Upload
edith-setia-ginanjar
View
492
Download
8
Embed Size (px)
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
1
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1.1. SEJARAH SINGKAT
PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia merupakan salah
satu program pemerintah pada tahun 1980. Wiweko sebagai direktur utama
Garuda Indonesia pada waktu itu mengajukan kepada pemerintah Indonesia,
bahwa Garuda Indonesia akan pindah dengan konsekuensi diberikan
pendukung penerbangan, yakni berupa hangar pesawat. Garuda pada waktu
itu menggandeng konsultan asing, yaitu Diacom II yang berasal dari Belanda,
untuk membantu pembangunan Garuda Maintenance Facility (GMF). Pada 31
Maret 1983, pihak Garuda dengan Diacom II mulai menandatangani kontrak
teknisnya. Satu bulan berikutnya, sempat dilakukan kontrak perdana antara
pemerintah Indonesia dengan AMRO Bank, dimana AMRO Bank menjadi
penyandang dana. Namun kontrak tersebut gagal, sehingga Garuda harus
mencari penyandang dana baru. Maka pada 27 Juni 1983, Garuda Indonesia
mengajukan kembali kebutuhan dana untuk pengembangan Garuda
Maintenance Facility (GMF).
Pada saat itu, dikelurakan intruksi dari pemerintah yang
menyarankan agar semaksimal mungkin menggunakan kemampuan
produksi dari dalam negeri. Dengan tidak adanya pilihan lain, akhirnya sejak
1984 sebuah konsultan dari dalam negeri yaitu PT. Encona bertanggung
jawab untuk meneruskan proyek pambangunan sarana perawatan dan
perbengkelan pesawat milik Garuda Indonesia.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
3
Dengan disediakan tanah seluas 115 hektar oleh pemerintah melalui
otoritas Angkasa Pura II, maka pihak Garuda Indonesia merencanakan
pembangunan sebuah pusat perawatan atau bengkel pesawat yang lengkap.
Hal ini sangat penting guna menunjang seluruh kegiatan operasional pesawat
Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta. Pusat perawatan atau bengkel
pesawat Garuda Indonesia kemudian dikenal dengan nama Garuda
Maintenance Facility (GMF).
1.2. VISI DAN MISI
Memberikan pelayanan jasa perawatan pesawat dan komponen
pesawat yang memenuhi standart airworthiness and safety (kelayakan dan
keselamatan penerbangan).
Visi PT GMF Aeroasia adalah menciptakan perawatan yang
mencakup perbaikan ringan dan berat (Overhaul) yang kuantitif dalam hal
kualitas, biaya, pengiriman, dan layanan.
Misi PT GMF Aeroasia adalah :
a. Product (Hasil Usaha)
Menjaga kemampuan perawatan pesawat, mesin pesawat dan
komponennya agar tetap dapat bersaing dalam hal kualitas,biaya
dan layanan.
b. Bussiness (Usaha)
Meningkatkan pendapatan dan keuntungan.
c. Human Resource (Sumber Daya Manusia)
Menjadikan sumber daya profesional dalam industri
penerbangan.
Untuk mencapai isi tersebut, GMF berlandaskan pada 5 Prinsip
Universal, yaitu Spirituality, Humanity, Solidarity, Participatory, dan
Equity. Kelima Prinsip Universal tersebut menjiwai 5 Falsafah GMF, seperti
berikut:
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
4
Mewujudkan Kelaikan Udara dengan Penuh Ketaqwaan.
Besarnya tanggung jawab yang diemban GMF sebagai bentuk amanah dari
Tuhan YME senantiasa menjadi tuntunan dalam melakukan segala sesuatu
secara benar dari awal dengna penuh rasa ikhlas, jujur dan percaya diri yang
tinggi untuk mendukung kelaikan udara setiap pesawat terbang yang
ditangani.
Gigih Memainkan Peran secara Profesional dan Penuh Rasa
Tanggung Jawab. GMF senantiasa mengembangkan kemampuan profesional
sumber daya manusia yang berahlak mulia guna melayani pelanggan untuk
memperoleh alternatif solusi yang tepat.
Kebersamaan dan Kekeluargaan dalam Berkarya. GMF
senantiasa mendorong terciptanya semangat kerja sama yang dilandasi
kesediaan untuk saling membantu, menghargai keunikan setiap individu,
serta rasa saling menghormati untuk mencapai hasil kerja yang handal dan
terpercaya. GMF berupaya untuk mewujudkan iklim kebebasan untuk
menyampaikan saran dan umpan balik secara santun.
Menjadi Warga Usaha yang Baik. Sebagai perwujudan dari misi
kehidupan umat manusia, insan GMF senantiasa bergerak maju secara
dinamis dengan menjaga keseimbangan diri dan profesi dalam segala aspek
pada setiap fase perjalanan bisnis GMF.
Peduli terhadap Stakeholder. GMF senantiasa bertanggung jawab
dan peduli terhadap kepentingan stakeholder melalui kinerja dengan standar
tinggi.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
5
1.3. FASILITAS
GMF AeroAsia berdiri di atas lahan seluas 115 Ha di dalam kompleks
Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten. Semua fasilitas
perawatan ini terdiri dari bangunan 480.000 m2 termasuk di dalamnya tiga
hangar, satu spares warehouse, workshops, utility buildings, ground support
equipment building, chemical stores, engine test cell dan management building.
Selain itu, GMF AeroAsia juga memiliki sebuah apron yang mampu
menangani 50 pesawat, taxiways, run-up bay dan waste treatment area.
Dengan lahan yang luas dan peralatan yang baik, GMF AeroAsia memiliki
kemampuan untuk melakukan major modification pada pesawat saat
perawatan besar-besaran.
Proses pembangunan fasilitas ini dilakukan secara bertahap, sejak
tahun 1986 hingga 1991, proses pembangunan ini terdiri dari pembangunan
tempat parkir pesawat dan run-up yang selesai pada tahun 1986, hangar II
pada tahun 1987, hangar III pada tahun 1988 dan hangar I pada tahun 1991.
Pembangunan terakhir yang dilakukan adalah pembangunan gedung serba
guna dan manajemen pada tahun 1993, dalam rentan waktu pembangunan
pada tahun 1986-1991, juga dibangun sejumlah fasilitas pendukung lainya
seperti workshop I dan workshop II, general store, komplek ground support
equipment (GSE), tempat pengolahan limbah, engine shop, engine test cell,dan
sebagainya , khusus untuk pembangunan fasilitas engine test cell, pihak
Garuda Indonesia melalui pemerintah Indonesia mendapat pinjaman lunak
dari pemerintah Prancis.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
6
Hangar I. Sebenarnya dimaksudkan untuk perawatan Boeing 747.
Hangar ini memiliki luas 22.000 m2 dan cukup untuk 2 pesawat Boeing 747.
Dilengkapi dengan satu bay yang digunakan untuk heavy maintenance dari
Boeing 747, memperbarui kabin dan memodifikasi wing pylon dari pesawat
milik Garuda Indonesia dan klien GMF yang lain.
Hangar II. Memiliki luas area 23.000 m2. Hangar ini terdiri dari tiga
aircraft bays yang digunakan untuk perawatan minor, A dan B check. Hangar
ini dapat menampung satu pesawat berbadan lebar dan satu pesawat
berbadan kecil dalam masing-masing bay.
Hangar III. Memiliki luas area 23.000 m2. Hangar ini terdiri dari tiga
aircraft bays dan digunakan khusus untuk heavy maintenance, apabila
diperlukan, layout dapat memuat satu pesawat berbadan lebar dan satu
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Gambar 2.3.1. Hangar I Sumber : Dokumentasi oleh M. Iqbal Shofian
Gambar 2.3.2. Hangar II Sumber : Dokumentasi oleh M. Iqbal Shofian
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
7
pesawat berbadan kecil di masing-masing bay. Dilengkapi dengan enam
roofmounted cranes dan satu bay khusus yang dilengkapi dengan purpose-
built docking untuk memfasilitasi pengerjaan pada MD11/DC10 dan pesawat
Airbus berbadan lebar.
Workshop I. Memiliki luas area 10.785 m². Workshop ini
merupakan tempat perbaikan komponen yang dilepas dari pesawat. Pada
workshop I terdapat unit kerja seperti composit, sheet metal, dan machining.
Workshop ini mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dan merawat
komponen Boeing 747, Boeing 737, Airbus 300, DC9, DC10, Fokker 28.
Diantara komponen pesawat yang bisa diperbaiki diantaranya yaitu flight
control surface, leading gear, break system and wheel, radar domes galeys,
engine pylons, thust reverse doors, dan perlengkapan kabin pesawat.
Workshop II. Memiliki luas area 11.814 m². Workshop II merupakan
bengkel untuk memperbaiki komponen pesawat yang rusak, workshop ini
memiliki 2 buah bengkel yaitu :
IERA shop (Instrument Electronic Radio and Avionic)
Workshop ini dilengkapi dengan pendingin udara dan ruangan
bebas debu, IERA memiliki kemampuan memperbaiki dan
merawat komponen pesawat seperti flight instrument, navigation
and communication instrument, radar flight, data recorder dan
instrument digital modern.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Gambar 2.3.3. Hangar III Sumber : Dokumentasi oleh M. Iqbal Shofian
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
8
ELMO shop (Electrical Maintenance and Oxygen)
Workshop ini untuk perbaikan dan perawatan sistem pneumatik
dan hidrolik. ELMO shop dilengkapi dengan CSD (constan speed
drive) test stand, fuel flow ring dan hidrolik test machine.
Utility Building. Merupakan pusat kelistrikan GMF seluas 3.240 m².
Fasilitas ini memuat peralatan utama yang diperlukan sebagai sumber tenaga
penggerak bagi fasilitas yang ada dilingkungan GMF. Beberapa sumber
tenaga penggerak ini yaitu generator, transformator serta air pressure untuk
keperluan hangar, bengkel dan gedung perkantoran.
Ground Support Equipment (GSE). Fasilitas ini merupakan bengkel
perawatan dan perbaikan semua peralatan penunjang kebutuhan peasawat
seluas 6.813 m². Pada tempat ini juga terdapat kendaraan untuk mengangkut
perlengkapan pesawat.
Engine Test Cell. Merupakan ruangan khusus untuk menguji mesin
pesawat yang telah atau yang akan dioperasikan seluas 1.577 m². Pengujian
ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat dari
adanya kerusakan pada engine ketika pesawat dijalankan. Fasilitas ini dapat
melakukan pengetesan APU (Axulary Power Unit) yang memiliki daya dorong
sekitar 100.000 lb (240 KN) dan dilengkapi dengan pengontrol komputer
dalam pengoperasiannya, pengujian didalam engine test cell ini meliputi
temparature, vibration, thrust, speed N1&N2 dan fuel flow.
Industrial Waste Treatment. Merupakan tempat khusus dengan
luas 573 m² yang digunakan untuk menampung limbah seperti sampah dan
kotoran dari pesawat dan bengkel. Selain itu dilengkapi dengan sistem
pengolahan limbah yang baik sesuai dengan AMDAL.
Apron. Merupakan tempat parkir pesawat yang akan mengalami
perbaikan atau yang sudah diperbaiki. Tempat ini mempunyai luas 343.650
m². Mampu menampung sekitar 50 pesawat yang terletak didepan seluruh
hangar. Selain itu juga tempat ini dilengkapi oleh dua buah bay untuk
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
9
pencucian pesawat dan area seluas 15.625 m² untuk engine run-up dan swing
compas area.
Management Building. Ruangan perkantoran yang digunakan
sebagai tempat melakukan kegiatan administrasi para karyawan dengan luas
17.000 m². Dilengkapi dengan ruangan pertemuan, ruangan kelas, ruangan
seba guna, ruangan ibadah, dan sarana olah raga.
1.4. STRUKTUR ORGANISASI
PT. GMF AeroAsia dipimpin oleh seorang Chief Executive Officer
(CEO) atau President (Dirut) yang membawahi beberapa dinas, setiap dinas
di pimpin oleh seorang Executive Vice President (EVP). Dinas-dinas tersebut
mempunyai subdinas. Masing-masing subdinas tersebut dipimpin oleh Vice
President (VP). Secara global struktur organisasi PT. GMF AeroAsia terbagi
menjadi dua unit, yaitu Service Unit dan Business Unit. Bussines Unit
merupakan inti dari kegiatan yang dilakukan PT. GMF AeroAsia. Dalam
struktur juga terdapat EVP Quality Assurance dan Internal Audit & Control,
sebagai badan independen yang bertugas mengawasi kinerja dari sistem
kualitas GMF untuk selanjutnya dilaporkan kepada President/CEO. Untuk
lebih jelasnya, pada gambar dibawah ini terdapat gambar struktur organisasi
PT. GMF AeroAsia.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Gambar 2.3.4. Apron Sumber : Dokumentasi oleh M. Iqbal Shofian
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
10
1.5. DINAS ENGINEERING SERVICE
Dinas Engineering Service memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan proses analisa program perawatan dan memastikan program
perawatan tersebut dapat berjalan efektif dan efisien. Dalam dinas Service
Engineering Service terdapat dua subdinas yaitu Aircraft Engineering (TEA)
dan Reliability Engineering (TER). Berikut adalah penjelasan singkat kedua
subdinas tersebut.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
President CEO
EVP Corporate Planning & Development
EVP Finance
VP Accounting
VP Treasury Management
EVP Base Operation
VP Base Maintenance
VP Component
Maintenance
VP Engine Maintenance
EVP Line Operation
VP Line Maintenance
VP Engineering
Service
VP Trade & Asset
Management
EVP Human Resource
VP Human Capital
Management
VP Learning Center &
Knowledge Management
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
11
1.5.1. AIRCRAFT ENGINEERING (TEA)
Subdinas Aircraft Engineering bertugas untuk menganalisa
proses perawatan pesawat secara langsung di lapangan sehingga dapat
meningkatkan kehandalan pesawat.
Subdinas TEA dibagi menjadi 6 grup, yakni :
Avionics Engineering
Merupakan grup yang menangani kerusakan-kerusakan
pada bagian kokpit, lampu, dan sarana informasi elektronik.
System Engineering
Merupakan grup yang menangani masalah sistem yang ada
di pesawat selain sistem elektronik.
Powerplant Engineering
Merupakan grup yang menangani perawatan engine agar
selalu dalam kondisi prima saat pesawat dioperasikan,
termasuk juga perawatan APU.
Structure Engineering
Merupakan grup yang menangani segala sesuatu yang
berhubungan dengan struktur pesawat, baik mengenai
perawatan kerusakan, inspeksi, maupun penggantian
komponen pesawat yang sudah tidak dapat dipakai lagi.
Interior Engineering
Merupakan grup yang menangani masalah kabin agar
kondisinya tetap aman dan nyaman.
Material Process Engineering
Merupakan grup yang menangani segala masalah yang
berhubungan dengan material dan prosesnya yang
dilakukan di bagian workshop dan hangar, dan berbagai
masalah material seperti komposit, polimer, logam dan
material lain yang terdapat pada komponen pesawat.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
12
1.5.2. RELIABILITY ENGINEERING (TER)
Subdinas Reliability Engineering bertugas untuk menganalisa
performa pesawat setelah proses perawatan dan merencanakan
progran perawatan berikutnya untuk lebih meningkatkan kehandalan
pesawat.
Subdinas TER dibagi menjadi 5 grup, yakni :
Reliability Management
Merupakan grup yang menangani pengaturan dan evaluasi
terhadap performa pesawat agar dapat beroperasi dengan
aman.
Maintenance Program Management
Merupakan grup yang menangani pembuatan program
perawatan berupa maintenance schedule. Jadwal perawatan
yang dibuat merupakan kebijakan airlines untuk melakukan
proses perawatan yang merujuk pada kebijakan dinas
kelaikan udara (FAA, DSKU, dll) dan panduan dari pihak
produsen pesawat (Boeing, Airbus, Fokker, Douglas).
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
13
Flight Data Services
Merupakan grup yang memiliki tugas untuk menerima,
merekam, dan mengirimkan data-data keadaan pesawat
setiap waktu, pada saat pesaat dalam penerbangan.
Configuration Control & Change Management
Merupakan grup yang mengatur perubahan konfigurasi
pesawat di bagian luar ataupun dalam, serta
mempertimbangkan penambahan yang dapat meningkatkan
performa pesawat.
Technical Publication Services
Merupakan grup yang menangani dan menyebarkan manual
pesawat yang dimiliki oleh Garuda Indonesia, serta
melakukan revisi pada manual tersebut berdasarkan
informasi dari pihak produsen pesawat.
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
14
1.6. SERTIFIKAT
GMF AeroAsia dalam melakukan kerjanya harus memiliki izin berupa
sertifikat dari setiap otoritas yang akan menggunakan jasa perawatan
perusahaan ini. Berikut adalah sertifikat yang dimiliki oleh GMF AeroAsia.
Authority Certificate Name Certificate Number
Indonesia DSKU 145/0100
USA FAA WGFY076F
Europe JAA F-045/E
Singapore CAAS AWI/139
Nigeria DCA 105
Bangladesh CAA CAA 5525/36/AELD
Thailand DOA 181/2538
Ghana GCAA 063
Sudan CAA Sudan CAA/7/AW/ENO/03/001
Papua New Guinea CAA Papua Niugini 105
South Africa CAA South Africa 945
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ
Laporan Kerja PraktekHerryan Syahputra 2708100017David Iriyantono 2708100057
15
Analisis Kegagalan Engine Throttle Control Cable T2B pada Engine #2 Pesawat Terbang BOEING 737-400 Garuda Indonesia PK-GZQ