20
LAPORAN KASUS MYELITIS Pembimbing : Dr. Achmad Junaidi, Sp.S Oleh : Siti Hardianti Harahap S.Ked 04104705244 DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN NEURO RSMH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2012

LAPORAN KASUS MYELITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neurologi

Citation preview

Page 1: LAPORAN KASUS  MYELITIS

LAPORAN KASUS

MYELITIS

Pembimbing :

Dr. Achmad Junaidi, Sp.S

Oleh :

Siti Hardianti Harahap S.Ked 04104705244

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN NEURO RSMH FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2012

Page 2: LAPORAN KASUS  MYELITIS

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul :

Myelitis

Oleh:

Siti Hardianti Harahap, S. Ked. 04104705278

Telah dinilai dan diterima sebagai salah satu persyaratan kepaniteraan klinik senior

di Departemen Ilmu Kedokteran Saraf RSMH Palembang Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

Palembang, Februari 2012

RSMH Palembang.

(Dr. Achmad Junaidi, Sp. S)

Page 3: LAPORAN KASUS  MYELITIS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada

penulis hingga dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus ini dibuat untuk

memenuhi sebagian syarat-syarat kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kedokteran

Saraf. Dengan disusunnya laporan kasus ini, diharapkan bisa sedikit memberikan gambaran

myelitis, khususnya untuk mengetahui cara penegakan diagnosis dan penatalaksaannya

bagi dokter umum.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Achmad Junaidi, Sp. S, Selaku

pembimbing penyusunan laporan kasus ini dengan memberikan bimbingan dan nasehat

dalam penyelesaian laporan kasus ini.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada teman-

teman, serta staf bagian saraf, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

laporan kasus ini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kelemahan yang

terdapat dalam penulisan laporan kasus ini, kritik dan saran sangat diharapkan untuk

perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Page 4: LAPORAN KASUS  MYELITIS

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iiKATA PENGANTAR........................................................................................ iiiDAFTAR ISI....................................................................................................... iv

BAB I LAPORAN KASUS1.1 Identifikasi..................................................................................................... 11.2 Anamnesis..................................................................................................... 11.3 Pemeriksaan Fisik.......................................................................................... 11.4 Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 101.5 Diagnosis Banding...................................................................................... . 101.6 Diagnosis Kerja............................................................................................. 101.7 Penatalaksanaan............................................................................................. 101.8 Prognosis........................................................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi................................................................................... 122.2 Myelitis ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25

Page 5: LAPORAN KASUS  MYELITIS

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTIFIKASI

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 48 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : JL Rama Raya RT 48, RW 11, Kel. Alang-Alang Lebar,

Sukarami Palembang.

Agama : Islam

MRS : 26 Januari 2012

1.2 ANAMNESIS

Penderita dirawat di bagian Neurologi RSMH karena tidak bisa berjalan akibat

kelemahan kedua tungkai yang terjadi secara tiba-tiba

± 1 tahun SMRS penderita mengalami kelemahan kedua tungkai perlahan-

lahan, diawali dengan rasa berat pada kedua tungkai, dan tidak bisa digerakkan sejak 1

hari SMRS. Selain itu, 1 hari SMRS os mengeluh kaki tidak berasa ketika menginjak

air panas, tidak BAK dan BAB, tidak berkeringat mulai dari bagain dada ke bawah,

demam (-).

Riwayat jatuh terduduk tidak ada, riwayat batuk lama tidak ada, riwayat menderita

ISPA sebelumnya tidak ada, riwayat vaksinasi sebelumnya tidak ada, riwayat darah tinggi

tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Internus ( P emeriksaan tanggal 15 Pebruari 2011)

Vital sign :

Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 74 x/menit

Page 6: LAPORAN KASUS  MYELITIS

Laju pernapasan : 20 x/menit

Temperatur : 36,8 0C

Pemeriksaan Sistem

Kepala dan leher : JVP 5-2 cmH2O

Thoraks

- Jantung : HR 74 kali/menit, murmur (-), Gallop (-)

- Paru : Vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen : Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Bu (+) normal

Genitalia : Tidak diperiksa

Ekstremitas : edema (-), Deformitas (-)

Status Psikiatrikus

Sikap : Kooperatif Ekspresi Muka : Wajar

Perhatian : Ada Kontak Psikis : Ada

Status Neurologikus

Kepala

Bentuk : Brachiocephali Deformitas : Tidak ada

Ukuran : Normocephali Fraktur : Tidak ada

Simetris : Simetris Nyeri Tekan : Tidak ada

Hematom : Tidak ada P. Darah : Pelebaran (-)

Tumor : Tidak ada Pulsasi : Tidak ada

Leher

Sikap : Lurus Deformitas : Tidak ada

Torticolis : Tidak ada Tumor : Tidak ada

Kaku kuduk : Ada P. Darah : Pelebaran (-)

Syaraf-syaraf otak

N. Olfaktorius Kanan Kiri

Penciuman : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Page 7: LAPORAN KASUS  MYELITIS

Anosmia : Tidak ada Tidak ada

Hyposmia : Tidak ada Tidak ada

Parosmia : Tidak ada Tidak ada

N. Optikus Kanan Kiri

Visus : 6/6 6/6

Campus visi : V.O.D V.O.S

Anopsi : Tidak ada Tidak ada

Hemianopsia : Tidak ada Tidak ada

Fundus Oculi

- Papil edema : Tidak ada Tidak ada

- Papil atrofi : Tidak ada Tidak ada

- Perdarahan retina : Tidak ada Tidak ada

N. Occulomotorius, Trochlearis, Abduscens

Kanan Kiri

Diplopia : Tidak ada Tidak ada

Celah mata : Tidak ada Tidak ada

Ptosis : Tidak ada Tidak ada

Sikap bola mata

- Strabismus : Tidak ada Tidak ada

- Exophtalmus : Tidak ada Tidak ada

- Enophtalmus : Tidak ada Tidak ada

- Deviation conjugae: Tidak ada Tidak ada

Gerakan bola mata : Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pupil

- Bentuk : Bulat Bulat

- Besar : Ø 3mm Ø 3mm

Page 8: LAPORAN KASUS  MYELITIS

- Isokor/anisokor : Isokor Isokor

- Midriasis/miosis : Tidak ada Tidak ada

- Reflek cahaya

o Langsung : (+) (+)

o Konsensuil : (+) (+)

o Akomodasi : (-) (-)

- Argyl Robertson : Tidak ada Tidak ada

N. Trigeminus Kanan Kiri

Motorik

- Menggigit : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Trismus : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Refleks kornea : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sensorik

- Dahi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Pipi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Dagu : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

N. Facialis Kanan Kiri

Motorik

- Mengerutkan dahi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Menutup mata : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Menunjukkan gigi : Sudut mulut tertinggal Tidak ada kelainan

- Lipatan nasolabialis : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Bentuk muka

o Istirahat : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

o Berbicara/bersiul : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sensorik

- 2/3 depan lidah : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Page 9: LAPORAN KASUS  MYELITIS

Otonom

- Salivasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Lakrimasi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Chvostek’s sign : Tidak ada Tidak ada

N. Statoacusticus Kanan Kiri

N. Cochlearis

Suara bisikan : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Detik arloji : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Tes Weber : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Tes Rinne : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

N. Vestibularis Kanan Kiri

Nistagmus : Tidak ada Tidak ada

Vertigo : Tidak ada Tidak ada

N. Glossopharingeus dan N. Vagus

Kanan Kiri

Arcuspharingeus : Tidak ada kelaianan

Uvula : Tidak ada kelainan

Gangguan Menelan : Tidak ada kelainan

Suara serak/sengau : Tidak ada kelainan

Denyut jantung : Tidak ada kelainan

Reflek

- Muntah : Tidak ada kelainan

- Batuk : Tidak ada kelainan

- Okulo kardiak : Tidak ada kelainan

- Sinus karotikus : Tidak ada kelainan

Sensorik

- 1/3 belakang lidah : Tidak ada kelaianan

Page 10: LAPORAN KASUS  MYELITIS

N. Accessorius Kanan Kiri

Mengangkat bahu : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Memutar kepala : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

N. Hypoglossus Kanan Kiri

Mengulur lidah : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Fasikulasi : Tidak ada Tidak ada

Atrofi papil : Tidak ada Tidak ada

Disartria : Tidak ada Tidak ada

Motorik

Lengan Kanan Kiri

Gerakan : Cukup cukup

Kekuatan : 5 5

Tonus : Normal Normal

Reflek Fisiologis

- Biceps : Normal Normal

- Triceps : Normal Normal

- Radius : Normal Normal

- Ulna : Normal Normal

Reflek Patologis

- Hoffman Tromner : Tidak ada Tidak ada

- Leri : Tidak ada Tidak ada

- Meyer : Tidak ada Tidak ada

- Trofik : Tidak ada Tidak ada

Tungkai Kanan Kiri

Gerakan : Kurang Kurang

Kekuatan : 2 4

Tonus : Menurun Menurun

Klonus

Page 11: LAPORAN KASUS  MYELITIS

- Paha : (-) (-)

- Kaki : (-) (-)

Reflek Fisiologis

- KPR : Menurun Menurun

- APR : Menurun Menurun

Reflek Patologis

- Babinsky : (+) (+)

- Chaddock : Tidak ada Tidak ada

- Oppenheim : Tidak ada Tidak ada

- Gordon : Tidak ada Tidak ada

- Schaeffer : Tidak ada Tidak ada

- Rossolimo : Tidak ada Tidak ada

- Mendel bechterew : Tidak ada Tidak ada

Reflek Kulit Perut

- Atas : Tidak ada

- Tengah : Tidak ada

- Bawah : Tidak ada

- Reflek cremaster : Tidak ada

- Trofik : Tidak ada

Sensorik : Hipestesi dari kedua ujung kaki sampai 2 jari di bawah

papilla mammae

Fungsi Vegetatif

Miksi : Retensio urine

Defekasi : Retensio Alvi

Kolumna Vertebralis

Kyposis : Tidak ada

Lordosis : Tidak ada

Gibbus : Tidak ada

Deformitas : Tidak ada

Page 12: LAPORAN KASUS  MYELITIS

Tumor : Tidak ada

Meningocele : Tidak ada

Hematoma : Tidak ada

Nyeri ketok : Tidak ada

Gejala Rangsangan Meningeal Kanan Kiri

Kaku kuduk : (-)

Kerniq : (-) (-) (-)

Lasseque : (-) (-) (-)

Brudzinsky : (-)

- Neck : (-)

- Check : (-)

- Symphisis : (-)

- Leg I : (-)

- Leg II : (-)

Gait dan Keseimbangan

Gait Keseimbangan dan Koordinasi

Ataxia : Tidak ada Romberg : Tidak ada

Hemiplegic : Tidak ada Dysmetri

Scissor : Tidak ada - Jari-jari : Tidak ada

Proplusion : Tidak ada - Jari-hidung : Tidak ada

Histeric : Tidak ada - Tumit-tumit : Tidak ada

Limping : Tidak ada - Rebound phenomen : Tidak ada

Steppage : Tidak ada - Dysdiadochokinesis : Tidak ada

Astasia-abasia : Tidak ada - Trunk Ataxia : Tidak ada

Gerakan Abnormal

Tremor : Tidak ada

Chorea : Tidak ada

Athetosis : Tidak ada

Page 13: LAPORAN KASUS  MYELITIS

Ballismus : Tidak ada

Dystoni : Tidak ada

Mycloni : Tidak ada

Fungsi Luhur

Afasia motorik : Tidak ada

Afasia sensorik : Tidak ada

Apraksia : Tidak ada

Agrafia : Tidak ada

Alexia : Tidak ada

Afasia nominal : Tidak ada

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin ;

Parameter Hasil Hemoglobin 11,9 mg/dlEritrosit 3.940.000 / mm3

Hematokrit 35%Leukosit 11.400/mm3

LED 94 mm/jam Trombosit 163.000/mm3

Hitung jenis

• Basofil

• Eosinofil

• Batang

• Segmen

• Limfosit

• Monosit

0%

3%

2%

64%

22%

9%

MRI Thoracal

Page 14: LAPORAN KASUS  MYELITIS

Kesan: Tidak tampak tanda-tanda stenosis canalis thoracalis

Tidak tampak kelaianan lain pada pemeriksaan MRI toracal

Rontgen Thorak

Rontgen thoracolumbal AP/Lat

Kesan : Spondylosis Lumbalis

1.5 DIAGNOSIS BANDING

SOL

1.6 DIAGNOSIS

Diagnosis Klinik : Paraparese inferior flaccid + hipestesi mulai dari ujung jari kedua

kaki sampai 2 jari di bawah papilla mammae + retensio urine

Diagnosis Topik : Lesi transversal total setinggi T3-T4

Diagnosis Etiologi : myelitiis

1.7 PENGOBATAN

Bedrest

Diet BB

IVFD Nacl 0,9% gtt xx/mnt

Pemasangan Kateter

Medikamentosa

- Inj. Methylprednisolon 2 x 125 mg (IV)

- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV

- Vit. B1B6B12 3x1 tab

- Laxadine syrup 3x 1 cth

Page 15: LAPORAN KASUS  MYELITIS

1.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia at bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 16: LAPORAN KASUS  MYELITIS

MIELITIS TRANSVERSA AKUT

1. Definisi

Myelitis Transversa adalah kelainan neurologis yang disebabkan oleh peradangan

di kedua sisi dari satu tingkat, atau segmen, dari sumsum tulang belakang. Istilah myelitis

mengacu pada radang sumsum tulang belakang; transversal hanya menggambarkan posisi

peradangan, yaitu, di seberang lebar dari sumsum tulang belakang. Serangan peradangan

bisa merusak atau menghancurkan myelin, substansi lemak yang meliputi isolasi sel

serabut saraf. Ini menyebabkan kerusakan sistem saraf yang mengganggu inpuls antara

saraf-saraf di sumsum tulang belakang dan seluruh tubuh.

2. Epidemiologi

Myelitis Transversa terjadi pada orang dewasa dan anak-anak, di kedua jenis

kelamin, dan di semua ras. Faktor predisposisi pada keluarga tidak jelas. Sebuah

puncaknya pada tingkat insiden (jumlah kasus baru per tahun) tampaknya terjadi antara 10

dan 19 tahun dan 30 dan 39 tahun. Meskipun hanya beberapa studi telah meneliti tingkat

insiden, diperkirakan bahwa sekitar 1.400 kasus baru didiagnosis myelitis melintang setiap

tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 33.000 orang Amerika memiliki beberapa jenis

kecacatan akibat gangguan ini.

3. Etiologi

Para peneliti tidak yakin mengenai penyebab pasti transversa myelitis. Peradangan

yang menyebabkan kerusakan yang luas pada medulla spinalis dapat diakibatkan oleh

infeksi virus, reaksi kekebalan yang abnormal, atau tidak cukup aliran darah melalui

pembuluh darah yang terletak di sumsum tulang belakang. Myelitis Transversa juga dapat

terjadi sebagai komplikasi sifilis, campak, penyakit Lyme, dan beberapa vaksinasi,

termasuk untuk cacar dan rabies serta idiopatik.

Myelitis transversa sering berkembang akibat infeksi virus. Agen infeksi yang

dicurigai menyebabkan myelitis transversa termasuk varicella zoster, herpes simpleks,

sitomegalovirus, Epstein-Barr, influenza, echovirus, human immunodeficiency virus

(HIV), hepatitis A, dan rubella. Bakteri infeksi kulit, infeksi telinga tengah (otitis media),

dan Mycoplasma pneumonia.

Page 17: LAPORAN KASUS  MYELITIS

3. Patogenesis

Pasca-kasus infeksi mekanisme sistem kekebalan tubuh yang aktif akibat virus atau

bakteri, tampaknya memainkan peran penting dalam menyebabkan kerusakan pada saraf

tulang belakang. Meskipun peneliti belum mengidentifikasi mekanisme yang tepat

bagaimana terjadinya cedera tulang belakang dalam kasus ini, mungkin rangsangan sistem

kekebalan sebagai respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa reaksi kekebalan tubuh

mungkin bertanggung jawab. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh, yang

biasanya melindungi tubuh dari organisme asing, keliru menyerang jaringan tubuh sendiri,

menyebabkan inflamasi dan, dalam beberapa kasus,menyebabkan kerusakan myelin dalam

sumsum tulang belakang

Beberapa kasus myelitis transversa akibat dari malformasi arteriovenosa spinal

(kelainan yang mengubah pola-pola normal aliran darah) atau penyakit pembuluh darah

seperti aterosklerosis yang menyebabkan iskemia, penurunan tingkat normal oksigen dalam

jaringan sumsum tulang belakang. Iskemia dapat terjadi di dalam sumsum tulang belakang

akibat penyumbatan pembuluh darah atau mempersempit, atau faktor-faktor lain yang

kurang umum. Pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan saraf tulang

belakang dan membawa sisa metabolik. Ketika arterivenosus menjadi menyempit atau

diblokir, mereka tidak dapat memberikan jumlah yang cukup sarat oksigen darah ke

jaringan saraf tulang belakang. Ketika wilayah tertentu dari sumsum tulang belakang

menjadi kekurangan oksigen, atau iskemik, sel saraf dan serat mungkin mulai memburuk

relative dengan cepat. Kerusakan ini dapat menyebabkan peradangan luas, kadang-kadang

menyebabkan myelitis transversal. Kebanyakan orang yang mengembangkan kondisi

sebagai akibat dari penyakit vaskular melewati usia 50, punya penyakit jantung, atau baru

saja menjalani operasi dada atau abdominal.

4. Gambaran klinis

Myelitis transversa dapat bersifat akut (berkembang selama jam sampai beberapa

hari) atau subakut (berkembang lebih dari 2 minggu hingga 6 minggu). Gejala awal

Page 18: LAPORAN KASUS  MYELITIS

biasanya mencakup lokal nyeri punggung bawah, tiba-tiba paresthesias (sensasi abnormal

seperti membakar, menggelitik, menusuk, atau kesemutan) di kaki, hilangnya sensorik, dan

paraparesis (kelumpuhan parsial kaki). Paraparesis sering berkembang menjadi paraplegia.

Dan mengakibatkan gangguan genitourinary dan defekasi. Banyak pasien juga melaporkan

mengalami kejang otot, perasaan umum tidak nyaman, sakit kepala, demam, dan

kehilangan nafsu makan. Tergantung pada segmen tulang belakang yang terlibat, beberapa

pasien mungkin juga akan mengalami masalah pernapasan.

Dari berbagai macam gejala, empat ciri-ciri klasik myelitis transversa yang muncul:

(1) kelemahan kaki dan tangan,

(2) nyeri,

(3) perubahan sensorik, dan

(4) disfungsi pencernaan dan kandung kemih.

Kebanyakan pasien akan mengalami berbagai tingkat kelemahan di kaki mereka,

beberapa juga mengalaminya di lengan mereka. Awalnya, orang-orang dengan myelitis

transversal mungkin menyadari bahwa kaki mereka tampak lebih berat dari biasanya.

Perkembangan penyakit selama beberapa minggu sering mengarah pada kelumpuhan penuh

dari kaki, yang mengharuskan pasien untuk menggunakan kursi roda.

Nyeri adalah gejala utama dari myelitis transversa pada sepertiga sampai setengah

dari semua pasien. Rasa sakit dapat dilokalisasi di punggung bawah atau dapat terdiri dari

tajam, sensasi yang memancarkan bawah kaki atau lengan atau di sekitar dada.

Pasien yang mengalami gangguan sensoris sering menggunakan istilah-istilah

seperti mati rasa, kesemutan, dingin, atau pembakaran untuk menggambarkan gejala

mereka. Sampai 80 persen dari mereka yang myelitis transversa memiliki kepekaan yang

meningkat, sehingga pakaian atau sentuhan ringan dengan jari signifikan menyebabkan

rasa tidak nyaman atau sakit (suatu keadaan yang disebut allodynia). Banyak juga

mengalami peningkatan sensitivitas terhadap perubahan suhu yang ekstrem atau panas atau

dingin.

Gangguan pada genitourinary dan gastrointestinal mungkin melibatkan peningkatan

frekuensi dorongan untuk buang air kecil atau buang air besar, inkontinensia, kesulitan

buang air kecil, dan sembelit. Selama perjalanan penyakit, sebagian besar orang dengan

myelitis transversa akan mengalami satu atau beberapa gejala.

Page 19: LAPORAN KASUS  MYELITIS

5. Perjalanan penyakit

Gejala biasanya dimulai dengan nyeri punggung yang timbul secara tiba-tiba,

diikuti oleh mati rasa dan kelemahan otot kaki yang akan menjalar ke atas.

Gejala tersebut bisa semakin memburuk dan jika menjadi berat akan terjadi

kelumpuhan serta hilangnya rasa disertai dengan hilangnya pengendalian pencernaan dan

kandung kemih.

Lokasi terhambatnya impuls saraf pada medula spinalis menentukan beratnya

gejala yang timbul.

6. Diagnosa

Mielitis transversa harus dibedakan dari mielopati komprensi medula spinalis baik

karena proses neoplasma medula spinalis intrinsik maupun ekstrensik, ruptur diskus

intervertebralis akut, infeksi epidural dan polineuritis pasca infeksi akut (Sindrom Guillain

Barre).

Pungsi lumbal dapat dilakukan pada mielitis transversa biasanya tidak didapati

blokade aliran likuor, pleositosis moderat (antara 20-200 sel/mm3) terutama jenis limfosit,

protein sedikit meninggi (50-120 mg/100 ml) dan kadar glukosa normal. Berbeda dengan

sindrom Guillain Barre di mana dijumpai peningkatan kadar protein tanpa disertai

pleositosis. Dan pada sindrom Guillain Barre, jenis kelumpuhannya adalah flaksid serta

pola gangguan sensibilitasnya di samping mengenai kedua tungkai juga terdapat pada

kedua lengan.

Lesi kompresi medula spinalis dapat dibedakan dari mielitis karena perjalanan

penyakitnya tidak akut sering didahului dengan nyeri segmental sebelum timbulnya lesi

parenkim medula spinalis. Selain itu pada pungsi lumbal dijumpai blokade aliran likuor

dengan kadar protein yang meningkat tanpa disertai adanya sel.

Dilakukan pungsi lumbal , CT scan atau MRI, mielogram serta pemeriksaan darah.

7. Penatalaksanaan

Pemberian glukokortikoid atau ACTH, biasanya diberikan pada penderita yang

datang dengan gejala awitanya sedang berlangsung dalam waktu 10 hari pertama atau bila

Page 20: LAPORAN KASUS  MYELITIS

terjadi progresivitas defesit neurologik. Glukokortikoid dapat diberikan dalam bentuk

prednison oral 1 mg/kg berat badan/hari sebagai dosis tunggal selama 2 minggu lalu secara

bertahap dan dihentikan setelah 7 hari. Bila tidak dapat diberikan per oral dapat pula

diberikan metil prednisolon intravena dengan dosis 0,8 mg/kg/hari dalam waktu 30 menit.

Selain itu ACTH dapat diberikan secara intramuskular denagn dosis 40 unit dua kali per

hari (selama 7 hari), lalu 20 unit dua kali per hari (selama 4hari) dan 20 unit dua kali per

hari (selama 3 hari). Untuk mencegah efek samping kortikosteroid, penderita diberi diet

rendah garam dan simetidin 300 mg 4 kali/hari atau ranitidin 150 mg 2kali/hari. Selain itu

sebagai alternatif dapat diberikan antasid per oral.

Pemasangan kateter diperlukan karena adanya retensi urin, dan untuk mencegah

terjadinya infeksi traktus urinarius dilakukan irigasi dengan antiseptik dan pemberian

antibiotik sebagai prolifilaksis (trimetroprim-sulfametoksasol, 1 gram tiap malam).

Konstipasi dengan pemberian laksan.

Pencegahan dekubitus dilakukan dengan alih baring tiap 2 jam. Bila terjadi

hiperhidrosis dapat diberikan propantilinbromid 15 mg sebelum tidur.

Disamping terapi medikamentosa maka diet nutrisi juga harus diperhatikan, 125

gram protein, vitamin dosis tinggi dan cairan sebanyak 3 liter per hari diperlukan.

Setelah masa akut berlalu maka tonus otot mulai meninggi sehingga sering

menimbulkan spasme kedua tungkai, hal ini dapat diatasi dengan pemberian Baclofen 15-

80 mg/hari, atau diazepam 3-4 kali 5 mg/hari. Rehabilitas harus dimulai sedini mungkin

untuk mengurangi kontraktur dan mencegah komplikasi tromboemboli.