Upload
sheikha-khadijah
View
122
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
neurologi
Citation preview
LAPORAN KASUS
MYELITIS
Pembimbing :
Dr. Achmad Junaidi, Sp.S
Oleh :
Siti Hardianti Harahap S.Ked 04104705244
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN NEURO RSMH FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus berjudul :
Myelitis
Oleh:
Siti Hardianti Harahap, S. Ked. 04104705278
Telah dinilai dan diterima sebagai salah satu persyaratan kepaniteraan klinik senior
di Departemen Ilmu Kedokteran Saraf RSMH Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
Palembang, Februari 2012
RSMH Palembang.
(Dr. Achmad Junaidi, Sp. S)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kedokteran
Saraf. Dengan disusunnya laporan kasus ini, diharapkan bisa sedikit memberikan gambaran
myelitis, khususnya untuk mengetahui cara penegakan diagnosis dan penatalaksaannya
bagi dokter umum.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Achmad Junaidi, Sp. S, Selaku
pembimbing penyusunan laporan kasus ini dengan memberikan bimbingan dan nasehat
dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada teman-
teman, serta staf bagian saraf, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan kasus ini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kelemahan yang
terdapat dalam penulisan laporan kasus ini, kritik dan saran sangat diharapkan untuk
perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iiKATA PENGANTAR........................................................................................ iiiDAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I LAPORAN KASUS1.1 Identifikasi..................................................................................................... 11.2 Anamnesis..................................................................................................... 11.3 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................... 11.4 Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 101.5 Diagnosis Banding...................................................................................... . 101.6 Diagnosis Kerja............................................................................................. 101.7 Penatalaksanaan............................................................................................. 101.8 Prognosis........................................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi................................................................................... 122.2 Myelitis ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : JL Rama Raya RT 48, RW 11, Kel. Alang-Alang Lebar,
Sukarami Palembang.
Agama : Islam
MRS : 26 Januari 2012
1.2 ANAMNESIS
Penderita dirawat di bagian Neurologi RSMH karena tidak bisa berjalan akibat
kelemahan kedua tungkai yang terjadi secara tiba-tiba
± 1 tahun SMRS penderita mengalami kelemahan kedua tungkai perlahan-
lahan, diawali dengan rasa berat pada kedua tungkai, dan tidak bisa digerakkan sejak 1
hari SMRS. Selain itu, 1 hari SMRS os mengeluh kaki tidak berasa ketika menginjak
air panas, tidak BAK dan BAB, tidak berkeringat mulai dari bagain dada ke bawah,
demam (-).
Riwayat jatuh terduduk tidak ada, riwayat batuk lama tidak ada, riwayat menderita
ISPA sebelumnya tidak ada, riwayat vaksinasi sebelumnya tidak ada, riwayat darah tinggi
tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus ( P emeriksaan tanggal 15 Pebruari 2011)
Vital sign :
Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Laju pernapasan : 20 x/menit
Temperatur : 36,8 0C
Pemeriksaan Sistem
Kepala dan leher : JVP 5-2 cmH2O
Thoraks
- Jantung : HR 74 kali/menit, murmur (-), Gallop (-)
- Paru : Vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Bu (+) normal
Genitalia : Tidak diperiksa
Ekstremitas : edema (-), Deformitas (-)
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif Ekspresi Muka : Wajar
Perhatian : Ada Kontak Psikis : Ada
Status Neurologikus
Kepala
Bentuk : Brachiocephali Deformitas : Tidak ada
Ukuran : Normocephali Fraktur : Tidak ada
Simetris : Simetris Nyeri Tekan : Tidak ada
Hematom : Tidak ada P. Darah : Pelebaran (-)
Tumor : Tidak ada Pulsasi : Tidak ada
Leher
Sikap : Lurus Deformitas : Tidak ada
Torticolis : Tidak ada Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Ada P. Darah : Pelebaran (-)
Syaraf-syaraf otak
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Anosmia : Tidak ada Tidak ada
Hyposmia : Tidak ada Tidak ada
Parosmia : Tidak ada Tidak ada
N. Optikus Kanan Kiri
Visus : 6/6 6/6
Campus visi : V.O.D V.O.S
Anopsi : Tidak ada Tidak ada
Hemianopsia : Tidak ada Tidak ada
Fundus Oculi
- Papil edema : Tidak ada Tidak ada
- Papil atrofi : Tidak ada Tidak ada
- Perdarahan retina : Tidak ada Tidak ada
N. Occulomotorius, Trochlearis, Abduscens
Kanan Kiri
Diplopia : Tidak ada Tidak ada
Celah mata : Tidak ada Tidak ada
Ptosis : Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata
- Strabismus : Tidak ada Tidak ada
- Exophtalmus : Tidak ada Tidak ada
- Enophtalmus : Tidak ada Tidak ada
- Deviation conjugae: Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata : Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Pupil
- Bentuk : Bulat Bulat
- Besar : Ø 3mm Ø 3mm
- Isokor/anisokor : Isokor Isokor
- Midriasis/miosis : Tidak ada Tidak ada
- Reflek cahaya
o Langsung : (+) (+)
o Konsensuil : (+) (+)
o Akomodasi : (-) (-)
- Argyl Robertson : Tidak ada Tidak ada
N. Trigeminus Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Trismus : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Refleks kornea : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sensorik
- Dahi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Pipi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Dagu : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
N. Facialis Kanan Kiri
Motorik
- Mengerutkan dahi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Menutup mata : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Menunjukkan gigi : Sudut mulut tertinggal Tidak ada kelainan
- Lipatan nasolabialis : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Bentuk muka
o Istirahat : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
o Berbicara/bersiul : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sensorik
- 2/3 depan lidah : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Otonom
- Salivasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Lakrimasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Chvostek’s sign : Tidak ada Tidak ada
N. Statoacusticus Kanan Kiri
N. Cochlearis
Suara bisikan : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Detik arloji : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Tes Weber : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Tes Rinne : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
N. Vestibularis Kanan Kiri
Nistagmus : Tidak ada Tidak ada
Vertigo : Tidak ada Tidak ada
N. Glossopharingeus dan N. Vagus
Kanan Kiri
Arcuspharingeus : Tidak ada kelaianan
Uvula : Tidak ada kelainan
Gangguan Menelan : Tidak ada kelainan
Suara serak/sengau : Tidak ada kelainan
Denyut jantung : Tidak ada kelainan
Reflek
- Muntah : Tidak ada kelainan
- Batuk : Tidak ada kelainan
- Okulo kardiak : Tidak ada kelainan
- Sinus karotikus : Tidak ada kelainan
Sensorik
- 1/3 belakang lidah : Tidak ada kelaianan
N. Accessorius Kanan Kiri
Mengangkat bahu : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Memutar kepala : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
N. Hypoglossus Kanan Kiri
Mengulur lidah : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Fasikulasi : Tidak ada Tidak ada
Atrofi papil : Tidak ada Tidak ada
Disartria : Tidak ada Tidak ada
Motorik
Lengan Kanan Kiri
Gerakan : Cukup cukup
Kekuatan : 5 5
Tonus : Normal Normal
Reflek Fisiologis
- Biceps : Normal Normal
- Triceps : Normal Normal
- Radius : Normal Normal
- Ulna : Normal Normal
Reflek Patologis
- Hoffman Tromner : Tidak ada Tidak ada
- Leri : Tidak ada Tidak ada
- Meyer : Tidak ada Tidak ada
- Trofik : Tidak ada Tidak ada
Tungkai Kanan Kiri
Gerakan : Kurang Kurang
Kekuatan : 2 4
Tonus : Menurun Menurun
Klonus
- Paha : (-) (-)
- Kaki : (-) (-)
Reflek Fisiologis
- KPR : Menurun Menurun
- APR : Menurun Menurun
Reflek Patologis
- Babinsky : (+) (+)
- Chaddock : Tidak ada Tidak ada
- Oppenheim : Tidak ada Tidak ada
- Gordon : Tidak ada Tidak ada
- Schaeffer : Tidak ada Tidak ada
- Rossolimo : Tidak ada Tidak ada
- Mendel bechterew : Tidak ada Tidak ada
Reflek Kulit Perut
- Atas : Tidak ada
- Tengah : Tidak ada
- Bawah : Tidak ada
- Reflek cremaster : Tidak ada
- Trofik : Tidak ada
Sensorik : Hipestesi dari kedua ujung kaki sampai 2 jari di bawah
papilla mammae
Fungsi Vegetatif
Miksi : Retensio urine
Defekasi : Retensio Alvi
Kolumna Vertebralis
Kyposis : Tidak ada
Lordosis : Tidak ada
Gibbus : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Meningocele : Tidak ada
Hematoma : Tidak ada
Nyeri ketok : Tidak ada
Gejala Rangsangan Meningeal Kanan Kiri
Kaku kuduk : (-)
Kerniq : (-) (-) (-)
Lasseque : (-) (-) (-)
Brudzinsky : (-)
- Neck : (-)
- Check : (-)
- Symphisis : (-)
- Leg I : (-)
- Leg II : (-)
Gait dan Keseimbangan
Gait Keseimbangan dan Koordinasi
Ataxia : Tidak ada Romberg : Tidak ada
Hemiplegic : Tidak ada Dysmetri
Scissor : Tidak ada - Jari-jari : Tidak ada
Proplusion : Tidak ada - Jari-hidung : Tidak ada
Histeric : Tidak ada - Tumit-tumit : Tidak ada
Limping : Tidak ada - Rebound phenomen : Tidak ada
Steppage : Tidak ada - Dysdiadochokinesis : Tidak ada
Astasia-abasia : Tidak ada - Trunk Ataxia : Tidak ada
Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Mycloni : Tidak ada
Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin ;
Parameter Hasil Hemoglobin 11,9 mg/dlEritrosit 3.940.000 / mm3
Hematokrit 35%Leukosit 11.400/mm3
LED 94 mm/jam Trombosit 163.000/mm3
Hitung jenis
• Basofil
• Eosinofil
• Batang
• Segmen
• Limfosit
• Monosit
0%
3%
2%
64%
22%
9%
MRI Thoracal
Kesan: Tidak tampak tanda-tanda stenosis canalis thoracalis
Tidak tampak kelaianan lain pada pemeriksaan MRI toracal
Rontgen Thorak
Rontgen thoracolumbal AP/Lat
Kesan : Spondylosis Lumbalis
1.5 DIAGNOSIS BANDING
SOL
1.6 DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Paraparese inferior flaccid + hipestesi mulai dari ujung jari kedua
kaki sampai 2 jari di bawah papilla mammae + retensio urine
Diagnosis Topik : Lesi transversal total setinggi T3-T4
Diagnosis Etiologi : myelitiis
1.7 PENGOBATAN
Bedrest
Diet BB
IVFD Nacl 0,9% gtt xx/mnt
Pemasangan Kateter
Medikamentosa
- Inj. Methylprednisolon 2 x 125 mg (IV)
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Vit. B1B6B12 3x1 tab
- Laxadine syrup 3x 1 cth
1.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MIELITIS TRANSVERSA AKUT
1. Definisi
Myelitis Transversa adalah kelainan neurologis yang disebabkan oleh peradangan
di kedua sisi dari satu tingkat, atau segmen, dari sumsum tulang belakang. Istilah myelitis
mengacu pada radang sumsum tulang belakang; transversal hanya menggambarkan posisi
peradangan, yaitu, di seberang lebar dari sumsum tulang belakang. Serangan peradangan
bisa merusak atau menghancurkan myelin, substansi lemak yang meliputi isolasi sel
serabut saraf. Ini menyebabkan kerusakan sistem saraf yang mengganggu inpuls antara
saraf-saraf di sumsum tulang belakang dan seluruh tubuh.
2. Epidemiologi
Myelitis Transversa terjadi pada orang dewasa dan anak-anak, di kedua jenis
kelamin, dan di semua ras. Faktor predisposisi pada keluarga tidak jelas. Sebuah
puncaknya pada tingkat insiden (jumlah kasus baru per tahun) tampaknya terjadi antara 10
dan 19 tahun dan 30 dan 39 tahun. Meskipun hanya beberapa studi telah meneliti tingkat
insiden, diperkirakan bahwa sekitar 1.400 kasus baru didiagnosis myelitis melintang setiap
tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 33.000 orang Amerika memiliki beberapa jenis
kecacatan akibat gangguan ini.
3. Etiologi
Para peneliti tidak yakin mengenai penyebab pasti transversa myelitis. Peradangan
yang menyebabkan kerusakan yang luas pada medulla spinalis dapat diakibatkan oleh
infeksi virus, reaksi kekebalan yang abnormal, atau tidak cukup aliran darah melalui
pembuluh darah yang terletak di sumsum tulang belakang. Myelitis Transversa juga dapat
terjadi sebagai komplikasi sifilis, campak, penyakit Lyme, dan beberapa vaksinasi,
termasuk untuk cacar dan rabies serta idiopatik.
Myelitis transversa sering berkembang akibat infeksi virus. Agen infeksi yang
dicurigai menyebabkan myelitis transversa termasuk varicella zoster, herpes simpleks,
sitomegalovirus, Epstein-Barr, influenza, echovirus, human immunodeficiency virus
(HIV), hepatitis A, dan rubella. Bakteri infeksi kulit, infeksi telinga tengah (otitis media),
dan Mycoplasma pneumonia.
3. Patogenesis
Pasca-kasus infeksi mekanisme sistem kekebalan tubuh yang aktif akibat virus atau
bakteri, tampaknya memainkan peran penting dalam menyebabkan kerusakan pada saraf
tulang belakang. Meskipun peneliti belum mengidentifikasi mekanisme yang tepat
bagaimana terjadinya cedera tulang belakang dalam kasus ini, mungkin rangsangan sistem
kekebalan sebagai respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa reaksi kekebalan tubuh
mungkin bertanggung jawab. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh, yang
biasanya melindungi tubuh dari organisme asing, keliru menyerang jaringan tubuh sendiri,
menyebabkan inflamasi dan, dalam beberapa kasus,menyebabkan kerusakan myelin dalam
sumsum tulang belakang
Beberapa kasus myelitis transversa akibat dari malformasi arteriovenosa spinal
(kelainan yang mengubah pola-pola normal aliran darah) atau penyakit pembuluh darah
seperti aterosklerosis yang menyebabkan iskemia, penurunan tingkat normal oksigen dalam
jaringan sumsum tulang belakang. Iskemia dapat terjadi di dalam sumsum tulang belakang
akibat penyumbatan pembuluh darah atau mempersempit, atau faktor-faktor lain yang
kurang umum. Pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan saraf tulang
belakang dan membawa sisa metabolik. Ketika arterivenosus menjadi menyempit atau
diblokir, mereka tidak dapat memberikan jumlah yang cukup sarat oksigen darah ke
jaringan saraf tulang belakang. Ketika wilayah tertentu dari sumsum tulang belakang
menjadi kekurangan oksigen, atau iskemik, sel saraf dan serat mungkin mulai memburuk
relative dengan cepat. Kerusakan ini dapat menyebabkan peradangan luas, kadang-kadang
menyebabkan myelitis transversal. Kebanyakan orang yang mengembangkan kondisi
sebagai akibat dari penyakit vaskular melewati usia 50, punya penyakit jantung, atau baru
saja menjalani operasi dada atau abdominal.
4. Gambaran klinis
Myelitis transversa dapat bersifat akut (berkembang selama jam sampai beberapa
hari) atau subakut (berkembang lebih dari 2 minggu hingga 6 minggu). Gejala awal
biasanya mencakup lokal nyeri punggung bawah, tiba-tiba paresthesias (sensasi abnormal
seperti membakar, menggelitik, menusuk, atau kesemutan) di kaki, hilangnya sensorik, dan
paraparesis (kelumpuhan parsial kaki). Paraparesis sering berkembang menjadi paraplegia.
Dan mengakibatkan gangguan genitourinary dan defekasi. Banyak pasien juga melaporkan
mengalami kejang otot, perasaan umum tidak nyaman, sakit kepala, demam, dan
kehilangan nafsu makan. Tergantung pada segmen tulang belakang yang terlibat, beberapa
pasien mungkin juga akan mengalami masalah pernapasan.
Dari berbagai macam gejala, empat ciri-ciri klasik myelitis transversa yang muncul:
(1) kelemahan kaki dan tangan,
(2) nyeri,
(3) perubahan sensorik, dan
(4) disfungsi pencernaan dan kandung kemih.
Kebanyakan pasien akan mengalami berbagai tingkat kelemahan di kaki mereka,
beberapa juga mengalaminya di lengan mereka. Awalnya, orang-orang dengan myelitis
transversal mungkin menyadari bahwa kaki mereka tampak lebih berat dari biasanya.
Perkembangan penyakit selama beberapa minggu sering mengarah pada kelumpuhan penuh
dari kaki, yang mengharuskan pasien untuk menggunakan kursi roda.
Nyeri adalah gejala utama dari myelitis transversa pada sepertiga sampai setengah
dari semua pasien. Rasa sakit dapat dilokalisasi di punggung bawah atau dapat terdiri dari
tajam, sensasi yang memancarkan bawah kaki atau lengan atau di sekitar dada.
Pasien yang mengalami gangguan sensoris sering menggunakan istilah-istilah
seperti mati rasa, kesemutan, dingin, atau pembakaran untuk menggambarkan gejala
mereka. Sampai 80 persen dari mereka yang myelitis transversa memiliki kepekaan yang
meningkat, sehingga pakaian atau sentuhan ringan dengan jari signifikan menyebabkan
rasa tidak nyaman atau sakit (suatu keadaan yang disebut allodynia). Banyak juga
mengalami peningkatan sensitivitas terhadap perubahan suhu yang ekstrem atau panas atau
dingin.
Gangguan pada genitourinary dan gastrointestinal mungkin melibatkan peningkatan
frekuensi dorongan untuk buang air kecil atau buang air besar, inkontinensia, kesulitan
buang air kecil, dan sembelit. Selama perjalanan penyakit, sebagian besar orang dengan
myelitis transversa akan mengalami satu atau beberapa gejala.
5. Perjalanan penyakit
Gejala biasanya dimulai dengan nyeri punggung yang timbul secara tiba-tiba,
diikuti oleh mati rasa dan kelemahan otot kaki yang akan menjalar ke atas.
Gejala tersebut bisa semakin memburuk dan jika menjadi berat akan terjadi
kelumpuhan serta hilangnya rasa disertai dengan hilangnya pengendalian pencernaan dan
kandung kemih.
Lokasi terhambatnya impuls saraf pada medula spinalis menentukan beratnya
gejala yang timbul.
6. Diagnosa
Mielitis transversa harus dibedakan dari mielopati komprensi medula spinalis baik
karena proses neoplasma medula spinalis intrinsik maupun ekstrensik, ruptur diskus
intervertebralis akut, infeksi epidural dan polineuritis pasca infeksi akut (Sindrom Guillain
Barre).
Pungsi lumbal dapat dilakukan pada mielitis transversa biasanya tidak didapati
blokade aliran likuor, pleositosis moderat (antara 20-200 sel/mm3) terutama jenis limfosit,
protein sedikit meninggi (50-120 mg/100 ml) dan kadar glukosa normal. Berbeda dengan
sindrom Guillain Barre di mana dijumpai peningkatan kadar protein tanpa disertai
pleositosis. Dan pada sindrom Guillain Barre, jenis kelumpuhannya adalah flaksid serta
pola gangguan sensibilitasnya di samping mengenai kedua tungkai juga terdapat pada
kedua lengan.
Lesi kompresi medula spinalis dapat dibedakan dari mielitis karena perjalanan
penyakitnya tidak akut sering didahului dengan nyeri segmental sebelum timbulnya lesi
parenkim medula spinalis. Selain itu pada pungsi lumbal dijumpai blokade aliran likuor
dengan kadar protein yang meningkat tanpa disertai adanya sel.
Dilakukan pungsi lumbal , CT scan atau MRI, mielogram serta pemeriksaan darah.
7. Penatalaksanaan
Pemberian glukokortikoid atau ACTH, biasanya diberikan pada penderita yang
datang dengan gejala awitanya sedang berlangsung dalam waktu 10 hari pertama atau bila
terjadi progresivitas defesit neurologik. Glukokortikoid dapat diberikan dalam bentuk
prednison oral 1 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal selama 2 minggu lalu secara
bertahap dan dihentikan setelah 7 hari. Bila tidak dapat diberikan per oral dapat pula
diberikan metil prednisolon intravena dengan dosis 0,8 mg/kg/hari dalam waktu 30 menit.
Selain itu ACTH dapat diberikan secara intramuskular denagn dosis 40 unit dua kali per
hari (selama 7 hari), lalu 20 unit dua kali per hari (selama 4hari) dan 20 unit dua kali per
hari (selama 3 hari). Untuk mencegah efek samping kortikosteroid, penderita diberi diet
rendah garam dan simetidin 300 mg 4 kali/hari atau ranitidin 150 mg 2kali/hari. Selain itu
sebagai alternatif dapat diberikan antasid per oral.
Pemasangan kateter diperlukan karena adanya retensi urin, dan untuk mencegah
terjadinya infeksi traktus urinarius dilakukan irigasi dengan antiseptik dan pemberian
antibiotik sebagai prolifilaksis (trimetroprim-sulfametoksasol, 1 gram tiap malam).
Konstipasi dengan pemberian laksan.
Pencegahan dekubitus dilakukan dengan alih baring tiap 2 jam. Bila terjadi
hiperhidrosis dapat diberikan propantilinbromid 15 mg sebelum tidur.
Disamping terapi medikamentosa maka diet nutrisi juga harus diperhatikan, 125
gram protein, vitamin dosis tinggi dan cairan sebanyak 3 liter per hari diperlukan.
Setelah masa akut berlalu maka tonus otot mulai meninggi sehingga sering
menimbulkan spasme kedua tungkai, hal ini dapat diatasi dengan pemberian Baclofen 15-
80 mg/hari, atau diazepam 3-4 kali 5 mg/hari. Rehabilitas harus dimulai sedini mungkin
untuk mengurangi kontraktur dan mencegah komplikasi tromboemboli.