Upload
maya-angraini
View
280
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Kuliah Praktek Ke Bendungan
Citation preview
Resume Kegiatan
Kuliah Lapangan, disingkat kulap, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam suatu materi di mata kuliah bersangkutan, Dengan
melakukan kunjungan langsung ke lokasi, mahasiswa dapat melihat dengan jelas proses kerja dan alat-
alat yang digunakan.
Pada hari Sabtu, 21 September 2013, diadakan kegiatan Kuliah Lapangan untuk mata kuliah SI-3131
Irigasi dan Drainase. Peserta kulap kali ini adalah mahasiswa S1 Teknik Sipil ITB angkatan 2011, yaitu
yang mengambil mata kuliah SI-3131. Lokasi yang dituju adalah Bendung Rentang di Majalengka, Jawa
Barat, dan Bendung Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, yang masih dalam tahap konstruksi.
Keberangkatan menuju lokasi dilakukan bersama-sama menaiki bus yang telah disediakan oleh pihak
program studi. Seluruh peserta diminta berkumpul di gerbang Ganesha ITB untuk pendataan kehadiran
dan pengondisian dalam bus pada pukul 05.30 WIB. Beberapa dosen dari sub-jurusan Pengelolaan
Sumber Daya Air (PSDA), mahasiswa S2 ,dan asisten mata kuliah SI-3131 juga turut hadir untuk
mendampingi peserta. Keberangkatan terbagi dalam empat bus, sesuai dengan pembagian kelas SI-
3131, dilakukan pukul 06.30.
Perjalanan menuju lokasi pertama memerlukan waktu kira-kira tiga jam. Semakin menjauhi wilayah
Bandung yang merupakan wilayah perkotaan, semakin terlihat pemandangan hamparan sawah yang
menghijau. Cuaca yang cerah turut menambah semarak kulap hari itu. Ditengah perjalanan,
disempatkan berhenti sejenak untuk ke kamar kecil dan membeli sedikit jajanan. Jajanan yang paling
banyak dibeli oleh peserta adalah tahu sumedang. Perjalanan dilanjutkan kembali kira-kira 20 menit
kemudian.
Lokasi pertama yang hendak dituju adalah Bendung Rentang, terletak di Dusun Rentang, Desa
Panonangan, Kecamatan Jatiujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Bendung ini berada di Sungai
CImanuk dan mulai beroperasi sejak tahun 1982. Daerah operasi bendung mulai dari sebagian wilayah
Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka dan Indramayu. Bendung Rentang yang sekarang merupakan
pengganti bendung lama yang beoperasi dari tahun 1916 sampai dengan 1981. Pembangunan bendung
baru ini dilaksanakan oleh PT Hutama Karya Pusat bekerja sama dengan kontraktor Prancis pada tahun
1982.
Keunikan Bendung Rentanga adalah penggunaan pintu jenis radial sebagai pintu pengambilan air.
Padahal bendung yang beroperasi pada masa itu kebanyakan menggunakan pintu sorong untuk pintu
pengambilan. Pengaturan bukaan pintu awalnya dilakukan secara otomatis. Pintu radial dilengkapi
dengan piranti sensor yang mendeteksi tinggi muka air eksisting di bendung, kemudian menyesuaikan
bukaan pintu. Jika air di bendung menurun, maka bukaan pintu pengambilan diperbesar agar debit yang
masuk lebih besar, begitupun sebaliknya jika air dalam bendung banyak, maka bukaan pintu diperkecil.
Sistem otomatis dan pintu radial ini merupakan sistem yang sangat canggih di masa itu, sehingga
menjadikan Bendung Rentang sebagai bendung yang canggih di Asia saat itu. Namun, sekarang ini
sistem otomatis tidak lagi berfungsi akibat instalasinya tersambar petir. Perbaikan telah dilakukan
namun tidak bertahan lama. Sistem operasi Bendung Rentang kini menjadi semi otomatis, yaitu
pengaturan bukaan pintu radial dilakukan dengan menekan tombol-tombol tertentu pada panel di ruang
kontrol untuk menggerakan pintu. Piranti di ruang kontrol sudah cukup tua dan using, karena sepertinya
masih tetap mempertahankan untuk menggunakan pirani yang lama yang masih bisa digunakan.
Bendung Rentang sangat berjasa pengaturan air untuk irigasi pertanian penduduk. Dengan adanya
bendung, diharapkan dapat menjamin ketersediaan air untuk irigasi persawahan penduduk meskipun
dalam musim kemarau. Namun, menurut pengurus Bendung Rentang, kini air yang ada di bendung saat
musim kemarau jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan air yang ada di musim kemarau tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini kemungkinan besar terjadi akibat jumlah hujan yang sedikit yang juga dipengaruhi
oleh pemanasan bumi.
Perjalanan dilakukan menuju lokasi ke dua, yaitu Bendung Jatigede yang masih dalam tahap
konstruksi. Perjalanan dari Bendung Rentang ke Bendung Jatigede kira-kira menempuh waktu satu jam.
Di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan yang sedikit berbeda. Deretan sawah dipinggir jalan
terlihat kosong dan kering. Sepertinya petani sedang tidak melakukan penanaman di lahan-lahan sawah
mereka. Bukit-bukit juga terlihat gersang dan tandus. Setelah tiba di kantor pengurus Bendung Jatigede,
peserta diizinkan untuk makan siang dan menunaikan ibadah sholat. Hal yang unik adalah tidak ada air
di kantor tersebut untuk melakukan wudhu maupun untuk kakus. Hal ini terjadi karena daerah tersebut
sedang dilanda krisis air. Udara disekitar bendung pun panas dan kering.
Kegiatan pertama di Bendung Jatigede adalah seminar presentasi yang dilakukan di salah satu ruang
pertemuan di kantor pengurus. Materi yang diberikan dalam presentasi meliputi pengenalan Bendung
Jatigede dan perkembangan terbaru dalam tahap pembangunannya.
Bendung Jatigede terletak di kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Waduk ini merupakan waduk
terbesar ke dua setelah Waduk Jatiluhur. Pembangunan Bendung Jatigede sendiri dilatarbelakangi
fluktuasi debit di Sungai Cimanuk yang besar, di mana Q max mencapai 1.004 m3/detik dan Q min
4m3/detik. Selain itu, lahan kritis Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk saat ini mencapai 110.000 hektare
(31 persen dari total DAS Cimanuk). Sistem irigasi rentang yang sepenuhnya mengandalkan pasokan air
Sungai Cimanuk (river runoff) juga selalu mengakibatkan kekeringan pada musim kemarau.
Proyek dimulai pada tahun 2007 dengan total biaya (termasuk PPN) sebesar US$ 144.067.642 + Rp.
890.900.230.000. Sumber dana berasal dari Concessional Loan Export-Import Bank, Peoples Republic of
China (90%) dan APBN murni (10%). Pelaksana kegiatan dipegang oleh Sinohydro Corporation Limited
Join Operation with Consortium of Indonesian Contractors (CIC)yang terdiri dari PT Wijaya Karya, PT
Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Hutama Karya.
Bendung Jatigede diharapkan nantinya dapat mengatasi krisis air dengan mengakomodasi
kebutuhan air untuk pertanian dan industri. Pembangunan Bendung Jatigede ditargetkan selesai pada
Mei 2014 dengan kapasitas tampungan 1 miiar meter kubik air untuk mengairi lahan seluas 90.000
hektar.
Peserta kulap diajak untuk mengunjungi lokasi pembangunan Bendung Jatigede secara langsung.
Terlihat proses yang sedang berlangsung meliputi pengurukan dan pembanguna inti bendung. Dari
lokasi proyek, peserta dapat melihat wilayah luas mebentang yang akan terisi air nantinya saat waduk
mulai beroperasi. Peserta diizinkan untuk mengambil foto sebagai dokumentasi perjalanan kulap ini.
Pada pukul 17.30, seluruh peserta dikondisikan kembali masuk ke bus untuk perjalanan pulang.
Perjalanan pulang akan berlangsung kira-kira 4 jam, dari Sumedang menuju Bandung. Peserta mengisi
perjalanan dengan bercanda satu sama lain, bernyanyi dan juga berfoto, agar perjalanan tidak terasa
menjemukan.
Ditengah perjalan, masih di wilayah Sumedang, rombongan bus berhenti sebentar di sebuah sentra
oleh-oleh. Peserta diizinkan untuk keluar dari bus dan berbelanja. Oleh-oleh yang dijajakan adalah
makanan ringan, seperti kerupuk dan manisan buah. Namun, oleh-oleh yang paling terkenal dan banyak
dibeli tak lain adalah ubi bakar dan tahu sumedang. Panganan khas tersebut terkenal dan laris dijual
karena rasa yang enak dan harga yang terjangkau. Ubi yang dijual rasanya manis dan ukurannya besar-
besar, sedangkan tahu sumedang rasanya gurih dan renyah. Ubi dan kedelai untuk bahan baku, yang
merupakan produk hasil pertanian masyarakat, diolah di produksi rumahan masyarakat sehingga
menghasilkan pemasukkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kunjungan dalam rombongan
yang cukup besar ini begitu dinanti para pedagang karena akan meningkatkan pendapatan mereka di
hari itu. Karena itu para pedagang begitu ramah dan antusias melayani peserta yang membeli oleh-oleh.
Setelah terhenti sekitar satu jam, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Bandung. Sekitar pukul
22.00, rombongan bis tiba di depan gerbang Ganesha. Peserta dikondisikan keluar dari bus dan langsung
dipulangkan ke rumah masing-masing, dengan begitu ragkaian kegiatan kulap hari ini pun berakhir.
Dari kulap ini diharapkan peserta memperoleh banyak pengetahuan baru. Peserta kulap meninjau
langsung ke lokasi bendung dan waduk sehingga diharapkan dapat lebih mengerti bentuk dan cara kerja
bendung dan waduk dalam irigasi. Selain itu, peserta juga secara tidak langsung mengamati masalah
yang tengah melanda pertanian Indonesia saat ini.
Baru-baru ini tersiar kabar kelangkaan kedelai. Pemerintah harus melakukan impor kedelai besar-
besaran dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Kebutuhan kedelai
masyarakat Indonesia cukup tinggi terutama untuk bahan baku tahu dan tempe sebagai lauk pauk
utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Kelangkaan ini kabarnya diakibatkan oleh kekeringan yang
berkepanjangan. Cukup miris sebenarnya melihat hal ini terjadi, mengingat Negara Indonesia terkenal
sebagai negara agraris. Lebih lagi, Indonesia terletak digaris khatulistiwa, yang artinya Indonesia berada
dalam zona iklim tropis dengan hujan di sepanjang tahun. Meskipun musim kemarau, hujan beberapa
kali tetap turun dalam durasi yang beragam. Hal ini lah yang harusnya diperhatikan untuk menjad
peluang baik dalam pertanian Indonesia.
Pengaturan dan pengelolaan air menjadi hal yang penting dilakukan. Hujan dalam jumlah yang besar
yang diperoleh saat musim penghujan sedemikian rupa ditampung untuk cadangan di musim kemarau
yang curah hujannya kecil. Dengan begitu, air tetap tersedia untuk pengairan lahan pertanian meskipun
sedang musim kemarau. Faktor pendukung seperti banyaknya sungai yang ada di setiap pulau di
Indonesia, dan kebanyakan sungainya sangat panjang dan luas, dimanfaatkan sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, tidak akan terjadi masalah krisis air dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama petani, dan tentu saja berdampak besar bagi
pendapatan dan kemakmuran Indonesia. Hai lini seharusnya menjadi perhatian sekaligus tantangan bagi
insinyur-insinyur maupun calon-calon insinyur sipil, agar kedepannya dapat lebih aplikatif dan inovatif
memanfaatkan ilmu irigasi dan drainase yang pernah diperoleh untuk kemajuan pertanian di Indonesia.
Pengertian Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air sungai agar
bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagian-bagian: bendung
(weir structure), bangunan pengelak (diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure),
bangunan pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai
yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake
structure).
Macam-macam bendung
1. Bendung Tetap (fixed weir, uncontrolled weir)
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat diubah,
sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Pada bendung
tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang
melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun).
Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai
kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi
banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak
meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-
tebingya yang curam.
2. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah sesuai
dengan yang dikehendaki.
Bendung gerak merupakan suatu bangunan yang terdiri dari tubuh bendung dengan
ambang tetap yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara vertical
maupun radial. Tipe bendung ini mempunyai fungsi ganda yakni mangatur tinggi muka air di
hulu bendung kaitannya dengan muka air banjr, dan meninggikan muka air sungai, kaitannya
dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan.
Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun
sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak
biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau muara
sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada di daerah hilir.
Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah
hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-
mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang telah
terbuka kea rah hilir (downstream).
Operasional bendung gerak di lapangan dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada
saat banjir besar, serta membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup
pada saat keadaan normal untuk kepentingan penyadapan air.
Tipe bendung gerak hanya dibedakan dari bentuk pintu-pintunya antara lain:
a) Pintu geser atau sorong banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil dan
sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat karena akan memerlukan perlatan angkat yang
lebih besar dan mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang tinggi
sehingga apabila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran air.
b) Pintu radial memiliki daun pintu berbentuk busur dengan lengan pintu yang sendinya
tertanam pada tembok sayap atau pular. Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu
lebih ringan untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai.
BENDUNG RENTANG
Deskripsi Umum Bendung Rentang
Bendung Rentang terletak di Dusun Rentang Desa Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten
Majalengka Provinsi Jawa Barat. Mulai beroperasi sejak tahun 1982, berada di Sungai Cimanuk dengan
luas DPS 6.950 Km2 meliputi sebagian wilayah Kab. Garut, Sumedang, Majalengka dan Indramayu. Air
dalam bendung berasal dari anak sungai Cimanuk, yaitu Sungai Cipeles dan Sungai Cipelang di
Kabupaten Sumedang, dan sungai Cilutung di kabupaten Majalengka. Pada awalnya bendung dirancang
untuk muka air pada elevasi 22 m dari permukaan laut, namun yang terjadi adalah lebih rendah satu
meter dari yang direncanakan.
Bendung Rentang yang sekarang adalah pengganti bendung lama yang dibangun pada tahun 1911
dan beroperasi dari tahun 1916 sampai dengan 1981. Proyek Rentang Baru dilaksanakan pada tahun
1979 sampai dengan 1982, dengan kontraktor dari Prancis bekerjasama dengan PT. Hutama Karya Pusat.
Dana berasal dari Bank Dunia.
Daerah Layanan Irigasi
Pada awal dibangun areal yang dilayani oleh Bendung Rentang (1987) adalah:
Sal. Induk Sindopraja : 56.037 ha
Sal. Induk Cipelang : 35.265 ha
Jumlah : 91.302 ha
Areal tersebut tersebar di 3 (tiga) Kabupaten, yaitu Kab. Majalengka, Kab. Cirebon dan Kab. Indramayu.
Dari data PANIR (Panitia Irigasi) tahun 2003 areal yang dilayani menjadi:
Sal. Induk Sindopraja : 52.038 ha
Sal. Induk Cipelang : 35.933 ha
Jumlah : 87.971 ha
Dengan rincian tiap Kabupaten sbb :
1. Kabupaten Majalengka
Sal. Induk Cipelang : 571 ha
2. Kabupaten Cirebon
Sal. Induk Sindopraja :21.079 ha
3. Kabupaten Indramayu
Sal. Induk Cipelang: 35.362 ha
Sal. Induk Sindopraja: 30.959 ha
Jumlah : 66.321 ha
Data Teknis Bendung Rentang
I. Bendung Utama
Panjang Mercu : 94.10 m’
Lebar Bendung : 27.00 m’
Kolam Penenang :+ 24.00 m’
TMA Maks Pengepangan : + 23.50 m’
El. Mercu Spillway : + 19.00 m’
El. Mercu Sluiceway : + 17.00 m’
Pintu
- a) Spillway : Pintu radial ( 10.00 m’ x 4.925 m’ ) 6 set
- b) Sluiceway : Pintu sorong ganda 4 set
Pintu atas ( 5.00 m’ x 4.60 m’ )
Pintu bawah ( 5.00 m’ x 2.50 m’ )
II. Saluran Induk Sindopraja (intake kanan)
Intake
o Lebar : 4 x 7.20 m’
o Debit Maks : 79.40 m3/dt
o El. Ambang : + 20.80 m’ dpl
o Pintu : Radial (7.20 m’ x 3.00 m’) 4 set
Kantong lumpur
o Panjang : 310.00 m’
o Lebar : 60.00 m’
o Kemiringan (S) : 0.007
o Pintu bilas : Sorong (6.00 m’ x 1.70 m’) 4 set
Alat ukur
o Tipe ambang lebar
o Lebar : 60.00 m’
o El. Mercu : + 20.90 m’ dpl
III. Saluran Induk Cipelang (intake kiri)
Intake
o Lebar : 4 x 5.50 m’
o Debit Maks : 62.20 m3/dt
o El. Ambang :+ 20.50 m’ dpl
o Pintu : Radial (5.50 m’ x 3.30 m’) 4 set
Kantong lumpur
o Panjang : 420.00 m’
o Lebar : 39.00 m’
o Kemiringan (S) : 0.007
o Pintu bilas : Sorong (5.00 m’ x 2.30 m’) 4 set
Alat ukur
o Tipe ambang lebar
o Lebar : 15.60 m’
o El. Mercu : + 20.90 m’ dpl
Ket. Gambar : Spillway dan Pintu Radial
Pengoperasian Pintu Bendung Rentang
Terdapat tiga macam cara dalam pengoperasian pintu di Bendung Rentang yakni:
Pengoperasian Pintu Otomatis
Pada pengoperasian pintu otomatis, buka tutup pintu dilakukan langsung dengan program yagn
dikontrol oleh kumputer. Inputnya berupa tinggi muka air yang ada di bendung. Dengan pengopersian
ini secara otomatis pintu diatur sendiri berapa bukaanya untuk tiap intake yang ada.
Pengoperasian seperti ini lebih mudah dan membutuhkan tenaga operasi yang lebih sedikit. Hanya pada
saat ini kendala yang dihadapi adalah system pengoperasian otomatis sering terkena petir hingga tidak
dapat dioperasikan lagi. Maka pengopersaian pintu dilakukan dengan system semi otomatis.
Pengoperasian pintu semi otomatis
Pada pengoperasian pintu semi otomatis, buka tutup pintu menggunakan mesin hidrolik yang
dikendalikan melalui tombol pengatur yang ada di control house. Hanya saja bedanya dengan
pengaturan otomatis, besarnya bukaan pintu masih harus membaca tabel yang ada secara manual oleh
petugas sehingga tidak secara otomatis diatur.
Tombol pengatur yang ada berupa tombol naik tombol turun dan tombol stop. Pengaturan oleh petugas
disesuaikan dengan debit air yang ada dan kebutuhan di masing-masing Saluran Induk. Pada saat ini
pengopersian pintu bendung Rentang menggunakan ystem semi otomatis.
Pengoperasian pintu semi manual
Pada pengoperasian pintu secara manual, maka buka tutup pintu dilakukan semuanya dilakukan secara
manual menggunakan tenaga manusia. Biasanya untuk membuka dan menutup satu pintu dibutuhkan
waktu sampai berjam-jam dan juga dibutuhkan petugas operasi yang banyak.
Ket. Gambar : Perangakat
Pengenadali Bukaan Pintu
BENDUNG JATIGEDE
Deskripsi Umum Bendung Jatigede
Bendung Jatigede dibangun guna mengatasi krisis air, baik untuk menjamin ketersediaan air irigasi
Rentang maupun air baku untuk wilayah Pantura CIAYU. Jatigede merupakan waduk terbesar kedua
setelah Waduk Jatilluhur yang dibangun dengan alasan, ke depan dirasakan semakin berat dalam
memenuhi berbagai keperluan seperti pertanian, industri dan bahan baku air minum.
Pembangunan Bendungan Jatigede ditargetkan selesai pada bulan Mei 2014. Bendungan tersebut
akan mampu menampung 1 miliar kubik air untuk mengairi lahan seluas 90.000 hektar. Pembangunan
Bendung Jatigede sendiri dilatarbelakangi fluktuasi debit di Sungai Cimanuk yang besar, di mana Q max
mencapai 1.004 m3/detik dan Q min 4m3/detik. Selain itu, lahan kritis Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cimanuk saat ini mencapai 110.000 hektare (31 persen dari total DAS Cimanuk). Sistem irigasi rentang
yang sepenuhnya mengandalkan pasokan air Sungai Cimanuk (river runoff) juga selalu mengakibatkan
kekeringan pada musim kemarau.
Ket. Gambar :
Proyek jatigede
Proyek dimulai pada tahun 2007 dengan total biaya (termasuk PPN) sebesar US$ 144.067.642 + Rp.
890.900.230.000. Sumber dana berasal dari Concessional Loan Export-Import Bank, Peoples Republic of
China (90%) dan APBN murni (10%). Pelaksana kegiatan dipegang oleh Sinohydro Corporation Limited
Join Operation with Consortium of Indonesian Contractors (CIC)yang terdiri dari PT Wijaya Karya, PT
Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Hutama Karya.
Tujuan Pembuatan Bendung Jatigede
a. Mencegah meluasnya lahan kritis disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk -
Cisanggarung.
b. Penyediaan sarana dan prasarana pariwisata guna membuka kesempatan kerja bagi masyarakat
dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumedang
c. Menyuplai air baku untuk air minum 3500 liter per detik untuk masyarakat di Kabupaten
Cirebon dan Indramayu serta kawasan Balongan, dan penghasil listrik 750 GWH senilai Rp. 300
milyar/ tahun serta meningkatkan produksi pertanian dan perikanan senilai netto Rp. 460
milyar/ tahun
d. Meningkatkan produksi padi di Daerah Irigasi (DI) Rentang seluas 90.00 ha yang berlokasi di
daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan sekitarnya.
e. Pengendalian pencemaran dan intrusi air laut
Data Teknis Bendung Jatigede
I. Hidrologi
Luas Catchment Area : 1.462 km2
Volume run-off tahunan : 2,5 x 103 m3
II. Waduk
Muka air (MA) banjir max : EI + 262,5
MA Operasi max (FSL) : EI + 260
MA Operasi min (MOL) : EI + 230
Luas Permukaan (EI+262) : 41,22 km3
Volume gross (EI+260) : 980 x 106 M3
Volume efektif (antara EI+221 dan EI+260) : 877 x 108 M
III. Bendungan
Tipe : Urugan batu, inti tegak
Elevasi Mercu bendungan : EI + 265
Panjang bendungan : 1.715 m
Lebar Mercu bendungan : 12 m
Tinggi bendungan max : 110 m
Volume timbunan : 6.7 x 106 M3
IV. Spillway
• Lokasi : at the dam body
• Tipe : gated spillway with chute way
• Crest : Lebar 50 m, EI + 247
• Dimensi radial gates : 4 bh (W=15,5; H=14,5 m)
• Q outflow : 4.442 m3/dt (PMF=11.000 m3/dt)
V. Intake Irigasi
• Lokasi : Di bawah spillway
• Irrigation Inlet Appron : EI + 164
• Tipe : Reinforced concrete conduit
• Dimensi conduit : D=4,5 m; L=400 m
VI. Terowongan Pengelak
• Lokasi : under the spillway
• Inlet level : EI + 164
VII. Terowongan Pengelak
• Lokasi : under the spillway
• Inlet level : EI + 164
• Tipe : Circular lined reinforced concrete
• Debit Rencana (Q 100) : 3.200 m3/dt
• Dimensi terowongan : D=10 m; L=556 m
VIII. P L T A
• Lokasi : Right abutment
• Power inlet apron : EI + 210
• Headrace tunnel : D=4,5 m; L=3.095 m
• Design head : 170 m
• Tipe turbin : Francis
• Kapasitas terpasang : 2 x 55 MW = 110 MW
• Produksi rata-rata : 690 GWH/ tahun
IX. Rock Fill Dam dan Coffer Dam
Rock Fill Dam
Bendungan merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk,
danau, maupun tempat rekreasi. Bendungan Jatigede adalah contoh bendungan tipe rock fill dam
yang berupa timbunan batu dengan lapisan inti tanah kedap air tegak. Elevasi puncak nya yaitu +
265,00 m, tinggi bendungan diatas pondasi yaitu 110 m dan volum timbunan yang diperlukan sekitar
4,612 x 106 m3. Bendungan Jatigede memiliki beberapa bagian penting, antara lain inti bendungan,
bangunan pelimpah (spillway) dan terowongan pengelak (diversion tunnel) serta saluran-saluran lain
yang berfungsi sebagai saluran irigasi.
Penimbunan ekstra pada puncak bendungan diperlukan untuk mengimbangi adanya penurunan
pada inti bendungan yang disebabkan oleh adanya proses konsolidasi.
Batuan yang dapat digunakan sebagai pondasi pada bendungan pun harus memenuhi kriteria
yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Pondasi bendungan harus direncanakan sesuai dengan tinggi dan tipe bendungan
dengan mempertimbangkan material pembentuk pondasi, setelah batuan (rock), sand,
gravel atau tanah (soil).
b. Dalam perencanaan pondasi pengupasan dan metode kontrol rembesan serta menjamin
keamanan struktur pondasi harus diperhitungkan sesuai kondisi batuan pondasi dan
tubuh bendungan yang direncanakan.
c. Untuk pondasi batuan rock (rock foundation), galian untuk zone kedap air atau dinding
perlu dilakukan sampai batuan keras dan sementasi (grouting) perlu dilakukan sesuai
dengan skala bendungan dan kondisi bendungan.
d. Galian pondasi perlu disesuaikan bentuknya sehingga memudahkan pekerjaan
penimbunan tanpa menyebabkan penurunan. Bentuk galian tidak boleh terlalu curam
dan tidak overhanging.
e. Bila diketemukan sesar (fault) perlu diperbaiki (foundation treatment).
f. Grouting perlu dilakukan untuk menutup rekahan (crack) pada pondasi batuan dan harus
meningkatkan kekedapan (water tightness).
g. Grouting tirai (curtain grouting) berfungsi sebagai zone kedap air dan diletakkan pada
tengah impervious core atau dibagian hulu impervious facing (membrane).
h. Grouting selimut (blanket grouting) berfungsi menahan rembesan pada permukaan
pondasi yang retak-retak.
i. Bila grouting tidak dapat dilakukan, dapat diganti dengan impervious blanket pada
bagian hulu dan atau pembuatan drain dibagian hilir.
Instrumen bendungan
Pemasangan instrumentasi pada tubuh bendungan bertujuan untuk mengamati seluruh kelakuan
tubuh bendungan secara seksama, sehingga dapat diketahui kondisi-kondisi yang sebenarnya. Dari data-
data yang didapatkan dari instrumen tersebut maka dapat diketahui apakah tubuh bendungan masih
dalam kondisi yang normal ataukah sudah terjadi kelainan-kelainan yang dapat menyebabkan timbulnya
bahaya, sehingga dapat diantisipasi sebelumnya. Instrumentasi yang dibutuhkan antara lain :
a. Tekanan Air Pori (Pore water pressure)
Berfungsi untuk menghitung kondisi tegangan di tanah sesuai mekanika tanah menurut Terzaghi
untuk tekanan efektif tanah.
b. Alat Pengukur Rembesan (Seepage measuring device)
Alat yang berfungsi untuk mendeteksi da mengkuantifikasi outflow air tanah dan adanya
infiltrasi air laut.
c. Piezometer
Berupa tabung terbuka atau tertutup yang dipasang dari permukaan tanah ke bawah yang
digunakan untuk mengukur tekanan air pada daerah dimana ujung bawah pipa diletakkan.
d. Inclinometer
Alat yang berfungsi untuk mengukur kemiringan bidang (lateral deformation).
e. Crest settlement survey point
Titik survei penurunan puncak berguna dalam monitoring penurunan yang terjadi.
f. Surface settlement survey point
Titik survei penurunan permukaan berguna dalam monitoring penurunan yang terjadi.
g. Seismometer
Alat yang berfungsi untuk mengukur getaran yang ada pada permukaan tanah dan umumnya
dipergunakan untuk mendeteksi gempa.
Cofferdam
Sedangkan bagian Cofferdam adalah sebuah rintangan umumnya bersifat sementara yang dibuat
untuk mengeringkan air dari area yang normalnya terendam air. Cofferdam yang direncanakan di
Bendungan Jatigede terdiri dari:
• Main Cofferdam
o Berupa Urugan Batu (Rockfill) dengan inti (core) kedap air miring dari tanah liat.
o Elevasi Main Cofferdam + 204.00
o Lebar mercu bendungan 12 m
o Tinggi Main Cofferdam 49 m
o Kemiringan lereng d/s = 1(V) : 1,4(H) dan u/s = 1(V) : 3(H)
o Total Volume Rock (Batu) = 367.329 m3, Core = 66.046 m3,
o Filter = 20.882 m3, dengan Total Volume = 454.257 m3
• Primary Cofferdam (U/S Dan D/S)
o Elevasi Primary Cofferdam + 180.00
o Lebar mercu bendungan 8 m
o Tinggi Cofferdam 25 m
o Kemiringan lereng d/s = 1(V) : 3(H) dan u/s = 1(V) : 3(H)
o Total Volume 50.000 m3
KESIMPULAN
Bendung Rentang merupakan konstruksi bangunan air yang cukup megah. Fungsi bendung Gerak
Rentang yaitu untuk mengalirkan air sungai ke saluran-saluran induk yang nantinya disalurkan melalui
bangunan bagi untuk mengairi sawah di sekitarnya. HIngga kini, Bendung Rentang masih dapat berfungsi
dengan baik meskipun perlu peremajaan kembali di beberapa bagian agar tetap dapat lestari.
Bendung Jatigede ditujukan untuk supply air baku, irigasi, PLTA, pengendali banjir, dan daerah
wisata ini hingga saat penulis melakukan tinjauan masih berada dalam tahap konstruksi spill way,
tunnel, dan grouting gallery. Pembangunan waduk yang gagasan nya muncul di 1963 dan
pembangunannya direncanakan selesai tahun 2013 ini ternyata masih banyak mengalami kendala dan
memiliki beberapa pertimbangan yang harus difikirkan seperti faktor geologi daerah Sumedang yang
dilalui oleh Patahan Baribis. Akan tetapi, kajian yang cukup dan pembangunan yang serius antara
pemerintah, kontraktor, dan konsultan dari China dan Indonesia diupayakan dapat mengatasi dan
meminimalisir akibat buruk yang mungkin terjadi.
SI-3131 IRIGASI DAN DRAINASE
LAPORAN KEGIATAN KULIAH LAPANGAN
BENDUNG RENTANG DAN BENDUNG JATIGEDE
Dosen :
Sri Legowo WD
Maya Angraini
15011056
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013