
Tertinggal (P2IPDT) Rp 7.425.000.000
Percepatan Pembangunan Wilayah Perbatasan (P2WP) Rp 700.000.000
Percepatan Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah Tertingal
(P2SEDT) Rp 700.000.000
TOTAL Rp 14.825.000.000
Keterangan: Dalam Juta Rupiah
RPJM Nasional 2010-1014 telah menetapkan daerah tertinggal yang
akan diberikan penanganan prioritas di dalam pembangunan,
termasuk didalamnya adalah desa-desa di Provinsi Papua Barat. Untuk
Tahun Anggaran 2010, besaran anggaran daerah tertinggal di Papua
Barat adalah sebesar Rp 9,627 Milyar dan Dana Anggaran Khusus
(DAK) sebesar Rp 1,411 Miliyar yang tersebar di seluruh
Kabupaten/kota wilayah Provinsi Papua Barat. Jumlah dana bantuan
ini menurun dibanding tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2009
Provinsi Papua Barat mendapatkan bantuan anggaran
pembangunan dengan besaran anggaran total Rp 14,825 Miliyar dan
alokasi DAK sebesar Rp 8,746 Milyar.
Permasalahan
Program pembangunan daerah tertinggal secara umum berjalan
dengan baik namun perlu dilakukan upaya-upaya untuk
mengoptimalkan potensi daerah dalam menyerap program-program
pembangunan daerah tertinggal serta diperlukannya koordinasi yang
lebih baik dengan departemen teknis lainnya.
E. Sektor Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan daerah strategis dalam
perlintasan arus penumpang maupun barang dengan berbagai
moda transportasi, baik transportasi darat, transportasi laut, maupun
transportasi udara yang sangat berhubungan dengan sektor
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BKMG) adalah Lembaga Pemerintahan
PROVINSI PAPUA BARAT 51
Non Departemen yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara, dan Geofísika.
TABEL
BEBERAPA PRODUK YANG DIHASILKAN OLEH BMKG DAN PENGGUNANYA
PRODUK PENGGUNA INFORMASI
Prakiraan Cuaca Harian Media
Prakiraan Cuaca Ekstrim/ Peringatan Dini Pemda, Media
Prakiraan Cuaca Kelautan Adpel, Pemda
Prakiraan Cuaca Penerbangan Airline
Prakiraan Musim Hujan/ Kemarau Pemda TK. I dan II
Prakiraan Hujan Bulanan Pemda, BPTPH
Anggaran
Berdasarkan DIPA TA 2009 besaran anggaran adalah sebesar Rp 7,35
Milyar dengan daya serap 96.59% sedangkan TA 2010, besaran
anggaran untuk Stasion BMG Stamet Jefman Sorong adalah sebesar
Rp 6,046 Milyar. Adapun kegiatan TA 2010 dibagi kedalam dua
kelompok penganggaran, yaitu untuk program penerapan
kepemerintahan yang baik sebesar Rp 1,095 dan untuk Program
Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi dan Geofisika sebesar
Rp. 4,951 Milyar atau sebesar 81,89% dari total Anggaran.
TABEL
PERKEMBANGAN ANGGARAN PEMBANGUNAN/ BELANJA MODAL
TERLIHAT PADA TABEL DI BAWAH INI.
TAHUN TOTAL ANGGARAN
2006 Rp 5.416.194,00
2007 Rp 10.569.880,00
2008 Rp 8.411.020,00
2009 Rp 7.350.139,00
2010 Rp. 9.088.041,00
Keterangan: Dalam Ribuan Rupiah
PROVINSI PAPUA BARAT 52
Permasalahan
Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh BMKG Provinsi
Papua Barat adalah sebagai berikut;
1. Perlu radar cuaca untuk meningkatkan pelayanan
penerbangan, peringatan dini cuaca extrem, keakuratan
prakiraan cuaca
2. Perlu peningkatan kerapatan jaringan untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat
3. Perlu dirintis pembangunan Stasiun Meteorologi Maritim untuk
melayani informasi cuaca kelautan
4. Perlu ada peningkatan bagi kualitas Sumber Daya Manusia
dengan memberikan pendidikan lanjutan.
PROVINSI PAPUA BARAT 53
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Secara singkat, dari hasil Kunjungan dapat disampaikan Catatan
Kesimpulan sebagai berikut:
1. Komisi V DPR RI memberikan apresiasi atas berbagai prestasi dan
keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan di Provinsi
Papua Barat.
2. Komisi V DPR RI memahami upaya Pemerintah Provinsi Papua Barat
untuk melakukan peningkatan dan pengembangan jalan antar
Kabupaten.
3. Dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional, Komisi V DPR RI
mendorong terselesaikannya program-program yang terkait
dengan irigasi dan bendungan sampai pada terselesaikannya
saluran primer, tersier dan skunder dengan kepastian sharing
pendanaan antara Pemerintah pusat dan daerah.
4. Komisi V DPR RI siap mendukung program strategis untuk
kesejahteraan masyarakat.
5. Komisi V DPR RI mendukung perluasan Bandara Rencano
Manokwari dan Bandara Domine Eduard Osok Sorong beserta
peningkatan fasilitas pendukungnya.
6. Komisi V DPR RI mendesak Pemerintah Provinsi Papua Barat dan
Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum untuk
melakukan percepatan penyusunan dan pengesahan RTRW
Propinsi dan Kabupaten/Kota, sebagai wujud pelaksanaan
amanat UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7. Komisi V DPR RI mendukung seluruh mitra Komisi V DPR-RI, untuk
memperjuangkan peningkatan alokasi anggaran pada APBN-P
2010 dalam memenuhi kekurangan anggaran bagi Provinsi Papua
Barat di seluruh bidang yang terkait dengan mitra kerja Komisi V
DPR RI.
Secara lebih luas, rekomendasi/ saran dapat disampaikan dengan
komprehensif pada masing-masing sektor sebagai berikut:
PROVINSI PAPUA BARAT 54
A. Sektor Pekerjaan Umum
1. Subsektor Sumber Daya Air
Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan
di sub sektor sumber daya air adalah;
1. Harus adanya terobosan solusi yang inovatif mengenai sistem
penyediaan air bersih di Provinsi Papua Barat, agar seluruh
lapisan masyarakat dapat memperoleh kemudahan dalam
memenuhi kebutuhan akan air bersih.
2. Perencanaan yang lebih koordinatif dengan departemen
terkait, khususnya terkait pembangunan daerahi irigasi yang
harus koordinasi dengan Departemen Pertanian, dimana
pembangunan saluran tersier merupakan domain Departemen
Pertanian.
3. Perlu kesiapan daerah dalam mengalokasikan anggaran
dalam ABPD, terutama dalam rangka pembebasan tanah.
4. Dukungan dana Pemerintah Pusat harus dapat dioptimalkan
sehingga pembangunan prasarana sumber daya air dapat
memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat.
5. Membangun sinergisitas masyarakat sekitar untuk melakukan
pengelolaan dan pemeliharaan jaringan irigasi, rawa dan
jaringan pengairan lainnya.
2. Subsektor Bina Marga
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di
sektor ini adalah;
1. Peningkatan penyediaan jaringan sarana dan prasarana jalan
dan jembatan yang terintegrasi sehingga dapat meningkatkan
produktifitas.
2. Diperlukan perawatan yang lebih baik serta menyeluruh untuk
menjaga kualitas sarana dan prasarana jalan
PROVINSI PAPUA BARAT 55
3. Dibutuhkan upaya penggalian dana dengan mengoptimalkan
sumber pendanaan pemerintah daerah, pinjaman dari
lembaga internasional, dan keterlibatan pihak-pihak lain. Hal ini
mengingat kondisi keuangan negara yang relatif terbatas.
4. Diperlukannya kajian mengenai alternatif solusi struktur jalan
yang mampu mengikuti pergerakan tanah, agar jalan yang di
bangun tidak mudah rusak.
5. Sebelum proyek pembangunan jalan dilakukan, diperlukan
suatu kajian kelayakan terhadap lokasi jalan yang dipilih agar
lokasi yang digunakan sebagai ruas jalan layak secara fisik,
ekonomi dan lingkungan.
6. Perlunya dukungan dana dari Pemerintah yang lebih maksimal
untuk mempercepat pembangunan jalan di Provinsi Papua
Barat dalam rangka membuka keterisolasian, mempercepat
pertumbuhan wilayah dan meningkatkan mobilitas masyarakat.
3. Subsektor Cipta Karya
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di
sektor ini adalah;
1. Peningkatan pembangunan seluruh infrastruktur permukiman
terutama air bersih agar terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
2. Program pembangunan infrastruktur permukiman sebaiknya
diprioritaskan bagi Permukiman Kumuh, Permukiman nelayan,
Permukiman Tradisional, kawasan perbatasan dan pulau
terpencil.
3. Perlunya program penyuluhan bagi seluruh masyarakat terkait
dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Perlunya dukungan pendanaan dari pemerintah untuk
mempercepat pembagunan subsektor cipta karya di Provinsi
Papua Barat.
PROVINSI PAPUA BARAT 56
4. Subsektor Penataan Ruang
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di
sektor ini adalah:
1. Pemerintah Daerah agar lebih serius mengupayakan
percepatan pengesahan RTRW Provinsi dengan dikeluarkannya
Peraturan Daerah dari Provinsi Papua Barat.
2. Terkait dengan program percepatan penyesuaian RTRW
Kabupaten/kota sesuai yang diamanatkan UU No.26 Tahun
2007, maka Provinsi Papua Barat diminta untuk segera
memberikan rekomendasi bagi RTRW Kabupaten/ Kota di
Provinsi Papua Barat yang sudah mengajukan rancangan RTRW
Kabupaten/Kotanya ke Pemerintah Provinsi.
3. Komisi V DPR RI mendukung Departemen Pekerjaan Umum
untuk melakukan fasilitasi penyusunan RTRW Kabupaten
Tambrau dan Kabupaten Maybrat sebagai Kabupaten yang
baru dimekarkan.
4. Departemen Pekerjaan Umum hendaknya memastikan bahwa
semua sistem nasional sudah terplotkan dalam RTRW Provinsi/
Kabupaten/ Kota.
5. Mengingat Kota Sorong merupakan Kota dengan hirarki
sebagai Pusat Kegiatan Nasional di NKRI, dan melihat
pertumbuhan kota tersebut cukup cepat dan cenderung tidak
terkendali dibanding dengan Wilayah lainnya di Provinsi Papua
Barat, maka Komisi V DPR RI meminta agar Departemen
Pekerjaan Umum membantu Pemda Kota Sorong dalam hal
penyiapan RDTR berikut peraturan zanasinya.
PROVINSI PAPUA BARAT 57
B. Sektor Perhubungan
1. Subsektor Perhubungan Darat
Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan
di subsektor perhubungan adalah sebagai berikut;
1. Peningkatan koordinasi antar berbagai dinas dan sektor yang
terkait dengan dalam pembangunan pelabuhan
penyeberangan sehingga terjadi keterpaduan antara
pembangunan pelabuhan dengan sarana pendukungnya.
2. Pembangunan yang bersumber dari APBN harus benar-benar
mempertimbangkan aspek ekonomi dan dapat memberikan
manfaat yang maksimal bagi masyarakat Papua Barat.
2. Subsektor Perhubungan Laut
Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan
di subsektor perhubungan adalah sebagai berikut;
1. Peningkatan fasilitas pelabuhan dan dermaga perlu segera
dilaksanakan untuk mendukung bongkar muat peti kemas dan
lain-lain.
2. Diperlukan lay out pelabuhan yang baru sehingga tidak terjadi
bercampurnya kegiatan penumpang dengan kegiatan
bongkar muat general cargo dan peti kemas sehingga
bilamana terdapat kegiatan penumpang, kegiatan bongkar
muat akan terganggu/terhenti sehingga akan menimbulkan
inefisiensi yang berdampak pada penurunan kualitas
pelayanan.
3. Pembangunan pelabuhan khususnya yang bersumber dari
APBN pada masing-masing daerah harus tetap memperhatikan
aspek kelayakan ekonomi dan kemanfaatan yang optimal bagi
kawasan Papua Barat secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu
dilakukan koordinasi antar wilayah sehingga dapat sinergis dan
saling memberikan penguatan bagi pertumbuhan ekonomi
keseluruhan.
PROVINSI PAPUA BARAT 58
2. Subsektor Perhubungan Udara
Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pembangunan
di subsektor perhubungan udara antara lain sebagai berikut;
1. Permasalahan kepemilikan tanah hendaknya secepat mungkin
diselesaikan agar proses pembangunan Bandara dapat
dilaksanakan.
2. Pembangunan Transportasi Udara khususnya bandara-bandara
perintis harus dimaksimalkan karena memiliki peran vital untuk
menghubungkan beberapa Kabupaten di Papua Barat.
3. Pembangunan dan perluasan Bandar Udara harus selalu
memiliki kajian terhadap standar KKOP (Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbagan) serta kelayakan secara ekonomi dan
lingkungan.
4. Penggunaan dana APBN harus dapat dioptimalkan mengingat
keterbatasan keuangan negara. Selain itu juga diupayakan
sumber pendanaan lain di luar APBN.
3. Subsektor Badan Diklat
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di
sektor ini adalah;
1. Perlu adanya peningkatan kualitas fasilitas dan kurikulum
pendidikan, agar para lulusan dapat bersaing di dunia
internasional.
2. Badan Diklat harus memiliki data base lulusan untuk
memudahkan program evaluasi badan diklat terhadap daya
saing lulusan dan dan juga untuk meningkatkan kesempatan
kerja bagi lulusan akibat adanya jaringan informasi yang baik.
3. Perlu adanya sosialisasi program pendidikan Badan diklat bagi
seluruh lapisan masyarakat, terutama sosialisasi mengenai
kesempatan untuk memperoleh pendidikan dengan beasiswa.
PROVINSI PAPUA BARAT 59
4. Harus adanya perbaikan proses penyusunan dan perencanaan
program/kegiatan serta menyiapkan seluruh persyaratan/
prosedur pencairan kepada Kementerian Keuangan agar tidak
terjadi pemblokiran dana.
C. Sektor Perumahan Rakyat
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor
ini adalah;
1. Pembangunan Rusunawa untuk masyarakat mahasiswa dari
golongan tidak mampu buruh dan Rusunawa bagi para dosen
perguruan tinggi serta staff administrasi.
2. Mewujudkan rencana pembangunan rumah BTN bagi PNS,
Karyawan, dan masyarakat di Papua Barat
3. Memfasilitasi pembentukan Housing Resource Center di
kabupaten/ kota, dan memfasilitasi pusat pembelajaran
perumahan swadaya.
4. Meningkatkan akses informasi mengenai pembangunan
perumahan bagi seluruh golongan terutama bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah.
5. Harus ada kerjasama yang baik antara dinas-dinas yang
membidangi perumahan rakyat dan penyediaan fasilitas
pendukungnya.
D. Sektor Pembangunan Daerah Tertinggal
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor
ini adalah;
1. Pembangunan infrastruktur desa dan peningkatan/
pemberdayaan ekonomi masyarakat desa tertinggal.
2. Mengupayakan sumber-sumber pembiayaan yang tidak hanya
berasal dari anggaran pemerintah pusat dan daerah seperti
bantuan lembaga internasional, donor/grant, atau pinjaman
lunak.
PROVINSI PAPUA BARAT 60
3. Mengotimalkan program-program Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal lainnya untuk mendorong kegiatan ekonomi
masyarakat dan melibatkan partisipasi masyarakat serta dapat
langsung dinikmati oleh masyarakat.
E. Sektor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perbaikan di sektor
ini adalah;
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
Stasiun BMKG dalam rangka peningkatan pelayanan bagi
sektor penerbangan, pelayaran, harian dan informasi cuaca
lainnya.
2. Mengupayakan peningkatan keamanan bagi seluruh aset
stasiun BMKG dari kemungkinan terjadinya kehilangan aset
tersebut akibat kelalaian.
3. Mengadakan program peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia dengan adanya berbagaimacam pelatihan.
V. PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR-RI ke Provinsi Papua
Barat pada Reses Masa Persidangan II Tahun Sidang 2009 - 2010 yang
dilaksanakan dari tanggal 11-14 Maret 2010.
Laporan ini menjadi masukan bagi komisi V DPR-RI dan semoga dapat
ditindaklanjuti Pemerintah untuk melakukan perbaikan dan
pembangunan sarana dan prasarana bagi kesejahteraaan rakyat
khususnya di Provinsi Papua Barat dan Indonesia pada umumnya.
Jakarta, Maret 2010
KETUA TIM KUNKER KOMISI V DPR-RI
KE PAPUA BARAT
Ir. Mulyadi