Upload
nurulain-putra
View
235
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Lapsus jiwa
Citation preview
LAPORAN KASUS
GANGGUAN DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK
(F32.2)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ibu S
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Lantang Takalar
Tanggal Pemeriksaan : 24 Maret 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis, dari:
Nama : Bpk A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Desa Lantang Takalar
Hubungan : Anak pasien
III. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Pasien dikonsul dari interna dengan keluhan kurang semangat dan depresi
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan merasa gemetaran serta berkeringat
dingin. Sebelumnya pasien mengeluh tidak bisa tidur serta sering kaget-kaget. Jika
pasien dapat tidur, pasien mudah terbangun kalau terdengar bunyi-bunyi bising
(kaget), kalau pasien sudah terbangun, pasien susah mau tidur kembali. Durasi pasien
tidur paling lama sekitar 2 atau 3 jam. Kalau ke rumah sakit pasien lebih enak tidur
karena diberikan obat. Selain itu, pasien sering merasa sedih karena anak-anaknya
yang nakal. Pasien sering mengeluh nasib kondisi keluarganya yang terdiri daripada 5
orang anak. 3 daripadanya buta (anak 1,2, dan 3) anak ke 4 normal, manakala anak
terakhir sakit serta tentang dirinya sendiri yang sering keluar masuk rumah sakit.
Pasien merasa dirinya susah serta kurang mampu karena hanya kerja sebagai seorang
petani. Suami pasien tidak bisa bekerja karena sakit. Ada pembengkakan di leher
(kalenjar getah bening) sudah 4 bulan. Suaminya diindikasikan operasi tetapi tidak
bisa karena biaya yang terlalu mahal. Ini menambahkan kerisauan pasien. Apabila
pasien sendiri dia sering mengkhayal dan menangis karena pasein merasa khawatir
dengan kondisi keluarganya serta kondisi keuangan yang sulit. Pasien sukar menyara
kehidupan keluarganya serta membutuhkan uang yang banyak untuk kebutuhan
sehari-hari dan biaya pengobatan/perawatan. Apabila pasien sakit dia mulai
mengkhayal dan merasa murung. Pasien kurang berinteraksi dengan tetangga dan
cepat capek kalau bekerja sedikit.
Pasien merasa begini sudah sejak kurang lebih 2 tahun lalu, dan semakin memburuk 1
minggu yang lalu hingga pasien merasa berdebar-debar. Sebelumnya pasien seorang
yang ceria dan sering berinteraksi dengan tetangga. Riwayat pengobatan gangguan
jiwa sebelum ini belum pernah.
Hendaya/disfungsi:
o Hendaya dalam bidang sosial (+)
o Hendaya pekerjaan (+)
o Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
Faktor stressor psikososial:
Pasien sering memikirkan tentang masalah keuangan dan keluarganya
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya:
o Riwayat penyakit medis (+)
Hipertensi
Diabetes Mellitus
o Riwayat trauma (-)
o Riwayat kejang (-)
o Riwayat infeksi (-)
o Riwayat NAPZA (-)
o Riwayat merokok (-)
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Tidak ada riwayat gangguan jiwa sebelumnya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
i. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir normal pada 10 Juni 1960 dirumah dibantu dukun beranak. Berat
badan lahir tidak diketahui. Pada saat bayi pasien tidak panas tinggi dan
kejang.
ii. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak lainnya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.
iii. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-4 tahun)
Pasien masuk ke sekolah dasar (SD) sampai selesai. Pertumbuhan dan perkembangan normal dan pasien mempunyai banyak teman.
iv. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien tidak sekolah karena hambatan keuangan. Hubungan dengan keluarga dan linkungan sekitar baik.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
i. Pasien merupakan anak ke tiga dari enam bersaudara (♂,♂,(♀),♂,♂,♀)
ii. Pasien sudah menikah dan mempunyai 5 orang anak.
iii. Hubungan dengan anggota keluarga baik.
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal dengan keluarga dan masih bekerja.
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengetahui dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan.
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi umum:
i. Penampilan: Seorang wanita bertubuh badan kecil dan mengenakan baju
jubah berwarna cream dan berjilbab hitam, perawatan diri baik.
ii. Kesadaran: Berubah
iii. Perilaku dan aktivitas psikomotor: Hipoaktif
iv. Pembicaraan: Spontan, lancar, intonasi biasa
v. Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif
B. Keadaan afektif (mood), perasaan, empati, dan perhatian:
i. Mood: Sedih
ii. Afek: Depresif
iii. Empati: Dapat dirabarasakan
iv. Keserasian: Serasi
C. Fungsi intelektual (kognitif)
i. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan: Sesuai dengan taraf
pendidikan
ii. Daya konsentrasi: Baik
iii. Orientasi:
a) Waktu: Baik
b) Tempat: Baik
c) Orang: Baik
iv. Daya ingat
a) Jangka panjang: Baik
b) Jangka sedang: Baik
c) Jangka pendek: Baik
v. Pikiran abstrak: Terganggu
vi. Bakat kreatif: Memasak
vii. Kemampuan menolong diri sendiri: Cukup
D. Gangguan persepsi:
i. Halusinasi : Tidak Ada
ii. Ilusi : Tidak Ada
iii. Depersonalisasi: Tidak Ada
iv. Derealisasi : Tidak Ada
E. Proses berfikir
i. Arus pikiran:
a) Produktivitas : Cukup
b) Kontinuitas : Relevan dan Koheran
c) Hendaya berbahasa : Tidak Ada
ii. Isi pikiran:
a) Preokupasi : Tidak Ada
b) Gangguan isi pikiran : Tidak Ada
F. Pengendalian implus : Cukup
G. Daya nilai:
i. Norma sosial : Baik
ii. Uji daya nilai : Baik
iii. Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (insight) : Derajat 6 (Pasien sadar dirinya sakit dan perlu
pengobatan.
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus:
Kesadaran komposmentis, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 80 kali/menit,
frekuensi pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 36 °C. Konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterus. Jantung, paru, dan abdomen dalam batas normal. Ekstremitas
atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis:
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s Sign (-/-), pupil bulat dan
isokor 2.5 mm/2.5mm, reflex cahaya (+/+). Fungsi motorik dan sensorik ke-empat
ektremitas dalam batas normal. Tidak ditemukan reflex patologis.
VI. IKHTISAR BERMAKNA
Seorang perempuan dibawa ke RSWS oleh keluarganya dengan keluhan merasa
gemetaran dengan berkeringat dingin. Sebelumnya pasien sering mengeluh tidak bisa
tidur serta sering kaget-kaget kalau pasien dapat tidur. Pasien mudah terbangun kalau
terdengar bunyi-bunyi bising. Kalau sudah terbangun pasien susah mau tidur kembali.
Paling lama pasien dapat tidur sekitar 2 hingga 3 jam. Pasien sering mengeluh tentang
kondisi keluarganya yang terdiri daripada 5 orang anak (3 orang daripadanya buta, 1
sakit dan 1 normal) serta keadaan pasien sendiri yang sering keluar masuk rumah
sakit. Pasien merasa dirinya susah serta kurang mampu karena hanya kerja sebagai
seorang petani. Suami pasien juga tidak bisa bekerja karena sakit. Ada pembengkakan
kalenjar getah bening di leher. Suaminya diindikasikan operasi tapi tidak bisa karena
biaya yang terlalu mahal. Ini menambahkan lagi kekhawatiran pasien. Apabila sendiri
pasien sering mengkhayal dan menangis karena sering memikirkan tentang kondisi
keluarganya.
Sekarang pasien kurang berinteraksi dengan tetangga dan cepat capek/kelelahan
kalau bekerja sedikit. Perubahan prilaku terjadi sudah hampir kurang lebih 2 tahun
lalu. Kondisi memburuk 1 minggu yang lalu hingga pasien merasa berdebar-debar
dan gemetaran. Sebelumnya pasien seorang yang ceria dan sering berinteraksi dengan
tetangga. Pasien mengalami hendaya sosial dan pekerjaan serta hendaya waktu
senggang.
Pada pemeriksaan status mental, tampak seorang perempuan bertubuh bdan kecil
mengenakan jubah warna cream dan berjilbab hitam. Wajah sesuai umur. Kesadaran
berubah, perilaku dan aktivitas psikomotor hipoaktif. Perbicaraan spontan, kesan
lancar, intonasi sedang. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Keadaan afektif mood
depresi, afek depresi, empati dapat dirabarasakan. Fungsi intelektual (kognitif) taraf
pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai pendidikan, daya konsentrasi
baik. Orientasi waktu, tempat, dan orang baik, daya ingatan baik, pikiran abstrak
baik. Kemampuan menolong diri sendiri cukup. Tidak ada gangguan persepsi. Pada
proses berpikir arus pikiran dan produktivitas relevan. Isi pikiran tidak terdapat
gangguan. Norma sosial, uji daya nilai, dan penilaian realitas tidak terganggu.
Termasuk dalam tilikan, secara umum apa yang disampaikan pasien dapat dipercayai.
Kesimpulannya dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, serta
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah. Selain itu,
turut ditemukan beberapa gejala tambahan yakni harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan
yang suram dan pesimistik, serta tidur terganggu. Pasien juga pernah dikatakan mahu
membunuh diri. Tetapi tidak ditemukan gangguan isi pikir, halusinasi, mahupun
waham.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL (SESUAI PPDGJ III)
A. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien kehilangan minat, dan
kegembiraan dan berkurang energi. Pasien murung dan juga depresi. Keadaan
ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarga.
Mengakibatkan hendaya pekerjaan, sosial, dan penggunaan waktu senggang
sehingga dapat disimpulkan pasien menderita gangguan jiwa non-psikotik.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam
menilai realitas serta daya nilai norma sosial tidak terganggu. Tidak
ditemukan hendaya berat dalam fungsi mental. Pada pemeriksaan status
internus didapatkan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tetapi tidak
cukup bermakna untuk menyebabkan gangguan mental. Pada pemeriksaan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental organic dapat disingkirkan dan pasien ini didiagnosis
Gangguan Jiwa Non-psikotik Non-organik.
Dari alloanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan afek depresif
dan mood sedih. Gangguan persepsi lainnya tidak ada. Turut ditemukan
kehilangan minat & kegembiraan pada pasien, afek depresif, dan
berkurangnya energi yang manuju meningkatnya keadaan mudah lelah
sehingga memenuhi kriteria episode depresif (F32). Selain itu, turut
ditemukan beberapa kriteria yang memenuhi gejala tambahan seperti harga
diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, dan tidur terganggu.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III,
diagnosis diarahkan pada Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
(F32.2)
B. Aksis II:
Tidak ada diagnosis Aksis II
C. Aksis III
Hipertensi Kronik
Diabetes Mellitus
D. Aksis IV
Faktor stress psikososial adalah masalah keluarga dan kondisi keuangan yang buruk
E. Aksis V
GAF scale 60-51: gejala sedang, disabilitas sedang
VIII. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna. Namun,
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter di otak sehingga membutuhkan
psikofarmakoterapi.
Psikologik: Tidak ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas. Tetapi
terdapat gejala psikis yang bermanifestasi pada pasien sehingga pasien memerlukan
pikoterapi.
Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya sosial, pekerjaan, dan waktu senggang
sehingga pasien memerlukan sosioterapi.
IX. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi :
Fluoxetin 20mg 1x1 (1-0-0)
Alprazolam 0.5mg (1/2-1/2-1)
B. Psikoterapi supportif :
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan
isi hati sehingga pasien menjadi lega.
Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Member penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, serta motivasi pasien supaya mau
minum obat secara teratur.
C. Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien untuk memberikan dukunga dan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan
keteraturan pengobatan.
X. PROGNOSIS
Dubia et bonam
a) Faktor pendukung
Adanya dukungan dari keluarga
Tidak terdapat riwayat yang sama dalam keluarga
b) Faktor penghambat
Gangguan berlangsung sudah cukup lama
XI. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
Dari alloanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan afek depresif dan mood
sedih. Gangguan persepsi lainnya tidak ada. Turut ditemukan kehilangan minat &
kegembiraan pada pasien, afek depresif, dan berkurangnya energi yang manuju meningkatnya
keadaan mudah lelah sehingga memenuhi kriteria episode depresif (F32). Selain itu, turut
ditemukan beberapa kriteria yang memenuhi gejala tambahan seperti harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan
masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri, dan tidur terganggu. Maka berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa III, diagnosis diarahkan pada Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
(F32.2)
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
o Afek depresif,
o Kehilang minat dan kegembiraan, dan
o Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:
o Konsentrasi dan perhatian berkurang;
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
o Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
o Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
o Tidur terganggu;
o Nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)
hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklafisikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif
berulang (F33.-)
F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman Diagnostik
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut
diatas;
2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: ((a) sampai dengan (g)).
3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
4. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
5. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatic
F32.01= Dengan gejala somatic
F32.1 Episode Depresif Sedang
Pedoman Diagnostik
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut
diatas;
2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
3. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan,
dan urusan rumah tangga.
Karakter kelima: F32.10 = Tanpa gejala somatic
F32.11 = Dengan gejala somatic
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada
2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.
3. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif
berat masih dapat dibenarkan.
4. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
5. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
1. Episode depresi berat yang memenuhi criteria menurut F32.2 tersebut diatas;
2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham selalunya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam,
dan pasien merasa bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau
olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau
kotoran atau bau daging membusuk. Retardasi psikomotor yagn berat dapat
menuju pada stupor.
Jika diperlukan waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood congruent)
F32.8 Episode Depresif Lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT
Pada pasien ini dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, serta berkurangnya
energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah. Selain itu, turut ditemukan 4 gejala
tambahan yakni harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan
tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, serta tidur terganggu.
Pasien juga pernah dikatakan mahu membunuh diri. Tetapi tidak ada gangguan isi pikir,
halusinasi, mahupun waham aehingga berdasarkan PPDGJ III dan DSM V pasien dapat
didiagnosis sebagai Gangguan Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik.
I. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas terapi dan
kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.
LAMPIRAN
AUTOANAMNESIS
DM : “Assalamua’laikum bu”
P : “Wa’alaikumussalam dok”
DM : Perkenalkan saya Hazmi Adly Harun, saya dokter muda dari bagian psikiatri. Saya ingin
wawancara ibu sebentar. Bisa saya minta waktunya bu?”
P : “Iya, bisa doc”
DM : “Nama ibu siapa?”
P : “Ibu S”
DM : “Umur ta berapa bu?”
P : “Kelahiran tahun 1960 dok, jadi 54 tahun ini”
DM : “Ibu asalnya dari mana?”
P : “Dari Takalar”
DM : “Kita kerja sebagai apa sekarang bu?”
P : “Saya petani”
DM : “Kenapa ibu ke Makassar?”
P : “Karena saya sakit dok, sudah lama saya sakit”
DM : “Sekarang kita lagi dimana? Maksudnya apa tempat ini yang sekarang ini?”
P :”Ini dirumah sakit wahidin”
DM : “Dari kapan kita ada di RSWS?”
P : “Dari minggu kemarin, tanggal 17 dok. Jadi kira-kira sudah 1 minggu”
DM : “Siapa yang bawa ibu kesini?”
P : “Ibrahim, anak saya yang bawa saya”
DM : “Bagaimana bu.? Khabarnya ini hari? Ada yang kita mau keluhkan?
P : “Alhamdulillah lumayan, tapi masih sakit dada ku dok”
DM : “Owh iya, tapi sudah ada dokter dari interna datang tadi kan?”
P : “Iya dok”
DM : “Ibu, ada tidak penyakit gula, hipertensi, asam urat?
P : “Pernah ada penyakit gula, tapi sering berobat. Kalau hipertensi sudah lama, kira-kira sudah
5 tahun. Tapi minum juga obat untuk hipertensi.”
DM : “Ibu, kalau boleh tahu, kemarin kenapa ibu bisa dibawa kesini?”
P : “Kemarin dok, saya sakit dada, dan kantung kemih. Saya juga berkeringat dingin”
DM : “Jadi ibu pertama di tangani dokter penyakit dalam di’? Terus kenapa bisa dikonsul ke jiwa”
P : “Itu karena, kemarin dalam mobil dalam perjalanan kesini saya kayak mau sekali teriak-
teriak supaya enak perasaan ku”
DM : “Terus?”
P : “Terus, saya juga dok sering kaget-kaget. Susah kalau mau tidur. Kapan saya tidur kemudian
ada bunyi-bunyi bising, saya kaget. Setelah itu, susah kalau saya mahu tidur kembali karena
ndak enak perasaan, rasa berdebar-debar.
DM : “Jadi kalau tidur itu kira-kira berapa lama maksimal kita tidur?”
P : “Kalau di rumah sakit enak saya rasa tidur, tapi kalau kemarin sebelum kesini, iya kira-kira
2 sampai 3 jam begitu”
DM : “Kenapa bisa begitu bu? Apa yang kita pikirkan sampai susah tidur?”
P : “Itu saya sering pikirkan itu masalah anak-anak karena banyak sekali penyakitnya. Nakal-
nakal juga anakku. Saya ada 5 anak dok, 3 darinya buta, 1 normal, dan 1 sering sakit, itu yang
selalu saya pikirkan. Terus, bagaimana saya mahu penuhi kebutuhan sehari-hari karena saya
juga selalu keluar masuk rumah sakit. Susah saya mau kerja”
DM : “Suami ta bu bagaimana?”
P : “Itu juga dok. Suami ku susah juga mahu keluar kerja, kerja petani karena dia juga sakit.
Ada bengkak kalenjar bening di lehernya. Itu juga saya sering pikirkan. Kalau operasi
bagaimana, biaya siapa mau cari karena ndak ada uang ku”
DM : “Ibu, sejak kapan rasa begini?”
P : “Lama mi dok, sekitar 2 tahun mungkin”
DM : “Sebelumnya itu, ibu ndak pernah rasa begini? Kalau sebelum itu ibu orangnya ceria?”
P : “Iya dok, sebelum itu baik ji”
DM : “2 tahun lalu apa yang terjadi sampai bisa berubah perilakunya ibu”
P : “Karena selalu sangat berpikir. Bagaimana keluarga saya, makanan dan seterusnya, karena
saya yang bekerja. Tapi sekarang sakit, itu makanya kepikiran. Anakku 5 orang, 3 buta. Terus
anak yang terakhir baru-baru berhenti sekolah karena sakit. Itu terus yang saya pikirkan dok”
DM : “Ibu, kalau tidak ada yang kita bikin ibu sering duduk sendiri tidak?
P : “Iya, sering duduk sendiri mengelamun. Sering menangis. Karena sering pikir ndak bisa ka
kerja, jadi nanti bagaimana? Bagaimana mi itu anak ku yang buta, yang sekolah? Siapa mi
mau urus? Bagaimana sehari-hari ndak ada uang?”
DM : “Ibu, sempat tadi saya tanya anak ta, terus dia bilang pernah kita bilang kayak mau bunuh
diri. Benar itu bu? Terus, kalau benar, kenapa bisa bu?”
P : “Iya pernah saya bilang begitu doc, karena emosi sekali saya waktu itu. Gara-gara ku
pikirkan terus nasib ku ini doc”.
DM : “Ibu kerja apa ya?”
P : “Petani”
DM : “Owh, sama bapak?”
P : “Iya, tapi dua-dua juga ndak bisa kerja karena sakit”
DM : “Ibu kalau kerja cepat capek ndak?”
P : “Iya dok, cepat sekali. Baru-baru ka kerja, nanti sebentar mulai rasa capek, lelah begitu”
DM : “Hubungannya ibu sama keluarga baik”
P : “Baik”
DM : “Tetangga juga?”
P : “Iya”
DM : “Ibu sekolah sampai mana?SD?SMP?”
P : “Saya sampai tamat SD”
DM : “Ibu, saya mau uji sedikit ya. Ibu tahu apa itu artinya panjang tangan?”
P : “Apa itu doc? Ndak tau.”
DM : “Ok, ndak apa-apa. Coba yang lain, kalau 100 kurangi 7 berapa bu?
P : “Er, 93”
DM : “Kalau kurangi 7 lagi?”
P : “90”
DM : “90!? Salah, harusnya 86”
P : “Owh iya dok”
DM : “Iya, kalau begitu terima kasih bu sudah menjawab pertanyaan saya. Terima kasih
waktunya. Ibu silahkan istirahat ya. Assalamua’laikum.
P : “Iya dok, wa’alaikumussalam”