Upload
vankiet
View
261
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KEGIATAN SISTER SCHOOL
SMA LABSCHOOL JAKARTA
TAHUN 2008 - 2014
SMA Labschool Jakarta Jalan Pemuda Komplek UNJ Rawamangun Jakarta Timur 13220
Telp/Fax: 021-47860038/4897283
1
PROGRAM SISTER SCHOOL PARTNERSHIP di SMA LABSCHOOL JAKARTA
I. PENDAHULUAN
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mengubah
banyak hal yang telah biasa kita lakukan menjadi sedemikian cepat dan mudah, terlebih di bidang
komunikasi. Hubungan kerjasama yang dibangun dengan berbagai pihak terasa lebih dekat dan
bisa dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Arus informasi yang sedemikian cepatnya sangat
membantu proses layanan pendidikan di Indonesia apabila bisa dikelola dengan baik. Demikian
halnya yang bisa dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dalam menjalin kerjasama dengan
institusi atau sekolah di daerah lain atau di luar negeri.
Kemudahan mengakses informasi inilah yang sekarang ini bisa menjadi alat utama dalam
menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga yang ada. Kerjasama yang dibangun tentu sebuah
kerjasama yang pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi semua pihak yang
terkait. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam menjalin kerjasama dengan sekolah lain juga
sangat terbuka pada era sekarang ini. Kerjasama berdasarkan keinginan untuk mempelajari lebih
lanjut tentang suatu bahasa maupun budaya dari Negara lain juga bisa dilaksanakan melalui
berbagai program kegiatan.
Kegiatan yang sangat baik untuk dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak – pihak yang
berhubungan erat dengan proses pendidikan di sekolah sekaligus bisa dijadikan sebagai
benchmark bagi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah adalah sister school partnership.
Dewasa ini kegiatan Sister School Partnership sudah dilaksanakan di sekolah SBI dengan
berbagai macam kegiatannya sesuai dengan kesepakatan yang telah disusun bersama dalam
bentuk Memorandum of Understanding (MoU) atau Memorandum Saling Pengertian.
Sister School Partnership merupakan kegiatan yang dilakukan antara sekolah baik di dalam
maupun di luar negeri dalam rangka menjalin kerjasama guna mencapai tujuan tertentu
terutama dalam bidang pendidikan, budaya dan peningkatan mutu guru serta kepala sekolah
antar kedua sekolah
Lebih dari sekedar sebagai sebuah pertukaran seni budaya antara dua sekolah, program Sister
School Partnership akan lebih menarik apabila dikemas menjadi sebuah pertukaran ilmu dan
budaya yang lebih menitikberatkan empati dan peningkatan motivasi untuk maju siswa, guru dan
kepala sekolah. Siswa dan guru yang saling berkunjung juga dapat diberi kesempatan untuk
memahami kebiasaan belajar, semangat dan pola masyarakat setempat dengan lebih baik.
Sebuah program pertukaran pelajar atau guru saja belum bisa dikatakan sebagai Sister School
Partnership apabila tidak ada MoU diantara kedua sekolah yang menyepakati kegiatan tersebut.
Kegiatan Sister School Partnership lebih terencana dan menyangkut berbagai aspek pendidikan
yang menjadi kebutuhan sekolah dan bukan hanya terbatas pada kegiatan saling mengunjungi
diantara anggota sekolah dan atau sekedar pertukaran informasi semata.
2
II. DASAR
1. Undang-undang Sistem Pendidikan Nomor 20 tahun 2003.
2. PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permen Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
4. Pedoman Penjaminan mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional
5. Sistem Penyelenggaran Sekolah/Madrasah bertaraf Internasional
III. TUJUAN SISTER SCHOOL PARTNERSHIP
A. Tujuan Umum :
1. Untuk memperkuat hubungan antara sekolah di dalam dan luar negeri;
2. Untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman siswa dengan memungkinkan
mereka untuk memperoleh pemahaman, penghargaan dan penghormatan terhadap
budaya lain;
3. Untuk mengembangkan hubungan persahabatan melalui komunikasi rutin;
4. Untuk memberikan peluang bagi kepala sekolah dan staf administrasi menjalin
kerjasama dengan sekolah lain dalam kerangka peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dan ikatan persahabatan diantara dua sekolah.
5. Untuk mengembangkan peluang bagi guru untuk pertukaran materi pelajaran, informasi
tentang metode dan praktek pendidikan dan hal-hal umum lainnya;
6. Untuk memfasilitasi kunjungan dari para siswa dan guru ke sekolah di luar negeri
7. Untuk memberikan pengalaman kerjasama internasional
8. Untuk memajukan pendidikan di Indonesia
B. Tujuan Khusus
1. Untuk Guru:
• Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda sistem pendidikan;
• Meningkatkan profesional pembangunan melalui pertukaran ide dan pengetahuan;
• Memperluas pandangan pendidikan dengan menambahkan perspektif global
3
2. Untuk Siswa:
• Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman budaya yang berbeda;
• Menambah akses ke ide-ide baru dan pengalaman dengan bekerja sama dengan guru
dan siswa dari budaya yang berbeda dan sistem pendidikan;
• Memperluas pengertian, toleransi dan penerimaan dari budaya lain.
IV. UPAYA MENCARI PARTNER SCHOOL
Untuk menuju Sister School Partnership tahapan yang pertama yang harus dilakukan adalah
mencari sekolah partner, upaya ini menjadi keharusan bagi setiap sekolah yang akan menjalin
kerjasama melalui Sister School Partnership. Informasi dari berbagai media bisa digunakan dalam
rangka mencari sekolah partner. Kemajuan teknologi yang ada bisa digunakan untuk kepentingan
ini, misalnya saja dengan menggunakan akses internet. Pencarian ini tentu jauh lebih effektif
karena informasi yang dicari akan jauh lebih cepat dibandingkan dnegan media informasi lainnya.
Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah melalui sumber daya manusia yang ada di
sekolah, bisa melalui pendidik dan tenaga kependidikannya dan bahkan alumni. Informasi yang
diperoleh dari masing masing pihak kemudian ditindaklanjuti dengan baik yang pada akhirnya
proses awal dari terjalinnya komunikasi dengan sekolah yang dimaksud bisa terjadi.
Jika proses diatas sudah bisa dilaksanakan dengan baik maka langkah selanjutnya dapat ditempuh
seperti berikut ini :
1. Mencari informasi atas sekolah yang akan dijadikan partner Sister School
2. Menulis surat perkenalan dan keinginan untuk menjalin kerjasama melalui program sister
school dengan menyertakan sebuah paket informasi mengenai sekolah secara lengkap.
3. Merencanakan membuat satu perjanjian kerjasama.
4. Merencanakan adanya tahap kunjungan baik siswa maupun guru.
5. Mengimplementasikan seluruh tahapan yang tertera dalam perjanjian kerjasama di sekolah.
V. TARGET MUTU PELAKSANAAN SISTER SCHOOL PARTNERSHIP
Target mutu yang diharapka dari pelaksanaan Sister School Partnership adalah :
1. Semakin kuatnya hubungan antara sekolah baik di dalam maupun di luar negeri;
2. Semakin luasnya pengetahuan dan pemahaman siswa dengan memungkinkan mereka untuk
memperoleh pemahaman, penghargaan dan penghormatan terhadap budaya lain;
3. Adanya pengembangan hubungan persahabatan melalui komunikasi rutin;
4. Semakin terbukanya peluang bagi kepala sekolah dan staf administrasi menjalin kerjasama
dengan sekolah lain dalam kerangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan ikatan
persahabatan diantara dua sekolah.
5. Lebih mengembangkan peluang bagi guru untuk pertukaran materi pelajaran, informasi
tentang metode dan praktek pendidikan dan hal-hal umum lainnya;
6. Terfasilitasinya kunjungan dari para siswa dan guru ke sekolah di dalam dan luar negeri
7. Adanya pengalaman kerjasama nasional dan internasional bagi warga sekolah
8. Semakin majunya pendidikan di Indonesia
4
VI. MUTUAL BENEFIT DARI PELAKSANAAN SISTER SCHOOL PARTNERSHIP
Setiap sekolah yang akan melaksanakan Sister School Partnership hendaknya juga
mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dengan menciptakan berbagai keunggulan local
yang ada di sekolah sehingga sekolah partner bisa sama – sama mendapatkan keuntungan dari
dilaksanakannya Sister School Partnership tersebut. Satu sekolah tidak diperkenankan hanya
menggantungkan keuntungan dari pelaksanaan Sister School Partnership ini terhadap sekolah
lain yang menjadi partner-nya dalam kegiatan ini.
Adanya competitive advantages diantara sekolah partner ini akan semakin menyehatkan
hubungan antara dua sekolah yang terjalin melalui program Sister School Partnership ini.
Sekolah satu bisa menyepakati program yang akan menjadi tujuan pelaksanaan Sister School
Partnership ini bersama sekolah lain karena didasarkan pada hal – hal yang bisa dikembangkan
secara bersama.
VII. RUANG LINGKUP PERTIMBANGAN PENINGKATAN MUTU
1. Pertukaran informasi
2. Immerse program dari siswa, guru dan tenaga kependidikan
3. Immerse program pada kurikulum
4. Diseminasi hasil immerse program
5. Pertukaran kebudayaan
6. Pertukaran kepala sekolah
7. Pertukaran guru
8. Pertukaran siswa
9. Pertukaran orang tua siswa
10. Pelatihan guru
11. Perbaikan Kualitas Pengajaran
VIII. MITRA DALAM RENCANA PENINGKATAN MUTU SEKOLAH
1. Kepala sekolah
2. Guru
3. OSIS
4. Komite sekolah
5. Orang tua
6. Pengawas
7. Pemerintah (pusat,provinsi dan kabupaten/kota)
8. Mitra sekolah dalam negeri
9. Mitra sekolah luar negeri
10. Petugas Penghubung (fasilitator)
11. Konsultan
5
IX. PENDANAAN KEGIATAN
1. Sumber dana dari sekolah/yayasan
2. Sumber dana dari komite
3. Sumber lain yang tidak mengikat
X. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sister school antara SMA Labschool Jaka ta de ga CHIJ “t. Joseph s Co e t Singapore
Dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah setara dengan sekolah – sekolah yang telah
lebih maju di semua hal maka perlu kiranya SMA Labschool Jakarta menjalin kerjasama
dengan sekolah lain melalui jalur sister school. Pada tahun 2005 Menteri Pendidikan
Nasional RI ternyata juga telahmembuat satu memorandum saling pengertian
(memorandum of understanding atau disingkat MoU) dengan Menteri Pendidikan Singapura
tentenga adanya kerjasama dalam bidang pendiidkan yang diantara isi dari memorandum
tersebut adalah adanya kerjasama antara satu institusi pendidikan di Indonesia dengan
institusi pendidikan yang ada di Singapura. Beberapa sekolah di Indonesia yang memiliki
keunggulan local telah dipasangkan dengan sekolah – sekolah yang ada di Singapura dan
“MA La s hool Jaka ta a g telah dipasa gka de ga CHIJ “t. Joseph s Co e t “JC Singapura menyambut baik program ini. Pada pertengahan tahun 2007 proses ini diawali
dalam bentuk korespondensi melalui email dimana antar sekolah saling memberi informasi
mengenai keadaan sekolah masing masing berikut dengan kegiatan – kegiatan yang
dibangun di dalamnya.
Kunjungan awal dilakukan oleh pihak SJC ke Labschool pada 10 Maret 2008 yang diwakili
oleh 2 orang guru dan satu orang wakil kepala sekolahnya. Pada pertemuan tersebut
dibahas beberapa hal penting yang akan menjadi dasar dari kerjasama antar dua sekolah ini.
Keterlibatan guru dan siswa tentu menjadi focus utama dalam pembicaraan ini sehingga
bentuk kegiatan yang sesuai perlu dicari yang pada akhirnya muncul gagasan adanya
pertukaran antar pelajar dan guru dari kedua sekolah. Setelah kunjungan tersebut banyak
hal bisa direncanakandan termasuk adanya sharing masalah kurikulum yang diselenggarakan
di tiap sekolah.
Perangkat lain yang dibutuhkan untuk memayungi kerja sama antar dua sekolah ini juga
menjadi hal yang perlu diperhatikan, keberadaan sebuah legalitas atas kerjasama ini
diwujudkan dalam sebuah memorandum saling pengertian (MoU) antar sekolah. Pada tahap
awal Labschool dan SJC telah mendiskusikan isi dari MoU antar sekolah ini dan pada
kesempatan kunjungan ke SJC, MoU ini bisa ditandatangani oleh kedua kepala sekolahnya
6
Bu Ulya dan Mdm. Croosley menunjukkan MoU yang telah ditandatanganinya.
Pada tanggal 6 – 8 Juli 2008 Kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 7 guru dari SMA
Labschool Jakarta mengunjungi SJC. Selain penandatanganan MoU anatar sekolah tersebut
dalam kegiatan ini juga mempertemukan antar guru mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris
dari kedua sekolah untuk saling berdiskusi tentang kurikulum yang digunakan di kedua
sekolah serta guru dari Labchool berkesempatan untuk masuk ke kelas melihat proses
belajar mengajar dan sesekali terlibat dalam proses tersebut. Dalam kesempatan kunjungan
ini pula dibicarakan tentang rencana 3 tahun kedepan tentang kegiatan yang dapat
melibatkan guru dan siswa bersama dari kedua sekolah.
Kepala sekolah dan guru Labschool berfoto bersama di depan kampus SJC Singapura
7
MoU antara SMA Labschool Jakarta dengan St. Joseph Convent Singapore
Dari beberapa hal yang ditemukan selama kunjungan di SJC memang tampak adanya
perbedaan yang mencolok terutama dari sisi kurikulum dimana kurikulum Singapura
memang mengadopsi dari kurikulum Cambridge dan ini tentunya berbeda dengan kurikulum
nasional yang diterapkan di Indonesia. Beruntung Labschool telah mempersiapkan dirinya
dalam rangka pembenahan kurikulum untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris
melalui mapping kurikulum antara kurikulum nasional (KTSP) dengan kurikulum Cambridge
sehingga pada kesempatan tersebut tinggal mendiskusikan beberapa hal yang masih perlu
dibenahi.
Untuk kegiatan siswa yang melibatkan 20-30 siswa pertahunnya diawali dengankunjungan
29 siswa dan 3 guru SJC ke Labschool pada 27,28 Oktober dan 1 Nopember 2008. Kunjungan
ini dimaksudakan agar siswa dari kedua sekolah bisa saling berinteraksi di kelas maupun
dalam kegiatan. Pada tanggal 27 dan 28 oktober 2008 siswa berada di dalam kelas dan
belajar bersama yang telah dibagi dalam kelompok – kelompok sehingga masing –masing
siswa SJC mendapatkan pengalamannya mengikuti kelas di Labschool. Pada tanggal 1
nopember 2008 siswa SJC mengikuti kegiatan Trip Observasi (TO) yang pada waktu tersebut
dilaksanakan di Kabupaten Subang Jawa Barat. Meskipun hanya sebentar tentu bagi siswa
SJC itu menjadi pengalaman yang berarti dimana belajar melalui kegiatan di alam pedesaan
8
yang ada di Subang tidak bisa ditemukan di Singapura. Keunggulan local seperti TO yang
dimiliki Labschool telah menjadi hal yang menarik dari adanya sister school ini sebagaimana
Labschool juga belajar dari penataan ruang dan manajemen kelas yang ada di SJC.
Siswa dari SJC berfoto bersama penari saman dari Labschool
Kunjungan balasan siswa-siswi Labchool ke SJC berikutnya pada bulan Januari 2009 dan
proses pertukaran pelajar dan kunjungan ini berlangsung terus hingga tahun 2011. Dengan
berakhirnya MoU tersebut maka proses selanjutnya adalah peninjauan kembali MoU yang
telah dibuat dengan saling mengevaluasi program yang telah dilakukan.
9
Siswa dan guru dari SJC Singapura berfoto bersama siswa dan guru dari Labschool
Sister school memang ternyata bermanfaat banyak bagi para siswa, hal yang bisa ditemui
adalah terjalinnya komunikasi yang baik antar sekolah yang berbeda negara dengan
melibatkan siswa dan guru secara langsung. Sekolah mitra yang memiliki keunggulan di
bidang tertentu bisa buat bahan belajar dari sekolah lainnya yang pada akhirnya bisa sama
sama tertingkatkan mutunya, ini terjadi terutama untuk sekolah di Indonesia dalam rangka
mensesajarkan dirinya dengan sekolah sekolah yang ada di negara maju lainnya. Melalui
program ini pula masing masing sekolah bisa saling mengetahui kebijakan kebijakan
pemerintah yang berhubungan dengan pendidikan dari mulai penyiapan perangkat
kurikulum di tingakat satuan pendidikan hingga ke aspek penilaian terhadap hasil belajar
siswa.
2. Sister School antara SMA Labschool Jakarta dengan Feng Hsin Senior High School,
Kaohsiung Taiwan
Kerjasama antar sekolah Indonesia dan Taiwan khususnya dengan sekolah yang ada di kota
Kohsiung Taiwan dimulai pada tahun 2004 dengan kedatangan salah seorang guru yang
bernama Doris Wu dari Feng Hsin Senior High School dalam kegiatan workshop
International Educatioan and Resource Network (iEARN) yang dilaksanakan dibawah
naungan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang diketuai oleh Prof. Arief Rachman,
MPd. Dan sebagai coordinator iEARN Indonesia adalah Ibu Hasnah Gasim. Workshop ini
sendiri diikuti oleh beberapa sekolah yang terundang dari seluruh Indonesia.
Workshop Guru di Bogor pada 23 – 27 Maret 2004 sebagai awal jalinan kerjasama sekolah
dengan Taiwan
10
Mulai bulan Desember tahun 2004 SMA Labschool Jakarta aktif mengikuti Asian Students
Exchange Program (ASEP) di Kaohsiung Taiwan yang merupakan program pertemuan pelajar
Asia yang dibangun dalam kerangka kompetisi proyek. Setiap sekolah dipasangkan dengan
sekolah yang ada di Taiwan dan hamper setiap tahun pasangan – pasangan sekolah tersebut
berganti – ganti. Baru pada tahun 2007 SMA Labschool Jakarta bermitra dengan Feng Hsin
Senior High School (FHSHS) dalam mengerjakan proyek untuk dipresentasikan pada ASEP
2007.
ASEP 2007 sebagai mula mitra SMA Labschool Jakarta dengan FHSHS Taiwan
Kerjasama ini semakin erat karena proses pelaksanaan ASEP selalu menggunakan system
host family atau orang tua angkat di Kaohsiung sehingga siswa-siswi dari SMA Labschool
Jakarta selalu menginap di rumah orang tua angkat mereka di Kohsiung. Kegiatan ini
semakin mengakrabkan hubungan antar kedua sekolah karena semenjak tahun 2007
tersebut SMA Labschool Jakarta selalu bermitra dengan FHSHS di Kaohsiung dalam
pelaksanaan ASEP di setiap akhir bulan Desember setiap tahunnya.
Prestasi demi prestasi selalu diraih secara optimal di kegiatan ASEP mulai dari Gold hingga
Platinum Award dan ini sungguh membanggakan bagi kedua belah pihak untuk ingin lebioh
erat dan tinggal lebih lama selain hanya sekedar mengikuti program ASEP. Sehingga pada
tahun 2009 Kerjasama ini ditingkatkan menjadi jalinan Sister School antara SMA Labschool
Jakarta dengan Feng Hsin Senior High School Taiwan.
11
Para pimpinan sekolah menunjukkan MoU Sister School antara SMA Labschool Jakarta
dengan Feng Hsin Senior High School di Kaohsiung Taiwan pada Desember 2009.
MoU Sister School antra SMA Labschool Jakarta dengan Feng Hsin Senior High School Taiwan
12
Kerjasama ini Lebih mengedapankan akan hubungan antar kedua sekolah dengan salin
bertukar kunjungan pelajar. Implementasi dari sister school ini maka setiap tahun SMA
Labschool Jakarta selelu mengirim 14 siswa dan 2 guru ke Taiwan bersamaan dengan
mengikuti ASEP dan home stay di rumah orang tua siswa Taiwan dan begitu juga FHSHS
Taiwan selalu mengirim 14 siswa dan guru pada bulan agustus untuk program home stay di
SMA Labschool Jakarta.
Pelaksanaan kegiatan selama di sekolah para siswa dari kedua sekolah terlibat aktif bersama
siswa sekolah tujuan untuk sama-sama belajar di kelas dan mengunjungi beberapa tempat
yang memberikan pengetahuan budaya dan pengetahuan di kedua negara. Keaktifan dalam
kegiatan juga ditunjukkan oleh guru yang mendampingi dengan saling bertukar informasi
baik kegiatan akademik maupun non akademik antar sekolah partner.
Penyambutan kedatangan tamu dari sekolah partner di bandara
Lama proses kunjungan sister school diatur dalam jangka waktu 1 minggu efektif dan selama
proses kunjungan diisi penuh dnegan aktifitas di kelas setiap paginya kemudian di siang hari
para peserta dari sekolah tamu diajak untuk kegiatan diluar sekolah sekaligus mengenalkan
lingkungan dan budaya Jakarta. Kegiatan pada akhir pekan diserahkan kepada orang tua
angkat masing-masing, hal ini dimaksudkan agar siswa dari negara lain dapat mengenal
kehidupan secara langsung masyarakat di Jakarta dan sekitarnya yang sudah barang tentu
berbeda dengan negara asal.
Ada kalanya tamu diajak pergi keluar kota bersama – sama untuk memperkenalkan budaya
dan daerah lain selain di Jakarta, ke Bandung mislanya dnegan mengunjungi saung angklung
mang Udjo dan juga menginap di Lembang yang diisi dengan berbagai aktifitas Out Bound
dan aktifitas luar lainnya.
13
Para guru dan siswa dari kedua sekolah menunjukkan hasil karyanya seusai membatik di
Museum Tekstil Jakarta
Bergembira dan Bersatu melupakann segala perbedaan
3. Sister School SMA Labschool Jakarta dengan Streatham and Clapham High School
Sebagai sebuah sekolah yang telah membuka diri terhadap perubahan dan perkembangan
dunia yang bersifat positif, SMA Labschool Jakarta berusaha untuk selalu mengikuti dan
mengobservasi apa yang telah terjadi di belahan dunia yang lain.
Sebagai salah satu sekolah yang berkembang menjadi sekolah nasional bertaraf
international, SMA Labschool Jakarta selalu belajar dan mempelajari perubahan yang terjadi
di dunia, terutama pendidikan yang mengarah pada pembelajaran abad 21.
Untuk menjadi sekolah yang terbaik, salah satu hal yang perlu dikembangkan adalah 7
keterampilan hidup yaitu berpikir kritis, dapat berkomunikasi, mempunyai inisiatif tinggi,
memiliki teknologi tinggi, kreatif, belajar dalam tim, mengatasi segala masalah, dan
pemahaman budaya. 7 keterampilan ini yang harus dikuasai siswa dalam menghadapi dunia
kerja.
14
Dalam rangka memberikan bekal kepada siswa atas 7 keterampilan hidup tersebut diatas,
maka SMA Labschool Jakarta berinisiatif untuk mengadakan perjalanan ke UK dan Eropa
(Perancis, Luxembourg, Belgia, Belanda dan Jerman). Hal ini berkaitan dengan beberapa hal
yang berkaitan dengan 7 keterampilan hidup. Pertama, keterampilan berkomunikasi yaitu
penguasaan bahasa Inggris yang sudah merupakan keharusan bagi siswa dalam
berkomunikasi di dunia global. Kedua, siswa akan belajar untuk bekerja dalam tim dalam
mengatasi masalah yang terjadi di dunia dimana pada tahun 2010 telah dirintis kerjasama
antara SMA Labschool Jakarta dengan Clapham Senior High School London (GDST
Streatham). Sampai tahun ini sudah 5 tahun berjalan. Ketiga, pemahaman budaya dimana
siswa SMA Labschool Jakarta akan menunjukkan tarian tradisional Indonesia.
Kegiatan ini mengusung bahasa dan budaya sebagai bekal menjadi warga dunia. Siswa
menguasai bahasa Inggris dan menggunakannya di tempat yang masyarakatnya berbahasa
Inggris dan siswa akan tetap berpijak pada akar budayanya melalui penampilan beberapa
tarian daerah dan permainan.
Tahap Persiapan
Setiap tahun persiapan trip UK dilakukan dalam tiga sesi. Sesi pertama adalah sesi sosialisasi
kegiatan. Dimulai dari pembuatan proposal yang ditujukan ke sekolah dan orang tua.
Kemudian, sosialisasi ke kelas-kelas, dan terakhir sosialisasi final dengan para orang tua
siswa SMA labschool yang berminat untuk mengikuti trip. Dalam pertemuan tersebut, ketua
pelaksana lebih menjelaskan program trip UK ini secara mendetail. Seminggu setelah
pertemuan tersebut telah didapatkan data final siswa. Sebanyak 20-45 siswa per tahun
mengikuti kegiatan ini.
Sesi kedua adalah sesi pengumpulan berkas dan dana. Para peserta trip ini diharuskan
melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan untuk keperluan pemesanan tiket,
pemerolehan VISA, dan hal-hal terkait akomodasi dan kegiatan selama trip ini. Dokumen-
dokumen tersebut antara lain paspor asli, foto kopi akte kelahiran, foto kopi ktp orang tua,
rekening bank orang tua tiga bulan terakhir, formulir visa UK dan Schengen, dan foto
berwarna.
Sesi ketiga dari tahap persiapan ini lebih memfokuskan pada latihan pementasan budaya
Indonesia yang akan ditunjukkan siswa di UK nanti. Persiapan pementasan budaya tersebut
terdiri dari latihan tari tradisional dan angklung. Terdapat beberapa tari tradisional yang
dipentaskan oleh para siswa yaitu tarian tradisional Indonesia, beberapa diantaranya adalah
tari tor-tor (Sumatera Utara), tari kecak (Bali), tari giring-giring (Kalimantan), tari saman
(Aceh) dan tari petik cengkeh (Sulawesi).
Latihan ini dilaksanakan dua pertemuan dalam satu minggu dan dilaksanakan saat pulang
sekolah atau saat liburan Ujian Nasional. Latihan tari ini dilaksanakan dalam kurun waktu
kurang lebih 2 bulan. Selama latihan tari juga diadakan pengepasan kostum tari. Tahun ini,
panitia memutuskan untuk membuat Untuk sesi latihan angklung, para siswa dilatih intensif
tiga hari oleh pelatih dari Saung Udjo kemudian dilatih oleh guru seni musik, Bu Ohen.
Angklung yang digunakan juga dibeli dari Saung Udjo.
- Tahap Pematangan
15
Tahap pematangan mengacu pada pematangan pada tahap persiapan. Pada tahap ini, tiket
dan visa sudah dikonfirmasi dan difiksasi. Semua peserta berhasil mendapatkan VISA UK dan
juga VISA Schengen.
Tahap pematangan pementasan dilakukan dengan diadakannya Gladi pamit diadakan di
Auditorium labschool. Gladi pamit ini dihadiri oleh penasihat YP Labschool Prof. Dr. Arief
Rachman, M.Pd, ketua BPS, ibu Indira Sunito, M.Psi, para pejabat BPS, Kepala Sekolah SMA
Labschool Jakarta, Bapak Drs. M.Fakhruddin, M.Si, para wakil kepala sekolah SMA Labschool
Jakarta, dan para orang tua dari peserta trip ini pun hadir untuk melihat hasil latihan para
peserta.
- TAHAP PELAKSANAAN
SMA Labschool Jakarta melaksanakan
Edu Trip ke Inggris dan Eropa selama 20
hari, 3 hari diantaranya melaksanakan
kegiatan di GDST Streatham Clapham.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah
menumbuhkan motivasi bagi siswa
untuk dapat memahami budaya antar
bangsa dan mempersiapkan diri untuk
belajar ke tingkat pendidikan
selanjutnya.
Rombongan Edu Trip ini juga
bersilaturahmi dengan Duta Besar UK
dan Irlandia yaitu Bapak T.M. Hamzah
Thayeb dan Atase Pendidikan Bapak
Prof. Dr. T.A. Fauzi serta PPI London.
Dalam diskusi 2 jam yang dilaksanakan di KBRI UK, rombongan siswa-siswa SMA Labschool
Jakarta mendapatkan informasi mengenai kegiatan diplomatik di KBRI London, persiapan
pendidikan di perguruan tinggi serta informasi mengenai universitas di eropa terutama di
UK.
Dalam kesempatan tahun ini juga diadakan tandatangan MoU untuk tahap kedua dimana
satu tahapnya adalah 3 tahun. Program sister school ini diadakan dalam upaya untuk dapat
hidup berdampingan dengan sesama manusia dari berbagai belahan bumi dengan
menitikberatkan pada aspek budaya dan pendidikan. Siswa-siswa SMA Labschool Jakarta
mengikuti homestay bersama siswa siswa GDST Streatham Clapham Senior High, London.
Dalam kegiatan ini dilaksanakan pertukaran budaya yaitu siswa SMA Labschool Jakarta
membawakan empat tarian tradisional (giring-giring, kecak, tor-tor dan petik cengkih) serta
bermain musik tradisional angklung. Sedangkan siswa GDST Streatham memainkan opera
karya besar William Shakespeare Mid Summer Night's Dream.
16
Siswa SMA Labschool Jakarta tampil di depan pimpinan, guru dan siswa dari GDST Streatham
Clapham Senior High
Pada sisi kurikulum dan pembelajaran siswa-siswa belajar bersama dalam kelas selama 3
hari sehingga pengalaman belajar yang didapatkan dapat menjadi pengalaman yang
bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kurikulum yang berbeda antara sekolah-sekolah di
Indonesia dan Inggris pada umumnya tidak menjadi kendala namun justru menambah
pengetahuan akan ketatalaksanaan sistem pendidikan di setiap negara sehingga perbedaan
itu akan justru memperkaya para siswa akan keunggulan masing-masing sistem yang
dijalankan.
Siswa belajar bersama di dalam kelas dengan siswa dari sekolah partner
Kegiatan sister school atau disebut juga sekolah partner ini dirangkai dengan beberapa
kegiatan inti yaitu Sport Day. Sport Day dilaksanakan setiap tahun oleh GDST Streatham
Clapham. Tahun ini SMA Labschool Jakarta meramaikan dengan mengikuti Sport Day ini
sebagai salah satu peserta. Dalam kegiatan ini diadakan kompetisi persahabatan yaitu lari
estafet, lempar lembing, tolak peluru, dan tarik tambang.
Baik siswa SMA Labschool Jakarta maupun GDST Stretham Clapham mendapatkan banyak
manfaat dari kegiatan ini. Untuk menambah pengalaman siswa merasakan langsung
kehidupan di Inggris, siswa dari Labschool juga menginap di rumah orang tua angkat dari
17
sekolah partner selama kegiatan berlangsung. Kepala Sekolah GDST Streatham Clapham, Dr.
Millan Sachania berencana untuk mengirimkan siswa dan guru ke Indonesia, sebagai
kunjungan balasan siswa-siswa dan guru SMA Labschool Jakarta.
Kunjungan ke Kedutaan RI di UK dan Sharing Session dengan PPI London
Hari itu setelah
kegiatan dengan
sister school GDST
Streatham dan
Clapham, kami
langsung menuju ke
kedutaan RI di UK.
Merupakan
kehormatan bagi
kami juga bahwa
rombongan SMA
labschool langsung
disambut oleh duta
besar Indonesia
untuk UK,bapak
T.M. Hamzah Thayeb, dan Atase Pendidikan Bapak Prof. Dr. T.A. Fauzi serta para mahasiswa
Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia London.
Dari pertemuan tersebut banyak sekali informasi penting yang siswa labschool dapatkan.
Penghargaan oleh Walikota Windsor kepada kepala sejkolah SMA labschool Jakarta atas
partisipasinya dalam program budaya di Windsor
18
Guru dan siswa dari kedua sekolah berfoto bersama di depan sekolah
Kegiatan diskusi antar siswa berlangsung hangat dan menyenangkan
XI. PENUTUP
Demikian kiranya laporan pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan dan semoga membawa
kebaikan dan kemajuan bagi SMA Labschool Jakarta khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 20 September 2014
Mengetahui, Penulis dan
Kepala SMA Labschool Jakarta Wakabid Akademik
Drs. M. Fakhruddin, M.Si Suparno, SPd. MM.
19
Stories from Students
Day 1
By Anjani Rahma
June 24th
2013, we finally entered the main activity of this education trip which is homestay with our
siste s hool s fa il , GD“T “t eatha a d Clapha High “ hool.
We went from the hotel at about 8 am and the trip to Streatham and Clapham High School took
about 30 minutes.
When we arrived at SCHS, we took out our big sized luggages and brought it to a class room that has
lost most of the chair and table We left out luggages there during the whole homestay program.
After we put the big luggages and the small bags, we met two very kind people from the school
administration. They gave us 20 minutes to go to the toilet or to collect some of our important
things if we left it i the luggage oo . Afte i utes ha e passed, the staffs f o ea lie took
us out for a walk around the neighborhood but we actually were heading to the elementary and
kindergarten school building. The first 5 minutes of walking we still felt hyped and happy to see such
a different environment, the next 5 minutes our Indonesian feet started to feel tired and our speed
slo ed do , a d the e t i utes e sta ted to uestio he e a e e headi g to a tuall ?
Finally, after 20 minutes of walking we arrived at our destination. The building was much smaller
than the high school building, but well, since it only consists of kindergarten and elementary school
students...
The 2 staffs that took us for a walk earlier then took us to the library. Inside the library were small
ta les a d hai s su ou ded hild e s ook
collections. There we ate and drink from what they
have prepared for us and also rest for probably 15
minutes. After a good rest, the teacher told us to
change our clothes for our dance performance. 15
minutes after we changed, we went to the sport hall
and started practicing our dance move before a
bunch of kids in white uniform entered the hall.
Seeing their very cute faces lighten up our mood.
Our performance then started. The first performance was angklung, which was supposed to be
played along with the background music. But the thing is, the background song could nott be played
20
so we ended up playing without it. After angklung, it was the turn for the Tor-Tor dance. Using red
traditional clothes, the team danced the Northern Sumatra dance. After Tor-Tor was done, the next
performance up was Kecak dance. The dance consists of boys and girls. The next dance was Giring-
Giring dance, the dance known for the feather on the head and hands. And last but definitely not
least was the Petik Cengkeh dance. In the end of Petik Cengkeh dance we could bring the kids to
dance with us so it actually made us happy. We felt so excited to communicate with them.
After all performance was done and goodbyes
were said to the kids, we went to our next
destination— an open field where the high school
sport day was being held. When we first arrived,
we were greeted by each of our host family and
then we communicated with them to know more
about each other. We felt so happy that language
was not a barrier for our communication because
at first, most of us were scared that we could not
communicate with them at all. Not long after that,
La s hool s tea as alled to joi i the tug of a o petitio . Du ing the game, we screamed
Nasi ‘e da g! a d fu that e o ti es a d o l lost ti e. Afte the e d of tug of a
game, we continued watching the whole sport day. At 4 AM, we all walked back to school to collect
ou s all ag that e ll i g to each of our homestay houses. The three of us went with the same
host fa il . Ou host s a e as “audah. He house as ot too fa f o s hool still ithi alki g
distance) so she took us home by walking.
After 10 minutes journey to her house, we finally arrived and we received a warm greeting from her
mother and 2 little sisters. After getting to know her mom, she took us around the house and
showed us some rooms that we could pick for us to stay during the homestay. After done picking,
we than started to clean up and tidy our stuffs. One or two hours before dinner, she took us to
Primark to do a little bit of shopping. The activities each host families held were different, depending
on what they wanted to do. After done with our little shopping in Primark, we went home using the
red double decker bus. What we really admire about them is their discipline is because even though
the bus stop was a bit far from where we were at that time, she took us for a walk to the proper bus
stop.
21
We arrived at around 7.02 pm which means we were 2 minutes late to dinner. For us most
Indonesians 2 minutes late is nothing, but when we saw how saudah panicked we really admire their
dis ipli e of ti e fo su e a d it s a good thi g to follo . Ou di e e u as i dia food, the exact
ki d of e u that e e issed e ause it o tai s spi es.
After dinner, we chatted until the time shows 10 PM when we started to feel sleppy. First day of the
ho esta as so fu , the a g eeti g ill e o e of the thi gs e ll al a s e e e .
Day 2
By: Syabika Muhammad
About Myself
Hello my name is Syabika Muhammad. Everybody usually calls me Abi or Syabika, they never call me
Muhammad. I had a great experience in my holiday this year. My parents and their money gave me a
chance to become a participant in the Labschool educational trip to United Kingdom and Europe.
This is the oolest s hool t ip that I e e e joi ed a tuall , e ause e e t to a eautiful ities
in Scotland, England, France, and many more.Which was really great. A few months ago, I bought
this big artistic picture of a vespa parked in front of the Arc De Triomphe and I hung it on the wall of
my room. And guess what ? I really went to Arc De Triomphe and took my own pictures, the as same
as the espa s spot i the pi tu e I bought. But the greatest thing is, I finally went to Brussels even
though it just felt like a se o d. You k o h it as eall g eat fo e? It s e ause fathe
studied i B ussels he he as ou g, ut o he is old a d fat. I just ould t i agine that I could
step on the place that my father stepped on years ago. But I do not want to study in Brussels like
hi . The ou t that took hea t to stud i as Ge a . I do ot k o h , e did t e e
visit any university in there. I just have this feeling of wanting to study there.
My Great Host Family
That is a little story about me. Because my teachers told me to write a story about the second day in
GDST Streatham Highschool, so now I am going to tell you about that. At the first time, I thought I
was the most bad-luck kid in this trip because I will be alone at my home stay without any friends.
My english is not good, really really not good, you can know it just by reading this story right? I was
just af aid that I ould t talk e glish ell ith host fa il a d ill just keep ute like a stupid
Asia gu . But o e l a ti e i agi atio as totall o g. Do t k o h , ut e glish skill
increased ever since I stepped on Glasgow.
22
B the a , host fa il as the Ke i fa il . Ke i s ho e o tai s people i side. The a e
Mrs. Fiona, Ali e, Ali e s olde siste s, a d Ali e s ephe ho as sleepi g o e i thei house
when I arrived. The fact is, the names that I remembered are just Mrs. Fiona and Alice. Their house is
full of girls and I thought it was like paradise. They were nice to me, really nice. They really know
how to treat a special guest like me. Because they were really nice, it means that I must act like a
nice guy too in front of them.
The Story
My blackberry woke me up by playing a song of one of my favorite brutal death metal bands,
Cannibal Corpse – Ha e “ ashed Fa e . I k e la k e as laz to ake e up. Ma e
it s e ause I al a s p essed the s ooze utto he it ake e up u til fathe eall ake e
wake up by a glass of water on my face. But in that day it was different, I already woke up before my
la k e s ala . I as just af aid that if I e e ha d to ake up like i o house, Ke i a
thi k that I do esia people a e all laz like e. B aki g up ea lie , I just sa ed ou t s
dignity. Indonesia must say thank you to me.
Okay, I woke up and did some preparation like taking a bath. I glad that the Kerwin has a water
heater. I cannot imagine if I had to take my bath with cold water in this freezing weather that they
called summer. My bad luck started when I wanted to brush my teeth. I forgot to take my tooth
paste in my baggage I left in the classroom at the school. Remember when I said that I want to act
like a i e gu ? “o I did t ake the up just to o o so e tooth paste. But I did t a t
mouth to be smelly too, so I brushed my teeth with a shampoo. What a stupid action.
Even though it was a little bitter, at least my mouth smells good. When I was just getting ready, Mrs.
Fiona knocked the door and asked me to have breakfast together with them. I saw that Alice and her
older sister already ate their breakfast, meaning that they were already up before me. Then I said to
self, h did t I go do stai a d ask to o o thei tooth paste efo e. I hatted ith the as
I ate my breakfast and they asked me and made me remember again about my performance of
Indonesian traditional dance. It made my stomach ache again and caused me to become nervous,
even though I already did poop before.
Mrs.Fiona drove me and Alice in her car and dropped us near the school. Then she went to go to
o k i the hospital. “he is a ki d of do to o u se, I do t eall k o , I fo get hat e a tl . Ali e
carried a hard case that seemed heavy. She told me that it was her violin or something. I offered to
help ut she efused it. That as good too I guess e ause I e tai l do t ha e the eed to e
23
tired. On that day, the highschool students would perform a drama that was called Mid Summer
Night or something and Alice would perform too. I hate drama, but because Alice would perform in
it, I thought that maybe I should just see it with all of my lazyness and burden suppressed.
In the morning, Labschool students performed an angklung music show and traditional dances. I
thought the angklung music show sucks e ause the e o ded a kg ou d usi ould t e pla ed.
But the “t eata stude ts still applause us out loud. Ma e it s e ause the did t k o a thi g
about angklung. After that we performed some traditional dances and I performed the Petik
Cengkeh da e ith so e of f ie ds. The ostu e ade e look sill , ut do t k o h , I
liked this dance. Our traditional dances performance was really great, I think. Their applause was
even louder than before.
In the afternoon, all of the Labschool
students were forced to study again. We
studied together and joined in the classes
with the Streatham students. Luckily, my
lessons were fun because there were no
maths, geography, physic, or anything like
that. It was just sport, computer, music,
and Latin. I played a baseball during the
spo t lesso e e though I did t k o
how to play. I also enjoyed seeing some
people getting stung by the bees outside
the field.
Computer lesson was not different from the one we have in Indonesia, I just played games in my PC.
Music lesson was what I really liked, because this school has organ keyboards on every single desks
for the students. I really wanted to showed my skill in music, but unfortunately, every students used
thei o headsets so the ould t hea e pla a d I ould t hea the . I liked the a tee s
food. It was more like a cafe than a
s hool s a tee , a d the had tu a,
which I really love.
After taking the lessons, Labschool
students must watch the drama that
24
Streatham students performed. I just hope I could fast forward to see Alice so she would know that I
watched her performance. What I liked from that drama was just the music. It was really good and
classic. When I started to fell asleep, the drama was over and I did not see Alice in any scene at all.
But I was really happy that drama was over until I heard a creepy announcement that the drama I
watched was only a rehearsal. The real drama would be performed at night.
The school was over. Everybody was already with their host family to head home. But I was not. I
waited for Alice for about an hour and I decided to search her outside. Then I met a young Arabian
lad outside. “he asked e if I as lost a d I said es. “he took e to the s hool s ad i ist atio
office and we started to get to know each other. Her name was Anisa Mariam. She was a graduated
senior in Streatham. I was glad that she was muslim too. She was really beautiful. Her face looked
like a Bollywood actress or something beautiful like that.
Afte Ma ia left e i the s hool s office, Alice finally came. She was late to pick me up because
she had a technical meeting for the drama. I asked where was she when the drama was being
performeed and she answered that she did not act for the drama. She played the classical piano
music in the backstage. Oh my god, I was really surprised. The music was so skillfully played and
beautiful. She was really talented in music. I asked her whether I would be seeing that boring drama
again this night so I could hear her piano. But I was in my bad luck again, she did not have any free
ticket for me.
Mrs. Fiona was a bit late to pick us up. Maybe for about half an hour Alice and I waited to be picked
up outside. But I enjoyed it because I was always being greeted by the Streatham girls who passed in
f o t of e. It ade e feel like a fa ous a to . Whe I a i ed i the Ke i s ho e, I as eall
hungry and I was very lucky. They made me a kind of fish steak for dinner. After that, I went to my
room and decided to enjoy the bath tub for the last night I stayed over in this house.
Maybe I fell asleep in bath tub. I did not know how, but when I woke up, my back was hit the bath
tu s fau et. It as eall pai ful, ut I did ot a e a out the pai o a k.
Comment
What I can learn from this trip, especially from the second day that I wrote is, Indonesia was really
left behind in everything. Everything always starts from the human resources. Human resources is
started from a good education and the education system in London, especially GDST Streatham and
Clapham, was great. There are only a few students per class. That means the activities in class are
25
really condusive, really different than many schools in Indonesia that may contain about forty
students per class.
The second is the traffic jam. Mrs. Fiona was always grumpy when there were two or three cars
ueui g up i f o t of he a . A d she alled it t affi ja . It ea s that the t affi is so good.
Traffic jam in Indonesia is more like a thousands car queuing up for the traffic in front of our car. The
third is, the environment. Environment in London or I think the other country in Europe was really
clean and healthy. The people really know how to treat the tree, the river, the bird, and the trash.
Many people prefere using their bike, skateboard, and the other eco-friendly vehicle rather than
using their cars or motorcycle like in Indonesia, especially Jakarta. That it is, thank you for reading.
Day 3
By M. Trisakti and Vito A
Our last day in GDST, we had an activity with Sixth form students which is the 12 grader of GDST.
They are very kind and accepted our presence very nicely. When all of us arrived at GDST High
School, we were all brought to a building that we never entered before and it was the sixth form
building. It was actually a nice and very luxurious building and quite different than the other
building. They have their own classes, kitchen and living room. It was very comfortable to be there.
A d the also do t eed to ea u ifo . The a e f ee to ea thei o lothes, a d the have a
very good taste in fashion.
After that they introduced themselves,
there were 8 girls in that time that
could accompany us. There were 43 of
us, so we were divided into 5 groups. In
my group there were 9 students, led by
3 students from GDST. There were Livi,
Maria and Rachel. We came in to a class
room and made a round circle. We
shared about our teenage life between
Jakarta especially teenager in SMA
Labschool Jakarta and GDST, London.
26
In 12 grade of SMA Labschool Jakarta we only have around 9 months to study before national
examination, but in GDST they have 12 full months to study before examination. And another one of
the many differences between SMA Labschool Jakarta and GDST is that we have to use uniform
during school time, while the 12th
g ade of GD“T do t ha e to ea u ifo at all. We had
minutes of the discussion. It goes well and we had a very nice conversation. They said that we have
very good English. But actually, we have very bad English, especially in grammar! But from this
discussion we can learn other habits and culture in schools from other countries, and also increasing
our English conversational skill as well.
Time goes by, Livi and her friends took
us to the Streatham main road called
Streatham High Road to go shopping. It
took us about 15 minutes to get there by
walking. When we were arrived, Maria
took the girls (Safira, Diani, Ayya and
Fira) to the girl's store while livi and
Rachel took the boys (Fachri, Syarief,
Wibi and Opang) to the Sport Directs.
We had a very good time together. After we finished shopping, they took us back to school. Some of
us gave them a gift that we bought from Indonesia and we took some photos too! And Livi made a
hot tea for us and shared her blueberries! Because we still had plenty of time, we decided to watch
21 Jump Street which was very funny in one of their classroom.
The bell rang and we had to end it. We said our goodbye to them and went to the canteen in the
other building to have our lunch. After that, we took our luggage to be put on the bus and said our
goodbye again for the last time to our friends in GDST and went to the Embassy of Indonesia.