Upload
nurse-uray
View
108
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan keswamas
Citation preview
I. PENDAHULUAN
Kesehatan Jiwa masyarakat ( community mental health ) telah menjadi bagian masalah
kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara. Gangguan jiwa tidak
menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi
tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat
sekitarnya. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi
lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ), ada keserasian antara
pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar
kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.
Sejalan dengan paradigma sehat yang dicanangkan Departemen Kesehatan yang lebih
menekankan upaya proaktif dan berorientasi pada upaya kesehatan pencegahan (preventif )
dan promotif maka penanganan masalah kesehatan jiwa telah tergeser dari hospital base
menjadi community base psychiatric services. Gangguan jiwa dapat dicegah dan diatasi,
untuk itu penyelesaiannya tidak hanya oleh tenaga kesehatan, tetapi juga perlu melibatkan
peran akif semua pihak. Masyarakat mempunyai potensi untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga perlu dirubah kesadarannya untuk terlibat dalam upaya preventif dan promotif,
tenaga kesehatan, organisasi masyarakat yang concern terhadap masalah kesehatan jiwa
masyarakat.
Eksistensi manusia meliputi tiga aspek yaitu organo-biologis ( fisik / jasmani ), psiko-
edukatif ( mental-emosional ). Terjadinya gangguan jiwa juga merupakan proses interaksi
yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor
sosio-kultural. Telah terbukti bahwa ada korelasi erat antara timbulnya gangguan jiwa dengan
kondisi sosial dan lingkungan dimasyarakat sebagai suatu “stessor psikososial”. Kini masalah
kesehatan tidak lagi hanya menyangkut soal angka kematian atau kesakitan melainkan juga
mencakup berbagai kondisi psikososial yang berdampak pada kualiitas kesehatan masyarat
termasuk taraf kesehatan jiwa masyarakat.
Masalah kesehatan jiwa di masyarakat sangat luas dan kompleks, bukan hanya meliputi
yang jelas sudah terganggu jiwanya, tetapi juga berbagai problem psikososial, bahkan
berkaitan dengan kualitas hidup dan keharmonisan hidup. Masalah ini tidak dapat dan tidak
mungkin diatasi oleh pihak kesehatan jiwa saja, tetapi membutuhkan suatu kerjasama yang
luas secara lintas sektor, yang melibatkan berbagai departemen, termasuk peran serta
masyarakat dan kemitraan swasta, terlebih lagi dengan kondisi masyarakat kita yang saat ini
sedang dilanda berbagai macam krisis, maka tindakan pencegahan secara lintas sektor perlu
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, agar masalah tersebut tidak memberikan
dampak yang mendalam terhadap taraf kesehatan jiwa masyarakat. Mengingat makin
kompleksnya serta makin meningkatnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat, maka
diperlukan pendekatan dan pemecahan masalah dengan persiapan dan langkah-langkah yang
tepat. Pendekatan yang bersifat multidisipliner dengan pelaksanaan yang bersifat lintas
sektor, melalui perkembangan upaya kesehatan jiwa di Indonesia khususnya sejak
diterapkannya ilmu kedokteran jiwa modern dan sejak diberlakukannya Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, akhirnya melahirkan TP-KJM ( TIM PEMBINA,
TIM PENGARAH, TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT).
Secara Nasional telah ditetapkan untuk menciptakan Masyarakat Mandiri untuk Hidup
Sehat, sehingga seluruh institusi pemerintahan dan masyarakat dipacu melaksanakan
percepatan pencapaian derajat kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, bahkan dengan
pengembangan kesiapsiagaan pelayanan kesehatan hingga ke tingkat desa. Pada dasarnya
pelayanan kesehatan ini akan berujung pada terciptanya desa-desa yang memiliki kesiapan di
bidang kesehatan yang disebut Desa Siaga, sedangkan pelayanan Keswamas akan
menciptakan desa kesiapan di bidang kesehatan jiwa disebut Desa Siaga Sehat Jiwa.
Penerapan Desa Siaga Sehat Jiwa bertujuan agar masyarakat cukup besar dalam menjaring
pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, bahkan mampu membantu pemulihan pasien
yang telah dirawat dokter atau psikiater sebelumnya.
Ironinya, gangguan jiwa ini sangat berpengaruh pada produktivitas individu yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada fungsi sosial, baik kehidupan keluarga maupun masyarakat.
Walaupun gangguan jiwa dapat diartikan gangguan mental seperti gangguan cemas,
gangguan tidur, gangguan anak dengan autisme maupun hiperaktif, ketergantungan nikotin
dan gangguan mental ringan lainnya.
II. PROGRAM-PROGRAM PELAYANAN PUSKESMAS NANGGULAN
1. Gambaran Program Puskesmas
a. Program
Program-program yang ada di Puskesmas Nanggulan yaitu:
1) Program Utama (mayor):
a) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
b) P2M (Penanggulangan Penyakit Menular)
c) Gizi
d) PROMKES (Promosi kesehatan)
e) KESLING (Kesehatan Lingkungan)
f) Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
BP Umum
BP Gigi
2) Program Pengembangan (minor):
a) Jiwa
b) PERKESMAS (Perawatan Kesehatan Masyarakat)
c) Mata
d) Kesehatan Kerja.
Untuk program pengembangan Kesehatan Kerja di Puskesmas
Nanggulan sendiri belum dijalankan karena masih dalam proses
III. PROGRAM KESEHATAN JIWA MASYARAKAT DI PUSKESMAS NANGGULAN
A. KEGIATAN
Keswamas di puskesmas Nanggulan memiliki beberapa kegiatan yaitu:
1. Pendataan ulang pasien gangguan jiwa
2. Pembuatan laporan
3. Kunjungan ke penderita gangguan jiwa
4. RAKOR (Rapat Koordinasi) Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPK JM)
yaitu POLSEK, KORAMIL, KESRA kecamatan dan Desa-desa.
5. Merujuk pasien gangguan jiwa
B. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
KESWAMAS
Kebijakan yang diambil oleh Puskesmas Nanggulan dalam pelaksanaan program keswamas adalah menyediakan transportasi untuk mengantar pasien yang akan dirujuk.
C. SASARAN, DAN INDIKATOR KEBERHASILAN
- Sasaran :
Keluarga dan pasien dengan gangguan jiwa
- Indikator keberhasilan :
Cakupan Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum 5 % pada
tahun 2007 menjadi 15 % pada tahun 2011 ( Data profil kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Kulonprogo).
- Tidak ada target pencapaian untuk kunjungan ke rumah pasien gangguan jiwa
- 15% dari total kunjungan di puskesmas terdeteksi gangguan jiwa, dan tercapai 2%
D. KEGIATAN / UPAYA PROGRAM
Keswamas di puskesmas Nanggulan memiliki beberapa kegiatan yaitu:
1. Pendataan ulang pasien gangguan jiwa
Setiap tahun dilakukan pendataan ulang pasien dengan gangguan jiwa sebanyak satu
kali, yang biasanya dilakukan pada awal tahun yang informasinya didapat melalui
kader kesehatan yang ada di masing-masing dusun wilayah kelolaan puskesmas
Nanggulan.
2. Pembuatan laporan
Laporan dibuat untuk melaporkan data pasien-pasien dengan gangguan jiwa setiap
sebulan sekali oleh perawat koordinator program kesehatan jiwa.
3. Kunjungan ke penderita gangguan jiwa
Klien-klien dengan gangguan jiwa dilakukan kunjungan rumah oleh petugas
puskesmas untuk melihat perkembangan kesehatan jiwa penderita
4. RAKOR (Rapat Koordinasi) Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPK JM)
yaitu POLSEK, KORAMIL, KESRA kecamatan dan Desa-desa.
5. Merujuk pasien gangguan jiwa
Saat didapatkan laporan adanya pasien dengan gangguan jiwa, maka dilakukan
kunjungan ke rumah penderita, setelah diketahui kondisi kesehatan jiwa pasien
tersebut, maka petugas puskesmas memutuskan untuk merujuk pasien ke rumah sakit
jiwa setelah sebelumnya bermusyawarah dengan keluarga.
IV. ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KESWAMAS PUSKESMAS
NANGGULAN
a. Masalah kesehatan jiwa masyarakat yang sering terjadi di wilayah puskesmas
Nanggulan hingga tahun 2012 yaitu :
- Skizofrenia
- Ansietas
- Epilepsi
- Depresi
- Retardasi Mental
b. Target dan sasaran
Pelayanan kesehatan jiwa tahun 2007 melayani sejumlah 4637 jiwa (2%) masih
jauh dibawah target SPM 15% dari total kunjungan. Pelayanan kesehatan jiwa ini
tidak hanya dilakukan pada penderita psikosa & neurosa saja tetapi juga kepada
penderita gangguan mental akibat konsumsi obat psikoaktif (alkohol, sedativa dll).
Angka capaian yang rendah kemungkinan keengganan penderita yang
menganggap gangguan jiwa sebagai hal biasa misalnya susah tidur, pikiran
gelisah dll.
c. Strategi Pelaksanaan
- Koordinasi dengan Darbin untuk kunjungan rumah pasien dengan gangguan jiwa
- Koordinasi intern dengan pegawai puskesmas
d. Kegiatan
Kegiatan Keswamas yang ada di Puskesmas Nanggulan dirasakan belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti keterbatasan personil atau tenaga kesehatan yang bertanggung jawab akan program Keswamas, selain itu keterbatasan dana yang diperuntukkan untuk program Keswamas yang dirasakan
sangat minim, dan Keswamas berada dalam program minor dari puskesmas. Di beberapa puskesmas di Indonesia sudah mengikutsertakan kesehatan jiwa masyarakat sebagai program mayor, hal ini sesuai dengan rekomendasi menteri kesehatan Indonesia yang menyebutkan 7 alasan perlunya mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa pada pelayanan primer, yaitu
1. Beban biaya dan psikis pada keluarga atas gangguan kesehatan jiwa sangat besar.
2. Masalah kesehatan jiwa dan masalah kesehatan fisik saling terkait satu sama lain, tidak bisa dipisahkan.
3. Kesenjangan ketersediaan perawat untuk gangguan jiwa sangat besar.
4. Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan jiwa dapat meningkatkan aksesibilitas.
5. Pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan tingkat primer dapat meminimalisasi timbulnya stigma dan diskriminasi terhadap masalah gangguan jiwa.
6. Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan jiwa yang dilakukan di Puskesmas jauh lebih murah daripada biaya pelayanan di Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Umum.
7. Mayoritas individu dengan gangguan kesehatan jiwa yang dirawat pada layanan dasar menunjukkan hasil yang baik.
e. Peran Serta masyarakat
Peran serta masyarakat di kecamatan Nanggulan khususnya dibidang Keswamas dirasa masih belum optimal. Hal ini dikarenakan masyarakat masih mengambil keputusan secara sepihak tanpa melibatkan peran serta puskesmas dalam merujuk klien, bahkan masih ada beberapa keluarga yang tidak melaporkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
f. Lintas Sektor/Program
Kerjasama lintas sektoral terakhir kali dilakukan pada saat rapat koordinasi tahun 2009, dan sampai saat ini tidak pernah lagi dilakukan rapat koordinasi, sehingga dengan tidak adanya rapat koordinasi maka akan berdampak pada kurangnya koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan program keswamas, baik perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi program.
g. Kendala
1. Kurangnya koordinasi dengan TP-KJM
2. Kurangnya dana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan program
3. Tenaga kesehatan yang hanya berjumlah 1 orang sebagai pelaksana seluruh
kegiatan di puskesmas Nanggulan
V. EVALUASI HASIL
Kunjungan pasien jiwa pada tahun 2011 sebanyak 640 kunjungan dari total 34.705
kunjungan. Jadi hanya 1,8% yang tercapai.
VI. KESIMPULAN & SARAN
Gangguan jiwa yang dapat menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif,
menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya
menjadi bagian dari masalah kesehatan masyarakat. Upaya proaktif dan berorientasi pada
upaya kesehatan pencegahan (preventif) dan promotif sangat diperlukan dalam
penanganan masalah kesehatan jiwa yang strategi pelaksanaannya telah tergeser dari
hospital base menjadi community base psychiatric services. Masyarakat mempunyai
potensi untuk mengatasi masalah tersebut sehingga perlu dirubah kesadarannya untuk
terlibat dalam upaya-upaya tersebut.
Pelayanan Keswamas diharapkan menciptakan desa kesiapan di bidang kesehatan
jiwa disebut Desa Siaga Sehat Jiwa. Penerapan Desa Siaga Sehat Jiwa bertujuan agar
masyarakat cukup besar dalam menjaring pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi,
bahkan mampu membantu pemulihan pasien yang telah dirawat dokter atau psikiater
sebelumnya. Dari analisis yang kami lakukan pada pelaksanaan program kesehatan jiwa
masyarakat di Puskesmas Nanggulan, dapat kami simpulkan bahwa program ini sudah
berjalan, namun pelaksanaannya belum berjalan secara optimal yang disebabkan oleh
beberapa penyebab dan kendala baik dari proses pelaksanaan maupun dari dukungan
masyarakat.